Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KERAJAAN PERLAK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Indonesia Masa Islam

yang diampu oleh Drs. Muhammad Nur Rokhman, M. Pd.

Disusun oleh :

Ana Wulandari 19406241048

Elsa Firlianti Herawan 19406241053

Rahmat Alwi 19406244017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga pada kesempatan kali ini kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “Kerajaan Perlak” dengan sebaik-
baiknya. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Indonesia Masa Islam yang diampu oleh Drs. Muhammad Nur Rokhman M.Pd.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
penulis maupun pembaca tentang Kerajaan Perlak.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah terlibat


dalam penulisan makalah baik sebagai sumber penulisan maupun referensi ide.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi tata bahasa, penulisan dan lainnya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka dan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi kritik dan saran kepada kami, sehingga kami dapat
memperbaiki dan belajar dari kesalahan makalah ini. Demikian kata pengantar
dari kami penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian
dan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Yogyakarta, 02 September 2020

Tim Penyusun,

Page | ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Awal Mula Kedatangan Islam di Perlak............................................... 4
B. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Perlak...........................................5
C. Perkembangan Kerajaan Perlak............................................................ 6
D. Raja-Raja yang Pernah Berkuasa di Kerajaan Perlak................................7
E. Berakhirnya Kekuasaan Kerajaan Perlak............................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15

Page | iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam sangat mempengaruhi perjalanan sejarah kehidupan
masyarakat nusantara. Hal ini karena sebelum kedatangan agama Islam
masyarakat nusantara kala itu menganut berbagai aliran keyakinan dan
kepercayaan seperti animisme, dinamisme, agama Hindu dan Buddha
ataupun berbagai agama lain. Selain itu, nusantara juga berada di bawah
pemerintahan kerajaan bercorak Hindu dan Buddha. Namun demikian,
penyebaran agama Islam di nusantara berkembang sangat cepat dan diterima
dengan baik oleh masyarakat nusantara1.
Penyebaran agama Islam di nusantara memiliki beberapa cara antara
lain melalui perdagangan dengan menjalin kontak dengan penduduk Arab
yang berniaga dan singgah di nusantara, jalur kesenian menggunakan media
kebudayaan lokal seperti wayang dan gamelan, jalur pendidikan dan
dakwah khususnya melalui pesantren, dan kekuasaan politik dimana para
penguasa kala itu melakukan perlindungan terhadap para ulama dan
menjalin toleransi terhadap perbedaan agama masyarakat2.
Penyebaran agama Islam di nusantara memiliki beberapa teori. Teori
Gujarat sebagai teori paling tua yang digagas oleh J. Pijnapel mengatakan
bahwa agama Islam masuk ke nusantara sekitar abad ke-13 M melalui jalur
Gujarat. Teori Gujarat berdasarkan pada penemuan batu nisan kepunyaan
Sultan kerajaan Samudera Pasai yaitu Malik Al-Saleh yang memiliki corak
khas kuburan Islam Gujarat dengan keterangan tahun 1297 M 3. Selain itu,
terdapat pula teori Mekkah yang menyatakan bahwa Islam di nusantara
1
Sinta Putriana. 2018. Eksistensi Kesenian Sebagai Revitalisasi Dialog Budaya Jawa dan
Islam oleh Sunan Kalijaga: Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sejarah. Vol. 8, No. 1: 1281-1290.
Hlm 1282.
2
M. Miftah Alfiani, Samiha Suweleh, dan Lilis K.Jannah. 2019. Islamisasi Nusantara dan
Sejarah Sosial Pendidikan Islam: FIKROTUNA; Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam. Vol.
9, No. 1: 1122-1136. Hlm 1125.
3
Bachtiar Akob dan Usman. 2019. Gedong Pasai Aceh Utara Pusat Ekskavasi: Kajian
Sejarah dan Makam Sultan-Sultan di Samudra Abad ke 13 Dan 14 M: SEUNEUBOK LADA;
Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Sosial, Budaya, dan Kependidikan. Vol. 6, No. 2: 82-95. Hlm 89.

Page | 1
pertama kali masuk pada abad ke-7 Masehi ketika rombongan Arab tiba di
Pantai Barat Sumatera. Hal ini berdasarkan bukti bahwa sebelum abad ke-13
di nusantara telah ada kerajaan bercorak Islam4 dan berdasarkan cerita
dalam berita Cina yang menyatakan bahwa ratu Sima pernah kedatangan
utusan raja Ta Shih dimana Raja Ta Shih yang dimaksud adalah raja Arab
pada kala itu5. Sedangkan menurut teori Persia yang dicetuskan oleh P.A.
Hoesein Djajaningrat agama Islam di nusantara datang dari Persia. Hal ini
berdasarkan pada persamaan kebudayaan antara Persia dan nusantara6.
Berbagai teori tentang masuknya Islam ke nusantara tersebut
sebenarnya dapat dimaknai bahwa Islam tidak tiba secara bersamaan di
seluruh wilayah nusantara. Oleh karena itu, para sejarawan Islam telah
menyepakati bersama bahwa Islam masuk di nusantara pada abad ke-7
Masehi di Sumatra. Masuknya Islam di pulau Jawa berdasarkan pada batu
nisan Fatimah Binti Maimun sekitar tahun 475 H atau 1082 M. Sedangkan
wilayah Timur Indonesia khususnya Maluku, Islam masuk pada abad ke-14
M, di Sulawesi pada abad ke-15 M, dan di Kalimantan Selatan sekitar tahun
1550 Masehi7.
Masuk dan berkembangnya masyarakat Islam di nusantara mendorong
pembentukan kekuasaan politik bernuansakan Islam. Adanya keinginan dan
dukungan tersebut akhirnya memunculkan pendirian kerajaan bercorak
Islam di nusantara. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis tertarik untuk
membahas sejarah Kerajaan Perlak yang dianggap sebagai kerajaan Islam
yang pertama kali ada di nusantara8.

4
Miftakhul Jannah dan M. Nur Hadi. 2018. Islamisasi Nusantara dan Proses
Pembentukan Masyarakat Muslim: Jurnal Multikultural Pendidikan Islam. Vol. 2, No. 1: 27-38.
Hlm 29.
5
Hamka. 1980. Dari Hati Ke Hati, Suatu Komentar Terhadap Seminar Pendahuluan
Sejarah di Indonesia. Jakarta: Panji Masyarakat. Hlm 9.
6
Lukmanul Hakim. 2018. Dari Persia hingga Cina: Diskursus tentang teori Kedatangan
Islam di Melayu Nusantara: Jurnal Khanazah Sejarah dan Kebudayaan Islam. Vol. 8, No. 15: 1-
16. Hlm 10-12.
7
Haidar Putra Daulay. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: Kencana. Hlm 13.
8
Dedi Supriyadi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia. Hlm 190.

Page | 2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal Mula Kedatangan Islam di Perlak?
2. Bagaimana Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di Kerajaan Perlak?
3. Bagaimana Perkembangan Kerajaan Perlak?
4. Siapa Raja-Raja yang Pernah Berkuasa di Kerajaan Perlak?
5. Bagaimana Berakhirnya Kerajaan Perlak?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Awal Mula Kedatangan Islam di Perlak.
2. Menjelaskan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di Kerajaan
Perlak.
3. Memaparkan tentang Perkembangan Kerajaan Perlak.
4. Memperoleh pengetahuan tentang Raja-Raja yang Pernah Berkuasa di
Kerajaan Perlak.
5. Mengetahui Sejarah Berakhirnya Kerajaan Perlak.
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan pembaca mengenai
kerajaan Islam di Nusantara.
2. Memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia masa Islam.
3. Memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Page | 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Awal Mula Kedatangan Islam di Pereulak
Istilah Peureulak atau Perlak diambill dari pohon yang biasa
dijadikan bahan pembuatan kapal. Orang-orang Aceh biasa menyebutnya
sebagai Bak Pereulak. Dalam bahasa Parsi, Peureulak disebut sebagai Taj
Alam yang berarti Mahkota Alam.9 Terdapat sumber yang menyebutkan
bahwa Islam sebelum didakwahkan di Peureulak mula-mula datang-
menapak di Barus,10 kemudian baru ke Peureulak. Hal ini seperti beberapa
keterangan sumber Hikayat Raja Pasai dan Sejarah Melayu yang
menguatkan hal tersebut. Berdasarkan pernyataan di atas, pendapat
mengenai permulaan Barus sebagai awal titik nol peradaban Islam di
Nusantara ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo. 11
Barus tidak pernah menjadi kerajaan Islam, apalagi menajdi satu kekuatan
politik Islam, dan yang pernah menjadi dan berwujud kerajaan Islam awal
adalah Peureulak, Pasai dan kemudian Aceh Darussalam.
Pada abad ke-8 M, Syarif Mekah di zaman khalifah Harun al-
Rasyid, bertitah dan menyiapkan sebuah kapal dari Jeddah yang dinakodai
oleh Syekh Ismail beserta Fakir Muhammad (Bekas Raja di Malabar)
untuk menyiarkan Islam di Samudera. Kapal dimaksud mula-mula singgah
di Fansuri-Barus. Syekh Ismail dan yang lain mendapatkan orang yang
dapat diislamkan serta diajarkan membaca al-Qur’an. Setelah itu,
9
Hasan Muhammad Ambary, 1980. “Mencari Jejak Kerajaan Islam Tertua di Indonesia
(Perlak)” (Kertas Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh dan Nusantara,
Aceh Timur), hlm. 6.
10
Penjelasan buku The Religious Life of Chinese Muslims. Keterangan lain, yaitu dari
Kitab Sejarah Melayu, yang menyebutkan bahwa Syekh Ismail yang berasal dari Mekah,
khilafahnya di Madinah mau menuju Samudera Pasai, tetapi tidak tahu persis kawasan
tujuannya. Ia memilih singgah lebih dahulu di Bandar Barus, dan memperkenalkan Islam kepada
masyarakat setempat. Kemudian dari sana baru ia melanjutkan ke Pasai untuk menyebarkan
Islam pula di sana. Dari ungkapan terakhir memberi sinyal bahwa Barus merupakan wilayah
yang mula-mula menerima dan didatangi Islam. Kemudian baru ke wilayah lain, yaitu ke
Peureulak dan Pasai.
11
Sigid Kurniawan, 2018. “Barus, Titik Nol Islam Nusantara”,
https://foto.kompas.com/photo/read/2018/10/18/15398309830ed/Barus-Titik-Nol-Islam-
Nusantara (diakses pada 1 Oktober 2020, pukul 18.43).

Page | 4
rombongan melanjutkan perjalanan menjelajah samudera, tetapi singgah
terlebih dahulu di bandar Peureulak.12
Oleh sebab itu, kemungkinan pengislaman pertama berlangsung di
Fansuri-Barus. Selain itu, wilayah ini pernah menjadi wilayah teritorial
kesultanan Aceh Darussalam. Hal ini sangat beralasan, seperti yang
diungkapkan oleh T. Ibrahim Alfian,13 karena letak geografis yang
strategis terletak antara lautan Hindia dan laut Cina Selatan yang
merupakan jalur penghubung negeri-negeri sebelah timur, seperti Cina dan
Jepang; dan negeri-negeri sebelah barat, yaitu Anak Benua India,
Parsi/Persia dan negara-negara Arab, Afrika, serta Benua Eropa. Barus
adalah wilayah paling ujung barat Sumatera yang dijadikan tempat
persinggahan oleh rombongan saudagar dan pedagang dari timur dan
barat. Wilayah merupakan tempat saudagar dan pedagang menunggu
kedatangan angin musim timur-laut dan barat-daya yang mendukung dan
memudahkan akses barang-barang dagangan untuk dikirim ke tujuan
masing-masing, termasuk Peureulak.
B. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat
Kehidupan sosial budaya masyarakat pada masa kerajaan Perlak
khususnya dalam bidang agama dapat dikatakan saling menghargai. Hal
ini dikarenakan kaum muslim tidak menolak kebudayaan masyarakat lokal
justru memberikan apresiasi. Praktik kebudayaan lokal dianggap sebagai
cara masyarakat berinteraksi dengan alam. Selain itu, kaum ulama atau
pembawa ajaran Islam juga tidak memberikan tekanan kepada masyarakat
sehingga penyebaran agama Islam berlangsung dengan damai dan tanpa
tekanan14.
Kesultanan Perlak merupakan wilayah yang terkenal sebagai
penghasil kayu berkualitas yang digunakan sebagai bahan pembuatan

12
M. Zainuddin, 1961. “Tarikh Aceh dan Nusantara” (Medan: Pustaka Iskandar Muda),
hlm. 120.
13
Teuku Ibrahim Alfian, 1999. “Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah” (Banda Aceh:
Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh), hlm. 1.
14
Ismail Fahmi Arrauf Nasution dan Miswari. 2017. Rekonstruksi Identitas Konflik
Kesultanan Peureulak; Historical Studies Jurnal. Vol. 27. No. 2: 168-181.

Page | 5
kapal. Selain sebagai penghasil kayu berkualitas, kerajaan Perlak juga
banyak memiliki kekayaan alam di bidang perkebunan lada dan rotan.
Kerajaan Perlak juga merupakan penghasil emas yang banyak.
Perkembangan seni di kerajaan Perlak banyak menghasilkan ukiran seni
indah seperti gading gajah dan ukiran kayu15.
C. Perkembangan Kerajaan Perlak
Letak kerajaan Perlak sangat strategis. Kerajaan Perlak terletak di
pantai Timur berhadapan dengan kawasan Selat Malaka dan berada di
jalur lalu lintas internasional barat dan timur.16 Oleh sebab itu, Kerajaan
Perlak dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat maju apabila
dibandingkan dengan wilayah lain di Sumatera. Hal ini mendorong arus
perdagangan berkembang karena banyaknya pedagang asing yang
melakukan transaksi perniagaan di kerajaan Perlak. Pedagang asing dan
para saudagar tersebut kemudian tertarik dengan hasil kayu, perkebunan,
maupun emas dan karya seni yang bagus di Perlak. Pada
perkembangannya di awal abad ke-8 kesultanan Perlak menjadi Bandar
pusat niaga yang maju dengan sangat pesat. Banyaknya saudagar asing
yang datang ke Perlak juga meningkatkan pernikahan campuran antara
penduduk lokal dengan pendatang. Hal tersebut juga mempercepat proses
Islamisasi di wilayah kerajaan Perlak sehingga mencapai puncak kejayaan
pada masa perdana menteri perempuan Putri Nurul A’la17.
Perkembangan Kerajaan Perlak sudah sangat memadai. Kerajaan
Perlak memiliki lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi Islam yang
didirikan oleh sultan keenam kerajaan Perlak yaitu Sultan Mahdun
Alauddin Muhammad Amin. Pusat pendidikan Islam di kerajaan Perlak
dikenal dengan nama Dayah Cot Kala yang pada masa sekarang setara
dengan perguruan tinggi. Perguruan tinggi Dayah mengajar banyak hal
seperti bahasa dan sastra Arab, Tauhid, Tasawuf, ilmu kalam dan

15
Misri A. Muchsin. 2018. Kesultanan Peureulak dan Diskursus Titik Nol Peradaban
Islam Nusantara: Jurnal of Contemporary Islam and Muslim Societies. Vol.2. No. 2: 218-238.
16
Usman dan Bachtiar Akob. 2019. Op.cit.
17
Ismail Fahmi Arrauf Nasution dan Miswari. 2017. Op.cit hlm 169.

Page | 6
sebagainya18. Sedangkan pembelajaran Islam di tingkatan dasar
mempelajari cara membaca, menulis, pengajian, dan ibadah 19. Kerajaan
perlak juga memiliki majilis ta’lim tinggi yang mempelajari kitab Al-
Umm karangan Imam Syafi’i dan kitab-kitab agama lainnya20. Selain itu,
lembaga pendidikan Islam dan bentuk pengajian di Masjid dan Surau telah
mulai berkembang sebagai media kegiatan pendidikan dan dakwah21. Oleh
sebab itu, kerajaan Perlak dikatakan pula sebagai pusat pendidikan Islam
pertama di nusantara22.
D. Raja-Raja yang Pernah Berkuasa di Kerajaan Perlak
Berikut ini merupakan raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan
Perlak, yaitu:
1. Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (225-249 H/840-864
M)
Saiyid Abdul Aziz dinobatkan menjadi Sultan Kerajaan Perlak
pada tanggal 1 Muharram tahun 225 H dengan gelar Sultan Alaidin
Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.23 Setelah penobatan tersebut, nama
ibu kota kerajaan diubah dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah.
Merurut cerita rakyat sekitar, nama Bandar Khalifah diambil dari satu
armada dakwah yang dipimpin seseorang yang disebut Nahkoda
Khalifah. Armada dakwah tersebut terdiri dari seratus orang. Orang-
orang tersebut berasal dari Arab, Parsi, dan India. Kedatangan armada
tersebut pun memperkuat Islam dalam kehidupan masyarakat Perlak.
Maka, diubahnya nama ibu kota menjadi Bandar Khalifah ini sebagai
sebuah kenang-kenangan dan tanda pernghormatan terhadap
18
Mauliddin Iqbal. 2016. Perkembangan Dakwah Islam di Lhokseumawe Aceh: Jurnal
Hikmah. Vol. 3. No. 1: 34-49.
19
Aisyah Nursyakief. 2014. Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan Sejarah:
Jurnal Lentera Pendidikan. Vol. 17. No. 2: 256-271.
20
Hasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta; Raja Grapindo Persada. Hlm.30.
21
Marwan Saridjo. 2010. Pendidikan Islam dari Masa ke Masa, Tinjauan Kebijakan
Publik terhadap Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Yayasan Ngali Aksara dan
Penamadani.,
22
Mauliddin Iqbal. 2016. Op.cit.
23
M. Nur Rokhman. 2013. Indonesia pada Masa Pengaruh Islam. Diktat Mata Kuliah
Sejarah Indonesia Masa Islam. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, halaman 25.

Page | 7
rombongan Nahkoda Khalifah yang telah membudayakan Islam di
Perlak. Pada masa pemerintahan sultan Kerajaan Perlak yang pertama
ini, sistem pemerintahan telah tersusun rapi dengan bercirikan
organisasi kerajaan ‘Abbasiyah.24
2. Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdurrahman Syah (249-285 H/864-
888 M)
Di Kerajaan Perlak, pendidikan memang sangat diperhatikan. Pada
masa kepemimpinan Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdurrahman
Syah, diresmikan sebuah lembaga pendidikan Islam yaitu Zawiyah
Buket Cibrek atau Dayah Bukit De Cerek pada tahun 865 M/250 H.
Lembaga pendidikan Islam ini merupakan yang tertua di Asia
Tenggara. Berdirinya lembaga tersebut merupakan salah satu
kegemilangan Kerajaan Perlak yang tercatat dalam sejarah.25
3. Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abbas Syah (285-300 H/888-913 M)
Pada masa pemerintahan Sultan ketiga Perlak, didirikan lembaga
pendidikan yang kedua yaitu Dayah Cot Kala. Dayah Cot Kala ini
disamakan dengan perguruan tinggi. Pelajaran yang dididik di lembaga
meliputi tasawuf, tauhid, akhlak, ilmu bumi, sastra Arab, bahasa Arab,
sejarah dan tata negara, ilmu falaq, dan filsafat. Alumni dari lembaga
ini banyak yang menjadi pendidik dan mubaligh yang berjasa dalam
islamisasi di Nusantara. Berdirinya lembaga pendidikan ini menjadi
tanda kegemilangan Kerajaan Perlak yang kedua dalam bidang
pendidikan.26 Saat sultan Perlak yang keempat ini memerintah, salah
satu anggota keluarga Meurah Perlak yaitu Abdul Kadir Syah pulang
dari Mekkah. Abdul Kadir Syah merupakan tokoh yang beraliran
Sunni dan bermazhab Syafi’i. Aliran Sunni pun mulai memasuki
Perlak.27 Setelah wafatnya Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abbas Syah,
terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni. Karena pertikaian

24
Misri A. Muchsin. 2018. Opcit. Hlm. 225-227.
25
Ibid.
26
Mauliddin Iqbal. 2016. Op.cit. Hlm 44.
27
Misri A. Muchsin. Op.Cit., halaman 228.

Page | 8
yang terjadi, tidak ada sultan yang memerintah kurang lebih selama
dua tahun. Lalu, pada tahun 302 H atau 915 M, kaum Syiah
memenangkan perang. Maka, dinobatkanlah raja dari aliran Syiah
yaitu Sultan Alaidin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah.28
4. Sultan Alaidin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah (302-305 H/915-
918 M)
Pada masa pemerintahan Sultan Alaidin Saiyid Maulana Ali
Mughayat Syah, terjadi lagi pertentangan antara aliran Sunni dan
Syi’ah. Lalu, pihak yang memenangkan perang adalah Sunni. Dinasti
Aziziyah pun runtuh dan kepemimpinan pun dilanjutkan oleh raja-raja
dari Dinasti Makhdum atau disebut pula keturunan Meurah.29
5. Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Kadir Syah Jouhan Berdaulat
(306-310 H/918-922 M)
Pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul
Kadir Syah Jouhan Berdaulat yang merupakan sultan kelima Perlak,
kerajaan tengah dipulihkan. Raja berusah untuk menguatkan kembali
kerajaan yang sempat mengalami kekacauan karena konflik yang telah
terjadi sebelumnya.30
6. Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah Jouhan
Berdaulat (310-334 H/922-946 M)
Pada masa kepemimpinannya, sultan keenam berusaha untuk
meredakan konflik yang terjadi antara keluarga Aziziyah dan keluarga
Makhdum. Usaha ini dilakukannya melalui pengangkatan Saiyid
Maulana Abdullah dari keluarga Aziziyah sebagai mangkubuminya.31
7. Sultan Makhdum Alaidin Malik Jouhan Berdaulat (334-361 H/946-973
M)
Saat sultan Perlak ketujuh memerintah, pertentangan antara
Aziziyah dan Makhdum kembali terjadi. Maka, pada 10 Muharram
28
Susmihara. 2018. Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nusantara. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar. Jurnal Rihlah Vol. 06 No. 01, halaman 16.
29
Ibid.
30
M Nur Rokhman. Op.Cit., halaman 26.
31
Ibid.

Page | 9
353 H/963 M, dilakukanlah sebuah perjanjian damai yang disebut
Perjanjian Aleu Meuh. Perjanjian ini berisi empat poin. Yang pertama,
kedua belah pihak tidak boleh angkat senjata. Poin kedua dan ketiga
berisi tentang Kerajaan Perlak yang dibagi menjadi dua. Pada poin
kedua, Dinasti Aziziyah memerintah Perlak Baroh dan pada poin
ketiga dikatakan bahwa Dinasti Makhdum memerintah Perlak Tunong.
Dan yang keempat, hubungan luar negeri dipegang oleh satu pimpinan
yakni Sultan ‘Abdul Malik Syah. Perlak Baroh (Utara) ibu kotanya
adalah Bandar Khalifah, sedangkan Perlak Tunong (Selatan) ibu
kotanya adalah Bandar Tualang.32
a. Sultan Alaidin Saiyid Maulana Mahmud Syah (365-377 H/976-
988 M)
Sultan Alaidin Saiyid Maulana Mahmud Syah memerintah
Perlak Baroh.
b. Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Jouhan
Berdaulat (365-402 H/976-1012 M)
Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Jouhan
Berdaulat memerintah Perlak Tunong. Pada saat kekuasaan
Kerajaan Perlak terbagi menjadi dua, Kerajaan Perlak mulai
melemah. Pada tahun 986 M, Kerajaan Sriwijaya melakukan
penyerangan ke Kerajaan Perlak. Situasi Kerajaan Perlak pun
makin memburuk. Karena serangan dari Kerajaan Sriwijaya,
Sultan Alaidin Saiyid Maulana Mahmud Syah yang
memerintah Perlak Baroh pun gugur. Lalu, perjuangan untuk
melawan Kerajaan Sriwijaya pun dilanjutkan oleh Sultan
Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah Jouhan Berdaulat. Tiga
tahun lamanya peperangan antara Kerajaan Perlak dan
Sriwijaya berlangsung. Namun, Sriwijaya terpaksa harus
meninggalkan Perlak karena kerajaan mereka diserang oleh
Dharma Wangsa Raja Mataram dan Indra Cola dari India.

32
Misri A. Muchsin. Op.Cit., halaman 228-229.

Page | 10
Karena hal tersebut, pendudukan Sriwijaya di Perlak pun
berakhir. Saat itu, kekuasaan Kerajaan Perlak sepenuhnya
berada di tangan Sultan Makhdum Alaidin Malik Ibrahim Syah
Jouhan Berdaulat.33
8. Sulthan Makhdum Alaidin Malik Mahmud Syah Jouhan Berdaulat
(402-450 H/1012-1059 M)
9. Sultan Makhdum Alaidin Mansyur Syah Jouhan Berdaulat (450-470
H/1059-1078 M).
10. Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdullah Syah Jouhan Berdaulat
(470-501 H/1078-1108 M)
Sebagai usaha untuk mencegah terjadinya konflik antara
Aziziyah dan Makhdum, Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdullah
Syah Jouhan Berdaulat menikahi Putri Syarufah Hazizah yang berasal
dari keluarga Aziziyah.34
11. Sultan Makhdum Alaidin Malik Ahmad Syah Jouhan Berdaulat (501-
527 H/1108-1134 M)
Pada saat Sultan Makhdum Alaidin Malik Ahmad Syah Jouhan
Berdaulat berkuasa, Putri Nurul A’la yang merupakan putri dari Sultan
Makhdum Alaidin Malik Abdullah Syah Jouhan Berdaulat dan Putri
Syarufah Hazizah diangkat menjadi Perdana Menteri.35
12. Sultan Makhdum Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (527-522
H/1134-1158 M)
13. Sultan Makhdum Alaidin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (552-
565 H/1158-1170 M)
14. Sultan Mahdum Alaidin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat
(565-592 H/1170-1196 M)
15. Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat
(592-622 H/1196-1225 M)

33
Ibid., halaman 229-230.
34
M Nur Rokhman. Op.Cit., halaman 27.
35
Ibid

Page | 11
16. Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan
Berdaulat (622-662 H/1225-1263 M)
Pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik
Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat, Kerajaan Perlak mencapai
kejayaan dalam hal dakwah dan bidang pendidikan Islam. Sultan juga
menikahkan kedua putrinya, yaitu Putri Ganggang Sari dengan Sultan
Malikul Saleh dari Samudra Pasai dan Putri Ratna Kumala dengan
Raja Tumasik.36
17. Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat
(662-692 H/1263-1292 M)
Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat
merupakan raja terakhir Kerajaan Perlak.
E. Berakhirnya Kerajaan Perlak
Keruntuhan pemerintahan kerajaan Perlak karena dipersatukan di
bawah kepemimpinan kuasa Samudra Pasai. Setelah Sultan Makhdum
Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat wafat, Kerajaan Perlak
disatukan dengan Samudra Pasai. Saat itu, Samudra Pasai tengah dipimpin
oleh Sultan Muhammad Malik al Zahir yang merupakan putra dari Putri
Ganggang Sari dan Sultan Malikul Saleh37.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

36
Ibid
37
Susmihara. Op.Cit., halaman 17.

Page | 12
Agama Islam sangat mempengaruhi perjalanan sejarah kehidupan
masyarakat nusantara. Penyebaran agama Islam di nusantara memiliki
banyak teori dan cara. Masuk dan berkembangnya masyarakat Islam di
nusantara mendorong pembentukan kekuasaan politik bernuansakan Islam.
Adanya keinginan dan dukungan tersebut akhirnya memunculkan pendirian
kerajaan bercorak Islam di nusantara.
Istilah Pereulak atau Perlak berasal dari nama pohon kayu yang
digunakan untuk membuat perahu oleh para nelayan. Orang-orang Aceh
biasa menyebutnya sebagai Bak Pereulak. Dalam bahasa Parsi, Peureulak
disebut sebagai Taj Alam yang berarti Mahkota Alam. Terdapat sumber
yang menyebutkan bahwa Islam sebelum didakwahkan di Peureulak mula-
mula datang-menapak di Barus, kemudian baru ke Peureulak.
Kehidupan sosial budaya masyarakat pada masa kerajaan Perlak
khususnya dalam bidang agama dapat dikatakan saling menghargai. Hal ini
dikarenakan kaum muslim tidak menolak kebudayaan masyarakat lokal
justru memberikan apresiasi. Praktik kebudayaan lokal dianggap sebagai
cara masyarakat berinteraksi dengan alam. Selain itu, kaum ulama atau
pembawa ajaran Islam juga tidak memberikan tekanan kepada masyarakat
sehingga penyebaran agama Islam berlangsung dengan damai dan tanpa
tekanan
Letak kerajaan Perlak sangat strategis. Kerajaan Perlak terletak di
pantai Timur berhadapan dengan kawasan Selat Malaka dan berada di jalur
lalu lintas internasional barat dan timur. Perkembangan Kerajaan Perlak
sudah sangat memadai. Kerajaan Perlak memiliki lembaga pendidikan
seperti perguruan tinggi Islam yang didirikan oleh sultan keenam kerajaan
Perlak yaitu Sultan Mahdun Alauddin Muhammad Amin.
Raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Perlak berjumlah 17 Sultan.
Setelah Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat
wafat, Kerajaan Perlak disatukan dengan Samudra Pasai. Saat itu, Samudra
Pasai tengah dipimpin oleh Sultan Muhammad Malik al Zahir yang
merupakan putra dari Putri Ganggang Sari dan Sultan Malikul Saleh.

Page | 13
Keruntuhan pemerintahan kerajaan Perlak karena dipersatukan di
bawah kepemimpinan kuasa Samudra Pasai. Setelah Sultan Makhdum
Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat wafat, Kerajaan Perlak
disatukan dengan Samudra Pasai. Saat itu, Samudra Pasai tengah dipimpin
oleh Sultan Muhammad Malik al Zahir yang merupakan putra dari Putri
Ganggang Sari dan Sultan Malikul Saleh.

Page | 14
DAFTAR PUSTAKA

Akob, Bachtiar dan Usman. 2019. Gedong Pasai Aceh Utara Pusat Ekskavasi:
Kajian Sejarah dan Makam Sultan-Sultan di Samudra Abad ke 13 Dan 14
M: SEUNEUBOK LADA; Jurnal Ilmu-Ilmu Sejarah, Sosial, Budaya, dan
Kependidikan. Vol. 6, No. 2: 82-95.
Alfian, Teuku Ibrahim. 1999. Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah. Banda Aceh:
Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh.
Alfiani, M. Miftah, Samiha Suweleh, dan Lilis K.Jannah. 2019. Islamisasi
Nusantara dan Sejarah Sosial Pendidikan Islam: FIKROTUNA; Jurnal
Pendidikan dan Manajemen Islam. Vol. 9, No. 1: 1122-1136.
Ambary, Hasan Muhammad. 1980. Mencari Jejak Kerajaan Islam Tertua di
Indonesia (Perlak). Kertas Seminar Sejarah Masuk dan Berkembangnya
Islam di Aceh dan Nusantara, Aceh Timur.
Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan
Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.
Hakim, Lukmanul. 2018. Dari Persia hingga Cina: Diskursus tentang teori
Kedatangan Islam di Melayu Nusantara: Jurnal Khanazah Sejarah dan
Kebudayaan Islam. Vol. 8, No. 15: 1-16.
Hamka. 1980. Dari Hati Ke Hati, Suatu Komentar Terhadap Seminar
Pendahuluan Sejarah di Indonesia. Jakarta: Panji Masyarakat.
Hasbullah. 2001. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; Lintasan Sejarah
Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta; Raja Grapindo Persada.
Iqbal, Mauliddin. 2016. Perkembangan Dakwah Islam di Lhokseumawe Aceh:
Jurnal Hikmah. Vol. 3. No. 1: 34-49.
Jannah, Miftakhul dan M. Nur Hadi. 2018. Islamisasi Nusantara dan Proses
Pembentukan Masyarakat Muslim: Jurnal Multikultural Pendidikan Islam.
Vol. 2, No. 1: 27-38.
Kurniawan, Sigid. 2018. Barus, Titik Nol Islam Nusantara,
https://foto.kompas.com/photo/read/2018/10/18/15398309830ed/Barus-
Titik-Nol-Islam-Nusantara (diakses pada 1 Oktober 2020, pukul 18.43).

Page | 15
Muchsin, Misri A. 2018. Kesultanan Peureulak dan Diskursus Titik Nol
Peradaban Islam Nusantara: Jurnal of Contemporary Islam and Muslim
Societies. Vol.2. No. 2: 218-238.
Nasution, Ismail Fahmi Arrauf dan Miswari. 2017. Rekonstruksi Identitas Konflik
Kesultanan Peureulak; Historical Studies Jurnal. Vol. 27. No. 2: 168-181.
Nursyakief, Aisyah. 2014. Pendidikan Islam di Indonesia dalam Lintasan
Sejarah: Jurnal Lentera Pendidikan. Vol. 17. No. 2: 256-271.
Putriana, Sinta. 2018. Eksistensi Kesenian Sebagai Revitalisasi Dialog Budaya
Jawa dan Islam oleh Sunan Kalijaga: Jurnal Pendidikan dan Penelitian
Sejarah. Vol. 8, No. 1: 1281-1290.
Rokhman, M. Nur. 2013. Indonesia pada Masa Pengaruh Islam. Diktat Mata
Kuliah Sejarah Indonesia Masa Islam. Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Yogyakarta.
Saridjo, Marwan. 2010. Pendidikan Islam dari Masa ke Masa, Tinjauan
Kebijakan Publik terhadap Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Yayasan
Ngali Aksara dan Penamadani.,
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Susmihara. 2018. Pendidikan Islam Masa Kerajaan Islam di Nusantara.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Jurnal Rihlah Vol. 06 No. 01.
Zainuddin, M. 1961. Tarikh Aceh dan Nusantara. Medan: Pustaka Iskandar
Muda.

Page | 16
Notulensi Sejarah Indonesia Masa Islam
Hari/ Tanggal: Rabu, 7 Oktober 2020
Tema : Kerajaan Perlak
Anggota Kelompok 4
 Ana Wulandari (19406241048)
 Elsa Firlianti Herawan (19406241053)
 Rahmat Alwi (19406244017)

1. Rizka Rahmawati (19406241022) bertanya:


Kaum muslim pada masa Kerajaan Perlak kan menghargai/tidak menolak
kebudayaan masyarakat lokal. Bisa dijelaskan bentuk kebudayaan
masyarakat lokal waktu itu seperti apa? Dan apakah ada akulturasi
kebudayaan yang terjadi? Lalu adakah peninggalan Kerajaan Perlak yang
mungkin masih bisa ditemukan saat ini?
Jawaban: Menurut Ana Wulandari (19406241048), dilansir dari Majelis
Adat Aceh.go.id kearifan lokal atau budaya lokal masyarakat
pada waktu itu mendapat pengaruh legitimasi agama Islam
dalam artian bahwa memasukkan agama Islam/akulturasi.
Sebagai contoh dalam ritual upacara masih menggunakan
bentuk dan cara lokal tetapi pembacaan mantra-mantra
digantikan dengan bacaan bismillah, Al-Quran, ataupun
Shalawat kepada Rasullah SAW. Adapun peninggalan kerajaan
Perlak dilansir dari travel.detik.com pada 29 April 2020 antara
lain makam raja Perlak yang terletak di tepi sungai Trenggulon
dengan tulisan Arab di nisannya dan dibuat sekitar abad ke-4.
Kedua, stampel kerajaan menggunakan bahasa Arab yang
bertuliskan “Al Wasiq Billah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah
512” yang merupakan bagian kerajaan Perlak. Ketiga, mata
uang berupa dirham dari bahan emas dan kupang dari bahan
tembaga atau kuningan. Keempat, sumber tertulis kitab Idharul
Haqq karangan Abu Ishaq Makarani Al Fasy dan kitab Tazkirah

Page | 17
Thabakat Junu Sultan as Shalatin karangan Syekh Syamsul
Bahri Abdullah al Asy serta masjid peninggalan kerajaan Perlak.
2. Nurcholis Joko Prakoso (19406241023) bertanya:
Kenapa saat Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Shah Johan
wafat kerajaan Perlak disatukan dengan Kerajaan samudera Pasai? Apakah
saat itu keluarga kerajaan Perlak langsung rela/bersedia bergabung ke
kerajaan Samudera Pasai atau ada tekanan dari pihak luar kerajaan?
Jawaban: Menurut Rahmat Alwi (19406244017), dari jurnal yang saya
baca, akibat dari ketidakstabilan politik internal Kerjaan Perlak
yang dimana dibagi menjadi dua wilayah menjadi Peureulak
Tunong dan Peureulak Baroh menyebabkan Kerajaan perlak
semakin melemah. Selain itu, adanya serangan dari Kerajaan
Sriwijaya yang berjalan selama tiga tahun. Perang ini berakhir
dengan Sriwijaya terpaksa meninggalkan Peureulak dan pulang
ke Palembang untuk menghadapi ancaman serangan Dharma
Wangsa Raja Mataram dan serangan Indra Cola dari India.
Dengan berakhirnya pendudukan Sriwijaya ke atas Peureulak,
kerajaan dapat disatukan kembali. Kemudian pada
kepemimpinan terakhir Sultan Makhdum Malik ‘Abdul ‘Aziz
Syah 662-692 H/1263-1292 M. Walaupun masih bertahan tetapi
kondisinya semakin lemah. Selanjutnya kerajaan Perlak
disatukan menjadi federasi di bawah kerajaan Samudera Pasai di
Geudong Aceh Utara pada abad ke 7 H/13 M.42 Dengan
demikian keberadaan dan kebesaran Peureulak sebagai pusat
pemerintahan utama sudah bergeser ke Samudera Pasai di
Geudong Aceh Utara. Jadi, mau tidak mau Kerajaan Perlak pada
saat itu harus bergabung dengan kekuasaan Samudera Pasai.
3. Achmad Zaka Nur Maulidi (19406241028) bertanya:
Perlak sudah menggunakan nama-nama Islam, nama yang lazim
digunakan di dunia Arab sana, dan nama yang berasal sama dengan yang
ada di Persia atau Iran, yaitu bergelar syah, berarti apakah bisa dibilang

Page | 18
bahwa yang membawa Islam ke Nusantara mula-mula itu adalah orang
Persia dan lalu mempengaruhi segala kondisi di Perlak? Dan juga kan
seharusnya berarti Islam pertama kali ada di Nusantara itu kemungkinan
ya di Perlak karena letaknya yang persis di pusat jalur perdagangan, di
dekat Selat Malaka.
Jawaban: Menurut Elsa Firlianti Herawan (19406241053), dari jurnal yang
saya baca, Islam sebelum didakwahkan di Peureulak mula-mula
datang menapak di Barus (satu wilayah yang pernah menjadi
wilayah kekuasaan Aceh), kemudian baru ke Peureulak.
Keterangan lain, yaitu dari Kitab Sejarah Melayu, yang
menyebutkan bahwa Syekh Ismail yang berasal dari Mekah,
khilafahnya di Madinah mau menuju Samudera Pasai, tetapi
tidak tahu persis kawasan tujuannya. Ia memilih singgah lebih
dahulu di Bandar Barus, dan memperkenalkan Islam kepada
masyarakat setempat. Kemudian dari sana baru ia melanjutkan
ke Pasai untuk menyebarkan Islam pula di sana. Dari ungkapan
terakhir memberi sinyal bahwa Barus merupakan wilayah yang
mula-mula menerima dan didatangi Islam. Kemudian baru ke
wilayah lain, yaitu ke Peureulak dan Pasai. Hanya saja,
walaupun Barus yang mula-mula menerima Islam, tetapi umat
Islam di sana tidak menghasilkan atau tidak membentuk
kekuasaan atau kerajaan Islam sebagai kekuatan politiknya,
tetapi masyarakat Islam di Peureulak lah yang sukses mencapai
kekuatan politik Islam pertama di Nusantara.
Menurut Rahmat Alwi (19406244017), dari web Republika.com, disitu
dijelaskan bahwa Prof. A Hasymi dalam bukunya, Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, menyatakan,
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam pertama nusantara
yang berdiri pada abad ke-3 Hijriah. Buktinya, pada 173 Hijriah
atau 800 Masehi sebuah kapal layar berlabuh di Bandar Perlak
membawa para saudagar di bawah pimpinan nakhoda Khalifah

Page | 19
dari Teluk Kambay Gujarat. Pada 1 Muharram 225 Hijriah (840
Masehi), Kerajaan Islam Perlak resmi berdiri dengan Sayid
Abdul Aziz sebagai sultan pertama. Dari Malaka itulah, Islam
kemudian menyebar ke Asia Tenggara melalui perdagangan.
Namun, kawasan tersebut tak termasuk Thailand. Pasalnya,
kawasan Pattani, Thailand, telah mengenal Islam bersamaan
dengan masuknya Islam ke Malaka. Kemudian menurut sumber
yang saya dapat dari web kelaspintar.id. Bukti sejarah yang
menunjukkan terdapat masyarakat dan kerajaan Islam
dilaporkan oleh Marco Polo dari Venesia yang singgah di
Kerajaan Perlak dalam perjalanan pulang ke Italia tahun 1292.
Di perlak, Marco Polo juga menjumpai adanya penduduk yang
telah memeluk Islam dan pedagang Islam dari India yang
menyebarkan agama Islam.
Tambahan dari Dosen (Drs. Muhammad Nur Rokhman M.Pd.) Bisa jadi
Ta cheh tersebut yang sekarang di kawasan pesisir utara Aceh
ada sebuah wilayah namanya Ta Jihan. Bisa Jadi nama Ta Jihan
itu berasal dari nama Ta Cheh. Tidak harus sepakat yang penting
kita tahu ada interpretasi lain terkait dengan kerajan Islam tertua
nusantara. Kalau melihat sejarah berkait dengan Perlak sangat
mungkin memang pengaruh Persia kuat sekali, terutama dengan
adanya sebutan Syah pada penguasanya, juga di Aceh ada
upacara Tabuk / Tabuik memperingati 10 muharom yang dekat
dengan tradisi syiah.
Tanggapan dari Hayatun Nufus (19406244029) Menurut saya pak,
mungkin pemukiman yang setingkat desa saja pada jaman dulu,
yang mungkin mereka baru mendiami suatu daerah. Dan
penduduk yang mendiami tersebut beragamakan Islam. Dan jika
penduduk tersebut beragamakan Islam, maka akan ada jejak-
jejak Islam yang ditinggalkan, dan akan menjadi suatu penelitian
baru di masa sekarang. Nah Interpretasi saya, kenapa kerajaan

Page | 20
Ta Cheh ini, masih sedikit datanya, dan sulit untuk di
rekonstruksi oleh sejarawan, karena populasi dari Ta Cheh itu
sendiri, yang mungkin masih setingkat desa. Beda dengan
kerajaan besar lainnya seperti Samudera Pasai dan Kesultanan
Malaka.

Page | 21

Anda mungkin juga menyukai