Anda di halaman 1dari 7

Teori Arus Balik

Link | Posted on April 19, 2013 by putrapradana87

Teori Arus Balik

(Putra Pradana R.A/120731435948/28/3/SIK-B)

Agama hindu-budha merupakan agama yang sama-sama lahir di India. Proses masuknya kedua
agama tersebut di Nusantara tidak terlepas dari pengaruh persentuhan kebudayaan antara kedua
negara tersebut. Adanya hubungan ini juga diperkuat karena daerah Nusantara merupakan jalur
perdagangan strategis yang menghubungkan antara india dan Cina. Teori Masuknya Agama Hindu-
Budha dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Teori Kolonialisasi dan teori Arus Balik. Teori Kolonialisasi
adalah teori yang menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan
pengaruhnya di Indonesia. Dalam teori ini, orang Indonesia sangat pasif, maksudnya mereka hanya
menjadi objek penerima .

Teori kolonialisasi dibagi menjadi beberapa hipotesis:

a) Hipotesis Waisya

NJ krom berpendapat bahwa terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena adanya hubungan
perdagangan, sehingga peran pedagang India dalam teori ini sangat berpengaruh. Kelemahan teori ini
adalah, para pedagang yang termasuk dalam kasta waisya tidak menguasai bahasa sanskerta dan huruf
pallawa yang umumnya hanya dikuasai oleh kasta brahmana. Yang kedua adalah banyaknya kerajaan
hindu-budha yang berada di pedalaman. Seandainya, jika yang membawa adalah para pedagang maka
letak pusat kerajaan berada di pesisir pantai.

b) Hipotesis Ksatria
Tiga ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang proses penyebaran oleh kaum ksatria, yaitu:

C.C Berg

Para ksatria ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Mereka
dijanjikan akan di beri hadiah apabila menang, yaitu dinikahkan dengan seorang putri dari kepala suku
yang dibantunya. Dari perkawinan ini, tradisi hindu berkembang dengan mudah.

Mookerji

Para ksatria ini membangun koloni-koloni yang akhirnya berkembang menjadi kerajaan dan menjalin
hubungan dengan kerajaan India dan mendatangkan para seniman yang berasal dari India untuk
membangun candi-candi di Indonesia.

J.L Moens

Pada abad ke-5, banyak para ksatria yang melarikan diri karena peperangan di India. Para ksatria yang
berasal dari keluarga kerajaan mendirikan kerajaan baru di Indonesia.

Kelemahannya adalah: Para ksatria tidak menguasai bahasa sanskerta dan huruf dan pallawaApabila
daerah Indonesia pernah menjadi taklukan kerajaan-kerajaan India, pasti ada prasasti. Namun ternyata
tidak ada.

c) Hipotesis Brahmana

Menurut JC. Van Leur , kaum brahmana mampu menguasai bahasa sanskerta dan pallawa sehingga
mereka memegang peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan hindu-budha di
Indonesia. Kelemahannya, dalam tradisi hindu Brahmana pantang menyeberangi lautan.
Teori Arus Balik

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menentang tentang teori kolonialisasi. Menurut
pendapatnya Indonesia lebih bersifat aktif. Mereka belajar ke India untuk menuntut agama Hindu-
Budha kemudian mereka kembali ke Indonesia untuk menyebarkan ilmu mereka. Beberapa kritikan
F.D.K Bosch yang menentang teori kolonialisasi, adalah sebagai berikut:

Teori kolonialisasi tidak mempunyai bukti kuat. Pada hipotesis waisya, tidak terbukti bahwa kerajaan
awal di Indonesia yang bercorak Hindu-Budha ditemukan di pesisir pantai, melainkan di pedalaman.
Pada teori ksatria, tidak ada bukti prasasti yang menyatakan tentang penaklukan Nusantara oleh India.

Tidak ditemukan keturunan antara golongan ksatria dan pribumi jika memang terjadi pernikahan
sebenarnya.

Dilihat dari karya seni, terdapat perbedaan pembangunan antara candi-candi yang dibangun di
Indonesia dengan candi-candi yang dibangun di India.

Bahasa sanskerta hanya dipelajari oleh kaum brahmana, namun bahasa sanskerta adalah bahasa yang
digunakan oleh kebanyakan orang India. (http://www.tuanguru.com/2012/08/teori-masuknya-hindu-
budha-ke-indonesia.html)

Krom mengatakan: orang tidak perlu membayangkan suatu peradapan yang luarr biasa, yang dapat
berdiri berhadapan setaraf dengan peradapan Hindu. Akan tetapi jelas mereka (orang Hindu) tidak tiba
di tengah-tengah orang biadab.1

1.N.J. Krom.,op. cit., hlm.54

Van Leur menganggap pernyataan Krom tersebut sangat negatif.2 Selanjutnya ia mengatakan bahwa
kunci untuk dapat menilai dengan tepat pengaruh budaya Hindu di Indonesia adalah perkiraan
perkataan yang tepat tentang arti peradapan kuno Indonesia dalam arti seluas-luasnya.3 Pendapat ini ia
ajukan karena ia melihat bahwa peneliti proses masuknya budaya India kurang memperhatikan hal
tersebut.

Proses masuknya pengaruh budaya India pada umumnya disebut penghinduan oleh para penelitinya.
Istilah tersebut harus digunakan dengan hati-hati karena bukan hanya pengaruh Hindu yang terdapat,
melainkan juga pengaruh agama Buddha. Dalam kenyataan di Indonesia keduanya kemudian tumbuh
dalam bentuk koalitis, yaitu Siwa-Budda.

Hubungan dagang antara orang Indonesia dengan India telah mengakibatkan masuknya budaya India
dalam di Indonesia. Namun bagaimana sesunggunya proses yang terjadi belum dapat diungkapkan
sepenuhnya oleh para penelitian-penelitian yang telah dilakukan sejak abad yang lalu. Pada pokoknya
pendapat peneliti dapat dibagi dua. Pendapat pertama bertolak dari anggapan bahwa bangsa Indonesia
berperilaku pasif dalam proses tersebut. Pendapat kedua yang tumbuh lebih akhir memberikan peran
aktif kepada bangsa Indonesia.

a. Bangsa Indonesia bersifat pasif

Hal ini memberikan pengertian bahwa masyarakat Indonesia hanya sekedar menerima budaya dari
India. Dengan demikian akan menimbulkan kesan bila telah terjadi penjajahan / kolonisasi yang
dilakukan bangsa India baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Bangsa Indonesia bersifat aktif

Hal ini memberikan pengertian bahwa masyarakat Indonesia sendiri ikut aktif dalam membawa dan
menyebarkan agama dan budaya Hindu Budha di nusantara. Salah satu cara yaitu mengundang para
brahmana dari India untuk memperkenalkan agama dan budayanya di Indonesia.

2. J.C. van Leur, op. cit., hlm.225


3. Ibid

Para eksponen pertama selalu beranggapan bahwa telah terjadi kolonisasi oleh orang-orang
India. Kolono-koloni orang India ini menjadi pusat penyebaran budaya India di Indonesia. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa kolonosasi tersebut disertai pula oleh penaklukan. Hingga timbul gambaran
yang melukiskan orang-orang India sebagai golongan yang menguasai orang Indonesia.4

Dalam proses masuknya budaya India menurut gambaran di atas peran utama dipegang oleh
golongan prajurit, yaitu kasta Ksatria. Oleh karenanya Bosch menyebutnya sebagai hipotesis ksatria.
Pendapat lain yang masih berpegang pada angapan adanya kolonisasi memberikan peran pada golongan
lain dalam proses masuknya budaya India. Hipotesis yang mula-mula diajukan oleh Krom memberikan
peran pada golongan pedagang.5 Krom tidak berpendapat bahwa golongan ksatria merupakan golongan
terbesar di antara orang-orang India yang dating ke Indonesia. Karena orang India dating untuk
berdagang, maka golongan terbeser adalah pedagang. Krom mengisyaratkan kemungkinan terjadi
perkawinan antara pedagang dengan perempuan Indonesia. Perkawinan demikian merupakan saluran
penyebaran pengaruh yang penting. Karena pedagang termasukdalam kasta waisya, Bosch menyebut
hipotesis ini hipotesis waisya.6 Hipotesis Krom mendapat penganut di kalangan yang luas. Akan tetapi
dengan adanya kemajuan-kemajuan dalam penelitian, tumbuh pula pendapat yang beranggapan bahwa
hipotesis tersebut masih kurang memberikan peran pada bangsa Indonesia. Walaupun Krom telah
melihat adanya peran yang penting dari budaya Indonesia.

Van Leur mengajukan keberatan baik terhadap hipotesis ksatria maupun hipotrsis waisya. Keberatan
utama adalah mengenai kolonisasi. Suatu kolonisasi yang melibatkan penaklukan oleh golongan ksatria
tentunya akan dicatat sebagai suatu kemenangan. Cataatan yang demikian tidak terdapat pada sumber-
sumber tertulis di India. Di Indonesia pun tidak terdapat suatu tanda peringaan apapun, misalnya dalam
bentuk prasasti.

4. F.D.K Bosch The Problem of the Hindu Colonisation of Indonesia, dalam Selected Studies in
Indonesian Archaeology, 1961, hlm. 6

5. N.J. Krom.,op. cit., hlm.90


6. F.D.K Bosch, op. cit., hlm.7

Hubungan mereka dengan penguasa hanyalah dalam bidang perdagangan. Dari mereka tidak dapat
diharapkan pengaruh budaya yang membawa perubahan-perubahan dalam dalam bidang agama dan
tata Negara. Mengingat sifat unsur-unsur budaya India yang terdapat dalam budaya Indonesia, van Leur
cenderung untuk memberikan peran penyebaran budaya India pada golongan Brahmana yang datang
atas undangan para penguasa dari Indonesia. Dan budaya yang mereka perkenalkan tentunya budaya
dari kaum Brahmana.

Namun apa yang telah diuraikan di atas adalah hipotesis menurut van Leur tentang masuknya budaya
India dan masih belum jelas apa yang mendorong proses tersebut. Van Leur berpendapat dorongan itu
akibat kontak dengan India melalui perdagangan. Bukan hanya melalui orang-orang India, tetapi
mungkin juga orang Indonesia melihat sendiri keadaan di India yang akhirnya terdorong oleh keinginan
untuk meningkatkan keadaan negerinya. Bosch menyetujui pendirian dengan van Leur. Berpangkal tolak
dari unsure-unsur budaya India yang diamati dalam budaya Indonesia, ia juga berpendapat hanya
golongan cendikiawanlah yang dapat menyampaikan kepada bangsa Indonesia. Golongan tersebut
mereka sebut clerks dan untuk proses yang terjadi antara budaya India dengan budaya Indonesia
mereka mengusulkan istilah penyuburan7. Ia melihat dua jenis penyuburan.

Pertama dan kemungkinan terjadi lebih dahulu adalah proses melalui pendeta agama Buddha.8
Pendeta-pendeta agama tersebut menyebar ke seluruh penjuru dunia melalui jalan-jalan perdagangan
tanpa menghiraukan kesulitannya. Mereka mendaki pengunungan Himalaya untuk menyebarkan
agamanya di daerah Tibet. Kemudian mereka melanjutkan usaha mereka ke utara hingga sampai ke
Cina. Setelah mereka sampai di tempat tujuan biasanya mereka berhasil bertemu dengan kalangan
istanah. Kemudian dibentuklah sebuah dengan India, tanah suci agama Buddha. Kedatangan bhiksu-
bhiksu dari India di berbagai negeri ini ternyata mengundang arus bhiksu dari negeri-negeri tersebut ke
India. Para bhiksu itu kemudian kemudian kembali membawa kitab-kitab suci, relik, dan kesan-kesan.
Bosch menyebutnya gejala ini sebagai gejala sejarah arus balik.9

7 F.D.K Bosch op. cit., hlm.20. Istilah yang diusulkannya ialah fecundation
8 Lihat juga G.Coedes, op. cit., hlm.1

9 F.D.K Bosch, op, cit., hlm. 14. Ia menyebutnya counter-current

Bosch telah menarik perhatian kita kepada manifestasi pengaruh arus balik di negeri asal para bhiksu.
Khususnya yang nampak pada seni agama Buddha. Ternyata baik di Indonesia maupun di daerah Asia
Tenggara lainya telah tumbuh seni agama Buddha baik yang berasal dari bhiksu India maupun arus balik
tidak menghasilkan suatu seni perantauan. Gejala yang nampak pada seni ini terdapat pula pada bidang-
bidang pengaruh agama Buddha lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Bosch, F.D.K.,1961. The Last o the Pandavas, Selected Studies in Indonesian Archaeology, The Hague.

Krom, N.J.1931. Hindoe-Javaansche Geschiedenis, tweede herzine druk, s-Gravenhage: Martinus


Nijhoff

van Leur, J.C.1955.Indonesian Trade and Society. Th Hague/Bandung: W.van Hoeve.

Coedes, G.1968.The Indianized States of Southeast Asia.Edited by Walter F.Vella, translate by Susan
Brown Cowing. Kuala Lumpur/Singapore: University of Malaya Press.

Anda mungkin juga menyukai