Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan
memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki alatalat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang berlabuh.
Terkadang crane dan gudang berpendingin disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak swasta
yang berkepentingan, sesuai jenis pelabuhannya juga. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas
penunjang seperti pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun
2001 mengatur tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.
Dalam kesehariannya, pelabuhan juga mempunyai hubungan erat dengan warga sekitar yang
mendiami kawasan pelabuhan. Sebagian besar warganya bermata pencaharian sebagai kuli angkut
dan bongkar muat di pelabuhan. Namun setiap pekerjaan mempunyai kendala, terlebih jika air laut
sedang dalam keadaan tinggi. Tentu saja kegiatan bongkar muat akan dikurangi dan itu akan
berdampak langsung pada masyarakat sekitar. Namun banyak juga warga yang menjadi nelayan jika
air laut sedang tinggi. Keadaan seperti ini tentu saja menjadi masalah serius bagi masyarakat
pelabuhan dan juga berdampak langsung pada status ekonomi dan sosial di daerah pelabuhan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut
1. Bagaimana pembangunan dan pengelolaan pelabuhan di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh dari pembangunan dan aktivitas pelabuhan terhadap kehidupan sekitar
pelabuhan?
1.3Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan penulisan dari makalah ini yaitu
1. Mengetahui arah pembangunan dan pengelolaan pelabuhan di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh dari pembangunan dan aktivitas pelabuhan terhadap kehidupan di
sekitarnya.
1.4Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui seberapa baiknya sistem
pengelolaan pelabuhan di Indonesia dan pengaruh keberadaan pelabuhan bagi kehidupan
disekitarnya.
1.5Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, penulis berusaha
memahami, menafsirkan dan mengaitkan data-data yang ada melalui studi pustaka yang dilakukan.
Data-data yang digunakan untuk diolah merupakan data sekunder yang didapat melalui literaturliteratur terkait maupun data-data dari media internet.

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Pelabuhan


Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk
menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Menurut
peraturan pemerintah RI no. 69 tahun 2001 tentang kepelabuhanan, yangdimaksud
pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan peraitan disekitarnya dengan batas batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh , naik turun penumpang dan atau bongkar m uat barang yang di lengkapi
dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat
perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung dari gelombang
laut dan di lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi:
1. Dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang.
2. Crane, untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang.
3. Gudang Laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang akan di pindah ke
kapal.

2.2 Jenis Pelabuhan


Berdasarkan PP No 69 Tahun 2001, pelabuhan dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan
kategorinya, berikut jenis-jenis pelabuhan
1. Menurut alamnya
a. Pelabuhan terbuka, kapal dapat merapat langsung tanpa bantuan pintu air,umumnya berupa
pelabuhan yang bersifat tradisional.
b. Pelabuhan tertutup, kapal masuk harus melalui pintu air seperti dapat kita temui diLiverpool, Inggris
dan terusan Panama.
2. Menurut pelayanannya
a. Pelabuhan Umum, diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat yang secara teknis dikelola
oleh Badan Usaha Pelabuhan (BUP).
b. Pelabuhan Khusus, dikelola untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu, baik
instansi pemerintah, seperti TNI AL dan Pemda Dati I/Dati II, maupun badan usaha swasta seperti,
pelabuhan khusus PT BOGASARI yang digunakan untuk bongkar muat tepung terigu.
3. Menurut Lingkup Pelayaran
a. Pelabuhan Internasional Hub, utama primer yang melayani nasional dan internasional dalan jumlah
besar. dan merupakan simpul dalam jaringan laut internasional.
b. Pelabuhan International, utama sekunder yang melayani nasional maupun internasional dalam
jumlah besar yang juga menjadi simpul jaringan transportasi laut internasional.
c. Pelabuhan Nasional, utama tersier yang melayani nasional dan internasional dalam jumlah
menengah.
d. Pelabuhan Regional,pelabuhan pengumpan primer ke pelabuhan utama yang melayani secara
nasional.
e. Pelabuhan Lokal, pelabuhan pengumpan sekunder yang melayani lokal dalam jumlah kecil.
4. Menurut Perdagangan Luar Negeri
a. Pelabuhan Ekspor.
b. Pelabuhan Impor.

5. Menurut Kapal yang Diperbolehkan Singgah


a. Pelabuhan Laut, Pelabuhan yang boleh dikunjungi kapal negara-negara sahabat.
b. Pelabuhan Pantai, pelabuhan yang hanya boleh dikunjungi kapal nasional.
6. Menurut Wilayah Pengawasan Bea Cukai
a. Custom port, adalah wilayah dalam pengawasan bea cukai.
b. Free port. adalah wilayah pelabuhan yang bebas diluar pengawasan bea cukai.
7. Menurut Kegiatan Pelayaran
a. Pelabuhan Samudra, contoh: Pelabuhan Tanjung Priok.
b. Pelabuhan Nusantara, contoh: Pelabuhan Banjarmasin.
c. Pelabuhan Pelayaran Rakyat, contoh: Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta.
8. Menurut Peranannya
a. Transito, pelabuhan yang mengerjakan kegiatan transhipment cargo, seperti PelabuhanSingapura.
b. Ferry, pelabuhan yang mengerjakan kegiatan penyebrangan, seperti Pelabuhan Merak.

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi-kondisi Pelabuhan di Indonesia
Pelabuhan-pelabuhan di Indonesia saat ini diatur dalam UU Pelayaran tahun 1992 dan peraturanperaturan pendukung lainnya. Di Indonesia terdapat sekitar 1000 pelabuhan khusus atau pelabuhan
swasta yang melayani berbagai kebutuhan suatu perusahaan saja (baik swasta maupun milik negara
dalam sejumlah industri meliputi pertambangan, minyak dan gas, perikanan, kehutanan, dan lain
sebagainya. Beberapa dari pelabuhan tersebut hanya memiliki fasilitas yang sesuai untuk satu atau
sekelompok komoditas dan memiliki kapasitas terbatas untuk mengakomodasi kargo pihak ketiga.
Saat ini, Pelindo menikmati monopoli pada pelabuhan komersial utama yang dilegislasikan serta
otoritas pengaturan terhadap pelabuhan-pelabuhan sektor swasta. Pada sebagian besar pelabuhan
utama, Pelindo bertindak sebagai operator sekaligus otoritas pelabuhan tunggal, mendominasi
penyediaan pelayanan pelabuhan utama seperti perairan pelabuhan untuk pergerakan lalu lintas
kapal, pelayaran dan penarikan kapal (kapal tunda), fasilitas-fasilitas pelabuhan untuk kegiatan
bongkar muat, listrik, persediaan air bersih, pembuangan sampah, layanan telepon untuk kapal,
ruang lahan untuk kantor dan kawasan industri serta pusat pelatihan dan medis pelabuhan.
Legislasi saat ini menjauhkan sektor swasta dari persaingan secara langsung dengan Perum
Pelabuhan Indonesia yang berwenang. Di dalam Perum Pelabuhan Indonesia, pelabuhan-pelabuhan
yang menguntungkan diwajibkan memberikan subsidi kepada pelabuhan-pelabuhan yang merugi
sehingga semakin mengurangi insentif kerja. Selain itu tarif-tarif yang berlaku di pelabuhan dikenakan
secara standar dengan pemberlakuan yang sama oleh pemerintah pusat sehingga mengurangi
persaingan. Hal ini sangat signifikan apabila dua Perum Pelabuhan Indonesia berbagi daerah yang
bersaing seperti Tanjung Emas di Semarang dan Tanjung Perak di Surabaya, yang keduanya
dijalankan oleh Perum Pelabuhan Indonesia III.

3.2 Kinerja Pengelolaan Pelabuhan


Pengelolaan pelabuhan di Indonesia bisa dikatakan masih belum terorganisir dengan baik. Masih
banyak pengelelolaan yang kurang professional dari para pengelola pelabuhan, dalam hal ini adalah
pemerintah. Masih banyak kekurangan yang bisa diidentifikasi oleh parastakeholders di bidang

pelabuhan ini. Di samping itu ada masalah yang tak baru lagi dalam pengelolaan pelabuhan dari
tahun ke tahun, masalah itu antara lain
1. Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan pelabuhan di Indonesia;
2. Lamanya pengurusan kepabeanan di Indonesia;
3. Fasilitas pelabuhan yang berkualitas buruk;
4. Lamanya waktu tunggu di pelabuhan pelabuhan di Indonesia;
5. Kedalaman pelabuhan di Indonesia yang tidak memenuhi syarat.
Faktanya masih banyak masalah yang dapat diidentifikasi dari pengelolaan pelabuhan. Tetapi
5 masalah masalah yang ada di atas merupakan masalah masalah umum yang sering terjadi
dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia. Para pengusaha selaku pihak yang paling sering
memanfaatkan jasa pelabuhan ini pun kerap kali mengeluh mengenai buruknya sarana dan
prasarana dari pelabuhan pelabuhan di Indonesia. Fasilitas fasilitas pelabuhan di Indonesia
banyak yang sudah tua dan juga kurang berfungsi dengan baik karena tidak di maintain dengan baik.
Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi operasional dan citra pelabuhan di Indonesia.
Salah satu fasilitas pelabuhan Indonesia yang kurang memadai adalah kedalaman pelabuhan
atau deep see port yang ada di Indonesia. Sebagian besar pelabuhan di Indonesia tidak bisa
menjaga tingkat kedalaman lautnya sampai 14 meter atau lebih sehingga tidak dapat memenuhi
kriteria deep sea port. Akibatnya, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia hanya menjadi pengumpan bagi
pelabuhan milik beberapa negara tetangga.
Masalah lain yang kerap muncul dalam hal pengelolaan pelabuhan di Indonesia adalah
lamanya waktu kepngerusan kepabeanan di Indonesia. Hal ini menyebabkan rendahnya minat para
investor yang sebagian besar aktivitasnya berhubungan dengan pelabuhan untuk masuk ke
Indonesia. Mereka enggan untuk berurusan dengan birokrasi Indonesia yang sangat berbelit belit.
Alasan lainnya ialah karena mereka sadar, dengan birokrasi yang semakin berbelit belit, hal itu akan
mempengaruhi stabilitas dari produk mereka. Karena mereka mau tidak mau mereka pasti akan
memperhitungkan biaya biaya birokrasi Indonesia kedalam produk mereka, yang sudah pasti
merupakan sebuah pemborosan dan tidak menambah nilai apa apa kepada produk yang mereka
jual.
Masalah masalah diatas menyebabkan pengelolaan pelabuhan menjadi tidak efektif. Hal ini
berujung pada lamanya waktu tunggu bagi kapal kapal untuk bersandar di pelabuhan pelabuhan
yang ada di Indonesia. Pemerintah saat ini dituntut untuk segera memperbaiki masalah ini. Karena
pelabuhan mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting dalam pergerakan dan pertumbuhan
perekonomian suatu negara.
Selain pengelolaan pelabuhan yang masih carut marut, adanya pembangunan pelabuhan ini
membawa dampak bagi kehidupan di sekitarnya. Dalam penulisan selanjutnya akan dipaparkan
mengenai dampak pembangunan pelabuhan terhadap kehidupan di sekitar pelabuhan terkait aspek
lingkungan, sosial, dan ekonomi.

3.3 Dampak Pembangunan Pelabuhan secara Mikro terhadap Kehidupan Sekitar Pelabuhan
Kegiatan pembangunan senantiasa melahirkan dampak positif dan negatif secara sekaligus bagi
kehidupan masyarakat. Ada beberapa dampak positif dari pembangunan pelabuhan, yaitu pelabuhan
laut dapat mempengaruhi pembangunan ekonomi dan sebaliknyapembangunan ekonomi dapat pula
mempengaruhi peningkatan aktivitas pelabuhan (UNCTAD dan Ditjen Perhubungan Laut, 2000). Ada
dua hal yang disumbangkan pelabuhan untuk meningkatkan perekonomian yang bersifat terukur dan
tidak terukur. Hal-hal yang terukur seperti pajak-pajak, deviden dan retribusi. Sedangkan yang tidak

terukur adalah kesempatan kerja dan tumbuhnya usaha-usaha di sekitar pelabuhan, sebagai efek
ganda kegiatan ke pelabuhan yang akan memberikan nilai tambah ekonomi pada daerah sekitar
pelabuhan. Pelabuhan laut berperan penting terhadap pembangunan ekonomi. Terdapat dampak
positif lainnya mengenai pembangunan dan aktivitas pelabuhan, yaitu aspek sosial. Dalam aspek
sosial ini, pelabuhan dapat dijadikan sebagai transportasi perairan dan juga dapat dijadikan sebagai
pusat kegiatan masyarakat sekitar pelabuhan, misal dalam memberikan penyuluhan-penyuluhan
mengenai hal yang berhubungan dengan kegiatan masyarakat yang akan mereka lakukan di lingkup
pelabuhan tersebut. Namun disisi lain terdapat dampak negatif dari pembangunan pelabuhan,
berupa:
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan
Kawasan pesisir berupa kawasan lahan basah berhutan mangrove, pantai berpasir, atau pantai berbatu.
Pembangunan pelabuhan dikawasan tersebut, akan menimbulkan perubahan fungsi dan tata guna
lahan yang mengakibatkan perubahan bentang alam. Pada awalnya, kawasan tersebut berfungsi
sebagai cathmen area baik untuk air hujan maupun air pasang, namun setelah ada pembangunan
pelabuhan, seperti kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap
konstruksi, serta pemadatan tanah, akan mengubah lahan fungsi tersebut. Sehingga air hujan tidak
dapat meresap ke dalam tanah, sehingga meningkatkan volume air limpasan (run off) dan
meningkatkan terjadinya potensi genangan dan mengubah pola genangan. Selain itu, pelabuhan
mengambil air bawah tanah secara besar-besaran dan tidak terkontrol untuk dijual ke kapal-kapal
yang bersandar. Kegiatan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan tanah, yang akhirnya
menyebabkan banjir rob di wilayah sekitar pelabuhan dan juga timbulnya keresahan dan pandangan
negatif masyarakat sekitar. Contohnya seperti yang terjadi di Kota Semarang.
Dampak lain yang terjadi dari perubahan fungsi dan tata guna lahan adalah terjadinya perubahan
mata pencaharian dan pendapatan penduduk. Semisal, pada awalnya wilayah tersebut merupakan
wilayah pertanian garam. Setelah adanya pelabuhan, para penduduk beralih menjadi pekerja di
pelabuhan. Otomatis, pendapatan mereka juga berubah. gangguan terhadap aktivitas nelayan,
peningkatan kepadatan lalu lintas pelayaran maupun lalu lintas di sekitar wilayah pelabuhan.
2. Penurunan Kualitas Udara dan Peningkatan Kebisingan
Penurunan kualitas udara dapat disebabkan oleh peningkatan debu akibat kegiatan konstruksi dan
kegiatan operasional loading off loading di pelabuhan. Udara pelabuhan menjadi kotor dan berimbas
pada kesehatan masyarakat pelabuhan. Peningkatan kebisingan pada kegiatan pelabuhan terutama
berasal dari kegiatan alat konstruksi, pengangkutan material, pemancangan dan pembangunan
terminal dan loading offloadingdi pelabuhan, yang mengganggu ketenangan di permukiman sekitar
pelabuhan.
3. Penurunan Kualitas Air Laut dan Kualitas Air Permukaan
Penurunan kualitas air laut dikarenakan adanya peningkatan kekeruhan dan penigkatan pencemaran air
laut. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan konstruksi pada pembangunan pelabuhan, terutama pada
tahap pengerukan (capital dredging) dan pembuangan material keruk. Kegiatan tersebut akan
memengaruhi kualitas air laut dan kualitas air permukaan (jika pembangunan pelabuhan terletak di
sekitar sungai) dengan adanya peningkatan pencemaran terutama yang dihasilkan dari discharge air
limbah domestik dan non domestik (air balast, tank cleaning dan bahan kimia yang digunakan untuk
perawatan kapal), kegiatan operasional loading-offloading di pelabuhan serta korosi pada kapal. Hal

ini juga berdampak pada kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air yang tercemar maupun
mengkonsumsi ikan yang hidup di perairan pelabuhan.
4.

Perubahan Pola Arus Laut, Gelombang dan Garis Pantai


Kegiatan pembangunan pelabuhan beserta fasilitasnya akan memengaruhi terjadinya perubahan
kedalaman laut, pola arus laut dan gelombang mengakibatkan dampak turunan yaitu adanya
perubahan pola sedimentasi yang dapat mengakibatkan abrasi dan akresi (perubahan garis pantai).
Jika bagian struktur pelabuhan menonjol ke arah laut, maka mungkin terjadi erosi pada garis pantai
disekitarnya akibat transpor sediment sejajar pantai yang terganggu. Dampak ini merupakan isu yang
paling penting dalam setiap pembangunan di wilayah pesisir, sehingga dalam rencana pengelolaan
dan rencana pemantauan harus dilakukan secara berkesinambungan.

5. Gangguan Terhadap Biota Perairan


Kegiatan pembukaan lahan, pemancangan tiang pondasi dan pembangunan struktur fisik fasilitas
pelabuhan dapat mengganggu biota yang ada di lahan basah seperti mangrove, jenis crustacea,
larva-larva ikan dan biota perairan lainnya seperti terumbu karang dan padang lamun. Gangguan
terhadap biota perairan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
disebabkan oleh kegiatan pengerukan dan pembangunan, sedangkan secara tidak langsung
merupakan dampak lanjutan dari penurunan kualitas air laut akibat operasional pelabuhan.
Salah satu penyebab dampak-dampak di atas adalah karena belum kuatnya kebijakan yang
berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional. (kusnadi, 2006:15-20).
Laut Indonesia yang luas seharusnya menjadi sumber pembangunan nasional tetapi malah menjadi
kelemahan Indonesia, sehingga fungsi pelabuhan di dalamnya tidak optimal. Menurut Fadjroel (dalam
IMM, 2012) mengatakan, prinsip negara maritim harus segera dikembalikan, baik dalam bentuk
regulasi, kebijakan maupun peraturan. Ini berlaku mulai dari tingkat nasional sampai dengan daerah
yang ada di perbatasan.
Seharusnya dengan adanya pelabuhan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup di sekitarnya
dengan tetap mengedepankan keselamatan lingkungan dengan pengelolaan yang bijak. Selanjutnya,
pada bagian setelah penulisan ini akan dibahas mengenai strategi peningkatan kinerja pelabuhan di
Indonesia.

3.4 Strategi Peningkatan Kinerja Pelabuhan di Indonesia


Ada beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan
ini. Namun sebelumnya kita harus menentukan terlebih dahulu prioritas pengembangan pelabuhan
yang ada sekarang ini. Dari semua masalah yang telah disebutkan diatas, masalah yang paling
penting untuk diselesaikan terlebih dahulu adalah perbaikan fasilitas yang ada pada pelabuhan.
Langkah pertama ialah merevitalisasi pelabuhan pelabuhan utama di Indonesia. Sedikitnya,
pemerintah harus serius mengembangkan 10 pelabuhan utama seperti Belawan, Tanjung Priok,
Tanjung Mas, Tanjung Perak, Bitung, Pontianak, Pangkalan Bun, Panjang, dan beberapa pelabuhan
yang memiliki posisi strategis. Dengan kedalaman kolam hanya sekitar 13,5 meter, Pelabuhan
Tanjung Priok hanya mampu disandari kapal-kapal kecil-menengah. Kapal-kapal itu umumnya
merupakan kapal feeder dari pelabuhan di Singapura, Malaysia, dan Hong Kong. Selama ini, 80-90%
kegiatan ekspor-impor Indonesia harus melalui pelabuhan di negara lain.
Tentu hal ini perlu didukung dengan modal yang besar. Untuk mengembangkan pelabuhan
Tanjung Priok, sebagai pengelola, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II mengaku membutuhkan
investasi sekitar Rp 22 triliun. Dana sebesar itu dibutuhkan untuk memperlebar terminal yang akan

dilakukan dalam tiga tahap. Namun nilai investasi itu terbilang kecil dibanding manfaat yang bakal
diperoleh ke depan. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang defisit neraca pembayaran Indonesia dari
sektor pelayaran yang mencapai US$ 13 miliar per tahun.
Dalam hal perbaikan fasilitas pelabuhan, dal hal ini kolam pelabuhan, para pengusaha
pelayaran mengusulkan kepada pemerintah agar memperdalam kolam pelabuhan di Indonesia
hingga 16 meter. Dengan demikian, pelabuhan ini mampu menampung kapal-kapal bermuatan 6.000
TEUs. Dengan adanya perbaikan kolam pelabuhan tersebut, para pengusaha yakin jika pengelola
pelabuhan dapat meningkatkan produktivitas bongkar muat menjadi 20-25 boks container per jam per
crane.
Jika perbaikan (kolam pelabuhan) dapat dilaksankan merata setidaknya pada 10 pelabuhan
utama di Indonesia, dapat dipastikan produktivitas pelabuhan Indonesia juga akan meningkat.
Indonesia memang identik dengan birokrasinya yang berbelit belit, yang membuka peluang untuk
praktek praktek yang tidak etis seperti korupsi. Hal hal ini sungguh telah mengurangi nilai tambah
bagi pelabuhan pelabuhan di Indonesia. Dengan adanya hal ini, para pengusaha (terutama investor
asing) lebih memilih untuk menjadikan pelabuhan di Indonesia sebagai tempat untuk kapal kapal
feeder mereka. Mereka lebih memilih untuk menempatkan kapal utamanya di pelabuhan pelabuhan
di negara negara seperti Singapura dan Malysia karena kepengurusan administrasi disana jauh
lebih efisien dan efektif. Sudah saatnya Indonesia memanfaatkan potensi ekonomi yang seharusnya
menjadi miliknya tersebut.
Langkah yang perlu diambil untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah dengan merubah
sistem administrasi pada pelabuhan di Indonesia. Pelabuhan pelabuhan di Indonesia memiliki
kinerja yang lambat dari segi administrasi karena terlalu banyak berkas berkas dan juga birokrat
yang harus dilewati sebelum sistem dijalankan.
Permasalahan ini dapat diatasi dengan melengkapi pelabuhan pelabuhan di Indonesia
dengan sistem informasi yang memadai. Kemudian perlu dilakukan evaluasi terhadap
proporsionalitas dari managamen di pelabuhan. Jika kita ingin mempercepat jalannya suatu sistem,
salah satu caranya ialah menyederhanakan proses dari sistem tersebut tanpa mengesampingkan
esensinya. Oleh karena itu praktek praktek birokratif harus segera dihilangkan guna meningkatkan
kinerja pelabuhan dari segi pengelolaan waktu. Tetapi hal yang paling penting untuk diperhatikan
adalah pengembangan sumber daya manusia di pelabuhan pelabuhan di Indonesia. Hal ini penting
karena, jangan sampai perampingan angkatan kerja pada pelabuhan justru menurunkan tingkat
produktivitas dari pelabuhan itu sendiri. Maka dari itu diperlukan tenaga tenaga kerja yang terampil,
dalam jumlah yang pas, untuk melaksanakan fungsi dan tugas dari pengelolaan pelabuhan. Tentu
saja pengembangan keterampilan dalam hal penggunaan teknologi berbasis informasi dan juga yang
sifatnya teknikal merupakan prioritas. Karena hal inilah yang mampu mendorong produktivitas.
Namun masalah pelabuhan di Indonesia adalah suatu hal yang kompleks. Diperlukan
kesungguhan dari tiap tiap stakeholders yang ada untuk memperbaiki kinerja pelabuhan. Selain itu
diperlukan pengukuran yang presisi terhadap tiap strategi yang di terapkan. Agar modal yang besar
yang digunakan untuk membangun pelabuhan dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Permerintah tentu saja memegang peran penting untuk hal ini. Pemerintah harus berperan
sebagai penyelia yang secara berkala memantau penerapan dari semua strategi yang telah
disepakati dan diterapkan. Karena pada umumnya meskipun telah dirumuskan dengan sangat baik,
tiap strategi yang ada menjadi kacau saat diimplementasikan. Hal ini tentu saja karena kurangnya
koordinasi. Diharapkan pemerintah dapat menjalankan peran ini dengan baik, bukan malah semakin
memperburuknya.

BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hal-hal yang kita bahas diatas mengenai permasalahan yang terjadi di
pelabuhan, dapat ditarik sebuah kesimpulan. Pelabuhan yang merupakan pintu masuk
perdagangan internasional seharusnya mampu menyediakan fasilitas yang menunjang
dalam pelaksanaannya, hal tersebut tidak serta merta dapat dilakukan langsung, namun hal
ini harus direncanakan sebelumnya oleh Pemerintah sebelum dilaksanakannya
pembangunan pelabuhan. Pembangunan pelabuhan sendiri juga harus memperhatikan
berbagai aspek sosial di lingkungan sekitar yang baik secara langsung atau tidak langsung
akan terpengaruh dengan keberadaan pelabuhan nantinya. Sebagai contoh ketersediaan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar, fasilitas air bersih yang masyarakat perlukan, serta
aktivitas pelabuhan yang menimbulkan udara kotor, dan suara bising. Hal itu merupakan
masalah yang kurang diperhatikan di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Pemerintah
cenderung memperhatikan aspek internal untuk menunjang pelabuhan tersebut, namun hal
itu juga belum dilakukan secara maksimal, sehingga pelabuhan tidak dapat beroperasi
sebagaimana mestinya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya peran pemerintah dalam
menyelesaikan permasalahan yang timbul di sekitar pelabuhan ini, sehingga tidak hanya
aktivitas pelabuhan yang dapat berjalan dengan baik, tapi juga dapat memberikan pengaruh
yang positif bagi masyarakat sekitar.
Demikian hasil kajian yang disampaikan dalam makalah ini, semoga dapat bermanfaat
bagi pembaca maupun para pengguna yang memiliki kompetensi sesuai bidang kajian ini.
Hal-hal yang masih memerlukan penjelasan atau kritik dan saran dapat disampaikan kepada
penulis. Untuk itu disampaikan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Febrianda.
2012.
"Pelabuhan
Dermaga
dan
Terminal,"
dalam Blogspot. http://febriantekniksipil.blogspot.com/2012/02/pelabuhan-dermaga-dan-terminal.html. Diunduh Rabu, 20 Maret
2013.
http://blhkabsukabumi.wordpress.com/2011/10/11/panduan-penilaian-amdalatau-uklupl-untuk-kegiatanpembangunan-pelabuhan/. 2011."Panduan Penilaian Amdal atau Uklupl untuk Kegiatan
Pembangunan Pelabuhan," dalam Wordpress. Diunduh Minggu, 24 Maret 2013.

Anda mungkin juga menyukai