Anda di halaman 1dari 5

Rakyat Riau Angkat Senjata

Pada era Kolonialisme belanda dibentuklah suatu kongsi dagang yang


bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Suatu kongsi dagang
yang memonopoli dagang dan hasil bumi nusantara, di balik itu rakyat indonesia
tidak terima atas keserakahan VOC tersebut, sehingga terjadilah perang
dimana-mana. 

Salah satunya adalah rakyat Riau, mereka tidak terima atas monopoli yang
dilakukan Belanda, sehingga mereka melakukan genjatan senjata yang sering
disebut “Rakyat Riau Angkat Senjata”.

Sebab Perlawanan

 VOC ingin memonopoli kepulauan Riau


 VOC memecah belah kerajaan Riau menjadi kerajaan kerajaan kecil
seperti Siak, Indragiri, dan Kampar yang lalu merasa terdesak dengan
tindakan sewenang wenang VOC

Proses Perlawanan

1. Perlawanan Raja Siak memimpin rakyatnya untuk melawan VOC. setelah


merebut Johor, ia membuat benteng pertahanan di Bintar
2. Dari perthananan di pulau Bintan, Sultan Abdul Jalil memerintahkan Raja
lela Muda untuk menyerang Malaka 
3. Tahun 1751 terjadi perang melawan VOC. VOC dengan strategi perangnya
memutus jalur perdagangan menuju Siak. VOC mendirikan benteng
pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan sungai Indragiri
sampai pulau Guntung 
4. Terjadi pertempuran sengit di pulau Guntung (1752-1753). Kerajaan Siak
kesusahan menembus benteng pertahanan VOC yang dilengkapi meriam.
Kerajaan Siak lalu mundur 
5. Raja Siak lalu pura pura menyerah pada VOC. Diadakan perundingan
damai di Losi, pulau Guntung. Pada perundingan ini sultan dipaksa untuk
tunduk pada VOC. lalu sultan memberi kode untuk menyerang VOC di Losi
hingga akhirnya VOC berhasil di singkirkan
Tokoh perlawanan rakyat riau

Sultan Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah

1. Tahun 1751 berkobar lagi melawan VOC setelah kematian ayahnya


2. VOC memutus jalur perdagangan menuju Siak
3. VOC mendirikan Benteng Pertahanan sepanjang sungai Indragiri, Kampar,
Sampai Pulau Guntung yang berapa di muara sungai Siak
4. Pertemputan puncak terjadi di pulau Guntung (1752 - 1753) yang
diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas”. Pertempuran
berlangsung satu bulan. Banyak korban berjatuhan dari kedua pihak.
5. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan VOC yang dikenal dengan
“siasat hadiah sultan” yang diadakan di Loji, Pulau Guntung
6. Saat perundingan sultan dipaksa tunduk kepada VOC. Sultan memberi
kode kepada anak buahnya untuk menyergap. Loji dibakar dan sultan
kembali ke Siak membawa kemenangan

Siasat perang ini tidak lepas dari jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh karena jasanya
Raja Indra Pahlwan diangkat menjadi Panglima Besar Kesultanan Siak dengan
gelar “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”
Sultan abdul jalil rahmat syah

1. Berhasil merebut Johor kemudian membuat Benteng Pertahanan di pulau


Bintan
2. Mengirim pasukan dibawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang
Malaka bersama putranya Raja Indra Pahlawan.

Dalam suasana memanas, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat dan digantikan
putranya yaitu Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 - 1760) dengan
komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan

Jalannya perang

Ambisi untuk melaksanakan monopoli perdagangan dan menguasai bermacam-


macam daerah di Nusantara terus dilakukan VOC. Di samping menguasai
Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau. 

Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil menanamkan pengaruhnya di


Riau. Kerajaan kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar
semakin terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan sewenang-wenang
dari VOC. Oleh sebab itu, beberapa kerajaaan mulai melancarkan perlawanan.
Salah satu contoh perlawanan di Riau adalah perlawanan yang dilancarkan oleh
Kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723 –
1744) memimpin rakyatnya untuk melawan VOC. 

Setelah berhasil merebut Johor lalu ia membuat benteng pertahanan di Pulau


Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim
pasukan di bawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka. 

Uniknya dalam pertempuran ini Raja Lela Muda selalu mengikutsertakan


puteranya yang bernama Raja Indra Pahlawan. Itulah sebabnya sejak remaja
Raja Indra Pahlawan sudah mempunyai kepandaian berperang. Sifaf bela
negara/ tanah air sudah mulai tertanam pada diri Raja Indra Pahlawan.

Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah
wafat. Sebagai gantinya diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul
Jalil Muzafar Syah (1746 -1760). Raja ini juga mempunyai naluri seperti
ayahandanya yang ingin selalu memerangi VOC di Malaka dan sebagai
komandan perangnya adalah Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar perang
melawan VOC.

Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur
perdagangan menuju Siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang
jalur yang menghubungkan Sungai Indragiri, Kampar, sampai Pulau Guntung
yang berada di muara Sungai Siak. 

Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal ini adalah
pukulan untuk Siak. Oleh sebab itu segera dipersiapkan kekuatan yang lebih
besar untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan dipercayakan
kembali kepada Raja Indra dan Panglima Besar Tengku Muhammad Ali. 

Dalam serangan ini diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang
dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng VOC di
Pulau Guntung itu berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam besar.
Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan itu. Namun
banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC wajib mendatangkan
pertolongan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina. Pertempuran nyaris
berlangsung satu bulan. 

Sementara VOC terus mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu
kedua panglima perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali ke
Siak. Sultan Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur siasat baru.
Disepakati bahwa VOC wajib dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-
pura berdamai dengan cara memberikan hadiah kepada Belanda.

Oleh sebab itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC setuju
dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung.
Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk
kepada pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah dan
segera menyergap dan membunuh orang-orang Belanda di loji itu.

Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan
membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari
Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari jasa Raja Indra Pahlawan.

Oleh sebab itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima
Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan
Datuk Lima Puluh”.

Perang antara rakayat riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada saat perang
itu VOC mendatangkan pertolongan dari china dan sekutunya, sehingga pada
saat itu rakyat Riau ditarik mundur untuk merundingkan strategi perang baru,
sehingga dalam perundingan itu di dapatlah suatu ide untuk berpura-pura
mengajak VOC berdamai. 

Sehingga pada saat perundingan damai dengan VOC itu, kesempatan rakyat riau
untuk memukul habis para pentinggi VOC. Pada akhirnya rakyat Riau
memperoleh kemenangan dari VOC.

Anda mungkin juga menyukai