Anda di halaman 1dari 22

PERAN GUBERNUR SEWAKA PADA MASA PERPINDAHAN

IBUKOTA JAWA BARAT BANDUNG KE LEBAKSIUH DESA


CIPICUNG KECAMATAN CULAMEGA KABUPATEN TASIKMALAYA
TAHUN 1947-1948

Proposal Penelitian
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti
Seminar Proposal Penelitian

Oleh
ISMA RAMADHANTI
172171005

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2020

i
PERAN GUBERNUR SEWAKA PADA MASA PERPINDAHAN IBU
KOTA JAWA BARAT BANDUNG KE LEBAKSIUH DESA CIPICUNG
KECAMATAN CULAMEGA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN
1947-1948

ISMA RAMADHANTI
172171005

Disetujui oleh,

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Alex Anis Ahmad, Drs., M.Pd. Oka Agus Kurniawan Shavab, M.Pd
NIDN. 0425105801 NIDN. 0005088704

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat
rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, tak
lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan mudah-mudahan sampai
kepada kita sebagai umatnya.
Proposal penelitian ini berjudul “PERAN GUBERNUR
SEWAKA PADA MASA PERPINDAHAN IBU KOTA JAWA BARAT
BANDUNG KE LEBAKSIUH DESA CIPICUNG KECAMATAN
CULAMEGA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 1947-1948” Proposal
penelitian ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat mengikuti seminar
penelitian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitian
ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi isi, tata bahasa maaupun
penulisannya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, serta keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis. Maka dari itu penulis sangat
terbuka apabila terdapat saran dan kritikan yang sifatnya membangun.

Tasikmalaya, 22 Februari 2021


Penyusun,

ISMA RAMADHANTI
172171005

DAFTAR ISI
SAMPUL DAN HALAMAN JUDUL...............................................................i

iii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
JUDUL................................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
2. Rumusan Masalah....................................................................................3
3. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian...........................................................4
5. Tinjauan Teoritis......................................................................................5
5.1 Kajian Teoritis..................................................................................5
5.2 Kajian Pustaka..................................................................................7
5.3 Hasil Penelitian yang Relevan..........................................................8
5.4 Kerangka Konseptual.......................................................................11
6. Metode Penelitian Sejarah.......................................................................12
6.1 Heuristik...........................................................................................12
6.2 Kritik Sumber...................................................................................14
6.3 Interpretasi........................................................................................14
6.4 Historiografi.....................................................................................15
7. Sistematika Pembahasan..........................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................17

iv
PERAN GUBERNUR SEWAKA PADA MASA PERPINDAHAN IBUKOTA
JAWA BARAT BANDUNG KE LEBAKSIUH DESA CIPICUNG
KECAMATAN CULAMEGA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN
1947-1948
1. Latar Belakang Masalah
Tahun 1945, setelah proklamasi kemerdekaan muncul badan-badan
perjuangan yang dibentuk oleh para pemuda dan tokoh-tokoh penggerak di
Jawa Barat dengan tujuan untuk mempertahankan kemerdekaan. Badan-badan
perjuangan ini kemudian tergabung dalam Majelis Persatuan Pertahanan
Priangan (MPPP) yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Sutoko. 1 Dalam usaha
untuk menguasai kembali Indonesia, pihak Belanda melancarkan Agresi
Militer 1 yang dilancarkan pada tanggal 21 Juli 1947. Belanda mengabaikan
anjuran Dewan Keamanan PBB untuk berhenti mendatangkan kesatuan-
kesatuannya dan berhenti untuk menyerang. Belanda terus melakukan
serangan tembak-menembaknya dan berusaha untuk menduduki daerah-
daerah Republik Indonesia.2 Karena adanya agresi militer yang dilakukan oleh
Belanda pada tahun 1947 wilayah pertahanan atau disebut dengan Wehrkreise
III dibentuk oleh badan-badan perjuangan di Jawa Barat.3
Mulai adanya peningkatan jumlah tentara Belanda di Jawa Barat
diantaranya di daerah Serpong, Sukabumi dan Bandung Timur.4 Meskipun
telah ditandatanganinya perjanjian linggarjati, Jenderal Spoor untuk
menguasai daerah yang kaya hasil bumi telah mengerahkan 2 divisi tentaranya
pada tanggal 21 Juli 1947. Masih di tanggal 21 Juli pada malam harinya,
seluruh pertahanan yang berdekatan dengan garis demarkasi diserbu oleh
tentara-tentara Belanda dengan tentaranya yang berlapiskan baja sehingga
dalam waktu dua hari Belanda sudah mencapai Cirebon.5 Pertama-tama

1
Alex Anis Ahmad. Pembentukan Wilayah Pertahanan Priangan Timur dan Perpindahan Ibu
Kota Provinsi Jawa Barat ke Lebaksiuh Tahun 1947-1948. (JASMERAH: Jurnal Of Education
and Historical Studies, Tasikmalaya, Universitas Siliwangi, 2019). Hlm, 16
2
Nugroho Notosusanto. Markas Besar Komando Djawa. Departemen Pertahanan Keamanan Pusat
Sejarah ABRI, 1973, hlm. 1
3
Op.cit, Hlm, 15
4
Dinas Sejarah. Siliwangi dari Masa ke Masa. Angkasa, 1979, hlm 89.
5
Sedjarah Militer Kodam VI. Siliwangi dari Masa ke Masa. Fakta Mahjuma,1968, hlm 198

1
menyerang kota Cirebon kemudian diteruskan ke arah selatan (Tasikmalaya)
dan bergabung dengan gerakan Belanda lain yang datang dari Bandung. Putra-
putra Siliwangi yang terkejut akan gerakan Belanda tersebut segera mundur ke
desa-desa atau pegunungan untuk mengatur kembali pertahanan.6
Pada saat itu Jawa Barat dipimpin oleh R.T.A Sewaka yang
diangkat sebagai Gubernur pada tanggal 1 April 1947. Secara bersamaan di
Jawa Barat pada saat itu oleh Pemerintahan Belanda sedang ditegakkan
Negara Pasundan.7 Belanda terus berusaha mengajak tokoh-tokoh Sunda
untuk ikut membangun Negara Pasundan. Pihak Belanda bahkan memberikan
surat-surat bujukan kepada Gubernur Sewaka. Pihak Belanda di Tasikmalaya
juga memberikan surat bujukan untuk bekerja dengan Belanda kepada Bupati
dan Kepala Polisi Tasikmalaya, namun karena kesetiaannya kedua tokoh
tersebut mengabaikan surat bujukan dari Belanda itu.8 Untuk menghindari
serangan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda dan upaya untuk
mengamankan serta menyelamatkan kedudukan Jawa Barat, Gubernur Sewaka
bersama Letnan Sutoko memindahkan kedudukan Ibu Kota Jawa Barat mulai
dari Padayungan, Tasikmalaya, hingga Lebaksiuh.9
Dipilihnya Tasikmalaya menjadi pusat pemerintahan Jawa Barat,
membuat Belanda melancarkan agresi militernya sebagaimana tujuannya
dalam menguasai seluruh wilayah Jawa Barat.10Dalam upaya untuk
mengamankan serta menyelamatkan pemerintahan Jawa Barat Gubernur
Sewaka akhirnya membuka kantor darurat di Lebaksiuh. Selain karena
letaknya yang berada ditengah hutan belantara, dipilihnya Lebaksiuh menjadi
pusat pemerintahan Jawa Barat agar Gubernur Sewaka dapat meyakinkan
bahwa pemerintahan ibu kota Jawa Barat masih berjalan dan dapat
6
Yusni Y.Bahar, dkk. MERDEKA atau MATI. Ikhwan, 1996, hlm. 75
7
Susanto Zuhdi. Antara Sewaka dan Soeria Kartalegawa: Dinamika Politik Pemerintahan di
Jawa Barat pada Masa Revolusi Indonesia. (HISTORIA: Jurnal Pendidikan Sejarah, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2003)
8
A.H Nasution. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Perang Gerilya Semesta I. DISJARAH-
AD, 1994, Hlm, 129
9
Alex Anis Ahmad. Pembentukan Wilayah Pertahanan Priangan Timur dan Perpindahan Ibu
Kota Provinsi Jawa Barat ke Lebaksiuh Tahun 1947-1948. (JASMERAH: Jurnal Of Education
and Historical Studies, Tasikmalaya, Universitas Siliwangi, 2019). Hlm, 15
10
Ibid, Hlm, 17

2
memberikan intruksi kepada para residen dan bupati agar tetap menjalankan
tugasnya dengan berusaha untuk menghindari penangkapan Belanda.11 Adanya
blokade yang dilakukan oleh Belanda membuat komunikasi antara
pemerintahan daerah Jawa Barat dan pusat pemerintahan yang berada di
Yogyakarta pada saat itu mengalami kendala sehingga setiap keputusan
pemerintahan daerah sepenuhnya diambil alih oleh Gubernur Sewaka dan
komandan Werhkreise III Letnan Kolonel Sutoko.12
Berdasarkan latarbelakang di atas, penelitian ini merupakan upaya
untuk mengangkat peran Gubernur Sewaka dalam perpindahan ibu kota Jawa
barat ke Lebaksiuh. Penelitian ini ditulis dengan judul “PERAN
GUBERNUR SEWAKA PADA MASA PERPINDAHAN IBU KOTA
JAWA BARAT BANDUNG KE LEBAKSIUH DESA CIPICUNG
KECAMATAN CULAMEGA KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN
1947-1948”.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Peran Gubernur Sewaka pada masa perpindahan Ibu Kota
Jawa Barat Bandung ke Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan Culamega
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1947-1948. Berdasarkan rumusan masalah
tersebut muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Apa yang melatarbelakangi perpindahan Ibu Kota Jawa Barat Bandung ke
Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 1947-1948?
b. Bagaimana proses perpindahan Ibu Kota Jawa Barat Bandung ke
Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 1947-1948?

11
Alex Anis Ahmad. Pembentukan Wilayah Pertahanan Priangan Timur dan Perpindahan Ibu
Kota Provinsi Jawa Barat ke Lebaksiuh Tahun 1947-1948. (JASMERAH: Jurnal Of Education
and Historical Studies, Tasikmalaya, Universitas Siliwangi, 2019). Hlm, 15
12
Ibid, Hlm, 20

3
c. Bagaimana peran Gubernur Sewaka pada masa perpindahan Ibu Kota Jawa
Barat Bandung ke Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan Culamega
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1947-1948?

3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi perpindahan Ibu Kota Jawa
Barat Bandung ke Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan Culamega
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1947-1948.
b. Untuk mengetahui proses perpindahan Ibu Kota Jawa Barat Bandung ke
Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya
Tahun 1947-1948.
c. Untuk mengetahui peran Gubernur Sewaka pada masa perpindahan Ibu
Kota Jawa Barat Bandung ke Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan
Culamega Kabupaten Tasikmalaya Tahun 1947-1948.

4. Mamfaat dan Kegunaan Penelitian


a. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu sejarah. Penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi suatu landasan bagi peneliti selanjutanya
khususnya penelitian mengenai peran Gubernur Sewaka pada masa
perpindahan Ibu Kota Jawa Barat Bandung ke Lebaksiuh Desa Cipicung
Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya tahun 1947-1948.
Selain kegunaan di atas, hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran sejarah, khususnya bagi masyarakat Tasikmalaya
agar dapat mengetahui bahwa dulu Tasikmalaya sangat berperan dalam
mengamankan kedudukan Ibu kota Jawa Barat sehingga akan menambah
rasa cinta terhadap tanah air dan daerah kelahirannya.
b. Kegunaan Praktis

4
1. Bagi penulis sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai peran Gubernur Sewaka pada masa
perpindahan Ibu Kota Jawa Barat Bandung ke Lebaksiuh Desa
Cipicung Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya tahun 1947-
1948.
2. Bagi pembaca penelitian diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan bahkan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan
mengenai peran Gubernur Sewaka pada masa perpindahan Ibu Kota
Jawa Barat Bandung ke Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan
Culamega Kabupaten Tasikmalaya tahun 1947-1948.
3. Bagi Masyarakat penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
peran Gubernur Sewaka pada masa perpindahan Ibu Kota Jawa Barat
Bandung ke Lebaksiuh Desa Cipicung Kecamatan Culamega
Kabupaten Tasikmalaya tahun 1947-1948.

5. Tinjauan Teoritis
5.1 Kajian Teoritis
Teori adalah penalaran yang terdiri dari seperangkat konsep,
definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis serta memiliki tiga
fungsi yaitu menjelaskan, meramalkan, dan pengendalian suatu gejala.
Apabila dalam mengatasi masalah teori tersebut sudah tidak relevan lagi,
maka teori tersebut akan mengalami suatu perkembangan.13
Beberapa teori yang berhubungan dengan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
5.1.1 Teori Peran
Peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pemain atau perangkat tingkah yang dimiliki oleh seseorang dalam
masyarakat. Dalam kehidupan sosial yang nyata, untuk menduduki
suatu posisi sosial dalam masyarakat berarti harus membawa suatu
peran dengan memperhatikan hal-hal berupa norma sosial, tuntutan

13
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. ALFABETA, 2017, hlm 54

5
sosial dan kaidah-kaidah14. Peran yang akan diambilnya akan
menjadi pembeda antara setiap individu dalam hal siapa dan apa
yang harus dilakukannya. Seseorang akan mengambil peran sesuai
dengan lingkungan disekitarnya, misalnya lingkungan kerja atau
masyarakat.
Dengan demikian dapat diambil bahwa defini peran yaitu
suatu perangkat yang membatasi perilaku apa yang harus dilakukan
untuk bagaimana membawakan diri dalam menduduki suatu posisi.
Keterkaitan antara teori peran dengan topik yang penulis angkat
adalah Gubernur Sewaka memiliki peran penting pada masa
pemindahan Ibu Kota Jawa Barat ke Lebaksiuh Tasikmalaya. Pada
saat itu Sewaka menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
5.2.1 Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari kata “Pemimpin” yang berarti
orang yang memimpin. Menurut Fairchild, pemimpin merupakan
seorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia
memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang
lain untuk melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran
tertentu (Kartono, 2005:51). Definisi lain mengenai pemimpin
dikemukakan oleh Kouzes (1995: 17), pemimpin merupakan
seorang yang bersedia menjadi pionir dan penuntun dalam
melaksanakan tugas serta fungsinya dengan berpegang pada visi
yang jelas.15 Selama ini pengelompokkan hasil studi tentang
kepemimpinan telah dirintis oleh beberapa ahli. Salah satunya
adalah Mar’at yang secara relative mengelompokkan dari seluruh
aliran berfikir dalam studi kepemimpinan, yaitu: kepemimpinan
sebagai seni mempengaruhi orang lain, kepemimpinan sebagai
bentuk persuasi, kepemimpinan sebagai inisiasi struktur,

14
Edy Suhardono. Teori Peran: Konsep, Derivasi dan Implikasi. PT Gramedia Pustaka Ulama,
1994, hlm. 7
15
Rendi Adiwilaga. Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia (Teori dan Prakteknya).
DEEPUBLISH: Yogyakarta, 2018, hlm. 10

6
kepemimpinan sebagai pembeda peran, kepemimpinan sebagai
tindakan atau tingkah laku, kepemimpinan sebagai penggunaan
pengaruh, kepemimpinan sebagai fokus proses dalam kelompok,
kepemimpinan sebagai kepribadian dan akibatnya, kepemimpinan
sebagai hubungan kekuasaan, kepemimpinan sebagai alat pencapai
tujuan, dan kepemimpinan sebagai akibat dari interaksi. 16
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah peran seseorang yag bersedia menjadi
pemimpin atau penuntun dalam segala tugas dan fungsinya dengan
kewibawaan dan kekuasaan untuk mempengaruhi suatu organisasi
agar bergerak untuk mencapai sasaran tertentu. Paradigma
kepemimpinan seseorang terbentuk karena beberapa faktor yang
pertama bakat alami yang ada sejak lahir, kedua kepemimpinan
dari pendidikan dan pelatihan yang intensif, terarah, dan
berkelanjutan, dan ketiga kepemimpinan yang didapat dari
pengalaman secara langsung pada saat menduduki posisi sebagai
peran pemimpin.17
Keterkaitan antara teori kepemimpinan dengan topik
penelitian penulis adalah Gubernur Sewaka sebagai seorang
pemimpin berperan penting dalam pemindahan ibukota Jawa Barat
untuk bisa menjadi penuntun atau penggerak pada masa itu.

5.2 Kajian Pustaka


Tulisan mengenai peran Gubernur Sewaka secara khusus belum
banyak ditemukan. Namun ada beberapa tulisan yang berkaitan,
diantaranya: Pertama, tulisan Sewaka yang berjudul Djorat-Djaret dari
Djaman ke Djaman, buku yang didalamnya merupakan autobiografi yang
secara langsung dibuat oleh Sewaka sendiri. Didalam buku tersebut
Sewaka membahas tentang dirinya sendiri dari awal menjadi camat hingga
16
Berliana Kartakusumah. Pemimpin Adiluhung:Genealogi Kepemimpinan Kontemporer. Teraju:
Jakarta, 2006, hlm. 26-27
17
Ibid, hlm. 29

7
menjadi seorang Gubernr Jawa Barat yang harus mengendalikan roda
pemerintahan secara sembunyi-sembunyi di Lebaksiuh.
Buku kedua, buku yang berjudul Antara Lebaksiuh dan Cisurupan
(Mengenang Sewaka Jawa Barat di Pengungsian) hasil tulisan dari Agung
Ilham Setiadi dan Ibnu Hijar Apandi diterbitkan oleh Richard Hanafi
Pustaka. Buku ini membahas mengenai kondisi Lebaksiuh dan Cisurupan
pada saat Gubernur Sewaka berada disana.

5.3 Hasil Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan adalah penelitian yang telah dibuat
sebelumnya dan memiliki keterkaitan dengan judul, topik atau tema
dengan penelitian yang akan diteliti. Dengan mengetahui adanya penelitian
yang relevan diharapkan dapat menghidari suatu pengulangan penelitian
dengan permasalahan yang sama. Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti
melakukan pencarian dan menemukan beberapa hasil penelitian yang
berkaitan dengan judul dan topik penelitian.
Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh
Dedi Irmawan dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung, penelitian ini diterbitkan sebagai skripsi dengan judul “Peran
Letnan Kolonel Sutoko pada Masa Wehrkreise di Lebaksiuh-Awilega
Tasikmalaya Tahun 1947-1948”.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keadaan
Tasikmalaya pada saat terjadi Agresi Militer dan peran Letnan Kolonel
Sutoko dalam werhkreise III di Lebaksiuh-Awilega Tasikmalaya Tahun
1947-1948. Hasil dari penelitian ini adalah Letnan Kolonel Sutoko
memiliki dua peran dalam Werhkreise III yakni, menjalankan
pemerintahan sipil Jawa Barat bersama dengan Sewaka di Lebaksiuh agar
membuktikan bahwa Jawa Barat sebagai Pemerintahan Republik
Indonesia masih dapat bertahan diwilayah yang telah dikuasai oleh
Belanda. Selain itu, Letnan Kolonel Sutoko berperan sebagai koordinasi
laskar-laskar Jawa Barat yang tidak ikut hijrah ke Yogyakarta.

8
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dedi Irmawan, penelitian yang dilakukan
penulis fokus pada peran Gubernur Sewaka pada masa perpindahan
ibukota Jawa Barat dari Bandung ke Lebaksiuh Tasikmalaya. Sedangkan
dalam penelitian Dedi Irmawan fokus pada peran Letnan Kolonel Sutoko
dalam werhkreise III di Lebaksiuh-Awilega Tasikmalaya. Maka kedua
penelitian ini sangat berbeda dalam segi tokoh yang diambil.
Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Alex
Anis Ahmad dari Universitas Siliwangi yang diterbitkan sebagai Journal
of Education and Historical Studies Vol. 1, No. 2, 2019:14-22 yang
berjudul Pembentukan Wilayah Pertahanan Priangan Timur dan
Perpindahan Ibukota Provinsi Jawa Barat ke Lebaksiuh Tahun 1947-1948.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana proses
pembentukan werhkreise III sebagai wilayah pertahanan Priangan Timur
dan pemindahan pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat ke Lebaksiuh
pada tahun 1947-1948. Hasil dari penelitian ini adalah werhkreise III yang
dibentuk pada tahun 1947 merupakan kantong-kantong pertahanan yang
didalamnya beranggotakan badan-badan perjuangan di Jawa Barat. Tujuan
dibentuknya werhkreise III ini bertujuan untuk menghadapai militer
Belanda yang begitu gencar melakukan serangannya di Jawa Barat.
Kantong-kantong pertahanan tersebut berada dalam satu komando serta
melakukan serangan gerilya terhadap pasukan Belanda secara mandiri.
Dalam penelitian ini juga menjelaskan bahwa pada awalnya pemerintahan
Jawa Barat dan pusat komando werhkreise berada di Tasikmalaya, namun
kemudian dipindahkan ke Lebaksiuh karena adanya serangan militer dari
Belanda.
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian
yang dilakukan oleh Alex Anis Ahmad yaitu, penelitian yang dilakukan
oleh penulis hanya berfokus pada peran dari Gubernur Sewaka pada masa
perpindahan pusat pemerintahan Jawa Barat ke Lebaksiuh. Sedangkan
penelitian yahg dilakukan oleh Alex Anis Ahmad berfokus pada

9
pembentukan werhkreise III dan proses perpindahan pusat pemerintahan
Jawa Barat di Tasikmalaya.
Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh
Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan yang diterbitkan
sebagai Jurnal FACTUM Vol.8 No.1, April 2019 yang berjudul Raden
Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra Sebagai Bupati Bandung (1945-
1947).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana R.T.E
Sooeriapoetra sebagai Bupati Bandung dalam menjalankan roda
pemerintahannya ditengah situasi politik yang semakin memanas dan
bagaimana beliau menjalankan perannya sebagai bupati dimana dalam
proses pemerintahannya harus berpindah-pindah karena terus diserang
oleh pihak Belanda. Hasil dari penelitian ini adalah pada saat
pengangkatan R.T.E Soeriapoetra menjadi Bupati tidak terdapat kendala
apapun karena pengalamanna dalam urusan pemerintahan sipil. Beliau
menjabat sebagai bupati di tahun 1945-1947 disaat Indonesia baru
merdeka. Selain itu, banyaknya serangan-serangan yang dilancarkan oleh
Belanda memaksa pemerintahan daerah harus berpindah-pindah agar
pemerintahan masih dapat dijalankan. Ditahun 1947, R.T.E Soeriapoetra
ditahan oleh Belanda dan ditawari untuk menjadi Bupati dibawah
pemerintahan Negara Pasundan namun Soeriapoetra menolak.
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis dan yang dilakukan
oleh Kharista Setyo Nur Utami dan Wawan Darmawan, yaitu penelitian
yang dilakukan penulis adalah mengenai peran Gubernur Sewaka pada
masa perpindahan pusat pemerintahan Jawa Barat ke Lebaksiuh yang
didalamnya berisi mengenai Profil Sewaka, kondisi Tasikmalaya serta
proses perpindahan pusat pemerintahan ibukota Jawa Barat tahun 1947-
1948. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kharista Setyo
Nur Utami dan Wawan Darmawan berfokus pada peranan Raden
Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra pada saat menjabat sebagai Bupati

10
Bandung tahun 1945-1947, dimana pada saat itu situasi di Jawa Barat
khususnya di Bandung berada dalam situasi genting.

5.4 Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual adalah hubungan antara konsep yang satu
dengan konsep yang lain untuk memberikan petunjuk kepada peneliti
dalam merumuskan masalah penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka dapat digambarkan kerangka konseptual dari penelitian ini sebagai
berikut:

Situasi Bandung sebagai Ibu


Kota Jawa Barat terancam
pasca karena Agresi Militer I
Belanda

Perpindahan Ibu Peran Gubernur


Kota jawa Barat ke Sewaka dalam Metode
Tasikmalaya tahun perpindahan Ibu Historis
1947-1948 Kota Jawa Barat

Hasil
Landasan Teori
Penelitian
a. Peran
b. Kepemimpinan

Kesimpulan
dan Saran

Situasi Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat terancam pasca


Agresi Militer 1 yang dilakukan oleh Belanda. Situasi genting tersebut
mengharuskan pemerintahan pusat ibu kota harus dipindahkan guna
menyelematkan dan mengamankan kedudukan pemerintahan Ibu Kota

11
Jawa Barat. Pada saaat itu Gubernur Jawa Barat diduduki oleh R.T.A
Sewaka dan dibantu oleh Letnan Sutoko memindahkan Ibu Kota jawa
Barat dari Bandung ke Tasikmalaya pada tahun 1947-1948. Untuk
mengetahui peran Gubernur Sewaka peneliti menggunakan teori peran dan
teori kepemimpinan.
Peran Gubernur Sewaka dalam perpindahan Ibu Kota Jawa Barat
adalah dengan memindahkan pusat pemerintahan Ibu Kota Jawa Barat ke
Lebaksiuh Tasikmalaya serta mengupayakan komunikasi tetap berjalan
lancar dengan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah agar
pemerintahan daerah dapat tetap menguasahakan berjalannya roda
pemerintahan.

6. Metode Penelitian Sejarah


Garraghan (1957: 33) mendefinisikan metode penelitian sejarah
sebagai suatu kumpulan yang sistematis dari prinsip-prinsip dan aturan-aturan
yang dimaksudkan untuk membantu dengan secara efektif dalam
pengumpulan bahan-bahan sumber dari sejarah, dalam menilai atau menguji
sumber-sumber itu secara kritis, dan menyajikan suatu hasil “sinthese” dari
hasil-hasil yang dicapai. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa metode
penelitian sejarah membantu dalam proses pencarian sumber-sumber hingga
menghasilkan fakta sejarah yang kemudian disajikan dalam bentuk tulisan
sejarah.18
Dalam metode penelitian sejarah tedapat empat langkah penelitian
yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.
6.1 Heuristik
Heuristik berasal dari bahasa Yunani yaitu heuriskein yang artinya
“menemukan” atau dari kata eureka yang berati “untuk menemukan.
Dengan begitu heuristis merupakan tahap mencari, menemukan dan
mengumpulkan sumber-sumber melalui berbagai cara untuk mengetahui

Wasino, Endah Sri Hartatik. Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan.
18

MAGNUM Pustaka Utama: Yogyakarta, 2018, hlm. 11-14

12
suatu kejadian atau peristiwa di masa lampau yang berhubungan dengan
penelitian yang sedang dilakukan.19 Sumber-sumber sejarah terbagi
menjadi tiga yakni sumber primer, sumber sekunder, dan sumber tersier.
a. Sumber Primer
Sumber primer yaitu sumber tertulis ataupun lisan dari yang
melihat, mendengar atau terlibat langsung dari sebuah peristiwa
tersebut. Peneliti dapat mewawancarai saksi dari peristiwa tersebut,
namun validitas kebenarannya dapat diragukan, karena mungkin
ingatan dari saksi mata tersebut telah berkurang. Sumber primer
tertulis juga bisa berupa arsip, koran, piagam, naskah, atau benda
tertulis lainnya yang dibuat oleh orang yang ada pada saat peristiwa
tersebut. Adapun sumber primer tidak tertulis seperti patung, candi,
senjata, bangunan dan banyak lagi. 20
Sumber tulisan: Tjorat-Tjaret dari Djaman ke Djaman oleh Sewaka
(1955).
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder yaitu sumber yang ditulis dengan merujuk dari
sumber-sumber primer atau dari sumber sekunder lainnya seperti
jurnal, skripsi, tesis, disertasi atau karya ilmiah yang merujuk dari
sumber primer. Bisa juga apabila penulis mewawancarai orang yang
tidak telibat secara langsung namun orang tersebut mengenal atau
mendapatkan cerita langsung dari tokoh yang terlibat berati orang
tersebut adalah sumber sekunder.21
Sumber lisan: Wawancara dengan Bapak Dedi selaku punduh di kp
Lebaksiuh dan Bapak Hj. Khobir selaku tokoh masyarakat di kp
Lebaksiuh.
Sumber Benda: Tugu Prasasti di Lebaksiuh
Sumber Buku:

19
Anton Dwi Laksono. Apa itu Sejarah: Pengertian, Ruang Lingkup,Metode dan Penelitian.
Derwati Press: Pontianak, 2018, hlm. 94
20
Ibid, hlm. 95-97
21
Ibid, hlm. 98-99

13
1) Antara Lebaksiuh dan Cisurupan (Mengenang Sewaka Jawa
Barat di Pengungsian) oleh Agung Ilham Setiadi
2) Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia oleh A.H Nasution
3) Siliwangi dari Masa ke Masa oleh Dinas Sejarah Kodam
VI/Siliwangi (1979)
6.2 Kritik Sumber
Setelah melalui tahapan Heuristik yakni mengumpulkan sumber-
sumber dilanjutkan dengan tahapan verifikasi atau kritik sumber. Kritik
sumber bertujuan untuk memilih atau memilah sumber mana saja yang
dapat digunakan sebagai bahan penelitian. Seorang peneliti sejarah dalam
penggunaan sumber harus memperhatikan keotentikan atau keaslian
sumber. Dengan demikian seorang peneliti sejarah harus memiliki sikap
kritis terhadap sumber karena mungkin saja sumber tersebut tidak sesuai
dengan fakta atau kebenarannya. Verifikasi atau kritik sumber terdiri dari
kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal yaitu menganalisis isi
dari sumber tersebut, apakah terdapat informasi yang diperlukan
didalamnya. Sedangkan kritik eksternal menganalisi keaslian sumber
tersebut sehingga peneliti sejarah harus dapat menganalisis keakuratan
sumber mulai dari waktu pembuatan, bahan atau materi didalamnya.22
6.3 Interpretasi
Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dengan memberikan
pandangan teoritis tehadap suatu peristiwa kemudian merangkainya
menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dalam mengungkap
suatu peristiwa, para sejarawan harus melewati berbagai tahapan serta
berbagai sumber, baik berupa dokumen kepustakaan, buku, wawancara
sampai berkunjung ke situs-situs sejarah. Terkumpulnya sumber-sumber
tersebut dapat membantu dalam proses interpretasi. Proses interpretasi
harus bersifat selektif, karena itu sebelum melakukan interpretasi harus
terlebih dahulu melalui tahapan kritik sumber. Hal tersebut dikarenakan

Anton Dwi Laksono. Apa itu Sejarah: Pengertian, Ruang Lingkup,Metode dan Penelitian.
22

Derwati Press: Pontianak, 2018, hlm. 106-108

14
sumber yang digunakan harus relevan dengan topik yang ada dan
mendukung kebenaran sejarahnya sehingga tidak memungkinkan semua
fakta dimasukkan ke dalam cerita sejarah.23
Fakta-fakta yang telah melewati proses kritik sumber dapat di
tafsirkan sehingga dapat mendeskripsikan bagaimana peran Gubernur
Sewaka pada masa perpindahan Ibukota Jawa Barat ke Lebaksiuh.
6.4 Historiografi
Historiografi merupakan istilah lain dari penulisan. Dalam
penulisan sejarah sangat dibutuhkan kemahiran atau kecakapan dalam
menyusun dan menyampaikan pikiran melalui interpretasi berdasarkan
pada fakta-fakta hasil penelitian.24
Berdasarkan ruang dan waktu, terdapat tiga bentuk penulisan
sejarah yaitu penulisan sejarah tradional, penulisan sejarah kolonial, dan
penulisan sejarah nasional. Historiografi tradisional merupakan penulisan
peristiwa sejarah yang terjadi pada masa kerajaan hindu-budha maupun
kerajaan islam dengan hasil penulisan berupa naskah serta berada dibawah
pengawasan raja atau penguasa pada saat itu, karenanya penulisan pada
saat itu bukan untuk mengungkapkan kebenara atau fakta sejarah.
Historiografi Kolonial merupakan penulisan peristiwa sejarah pada saat
Nusantara atau Hindia Belanda dijajah oleh bangsa Eropa serta memiliki
tujuan untuk kepentingan bangsa Eropa. Historiografi nasional merupakan
penulisan sejarah yang dilihat dari sisi kepentingan nasional yang pada
umumnya bersifat naratif dengan mengungkapkan fakta-fakta mengenai
apa, siapa, kapan, dan dimana. Dalam penulisan sejarah dibutuhkan ilmu-
ilmu sosial lainnya dan diuraikan secara sistematis.

7. Sistematika Pembahasan

23
Anton Dwi Laksono. Apa itu Sejarah: Pengertian, Ruang Lingkup,Metode dan Penelitian.
Derwati Press: Pontianak, 2018, hlm. 109-110
24
Ibid, hlm.110

15
BAB I PENDAHULUAN, pada BAB I berisi mengenai latar
belakang masalah yang menjadi awal dari penelitian yang akan dibahas pada
bab-bab berikutnya. Kemudian dibuat rumusan masalah untuk mengetahui
bahasan apa saja yang akan ditulisakan. Dibuat juga tujuan penelitian untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari rumusan masalah. Selain itu, terdapat
manfaat dan kegunaan penelitian agar penulis dapat mengetahui apa manfaat
dan kegunaan setelah penelitian ini selesai. Adapun tinjauan teoritis yang
didalamnya tedapat kajian teoritis, kajian pustaka, historiografi yang relevan,
dan kerangka konseptual. Dalam bab ini dituliskan juga langkah-langkah
penelitian untuk memperjelas tahapan penelitian yang terdiri dari heuristik,
kritik sumber, interpretasi dan historiografi.
BAB II hasil penelitian dan pembahasan mengenai biografi
Gubernur Sewaka dari masa kelahiran, pendidikan hingga perjalanan
kariernya.
BAB III hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran
Gubernut Sewaka pada masa perpindahan Ibukota Jawa Barat ke Lebaksiuh
tahun 1947-1948. Selain itu, dalam bab ini juga tedapat pembahasan mengenai
kondisi Tasikmalaya pada saat pemindahan Ibukota Jawa Barat ke Lebaksiuh.
BAB IV hasil penelitian dan pembahasan mengenai proses
perpindahan Ibukota Jawa Barat dari Bandung ke Lebaksiuh Tasikmalaya.
BAB V Simpulan dan Saran, terdiri dari kesimpulan akhir dari
penelitian yang berdasarkan dari BAB I, II, III dan IV. Serta saran penulis
yang berdasar dari penulisan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

16
Sumber Buku
A.H Nasution.(1994). Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Perang Gerilya
Semesta I. Bandung: Angkasa
Atmodarminto, Wiyogo.(1992). Catatan Seorang Gubernur. Jakarta:
Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota
Disjarahdam VI/Siliwangi. (1979). Siliwangi dari Masa ke Masa. Bandung:
Angkasa
Kartakusumah, Berliana.(2006). Pemimpin Adiluhung: Genealogi Kepemimpinan
Kontemporer. Jakarta: Teraju
Laksono, Anton Dwi.(2018). Apa itu Sejarah: Pengertian, Ruang Lingkup,
Metode dan Penelitian. Pontianak: Derwati Press
Nurcholis, Hanif.(2007). Teori dan Praktik: Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Notosusanto, Nugroho.(1973). Markas Besar Komando Djawa. Departemen
Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah ABRI
Sedjarah Militer Kodam VI.(1968). Siliwangi dari Masa ke Masa. Jakarta: Fakta
Mahjuma.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA
Suhardono, Edy.(1994). Teori Peran: Konsep, Derivasi dan Implikasinya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Wasino dkk.(2018). Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga Penulisan.
Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama
Y.Bahar, Yusni dkk.(1996). MERDEKA atau MATI. Jakarta: IKHWAN

Artikel, Jurnal Ilmiah


Ahmad, Alex A. (2019). Pembentukan Wilayah Pertahanan Priangan Timur dan
Perpindahan Ibukota Provinsi Jawa Barat ke Lebaksiuh Tahun 1947-
1948. JASMERAH, Vol. 1, No. 2, hlm. 14-22

17
Zuhdi, Susanto.(2003). Antara Sewaka dan Soeria Kartalegawa: Dinamika
Politik Pemerintahan di Jawa Barat pada Masa Revolusi Indonesia.
HISTORIA, Vol. IV, No. 7
Utami, Kharista S.N, dkk.(2019). Raden Toemoenggoeng Endoeng Soeriapoetra
Sebagai Bupati Bandung (1945-1947). FACTUM, Vol.8 No.1

18

Anda mungkin juga menyukai