Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERKELOLANYA OBJEK WISATA

PANTAI BATU PINAGUT BOLAANG MONGONDOW UTARA

Hermawan Pratama Datukramat1, Veronica A. Kumurur², &Rieneke L.E. Sela3


1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado
2&3
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak. Pantai Batu Pinagut terletak di Boroko Utara kecamatan Kaidipang Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara. Pantai pasir putih yang indah terletak pada posisi yang strategis dalam
kota, sudah termasuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata (KSP), beberapa fasilitas telah dibangun
namun belum dilakukan pengelolaan lebih lanjut dari Pemerintah. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab dan menentukan faktor dominan yang menyebabkan tidak
terkelolanya objek wisata pantai Batu Pinagut Bolaang Mongondow Utara. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif deskriptif yaitu dengan melakukan pengamatan dan pengambilan
data dilapangan dengan teknik survey atau observasi lapangan dan ditunjang wawancara dengan yang
memiliki kepentingan. Setelah penyusunan data dilakukan analisis data menggunakan teknik analisis
SWOT untuk menstrukturkan masalah dan mengetahui besarnya nilai dan bobot dari faktor-faktor
penyebab yang diperoleh sehingga dapat diketahui pula faktor dominan yang menyebabkan tidak
terkelolanya objek wisata pantai Batu Pinagut Bolaang Mongondow Utara. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini diketahui empat faktor yang menyebabkan tidak terkelolanya objek wisata pantai Batu
Pinagut Bolaang Mongondow Utara yaitu belum disahkannya RIPPDA, pungutan masuk (retribusi)
tidak diberlakukan, status kepemilikan lahan masih dimiliki warga, kurangnnya budaya sadar wisata
masyarakat/pengunjung dan lemahnya promosi. Dengan menggunakan metode skoring maka
diketahui faktor dominan yang dominan adalah belum disahkannya RIPPDA.

Kata Kunci : Faktor Penyebab Tidak Terkelola, Objek Wisata Pantai, Batu Pinagut Bolmut

PENDAHULUAN periode yang sama (Januari-Juli) 2014


Dewasa ini pariwisata telah sebanyak 5.328.732 wisman. Penerimaan
mengalami perkembangan yang sangat pesat devisa diperkirakan mencapai US$ 5,5 miliar
sehingga bisa dijadikan kekuatan potensial dengan perkiraan pengeluaran wisman per
untuk meningkatkan pendapatan ekonomi kunjungan sebesar US$ 1.187,88. Hal tersebut
domestik yang didalamnya terdapat suatu menunjukkan kekuatan besar kepariwisataan
kesatuan sistem yang kompleks dan setiap Indonesia akan terus meningkat mengikuti arus
substansi memiliki keterkaitan antara yang satu globalisasi dunia.
dengan yang lainnya. Menurut The World Pariwisata telah menjadi kebutuhan
Travel & Tourism Council (WTTC) yang bagi masyarakat di berbagai lapisan bukan
merupakan otoritas global untuk industri hanya untuk kalangan tertentu saja, sehingga
pariwisata, pertumbuhan pariwisata di dalam penangananya harus dilakukan dengan
Indonesia merupakan yang tertinggi di antara serius dan melibatkan pihak-pihak yang
negara lain yang tergabung dalam G20. terkait, selain itu untuk mencapai semua tujuan
Dimana 2013 lalu pariwisata Indonesia mampu pengembangan pariwisata, harus diadakan
berkontribusi 8,4% dari pertumbuhan ekonomi promosi agar potensi dan daya tarik wisata
nasional, Laporan Tahunan Dampak Ekonomi dapat lebih dikenal dan mampu menggerakkan
WTTC 2014 menunjukkan bahwa Indonesia calon wisatawan untuk mengunjungi dan
mencatat pertumbuhan dua digit dalam menikmati tempat wisata. Dalam hal ini
pembelanjaan pengunjung internasional industri pariwisata berlomba-lomba
(15,1%) dan 7,2% pada wisatawan domestik menciptakan produk pariwisata yang lebih
tahun 2013. Kinerja kepariwisataan nasional, bervariasi menyangkut pelestarian dari obyek
secara akumulatif sampai bulan Juli 2015 itu sendiri sesuai dengan tujuan pembangunan
kunjungan wisman sebanyak 5.472.050 pariwisata yaitu untuk mengenalkan keindahan
wisman atau tumbuh 2,69% dibandingkan
1
alam, budaya dan adat istiadat yang beraneka Objek wisata pantai Batu Pinagut
ragam. merupakan Kawasan Strategis Pariwisata
Kabupaten Bolaang Mongondow (KSP) Boroko sehingga diperlukan
Utara merupakan salah satu kabupaten di pengelolaan yang mendalam. Namun
provinsi Sulawesi Utara. yang memiliki luas kenyataannya kurang mendapat perhatian dari
wilayah daratan 1.856,86 km² yang terdiri dari pihak pemerintah dalam hal pengelolaan dan
6 kecamatan kecamatan, sebelah Utara pengembangan fasilitas kepariwisataan di
berbatasan dengan Laut Sulawesi, sebelah pantai Batu Pinagut, hal ini terlihat dari tidak
Timur berbatasan dengan kecamatan terpeliharanya infrastruktur, kurangnnya
Sangtombolang Kabupaten Bolaang fasilitas pendukung kepariwisataan dan
Mongondow, Sebelah Selatan berbatasan kurangnya rasa aman dan nyaman masyarakat.
dengan Kecamatan Posigadan Kabupaten Pasal 34 Undang-Undang No. 5 tahun
Bolaang Mongondow Selatan dan Sebelah 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Barat berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Hayati dan Ekosistemnya menyebutkan bahwa
Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. pengelolaan taman wisata dilaksanakan oleh
Wilayah Utara Kabupaten Bolaang pemerintah, maka dari itu diperlukan usaha
Mongondow Utara yang berbatasan langsung pemerintah daerah kabupaten Bolaang
dengan Laut Sulawesi yang menjadikan Mongondow Utara dalam upaya meningkatkan
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara fasilitas-fasilitas pendukung obyek wisata
memiliki banyak sumber daya alam berupa pantai Batu Pinagut dan tata kelolanya pula
pariwisata pantai yang indah dan sangat harus ditingkatkan agar animo masyarakat
berpotensi untuk dijadikan destinasi pariwisata meningkat untuk mendatangi obyek wisata ini.
guna meningkatkan PAD Kabupaten Bolaang Berdasarkan permasalahan diatas,
Mongondow Utara. maka penelitian ini bertujuan untuk
Dalam Perda Kabupaten Bolaang mengetahui faktor-faktor penyebab tidak
Mongondow Utara No. 3 Tahun 2013 tentang terkelolanya objek wisata Pantai Batu Pinagut
RTRW Kabupaten Bolaang Mongondow Utara serta menentukan faktor dominannya.
tahun 2013-2033 paragraf 7 pasal 31 ayat (1)
huruf b telah menetapkan pantai Batu Pinagut TINJAUAN PUSTAKA
yang berada di desa Boroko, kecamatan Pengertian Pariwisata
Kaidipang sebagai kawasan peruntukan Menurut WTO (1999), yang
pariwisata alam. dimaksud dengan pariwista adalah
Disebut Batu Pinagut, sebab dari kegiatan manusia yang melakukan
bebatuan yang ada di lokasi itu makam raja- perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan
raja dibangun,tak heran, jika di tengah-tengah di luar lingkungan kesehariannya.
objek wisata itu terdapat makam raja yang Sedangkan menurut Undang - Undang RI
dikeramatkan oleh masyarakat setempat. nomor 10 tahun 2009 tentang
Pantai Batu Pinagut terletak ± 3 Km dari Ibu kepariwisataan dijelaskan bahwa wisata
kota Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan
Sedang jarak dari Manado sebagai ibu kota
oleh seseorang atau sekelompok orang
provinsi ± 300 Km, dapat juga dicapai dari
Provinsi Gorontalo ±125Km. Pantai ini sering dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
dikunjungi oleh masyarakat lokal dan tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
masyarakat di kabupaten tetangga yaitu atau mempelajari keunikan daya tarik
Kabupaten Gorontalo Utara yang mencapai + wisata yang dikunjungi dalam waktu
30 Km. Pesona pantai dengan penutupan lahan sementara.
berupa hamparan pasir putih dengan susunan
batu-batu granit menjadi ciri khas tersendiri Manajemen Pariwisata
yang dapat mendorong animo wisatawan untuk Manajemen pariwisata adalah
berkunjung. Selain itu di Pantai Batu Pinagut suatu tindakan-tindakan perencanaan,
sering dilakukan ritual oleh masyarakat seperti pengorganisasian, penggerakan dan
mandi Syafar. Kegiatan ini merupakan budaya
umat islam, yang melakukan pensucian diri pengendalian yang dilakukan untuk
menyongsong bulan ramadhan, dengan menentukan serta mencapai sasaran yang
melakukan mandi secara bersama-sama. telah ditentukan melalui pemanfaatan
2
sumberdaya manusia dan sumber daya tertuang dalam Undang-Undang No. 10 tahun
lainnya dalam bidang pariwisata.Kegiatan 2009 pasal 30, pemerintah kota/kabupaten
pariwisata pada dasarnya dapat dipadu berwenang:
 Menyusun dan menetapkan rencana induk
dalam satu jaringan kegiatan kerja yang pembangunan kepariwisataan
diawali oleh adanya kegiatan manusia kabupaten/kota;
yang melakukan perjalanan di darat, di  Menetapkan destinasi pariwisata
laut dan di udara. Kegiatan wisatawan kabupaten/kota;
dalam mengunjungi objek wisata (Alam,  Menetapkan daya tarik wisata
budaya maupun minat khusus) pada kabupaten/kota;
daerah tujuan wisata dipengaruhi oleh  Melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan
pendataan pendaftaran usaha pariwisata;
adanya promosi wisata, kemudahan  Mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan
transportasi, restorasi, akomodasi serta kepariwisataan di wilayahnya;
pelayanan pemandu wisata.  Memfasilitasi dan melakukan promosi
destinasi pariwisata dan produk pariwisata
Pengembangan Objek Wisata Bahari yang berada di wilayahnya;
Dalam pengembangan pariwisata
 Memfasilitasi pengembangan daya tarik
harus dilihat dari sistem keterkaitan komponen wisata baru;
permintaan dan ketersediaan. Komponen  Menyelenggarakan pelatihan dan penelitian
permintaan terdiri dari wisatawan lokal, kepariwisataan dalam lingkup
domestik, dan wisatawan mancanegara, kabupaten/kota;
sedangkan komponen ketersediaan terdiri dari  Memelihara dan melestarikan daya tarik
aksessibilitas, objek dan daya tarik wisata, wisata yang berada di wilayahnya;
fasilitas dan utilitas, dan elemen lain seperti  Menyelenggarakan bimbingan masyarakat
sadar wisata; dan
sikap penduduk terhadap periwisata,
 Mengalokasikan anggaran kepariwisataan.
keramahan, friendly, dan welcomingattitude.
Kecenderungan wisatawan untuk menikmati Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
wisata di wilayah pesisir telah mendororng Daerah (RIPPDA)
pertumbuhan di wilayah tersebut, Rencana induk pengembangan
mengakibatkan semakin banyaknya pariwisata daerah yang selanjutnya disebut
masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata RIPPDA adalah dasar dalam penyusunan
program pembangunan daerah sektor
seperti peningkatan fasilitas dan aksessibilitas pariwisata dan dalam penyusunan rencana
(Suwantoro, 1977). pengembangan objek wisata secara lebih
Suwantoro (1977) juga menambahkan mendetail. (RIPPDA Kota Ternate)
adanya identifikasi bahwa, ada empat faktor Rencana Induk Pengembangan
yang mempengaruhi penetuan daerah tujuan Pariwisata Daerah (RIPPDA) sebagai bagian
wisata, yang pertama adalah fasilitas yaitu integral dan pengembangan pariwisata
akomodasi, atraksi, jalan, dan tanda-tanda nasional dan pembangunan daerah berazaskan
penunjuk arah. Kedua adalah nilai estetis :
seperti pemandangan (panorama), iklim a. Manfaat, yaitu pemanfaatan potensi daerah
santa/terpencil, dan cuaca. Ketiga adalah untuk kegiatan kepariwisataan didaerah
waktu dan biaya seperti jarak, waktu dan biaya secara optimal sehingga berdaya guna dan
perjalanan, dan tarif pelayanan. Keempat berhasil guna;
adalah kualitas hidup (quality of life) seperti b. Pelestarian, yaitu melestarikan budaya
keramah-tamahan penduduk, bebas dari daerah dan kekayaan alam sebagai daya tarik
pencemaran, dan penampilan dari kota wisata;
tersebut. c. Keterpaduan, yaitu menciptakan pengaturan
bagi semua kepentingan kepariwisataan demi
Peran Pemerintah keselarasan, keserasian dan keseimbangan;
Pemerintah setempat mempunyai d. Berkelanjutan, yaitu upaya menegakan
peran yang sangat penting dalam kelestarian dan keadaan alam, budaya dan
pengembangan suatu objek wisata, hal ini sumber daya yang dimanfaatkan agar
3
kepentingan kehidupan kepariwisataan dapat wawancara akan dicatat dengan menggunakan
dilakukan dalam wadah yang cukup alat bantu berupa buku catatan.
memadai; Observasi yaitu melakukan
e. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yaitu pengamatan secara langsung ke obyek
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yangtepat untuk dapat mendukung yang dilakukan (Ridwan, 2004:104). Panduan
pembangunan kepariwisataan di daerah. pengamatan digunakan saat melakukan
Tujuan dari Rencana Induk observasi dilapangan sehingga informasi yang
Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Alat
adalah : yang diperlukan saat melakukan observasi
a. secara umum, yaitu memberikan arahan adalah kamera guna mengambil data berupa
tentang kegiatan pengembangan gambar-gambar sehingga dapat menunjang
kepariwisataan didaerah, sehingga mampu penyajian informasi.
meningkatkan kualitas ODTW serta Studi dokumentasi adalah cara guna
pelayanannya; memperoleh data mengenai obyek penelitian,
b. secara khusus, yaitu memberikan arahan meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-
tentang kegiatan pengembangan peraturan, dokumenter dan data yang terkait
kepariwisataan didaerah dalam rangka dengan penelitian.
mengembangkan ekonomi kerakyatan, sosial Data primer yaitu data yang didapat
budaya, peningkatan pendapatan asli daerah, atau dikumpulkan secara langsung di lapangan
dan rasa cinta tanah air bagi masyarakat. berdasarkan pengamatan lapangan maupun
Rencana Induk Pengembangan dari para wisatawan, dan diolah sendiri dengan
Pariwisata Daerah (RIPPDA) mempunyai baik oleh peneliti langsung dari objeknya.
fungsi : Data sekunder yaitu data yang
a. Pedoman bagi pembinaan dan diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
pengembangan kawasan pariwisata, ODTW, dikumpulkan dan diolah, data ini didapat dari
sarana dan prasarana pariwisata serta buku maupun literatur-literatur, serta regulasi
investasi pembangunan; yang bersumber dari instansi Pemerintah
b. Pedoman bagi pengawasan dan pengendalian Daerah yang terkait sebagai penunjang dalam
pemanfaatan kawasan pengembangan penelitian.
pariwisata, ODTW, sarana dan prasarana
pariwisata serta investasi pembangunan; Pada penelitian ini menggunakan
c. Penjabaran pola dasar pembangunan daerah metode analisis data dengan cara metode
sektor pariwisata; deskriptif yakni memilki tujuan membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara
d. Penjabaran pemanfaatan ruang
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
berdasarkan rencana umum tata ruang fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar
kota. fenomena yang sedang diteliti. Analisis
bertujuan untuk mengetahui kondisi gambaran
METODOLOGI umum lokasi penelitian, data kondisi sosial
Metode penelitian yang digunakan ekonomi dan budaya masyarakat setempat
adalah metode kuantitatif deskriptif berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya
(surakhmad,1998), yaitu dengan melakukan wilayah, dilakukan terhadap data primer
pengamatan dan pengambilan data di lapangan (pengamatan lapangan dan wawancara)
dengan teknik suvey atau observasi lapangan. maupun data sekunder yang diperoleh dari
Setelah pengumpulan dan penyusunan data, instansi yang terkait dengan penelitian ini.
dilakukan analisis data, dan tabulasi.. Untuk kondisi dan potensi sumber daya yang
Dalam penelitian ini instrumen yang ada dilakukan dengan analisis deskriptif dari
akan dipakai dalam pengumpulan data adalah hasil pengamatan lapangan dan data hasil
pedoman wawancara, observasi lapangan serta penelitian sebelumnya yang masih relevan.
panduan dokumen. Analisis Deskriptif hanya akan
Pedoman wawancara digunakan pada mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang
saat wawancara sehingga pertanyaan akan terjadi kemudian diolah sesuai dengan
lebih terfokus. Jenis pertanyaan yang fungsinya. Hasil pengolahan tersebut
digunakan adalah wawancara terstruktur. Hasil selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-
angka sehingga memberikan suatu kesan lebih
4
mudah dimengerti oleh siapapun yang objek wisata terbatas, tidak terkenal. Maka
membutuhkan informasi tentang keberadaan kerangka konseptual dapat dirumuskan
gejala tersebut. sebagai berikut:
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah instrumen yang
digunakan untuk melakukan analisis strategis.
Menurut Freddy Rangkuti (2001) analisis
SWOT merupakan suatu alat yang efektif
dalam membantu menstrukturkan masalah,
terutama dengan melakukan analisis atas
lingkungan strategis, yang lazim disebut
sebagai lingkungan internal dan lingkungan Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
eksternal. Dalam lingkungan internal dan Menggunakan variabelIndependen, dan
eksternal ini pada dasarnya terdapat empat Dependen
unsur yang selalu dimiliki dan dihadapi, yaitu Lokasi Penelitian
secara internal memiliki sejumlah kekuatan- Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
kekuatan (strengths) dan kelemahan- Bolaang Mongondow Utara pada objek wisata
kelemahan (weakness), dan secara eksternal Pantai Batu Pinagut.
akan berhadapan dengan berbagai peluang- Pantai Batu Pinagut terletak ± 3 Km
peluang (opportunities) dan ancaman-ancaman dari Ibu kota Kabupaten Bolaang Mongondow
(threats). Dalam menganalisis kekuatan dan Utara. Sedang jarak dari Manado sebagai ibu
kelemahan dari objek wisata pantai Batu kota provinsi ± 300 Km, dapat juga dicapai
Pinagut, maka akan disusun dengan dari Provinsi Gorontalo ±125Km.
menggunakan matriks IFAS (Internal Factor
Analisis Strategic). Sedangkan untuk
menganalisis peluang dan ancaman akan
disusun dengan menggunakan matriks EFAS
(Eksternal Analisis Strategic).

Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep merupakan bagian
penelitian yang menyajikan konsep atau teori
dalam bentuk kerangka konsep penelitian.
Pembuatan kerangka konsep mengacu pada
masalah-masalah yang akan diteliti atau
berhubungan dengan penelitian dan dibuat
dalam bentuk diagram (Hidayat, 2007). Pada Gambar 2. Peta Situs Objek Wisata Pantai
penelitian ini kerangka konsep terdiri dari Batu Pinagut
variabel dependen (variabel terikat) dan Sumber : Dokumen Peneliti
variabel independen (variabel bebas). Variabel
independen ialah variabel yang menjadi sebab
HASIL DAN PEMBAHASAN
perubahan atau timbulnya variabel dependen.
Pada penelitian ini variabel independen terdiri
dari Regulasi, pengetahuan Kondisi Objek Wisata Pantai Batu Pinagut
pengunjung/masyarakat tentang Objek wisata pantai Batu Pinagut
kepariwisataan, status lahan, promosi kepada Bolaang Mongondow Utara memiliki luas
khalayak ramai. sekitar 1,9 ha, pantai ini terletak desa Boroko
Utara kecamatan Kaidipang Kabupaten
Sedangkan variabel dependen Bolaang Mongondow Utara. Pantai Batu
adalah variabel yang mempengaruhi atau Pinagut terletak ± 3 Km dari Ibu kota
menjadi akibat dari variabel independen. Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.
Dalam penelitian ini variabel dependen Sedang jarak dari Manado sebagai ibu kota
provinsi ± 300 Km. dapat juga dicapai dari
adalah tidak terkelola, fasilitas tidak
Provinsi Gorontalo ±125Km. Pantai ini sering
terawat (banyak rusak), pengembangan dikunjungi oleh masyarakat lokal dan
5
masyarakat di kabupaten tetangga yaitu
Kabupaten Gorontalo Utara yang mencapai
+30 Km. Pesona pantai berupa hamparan pasir
putih dengan susunan batu-batu granit dan
lingkungan sekitar yang masih asli menjadi ciri
khas tersendiri yang dapat mendorong animo
wisatawan untuk berkunjung. Selain itu di
Pantai Batu Pinagut sering dilakukan ritual
oleh masyarakat seperti mandi Syafar.
Kegiatan ini merupakan budaya umat islam,
yang melakukan pensucian diri menyongsong 2. Accessibility
bulan ramadhan, dengan melakukan mandi Accessibility atau aksesibilitas adalah
secara bersama-sama. sarana dan infrastruktur untuk menuju
Sebelum sebuah destinasi destinasi. Akses jalan raya, ketersediaan
diperkenalkan dan dijual, terlebih dahulu harus sarana transportasi dan rambu-rambu
mengkaji 4 aspek utama (4A) yang harus penunjuk jalan merupakan aspek penting
dimiliki, yaitu attraction, accessibility, amenity bagi sebuah destinasi. Banyak sekali
dan ancilliary. wilayah di Indonesia yang mempunyai
keindahan alam dan budaya yang layak
1. Attraction untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak
mempunyai aksesibilitas yang baik,
Attraction atau atraksi adalah produk sehingga ketika diperkenalkan dan dijual,
utama sebuah destinasi. Atraksi berkaitan tak banyak wisatawan yang tertarik untuk
dengan what to see dan what to do. Apa yang mengunjunginya. Posisi objek wisata
bisa dilihat dan dilakukan oleh wisatawan di pantai Batu Pinagut memiliki letak yang
destinasi tersebut. Atraksi yang diberikan oleh sangat strategis karena terletak di dalam
objek wisata pantai Batu Pinagut adalah kota dan sangat mudah untuk diakses baik
berupa keindahan dan keunikan alam, budaya menggunakan mobil, motor ataupun
masyarakat setempat, peninggalan bangunan angkutan umum (bentor). Rambu-rambu
bersejarah. penunjuk jalan juga sudah dibuat untuk
 Keindahan dan Keunikan Alam menunjukkan destinasi objek wisata pantai
Pantai Batu Pinagut memiliki pasir yang putih Batu Pinagut.
dan halus, terdapat batu-batuan kapur yang
terdapat di pantai Batu Pinagut juga menjadi
daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

3. Amenity
Amenitas pada objek wisata pantai Batu
Pinagut belum maksimal karena hanya
terdapat toilet umum yang juga berfungsi
 Budaya Masyarakat Setempat sebagai tempat bilas, sabua-sabua (gazebo)
Pantai Batu Pinagut sering diadakan upacara- sebagai tempat duduk dan tempat parkir
upacara perayaan adat maupun keagamaan namun masih terbatas. Belum adanya
seperti mandi safar untuk menolak bala, tradisi warung yang menjajakan makanan dan
ini hanya dilakukan pada hari minggu pada minuman menjadi kekurangan yang dielu-
pekan kedua bulan safar tahun hijriah. elukan oleh kebanyakan pengunjung,
begitupun dengan amenitas komersial
lainnya seperti hotel dan rest area juga
belum ada.

6
4. Ancilliary
Objek wisata pantai Batu Pinagut dikelola
oleh Dinas Perhubungan Pariwisata
komunikasi dan Informasi tanpa ada
campur tangan stakeholder lain. Namun
pihak pemerintah belum memungut
kontribusi masuk kepada pengunjung yang
datang, sehingga belum ada pemasukan
dalam pengelolaan objek wisata Pantai
Batu Pinagut baik segi keamanan,
kebersihan dan penambahan
fasilitas.Berbagai fasilitas seperti pintu Gambar 3. Kegiatan pengunjung objek
gerbang, pos jaga, MCK dan gazebo telah wisata pantai Batu Pinagut
dibangun oleh Pemerintah, akan tetapi
dalam penggunaannya tidak dipergunakan Kondisi Kebijakan Pemerintah
maksimal karena berbagai hal seperti pos Urusan kepariwisataan di Kabupaten
jaga yang seharusnya ditempati oleh Bolaang Mongondow Utara ditangani oleh
petugas keamanan ataupun petugas Dinas Perhubungan Pariwisata Dan Kominfo.
pemungutan retribusi masuk tidak Kebijakan pemerintah mengenai objek wisata
dipergunakan semestinya, toilet yang Pantai Batu Pinagut di Kabupaten Bolaang
dibangun tidak terdapat air melainkan Mongondow Utara baik dalam hal
harus menimba di sumur bagian depan pengembangan, revitalisasi dan preservasi
toilet, dari 12 gazebo yang telah dibangun objek wisata sendiri dalam rangka
hanya tersisa 6 yang masih berdiri hal ini meningkatkan daya tarik serta kualitas objek
dikarenakan abrasi pantai yang menggerus wisata tersebut sebagai salah satu destinasi
pasir sehingga mengikis tumpuan gazebo wisata pantai unggulan sangat jauh dari kata
dan akhirnya roboh. optimal. Hal ini bisa dibuktikan dengan tidak
diberlakukannya retribusi masuk, kurangnya
promosi serta sarana prasarana terbatas.
Belum ditetapkannya Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten
Bolmut juga menjadi salah satu hambatan bagi
pengembangan objek wisata pantai Batu
Pinagut. Selain beberapa permasalahan
kebijakan pemerintah tersebut, masalah lahan
juga menjadi permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah. Akan tetapi hal ini sudah diseriusi
oleh pemerintah Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara dengan membebaskan
lahan (ganti rugi) kepada masyarakat yang
memiliki tanah di area objek wisata pantai
Batu Pinagut seluas 3,7 hektare. Dan untuk
Gambar 2. Kondisi Eksisting Objek Wisata menyamakan persepsi masyarakat tentang
Pantai Batu Pinagut pentingnya pemeliharaan objek wisata,
pemerintah mengadakan penyuluhan “Sadar
Wisata” bagi masyarakat sekitar area objek
wisata pantai Batu Pinagut.

Arahan Rencana Induk Pengembangan


Pariwisaata Daerah (RIPPDA) Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara Tahun 2010
kabupaten Bolaang Mongondow Utara
telah memiliki Peraturan Daerah Kabupaten
Bolaang Mongondow Utara Nomor (kosong)
Tahun 2010 tentang Pengembangan Pariwisata
7
Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Analisis SWOT
Utara, akan tetapi Peraturan Daerah tersebut Analisis SWOT adalah instrumen yang
belum disahkan maka belum mempunyai digunakan untuk melakukan analisis strategis.
nomor. Menurut Freddy Rangkuti (2001) analisis
Pada Bab V Bagian Pertama tentang SWOT merupakan suatu alat yang efektif
Wilayah Pariwisata Pasal 15 menjelaskan dalam membantu menstrukturkan masalah,
Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara terutama dengan melakukan analisis atas
dibagi menjadi 3 (tiga) Kawasan Strategis lingkungan strategis, yang lazim disebut
Pariwisata (KSP) meliputi: sebagai lingkungan internal dan lingkungan
a. KSP Boroko eksternal. Dalam lingkungan internal dan
b. KSP Ollot-Paku eksternal ini pada dasarnya terdapat empat
c. KSP Bintauna unsur yang selalu dimiliki dan dihadapi, yaitu
Tiap Kawasan Strategis Pariwisata secara internal memiliki sejumlah kekuatan-
(KSP) tidak terikat oleh wilayah administrasi kekuatan (strengths) dan kelemahan-
yaitu: kelemahan (weakness), dan secara eksternal
a. KSP Boroko meliputi wilayah Kecamatan akan berhadapan dengan berbagai peluang-
Pinogaluman dan Kecamatan Kaidipang peluang (opportunities) dan ancaman-ancaman
b. KSP Ollot-Paku meliputi wilayah (threats). Dalam menganalisis kekuatan dan
kecamatan Bolangitang Barat dan kelemahan dari objek wisata pantai Batu
Kecamatan Bolangitang Timur Pinagut, maka akan disusun dengan
c. KSP Bintauna meliputi wilayah menggunakan matriks IFAS (Internal Factor
Kecamatan Bintauna dan Kecamatan Analisis Strategic). Sedangkan untuk
Sangkub menganalisis peluang dan ancaman akan
Kemudian pada pasal 20 tentang disusun dengan menggunakan matriks EFAS
pengembangan dan pemanfaatan objek (Eksternal Analisis Strategic).
menjelaskan bahwa tiap Kawasan Strategis
Pariwisata (KSP) diarahkan pengembangannya Analisis Faktor Internal (IFAS)
sebagai berikut: Dalam menentukanAnalisis Faktor
a. Kawasan Strategis Pariwisata Boroko, Internal (IFAS) sebaiknya telah merumuskan
pengembangannya diarahkan untuk Wisata faktor-faktor internal (kekuatan dan
Bahari. kelemahan) yang menyebabkan tidak
b. Kawasan Strategis Pariwisata Ollot-Paku, terkelolanya objek wisata pantai Batu Pinagut.
pengembangannya diarahkan untuk Agro Setelah faktor-faktor internal ditentukan, maka
Wisata Horti. dilakukan pembobotan dan penilaian pada
c. Kawasan Strategis Pariwisata Bintauna, masing-masing faktor.
pengembangannya diarahkan untuk Agro Pembobotan dan penilaian dilakukan
Wisata Padi dengan cara menentukan keputusan dengan
Hal tersebut dijelaskan lebih lanjut langsung melihat faktor mana yang paling
pada Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang dominan, dari faktor yang paling kuat
Mongondow Utara tahun 2013 tentang diberikan bobot dan nilai tertinggi dan faktor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten paling lemah diberi bobot dan nilai paling
Bolaang Mongondow Utara Tahun 2013-2033 rendah. Dalam penentuan bobot dan nilai
paragraf 7 tentang kawasan peruntukkan penulis berusaha memberika data seobyektif
pariwisata pasal 31 ayat 3 huruf b “pantai Batu mungkin (Profesional Judgement).
Pinagut yang berada di desa Boroko, Penentuan faktor kekuatan dan
Kecamatan Kaidipang”. Belum disahkannya kelemahan yang tertinggi didasarkan pada
RIPPDA sehingga belum bisa diterapkan, penentuan skala pembobotan (scoring) dan
maka dari itu Pantai Batu Pinagut belum bisa skala nilai (rating) untuk pengembangan
mendapatkan biaya untuk dikelola menjadi potensi objek wisata pantai Batu Pinagut.
objek wisata. Penentuan skala pembobotan didasarkan pada
RIPPDA Kabupaten Bolaang masing-masing fakor strategis dengan skala
Mongondow Utara baru sebatas penetapan mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai skala
KSP (Kawasan Strategis Pariwisata) dan 0,0 (tidak penting). Sedangkan untuk
peruntukkannya akan tetapi pengembangan penentuan skala nilai didasarkan pada masing-
lebih lanjut tidak dibahas. masing faktor strategis dengan skala mulai dari
8
3 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah). Tabel 2. Analisis Faktor Eksternal (EFAS)
Rangkuti, 200:22.
Penentuan nilai masing-masing faktor
IFAS adalah sebagai berikut:
Nilai Keterangan
4 Kekuatan yang besar
3 Kekuatan yang kecil
2 Kelemahan yang kecil
1 Kelemahan yang besar

Sumber: Hasil Observasi dan Analisis


Tabel 1. Analisis Faktor Strategis Internal Tabel 3. Penjelasan Penentuan Nilai Faktor
(IFAS) Pada Objek Wisata Pantai Batu Pinagut

Sumber: Hasil Observasi dan Analisis 2016

Analisis Faktor Eksternal (EFAS)


Penentuan faktor eksternal pada
peluang dan ancaman yang tertinggi
didasarkan pada penentuan skala pembobotan
(scoring) dan skala nilai (rating) untuk
pengembangan potensi objek wisata pantai
Batu Pinagut sama dengan penentuan pada
faktor internal. Penentuan skala pembobotan
didasarkan pada masing-masing faktor
strategis dengan skala mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai skala 0,0 (tidak penting).
Sedangkan untuk penentuan skala nilai
didasarkan pada masing-masing faktor
strategis dengan skala mulai dari 3 (sangat
kuat) sampai dengan 1 (lemah). Rangkuti
(2004 :22)
Penentuan nilai untuk masing-masing
faktor EFAS adalah sebagi berikut:
Nilai Keterangan
4 Pengaruh besar
3 Pengaruh diatas rata-rata
2 Pengaruh rata-rata
1 Pengaruh dibawah rata-rata
9
memiliki RIPPDA sebagai acuan pedoman
baik dalam hal pembinaan, pengembangan,
pengawasan dan pengendalian kawasan
pengembangan pariwisata namun belum
disahkan, hal ini dilihat dari dokumen
RIPPDA yang belum dilengkapi nomor.
Hasil wawancara dengan Dinas terkait
dalam hal ini adalah Dinas Perhubungan
Pariwisata dan Kominfo, maka didapati
bahwa dalam pengelolaan objek wisata
pantai Batu Pinagut belum dilengkapi
RIPPDA. RIPPDA yang ada baru sebatas
draft sehingga pengaplikasiannya
dilapangan masih kurang maksimal.
b.Pungutan Retribusi Masuk
Retribusi daerah yang selanjutnya disebut
retribusi, adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan pribadi atau badan (Perda
Kabupaten Bolmut No. 4 tahun 2012
tentang Retribusi Jasa Usaha).
Jasa adalah pelayanan yang menyebabkan
barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya
yang dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan (Perda Kabupaten Bolmut No.
4 tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
Usaha).
Objek wisata pantai Batu Pinagut belum
Sumber: Hasil Observasi dan Analisis 2016 menerapkan retribusi masuk sesuai yang
tercantum pada Peraturan Daerah
Faktor-Faktor Penyebab Tidak Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Terkelolanya Objek Wisata Pantai Batu tentang Retribusi Jasa Usaha. Belum
Pinagut diterapkannya pungutan retribusi masuk
Menurut Kamus Besar Bahasa dikarenakan belum maksimalnya fasilitas-
Indonesia, faktor adalah hal (keadaan, fasilitas yang ada dan jasa-jasa yang
peristiwa) yang ikut menyebabkan ditawarkan pada objek wisata pantai Batu
(mempengaruhi) terjadinya sesuatu. Dalam hal Pinagut.
ini ialah keadaan yang menyebabkan tidak c. Pembebasan Lahan
terkelolanya objek wisata pantai Batu Pinagut. Belum dikembangkannya objek wisata
Dari hasil wawancara, penyebaran kuesioner pantai Batu Pinagut salah penyebabnya
serta ditunjang dengan hasil analisis maka adalah masalah pembebasan lahan,
didapati faktor-faktor penyebab tidak dikarenakan masalah lahan masih berstatus
dikelolanya objek wisata pantai Batu Pinagut milik warga maka pemerintah terhambat
Bolaang Mongondow Utara adalah sebagai dalam mengembangkan sarana prasarana
berikut: yang ada, akan tetapi hal ini sudah
a. Belum Disahkannya RIPPDA diseriusi oleh pemerintah dengan cara
Rencana Induk Pengembangan Pariwisata pembebasan lahan-lahan tersebut
Daerah (RIPPDA) adalah dasar dalam diperuntukkan untuk pariwisata.
penyusunan program pembangunan daerah d.Kurangnya Budaya Sadar Wisata
sektor pariwisata dan dalam penyusunan Masyarakat/Pengunjung
rencana pengembangan objek wisata Kurangnya pengetahuan serta sikap sadar
secara lebih mendetail. Kabupaten wisata masyarakat/pengunjung
Bolaang Mongondow Utara sudah belum menimbulkan berbagai hal yang tidak
10
diinginkan seperti buang sampah
sembarangan, coret-coret, bersikap apatis,
selain itu penyalahgunaan peruntukan
objek wisata juga kerap terjadi seperti
objek wisata dijadikan tempat mabuk-
mabukan dan lain sebagainya. Hal ini
menimbulkan kesan tidak terkelolanya
dengan baik, sehingga salah satu penyakit
masyarakat ini harus dikurangi dan
dibasmi dengan cara mensosialisasikan Sumber: Hasil Analisis 2016
budaya sadar wisata kepada masyarakat Setelah dilakukan skoring maka
sekitar serta pengunjung objek wisata didapati faktor dominan penyebab tidak
pantai Batu Pinagut agar dapat menjaga
terkelolanya objek wisata pantai Batu Pinagut
dan melestarikan objek wisata pantai Batu ialah belum disahkannya regulasi (peraturan)
Pinagut baik kebersihan dan juga sarana yang mengatur tentang objek wisata pantai
prasarananya. Batu Pinagut dengan bobot tertinggi yaitu
e. Lemahnya Pemasaran skoring 0,40 dan nilai 4, akibat dari belum
Pemasaran merupakan langkah agar disahkannya RIPPDA maka landasan hukum
produk wisata dikenal luas oleh khalayak dalam mengelola objek wisata pantai Batu
ramai, akan tetapi lemahnya pemasaran Pinagut belum ada sehingga belum memiliki
pariwisata pantai Batu Pinagut membuat dana untuk pengelolaan lebih lanjut.
pantai yang terletak di pusat kota ini
kurang terkenal dan kurang dikunjungi
oleh wisatawan dari luar kecamatan
maupun kabupaten.
Matriks SWOT
Matriks SWOT diperlukan guna
Faktor Dominan Tidak Terkelolanya Objek menghasilkan rekomendasi pengembangan
Wisata Pantai Batu Pinagut objek wisata pantai Batu Pinagut kedepannya,
Pada penentuan faktor dominan
maka dibuat matriks SWOT untuk
menggunakan sistem skoring yang sama menganalisis faktor strategis internal dan
seperti pada skoring IFAS dan EFAS, dimana eksternal yang akan merumuskan strategis
bobot 0,0 tidak berpengaruh sampai 1,0 bobot kekuatan dan peluang serta dapat
sangat berpengaruh. Dan nilai 1 paling rendah meminimalisir kelemahan dan ancaman pada
sampai nilai 4 paling tinggi. Dari hasil analisis objek wisata pantai Batu Pinagut.
sebelumnya diketahui bahwa faktor-faktor
Tabel 5. Matriks SWOT Faktor
penyebab tidak terkelolanya objek wisata
Penyebab Tidak Terkelolanya Objek
pantai Batu Pinagut antara lain:
Wisata Pantai Batu Pinagut
1. Belum disahkannya regulasi dalam hal ini
RIPPDA
2. Pungutan masuk tidak diberlakukan
3. Keterbatasan lahan
4. Kurangnya budaya sadar wisata
masyarakat
5. Lemahnya pemasaran
Untuk mencari faktor penyebab
dominan maka dilakukan skoring yang
nantinya hasil skoring tertinggi adalah faktor
yang dominan.
Tabel 4. Penentuan Faktor Penyebab
Dominan

11
Sugandi, Drs Dede dan Titing Supriatin.
Pengembangan Objek Wisata Pantai
Santolo Di Kawasan Wisata
Pamaeungpeuk Farut Selatan
Yoelianto, Imam. 2008. Pengembangan Obyek
Wisata Pantai Sepanjang Di
Kabupaten Gunungkidul, Laporan
tugas akhir pada fakultas sastra dan
seni rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Sumber: Hasil Analisis 2016 Rangkuti, Freddy,2004. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis.Jakarta.
KESIMPULAN Gramedia.
1. Faktor-faktor penyebab tidak terkelolanya Fandeli, Chafid, 1995. Dasar-Dasar
objek wisata pantai Batu Pinagut Bolaang Manajemen Kepariwisataan Alam.
Mongondow Utara adalah sebagai berikut: Yogyakarta. Liberty.
a) Belum ada regulasi berupa RIPPDA
b) Pungutan masuk tidak diberlakukan Peraturan:
c) Status kepemilikan lahan masih Undang-Undang RI No. 9 tahun 1990 tentang
dimiliki warga pariwisata
d) Kurangnya budaya sadar wisata Undang-Undang RI No. 10 tahun 2009 tentang
masyarakat kepariwisataan
e) Lemahnya promosi Peraturan Pemerintah No. 24 tahun
2. Berdasarkan hasil skoring Faktor dominan 1979tentang penyeraha sebagian
penyebab tidak terkelolanya objek wisata urusan pemerintahan dalam bidang
pantai Batu Pinagut Bolaang Mongondow kepariwisataan kepada daerah
Utara adalah belum disahkannya RIPPDA. tingkat I
Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang
DAFTAR PUSTAKA Konservasi Sumber Daya Alam
Fitriani, Mita. 2011. Strategi Pengelolaan Hayati Dan Ekosistemnya.
Pariwisata Pantai Indah Lontar Indah Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang
Di Kabupaten Serang, Skripsi pada Mongondow Utara No. 3 tahun 2013
program pendidikan fakultas sosial tentang RTRW2013-2033.
dan ilmu politik Universitas Sultan Peraturan Daerah Kota Ternate No. 11 tahun
Ageng Tirtayasa Serang. 2009 tentang Rencana Induk
Fandeli, Chafid. 1995. Dasar-Dasar Pengembangan Pariwisata Daerah
Manajemen Kepariwisataan Alam. (RIPPDA) Kota Ternate
Yogyakarta: Liberti Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang
Jurnal Analisis Pariwisata Vol 10 No.1, 2010 Mongondow Utara No. 4 tahun 2012
dipublikasikan oleh Fakultas tentang Retribusi Jasa Usaha
Pariwisata Universitas Udayana
Khodyat, H. 1996. Sejarah pariwisata dan Internet:
Perkembangannya di Indonesia. http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=
Jakarta: Grasindo 125&id=2975
Muakhor, Adam. 2008. Strategi http://www.ppk-
Pengembangan Objek Wisata Pantai kp3k.kkp.go.id/ver3/news/read/76/p
Randungsanga Indah Kabuppaten enamaan-pulau-toponim-pulau-.html
Berbes Sebagai Objek Wisata http://presidenri.go.id/maritim/menakar-
Unggulan, Tugas akhir pada jurusan potensi-budidaya-laut.html
teknik perencanaan wilayah dan kota
Anonim,2009.http://jurnal-
Universitas Diponegoro Semarang
sdm.blogspot.co.id/2009/08/pengantar-
Soebagyo. 2012 Strategi Pengembangan
industri-pariwisata-definisi.html
Pariwisata Di Indonesia, Jurnal
liquidity pada fakultas ekonomi
Universitas Pancasila Jakarta Selatan
12

Anda mungkin juga menyukai