Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karuniaNya, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang “Kerajaan
Melayu” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
kepada Guru Bidang Studi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan Makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan Makalah ini di waktu
yang akan datang.

Kedungreja, 6 April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... iii

A. Latar Belakang ........................................................................................................ iii

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... iv

C. Tujuan ..................................................................................................................... iv

D. Manfaat.................................................................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 1

A. Letak Kerajaan Melayu............................................................................................ 1

B. Sumber Sejarah........................................................................................................ 3

C. Aspek Kehidupan Politik......................................................................................... 7

D. Struktur Birokrasi.................................................................................................... 15

E. Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat............................................................. 15

F. Kehidupan Ekonomi................................................................................................ 16

G. Faktor Pendorong Masa Kejayaan Kerajaan Melayu.............................................. 16

H. Faktor Yang Menyebabkan Keruntuhan Kerajaan Melayu..................................... 17

BAB III PENUTUP................................................................................................................ 18

Kesimpulan.............................................................................................................. 18

Saran ....................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melayu menurut naskah Salatusaltin pada awalnya merupakan nama sebuah sungai di Jambi.

Namanya sungai Melayu. Penduduk setempat yang mendiami sungai tersebut kemudian

berkembang dan membangun sebuah peradaban. Puncaknya mereka kemudian berhasil mendirikan

sebuah Kerajaan yang kemudian diberi nama Kerajaan Melayu. Sementara orang dari Kerajaan ini

kemudian dinamakan orang Melayu.

Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di Jambi, yaitu di tepi kanan atau kiri Sungai Melayu

yang kni dikenal dengan sungai Batanghari. Dugaan tersebut dikarenakan pada Sungai Batanghari

ditemukan beberapa peninggalan purba berupa candi, arca, dan peninggalan lainnya.

Selain kabar dari dalam Negeri yang diperoleh dari penemuan peninggalan kerajaan melayu.

Kabar mengenai Kerajaan ini datang dari seorang musafir Cina yang bernama I-Tsing, ia mengunjgi

Sumatra pada 671-695 M, dalam kunjunganya itu iamencatat dalam bukunya, bahwa pada abad ke 7

Masehi secara politik Kerajaan Melayu telah dimasukkan ke dalam kekuasaan Kerajaan

Sriwijaya.Ini berarti pada masa itu Kerajaan Melayu adalah salah satu kerajaan yang menjadi

taklukan Kerajaan Sriwijaya.

Fenomena tersebut menarik penulis untuk menulis makalah berjudul Sejarah Kerajaan

Melayu.

iii
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi kerajaan Melayu?

2. Apakah saja peninggalan kerajaan Melayu?

C. Tujuan

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka makalah ini bertujuan untuk

mengetahui ;

1. Deskripsi kerajaan Melayu

2. Peninggalan kerajaan Melayu

D. Manfaat

Sesuai dengan tujuan penulisan makalah, maka makalah ini memiliki manfaat ;

1. Mendeskripsikan kerajaan Melayu

2. Mejelaskan peninggalan kerajaan Melayu

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Letak Kerajaan Melayu

Peta Ranah Melayu purba, berdasarkan teori yang diterima umum, pusat Kerajaan Malayu

dikaitkan dengan situs Muaro Jambi, muara sungai Batanghari, Jambi, Sumatera. Tetapi berbagai

negeri (kadatuan) Melayu lainnya pun bersemi sebelum ditaklukan Sriwijaya pada akhir abad ke-7

Masehi, seperti Kerajaan Langkasuka, Pan Pan dan Panai.

Kerajaan Melayu atau dalam bahasa Tionghoa ditulis Ma-La-Yu ( 末 羅 瑜 國 ) merupakan

sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan

dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di

diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di

Dharmasraya dan diawal abad ke 15 berpusat di Suruaso atau Pagaruyung.

Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi (Thai:Sovannophum) yang oleh

para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya

mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum direbut oleh

Kerajaan Sriwijaya (Thai:Sevichai) pada tahun 682.

Penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 seperti yang tersebut dalam buku

Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon. Dan kemudian dalam kitab

Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa yang bermaksud tanah

yang dikelilingi air.

Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara

Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli

sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca

1
Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang

menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.

Letak Kerajaan Melayu

Prof. Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa

Sanskerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh

karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di Kota Jambi, karena daerah itu

merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi

istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Dan menurut prasasti Tanjore yang

dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Malayu

dilindungi oleh benteng-benteng, dan terletak di atas bukit.

Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang

pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq

ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang

terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau

Sumatera.

2
B. Peninggalan

 Prasasti Masjusri

Pada prasasti di atas arca Manjusri dari candi Jago disebutkan bahwa pada tahun 1343,

Adityawarman bersama-sama dengan Gajah mada menaklukkan Bali.

Prasasti Masjusri

 Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti ini menceritakan penundukan Kerajaan Melayu oleh Sriwijaya

Ketika pertangahan abad kesebelas Kerajaan Sriwijaya mulai lemah akibat serbutan dahsyat

Colamandala, negeri Malayu memanfaatkan kesempatan untuk bangkit kembali. Sebuah prasasti

yang ditemukan di Srilanka menyebukan, bahwa pada zaman pemerintahan Vijayabahu di Srilangka

(1055 – 1100), Pangeran Suryanarayana di Malayaprua (Sumatera). Hal ini menunjukkan bahwa

pada pertengahan abad kesebelas, negeri Malayu – Jambi telah berhasil memerdekakan dirinya dari

kekuasaan Sriwijaya.

Prasasti Kedukan Bukit

3
 Kitab Negara Kertagama dan Pararaton

Negara Kertagama dan Pararaton memberitakan bahwa pada tahun 1275 masa pemerintahan

Sri Kertanegara dikirim ekspedisi dari Singosari ke Swarnabumi yang disebut Pamalayu. Dalam

Kertagama Pupuh XLI/5 diuraikan dengan jelas tentang pengiriman tentara Singosari ke Melayu

itu. Untuk menghadapi perluasan kekuasaan bangsa Mongol, sebagai persahabatan, maka raja

Kertanegara mengirimkan sebuah arca Amoghapasa yang merupakan hadiah dari raja Kertanegara

untuk Sri Maharaja Mauliwarmadewa. Patung ini ditempatkan di tempat suci Dharmasraya.

peninggalan Kerajaan Melayu cukup banyak dan umumnya ditemukan di Kabupaten Dharmasraya.

Peninggalan tersebut antara lain:

 Candi pulau sawah.

 Kompleks candi Padang Roco.

 Arca Amoghapasa atau prasasti Padang Roco.

 Candi Bukik Awang Moambiak.

 Kompleks Candi Muaro Jambi, pada kompleks ini ditemukan 6 candi yakni Candi Tinggi,

Candi Kembar, Candi Gumpung, Candi Gedong I dan II serta candi Astono.

Candi Gumpung, kuil Buddha di Muara Jambi.

4
C. Aspek Kehidupan Politik

Demi terciptanya kestabilan suatu pemerintahan tentunya dibutuhkan sistem politik dan

pemerintahan yang baik, begitu pula yang terjadi di kerajaan Melayu yang membentuk tata kelola

kerajaan pada masanya untuk menjaga kestabilan negri Kerajaan Melayu. Berikut ulasan kehidupan

Politik Kerajaan Melayu.

a. Penaklukan Sriwijaya

Dimulai dari penaklukan Sriwijaya, Prasasti Kedukan Bukit menguraikan jayasiddhayatra

(perjalanan jaya) dari penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang (Yang Dipertuan

Hyang). Oleh karena Dapunta Hyang membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan,

sudah tentu perjalanan itu adalah ekspedisi militer menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti

Kedukan Bukit, didapatkan data-data :

 Dapunta Hyang naik perahu tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682).

 Dapunta Hyang berangkat dari Minanga tanggal 7 Jesta (19 Mei) dengan membawa lebih dari

20.000 balatentara. Rombongan lalu tiba di Muka Upang.

Jadi, penaklukan Malayu oleh Sriwijaya terjadi pada tahun 682. Pendapat ini sesuai dengan

catatan I Tsing bahwa, pada saat berangkat menuju India tahun 671, Ma-la-yu masih menjadi

kerajaan merdeka, sedangkan ketika kembali tahun 685, negeri itu telah dikuasai oleh Shih-li-fo-

shih.

Pelabuhan Malayu merupakan penguasa lalu lintas Selat Malaka saat itu. Dengan direbutnya

Minanga, secara otomatis pelabuhanpun jatuh ke tangan Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak tahun 682

penguasa lalu lintas dan perdagangan Selat Malaka digantikan oleh kerajaan Melayu Sriwijaya.

b. Dari Minanga ke Dharmasraya

 Munculnya Wangsa Mauli

Kekalahan kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Coladewa, raja Chola dari Koromandel

telah mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya sejak

5
tahun 1025. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran

Wangsa Sailendra, yaitu yang disebut dengan nama Wangsa Mauli.

Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di

selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana

Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca

Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca

tersebut bernama Mraten Sri Nano.

Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasasti Padang Roco tahun

1286. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli

Warmadewa. Ia mendapat kiriman arca Amoghapasa dari atasannya, yaitu Kertanagara raja

Singhasari di pulau Jawa. Arca tersebut kemudian diletakkan di Dharmasraya.

Dharmasraya dalam Pararaton disebut dengan nama Malayu. Dengan demikian,

Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar

adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai

raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak menyebutnya dengan jelas.

Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai

Grahi, yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami

kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya

kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina disebutkan bahwa pada tahun

1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan

muncul pula utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.

Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja, Tribhuwanaraja dan

Adityawarman berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian,

kebangkitan kembali kerajaan Melayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui

dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Trailokyaraja, ataukah raja sebelum

6
dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada

prasasti Grahi.

 Daerah Kekuasaan Dharmasraya

Dalam naskah berjudul Zhufan Zhi (諸蕃志) karya Zhao Rugua tahun 1225 disebutkan bahwa

negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu Che-lan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi, Ch'ai-ya

atau Chaiya selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling (Tambralingga, selatan Thailand), Ling-ya-si-

kia (Langkasuka, selatan Thailand), Ki-lan-tan (Kelantan), , Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur

semenanjung malaya), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun, daerah

Terengganu sekarang), Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai

Paka, pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong (Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah Aceh

sekarang), Kien-pi (Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan dengan demikian,

wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera sampai

Sunda.

 San-fo-tsi

Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990–an identik dengan Sriwijaya.

Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap

dipakai dalam naskah-naskah kronik Cina untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum. Apabila

San-fo-tsi masih dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan

prasasti Tanyore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatra

dan Semenanjung Malaya. Selain itu dalam daftar di atas juga ditemukan nama Pa-lin-fong yang

identik dengan Palembang. Karena Palembang sama dengan Sriwijaya, maka tidak mungkin

Sriwijaya menjadi bawahan Sriwijaya.

Kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan

utusan, masing-masing dari Kien-pi (Jambi) dan Pa-lin-fong (Palembang)

7
Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun

1082 mengirim duta besar ke Cina yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta

besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja

yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13

potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.

Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu

ataupun nama lain yang mirip dengan Dharmasraya.

Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya,

melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut

merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah

berakhir.

Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Cina

untuk menyebut Pulau Sumatera secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah

Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke-14, yaitu zaman Dinasti Ming dan Majapahit.

Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya

masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama

sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang.

 Ekspedisi Pamalayu

Naskah Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara

mengirimkan utusan Singhasari dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama Ekspedisi

Pamalayu yang dipimpin oleh Kebo Anabrang.

Prasasti Padang Roco tahun 1286 menyebutkan tentang pengiriman arca Amoghapasa sebagai

tanda persahabatan antara Singhasari dengan Dharmasraya.

Pada tahun 1293 tim ini kembali dengan membawa serta dua orang putri Malayu bernama Dara

Jingga dan Dara Petak. Untuk memperkuat persahabatan antara Dharmasraya dengan Singhasari,

8
Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya yang telah menjadi raja Kerajaan Majapahit

mengantikan Singhasari. Pernikahan ini melahirkan Jayanagara, raja kedua Majapahit. Sementara

itu, Dara Jingga diserahkan kepada seorang “dewa”. Ia kemudian melahirkan Tuan Janaka yang

kelak menjadi raja Pagaruyung bergelar Mantrolot Warmadewa. Namun ada kemungkinan lain

bahwa Raden Wijaya juga mengambil Dara Jingga sebagai istri, karena hal ini lumrah sebab Raden

Wijaya pada waktu itu telah menjadi raja serta juga memperistri semua anak-anak perempuan

Kertanagara. Dan ini dilakukan untuk menjaga ketentraman dan kestabilan kerajaan setelah

peralihan kekuasaan di Singhasari.

Sebagian sumber mengatakan bahwa Mantrolot Warmadewa identik dengan Adityawarman

Mauli Warmadewa, putra Adwayawarman. Nama Adwayawarman ini mirip dengan

Adwayabrahma, yaitu salah satu pengawal arca Amoghapasa dalam prasasti Padangroco tahun

1286. Saat itu Adwayabrahma menjabat sebagai Rakryan Mahamantri dalam pemerintahan

Kertanagara. Jabatan ini merupakan jabatan tingkat tinggi. Mungkin yang dimaksud dengan “dewa”

dalam Pararaton adalah tokoh ini. Dengan kata lain, Raden Wijaya menikahkan Dara Jingga dengan

Adwayabrahma sehingga lahir Adityawarman.

Patung Adityawarman.

9
Adityawarman sendiri nantinya menggunakan gelar Mauli Warmadewa. Hal ini untuk

menunjukkan kalau ia adalah keturunan Srimat Tribhuwanaraja.

c. Ditaklukkan Majapahit

Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut Dharmasraya sebagai salah satu

di antara sekian banyak negeri jajahan Kerajaan Majapahit di Pulau Sumatra. Namun interpretasi isi

yang menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti ini

masih kontroversial, sehingga dipertentangkan sampai hari ini.

Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit untuk

menaklukan wilayah Swarnnabhumi nama lain pulau Sumatera. Penaklukan Majapahit dimulai

dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama

Arya Damar sebagai Bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali

pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman.

d. Dari Dharmasraya ke Pagaruyung

Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, Pada tahun 1343

Adityawarman kembali ke Swarnnabhumi dan ditahun 1347 memproklamirkan dirinya sebagai

pelanjut Dinasti Mauli penguasa Kerajaan Melayu di Dharmasrayadan selanjutnya memindahkan

pusat pemerintahannya ke Suruaso, (daerah Minangkabau), dengan gelar Maharajadiraja Srimat

Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa. Dengan melihat gelar

yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal

sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Wangsa Mauli penguasa Dharmasraya dan

gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah

Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja

dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa di Swarnnabhumi.

Dari catatan Dinasti Ming (1368-1644) menyebutkan bahwa di San-fo-tsi (Sumatera) terdapat

tiga orang raja. Mereka adalah Sengk'ia-li-yu-lan (alias Adityawarman), Ma-ha-na-po-lin-pang

10
(Maharaja Palembang), dan Ma-na-cha-wu-li (Maharaja Dharmasraya). Dan sebelumnya pada masa

Dinasti Yuan (1271-1368), Adityawarman juga pernah dikirim oleh Jayanegara sebanyak dua kali

sebagai duta ke Cina yaitu pada tahun 1325 dan 1332, dan tentu dengan nama yang sama pada masa

Dinasti Ming masih dirujuk kepada Adityawarman, yang kemudian kembali mengirimkan utusan

sebanyak 6 kali pada rentang tahun 1371 sampai 1377. Dan kemudian dari berita ini dapat dikaitkan

dengan penemuan Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman

Adityawarman, dimana pada naskah tersebut ada menyebutkan tentang Maharaja Dharmasraya. Jika

dikaitkan dengan piagam yang dipahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, jelas

Adityawarman bergelar Maharajadiraja, dan membawahi Dharmasraya dan Palembang.

Berikut ini daftar nama raja Melayu:

Nama Raja atau Prasasti, catatan pengiriman utusan ke


Tarikh Ibukota
Gelar Tiongkok serta peristiwa
Berita China, catatan perjalanan I-tsing (634-

671   Minanga 713). Dan Prasasti Kedukan Bukit tahun 682,

penaklukan Minanga oleh Sriwijaya.


682-
    Dibawah kekuasaan Sriwijaya
1156
1157-
    Belum ada berita
1182
Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand,
Srimat
perintah kepada bupati Grahi yang bernama
Trailokyaraja
1183 Dharmasraya Mahasenapati Galanai supaya membuat arca
Maulibhusana
Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai
Warmadewa
emas 10 tamlin.
1184-
    Belum ada berita
1285

D. Struktur Birokrasi

11
Di masa Jambi masih menjadi kerajaan merdeka, kerajaan dipimpin oleh seorang raja. Namun,

belum ada kejelasan, apa status pemimpin daerah-daerah di Jambi, selama negeri ini menjadi bagian

dari wilayah kerajaan lain.

E. Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat

Beberapa benda arkeologis yang ditemukan di daerah Jambi menunjukkan bahwa, di daerah ini

telah berlangsung suatu aktifitas ekonomi yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan

benda-benda keramik juga membuktikan bahwa, di daerah ini, penduduknya telah hidup dengan

tingkat budaya yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, orang-

orang Jambi merupakan masyarakat yang religius. Ini hanyalah sedikit gambaran mengenai

kehidupan di Jambi. Bagaimana sisi sosial budaya masyarakat secara keseluruhan? Sangat sulit

untuk menggambarkan secara detil, bagaimana kehidupan sosial budaya ini berlangsung, mengingat

data arkeologis yang sangat minim.

F. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi dan Kerajaan Melayu menyerupai Kerajaan Sriwijaya. Sebagai negara

maritim, diyakini bahwa perdagangan merupakan bidang andalan Kerajaan Melayu. Hal ini bisa

dilihat dari letak geografisnya yang berada di tengah−tengah jalur perdagangan antara India dan

Cina, dan perdagangan, rakyat Melayu juga mengandalkan pertanian.

G. Faktor Pendorong Masa Kejayaan Kerajaan Melayu

Setelah terlepas dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu perlahan memainkan

peranan penting di wilayah Sumatra. Pada abad ke-14, Melayu dipimpin oleh Adityawarman, putra

dari pasangan Adyawarman dan Dara Jingga.

Adityawarman adalah teman dari dinasti yang berkuasa di Majapahit dan pernah membantu

Gajah Mada menakulkkan Pulau Bali.Adityawarman dikenal sebagai raja yang menakutkan, akan

tetapi juga pemurah. Walaupun demikian, Adityawarman berhasil memberikan kemakmuran,

12
karena selalu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Pada masa ini, Melayu mencapai puncak

kejayaan. Letaknya yang strategis di pantai timur Sumatra memungkinkan kerajaan berperan

penting dalam dunia perdagangan antara India dan Cina dengan kawasan timur kepulauan

Nusantara.

H. Faktor Yang Menyebabkan Keruntuhan Kerajaan Melayu

a. Faktor Politis

Kedudukan kerajaan ini makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga

memiliki kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara yang

menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Dan Kerajaan

Singasari di daerah timur yang dipimpin oleh Raja Kertanegara dengan mengirim ekspedisi ke arah

barat (Ekspedisi Pamalayu) yang mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan

Kalimantan, sehingga mengakibatkan kedudukan Sriwijaya makin terdesak.

b. Faktor Ekonomi

Aktivitas perdagangan berkurang karena daerah strategis perdagangan yng dikuasai Sriwijaya

jatuh ke kekuasaan raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi

kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil &

lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Majapahit tahun 1377 M.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kerajaan Melayu merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti

dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang

mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di sekitar Jambi.

B. Saran

1. Kami minta maaf pada pembaca bila isi makalah kami kurang jelas.

2. Agar kita pahami sebab perpindahan Kerajaan Melayu lebih luas kita harus membaca lebih

banyak.

3. Supaya lebih banyak tahu tentang Kerajaan Medang kita harus banyak bertanya. 

14
DAFTAR PUSTAKA

http://cimahi.iwu.web.id/id3/2710-2604/Melayu_33849_cimahi-iwu.html

http://www.artikelmateri.com/2015/11/sejarah-kerajaan-melayu-rangkuman-lengkap.html

15
16

Anda mungkin juga menyukai