Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Memaknai suatu hal dengan baik dan benar maka perlu dibahas secara runtut,
tentunya dimulai dengan makna secara bahasa. Pariwisata merupakan sebuah kata
yang dalam makna bahasa terbagi dari dua suku kata, pertama adalah Pari dan
kedua Wisata (Yoeti 1996, dalam Suryadana 2015). Pari bermakna banyak,
berkali-kali, berputar-putar, lengkap sedangkan wisata bermakna perjalanan,
bepergian.

Badan pariwisata dunia (UNWTO) menjelaskan bahwa aktivitas keluar rumah


baik bermalam atau tidak di luar rumah asal dia tinggal selama tidak lebih setahun
dengan tujuan mengunjungi suatu objek yang tentunya menarik bagi seseorang
dan yang lain, bisa berupa tujuan bisnis, atau wisata yang berasas konservasi.
Terdapat dua unsur penting tentang wisata, yakni subyek pariwisata dan objek
pariwisata. Subyek pariwisata adalah orang yang diamati tingkah lakunya di suatu
lokasi wisata, sedangkan objek wisata merupakan lokasi tujuan manusia tersebut
berwisata/berkunjung ke suatu tempat baik yang memberikan kesenangan atau
hanya mengobati rasa penasaran. Pada Bab 1 pasal 1 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 terdapat beberapa poin penting tentang
pariwisata, berikut poin tersebut :

1. Kegiatan wisata baik perorangan atau sekelompok orang merupakan


kunjungan ke suatu obyek wisata dengan tujuan rekreasi, pengembangan
diri dan mempelajari keunikan daerah wisata tersebut dalam kurun waktu
tertentu
2. Wisatawan yakni julukan bagi orang yang sedang berwisata
3. Seluruh kegiatan yang bersifat multidemensional dan multidisiplin maka
disebut kepariwisataan, merupakan wujud dari kebutuhan setiap orang dan
Negara juga interaksi antar wisatawan dan masyarakat lokal
4. Daya tarik wisata yaitu memiliki keunikan khas bagi kebanyakan
masyarakat di luar daerah wisata tersebut, sehingga muncul rasa penasaran
terhadap lokasi wisata tersebut.
5. Destinasi wisata tidak terlepas dari unsur goegrafis yang di dalamnya
terdapat wilayah yang mengandung daya tarik, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesbilitas, serta komponen masyarakat yang terkait dengan
destinasi wisata tersebut
6. Usaha pariwisata tak terlepas dari jual beli barang/jasa, sebab kedua hal
tersebut adalah unsur utama yang hendak dicapai dalam kegiatan
pariwisata
7. Kawasan strategi pariwisata yakni kawasan yang memiliki fungsi utama
nilai guna pariwisata atau adanya potensi dijadikan destinasi wisata yang
layak dan akan mempengaruhi daerah sekitar destinasi tersebut

Menurut (Gunn 1995 dalam Vanny 2015) komponen dasar pariwisata terdapat
empat poin :

1. Atraksi yakni sebuah daya tarik yang tiap destinasi wisata berbeda-beda
karakteristiknya
2. Akomodasi adalah bagaimana suatu tempat wisata memberikan fasilitas
yang diperlukan umumnya oleh pengunjung sehingga mereka merasa tidak
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pribadi, semisal tempat makan,
fasilitas umum (WC umum, mushola, tempat belanja, dan semisalnya)
3. Transportasi merupakan unsur penting yang tidak mungkin lepas dari baik
atau tidaknya lokasi wisata tersebut. Karena hanya dengan transportasi
wisatawan dapat sampai pada destinasi wisata yang hendak dituju
4. Alat-alat pendukung keamanan suatu lokasi wisata, misalnya air bersih
sebagai sumber kehidupan, pengelolaan limbah yang baik sehingga tidak
mengotori lokasi wisata dan penerangan (listrik) yang bisa mempermudah
kegiatan wisatawan disana

Keempat unsur tersebut apabila terpenuhi maka kemungkinan besar lokasi ini
dapat menarik banyak minat wisatawan untuk berkunjung ke lokasi wisata
tersebut. Namun hal tersebut tidak mudah dijalankan dan dikelola dengan baik
secara berkelanjutan. Perlu sinergi dan integritas tinggi dari berbagai komponen
baik masyarakat lokal, pemerintah, bahkan pengunjung wisata tersebut.
Kerjasama dari pihak penyedia jasa (masyarakat lokal & pemerintah) dengan
wisatawan perlu dibina sehingga sinergi di antara keduanya menciptakan sistem
simbiosis mutualisme yakni saling memberikan keuntungan satu sama lain.

Permasalahan di atas menjadi masalah klasik umumnya dalam bidang


pariwisata, mayoritas memang terdapat masalah pada pengguna jasa yakni
wisatawan yang tidak merasa bahwa tempat yang dikunjunginya merupakan hak
milik bersama, sehingga satu sama lain perlu menjaga dengan baik supaya
keberlangsungan suatu dstinasi wisata bisa bertahan lama bahkan berkembang
kepada hal baru. Kami melakukan observasi tentang sebuah wisata kebun teh di
Jember Jawa Timur, dengan merujuk kepada 4 konsep dasar yang disebutkan
diatas. Tujuannya menilai apakah destinasi wisata tersebut sudah memenuhi 4
konsep dasar tersebut atau belum, apabila belum maka apa penyebabnya dan
apabila sudah maka kemanakah orientasi kedepannya destinasi wisata tersebut.
Dalam aspek pembangunan, maka perlu diperhatikan konsep berkelanjutan atau
yang disebut pembangunan berkelanjutan, Kotler (2012) dalam Vanny (2015)
menyatakan bahwa “All place are trouble, if not now, certainly in the future”.
Pesan tersebut menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan sangat penting
untuk dijadikan acuan guna menghindari hal-hal yang tidak di inginkan dan
mengoptimalkan potensi yang ada.

Wisata kebun teh secara sekilas adalah wisata alam di daerah pegunungan
yang menyuguhkan wisata asri nan sejuk, namun jika kita berfokus pada
pembangunan berkelanjutan maka tidak hanya pemandangan kebun teh saja yang
dapat disajikan bagi wisatawan, namun wisata edukasi, wisata sejarah dapat
menjadi opsi tambahan guna mengoptimalkan potensi yang dimiki. Tentunya
konsep tersebut dapat diterapkan jika merujuk bagaimana konsep pembangunan
berkelanjutan yang berorientasi wisata, sehingga tujuan jangka panjangnya bukan
hanya mendatangkan banyak wisatawan, namun memberikan sedikit ilmu yang
kelak bisa dimanfaatkan di daerah lain yang memiliki karakteristik yang sama.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Geologi Perkebunan

Noor (dalam buku Pengantar Geologi, 2014) menjelaskan dalam bahasa


yunani geologi berasal dari kata geo yang berarti bumi dan logos yang berarti
ilmu. Secara umum geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi baik itu
komposisi, struktur, sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukan bumi yang
berada di dalam bumi atau di permukaan bumu. Geologi pertama kali digunakan
oleh Jean-Andre Deluc pada tahun 1778 dan setahun kemudian diperkenalkan
oleh Horace-Benedict de Saussure. Geologi bermanfaat untuk menentukan umur
batuan pada suatu wilayah serta dapat mengetahui bagaimana proses suatu lahan
terbentuk, juga dapat merekontruksi proses-proses pergerakan lempeng bumi yang
berpengaruh terhadap relief bumi. Seseorang yang mempelajari geologi disebut
geolog. Geologi memiliki bebarapa cabang ilmu seperti Mineralogi,
Geomorfologi, Petrologi, Paleontologi, Geologi Sejarah, Geologi Ekonomi, dan
masih banyak lagi.

Masing-masing cabang ilmu geologi ini juga memiliki cabang-cabang


keilmuan. Seperti geologi perkebunan (Hiskiawan, 2016) merupakan bagian dari
geologi ekonomi karena mengkaji tentang kegunaan dan nilai ekonomis
berdasarkan materialnya yaitu tanah yang ada dalam suatu wilayah. Material yang
dimaksud bukan hanya material seperti endapan mineral logam dan sumber
mineral. Namun, potensi wisata yang terkandung pada wilayah tersebut juga
menjadi objek kajian geologi ekonomi. Karena potensi wisata ini dapat
mendatangkan wisatawan ke daerah tersebut sehingga perekonomian daerah ini
meningkat
Secara umum geologi perkebunan adalah ilmu yang mempelajari struktur
fisik, sejarah, dan proses terbentuknya batuan pada daerah perkebunan. Lebih
khusus lagi, geologi perkebunan teh merupakan objek kajian penelitian ini.
Umumnya teh adalah tumbuhan dataran tinggi, yang dataran tinggi identik dengan
pegunungan, oleh sebab itu perlunya mengkaji geologi perkebunan guna
mengetahui kondisi lahan yang akan ditanami komoditi, sehingga bisa
mengoptimalkan pemanfaatan lahan sesuai kondisinya.

2.2 Geomorfologi Perkebunan

Tawan (2013) mendefinisikan Geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan yang


berkaitan dengan bentuk lahan sebagai pembentuk muka bumi baik di atas
maupun di bawah muka air laut, dan menekankan pada genesis, perkembangan di
masa depan dan dalam konteks kelingkungan. Saat ini geomorfologi telah
berkembang menjadi ilmu terapan. Beberapa penerapannya yaitu untuk
perencanaan dan pengembangan pedesaan bidang pertanian, peternakan,
perkebunan, atau lainya yang berkaitan dengan penggunaan lahan pedesaan
melalui evaluasi lahan.

Teh (Camelia sinesis) tumbuh subur pada wilayah dengan ketinggian sekitar
800-1100 Mdpl. Membutuhkan curah hujan yang tinggi, per tahun mencapai 2500
mm dan suhu berkisar antara 18 - 30 ºC. Pohon teh memiliki akar tunggang yang
panjang dengan akar cabang yang sedikit dan kebanyakan tidak panjang. Teh
adalah tanaman berdaun tunggal yang duduknya di tangkai hampir berseling.
Bunga teh termasuk bunga tunggal yang keluar dari ketiak daun pada cabang dan
ujung batang, berbiji 3 dalam buahnya namun ada kalanya mengandung 4 - 5 biji
dalam buahnya. Buah tersebut berwarna putih dan berubah coklat jika sudah tua
(Wibowo, 2009).

Puspitasari dan Suratman (2018) menjelaskan Tanaman teh dapat tumbuh di


tanah dengan ketentuan tanah yang subur, tidak bercadas dan cukup mengandung
bahan organik, namun biasanya lebih cocok tumbuh di lereng-lereng gunung
berapi dan sering disebut tanah vulkanis muda. Tanah yang sesuai untuk tanaman
teh adalah tanah yang memiliki sifat fisik yang baik, seperti struktur kedalaman
efektif tanah, bahan organik, dan kadar P total.

2.3 Pariwisata
Pariwisat merupakan kawasan industri yang sangat potensial. Pariwisata
merupakan industri terbesar kedua setelah pertambangan minyak bumi. Pariwisata
dalam sebuah negra atau perkotan berkontribusi besar terhadap perekonomian,
utamany merupakan daerah yang banyak dikunjungi wistawan. Hal tersebut
dikarenakan kontribusi pariwisata memiliki daya tarik tersendiri bagi pelancong
dunia. wisatawan yang datang bertujuan untuk berwisata memberikan
kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduk setempat.(Hanas dan Sasmita,
2012).
Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang
menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki berbagai aspek, sosiologis,
psikologis, ekonomis, ekologis dan sebagainya. Aspek yang mendapat perhatian
paling besar dan hampir merupakan satu-satunya aspek yang dianggap penting
ialah aspek ekonomisnya.
Kawasan pariwisata merupaakan suatu kawasan yang memiliki fungsi
utama untuk pariwisata dan memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata
serta mempunyai pengaruh penting pada aspek yang termuat dalam UU No 10
Tahun 2009 Suatu kawasn wisata perlu adanya pengelolaan dimana ditujukan
untuk melindungi tata nilai area dikembangkn. Sarana akomodsi, SDM, produk
jasa, Kepempinan, Produk dan kemasan yang merupakan tata nilai suatu wisata
Perencanaan pariwisata merupakan peranan yang sangat penting bagi
pengembangan dalam suatu wilayah. Berkembang dan mjunya suatu derah dapat
dilihat dari keberlangsungan kegiatan pariwisata(Hanas dan Sasmita, 2012). Suatu
kabupaten atau kota yang mampu mengelola potensi pariwisata secar mksimal
akan meraup keuntungan ekonomis yang besar bagi derah tersebut. Pembangunan
sektor kepariwisataan juga akan berpotensi meenjadi multy playing efect terhadap
pembangunan sektor lainnya. Implikasi bawan membangun pariwisata juga akan
membangun sektor ekonomi masyarakat, industri kreatif, infrstruktur, mengurangi
pengangguran, dll.
Menurut Salah Wahab (Salah,2003) dalam bukunya “Tourism
Management” pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan
kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Aspek
ekonomi pariwisata berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung
berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha perhotelan, tansportasi,
telekomunikasi, bisnis eceran, dan penyelenggaraan paket pariwisata(Rahma dan
Handayani, 2013).
Sumber devisa terpenting dan mampu memberikan sumbangsih bagi
pembangunan merupakan sektor pariwisata. Produk wisata konvensional mulai
banyak ditinggalkan dan wisatawan beralih kepada produk wisata yang lebih
menghargai lingkungan, alam, budaya dan atraksi secara spesial. Kepuasan
wisatawan tidak lagi bersandar pada keindahan alam dan kelengkapan fasilitas
wisata melainkan juga pada keleluasaandan intensitas interaksi dengan lingkungan
dan masyarakat lokal(Susyanti dkk., 2014).
Pengembangan sektor pariwisata juga sapat ditunjukkan untuk meningkatkan
kualitas hidup an kesejahteraan masyarakat serta dapat memberikan manfaat
terhadap pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dengan mengembangkan
bidang pariwisata tentunya dapat berkontribusi positif terhadap penyelenggaranya
pemerintahan di wilayah pariwisata itu berada. Sektor pariwisata akan berhasil
jika memenuhi tiga faktor utama yaitu tersedianya objek dan daya tarik
wisatawan, adanya fasilitas sarana prasarana yang mendukung, dan dengan
adanya fasilitas kenyamanan dan keamanan pengunjung.
Masyarakat sekitar perkebunan juga memiliki peranan yang sangat penting
dalam keberhasilan sektor pariwisata, masyarakat memiliki peranan yang sangat
penting dalam kebesaran pengembangan pariwisata. Tanpa adanya dukungan
masyarakat pengembangan pariwisata tersebut kurang maksimal. Peran
masyarakat dapat terlihat dari banyaknya wwarung, kios, penginapan, dan toko
disekitar tempat wisata yang mampu menjadi icon atau daya tarik masyarakat.
Bikan hanya itu dengan adanya masyarakat perekonomian tempat pariwisata
dibuka juga menjadi meningkat, mempermudah wisatawan dalam memenuhi
kebutuhan dalam bidang tertentu.

2.4 Kebun Teh


Pembangunan sektor pertanian di Indonesia memiliki beberapa sektor
terpenting salah satunya yaitu perkebunan, bentuk perkebunan yang paling lama
dibudidayakan yaitu kebun teh. Teh merupakan bahan pembuat minuman yang
sudah dibudidayakan lama di Indonesia. Kesan aroma, rasa, dan warna yang
terkandung dalam senyawa kimia teh dapat memberikan rasa nikmat tersendiri
bagi penikmatnya. Oleh karena itu, teh banyak dikemari sampai saat ini. Kasiat
yang diberikan teh bukan hanya pada rasa segar saja, namun juga banyak
memberikan manfaat obat-obatan dan kosmetik (Diah Indarti, 2015). Dengan
adanya olahan teh serta hasil teh yang unggul menjadikan Indonesia sebagai
negara eksportir terbesar ke lima didunia.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian secara kualitatif dengan


menggunakan pendekatan etnografi. Manfaat dari metode ini adalah peneliti dapat
memahami fenomena yang terjadi secara langsung di lapangan. Selain itu, dengan
menggunakan pendekatan etnografi, peneliti dapat membuat kesimpulan dari yang
dikatakan orang (wawancara) sebagai sumber primer penelitian (Spredley,
2007:11).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Gelang, Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten


Jember

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah masyarakat di sekitar kebun teh, seperti pedagang,
wisatawan, dan petugas wisata Kebun Teh Gunung Gambir, Jember.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti di lapangan antara lain :

1) Teknik wawancara

Dalam mengambil data di lapangan terkait potensi Kebun The Gambir, Jember
maka teknik yang digunakan pertama kali adalah teknik wawancara. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dari
narasumber yang terpercaya (Mahardika, 2014). Dalam hal ini, narasumber yang
dimaksud adalah wisatawan, pedagang, dan petugas di Kebun Teh tersebut.
2) Teknik Observasi

Dengan melakukan observasi, peneliti dapat melihat dan membuktikan


langsung gambaran yang disampaikan narasumber terkait lokasi observasi. Pada
hakekatnya, observasi merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera
untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian
dan memperkuat hasil wawancara (Hasanah, 2016).

3) Dokumentasi

Data berupa dokumentasi dari hasil wawancara maupun observasi sangat


berguna untuk membuktikan gambaran lapangan dalam bentuk foto maupun video
dengan sebenarnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam kegiatan observasi ini adalah
analisis data secara kualitatif. Data yang diperoleh dari lapangan berupa data
wawancara, observasi langsung ke lapangan, dan dokumentasi akan dijelaskan
lebih lengkap dengan metode deskripsi runtut dalam laporan ini.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bagaimana kondisi wisata kebun teh Gunung Gambir


Penetapan dan penerapan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah
membawa perubahan besar bagi pemerintah daerah. Kedua undang-undang
tersebut memberikan manfaat besar bagi pemerintah daerah (Susyanti dkk.,
2014). Dengan adanya undang-undang tersebut memberikan manfaat besar bagi
pemerintah. Dengan adanya undang-undang tersebut memberikan kemandirian
terhadap masing-masing daerah untuk mengelola dan mengembangkan potensi
yang ada sehingga menumbuhkan keserataan. Bukan hanya itu, pemerintah daerah
juga dapat memanfaatkan hasil alam dengan baik, bagaiman pemerintah daerah
bekerja dengan baik akan kebijakan pembangunan semakin terlihat hasilnya. Hal
ini dikarenakan pemerintah daerah yang lebih tau kelebihan daerahnya.
Kondisi diatas sama halnya sangat tercermin dengan adanya desa wisata
kebun Teh Gunung Gambir Kecamatan Sumberbaru. Dimana campur tangan
pihak atasan dengan menjalin kerjasama dengan pihak lain menjadikan kebun teh
sebagai objek wisata yang indah nan mempesona mata dunia. Kebun teh yang
berdiri sejak zaman belanda lebih tepatnya pada tahun 1918 memiliki daya tarik
yang cantik dan terawat hingga sampai saat ini, bahkan dengan adanya kebijakan
pemerintah kebun teh ini dipercantik kembali dengan adanya spot foto yang unik.
Pengunjung bukan hanya disuguhkan dengan berbagai spot foto yang unik dan
kreatif, namun juga disuguhkan dengan keasrian kebun teh yang selalu terawat
dengan baik baik segi kebersihan maupun perawatan tanaman teh itu sendiri
(Karanganyar, 2015).
Wisata kebun teh ini memberikan pesona mata yang sepektakuler, dimana
setiap wisatawan akan terhipnotis dengan adanya hamparan hijau yang luas, yang
memberikan efek sejuk dihati maupun fikiran. Spot foto yang banyak dijadikan
minat wisatawan yaitu jembatan kayu unstagenik. Yang mana jembatan ini berada
diatas hamparan kebun teh yang menghijau. Bukan hanya itu ketika berfoto
menggunakan kamera pengunjung disuguhkan dengan hasil yang kekinian
dikancah remaja.
Bukan hanya jembatan diatas hamparan hijau, namun ada juga spot seperti
gubuk, gazebo yang berbagai macam bentuk, bintang dengan latar belakang
hamparan kebun teh, juga jembatan payung yang menambah warna wisata ini.
Dengan tarif masuk yang terjangkau yakni cukup membayar 10.000 wisatawan
disuguhkan dengan pesona alam yang menawan. Di lokasi ini juga dilengkapi
fasilitas seru yang bisa digunakan oleh pengunjung diantaranya camping ground
bagi pencinta alam, jogging track, tea walking, lapangan tenis, gedung olahraga
badminton, penginapan, kolam renang, mushola, gedung pertemuan, villa, dan
fasilitas lainnya yang bisa ditemukan dengan mudah di lokasi wisata tersebut.
Tempat ini sangat cocok untuk dijadikan tempat berlibur baik dengan
keluarga, teman dekat, kerabat, sahabat, atau bagi pengunjung yang ingin memadu
kasih dersama pasangan. Pemandangan alam hijau tanaman daun teh yang tertata
rapi, bak savana yang menutupi lereng bukit gunung gambir merupakan point
tersendiri yang menyambut wisatawan yang datang. Udara yang sejuk dan bebas
polusi menghipnotis pengunjung merasakan rileksasi dan nyaman sehingga betah
untuk berlama-lama dilokasi ini. Bukan hanya itu pengunjung juga ditawarkan
proses pemetikan pucuk teh secara langsung, proses pengeringan, pengepakan,
bahkan pengunjung juga dapat mencicipi produk teh dari gunung Gambir.

4.2 Fasilitas yang tersedia di Kebun Teh Gunung Gambir


Kebun Teh Gunung Gambir merupakan salah satu destinasi wisata di wilayah
selatan Kabupaten Jember tepatnya di Desa Gelang, Kecamatan Sumberbaru.
Sekitar 33 Km dari arah Jember Kota. Wisata ini dikelilingi oleh kebun teh dan
kopi di sepanjang perjalanan. Dengan ketinggian kurang lebih 900 Mdpl membuat
suhu udara di tempat ini semakin siang malah semakin sejuk. Sehingga mampu
membuat wisatawan semakin betah berlama-lama berlibur di Kebun Teh Gunung
Gambir. Seperti skripsi yang ditulis oleh Saehu (2016) menjelaskan bahwa
semakin tinggi tempat, maka pemuaian udara akan semakin besar sehingga
menyebabkan suhu udara di kawasan tersebut semakin sejuk.
Banyak spot-spot foto yang disediakan di tempat wisata ini seperti Jembatan
yang terbuat dari kayu, beberapa pondok atau gazebo, dan kebun teh itu sendiri,
serta masih banyak lagi. Tidak hanya menawarkan Kebun Teh yang terlihat hijau,
subur, dan menyejukkan mata, namun juga ada beberapa destinasi wisata yang
lain. Diantaranya : Air Terjun Gunung Gambir, perkampungan penduduk yang
dicat warna-warni semakin menambah kesan cantik wisata tersebut, bangunan tua
bekas pabrik pengolahan teh, kolam renang dan masih banyak lagi. Menurut Ibu
Puspitasari (narasumber) Tiket masuk ke tempat wisata ini cukup terjangkau yaitu
Rp 2500 untuk biaya Parkir dan Rp 5000 untuk tiket masuk. Narasumber
menambahkan, fasilitas yang disediakan sudah cukup bagus dan layak untuk
dikunjungi dan dinikmati wisatawan. Namun, tidak adanya fasilitas seperti Kamar
Mandi dan Masjid sebagai tempat ibadah menjadi salah satu kekurangan tempat
ini. Akses jalan menuju tempat ini juga masih kurang yaitu tanah pasir dan
sebagian jalan berbatu. Sehingga perlu adanya tindakan langsung berupa
perbaikan akses jalan dan pembangunan beberapa fasilitas (kamar mandi dan
tempat ibadah) dari PT Perkebunan XII selaku pemilik dan pengelola Wisata
Kebun Teh Gunung Gambir ini. Selain tempat wisata, terdapat pula pedagang di
pinggir kebun teh yang menjual aneka ragam makanan dan minuman seperti
Bakso, Mie Ayam, Nasi Pecel, Pop Mie, Es teh, Es milo, dll. Harga yang
ditawarkanpun masih sangat terjangkau di dompet pengunjung itu sendiri.

4.3 Pengaruh Wisata Gunung Gambir Terhadap Perekonomian Masyarakat


Pariwisata merupakan bagian dari budaya masyarakat, yaitu berkaitan dengan
cara penggunaan waktu senggang yang dimilikinya. Pariwisata dapat disorotidari
berbagai macam sudut pandang karena memiliki sifat kompleks. Kompleksitas
yang terkandung dalam pariwisataantara lain pariwisata sebagai pengalaman
manusia, pariwisata sebagai perilaku sosial, pariwisata sebagai sumber daya,
pariwisata sebagai fenomena geografis, pariwisata sebagai bisnis, dan pariwisata
sebagai industry (Smith, 1989). Pariwisata merupakan sumber daya yang penting
bagi daerah yang menjadi tempat tujuan wisata. Pariwisata menjadi sumber
pemasukan uang dari daerah lain dengan sedikit dampak lingkungan. Dengan
adanya pemanfaatan keunikan suatu daerah menjadi wisata tentunya diharapkan
dapat meningkatkan ekonomi dan taraf hidup masyarakat sekitar.

Pariwisata dapat menjadi sumber daya untuk melaksanakan upaya perservasi


berbagai hasil budaya masa lampau. Sebagai sumber daya pariwisata perlu
dikelola dengan tepat supaya pengembangannya tidak malah menjadi sumber
kerusakan atau sumber bencana, adanya geografi pariwisata tentu sangat
bermanfaat dengan adanya ilmu tersebut potensi wisata dalam suatu daerah dapat
menjadi wahana rekreasi, edukasi terlebih lagi dalam bidang ekonomi yang
tentunya ikut serta menjadisumber pendapatan suatu daerah. Pariwisata adalah
salah satu sektor penyumbang pendapatan yang tinggi dengan bermodalkan
keunikan dan fenomena alam yang tentunya dipadukan dengan kreatifitas manusia
dengan harapan dapat menjadi daya tarik wisatawan dan tentunya memberikan
peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Pariwisata merupakan lahan dan
sumber pendapatan yang sangat potensial, tetapi pengelolaannya harus tepat dan
baik karena sangat rentan terhadap segala perubahan sosial-politik yang terjadi di
masyarakat dan dunia, khususnya untuk pariwisata internasional.

Penelitian pariwisata memiliki peran penting untuk mengatasi masalah seperti


ini. Selain itu dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan efiesiensi bisnis,
mengurangi risiko, mengefektifan upaya pemasaran, dan meningkatkan kinerja
perusahaan.. sebagai sebuah industri, pariwisata mempunyai sifat yang khas, tidak
hanya melibatkan banyak industry, yakni transportasi, akomodasi, jasa boga,
atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap menyerap tenaga kerja pada akhirnya juga
memiliki implikasi politis yang besar. Dalam pengembangan pariwisata, sangat
diperlukan sebuah kebijakan untuk dapat meminimalisi dampak negative yang
sering timbul. Wisata kebun teh Gunung Gambir adalah agrowisata dengan
beragam keindahan yang ditawarkan. Wisata kebun teh ini berada di Desa Gelang,
Kecamatan Sumber Baru, Kabupaten Jember. Berada di 900 mdpl, dan jaraknya
kurang lebih 48 Km dari pusat kota. Pengelolaan wisata ini tergolong cukup baik
untuk kapasitas wisata yang baru dibuka sekitar satu tahun. Wisata kebun teh ini
adalah milik sebuah Perusahaan Terbuka yang mengelola hasil perkebunan teh.
Dulunya mereka mengolah sendiri hasil perkebunan namun karena sempat
bangkrut dan berhenti beroperasi akhirnya pabrik the ditutup hingga saat ini
sedangkan hasil panen daun the dikirim ke kecamatan Kertowono Lumajang
untuk selanjutanya diproses menjadi produk the seduh.

Adanya wisata cukup ini berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat,


meskipun mayoritas masyarakat disekitar Gunung Gambir bermatapencaharian
sebagai petani kopi dibandingkan petani teh petani kopi lebih banyak. Tenaga
kerja Perkebunan Teh gambir terdiri dari dua bagian yaitu tenaga kerja tetap dan
tenaga kerja lepas atau musiman, Tenaga kerja di perkebunan ini terdiri dari
kalangan masyarakat desa Gelang dan juga penduduk dari daerah desa sebelah.
Meskipun begitu jumlah warga yang bekerja sebagai petani teh tetap tergolong
banyak, dengan upah sekitar 3juta setiap bulannya, selain memetik teh mereka
juga membersihkan lumut-lumut pada batang, lumut dan daun yang rontok dan
kering ini berguna sebagai kompos alami, karena itu meskipun musim kemarau
mereka tetap dapat memanen daun teh meskipun hasilnya tidak sebanyak saat
musim kemarau, pada saat musim kemarau mereka hanya dapat memanen dalam
jarak wartu paling cepat satu minngu sampai 2/3 minggu. Disepanjang jalan
pulang pengunjung dapat menemukan kebun kopi dengan jumlah lebih banyak
dibandingkan the tapi meskipun banyak ditanami kopi dan teh penamaan Gunung
ini tidak diambil dari keduanya melainkan dari pohon gambir yang sebelumnya
telah banyak ditemukan.

Jumlah produksi teh setiap tahunnya bisa naik turun tergantung banyaknya
pemetikan daun teh yang dipanen. Banyak sedikitnya daun teh berkaitan erat
dengan proses peeliharaan tanaman teh. Selain itu tergantung pada iklim dan
cuaca yang juga mempengaruhi banyak sedikitnya daun teh yang dipanen setiap
harinya. Keberadaan Perkebunan Teh Gambir memberi dampak pada kehidupan
masyarakat sekitar perkebunan yang paling jelas terlihat adalah terserapnya tenaga
kerja perkebunan dari warga Desa Gelang sekitar perkebunan. Secara umum di
Perkebunan Teh Gunung Gambir memperlihatkan adanya beberapa variasi,
tergantung dimana kehidupan itu berada. Demikian pula didalam perkebunan ini
terdapat variasi keadaan sosial-ekonomi penghuninya, tergantung pada status
pekerjaanya. Dalam masing-masing status pekerjaannya akan berpengaruh pada
status upah dan akan membawa konsekuensi terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat sekitar Perkebunan Teh Gambir Desa Gelang Kecamatan Sumber
Baru Kabupaten Jember.

Peluang sector pariwisata di kebunteh gambir cukup prospektif, Karena selain


merupakan salah satu penghasil pertumbuhan ekonomi pariwisata, sector
pariwisata diharapkan dapat bepeluang untuk menjadi pendorong pertumbuhan
sector pengembangan lainnya, seperti sector perkebunan, pertanian, perdagangan,
perindustrian dan lain-lain. Salah satu unsur dari sector pertanian yang saat ini
belum tergarap secara optimal adalah agrowiasa (agrotourism). Seharusnya
potensi agrowisata tersebut bukan hanya ditunjukkan dari keindahan alam
pertanian dan produksi di sector pertanian yang cukup berkembang hal ini dapat
dikolaborasikan dengan bidang jasa yaitu dengan menawarkan pembelajran
mengenai perkebunan teh kepada pengunjung, dengan begitu wisata kebun teh
Gunung Gambir ini tidak hanya sebagai wisata yang menawarkan pemandangan
namun juga sebagai agrowisata yang edukatif.

Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan,


pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi
pangan, holtikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan. Disamping itu
termasuk dalam agrowisata adalah perhutanan dan sumber daya pertanian
(Satrayuda, 2010). Di wisata kebun the Gunung Gambir ini ikut serta dalam
pemberdayaan masyarakat yang bermaksud mengikut sertakan peran dan aspirasi
masyarakat pedesaan selaras dengan pendayagunaan potensi sumber daya alam
dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Di wisata kebun teh Gunung Gambir
ini masyarakat juga memanfaatkan peluang dalam bidang jasa boga, pengunjung
dapat menemukan warung-warung berjejer di seberang jalan kebun teh yang
menyediakan berbagai menu makanan dan minuman, seperti bakso, mie ayam,
pecel, es teh dll. Hal ini tentu menunjukkan dampak positif dengan terbukanya
lapangan pekerjaan baru. Selain itu disepanjang jalan menuju tempat wisata kita
dapat dengan mudah menemukan penjual bensin ecer. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya wisata ini cukup berpengaruh terhadap
perekonomian masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

Hanas, I. dan N. Sasmita. 2012. MENGEMBANGKAN pariwisata membangun


kota : kota batu , 2001-2012 ( the effort in tourism developing to build
the city : batu city , 2001-2012 ). 2012
Hasanah, H. 2016. Teknik-Teknik Observasi. J. At-Taqaddum. 8 (1), 21-46

Hiskiawan, P. 2016. Agreofisika Metode Self Potential Guna Evaluasi Lahan


Perkebunan Tebu. J. Fisika. 2 (1), 36-47.

Indarti, D. 2015. Outlook Teh. Sekretariat Jenderal Kementeriaan Pertanian Pusat


Data dan Sistem Informasi Pertanian. Dari
http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/. Diakses 1 September 2016

Mahardika, R. 2014. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Certainty of


response index (CRI) Dan Wawancara Diagnosis Pada Konsep Sel.
Skripsi.

Noor, D. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta : CV Budi Utama

Octaviana, V., Suryadana, M.L,. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. CV


Alfabeta. Bandung.

Puspitasari, L. & Suratman. 2018. Evaluasi Kesehatan Tanah Untuk Mendukung


Pertanian Berkelanjutan di Perkebunan Teh Tritis, Kulon Progo. J.
Bumi Manusia. 7 (4).

Rahma, F. N. dan H. R. Handayani. 2013. OBYEK wisata dan pendapatan


perkapita terhadap. 2:1–9.
Spradley, P. J. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wasscana

Susyanti, D. W., N. Latianingsih, dan P. N. Jakarta. 2014. Potensi desa melalui


pariwisata pedesaan. 11(1):65–70.
Tawan, IG. 2013. Karakteristik Kawasan Karst di Pulau Nusa Penida Kecamatan
Nusa Penida Kabupaten Klungkung (Kajian Geomorfologi). J.
Pendidikan Geografi. 23-29

Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta. Cv Andiofset.

Wibowo, Y. 2009. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Tanaman Teh


di Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Skripsi

Karanganyar, D. I. K. 2015. Pengembangan agrowisata berbasis masyarakat di


kabupaten karanganyar 1). 30(2):48–55.
Susyanti, D. W., N. Latianingsih, dan P. N. Jakarta. 2014. Potensi desa melalui
pariwisata pedesaan. 11(1):65–70.
Saehu, A. 2016. Studi Perbandingan Kecepatan Denyut Nadi Pada Orang Yang
Tinggal Di Daerah Pantai Dan Daerah Pegunungan. Skripsi.

A, J. Muljadi. 2009. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada. 49 Jurnal Spasial
Bakaruddin, 2008. Perkembangan dan Permasalahan Kepariwisataan. Padang:
UNP Pres.
Gumelar s. Sastrayuda, 2010. Leisure, strategi pengembangan dan pengelolaan
resort and leisure
Padmo, Soegijanto, dkk. 2005. Jawa Abad XX Perkebunan dan Dinamika
Pedesaan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
PTPN XII Perkebunan Blawan. 2010. Selayang pandang Kebun Teh Wonosari
Tahun 1996- 2010. Malang: Kebun Teh Wonosari.
Rahardjo Mudjia. 2007. Sosiologi Pedesaan: Studi Perubahan Sosial. Malang:
UINMalang Press

Anda mungkin juga menyukai