Anda di halaman 1dari 34

PAKET SOSIALISASI

PENGELOLAAN LINTAS BATAS NEGARA

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN


KEDEPUTIAN BATAS WILAYAH NEGARA
2012

0
PENGANTAR

Buku ke-1 ini, merupakan salah satu dari serial buku paket
sosialisasi pengelolaan lintas batas negara, yang terdiri dari 7 (tujuh)
buku, dengan substansi disajikan sedemikian rupa sehingga akan
membantu dan mengantarkan dan para pembaca dengan mudah
untuk : (1) memahami regulasi pengelolaan perbatasan, (2) pokok-
pokok kebijakan umum pengeloaan perbatasan, (3) arah kebijakan
pengelolaan lintas batas negara, (4) manajemen lintas batas negara
(Tasbara), dan (5) peran strategis BNPP dalam manajemen Tasbara.

Adapun ketujuh buku paket sebagaimana dimaksud, secara


berurut, yaitu :
Buku 1 Kebijakan Umum Pengelolaan Lintas Batas Negara
Buku 2 Pembangunan Kawasan dan Manajemen Tasbara
Buku 3 Imigrasi dalam Manajemen Tasbara
Buku 4 Bea Cukai dalam Manajemen Tasbara
Buku 5 Karantina dalam Manajemen Tasbara
Buku 6 Securities dalam Manajemen Tasbara
Buku 7 Sistem Pendukung dalam Manajemen Tasbara

Sekalipun telah diusahakan sebaik mungkin, disadari


sepenuhnya tak ada gading yang tak retak. Tulisan inipun tak luput
dari adanya kesalahan atau kekurangan. Oleh sebab itu, diucapkan
terimakasih atas kritik dan saran konstruktif yang mengkin ada
untuk penyempurnaannya serial buku paket sosialisasi ini. Salam.

Jakarta, 17 November 2012

DR. SUMARSONO, MDM


Asdep Pengelolaan Lintas Batas Negara

1
DAFTAR ISI

PENGANTAR.................. 1

DAFTAR ISI.................. 2

1. WILAYAH NEGARA........................................... 3
2. PULAU-PULAU KECIL TERLUAR......................... 8
3. REGULASI PENGELOLAAN PERBATASAN........... 13
4. MANAJEMEN TASBARA ................. . 19
5. PERAN STRATEGIS BNPP ................................ 28

PENUTUP............................................................ 32

2
WILAYAH NKRI
KR
I
Menurut prinsip hukum internasional, uti possidetis
juris, wilayah Indonesia meliputi semua bekas wilayah
jajahan Hindia Belanda. Dengan kata lain, setiap jengkal
wilayah jajahan Hindia Belanda di Nusantara ini adalah
wilayah NKRI, termasuk batas-batasnya dengan negara
tetangga.

Batas antara Indonesia dan negara-negara tetangga


tersebut didasarkan pada batas yang telah ditetapkan
oleh Hindia Belanda dengan Inggris untuk batas darat
Indonesia-Malaysia di Kalimantan dan Indonesia-Papua
Nugini di Papua, serta Hindia Belanda dengan Portugis
di Pulau Timor untuk batas darat Indonesia-Timor Leste.

Bagaimana dengan Wilayah Perairan Laut Indonesia ?

Sebelum deklarasi, wilayah negara Republik


Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda
1939, yaitu Teritoriale Zeen en Maritieme Kringen
Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman
Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara
dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau

3
hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari
garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas
hilir mudik melayari laut yang memisahkan pulau-pulau
tersebut (lihat Gambar 1).

Gambar 1 : Peta Negara Kesatuan Republik Indonesia

Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957, menyatakan


bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara
kepulauan (Archipelagic State). Prinsip inilah yang
kemudian melandasi doktrin Wawasan Nusantara, yaitu
laut-laut antar pulau pun merupakan wilayah Republik
Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi Djuanda
selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang
Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah Republik

4
Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km menjadi
5.193.250 km dengan pengecualian Irian Barat yang walaupun
wilayah Indonesia tetapi pada waktu itu masih belum diakui secara
internasional.

Semula, prinsip negara kepulauan yang ditetapkan


oleh Indonesia berdasar Deklarasi Djuanda 1957 ini
mendapat pertentangan besar dari beberapa negara.
Namun melalui perjuangan yang sangat panjang selama 25
tahun (1957-1982), akhirnya prinsip-prinsip negara
kepulauan (nusantara) diterima secara politik dan hukum
oleh dunia internasional melalui United Nation Convention
on the Law of the Sea (UNCLOS 1982) atau yang lebih dikenal
dengan sebutan Hukum Laut Internasional atau
Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982.

Berdasarkan UNCLOS 1982 tersebut wilayah


Indonesia kini memiliki luas daratan 1.922.570 km2 dan luas
lautan 3.257.483 km2 serta garis pantai sepanjang 81.290 km
yang terdiri atas 17.506 pulau dan lebih kurang 6.000 pulau
diantaranya tidak berpenghuni.

PETA WILAYAH R.I SETELAH UNCLOS 1982

Pada tahun 1999, Presiden Soeharto mencanangkan


tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara. Penetapan
hari ini dipertegas dengan terbitnya Keputusan Presiden RI
Nomor 126 Tahun 2001, sehingga tanggal 13 Desember
resmi menjadi hari perayaan nasional, agar senantiasa

5
mengenang Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 yang
menjadi cikal bakal doktrin Wawasan Nusantara.

Pemahaman Batas Wilayah Negara secara konstitusi


telah tertuang secara jelas dalam amandemen UUD 1945
dan UU Nomor 43 Tahun 2008.
a. Amandemen UUD 1945 Bab IX A tentang Wilayah
Negara, pasal 25A: Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan undang-undang

b. UU No. 43 Tahun 2008: Batas Wilayah Negara adalah


garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu
negara yang didasarkan atas hukum internasional

Konvensi PBB 1982 juga memberikan jaminan kepada


Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan (nusantara)
untuk memiliki kedaulatan (sovereignty) atas laut teritorial,
perairan pedalaman, dan perairan kepulauan. Selain itu
juga menjamin hak berdaulat (sovereign rights) dan
yurisdiksi (jurisdiction) Indonesia di laut zona tambahan,
zona ekonomi eksklusif, dan landas kontinen. Oleh karena
itu batas-batas maritim yang tertuang dalam UNCLOS 1982
meliputi batas-batas Laut Teritorial (Territorial Sea), batas-
batas Perairan Zona Ekonomi Eksklusif/ZEE (Economic
Exclusive Zone), dan batas-batas Landas Kontinen
(Continental Shelf), yang mengatur penetapan batas-batas

6
terluarnya (outer limit) dengan batas-batas maksimum
sebagai berikut:

1. Laut teritorial sebagai bagian dari wilayah negara: 12 mil-


laut;
2. Zona tambahan dimana negara memiliki yurisdiksi
khusus: 24 mil-laut;
3. Zona ekonomi eksklusif: 200 mil-laut;
4. Landas Kontinen: antara 200-350 mil-laut.

Selain itu konvensi 1982 juga menetapkan bahwa


suatu negara kepulauan berhak untuk menetapkan: (1)
Perairan kepulauan pada sisi dalam dari garis-garis
pangkal kepulauannya; (2) Perairan pedalaman pada
perairan kepulauannya.

Dengan memahami status wilayah Indonesia sesuai


hukum internasional, maka semua pemangku kepentingan
harus yakin bahwa tidak akan ada sejengkal pun wilayah
NKRI yang dapat hilang diambil asing.

7
PULAU-PULAU KECIL
TERLUAR

Republik Indonesia adalah negara kepulauan


berwawasan nusantara terdiri atas 17.506 pulau yang mana
2/3 wilayahnya berupa lautan. Dari sejumlah pulau
tersebut merupakan pulau-pulau kecil terluar (PPKT) yang
sebagian besar adalah daerah terpencil, miskin bahkan
tidak berpenduduk dan jauh dari perhatian para pemangku
kepentingan. Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis
sangatlah strategis, karena dari pulau kecil terluar inilah
ditentukan batas wilayah negara.

8
Gambar 2 : REZIM PERAIRAN LAUT INDONESIA

Berdasarkan hasil survei Base Point atau Titik


Dasar yang telah dilakukan DISHIDROS TNI AL,
untuk menetapkan batas wilayah dengan negara
tetangga, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92
pulau terluar, sisanya ada di tanjung tanjung terluar
dan di wilayah pantai. Dari 92 pulau terluar ini ada 12
pulau yang harus mendapatkan perhatian khusus
karena sebagai penentu Titik Dasar. Pulau-pulau
tersebut adalah Pulau Rondo, Berhala, Nipa, Sekatung,
Marore, Miangas, Fani, Fanildo, Dana, Batek,
Marampit dan Pulau Bras.

9
Beberapa kondisi yang perlu mendapatkan
perhatian karena membahayakan keutuhan wilayah
jika terjadi perubahan pada pulau-pulau kecil terluar
(PPKT), antara lain adalah:
- Hilangnya pulau secara fisik akibat abrasi,
tenggelam atau karena kesengajaan dirusak oleh
manusia.
- Hilangnya pulau karena berpindahnya status
kepemilikan akibat adanya pemaksaan militer atau
karena keputusan hukum, misalnya Sipadan dan
Ligitan.
- Hilang secara sosial dan ekonomi, akibat praktek
ekonomi dan sosial dari masyarakat secara turun
temurun di pulau tersebut atau penguasaan
ekonomi suatu pulau oleh kekuatan Transnasional.

PETA LOKASI PULAU PULAU KECIL TERLUAR

10
PERAN DUKUNG MASYARAKAT

Persoalan yang terkait dengan wilayah


perbatasan negara tidak terlepas dari ancaman-
ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan
wilayah dan keselamatan bangsa. Kepentingan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa merupakan satu kesatuan utuh
karena menyentuh kepentingan harga diri bangsa
yang berdaulat dan telah mendapatkan pengakuan
(recognition) internasional dari negara lain.

Masalah yang paling sering muncul terkait


wilayah Indonesia, terutama kawasan perbatasan
ataupun pulau-pulau kecil terluar, adalah perihal
pengelolaan dan pembangunan kawasan perbatasan.
Oleh karena itu masyarakat perbatasan perlu terlibat
langsung dan berperan aktif dalam mengelola
kawasan perbatasan, yakni berperan sebagai
Komponen pendukung Sitem Pertahanan Semesta
(Sishanta).

BNPP telah membentuk Garda Batas di


sepanjang perbatasan yang berfungsi sebagai kader
pendukung dalam ikut serta menjaga, memelihara dan
sekaligus menggerakkan pembangunan perbatasan.

11
Rakyat adalah pemegang kedaulatan, dan Rakyat
pula yang seharusnya digerakkan untuk bersama-
sama mengelola dan membangun perbatasan. ***

12
REGULASI
PENGELOLAAN PERBATASAN

1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang


Wilayah Negara

UU No 43/2008 ini telah memberikan dorongan


SPIRIT BARU perlunya pengelolaan batas
wilayah Negara dan pembangunan kawasan
perbatasan dilakukan secara terpadu.

UU Nomor 43/2008 tersebut juga memberikan


MANDAT yang amanah untuk pembentukan sebuah
badan pengelola perbatasan, dengan berbagai
kewenangan yang ditetapkan, dengan mandat untuk
melaksanakan empat tugas utamanya, yaitu :
penetapan kebijakan program, penetapan kebutuhan
anggaran, koordinasi pelaksanaan, serta melakukan
evaluasi dan pengawasan.

13
2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP)

Perpres 12/2010 merupakan aturan


pelaksanaan UU 43/2008 dan dasar hukum
pelaksanaan pembentukan BNPP di Pusat
dan di Daerah.

Struktur organisasi BNPP berdasarkan Perpres 2010


terdiri dari: Pengarah (Ketua, Menko Polhukam)
dengan anggota terdiri dari Menko Perekonomian dan
Menko Kessejahteraan Rakyat. Kepala BNPP yang
dijabat oleh Mendagri secara ex-officio dengan anggota
14 Menteri/Pimpinan Lembaga, dan Sektetariat Tetap
BNPP. Sekretariat Tetap terdiri dari 1 Sekretaris, 3
Deputi, serta sejumlah pejabat eselon II (Kepala Biro
dan Asisten Deputi) dengan sejumlah pejabat eselon III
(Kepala Bidang/Bagian) dan IV (Kasubag/bid).

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun


2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Tetap Badan Nasional Pengelola Perbatasan

Permendagri 31/2010 ini menjadi landasan bagi


pengaturan tugas pokok dan fungsi Sekretariat
BNPP lengkap dengan berbagai jabatan dalam
struktur organisasi BNPP.

14
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun
2011 tentang Pedoman Pembentukan Badan
Pengelola Perbatasan di Daerah

Permendagri 2/2011 telah diterbitkan dan sebagai


acuan dan dasar untuk pembentukan badan
pengelola perbatasan di daerah-daerah perbatasan
wilayah Negara (di provinsi maupun kabupaten).

Setidaknya 12 provinsi akan memiliki badan pengelola


atau unit kerja yang menjalankan fungsi pengelolaan
perbatasan, termasuk sejumlah kabupaten/kota di
perbatasan (38), yang akan membentuk badan
pengelola perbatasan sesuai beban dan
kebutuhannya.

5 . Peraturan Kepala BNPP Nomor 1 Tahun 2011 tentang


Desain Besar (Grand Design) Pengelolaan Batas
Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan

Pada akhir 2010, tiga setengah bulan setelah


efektif terbentuk, BNPP telah menyelesaikan dokumen
pengelolaan yang menjelaskan bagaimana perbatasan
akan dikelola hingga tahun 2025.

15
Hingga tahun 2025 ditetapkan 187 Kecamatan
sebagai Lokasi Prioritas (Lokpri) penanganan yang
berada di 64 Kab/Kota sebagai WKP (Wilayah
Konsentrasi Pengembangan) pada kawasan
perbatasan darat maupun laut RI ( di 12 provinsi
sebagai CWA (Cakupan Wilayah Administrasi).

Gambar 2 : Problem and Area Focus Approach

Lokasi Prioritas
(LOKPRI)

Wilayah Konsentrasi
Pengembangan (WKP)
Cakupan
Kawasan
Perbatasan
(CKP)

Dalam Grand Design ini, juga telah ditetapkan Visi


Terwujudnya perbatasan negara sebagai wilayah
yang aman, tertib, dan maju. Visi ini selanjutnya
dijabarkan dalam Misi dan Sasaran strategis jangka
panjang tahun 2025 dan sasaran jangka menengah
pengelolaan perbatasan, yang secara jelas dapat
dibaca dalam Grand Design Pengelolaan Perbatasan.

16
Satu hal yang penting, bahwa untuk mencapai
Visi dan Misi 2025, dirumuskanlah 7 Strategi yang
dikenal dengan Strategi 7 Re, yang inti sarinya
adalah sebuah pengembangan paradigma baru
pengelolaan perbatasan RI : Merubah Wajah
Kawasan Perbatasan Menjadi Halaman Depan
Negara. Ketujuh Re tersebut adalah Reorientasi,
Reposisi, Reformulasi, Rekonsolidasi, Restrukturisasi,
Revitalisasi, dan Reformasi. Secara terinci,
kejelasannya telah diuraikan dalam dokumen
pengelolaan perbatasan yang diterbitkan BNPP yaitu,
Grand Design dan Rencana Induk Pengelolaan Batas
wilayah Negara dan Pembangunan Kawasan
Perbatasan.

6. Peraturan Kepala BNPP Nomor 2 Tahun 2011


tentang Rencana Induk Pengelolaan Batas
Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan

Rencana Induk menjelaskan arah kebijakan dan


strategi serta program-program prioritas jangka
menengah dalam pengelolaan perbatasan hingga
2014. Dalam jangka menengah ditargetkan sebanyak
111 Kecamatan di perbatasan sebagai Lokasi
Prioritas (Lokpri) di 38 Kabupaten/Kota sebagai
WKP (Wilayah Konsentrasi Pengembangan) dan di
12 provinsi sebagai CWA (Cakupan Wilayah

17
Administrasi) dimana berbagai input program
digiring masuk secara terpadu.

7. Peraturan Kepala BNPP Nomor 3 Tahun 2011


tentang Rencana Aksi Pembangunan Kawasan
Perbatasan

Rencana Aksi (Renaksi) merupakan rencana


tahunan tindakan pembangunan kawasan
perbatasan, yang menjadi acuan semua
Kementerian/Lembaga yang dibutuhkan untuk
membangun kawasan perbatasan. Rencana Aksi ini
diterbitkan setiap tahun dan merupakan penjabaran
dari Rencana Induk lima tahunan dengan kejelasan
terinci hingga ke satuan Lokpri.

Pos Lintas Batas Aruk


Terletak di Kecamatan Sajingan Besar,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat

PLB Aruk merupakan salah satu pintu lintas


batas wilayah Indonesia dengan Malaysia di
Biawak - Sarawak

18
MANAJEMEN TASBARA

TASBARA merupakan sebuah terminologi,


yang tercipta dari sebuah singkatan bebas linTAS BAtas
negaRA. Terminologi ini diperkenalkan untuk lebih
memudahkan cara menyebut dan mengingat atas
serangkaian kata yang panjang (lintas batas negara)
menjadi lebih pendek dan sederhana Tasbara.

TASBARA memiliki makna : melintasi batas


pemisah antara ke dua wilayah negara yang
bertetangga. Setidaknya ada tiga unsur penting dalam
makna Tasbara adalah :

a) Keberadaan dua negara berdaulat, masing- masing


memiliki hukum berbeda dan harus kita hormati dan
akui;

19
b) Keberadaan garis batas wilayah yang ditetapkan atas
dasar kesepakatan bersama dalam perundingan.
c) Keterkaitan dan ketergantungan kedua Negara dalam
berbagai aspek kehidupan ber-Bangsa dan ber-Negara.

POS LINTAS BATAS NEGARA

Melintasi batas antar daerah dalam satu negara,


tidak ada aturan yang mengikat, berbeda halnya dengan
bila orang melintasi batas negara. Ada peraturan yang
harus ditaati bagi orang (dan barang bawaanya) yang
melintasi garis batas wilayah negara. Melintasi garis
batas wilayah negara secara sah/resmi, dilakukan melalui
pintu gerbang pos pelintasan, atau Pos Lintas Batas
Negara (PLBN).

PLBN terdiri dari PLBN Laut, PLBN Darat, dan


PLBN Udara. Khusus dalam konteks pengelolaan
perbatasan melalui koordinasi BNPP, dibatasi hanya
mencakup PLBN Laut (PLBN-L) dan PLBN-Darat
(PLBN-D). Istilah lainnya, yang yang sempat
memasyarakat adalah, Pos Lintas Batas (PLB) yang
bersifat tradisional dan Pos Pengawasan Lintas Batas
(PPLB) yang bersifat internasional atau dari status
keimigrasiannya yang internasional ini dikenal sebagai

20
sebagai Tempat Pemeriksaan Imigrasi) dan yang
tradisional disebut dengan Pos Lintas Batas.

Untuk simplikasi dalam pengistilahan serta


kemudahan dari aspek manajemennya, PLBN dibagi dua
tipe, yaitu :
1) PLBN Tipe A, yaitu gerbang lintas batas negara
yang dilengkapi dengan CIQ dan status
keimigrasianya dinyatakan sebagai Tempat
Pemeriksaan Imigrasi, dimana pagi para pelintas
batas diwajibkan menggunakan dokumen paspor
atau pas lintas batas bagi penduduk kecamatan
perbatasan.

2) PLBN Tipe B, yaitu gerbang lintas batas negara yang


dilengkapi dengan CIQ dan status keimigrasianya
dinyatakan sebagai Tempat Pemeriksaan Imigrasi,
dimana pagi para pelintas batas diwajibkan
menggunakan dokumen Pas Lintas Batas hanya bagi
penduduk kecamatan perbatasan.

Dalam PLBN yang bersifat internasional,


sebagaimana layaknya, dilengkapi dengan pos-pos
pemeriksaan, yang sedikitnya ada 5 (lima) jenis dan
dikenal dengan CIQ : C (Custom), pemeriksaan bea dan
cukai; I (Imigration), pemeriksaan imigrasi; Q1

21
(Quarantine-1, pemeriksaan Kesehatan Manusia;
Q2(Quarantine-2), pemeriksaan kesehatan Hewan/
tumbuhan Q3 (Quarantine-3), pemeriksaan kesehatan
ikan.
Unsur S (Security), yang meliputi pemeriksaan
keamanan melalui jajaran TNI/POLRI merupakan unsur
pelayanan pendukung yang sangat penting dan sebagai
back up atas unsur pelayanan utama PLBN (CIQ).

Dalam PLBN Tipe B umumnya belum dilengkapi


sarana CIQ yang ideal sebagaimana PLBN Tipe A. Bila
para pelintas batas di PLBN Tipe A menggunakan
dokumen passpor, para pelintas batas menggunakan
Kartu Pas Lintas Batas.

Pelangaran atas berbagai ketentuan yang diwajibkan


bagi para pelintas batas, disebut dengan illegal dan
terkena sanksi hukum.

JALUR TASBARA

Jalur Tasbara adalah lintasan yang digunakan para


pelintas melewati batas wilayah negara.

Diidentifikasi ada 3 (tiga) jalur Tasbara, yang umumnya


dijumpai di perbatasan wilayah darat dan laut, yaitu :

22
1) Jalur A, adalah jalur di mana para pelintas batas
menggunakan gerbang Pos Lintas Batas Negara
(PLBN) Tipe A secara resmi dengan membawa
dokumen paspor atau Pas Lintas Batas.
2) Jalur B, adalah jalur di mana para pelintas batas
menggunakan gerbang Pos Lintas Batas Negara
(PLBN) Tipe B secara resmi dengan membawa Pas
Lintas Batas.
3) Jalur C (=Jalur tikus) adalah jalur di mana para
pelintas batas menggunakan jalur yang tidak resmi
(bukan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Tipe A
ataupun B.

MANAJEMEN TASBARA

Manajemen adalah proses bagaimana


menggerakkan daya dukung yang ada untuk memenuhi
kebutuhan dan permasalahan secara efektif dan efisien
sesuai dengan tujuan. Tasbara, menunjuk pada aktivitas
melintasi batas pemisah antara ke dua wilayah negara
bertetangga dengan seperangkat kaidah hukum
internasional dan kesepakatan kedua negara yang
berlaku. Dengan demikian, manajemen Tasbara adalah
proses bagaimana menggerakkan daya dukung
perbatasan guna mewujudkan tertib dan kontrol atas

23
kebutuhan dan permasalahan pelintas batas wilayah
negara secara efisien dan efektif sesuai kaidah hukum
dan kesepakatan kedua negara bertetangga yang berlaku.

TIGA ELEMEN DASAR MANAJEMEN TASBARA

Elemen 1 : Daya Dukung Perbatasan, yang mencakup :

(a) penduduk di kawasan perbatasan,

(b) fasilitas dan potensi SDA kawasan .

Elemen 2 : Sistem Pelayanan dan Pengawasan, yang


mencakup :

a) Unit Pelayanan
- Unsur Pelayanan Utama PLBN terdiri dari
Customs, Imigration, Quarantine,
- Unit Pelayanan Lain PLBN (securities, asuransi,
perhubungan dsb sesuai kebutuhan)

b) Unit Manajemen Pendukung PLBN terdiri dari


Sistem kelembagaan dan manajemen pendukung
PLBN (CIQ- institutional and managemant
support system)
Elemen 3 : Pelintas Batas, mencakup (a) manusia, dan (b)
barang/jasa.

LINTASAN JALUR C

Dalam kenyataan di lapangan, di perbatasan antar


negara wilayah darat, Jalur C sering digunakan oleh

24
pelintas batas darat maupun laut. Jalur C, yaitu jalur
lintasan tidak resmi melalui jalur tikus yang illegal dan
merupakan sebuah pelanggaran.

Upaya mengatasi pelintas batas yang menggunakan


Jalur C, harus dapat dikurangi seminimal mungkin
dengan berbagai upaya sosialisasi dan meningkatkan
kesadaran masyarakat melalui peran para tokoh
masyarakat. Pembentukan Garda Batas yang terdiri dari 5
(lima) unsur tokoh masyarakat desa yang telah dilatih oleh
BNPP selama ini, menjadi bagian dari upaya mengatasi
dan mencegah berkembangnya arus keluar masuk melalui
Jalur C.

Penguatan manajemen Tasbara ke depan, akan


ditekankan pada pembenahan pintu gerbang wilayah
perbatasan sebagai beranda depan negara melalui
penataan ulang dan penguatan manajemen Pos Lintas
Batas Negara. Keimigrasian sebagai penjaga gerbang
negara, menjadi sangat penting peranannya dan sebagai
salah satu kunci efektivitas manajemen Tasbara.

Langkah-langkah konkritnya penguatan


manajemen Tasbara, mencakup :

penyempurnaan regulasi terkait PLBN,

25
penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana
PLBN,
penguatan keterpaduan pelayanan dan pengawasan
CIQ di PLBN,
penguatan Unit Manajemen Pendukung PLBN,
peningkatan kapasitas sumber daya manusia di PLBN,
pengembangan sistem monitoring, evaluasi, dan
pengawasan Tasbara,
serta pengembangan standarisasi PLBN.

Dalam serangkaian kegiatan pembenahan dan


penguatan manajemen Tasbara tersebut, peranan
Keimigrasian menjadi sangat penting dalam barisan
unsur pelayanan utama PLBN, bersama kedua unsur
lainnya yaitu Bea Cukai dan kekarantinaan (kesehatan
manusia, hewan/tumbuhan, dan ikan). Sementara itu,
komponen lainnya, dalam manajemen Tasbara dikenal
dengan unsur pendukung, termasuk di dalamnya
keamanan (securities), perhubungan, asuransi, perbank-
an, dan lainnya yang relevan.

Untuk memperkuat manajemen Tasbara,


khususnya di sepanjang garis batas dan mendukung
penanganan masalah pelintas batas yang menggunakan
Jalur C, ke depan juga ditekankan pada langkah-langkah
nyata penguatan peran dukung masyarakat dalam

26
pengelolaan perbatasan melalui pembentukan Garda
Batas dan pelatihannya. Penyelenggaraan Bimbingan
Teknis Manajemen Lintas Batas Negara (Bintek
Manajemen Tasbara) dilaksanakan dalam tiga tingkatan,
yaitu tingkat dasar, tingkat terampil, dan tingkat
managerial.

27
Peran Strategis BNPP
BNPP merupakan BADAN PENGELOLA, yang
salah satu tugasnya adalah melakukan KOORDINASI
PELAKSANAAN, sehingga BNPP merupakan institusi
yang bersifat koordinatif dan sekaligus operasional.
BNPP lahir sebagai amanah dari UU 43 tahun
2008 tentang Wilayah Negara dan dibentuk berdasarkan
Perpres No 12 tahun 2010 tentang BNPP. Secara efektif
BNPP beroperasi mulai tanggal 17 September 2010, yang
kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi BNPP.
Sebagai lembaga baru, dalam grand design telah
ditetapkan tahapan pengembangannya. Tahap I adalah
tahap Inisiasi (2010), disusul Tahap Instalasi (2011)
dimana jaringan kemitraan BNPP mulai digalang,
dipupuk, dan diperkuat; Selanjutnya Tahap Konsolidasi
(2012) dimana seluruh upaya ditahun 2011 akan
dikonsolidasikan sehingga menjadi kekuatan dan
peluang BNPP yang terdeteksi secara lebih terukur dan
terarah. Tahap berikutnya adalah Tahap Stabilisasi (2013)
dimana seluruh proses yang telah dikonsolidasikan pada

28
tahun sebelumnya kemudian dibuat lebih stabil melalui
berbagai cara; Tahap terakhir adalah Tahap Akselerasi
(2014) dimana seluruh sistem yang dibangun pada tahap
sebelumnya telah stabil dan siap untuk dilakukan
berbagai percepatan-percepatan dalam pengelolaan batas
wilayah Negara dan pembangunan kawasan perbatasan.
Secara keseluruhan tahapan ini, akan Nampak dalam
gambar tahapan pengembangan kelembagaan BNPP
berikut ini.

BNPP bergerak dengan membangun simbiosis


mutualistis (kerjasama yang saling menguntungkan)
dengan empat pilar strategis : (1) Pilar
Kementerian/Lembaga pemerintahan yang menaruh
perhatian pada penanganan perbatasan; (2) Pilar Dunia
Usaha, misalnya memfasilitasi dan bekerjasama dengan
KADIN yang bersama BNPP menggerakkan roda
ekonomi di perbatasan melalui investasi; (3) Pilar
Perguruan Tinggi, yang bersama BNPP menggerakkan
berbagai bentuk kajian mendalam, penelitian, dan
pengabdian masyarakat dalam perspektif civitas
academica; (4) Pilar Lembaga Swadaya Masyarakat dan
Media Massa, yang bersama BNPP menggerakkan roda
pendampingan masyarakat dan menyebarluaskan
informasi terkait perkembangan perbatasan.

29
BNPP memainkan peran strategis dalam
menetapkan kebijakan program dan merencanakan
kebutuhan anggaran pengelolaan perbatasan setiap
tahunnya, yang dilakukan berkoordinasi dengan
Bappenas dan Kementerian. Melalui program-
programnya BNPP memainkan peran (a) mengisi celah-
celah yang belum ditangani K/L atau Daerah; (b)
mendukung urusan sektoral tertentu yang mendesak
namun tak terakomodasi anggaran K/L; (c) melaksanakan
program yang sifatnya khas menjadi urusan yang
ditangani BNPP (contoh : PLBN).
Pengelolaan Lintas Batas Negara (Tasbara)
merupakan tugas strategis BNPP untuk mengelola
pembangunan garis batas dan berbagai persoalan lintas
batas Negara terkait dengan aspek kedua prioritas BNPP
yaitu penguatan pertahanan keamanan dan penegakan
hukum di perbatasan. Manajemen Lintas Batas Negara
(Manajemen Tasbara) merupakan operasionalisasi dari
misi pengelolaan lintas batas Negara guna meningkatkan
pertahanan keamanan dan penegakan hukum khususnya
di perbatasan wilayah negara. Garda Batas (GB)
merupakan instrumen manajemen Tasbara dalam bentuk
penciptaan kader-kader masyarakat yang dilatih dan
berperan sebagai kekuatan pendukung dalam sistem
pertahanan semesta. Menjaga, memelihara, dan
menggerakkan pembangunan kawasan perbatasan,

30
merupakan kewajiban dan tanggung jawab bersama
Pemerintah dan masyarakat perbatasan, dimana
masyarakat dalam beberapa hal tertentu dapat
memainkan peran dukungnya. Melalui GB dalam
kerangka Manajemen Tasbara, peran tersebut dapat
direalisasikan secara lebih nyata di kawasan perbatasan.
Pembenahan manajemen Tasbara, juga mencakup
penguatan keterpaduan pelayanan dan pemeriksaan
CIQS di Pos Lintas Batas Negara (PLBN). Pembentukan
Unit Manajemen Pendukung PLBN yang sedang digagas
BNPP, diharapkan menjadi stimulan dan sekaligus
perekat unsur CIQS di PLBN yang selama ini berjalan
sendiri-sendiri. Terkait dengan ini, langkah BNPP untuk
membenahi dan menata ulang sarana prasarana PLBN,
akan memperkuat citra dan martabat bangsa Indonesia di
perbatasan dengan tampilan gedung terpadu PLBN yang
lebih dari memadai.
Dukungan penanganan pembangunan kawasan,
yang merupakan sisi dalam Indonesia, secara lebih
intensif dan efektif akan sangat membantu
mempermudah percepatan pembenahan dan penguatan
manajemen Tasbara, yang pada gilirannya akan
memperkokoh keutuhan NKRI dan sekaligus diharapkan
dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia di
kawasan perbatasan Negara. Semoga berhasil ***

31
PENUTUP

Penerbitan Buku paket sosialisasi pengelolaan lintas batas negara


(Tasbara) ini, tentu masih jauh dari kekurangan. Keberadaannya,
disadari sepenuhnya,tentu masih pula memerlukan penyempurnaan dan
kelengkapan di sana-sini.

Namun demikian, sebagai langkah awal untuk tujuan penyediaan bahan


sosialisasi, kami yakin diperlukan bagi berbagai pihak di pusat maupun
di daerah, khususnya yang terkait dengan pengelolaan lintas batas
Negara (Tasbara) dan pembangunan kawasan perbatasan.

Masukan untuk penyempurnaan bahan sosialisasi ini, dapat dikirimkan


melalui email ke sonisms2@yahoo.com. Atas perhatiannya diucapkan
terimakasih dan selamat bergabung dengan kami, Komunitas Tasbara
untuk Indonesia.

ooOoo

32
K O N S E P P E N G E M B A N G A N K A W A S A N P O S L IN T A S B ATA S A R U K

P L B A r u k d ip r o g r a m s e b a g a i
t p in t u l i n t a s b a t a s n e g a ra
y a n g d a p a t m e n ja d i p e m i c u
p erc ep at an p e rt u m u b u h an
p en ge m b an gan ka w as an
p e r b a ta s a n

KEASDEPAN PENGELOLAAN LINTAS BATAS NEGARA


KEDEPUTIAN BATAS WILAYAH NEGARA
BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN
Email : tasbarabnpp@gmail.com

33

Anda mungkin juga menyukai