Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENERAPAN BERPIKIR KRITIS DAN BERSIKAP DEMOKRATIS

TERHADAP KEHIDUPAN REMAJA

DISUSUN OLEH:

EKA PRASETYA

XII-MIPA 5

No. 05

SMA NEGERI 3 BANGKALAN

TAHUN PELAJARAN 2015-2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah yang senantiasa memberi kemudahan saya

dalam pengerjaan makalah yang berjudul “Penerapan Berpikir Kritis dan Bersikap

Demokratis Terhadap Kehidupan Remaja” dengan tepat waktu.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga

makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya saya dengan kerendahan hati meminta maaf  jika terdapat kesalahan dalam

penulisan atau penguraian makalah saya.

Bangkalan, 30 Nopember 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1

1.3 Tujuan....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berpikir Kritis....................................................................................2

2.2 Penerapan Berpikir Kritis Terhadap Kehidupan Remaja ....................................2

2.3 Pengertian Bersikap Demokratis..........................................................................4

2.4 Penerapan Bersikap Demokratis Terhadap Kehidupan Remaja..........................4

2.5 Ayat-ayat Alquran tentang Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis.................6

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan..............................................................................................................8

3.2 Saran.....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan kemampuan berpikir kristis dan bersikap demokratis serta

memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan siswa adalah penting. Kesadaran ini

perlu dijadikan pijakan dalam pengembangan kurikulum dengan mengedepankan

pembelajaran konstekstual. Untuk itu para guru perlu berbuat, merancang secara serius

pembelajaran yang didasarkan pada premis proses belajar. Kemampuan berpikir kristis dan

kreatif dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa pengertian berpikir kritis?
 Bagaimana penerapan berpikir kritis terhadap kehidupan remaja?
 Apa pengertian bersikap demokratis?
 Bagaimana penerapan bersikap demokratis terhadap kehidupan remaja?

1.3 Tujuan
 Mengetahui pengertian berpikir kritis
 Mengetahui penerapan berpikir kritis terhadap kehidupan remaja
 Mengetahui pengertian bersikap demokratis
 Mengetahui penerapan bersikap demokratis terhadap kehidupan remaja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berpikir Kritis


Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berikut adalah
contoh-contoh kemampuan berpikir kritis, misalnya (1) membanding dan membedakan, (2)
membuat kategori, (2) meneliti bagian-bagian kecil dan keseluruhan, (3) menerangkan sebab,
(4) membuat sekuen / urutan, (5) menentukan sumber yang dipercayai, dan (6) membuat
ramalan.
Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni (1) bertujuan
untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan
kita lakukan dengan alasan logis, (2) memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir
kritis dan membuat keputusan, (3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan
memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar, (4) mencari dan
menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat
mendukung suatu penilaian.
Sedangkan Beyer (1985) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah
kemampuan (1) menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan
dari yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi dan
mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang ada, (6)
mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk
mendukung pengakuan, Menurut Harris, Robert (1998) indikasi kemampuan berpikir kristis
ada 13, yakni (1) analytic, (2) convergent, (3) vertical, (4) probability, (5) judgment, (6)
focused, (7) Objective, (8) answer, (9) Left brain, (10) verbal, (11) linear, (12) reasoning,
(13) yes but.

2.2 Penerapan Berpikir Kritis Terhadap Kehidupan Remaja


Penerapan berikir oleh remaja secara garis besar dapat dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan
informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan
yang reliable dan terpercaya.
Karakteristik yang harus diterapkan remaja untuk selalu berpikir kritis diantaranya:
(1) menggunakan bukti secara baik dan seimbang,
(2) mengorganisasikan pemikiran dan mengungkapkannya secara singkat dan koheren,
(3) membedakan antara kesimpulan yang secara logis sah dengan kesimpulan yang cacat,
(4) menunda kesimpulan terhadap bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan,
(5) memahami perbedaan antara berpikir dan menalar,
(6) menghindari akibat yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan,
(7) memahami tingkat kepercayaan,
(8) melihat persamaan dan analogi secara mendalam,
(9) mampu belajar dan melakukan apa yang diinginkan secara mandiri,
(10) menerapkan teknik pemecahan masalah dalam berbagai bidang,
(11) mampu menstrukturkan masalah dengan teknik formal, seperti matematika, dan
menggunakannya untuk memecahkan masalah,
(12) dapat mematahkan pendapat yang tidak relevan serta merumuskan intisari,
(13) terbiasa menanyakan sudut pandang orang lain untuk memahami asumsi serta implikasi
dari sudut pandang tersebut,
(14) peka terhadap perbedaan antara validitas kepercayaan dan intensitasnya,
(15) menghindari kenyataan bahwa pengertian seseorang itu terbatas, bahkan terhadap orang
yang tidak bertindak inkuiri sekalipun, dan
(16) mengenali kemungkinan kesalahan opini seseorang kemungkinan bias opini, dan bahaya
bila berpihak pada pendapat pribadi.

Karakteristik lain yang berhubungan dengan berpikir kritis, dijelaskan Beyer (Arief
Ahmad, 2007) secara lengkap dalam buku Critical Thinking, yaitu: .
a.       Watak (dispositions)
Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis,
sangat terbuka, menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan
pendapat, respek terhadap kejelasan dan ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain
yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat sebuah pendapat yang
dianggapnya baik.
b.      Kriteria (criteria) Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan.
Untuk sampai ke arah sana maka harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau
dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun dari beberapa sumber pelajaran,
namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan menerapkan
standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,
berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru,
logika yang konsisten, dan pertimbangan yang matang.
c.        Argumen (argument) Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh
data-data. Keterampilan berpikir kritis akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan
menyusun argumen.
d.     Pertimbangan atau pemikiran (reasoning) Yaitu kemampuan untuk merangkum
kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi kegiatan menguji
hubungan antara beberapa pernyataan atau data.
e.       Sudut pandang (point of view) Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan
dunia ini, yang akan menentukan konstruksi makna. Seseorang yang berpikir dengan
kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
f.       Prosedur penerapan kriteria (procedures for applying criteria) Prosedur penerapan
berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi
merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan
mengidentifikasi perkiraan-perkiraan.

2.3 Pengertian Sikap Demokratis


Perilaku demokratis adalah perilaku seseorang yang dilandasi oleh nilai-nilai
demokrasi. Sikap atau perilaku yang demokratis dapat mendukung pelaksanaan prinsip-
prinsip demokrasi.
Hidup seseorang yang lebih memilih kepentingan bersama daripada kepentingan
pribadinya.dan lebih menjunjung rasa persatuan,kesatuan dan kebersamaan terhadap yang
lain terutama untuk negaranya.

2.4 Penerapan Sikap Demokratis Terhadap Kehidupan Remaja


Membangun pribadi yang demokratis merupakan salah satu fungsi pendidikan nasional
seperti yang tercantum dalam pasal 3 UU Nomor 20/2003 tentang Sisdiknas. Di tengah-
tengah gencarnya tuntutan dan suara untuk membangun Indonesia baru yang lebih
demokratis di bawah pemerintahan yang bersih, berwibawa dan reformatif  justru banyak
politisi yang berkarakter oportunis, arogan dan mau menang sendiri, yang sangat
bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang mengembangkan nilai kebebasan,
kesamaan, persaudaraan, kejujuran, dan keadilan. Padahal harus diakui, mereka memiliki
kualifikasi pendidikan formal yang tinggi. Fenomena ini tentu sangat menarik untuk disimak,
sebab ada kecenderungan asumsi, tinggi-rendahnya tingkat pendidikan kurang memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tumbuhnya iklim demokrasi yang sehat.
Diperlukan upaya agar dunia pendidikan mampu menaburkan benih-benih demokrasi
kepada peserta didik dan melahirkan demokrat-demokrat yang ulung, cerdas, dan andal. 
Beratnya beban kurikulum yang harus dituntaskan telah membuat proses belajar mengajar
menjadi kehilangan ruang berdiskusi, berdialog dan berdebat, guru menjadi satu-satunya
sumber belajar. Akibatnya setelah lulus mereka menjadi asing di tengah-tengah rakyat. Tidak
mungkin out-put dari dunia pendidikan mampu menginternalisasi dan mengapresiasi nilai-
nilai demokrasi kalau otak dan emosi mereka dijauhkan dari ruang berdialog. Mustahil
mereka bisa menghargai pendapat sebagai salah satu esensi demokrasi kalau iklim belajarnya
berlangsung monoton.
Sehingga dunia pendidikan perlu diberi ruang yang cukup untuk membangun budaya
demokrasi bagi peserta didik, sehingga kelak mereka sanggup menjadi demokrat sejati yang
rendah hati, berjiwa besar, toleran, memiliki landasan etik moral dan spiritual. Apalagi di era
millennium ketiga yang kini diyakini akan menghadirkan banyak perubahan global seiring
dengan akselerasi keluar masuknya berbagai kultur dan peradaban baru dari berbagai bangsa
di dunia, ranah demokrasi tentu akan menjadi penentu citra, kredibilitas, dan akseptibilitas
bangsa kita sebagai salah satu komunitas masyarakat dunia. Itu artinya, dunia pendidikan
dalam mencetak sumberdaya manusia yang bermutu dan profesional harus menyiapkan
generasi yang demokratis, sehingga memiliki resistence yang kokoh di tengah-tengah konflik
peradaban.
Selain pengembangan nilai-nilai demokrasi dalam pembentukan mental peserta didik
sesuai nilai-nilai demokrasi, demokrasi di sekolah juga mencakup proses pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas hasil belajar. Hal ini diantaranya adalah untuk menyikapi persoalan
yang tentunya tekait dengan nilai-nilai demokrasi dalam hal ilmu pengetahuan, mengenai
industri saat ini yang sering menimbulkan pencemaran lingkungan.
Banyak pihak industri yang selalu berhadapan dengan kelompok-kelompok humanis
yang anti pencemaran dan pengrusakan lingkungan. sehingga pendidikan harus merancang
perubahan-perubahan ke depan yang tetap ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi,
dengan peningkatan solidaritas internasional, dan keseimbangan komitmen antara
produktivitas, kemajuan sains dan teknologi, yang pada gilirannya dapat mengembangkan
sektor perekonomian, namun tetap memperhatikan pemeliharaan lingkungan, dan misi
kemanusiaan, sehingga mampu menetralisir ketegangan-ketegangan sosial, dan mampu
menjaga kelestarian alam yang tidak semata menjadi kebutuhan seluruh umat manusia
dengan keseimbangan ekosistemnya, tapi juga akan diwariskan pada generasi mendatang.
Sikap yang harus diterapkan remaja dalam membangun sikap demokratis adalah :
a)    Aktif menggunakan ide, gagasan, pikiran kepada guru dan dosen.
b)    Siswa dan mahasiswa memiliki motivasi untuk maju dan berkembang untuk lebih
dewasa.
c)    Siswa dan mahasiswa mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan.
d)    Siswa dan mahasiswa mengembangkan derajat kesehatan jasmani dan rohaninya.
e)    Siswa dan mahasiswa mengembangkan perasaannya sehingga dapat memahami perasaan
orang lain.
f)     Siswa dan mahasiswa mempunyai kemauan untuk belajar berorganisasi melalui wadah
yang ada di sekolah dan perguruan tinggi.
g)    Siswa dan mahasiswa mempunyai kemauan untuk belajar mengetahui, untuk melakukan
sesuatu, menjadi diri sendiri dan untuk hidup bersama.

Sikap sangat dipengaruhi oleh faktor perasaan atau emosi serta reaksi atau
kecenderungan untuk bereaksi. Sikap merupakan penentu yang penting dalam tingkah laku
manusia. Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap sesuatu perangsang, hal
ini disebabkan oleh berbagai faktor yang ada dalam individu masing-masing misalnya
disebabkan perbedaan bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan juga
situasi lingkungan.

2.5 Ayat-ayat Alquran tentang Berpikir Kritis dan Bersikap Demokratis


1. Surah Ali 'Imran Ayat 190-191

﴾۱۹‫ب ﴿ە‬ ِ َ‫ت أِّل ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْل ٰب‬


ٍ ۢ َ‫ار َل َءا ٰي‬Z
ِ Zَ‫ل َوٱلنَّه‬Z ِ Zَ‫ٱختِ ٰل‬
ِ Z‫ف ٱلَّ ْي‬ ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬ ِ ‫إِ َّن فِى َخ ْل‬
ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
ِ ‫ ٰ َم ٰ َو‬ZZZ‫ٱلس‬
‫ت‬ َّ ‫ق‬ZZZ ِ ‫ُون فِى َخ ْل‬ َ ‫وبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكر‬ZZZُ‫و ۭ ًدا َو َعلَ ٰى ُجن‬ZZZُ‫ ا َوقُع‬ZZZ‫ُون ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًۭم‬ ْ َ‫ين ي‬
َ ‫ذ ُكر‬ZZZ َ ‫ٱلَّ ِذ‬
ِ َّ‫اب ٱلن‬
۱۹۱﴿ ‫ار‬ َ َ‫ت ٰهَ َذا ٰبَ ِطاًۭل ُسب ٰ َْحن‬
َ ‫ك فَقِنَا َع َذ‬ ِ ْ‫َوٱأْل َر‬
َ ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْق‬
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah
Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab
neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).

Dalam ayat 190 menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta
keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga dalam silih bergantinya siang dan
malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada
tubuh kita dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan
pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna merupakan tanda bukti yang menunjukan
keesaan Allah Awt., kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya.
2. Surah Ali 'Imran Ayat 159

‫ْف َع ْنهُ ْم‬ ُ ‫فَع‬  ‫ك‬ َ ۖ ِ‫ب ٰال ْنفَضُّ وْ ا ِم ْن َح ِول‬


ِ ‫فَبِ َما َرحْ َم ٍة ِّمنَ هللاِ لِ ْنتَ لَهُ ْم ۖ َولَوْ ُك ْنتَ فَظَّا َغلِظَ ْالقَ ْل‬
َ‫هللاِ إِ َّن هللاَ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِ ْين‬
ۚ ‫اورْ هُ ْم فِ ْي ْاألَ ْم ِر ۖ فَإ ِ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى‬ِ ‫َوآ ْستَ ْغفِرْ لَهُ ْم َو َش‬
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan ampunan bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan
tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran: 159).

Surah Ali 'Imran ayat 159 membahas tentang tata cara melakukan musyawarah. Ayat ini
diturunkan sebagai teguran terhadap sikap para sahabat Rasulullah Saw. yang telah
menyepakati keputusan musyawarah dalam menerapkan strategi Perang Uhud, tetapi mereka
melanggar kesepakatan tersebut. Oleh karena sikap melanggar dari keputusan musyawarah
dalam Perang Uhud, kaum muslimin menjadi sulit mengalahkan musuh.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Simpulan
Makna demokrasi sebagai dasar hidup bermasyarakat dan benegara mengandung
pengertian bahwa rakyatlah yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai
kehidupannya, termasuk dalam hal kebijakan negara karena kebijakan tersebut akan
menentukan kehidupan rakyat.
Remaja yang demokrasi akan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif saat
menuntut ilmu. Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.

3.2 Saran
Sebagai penerus generasi bangsa kita harus menjadi remaja yang mampu berpikir kritis
dan bersikap demokratis kapan saja dan dimana saja kita berada.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatul, Syifa. 2014. “Contoh Perilaku Yang Mencerminkan Upaya Demokrasi” (online)

(http://sifahidayatulmangunah.blogspot.co.id/2014/11/contoh-perilaku-

yang-mencerminkan-upaya.html, diakses 02 November 2015)

Pamudji, Sugeng. 2013. “Membangun Pola Berpikir Kritis Bagi Siswa” (online) (http://guru-

ceria.blogspot.co.id/2013/12/membangun-pola-berpikir-kritis-

bagi.html, diakses 02 November 2015)

Anda mungkin juga menyukai