Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan
hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Kesultanan-
kesultanan Maritim Masa Islam di Nusantara’
Berdasarkan sumber-sumber yang kami dapat dari luar maupun dari dalam, walaupun masih
banyak kekurangan.Makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai sejarah
masuknya islam ke Indonesia, juga memberikan penjelasan yang jelasmengenai proses masuknya
islam ke Indonesia serta menjelaskan islam pada masa yang akan datang.
Diharapkan bahwa makalah ini membantu pembaca untuk memahami dengan lebih baik tentang
sejarah masuknya islam ke indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, disebabkan karena
terbatasnya kemampuan kami, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan
dari pembaca terutama dari Bapak Guru pembimbing kami. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
Unaaha, Agustus 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang…………………………………………………………………. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Masuk dan Berkembangnya di 4
Nusantara.............................................. ………….
2.2. Kerajaan Maritim Nusantara Masa Islam............................................................ 7
2.3. Warisan Kesultanan Islam dalam Kehidupan Masa Kini........................................ 20
BAB III PENUTUP
1.1. Kesimpulan……………………………………………………………………...... 23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-
pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan
Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan
wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India.
Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan
Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan
penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang
asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik
di Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah.
Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di
Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum
tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.

1.2 Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai proses perkembangan islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan sejarah
perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan datangnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masuk dan Berkembangnya di Nusantara


Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal
ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda
sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki
penganut agama Islam terbesar di dunia.Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari
daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau
penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya
terdapat beberapa teori yang mendukungnya.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islamdi Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu
teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan
jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang
pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh
dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.

1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah SnouckHurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya
pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.

4
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah
singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah
banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama
yaitu teori Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal
dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
teori berikutnya.
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di

5
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda
bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.

Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan


kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam
masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami
perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam
adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di
Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel
Surabaya.
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum
Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin,
menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6. Sunan Kudus nama aslinya SyeikhJa’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah
Kudus.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran
Islam di daerah Demak.

6
8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid
menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa
Barat (Cirebon) Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa,
Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu
dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang
dikasihi Allah.

2.2. Kerajaan Maritim Nusantara Masa Islam


1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berada
di Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan
mengalami kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas
wilayahnya dan menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada masa
pemerintahan Sultan Ahmad Malik aI Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang
mengadakan perjalanan India-Cina (kembali tahun 1345). Peranan Kerajaan Samudera
Pasai dalam persebaran agama Islam yaitu:
a. Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang menetap
di Samudera Pasai.
b. Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini dibuktikan
dengan berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa.
Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan laut yang
menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat
perdagangan dan pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai
a. Tempat merambah perbekalan.
b. Tempat mengurus masalah perkapalan.
c. Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke luar.Tempat
menyimpan barang yang akan diantar ke daerah lain.
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja
yang pernah memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
a. Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan
berusaha mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan

7
memperkuat angkatan perang. Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim
yang kuat di Selat Malaka.
b. Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326.
Pada masa pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan
Samudra Pasai.
c. Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat
teguh memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri
sekitarnya. Akibatnya, Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam.
Pada masa pemerintahannya, Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga
para pedagang merasa aman singgah dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun,
setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522
Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan Samudra Pasai sebagai kerajaan
maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian adanya perpecahan di
dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan perdagangan terlebih lagi,
munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih strategis.

2. Kerajaan Aceh
Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan
oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting
karena mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak
pemerintahan di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum
bangsawan, disebut golongan teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum
ulama, disebut golongan tengku atau teungku.
Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami
kemajuan pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada
masa pemerintahannya, Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat
menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau
Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga menyusun undang-undang tata
pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.Corak pemerintahannya terdiri atas,
a. Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
b. Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).

8
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk memperkuat
kerajaan Aceh.
a. Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan dikuasainya
kerajaan Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur Sumatera
dikuasainya sampai ke Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam ke
Minaangkabau.
b. Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja sama
dengan Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang mereka, yaitu
VOC dan EIC untuk membuka kantor cabangnya di Aceh.
c. Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau Bintan
pada tahun 1614.Mendirikan Masjid Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh.
Aceh mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641).
Dia kemudian digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675).
Sejarah mencatat Aceh makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku
dan teungku, serta antara golongan aliran syiah dan sunnah waljama’ah. Akhirnya,
Belanda berhasil menguasai Aceh pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan
internasional di Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang
Islam. terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi.
Dalam kehidupan bermasyarakat, terjadi perpaduan antara adat istiadat dan
ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17 terdapat empat orang ahli tasawuf
di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani, Nuruddin ar-Raniri, dan
Abdurrauf dari Singkil. Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh
tetapi juga sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya.
Dengan menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang
kaya akan sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-
rempah.

3. Kerajaan Demak

9
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya
merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan kepada
Raden Patah, keturunan Raja Majapahit yang terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai
bawahan Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden
Patah mendirikan kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati
JimbungNgabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Sejak saat itu,
kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang kuat. Wilayahnya cukup
luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu, daerah
pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh
putranya Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis
bermusuhan, sehingga sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat
pertahanan lautnya, dengan maksud agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah
mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan oleh adiknya Trenggana. Setelah naik
takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung masuknya portugis ke
Jawa Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak.
Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Dengan
semangat juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa
lalu menyusul Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk
kepada pemerintahan Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon.
Pasukan demak terus bergerak ke daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang
dan Mataram, serta Madura. Untuk memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana
melakukan perkawinan politik dengan Bupati Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan
Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir. Sultan Trenggana mangkat
pada tahun 1546 M.
Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara
bagian banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut
tahta sehingga timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan
Pajang.

10
Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan
diatur dengan hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Hasil
kebudayaan Demak merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-
ukiran Islam dan berdirinya Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai sekarang.
Masjid Agung tersebut merupakan lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
Aspek Kehidupan Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah pertanian
yang cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu,
perdagangannya juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan
lilin.
Keruntuhan Kerajaan Demak
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang dilakukan
oleh Ratu Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang Hadiwijaya (Jaka
Tingkir). Mereka berdua ingin menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin
Kerajaan Demak karena Aria Penansang telah membunuh suami dan adik suami dari
Ratu Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat mereka berhasil meruntuhkan
pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak lain adalah Aria Penansang. Aria
Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat itu pemerintahan Demak
pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan Demak.

4. Kerajaan Pajang
Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan
Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak.
Ia kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan
Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung
atau pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya
Penangsang. Mereka yang telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah
penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan
dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat Yogyakarta). Sedangkan Kiai

11
Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat menjadi bupati di
daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi
Sedayu, Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra
bernama Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal
sebagai Senapti Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng
Pemanahan wafat pada tahun 1575, pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo,
putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo
wafat pada tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba
merebut kekuasaan dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang
menggantikan ayahnya, Sultan Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan
Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri. Perebutan kekuasaan yang dilakukan
Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan
Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena tidak mampu lagi
melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan
dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.

5. Kerajaan Mataram
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik
menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu
menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak
angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575
M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya
ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga
terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya
mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang
dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya
diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra
Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan
pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah
Kerajaan Mataram.

12
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi
rintangan. Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang
dulunya tunduk pada Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka.
Akan tetapi, Sutawijaya berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan
Kerajaan Mataram berhasil meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh
(Jabar) sampai pasuruan (Jatim).
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu
cucunya Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung,
muncul kembali para bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban,
Surabaya, Madura, Blora, Madiun, dan Bojonegoro.
Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar
pasukan, persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha
Sultan Agung akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil
menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk
menguasai seluruh Jawa, Sultan Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda.
Namun usaha Sultan mengalami kegagalan.
Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum
Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan
Kerajaan Mataram Islam, Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian
diikuti oleh sejumlah pejabat kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib,
naid, dan surantana yang bertugas memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang
pengadilan, dalam istana terdapat jabatan jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan
istana.
Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang
dinamakan anger-anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya
yang berada di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di
daerah pesisir utara Jawa yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang
berperan penting bagi arus perdagangan Kerajaan Mataram.

13
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari,
pahat, suara, dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara
Kejawen yang merupakan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.
Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang
cukup terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum
Islam dengan adat istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia
dan menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi
rakyat tidak terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.
6. Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam)
mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung meluasnya
kekuasaan Demak. Namun melalui, Faletehan, Demak berhasil menduduki Banten,
Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat itu, Banten segera tumbuh menjadi pelabuhan
penting menyusul kurangnya pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat
itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya,
Hasanuddin. Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat
berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan
Palembang.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan digantikan
oleh putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah
kekuasaannya ke pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat
ditaklukkan, ibu kotanya direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu,
tamatlah kerajaan Hindu di Jawa Barat.
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan.
Keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan,
seperti dengan dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan
dengan membuat saluran irigasi.
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah mangkat, terjadilah perang
saudara untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan

14
Maulana Yusuf, Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun diangkat
menjadi Raja dengan perwalian Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-1605 M. Kemudian
digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak didampingi oleh Pangeran
Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala wafat, Banten mengalami
kemunduran.
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena
menghasilkan lada dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India, gujarat, Persia, dan
Arab banyak yang datang berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat Banten
dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di
lingkungan daerah perdagangan, tetapi meluas hingga ke pedalaman.
Kemunduran Kerajaan Banten
Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja Besar Banten
Maulana Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara di Banten
antara saudara Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten
mulai hancur karena terjadi peang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap
seperti Maulana Yusuf.
7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh
salah seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan
pasukannya di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda
Kelapa, Syarif Hidayatullah memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun
1524, Fatahillah diambil menantu oleh Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil
mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah meminta Fatahillah untuk
menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran
Pasarean. Inilah raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah
berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman
dan Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni

15
Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir
abad ke-17.
8. Kerajaan Makassar
Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang
terkenal adalah Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari
Datuk ri Bandang dan Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo
masuk Islam (1605) dan rakyat pun segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu
lazim disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam menyebar ke berbagai
daerah sampai ke Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Makassar merupakan salah satu kerajaan Islam yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini,
karena letaknya di tengah-tengah antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan
Malaka.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin (1591-1639 M). Raja
berikutnya adalah Muhammad Said (1639-1653 M) dan dilanjutan oleh putranya,
Hasanuddin (1654-1660 M). Sultan Hasanuddin berhasil memperluas daerah
kekuasaannya dengan menundukkan kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan,
termasuk Kerajaan Bone.
VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup ramai dan
banyak menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk membuka hubungan
dagang. Setelah sering datang ke Makassar, VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin
untuk bersama-sama menyerbu Banda (pusat rempah-rempah). Namun, bujukan VOC
itu ditolak.
Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik. Terlebih lagi
setelah insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar Makassar diundang
untuk suatu perjamuan di atas kapal VOC, tetapi nyatanya malahan dilucuti dan
terjadilah perkelahian yang menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Keadaan
meruncing sehingga pecah perang terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC sering
mengalami kesulitan dalam menundukkan Makassar. Oleh karena itu, VOC
memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang ingin lepas dari kerajaan Makassar dan
menjadi kerajaan merdeka.
Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan

16
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Hasil perekonomian
terutama diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan. Pelabuhan Sombaupu (
Makassar ) banyak didatangi kapal-kapal dagang sehingga menjadi pelabuhan transit
yang sangat ramai. Dengan demikian, masyarakatnya hidup aman dan makmur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja dibantu oleh BateSalapanga (Majelis
Sembilan) yang diawasi oleh seorang paccalaya (hakim). Sesudah sultan, jabatan
tertinggi dibawahnya adalah pabbicarabutta (mangkubumi) yang dibantu oleh
tumailang matoa dan malolo. Panglima tertinggi disebut anrong guru
lomponatumakjannangan. Bendahara kerajaan disebut opu bali raten yang juga bertugas
mengurus perdagangan dan hubungan luar negeri. Pejabat bidang keagamaan dijabat
oleh kadhi yang dibantu imam, khatib, dan bilal.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makassar adalah keahlian
masyarakatnya membuat perahu layar yang disebut pinisi dan lambo.
Kemunduran Kerajaan Makassar
Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya dengan VOC yang
berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC yang memperalat Aru Palakka
( Raja Bone) untuk mengalahkan Makassar. Kebetulan saat itu Kerajaan Makassar
sedang bermusuhan dengan Kerajaan Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja sama
dengan VOC.
9. Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan, tepatnya
di Klimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga Kesultanan Banjarmasin. Kata
Banjarmasin meru[pakan paduan dari dua kata, yaitu Bandar dan masih. Nama Bandar
Masih diambil dari nama Patih Masih, seorang perdana menteri Kerajaan Banjar yang
cakap dan berwibawa. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar telah
diperintahkan oleh tujuh orang raja. Raja pertama ialah Pangeran Surianata (1438-
1460) dan raja terakhir ialah Pangeran Tumenggung (1588-1595).
selama Pangeran Tumenggung memerintah, situasi politik di Kerajaan Banjar berada
dalam keadaan rawan. Pangeran Samudera yang berada di pengasingan secara diam-
diam menyusun kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Tumenggung. Akibatnya, pada
tahun 1595 terjadi perang saudara yang berakhir dengan kemenangan di pihak Pangeran
Samudera (Pangeran Suriansyah).

17
Keberhasilan Pangeran Samudera tidak terlepas dari dukungan umat Islam di wilayah
Banjar serta dukungan Patih Masih dengan prajurit Kerajaan Demak. Setelah masuk
Islam, Pangeran Samudera berganti nama menjadi Pangeran Suriansyah. Kemudian ia
memindahkan pusat pemerintahan ke suatu tempat yang diberi nama Bandar Masih,
sekarang Banjarmasin.
Perpindahan pusat pemerintahan Kasultanan Banjar juga terjadi pda masa pemerintahan
sultan-sultan berikutnya. Pada akhir masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (1650),
pusat pemerintahan dipindahkan ke Batang Mengapan, yang sekarang menjadi Muara
Tambangan dekat Martapura. Pada masa Sultan Tamjidillah (1745-1778) pusat
pemerintahan dipindahkan ke Martapura pada tahun 1766.
Sultan terakhir yang memerintah Kesultanan Banjar ialah Pangeran Tamjidillah (1857-
1859). Pengangkatan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan oleh Belanda mendapat
tantangan dari masyarakat, sehingga menimbulkan pergolakan. Karena tidak dapat
memenuhi keinginan Belanda, ia diturunkan dari takhta. Pada tanggal 11 Juni 1860,
Belanda mengahapus kesultanan. Meskipun demikian, peperangan terus berkobar.
10. Kerajaan Malaka
Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Palembang
bernama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi serangan dari Majapahit. Ia
mendirikan kerajaan Malaka sekitar tahun 1400. Pada mulanya, Parameswara adalah
seorang raja yhang beragama Hindu. Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya
dengan nama Islam, Muhammad Syah (1400-1414). Raja pertama ini kemudian
digantikan oleh Sultan Iskandar Syah (1414-1424). Selanjutnya raja-raja yang berkuasa
di Malaka adalah Sultan Muzafar Syah (1424-1444), Sultan Mansur Syah (1444-1477),
dan Sultan Mahmud Syah (1477-1511).
Perdagangan menjadi sumber utama penghasilan kerajaan Malaka. Ciri-ciri
perdagangan di Malaka :
a. Raja dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang
b. Pajak bea cukai yang dikenakan terhadap setiap barang dibedakan atas asal barang.
c. Perdagangan dijalankan dalam dua jenis. Pertama, pedagang memasukkan modal
dalam bentuk barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke negeri
lain. Kedua, pedagang menitipkan barang atau meminjamkan uang kepada
nahkoda yang akan membagi keuntungannya dengan pedagang pemberi modal.

18
d. Kerajaan mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur perdagangan di
Kerajaan Malaka, agar perdagangan berjalan lancar.
11. Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja
Zainal Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan
Demak. Kerajaan Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena
Maluku kaya akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil
rempah-rempah terutama cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak
berlangsung selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua
kerajaan berhasil diadu domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi
persaingan. Portugis yang masuk Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai
sekutunya dengan membangun benteng Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada
tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian
terus-menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli
hasil bumi dari kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan
hanya berdagang tetapi juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran
agama ini mendapat tantangan dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika
diajak berunding oleh Belanda di benteng Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh
Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali.
Sultan Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa
pemerintahannya, Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas
dari bantuan Sultan Tidore. Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan
Ternate sampai ke Filipina.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan
Nuku. Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera,
Seram, bahkan Kai di selatan dan Misol di Irian.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan
bermasyarakat di Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh

19
Islam sangat terasa di Ternate dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku
bagian tengah dan pengaruh Katolik sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai
ke Eropa. Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke
Nusantara. Para pedagang itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan
rempah-rempah. Proses perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat
setempat. Namun, dengan berlakunya politik monopoli perdagangan, terjadi
kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan masyarakat.

2.3 Warisan Kesultanan Islam dalam Kehidupan Masa Kini


Islam masuk ke Indonesia terbukti dengan adanya peninggalan sejarah masa kerajaan pada
abad ke 13. Bukan merupakan kebetulan apabila di berbagai penjuru tanah air kini kita
saksikan beragam bentuk dan corak peninggalan sejarah Islam. Ada cerita sejarah teramat
panjang di balik keunikan peninggalan sejarah tersebut.
tiap-tiap peninggalan sejarah Islam tersebut melukiskan bagaimana kehidupan bangsa kita
sejak berabad silam hingga masa kontemporer. Di dalam bentuk peninggalan sejarah Islam
di Indonesia, terdapat sumber ilmu pengetahuan yang sangat kaya.
Bagi generasi penerus bangsa dan negara, Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia bisa di
jadikan cermin bagaimana tahap kehidupan bangsa pada masa itu. Nah, apa saja
peninggalan sejarah Islam di Indonesia? berikut kami sajikan 8 corak peninggalan sejarah
Islam di Indonesia.
Proses berkembangnya Agama Islam di Indonesia meninggalkan telah mempengaruhi
corak dan kebudayaan Indonesia asli. Percampuran unsur-unsur budaya antara budaya
Islam dan budaya asli Indonesia melahirkan akulturasi kebudayaan.Perwujudan akukturasi
kebudayaan itu dalam bentuk seni bangunan dan arsitektur, seperti mesjid, keraton, nisan
makam,seni tulis indah atau kaligrafi, dan seni sastra.

a. Mesjid
Dalam seni bangunan wujud akulturasi budaya Islam dan budaya tradisional Indonesia
yang paling menonjol ada pada bangunan mesjid. Bagi pemeluk Agama Islam, mesjid
merupakan tempat suci bagi umat Islam untuk melakukan peribadatan. Mesjid yang ada

20
di Indonesia memiliki ciri-ciri arsitektur yang berbeda dengan mesjid-mesjid di negara
lain.
Mesjid-mesjid kuno yang ada di Indonesia mempunyai ciri khas perpaduan budaya
Islam dan tradisional.Ciri khasnya adalah pada atapnya yang bertingkat lebih dari satu
(atap tumpang),biasanya sampai tiga tingkat. Atap tumpang ini menurut ahli sejarah
merupakan perpaduan unsur budaya tradisional, budaya Hindu dan budaya Islam.
Bangunannya berbentuk bujur sangkar, ada serambi dibagian samping dan belakang.
Memiliki fondasi yang kokoh, terdapat mihrab atautempat khotbah imam/tempat
berdakwah dalam masjid. Terdapat kolam air untuk menyucikan tubuh (wudhu)
sebelum melakukan ibadah.
b. Keraton
Bangunan pusat kerajaan atau kesultanan, tempat raja menetap. Pada masa Islam di
Indonesia, keraton berperan penting baik sebagai pusat kekuasaan politik, juga
berfungsi sebagai pusat penyebaran Agama Islam. Keraton atau istana yang dibangun
pada masa Islam berorak khas perpaduan unsur unsur arsitektur tradisional, budaya
Hindu-Buddha dan budaya Islam.
Pada atapnya yang tumpang dan pintu masuk keraton yangberbentuk gapura. Letak
keraton biasanya dihubungkan dengan kepercayaan masyarakat, selalu menghadap ke
arah utara, disebelah barat ada mesjid, dan sebelah timur ada pasar, sebelah selatan
alun-alun. Tata ruang seperti merupakan tradisi masyarakat pra sejarah Indonesia yang
disebut macapat. Dilapangan luas keraton terdapat pohon beringin besar.
c. Makam
Makam adalah tempat peristirahatan yang terakhir dan abadi sehingga pembuatannya
selalu diusahakan untuk menjadi perumahan yang sesuai dengan orang yang
dikuburnya. Makam para sultan atau raja dan tokoh Agama dibangun seperti layaknya
sebuah istana. Pada umumnya makam di kerajaan dibangun di lereng sebuah bukit,
seperti komplek pemakam raja-raja keturunan Mataram di Imogiri Yogyakarta
Dalam kepercayaan masyarakat prasejarah Indonesia. Komplek pemakaman
ditempatkan di atas bukit atau lereng.Pada komplek makam raja di Imogiri Yogyakarta
berada di atas sebuah bukit. Makam tertua di Indonesia adalah makam Fatimah binti
Maimun yang lebih dikenal dengan putri Suwaridi Leran Gresik bertahun 1082. Makam
ini mirip candi. Makam lainnya, seperti Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim
d. Kaligrafi
21
Kaligrafi adalah seni tulisan indah dengan mengunakan bahasa Arab. Kaligrafi mulai
berkembang pada abad ke-16, seni tulis indah dalam bahasa Arab dipahatkan pada
sebuah batuatau kayu. Kalimat yang diambil biasanya dari ayat-ayat suci Al-Qur'an dan
Hadits. Motif kaligrafi biasanya berbentuk tumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan,
pemandangan alam atau hanya garis-garis geometris saja. Seni kaligrafi Islam ini turut
mewarnai perkembangan seni rupa di Indonesia. Biasa seni kaligrafi dipakai untuk
hiasan pada bangunan masjid, motif batik, hiasan keramik, hiasan pada keris, hiasan
pada batu nisan,dan pada dinding rumah.
e. Tradisi dan Upacara
Kebudayaan Islam yang masuk ke Nusantara mengalami proses akulturasi dengan
tradisi dan upacara masyarakat setempat. Misalnya, tradisi terhadap seseorang yang
sudah meninggal diadakan selamatan hari ke -1 sampai ke-7, ke-40, ke-100 dan ke-
1000. Demikian juga tradisi nyekar (ziarah ke makam dengan menaburkan bunga dan
air kemakam).
Upacara-upacara keagamaan yang sampai saat ini senantiasa diselenggarakan seperti
peringatan hari-hari besar Islam, misalnya Maulud Nabi, Idul Fitri, Idul Adha, dan 1
Muharram. Upacara adat tradisional Grebek Maulud di daerah-daerah tertentu disertai
dengan pencucian keris dan diramaikan dengan seni pertunjukan lainnya.Upacara yang
berkaitan dengan siklus kehidupan, seperti kelahiran, perkawinan, dan kematian
merupakan rutinitas kegiatan masyarakat Islam. Mereka memadukan dengan adat
istiadat setempat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

22
Agama Islam masuk ke Indonesia mayoritas dibawa oleh para pedagang Muslim dari Arab,
India, Cina, dan Persia. Kedatangan mereka secara damai dan penuh dengan ramah tamah
menjadikan rakyat Nusantara pada masa itu tertarik pada orang-orang Muslim terlebih
agama yang mereka anut. Begitu banyak pula para penguasa maupun raja-raja yang tertarik
dengan budi akhlak mereka sehingga pernikahan dengan putri raja pun terjadi. Hal inilah
yang menjadi faktor utama berdirinya Kerajaan/Kesulthanan di Indonesia dan Berjaya
hingga zaman imperialisme barat berkuasa. Pada masa penjajahan pun umat Muslim tidak
hanya diam. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara menyatukan kekuatan bersama-sama
berperang mengusir penjajah. Bahkan, sampai detik-detik proklamasi pun umat Muslim
memegang kontribusi yang besar. Oleh karena itu, lahirnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia tak pernah lepas dari bantuan tangan umat Muslim di Nusantara.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Rachmad. 2005. Kerajaan Islam Demak : Api Revolusi Islam di Tanah Jawa (1518-
1549). Sukoharjo: Al-Wafi.

23
Amin, Samsul Munir. 2013.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Remaja Rosdakarya.
Anonim. “Kuntu Darussalam : Kerajaan Islam Pertama di Riau”. Diakses pada 19 Maret
2016pukul10.51dari http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpntanjungpinang/2014/06/08/kuntu
darussalam-kerajaan-islam-pertama-di-riau/.
Azra, Azyumardi. 2002.Islam Nusantara: Jaringan Global dan Lokal. Bandung: Penerbit
Mizan.
Boland ,E. J.. 1985.Pergumulan Islam di Indonesia : 1945-1972. Jakarta: Grafiti Pers
Darmawijaya. 2010.Kesultanan Islam Nusantara.Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Gholib,Achmad. 2005.Study Islam.Jakarta: Faza Media.
Kartodirdjo, Sartono. 1992.Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional
, Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme jilid 2. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Marsden,William. 1999.Sejarah Sumatera. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Pusponegoro, Marwati Djoned dan Notosusanto, Nugroho. 1992. Sejarah Nasional Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.

Yatim, Badri. 1993.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.


Diposting oleh Aryo Dhimaz di 19.48

24

Anda mungkin juga menyukai