Anda di halaman 1dari 6

A.

PERLAWANAN RAKYAT MAKASAR


Di Sulawesi Selatan, perlawanan terhadap kolonialisme Belanda
dilakukan oleh Kerajaan Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung
menjadi Kerajaan Makasar. Dilihat dari letak geografisnya, letak wilayah
Kerajaan Makasar sangat strategis dan memiliki kota pelabuhan sebagai
pusat perdagangan di Kawasan Indonesia Timur.

1. FAKTOR PENYEBAB TERJADI PERLAWANAN


Sebab Umum dan Khusus
1. Belanda menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap.
2. Belanda mengadakan blokade ekonomi terhadap Makasar.
3. Sultan Hasanuddin menolak monopoli perdagangan Belanda di
Makasar

Dalam pertempuran VOC mengalami kesulitan untuk menundukan


Makasar, setiap terdesak Belanda mengajukan perjanjian damai
dengan Makasar, perjanjian damai tersebut dimanfaatkan oleh Belanda
untuk memperkuat pasukannya. Dalam menghadapi Makasar, Belanda
kemudian bersekutu dengan Aru Palaka (Raja Bone), yang merupakan
musuh Sultan Hasanuddin. Akhirnya Belanda berhasil menguasai
Makasar dengan ditandatanganinya perjanjian Bongaya yang sangat
merugikan Makasar.
2. STRATEGI YANG DILAKUKAN UNTUK MELAWAN VOC
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua
terjadi pada tahun 1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan
perilaku VOC yang berusaha menghalang-halangi pedagang yang
masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua kali upaya VOC
tersebut mengalami kegagalan karena pelaut Makasar memberikan
perlawanan sengit terhadap kompeni. Pertempuran ketiga terjadi tahun
1666 - 1667 dalam bentuk perang besar. Ketika VOC menyerbu
Makasar, pasukan kompeni dibantu oleh pasukan Raja Bone (Aru
Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan
laut VOC, yang dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan
Makasar dari laut, sedangkan pasukan Aru Palaka mendarat di
Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakukan
pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin serta melakukan
penyerbuan ke Makasar.
3. STRATEGI YANG DILAKUKAN BELANDA
Perlawanan rakyat Makassar akhirnya mengalami kegagalan. Salah
satu faktor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan
politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru
Palaka yang merupakan raja Kerajaan Bone. Pada akhir peperangan,
Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya pada
tahun 1667.Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan
rakyat Makassar terhadap Belanda tetap diteruskan oleh putra Sultan
Hasannudin yaitu Mapasomba. Untuk menghadapi perlawanan rakyat
Makassar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran
dan pada akhirnya Belanda berhasil menghancurkan Makassar dan
menguasai wilayah kerajaan tersebut sepenuhnya.
4. AKIBAT PERANG TERSEBUT
Pada akhir peperangan, Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani
perjanjian Bongaya pada tahun 1667 yang isinya sangat merugikan
pihak Makassar yang isinya sebagai berikut :

1. VOC menguasai monopoli perdagangan di Sulawesi Selatan dan


Sulawesi Tenggara.
2. Makassar harus melepas seluruh daerah bawahannya, seperti
Sopeng, Luwu, Wajo, dan Bone.
3. Aru Palaka dikukuhkan sebagai Raja Bone.
4. Makassar harus menyerahkan seluruh benteng-bentengnya.
5. Makassar harus membayar biaya perang dalam bentuk hasil bumi
kepada VOC setiap tahun.

B. PERLAWANAN RAKYAT RIAU


Pada era Kolonialisme belanda di bentuklah suatu kongsi dagang yang
bernama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Suatu kongsi dagang
yang memonopoli dagang dan hasil bumi nusantara, di balik itu rayat indonesia
tida terima atas keserakahan VOC itu, sehingga terjadilah perang dimana-mana.
Salah satunya adalah rakyat Riau, mereka tidak terima atas monopoli yang
dilakukan belanda, sehingga mereka melaksanakan genjatan senjata yang sering
disebut “Rakyat Riau Angkat Senjata”.
1. FAKTOR PENYEBAB TERJADI PERLAWANAN
Ambisi untuk melaksanakan monopoli perdagangan dan menguasai
bermacam-macam daerah di Nusantara terus dilakukan VOC. Di
samping menguasai Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan
Riau. Dengan politik memecah belah VOC mulai berhasil
menanamkan pengaruhnya di Riau. Kerajaan kerajaan kecil seperti
Siak, Indragiri, Rokan, dan Kampar semakin terdesak oleh pemaksaan
monopoli dan tindakan sewenang-wenang dari VOC. Oleh sebab itu,
beberapa kerajaaan mulai melancarkan perlawanan.
2. STRATEGI YANG DILAKUKAN UNTUK MELAWAN VOC
Salah satu contoh perlawanan di Riau adalah perlawanan yang
dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul
Jalil Rahmat Syah (1723 – 1744) memimpin rakyatnya untuk melawan
VOC. Setelah berhasil merebut Johor lalu ia membuat benteng
pertahanan di Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini
pasukan Sultan Abdul Jalil mengirim pasukan di bawah komando Raja
Lela Muda untuk menyerang Malaka. Uniknya dalam pertempuran ini
Raja Lela Muda selalu mengikutsertakan puteranya yang bernama
Raja Indra Pahlawan. Itulah sebabnya sejak remaja Raja Indra
Pahlawan sudah mempunyai kepandaian berperang. Sifaf bela negara/
tanah air sudah mulai tertanam pada diri Raja Indra Pahlawan.
Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil
Rahmat Syah wafat. Sebagai gantinya diangkatlah puteranya yang
bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746 -1760). Raja ini
juga mempunyai naluri seperti ayahandanya yang ingin selalu
memerangi VOC di Malaka dan sebagai komandan perangnya adalah
Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar perang melawan VOC.
3. STRATEGI YANG DILAKUKAN BELANDA
Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha
memutus jalur perdagangan menuju Siak. VOC mendirikan benteng
pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Indragiri,
Kampar, sampai Pulau Guntung yang berada di muara Sungai Siak.
Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Hal
ini adalah pukulan untuk Siak. Oleh sebab itu segera dipersiapkan
kekuatan yang lebih besar untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk
pimpinan pasukan dipercayakan kembali kepada Raja Indra dan
Panglima Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam serangan ini
diperkuat dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi
dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata
benteng VOC di Pulau Guntung itu berlapis-lapis dan dilengkapi
meriam-meriam besar.

Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan


itu. Namun banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC wajib
mendatangkan pertolongan kekuatan termasuk juga orang-orang Cina.
Pertempuran nyaris berlangsung satu bulan. Sementara VOC terus
mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua
panglima perang Siak menyerukan pasukannya untuk mundur kembali
ke Siak. Sultan Siak bersama para panglima dan penasihat mengatur
siasat baru. Disepakati bahwa VOC wajib dilawan dengan tipu daya.
Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara memberikan
hadiah kepada Belanda.
Oleh sebab itu, siasat ini dikenal dengan “siasat hadiah sultan”. VOC
setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di
Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak
dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahah VOC. Sultan segera
memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh
orang-orang Belanda di loji itu.

Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak


dengan membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil
mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang ini tidak terlepas dari
jasa Raja Indra Pahlawan. Oleh sebab itu, atas jasanya Raja Indra
Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan
gelar: “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”.

Perang antara rakayat riau dengan VOC terjadi sangat sengit, Pada
saat perang itu VOC mendatangkan pertolongan dari china dan
sekutunya, sehingga pada saat itu rakyat Riau ditarik mundur untuk
merundingkan strategi perang baru, sehingga dalam perundingan itu di
dapatlah suatu ide untuk berpura-pura mengajak VOC berdamai.
Sehingga pada saat perundingan damai dengan VOC itu, kesempatan
rakyat riau untuk memukul habis para pentinggi VOC. Pada akhirnya
rakyat Riau memperoleh kemenangan dari VOC.

Anda mungkin juga menyukai