Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Sejarah Kesultanan Demak dan Kerajaan
Pajang”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Duri, 23 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
A. Sejarah Kesultanan Demak..................................................................................2
1. Berdirinya Kerajaan Demak.........................................................................2
2. Letak dan Pendiri Kerajaan...........................................................................2
3. Raja-Raja Kerajaan Demak...........................................................................2
4. Kehidupan Masyarakat.................................................................................4
5. Penyebab Runtuhnya Kerajaan.....................................................................4
6. Peninggalan Kerajaan Demak.......................................................................5
B. Sejarah Kerajaan Pajang.......................................................................................6
1. Berdirinya Kerajaan Pajang .........................................................................6
2. Letak Kerajaan Pajang..................................................................................6
3. Masa Kejayaan Kerajaan Pajang..................................................................6
4. Runtuhnya Kerajaan Pajang..........................................................................7
5. Raja-raja Kerajaan Pajang.............................................................................7
6. Peninggalan Kerajaan Pajang.......................................................................8
BAB II PENUTUP........................................................................................................10
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak keanekaragaman, seperti
keanekaragaman agama. Di Indonesia kebanyakan penduduknya menganut agama islam,
karena dalam agama ini tidak ada sistem kasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu
maupun agama Budha. Dalam agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau
miskin, yang menjadikan derajat orang itu tinggi atau rendah adalah keimanan dan
ketakwaan. Inilah yang menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang
patut untuk di ikuti atau di yakini.
Seiring dengan berkembangnya Islam para sejarawan melakukan berbagai penelitian
tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian
adanya berbagai teori yang muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para
sejarawan.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu:
1. Bagaimana sejarah berdirinya kesultanan Demak ?
2. Bagaiaman sejarah berdirinya kerajaan Pajang?

C.  Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Demak
2. Untuk mengetahui sejarah berdirinya kerajaan Pajang

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Kesultanan Demak

1. Berdirinya Kesultanan Demak

Sejarah berdirinya Kerajaan Demak dimulai saat runtuhnya kerajaan Majapahit pada abad
ke-15. Pada saat berita runtuhnya Kerajaan Majapahit menyebar, beberapa daerah di
bawah kekuasaan Majapahit akhirnya melepaskan diri.

Kadipaten Demak termasuk salah satu wilayah yang melepaskan diri dan menjadi
kerajaan yang mandiri. Pendiri Kerajaan Demak yaitu Raden Patah, yang merupakan
putra terakhir dari Raja Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya.

Raden Patah wafat pada tahun 1518 dan pemerintahan kemudian dipimpin oleh Pati
Unus, putranya. Pati Unus menginginkan Kerajaan Demak menjadi sebuah kerajaan
dengan kekuatan maritim yang kuat, ditandai dengan kuatnya armada laut Kerajaan
Demak. Portugis yang selalu berusaha untuk memonopoli perdagangan, merasa
terganggu.

Hal itu memicu pertempuran antara Kerajaan Demak dengan Portugis di Selat Malaka
sampai beberapa kali. Setelah kematian Pati Unus pada saat pertempuran melawan
Portugis, kemudian kerajaan Demak dipimpin oleh Sultan Trenggono (1521-1546).

Pada masa Sultan Trenggono, kerajaan Demak menjadi kerajaan terkuat di Jawa pada
awal abad ke-16. Namun Sultan Trenggono gugur setelah pertempuran menaklukkan
Pasuruan pada tahun 1946, dan posisinya digantikan oleh Sunan Prawoto. Kekacauan di
Demak mulai terjadi setelah Sultan Trenggono wafat, dan banyak sejumlah keturunan raja
yang bertikai ingin memperebutkan tahta kerajaan Demak.

2. Letak dan Pendiri Kerajaan

Kerajaan Demak terletak di wilayah Demak modern, yang eksistensinya dapat dilihat dari
adanya Masjid Agung Demak. Meski begitu, pusat kekuasaan ini kemudian dipindahkan
ke Prawata, Pati pada masa kekuasaan Sunan Prawata. Terakhir dipindahkan ke Jipang,
ketika Arya Penangsang berkuasa. Kerajaan Demak menguasai wilayah pesisir dan
perdagangan di pantai utara Jawa, pengaruhnya menyebar ke pelabuhan-pelabuhan utama
di Jawa Timur seperti Tuban, Gresik, dan Surabaya.

Pendiri Kerajaan Demak adalah Raden Fatah, yang diduga masih merupakan keturunan
Majapahit. Ia mendapat julukan Senapati Jin-Bun yang salah satunya dikarenakan
dukungan orang-orang Cina muslim yang memprakarsai berdirinya Kerajaan Demak.

3. Raja-Raja Kerajaan Demak

1. Raden Fatah (1475-1518)

Raden Fatah merupakan pendiri sekaligus raja pertama di Kerajaan Demak. Menurut
Babad Tanah Jawi, ia adalah keturunan terakhir dari Kerajaan Majapahit tepatnya
2
Brawijaya V yang lahir dari anak selir Tionghoa. Ia berhasil membangun
pengaruhnya di Demak ketika ada di bawah kekuasaan Majapahit. Meski begitu,
Demak tumbuh menjadi wilayah yang independent karena memiliki kontrol atas
perdagangan laut, dan ditambah dengan melemahnya Majapahit akibat konflik
internal pada abad ke-15.

Raden Fatah membangun kekuasaan Islam pertama di Jawa, dan membesarkan


pengaruhnya mengalahkan kerajaan-kerajaan lainnya termasuk Majapahit. Ia
memusatkan kekuasaannya di pesisir utara dan mulai menyebarkan pengaruh ke
wilayah sekitarnya. Ia diperkirakan berkuasa sejak Kota Pelabuhan Demak didirikan
di bawah Majapahit pada tahun 1475, meskipun Kerajaan Demak dideklarasikan
berdiri sekitar tahun 1500.

2. Pati Unus (1518-1521)

Pati Unus atau Sultan Yunus adalah pengganti dari Raden Fatah, meskipun baru wafat
sekitar tahun 1521. Pati Unus diperkirakan adalah adik ipar dari Raden Fatah, yang
memegang kekuasaan karena putra dari Raden Fatah yaitu Trenggana masih berusia
muda. Pati Unus dikenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor atas usahanya
berangkat dari Jawa menuju ke utara untuk menggempur kekuasaan Portugis di
Malaka. Eksistensi Portugis selain sebagai imperialis dan musuh Islam, namun juga
pengganggu atas perkembangan Kerajaan Demak. Malaka merupakan pusat transit
perdagangan internasional, kejayaannya merupakan gangguan bagi Demak. Pati Unus
merupakan figur yang berjasa dalam membangun kekuatan militer laut Kerajaan
Demak dengan mendirikan pelabuhan militer di Teluk Wetan, Jepara.

3. Trenggana

Sultan Trenggana merupakan raja ketiga, sekaligus dianggap sebagai raja terbesar dari
Kerajaan Demak. Ia berjasa dalam menyebarkan agama Islam dan menaklukkan
berbagai wilayah di Jawa. Penaklukkan terpenting adalah wilayah Sunda Kelapa pada
tahun 1527 yang direbut dari Pajajaran. Trenggana mengirim Fatahillah yang
menduduki Sunda Kelapa dan mengubah namanya menjadi Jayakarta. Ia juga
mengirim Maulana Hasanudin, yaitu putra Sunan Gunung Jati untuk menaklukkan
Banten Girang. Trenggana juga menaklukkan wilayah Pasundan, serta bekas-bekas
kekuasaan Majapahit di Jawa Timur sampai Madura. Trenggana juga sukses
menaklukkan wilayah Blambangan pada 1546.

Kerajaan Demak di bawah kekuasaan Sultan Trenggana menjadi kekuasaan terbesar


di Jawa, menguasai bekas imperium Majapahit dan kekuasaan Sunda. Kekuasaan
Demak berpusat di pesisir dengan pelabuhan-pelabuhan utama menjadi titik
perdagangan utama di Jawa. Trenggana wafat pada salah satu pertempuran di
Pasuruan pada tahun 1546 dan digantikan oleh Sunan Prawata.

4. Sunan Prawata

Suksesi Trenggana yang berlangsung mendadak akibat kematiannya tidak


berlangsung mulus. Pangeran Surowiyoto atau Pangeran Sekar berupaya untuk
menduduki kekuasaan mengalahkan Sunan Prawata yang merupakan putra
Trenggana. Sunan Prawata kemudian membunuh Surowiyoto dan menduduki
kekuasaan. Akan tetapi, karena insiden tersebut menyebabkan surutnya dukungan
3
terhadap kekuasaannya. Ia memindahkan pusat kekuasaan Demak ke wilayahnya di
Prawoto, Pati, Jawa Tengah. Ia hanya berkuasa selama satu tahun, ketika Arya
Penangsang putra dari Surowiyoto melakukan pembunuhan terhadap Prawata pada
1547.

5. Arya Penangsang

Arya Penangsang menduduki tahta Demak setelah membunuh Sunan Prawata. Ia juga
menyingkirkan Pangeran Hadiri/Kalinyamat penguasa Jepara yang dianggap
berbahaya bagi kekuasaannya. Hal ini menyebabkan tidak senangnya pada adipati
Demak, salah satunya Hadiwijaya dari Pajang. Hal ini menyebabkan dipindahnya
pusat kekuasaan Demak ke Jipang, wilayah kekuasaan Arya Penangsang. Meski
begitu, Arya Penangsang berkuasa sampai dengan tahun 1554 ketika Hadiwijaya
dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan anaknya Sutawijaya
memberontak melawan Demak. Arya Penangsang tewas, dan Hadiwijaya menduduki
tahta dengan memindahkan kekuasaan ke Pajang.

4. Kehidupan Masyarakat

a) Kehidupan Sosial

Perbedaan mendasar dari kehidupan masyarakat di Kerajaan Islam dan Kerajaan


Hindu adalah akses yang masif terhadap agama oleh masyarakat umum. Agama
Islam yang tidak mengenal kasta dapat dianut oleh seluruh lapisan masyarakat.
Terlebih dikarenakan tidak adanya ritual yang memakan biaya begitu besar seperti
persembahan kepada dewa atau brahmana yang kerap dilakukan raja-raja Hindu.
Sistem sosial kerajaan Islam bersifat lebih egaliter, seperti dilaksanakannya Salat
Jum’at yang bersamaan antara pejabat dengan rakyat biasa. Hal ini tentunya
merupakan bentuk kebaruan yang tidak ditemui sebelumnya di Jawa, terlebih
dalam sistem feudal yang meletakkan posisi penguasa amat tinggi. Hampir
seluruh masyarakat Demak, terutama di pusat kekuasaan beragama Islam.
Ditunjang dengan dakwah oleh berbagai ulama yang dekat dengan kekuasaan
yaitu Wali Songo.

b) Kehidupan Politik

Secara politik, Kerajaan Demak merupakan kekuasaan terbesar di Jawa.


Mengakhiri dominasi panjang Majapahit, dan eksistensi penguasa Sunda yang
secara konsisten berdiri sejak abad ke-6 Masehi. Kerajaan Demak menempatkan
adipate-adipati sebagai perpanjangan tangan Sultan. Wilayah seperti Surabaya,
Tuban, dan Madiun memiliki adipate-adipati yang cukup berpengaruh. Kerajaan
Demak juga pertama kali bersentuhan dengan imperialisme barat, Berdirinya
Demak pada abad ke-16 kemudian dilanjutkan dengan pendudukan Portugis di
Malaka. Direbutnya Sunda Kelapa pada tahun 1527 adalah salah satu upaya untuk
menguasai seluruh pesisir utara dan menangkal kedatangan Portugis di Jawa.

c) Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Demak terletak di pesisir utara Jawa, sehingga sumber ekonomi utama
masyarakat Demak adalah perdagangan laut. Tidak adanya kerajaan sahabat di
Jawa juga menjadi faktor mengapa Demak sangat aktif berdagang di laut. Pada
4
masa kejayaannya, Demak menguasai pelabuhan utama seperti Surabaya, Madura,
Tuban, Semarang, Jepara, Cirebon, dan Sunda Kelapa. Selain itu, kadipaten-
kadipaten di pedalaman seperti Madiun, Kediri, Malang, Pati, dan Pajang juga
merupakan sumber utama pertanian dan peternakan sebagai komoditas dagang.
Beras Jawa merupakan komoditas penting dalam perdagangan internasional di
Nusantara.

5. Penyebab Runtuhnya Kerajaan

Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan oleh pemberontakan Adipati Hadiwijaya,


penguasa Pajang. Hadiwijaya semula sangat setia kepada Demak, namun kekacauan yang
disebabkan oleh Arya Penangsang dengan membunuh Sunan Prawata dan Pangeran
Kalinyamat membuatnya memberontak pada tahun 1556. Hadiwijaya menduduki
kekuasaan dan membawa Demak menjadi vazal atau wilayah kekuasaan dari Kesultanan
Pajang.

6. Peninggalan Kerajaan Demak

Kerajaan Demak hanya berusia sekitar satu abad, sehingga tidak banyak penemuan-
penemuan yang ditinggalkan. Berbeda dengan kerajaan Hindu, kerajaan-kerajaan Islam
memang tidak meninggalkan prasasti, candi, dan sejenisnya. Peninggalan utama yang
dimiliki oleh Kerajaan Demak tidak lain adalah Masjid Agung Demak.

Masjid Agung Demak dibangun sekitar tahun 1479 atas prakarsa Wali Songo. Masjid ini
dipergunakan sebagai pusat dakwah Islam di Demak. Sampai dengan hari ini Masjid
Agung Demak masih menyimpan peninggalan seperti Bedug, Kentongan, Pintu Bledek,
Dampar Kencana, Kolam Wudhu, dan Piring Campa. Seluruhnya merupakan barang-
barang yang berasal dari awal pendirian masjid ini. Di wilayah-wilayah lain tidak
ditemukan adanya penemuan mengenai kekuasaan Kerajaan Demak. Pencatatan sejarah
berlangsung dengan lebih baik di masa Islam melalui pembelajaran-pembelajaran ataupun
kitab seperti Babad Tanah Jawi.

5
B. Sejarah Kerajaan Pajang

1. Berdirinya Kerajaan Pajang


Nama Pajang telah disebutkan dalam Kitab Negarakertagama yang ditulis pada 1365
sebagai bagian dari tanah kekuasaan Majapahit. Penguasa Pajang adalah adik Hayam
Wuruk (raja Majapahit saat itu), Dyah Nertaja, yang bergelar Bharata I Pajang atau
disingkat Bhre Pajang. Dyah Nertaja adalah ibu dari Wikramawardhana (raja Majapahit
selanjutnya). Babad Banten menyebutkan bahwa Pengging di Boyolali sebagai kerajaan
kuno yang dipimpin oleh Anglingdriya merupakan cikal bakal Kerajaan Pajang. Ketika
Brawijaya menjadi raja Majapahit, putrinya yang bernama Retno Ayu Pambayun diculik
oleh Menak Daliputih, raja Blambangan. Jaka Sengsara berhasil merebut kembali sang
putri, sehingga Brawijaya mengangkatnya sebagai bupati Pengging dengan gelar
Andayaningrat. Andayaningrat wafat ketika terjadi perang antara Majapahit dan Demak.
Meski Majapahit hancur pada 1625, Pengging masih berdaulat hingga di bawah
pemerintahan putra mahkota Andayaningrat, Kebo Kenanga, yang bergelar Ki Ageng
Pengging. Kesultanan Demak kemudian berniat menaklukkan Pengging dengan bantuan
Ki Wanapala dan Sunan Kudus, karena Ki Ageng Pengging dianggap melakukan
pemberontakan. Ki Ageng Pengging akhirnya terbunuh, sedangkan adiknya yang
bernama Kebo Kanigara berhasil melarikan diri. Ki Ageng Pengging meninggalkan
seorang putra bernama Mas Karebet, yang diangkat anak oleh Nyi Ageng Tingkir setelah
kedua orang tuanya meninggal. Mas Karebet atau lebih dikenal sebagai Jaka Tingkir
justru memutuskan untuk mengabdi kepada Kesultanan Demak. Kesultanan Demak
kemudian mengutus Jaka Tingkir mendirikan Kerajaan Pajang sekaligus menjadi raja
pertamanya dengan sebutan Hadiwijaya.

2. Letak Kerajaan Pajang

Berdasarkan sumber sejarah Kerajaan Pajang, letaknya berada di Pajang, Laweyan,


Surakarta, Jawa Tengah. Lokasinya berada di Surakarta bagian barat. Kerajaan tersebut
berada di datarang rendah, dan diapit oleh Sungai Pepe dan Sungai Dangke.

Wilayah kekuasaan Kerajaan Pajang meliputi Pengging (Boyolali dan Klaten), Butuh
(Madiun dan derah lain di kawasan Sungai Bengawan Solo), Tingkir (Salatiga), Mataram,
Bagelen, Kedu, Pati, Demak, Jeparang, Bojonegoro, Kediri, dan beberapa kota besar di
Jawa Timur.

3. Masa Kejayaan Kerajaan Pajang

Saat dipimpin oleh Hadiwijaya, Kerajaan Pajang mencapai puncak masa kejayaannya.
Raja-raja penting di Jawa Timur pada saat itu mengakui kedudukan dan wilayah
kekuasaannya.

Selain itu, Raja Hadiwijaya juga berhasil membuat kekuasaannya bertambah luas. Dari
tanah pedalamannya, ia berhasil memegang wilayah ke arah timur, yakni sampai madiun.
Tahun 1554, ia berhasil menggulingkan Blora. Ia juga menaklukan Kediri pada tahun
1577.

6
Tak hanya sukses dalam hal politik. Pajang juga mempunyai sumber daya alam dan sosial
budaya yang maju. Daerah Kerajaan Pajang merupakan lumbung padi yang besar. Di
kawasan tersebut saluran irigasi berjalan lancar. Hadiwijaya juga memperoleh penobatan
sebagai Sultan Islam. Penghargaan tersebut diberikan oleh raja-raja penting di Jawa
Timur.

4. Runtuhnya Kerajaan Pajang

Tahun 1582 terjadi perang antara Pajang dan Mataram. Usai perang, Raja Hadiwijaya
sakit dan wafat. Lepas dari kepemimpinannya, kekuasaan Pajang menjadi rebutan
putranya Pangeran Benawa dengan menantunya Arya Pangiri.

Tahta Kerajaan Pajang pun diambil alih oleh Arya Pangiri. Sedangkan Pengeran Benawa
bertolah ke Jipang. Namun kepemimpinan Arya Pangiri tidak sebijak raja sebelumnya. Ia
sibuk mengurusi upaya balas dendam terhadap Mataram. Karena hal itu, kehidupan
rakyat Pajang tidak diperhatikan.

Pangeran Benawa yang merasa prihatin mengetahui kondisi Pajang. Tahun 1586,
Pangeran Benawa bekerja sama dengan Sutawijaya untuk menyerang Pajang. Meski
sebelumnya Sutawijaya melawan ayahnya Hadiwijaya, tetapi Pangeran Benawa masih
merangkulnya sebagai saudara.

Arya Pangiri pun kalah di tangan dua persekutuan tersebut. Ia dipulangkan ke daerah
asalny,  Demak. Kepemimpinan Kerajaan Pajang kemudian diambil oleh Pangeran
Benawa.

Tahun 1587, pemerintahan Pangeran Benawa berakhir. Namun tidak ada putera mahkota
yang meneruskan tahtanya. Karena hal itu, Pajang pun diwariskan menjadi wilayah
kekuasaan Mataram.

5. Raja-raja Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang pernah dipimpin oleh lima raja dari tahun 1568 - 1618. Setiap raja
memiliki kontribusi dan kekuranganya masing-masing.

Jaka Tingkir

Jaka Tingkir atau Hadiwijaya memerintah dari tahun 1568 – 1583. Raja pemberani
tersebut lahir di Pengging, daerah di lereng Gunung Merapi. Ia merupakan cucu dari
Sunan Kalijaga yang berasal dari Kadilangun.

Jaka Tingkir mempunyai nama kecil Mas Krebet.Nama tersebut ia dapatkan karena
kelahirannya bertepatan dengan adanya pertujukan wayang beber di rumahnya. Saat
remaja, ia memperoleh nama Jaka Tingkir. 

Jaka Tingkir menikah dengan puteri dari Sultan Trenggana, Raja Kerajaan Demak.
Setelah berhasil menggulingkan Arya Penangsang, ia diangkat menjadi Raja Demak.
Gelar “Hadiwijaya” ia dapatkan.  

7
Hadiwijaya lalu memindahkan pemerintahan ke Pajang dan sukses mendirikan Kerajaan
Pajang. Ia berhasil menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah selatan Jawa. Wilayah
kekuasaanya juga meluas sampai ke Jawa Timur.

Arya Pengiri 

Arya Pengiri naik tahta menjadi Raja Pajang menggantikan Hadiwijaya. Ia memimpin
dari 1583 – 1586. Namun pada masa di tangannya, Kerajaan Pajang mengalami
kemunduran. Ia kurang bijaksana dalam memimpin.

Karena hal itu, pemerintahannya diserang oleh persekutuan antara Pengeran Benawa dan
Sutawijaya Mataram pada 1588. Arya Pangiri pun lengser. Kekuasaan Pajang kemudian
diperintah oleh Pangeran benawa.

Pangeran Benawa 

Pangeran Benawa menduduki tahta Kerajaan Pajang setelah menggulingkan Arya Pengiri.
Ia memerintah dari 1586 – 1587. Pada masa pemerintahannya ia menjali kerjasama yang
baik dengan Kerajaan Mataram.

Pangeran Benawa hanya memerintah selama satu tahun, kemudian wafat. Sesuai
keinginannya, Kerajaan Pajang kemudian diambil alih oleh Sutawijaya Mataram.

Gagak Bening 

Selepas Pangeran Benawa mangkat, Pajang berada di bawah Matara. Namun Pajang tetap
memiliki raja, yakni Gagak Bening. Gagak Bening merupakan seorang Pangeran dari
Mataram.

Saat memerintah, Gagak Bening gencar melakukan perombakan dan perluasan istana.
Namun Gagak bening hanya memimpin sebentar dari 1587 – 1591. 

Pangeran Benawa II 

Setelah wafatnya  Gagak Bening, pemerintahan Pajang dipegang oleh Pangeran Benawa
II, yang merupakan cucu Sultan Hadiwijaya. Pangeran Benawa memimpin Pajang di usia
yang muda.

Masa pemerintahannya berjalan biasa-biasa saja tanpa masalah. Baru pada 1617-1618,
banyak pihak mendukung agar Pajang melepaskan diri dari Mataram. Pangeran Benawa
II kemudian mengerahkan pasukan untuk menyerang Mataram. Namun serangan tersebut
justru membuat Pajang kalah dan hancur.

6. Peninggalan Kerajaan Pajang

Kerajaan Pajang mempunyai beberapa peninggalan yang masih bisa disambangi sampai
sekarang.

Makam Jaka Tingkir

8
Salah satu peninggalan Pajang yang cukup melegenda adalah Makam Jaka Tingkir.
Makam ini berada di Butuh, Gedongan, Plupuh, Dusun II, Gedongan, Plupuh, Kabupaten
Sragen, Jawa Tengah.

Makam Butuh adalah nama Komplek pemakaman ini. Di kawasan kompleks terdapat
sebuah masjid bernama Masjid Butuh

Kampung Batik Laweyan

Kampung Batik Laweyan saat ini terkenal sebagai perkampungan wisata batik. Kompleks
perkampungan ini terletak di kelurahan Laweyan, kecamatan Laweyan, Surakarta.

Kampung ini sudah ada sejak era Kerajaan Pajang tahun 1546. Kampung ini memiliki
konsep desa yang terintegrasi. Luas kampung ini, yakni 24 hektar dan dibagi menjadi 3
blok.

Masjid Leweyan Solo

Masjid Leweyan didirikan oleh Joko Tingkir sekitar tahun 1546. Lokasi masjid ini berada
di Dusun Belukan, RT. 04 RW. 04, Kelurahan Pajang, Kecamatan Pajang, Surakarta. Di
samping masjid terdapat makam-makam kerabat Kerajaan Pajang. Ada makam Ki Ageng
Henis, seorang penasehat spiritual.

Bangunan masjid ini bergaya perpaduan tradisional Jawa, Eropa, Cina dan Islam.
Bangunannya dibagi ke menjadi tiga bagian, yaitu ruang induk (utama), serambi kanan,
dan serambi kiri.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sejarah berdirinya Kerajaan Demak dimulai saat runtuhnya kerajaan Majapahit pada
abad ke-15. Pada saat berita runtuhnya Kerajaan Majapahit menyebar, beberapa daerah di
bawah kekuasaan Majapahit akhirnya melepaskan diri.

Kadipaten Demak termasuk salah satu wilayah yang melepaskan diri dan menjadi
kerajaan yang mandiri. Pendiri Kerajaan Demak yaitu Raden Patah, yang merupakan putra
terakhir dari Raja Majapahit, yaitu Prabu Brawijaya.

Raden Patah wafat pada tahun 1518 dan pemerintahan kemudian dipimpin oleh Pati
Unus, putranya. Pati Unus menginginkan Kerajaan Demak menjadi sebuah kerajaan dengan
kekuatan maritim yang kuat, ditandai dengan kuatnya armada laut Kerajaan Demak. Portugis
yang selalu berusaha untuk memonopoli perdagangan, merasa terganggu.

Hal itu memicu pertempuran antara Kerajaan Demak dengan Portugis di Selat Malaka
sampai beberapa kali. Setelah kematian Pati Unus pada saat pertempuran melawan Portugis,
kemudian kerajaan Demak dipimpin oleh Sultan Trenggono (1521-1546).

Nama Pajang telah disebutkan dalam Kitab Negarakertagama yang ditulis pada 1365
sebagai bagian dari tanah kekuasaan Majapahit. Penguasa Pajang adalah adik Hayam Wuruk
(raja Majapahit saat itu), Dyah Nertaja, yang bergelar Bharata I Pajang atau disingkat Bhre
Pajang. Dyah Nertaja adalah ibu dari Wikramawardhana (raja Majapahit selanjutnya). Babad
Banten menyebutkan bahwa Pengging di Boyolali sebagai kerajaan kuno yang dipimpin oleh
Anglingdriya merupakan cikal bakal Kerajaan Pajang. Ketika Brawijaya menjadi raja
Majapahit, putrinya yang bernama Retno Ayu Pambayun diculik oleh Menak Daliputih, raja
Blambangan. Jaka Sengsara berhasil merebut kembali sang putri, sehingga Brawijaya
mengangkatnya sebagai bupati Pengging dengan gelar Andayaningrat. Andayaningrat wafat
ketika terjadi perang antara Majapahit dan Demak

B. Saran

Kita sebagai pelajar khususnya pendidikan sejarah harus mengetahui tentang awal
berdirinya suatu kerajaan dengan mengusung corak agama islam yang seperti kita tahu bahwa
islam menjadi negara mayoritas didunia. Kita bisa belajar tentang bagaimana suatu kerajaan
dalam memulai suatu pemeritahan hingga mencapai puncak kejayaan yang memerlukan
waktu yang sangat lama. Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut untuk
kehidupan yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.suara.com/news/2020/12/11/062910/kerajaan-demak-sejarah-hingga-
peninggalannya?page=all

https://voi.id/memori/40798/kerajaan-demak-sejarah-raja-raja-dan-peninggalannya

https://daihatsu.co.id/tips-and-event/tips-sahabat/detail-content/asal-usul-dan-cerita-sejarah-
berdirinya-kerajaan-pajang/

http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/kerajaan-pajang.html

11

Anda mungkin juga menyukai