Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karuniaNya, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang “Kerajaan
Melayu” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih
kepada Guru Bidang Studi yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan Makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan Makalah ini di waktu
yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... iv
C. Tujuan ..................................................................................................................... iv
D. Manfaat.................................................................................................................... iv
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 1
B. Sumber Sejarah........................................................................................................ 3
D. Struktur Birokrasi.................................................................................................... 15
F. Kehidupan Ekonomi................................................................................................ 16
Kesimpulan.............................................................................................................. 18
Saran ....................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melayu menurut naskah Salatusaltin pada awalnya merupakan nama sebuah sungai di Jambi.
Namanya sungai Melayu. Penduduk setempat yang mendiami sungai tersebut kemudian
berkembang dan membangun sebuah peradaban. Puncaknya mereka kemudian berhasil mendirikan
sebuah Kerajaan yang kemudian diberi nama Kerajaan Melayu. Sementara orang dari Kerajaan ini
Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di Jambi, yaitu di tepi kanan atau kiri Sungai Melayu
yang kni dikenal dengan sungai Batanghari. Dugaan tersebut dikarenakan pada Sungai Batanghari
ditemukan beberapa peninggalan purba berupa candi, arca, dan peninggalan lainnya.
Selain kabar dari dalam Negeri yang diperoleh dari penemuan peninggalan kerajaan melayu.
Kabar mengenai Kerajaan ini datang dari seorang musafir Cina yang bernama I-Tsing, ia mengunjgi
Sumatra pada 671-695 M, dalam kunjunganya itu iamencatat dalam bukunya, bahwa pada abad ke 7
Masehi secara politik Kerajaan Melayu telah dimasukkan ke dalam kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya.Ini berarti pada masa itu Kerajaan Melayu adalah salah satu kerajaan yang menjadi
Fenomena tersebut menarik penulis untuk menulis makalah berjudul Sejarah Kerajaan
Melayu.
iii
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
C. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka makalah ini bertujuan untuk
mengetahui ;
D. Manfaat
Sesuai dengan tujuan penulisan makalah, maka makalah ini memiliki manfaat ;
iv
BAB II
PEMBAHASAN
Peta Ranah Melayu purba, berdasarkan teori yang diterima umum, pusat Kerajaan Malayu
dikaitkan dengan situs Muaro Jambi, muara sungai Batanghari, Jambi, Sumatera. Tetapi berbagai
negeri (kadatuan) Melayu lainnya pun bersemi sebelum ditaklukan Sriwijaya pada akhir abad ke-7
sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan
dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini dapat di
diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di Minanga, pada abad ke-13 yang berpusat di
Kerajaan ini berada di pulau Swarnadwipa atau Swarnabumi (Thai:Sovannophum) yang oleh
para pendatang disebut sebagai pulau emas yang memiliki tambang emas, dan pada awalnya
mempunyai kemampuan dalam mengontrol perdagangan di Selat Melaka sebelum direbut oleh
Penggunaan kata Melayu, telah dikenal sekitar tahun 100-150 seperti yang tersebut dalam buku
Geographike Sintaxis karya Ptolemy yang menyebutkan maleu-kolon. Dan kemudian dalam kitab
Hindu Purana pada zaman Gautama Buddha terdapat istilah Malaya dvipa yang bermaksud tanah
Dari uraian I-tsing jelas sekali bahwa Kerajaan Melayu terletak di tengah pelayaran antara
Sriwijaya dan Kedah. Jadi Sriwijaya terletak di selatan atau tenggara Melayu. Hampir semua ahli
sejarah sepakat bahwa negeri Melayu berlokasi di hulu sungai Batang Hari, sebab pada alas arca
1
Amoghapasa yang ditemukan di Padangroco terdapat prasasti bertarikh 1208 Saka (1286) yang
menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari) kepada raja Melayu.
Prof. Slamet Muljana berpendapat, istilah Malayu berasal dari kata Malaya yang dalam bahasa
Sanskerta bermakna “bukit”. Nama sebuah kerajaan biasanya merujuk pada nama ibu kotanya. Oleh
karena itu, ia tidak setuju apabila istana Malayu terletak di Kota Jambi, karena daerah itu
merupakan dataran rendah. Menurutnya, pelabuhan Malayu memang terletak di Kota Jambi, tetapi
istananya terletak di pedalaman yang tanahnya agak tinggi. Dan menurut prasasti Tanjore yang
dikeluarkan oleh Rajendra Chola I bertarikh 1030, menyebutkan bahwa ibu kota kerajaan Malayu
Dari keterangan Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni, ahli geografi Persia, yang
pernah mengunjungi Asia Tenggara tahun 1030 dan menulis catatan perjalanannya dalam Tahqiq
ma li l-Hind (Fakta-fakta di Hindia) yang menyatakan bahwa ia mengunjungi suatu negeri yang
terletak pada garis khatulistiwa pulau penghasil emas atau Golden Khersonese yakni pulau
Sumatera.
2
B. Peninggalan
Prasasti Masjusri
Pada prasasti di atas arca Manjusri dari candi Jago disebutkan bahwa pada tahun 1343,
Prasasti Masjusri
Ketika pertangahan abad kesebelas Kerajaan Sriwijaya mulai lemah akibat serbutan dahsyat
Colamandala, negeri Malayu memanfaatkan kesempatan untuk bangkit kembali. Sebuah prasasti
yang ditemukan di Srilanka menyebukan, bahwa pada zaman pemerintahan Vijayabahu di Srilangka
(1055 – 1100), Pangeran Suryanarayana di Malayaprua (Sumatera). Hal ini menunjukkan bahwa
pada pertengahan abad kesebelas, negeri Malayu – Jambi telah berhasil memerdekakan dirinya dari
kekuasaan Sriwijaya.
3
Kitab Negara Kertagama dan Pararaton
Negara Kertagama dan Pararaton memberitakan bahwa pada tahun 1275 masa pemerintahan
Sri Kertanegara dikirim ekspedisi dari Singosari ke Swarnabumi yang disebut Pamalayu. Dalam
Kertagama Pupuh XLI/5 diuraikan dengan jelas tentang pengiriman tentara Singosari ke Melayu
itu. Untuk menghadapi perluasan kekuasaan bangsa Mongol, sebagai persahabatan, maka raja
Kertanegara mengirimkan sebuah arca Amoghapasa yang merupakan hadiah dari raja Kertanegara
untuk Sri Maharaja Mauliwarmadewa. Patung ini ditempatkan di tempat suci Dharmasraya.
peninggalan Kerajaan Melayu cukup banyak dan umumnya ditemukan di Kabupaten Dharmasraya.
Kompleks Candi Muaro Jambi, pada kompleks ini ditemukan 6 candi yakni Candi Tinggi,
Candi Kembar, Candi Gumpung, Candi Gedong I dan II serta candi Astono.
4
C. Aspek Kehidupan Politik
Demi terciptanya kestabilan suatu pemerintahan tentunya dibutuhkan sistem politik dan
pemerintahan yang baik, begitu pula yang terjadi di kerajaan Melayu yang membentuk tata kelola
kerajaan pada masanya untuk menjaga kestabilan negri Kerajaan Melayu. Berikut ulasan kehidupan
a. Penaklukan Sriwijaya
(perjalanan jaya) dari penguasa Kerajaan Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang (Yang Dipertuan
Hyang). Oleh karena Dapunta Hyang membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan,
sudah tentu perjalanan itu adalah ekspedisi militer menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti
Dapunta Hyang naik perahu tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682).
Dapunta Hyang berangkat dari Minanga tanggal 7 Jesta (19 Mei) dengan membawa lebih dari
Jadi, penaklukan Malayu oleh Sriwijaya terjadi pada tahun 682. Pendapat ini sesuai dengan
catatan I Tsing bahwa, pada saat berangkat menuju India tahun 671, Ma-la-yu masih menjadi
kerajaan merdeka, sedangkan ketika kembali tahun 685, negeri itu telah dikuasai oleh Shih-li-fo-
shih.
Pelabuhan Malayu merupakan penguasa lalu lintas Selat Malaka saat itu. Dengan direbutnya
Minanga, secara otomatis pelabuhanpun jatuh ke tangan Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak tahun 682
penguasa lalu lintas dan perdagangan Selat Malaka digantikan oleh kerajaan Melayu Sriwijaya.
Kekalahan kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra Coladewa, raja Chola dari Koromandel
telah mengakhiri kekuasaan Wangsa Sailendra atas pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya sejak
5
tahun 1025. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti baru yang mengambil alih peran
Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di
selatan Thailand. Prasasti itu berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana
Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati Galanai supaya membuat arca
Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca
Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu Prasasti Padang Roco tahun
1286. Prasasti ini menyebut adanya seorang raja bernama Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli
Warmadewa. Ia mendapat kiriman arca Amoghapasa dari atasannya, yaitu Kertanagara raja
Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar
adalah keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa juga dianggap sebagai
Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja pada tahun 1183 telah mencapai
Grahi, yang terletak di selatan Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya mengalami
kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa Selat Malaka. Namun, kapan kiranya
kebangkitan tersebut dimulai tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina disebutkan bahwa pada tahun
1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan
muncul pula utusan dari Pa-lin-fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.
Adityawarman berasal dari bahasa Tamil yang bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian,
kebangkitan kembali kerajaan Melayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak diketahui
dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah Trailokyaraja, ataukah raja sebelum
6
dirinya, karena sampai saat ini belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada
prasasti Grahi.
Dalam naskah berjudul Zhufan Zhi (諸蕃志) karya Zhao Rugua tahun 1225 disebutkan bahwa
negeri San-fo-tsi memiliki 15 daerah bawahan, yaitu Che-lan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi, Ch'ai-ya
atau Chaiya selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling (Tambralingga, selatan Thailand), Ling-ya-si-
kia (Langkasuka, selatan Thailand), Ki-lan-tan (Kelantan), , Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur
Terengganu sekarang), Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai
Paka, pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong (Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah Aceh
sekarang), Kien-pi (Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan dengan demikian,
wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera sampai
Sunda.
San-fo-tsi
Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun 990–an identik dengan Sriwijaya.
Namun, ketika Sriwijaya mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih tetap
dipakai dalam naskah-naskah kronik Cina untuk menyebut Pulau Sumatra secara umum. Apabila
San-fo-tsi masih dianggap identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan dengan
prasasti Tanyore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatra
dan Semenanjung Malaya. Selain itu dalam daftar di atas juga ditemukan nama Pa-lin-fong yang
identik dengan Palembang. Karena Palembang sama dengan Sriwijaya, maka tidak mungkin
Kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088, San-fo-tsi masih mengirimkan
7
Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun
1082 mengirim duta besar ke Cina yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta
besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja
yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13
potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.
Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut tidak ada menyebutkan Ma-la-yu
Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya,
melainkan identik dengan Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut
merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, karena saat itu masa kejayaan Sriwijaya sudah
berakhir.
Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya tetap digunakan dalam berita Cina
untuk menyebut Pulau Sumatera secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat itu adalah
Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke-14, yaitu zaman Dinasti Ming dan Majapahit.
Catatan sejarah Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah saat itu Sriwijaya
masih ada. Sementara itu, catatan sejarah Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama
sekali tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya melainkan Palembang.
Ekspedisi Pamalayu
Naskah Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara
mengirimkan utusan Singhasari dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan nama Ekspedisi
Prasasti Padang Roco tahun 1286 menyebutkan tentang pengiriman arca Amoghapasa sebagai
Pada tahun 1293 tim ini kembali dengan membawa serta dua orang putri Malayu bernama Dara
Jingga dan Dara Petak. Untuk memperkuat persahabatan antara Dharmasraya dengan Singhasari,
8
Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya yang telah menjadi raja Kerajaan Majapahit
mengantikan Singhasari. Pernikahan ini melahirkan Jayanagara, raja kedua Majapahit. Sementara
itu, Dara Jingga diserahkan kepada seorang “dewa”. Ia kemudian melahirkan Tuan Janaka yang
kelak menjadi raja Pagaruyung bergelar Mantrolot Warmadewa. Namun ada kemungkinan lain
bahwa Raden Wijaya juga mengambil Dara Jingga sebagai istri, karena hal ini lumrah sebab Raden
Wijaya pada waktu itu telah menjadi raja serta juga memperistri semua anak-anak perempuan
Kertanagara. Dan ini dilakukan untuk menjaga ketentraman dan kestabilan kerajaan setelah
Adwayabrahma, yaitu salah satu pengawal arca Amoghapasa dalam prasasti Padangroco tahun
1286. Saat itu Adwayabrahma menjabat sebagai Rakryan Mahamantri dalam pemerintahan
Kertanagara. Jabatan ini merupakan jabatan tingkat tinggi. Mungkin yang dimaksud dengan “dewa”
dalam Pararaton adalah tokoh ini. Dengan kata lain, Raden Wijaya menikahkan Dara Jingga dengan
Patung Adityawarman.
9
Adityawarman sendiri nantinya menggunakan gelar Mauli Warmadewa. Hal ini untuk
c. Ditaklukkan Majapahit
Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 menyebut Dharmasraya sebagai salah satu
di antara sekian banyak negeri jajahan Kerajaan Majapahit di Pulau Sumatra. Namun interpretasi isi
yang menguraikan daerah-daerah "wilayah" kerajaan Majapahit yang harus menghaturkan upeti ini
Pada tahun 1339 Adityawarman dikirim sebagai uparaja atau raja bawahan Majapahit untuk
menaklukan wilayah Swarnnabhumi nama lain pulau Sumatera. Penaklukan Majapahit dimulai
dengan menguasai Palembang. Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan menyebut nama
Arya Damar sebagai Bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada menaklukkan Bali
pada tahun 1343. Menurut Prof. C.C. Berg, tokoh ini dianggapnya identik dengan Adityawarman.
Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan, Pada tahun 1343
yang disandang Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah dikenal
sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Wangsa Mauli penguasa Dharmasraya dan
gelar Sri Udayadityavarman pernah disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah
Rajendra nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini tentu sengaja
Dari catatan Dinasti Ming (1368-1644) menyebutkan bahwa di San-fo-tsi (Sumatera) terdapat
10
(Maharaja Palembang), dan Ma-na-cha-wu-li (Maharaja Dharmasraya). Dan sebelumnya pada masa
Dinasti Yuan (1271-1368), Adityawarman juga pernah dikirim oleh Jayanegara sebanyak dua kali
sebagai duta ke Cina yaitu pada tahun 1325 dan 1332, dan tentu dengan nama yang sama pada masa
Dinasti Ming masih dirujuk kepada Adityawarman, yang kemudian kembali mengirimkan utusan
sebanyak 6 kali pada rentang tahun 1371 sampai 1377. Dan kemudian dari berita ini dapat dikaitkan
dengan penemuan Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada zaman
Adityawarman, dimana pada naskah tersebut ada menyebutkan tentang Maharaja Dharmasraya. Jika
dikaitkan dengan piagam yang dipahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, jelas
D. Struktur Birokrasi
11
Di masa Jambi masih menjadi kerajaan merdeka, kerajaan dipimpin oleh seorang raja. Namun,
belum ada kejelasan, apa status pemimpin daerah-daerah di Jambi, selama negeri ini menjadi bagian
Beberapa benda arkeologis yang ditemukan di daerah Jambi menunjukkan bahwa, di daerah ini
telah berlangsung suatu aktifitas ekonomi yang berpusat di daerah Sungai Batang Hari. Temuan
benda-benda keramik juga membuktikan bahwa, di daerah ini, penduduknya telah hidup dengan
tingkat budaya yang tinggi. Temuan arca-arca Budha dan candi juga menunjukkan bahwa, orang-
orang Jambi merupakan masyarakat yang religius. Ini hanyalah sedikit gambaran mengenai
kehidupan di Jambi. Bagaimana sisi sosial budaya masyarakat secara keseluruhan? Sangat sulit
untuk menggambarkan secara detil, bagaimana kehidupan sosial budaya ini berlangsung, mengingat
F. Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi dan Kerajaan Melayu menyerupai Kerajaan Sriwijaya. Sebagai negara
maritim, diyakini bahwa perdagangan merupakan bidang andalan Kerajaan Melayu. Hal ini bisa
dilihat dari letak geografisnya yang berada di tengah−tengah jalur perdagangan antara India dan
Setelah terlepas dari kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu perlahan memainkan
peranan penting di wilayah Sumatra. Pada abad ke-14, Melayu dipimpin oleh Adityawarman, putra
Adityawarman adalah teman dari dinasti yang berkuasa di Majapahit dan pernah membantu
Gajah Mada menakulkkan Pulau Bali.Adityawarman dikenal sebagai raja yang menakutkan, akan
12
karena selalu memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Pada masa ini, Melayu mencapai puncak
kejayaan. Letaknya yang strategis di pantai timur Sumatra memungkinkan kerajaan berperan
penting dalam dunia perdagangan antara India dan Cina dengan kawasan timur kepulauan
Nusantara.
a. Faktor Politis
Kedudukan kerajaan ini makin terdesak karena munculnya kerajaan-kerajaan besar yang juga
memiliki kepentingan dalam bidang perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah utara yang
menguasai daerah-daerah di Semenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Dan Kerajaan
Singasari di daerah timur yang dipimpin oleh Raja Kertanegara dengan mengirim ekspedisi ke arah
barat (Ekspedisi Pamalayu) yang mengadakan pendudukan terhadap Kerajaan Melayu, Pahang, dan
b. Faktor Ekonomi
Aktivitas perdagangan berkurang karena daerah strategis perdagangan yng dikuasai Sriwijaya
jatuh ke kekuasaan raja-raja di sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi
kerajaan kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan Sriwijaya yang kecil &
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerajaan Melayu merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di Pulau Sumatera. Dari bukti
dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang
mengalami naik turun ini dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di sekitar Jambi.
B. Saran
1. Kami minta maaf pada pembaca bila isi makalah kami kurang jelas.
2. Agar kita pahami sebab perpindahan Kerajaan Melayu lebih luas kita harus membaca lebih
banyak.
3. Supaya lebih banyak tahu tentang Kerajaan Medang kita harus banyak bertanya.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://cimahi.iwu.web.id/id3/2710-2604/Melayu_33849_cimahi-iwu.html
http://www.artikelmateri.com/2015/11/sejarah-kerajaan-melayu-rangkuman-lengkap.html
15
16