Salah satunya adalah rakyat Riau, mereka tidak terima atas monopoli yang
dilakukan Belanda, sehingga mereka melakukan genjatan senjata yang sering
disebut “Rakyat Riau Angkat Senjata”.
Sebab Perlawanan
Proses Perlawanan
Siasat perang ini tidak lepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena jasanya
Raja Indra Pahlwan diangkat menjadi Panglima Besar Kesultanan Siak dengan
gelar “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”
Sultan abdul jalil rahmat syah
Dalam suasana memanas, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat dan digantikan
putranya yaitu Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 - 1760) dengan
komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan
Jalannya perang
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
wafat. Sebagai gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul
Jalil Muzafar Syah (1746 -1760). Raja ini juga mempunyai naluri seperti
ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka dan sebagai
komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar perang
melawan VOC.
Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur
perdagangan menuju Siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang
jalur yang menghubungkan Sungai Indragiri, Kampar, sampai Pulau Guntung
yang berada di muara Sungai Siak.
Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal ini adalah
pukulan untuk Siak. Oleh sebab itu segera dipersiapkan kekuatan yang lebih
besar untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan
kembali kepada Raja Indra dan Panglima Besar Tengku Muhammad Ali.
Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang
dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng VOC di
Pulau Guntung itu berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam besar.
Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan itu. Namun
banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC wajib mendatangkan
pertolongan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina. Pertempuran nyaris
berlangsung satu bulan.
Sementara VOC terus mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu
kedua panglima perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke
Siak. Sultan Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru.
Disepakati bahwa VOC wajib dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-
pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda.
Oleh sebab itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju
dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung.
Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk
kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah dan
segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu.
Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan
membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari
Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan.
Oleh sebab itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima
Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan
Datuk Lima Puluh”.
Perang antara rakayat riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada saat perang
itu VOC mendatangkan pertolongan dari china dan sekutunya, sehingga pada
saat itu rakyat Riau ditarik mundur untuk merundingkan strategi perang baru,
sehingga dalam perundingan itu di dapatlah suatu ide untuk berpura-pura
mengajak VOC berdamai.
Sehingga pada saat perundingan damai dengan VOC itu, kesempatan rakyat riau
untuk memukul habis para pentinggi VOC. Pada akhirnya rakyat Riau
memperoleh kemenangan dari VOC.