Anda di halaman 1dari 13

PEMBENTUKAN KATA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa indonesia


Dosen Pengampu :
Desi Karolina Saragih S.Pd, M,Pd

Disusun oleh:
Azzahra Rahmadita 221010700384
Fayza Putri Rahayu 221010700341

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS PAMULANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis senantiasa diberi kekuatan fisik dan kekuatan pikiran guna menyelesaikan
makalah berjudul “Pembentukan Kata”. Serta shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan
kehadirat junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabatnya dan umatnya
hingga akhir zaman Penulis menyadari dalam makalah ini ada kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca Untuk kemajuan
penulis dalam penulisan karya-karya selanjutnya.

Kelompok 4
Tangerang Selatan, 5 April 2023

DAFTAR ISI
2
Kata pengantar ............................................................................................ 2
Daftar isi ..................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Tujuan Pembahasan ........................................................................ 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia .................................. 5
2.2 Afiksasi ............................................................................................ 5
2.3 Reduplikasi ....................................................................................... 8
2.3. 1 Jenis- jenis Kata Ulang (Reduplikasi) .......................................... 8
BAB III
KESIMPULAN
3.2 Kesimpulan ..................................................................................... 11
3.2 Daftar pustaka ................................................................................. 12

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang
Kata dan pembentukan kata merupakan unsur pokok dalam menulis, karena kata
merupakan kunci utama dalam membentuk sebuah tulisan. Tulisan yang benar adalah tulisan
yang menggunakan pemilihan dan pembentukan kata yang tepat, sehingga ide atau gagasan
penulis dapat tersampaikan dengan tepat kepada pembaca. Bahasa terdiri atas beberapa
tataran gramatikal antara lain kata, frasa, klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran
terendah dan kalimat merupakan tataran tertinggi ketika menulis. Kata merupakan kunci
utama dalam upaya membentuk tulisan, oleh karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa
Indonesia harus dipahami dengan baik agar ide dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti.
Proses morfologi, adalah suatu proses pembentukan kata dasar atau bentuk dasar. Dasar disini
dapat berupa bentuk polimorfemis (bentuk berimbuhan, bentuk ulang, atau bentuk
gabungan). Alat pembentuk kata dalam proses morfologi dapat berupa afiks yaitu pada proses
afiksasi, dapat berupa pengulangan dalam proses reduplikasi, dan penggabungan dalam
proses komposisi. Penggabungan kata atau pemajemukan (compounding),idiom dan frasa
dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam
konteks alinea dan wacana.
Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang.
Akan tetapi,kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Pembentukan kata dengan afiksasi merupakan sebuah pembentukan kata dari bentuk dasar ke
bentuk kompleks atau bentuk berimbuhan. Proses ini merupakan proses pembubuhan afiks
pada betuk dasar. Akibat dari proses ini terbentuk kata berimbuhan. Afiks dalam bahasa
Indonesia dapat ditinjau berdasarkan posisi pelekatnya, afiks dalam bahasa Indonesia dapat
dibedakan atas prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),konfiks ( gabungan awalan
dan akhiran secara bersamaan), dan simulfiks (gabungan awalan dan akhiran secara tidak
bersamaan).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah proses pembentukan kata dan perihal kata dalam Bahasa Indonesia?
2. Apakah pengertian dari afiksasi dan bagaimana bentuk-bentuk dari afiksasi?

4
3. Apakah pengertian dari reduplikasi dan bagaimana cara pembentukannya?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan kata dan perihal kata dalam Bahasa
Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah pengertian dari afiksasi dan bagaimana bentuk-bentuk dari
afiksasi.
3. Untuk mengetahui pengertian dari reduplikasi dan bagaimana cara pembentukannya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia

5
Peristiwa pembentukan kata biasa disebut dengan morfologi. Proses pembentukan
atau proses morfologis pada bahasa Indonesia dan bahasa Jawa tidak jauh berbeda. Pada
dasarnya proses morfologis adalah adalah pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar
melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi),
penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan
pengubahan status (dalam proses konversi). Artinya, proses morfologi terdiri atas beberapa
proses, dan di dalam proses tersebut tidak ditutup kemungkinan terdapat proses lagi (Chaer,
2008:25).Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa di dunia tidak mungkin
mempertahankan kemurnian dan kemandiriannya. Bahkan, bahasa Indonesia tergolong
bahasa yang tidak murni karena dari awal kelahirannya tidak ada bahasa Indonesia. Tilikan
terhadap dinamika pembentukan kata bahasa Indonesia bertolak dari dua sudut pandang.
Pertama, sudut pandang internal, yaitu sudut pandang yang terfokus pada kaidah
pembentukan kata yang ada dalam sistem bahasa Indonesia. Kedua, sudut pandang eksternal,
yaitu sudut pandang yang menekankan pembentukan kata dari pengaruh bahasa lain, baik
asing maupun lokal. Proses pembentukan kata secara internal yang lazim terjadi dalam
bahasa Indonesia mencakup: afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, pemendekan, dan derivasi
balik.
Berdasarkan dari beberapa pembentukan kata ini, tidak semua dianalisis tetapi hanya
dikhususkan pada pembentukan kata yang dinamis (mengalami pasang surut). Hasil
pengkajian membuktikan bahwa pembentukan kata dalam bahasa Indonesia dewasa ini,
senantiasa mengalami dinamika. Kecenderungan dinamika mengarah pada munculnya afiks
asing atau afiks bahasa serumpun, penanggalan afiks, munculnya leksikal baru, dan
menyusutnya pemakaian kata yang sebelumnya sangat tinggi. Di sisi lain, ada kecenderungan
bahwa morfem unik berubah menjadi morfem.

2.2 Afiksasi
Afiksasi adalah proses morfologis dengan menambahkan imbuhan pada bentuk dasar,
sehingga bentuk dasar tersebut memeroleh makna baru yang berbeda dengan makna
leksikalnya. Aronoff (2011:11) mengatakan bahwa setiap bentuk afiksasi dapat memberikan
makna gramatikal yang berbeda pada kata yang dilekatinya.Bawole (1981:3) mendefinisikan
afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks pada satu bentuk, baik bentuk tunggal atau bentuk
kompleks untuk membentuk satu bentuk lain yang lebih besar.Afiksasi memiliki beberapa
bentuk, yaitu prefiks, sufiks, infiks, konfiks dan simulfiks (Kridalaksana, 2007:28-29).

1. Prefiks (Awalan)
Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk
dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan
atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya. Contoh prefiks atau
awalan, yaitu di-, ter-, ke-, se-, men-, pen-, pra-, a-, per-, ber-, dan sebagainya.

6
2. Infiks
Proses pembentukan kata dengan menambah afik atau imbuhan di tengah bentuk
dasarnya. Afik-afik yang ditambahkan tersebut disebut infik atau sisipan. Proses
pembentukan kata telunjuk, gemetar, dan gerigi, dilakukan dengan menambahkan infik di
tengah bentuk dasarnya. Contohnya : -el-, -er-, -em-, dan -in-. Dalam bahasa Indonesia,
jumlah infiks sangat terbatas, hanya ada 3 infiks yang sudah disebutkan di atas. Lalu kita juga
menemukan infiks –in- yang seperti digunakan pada kata sinambung. Selain sinambung kata
lain yang seakan-akan dibentuk dengan infiks –in-, yaitu kata kinerja padanan kata
Performance dalam bahasa Inggris. Sebenarnya –in- memang merupakan infiks, tetapi
digunakan aktif pada bentukan kata-kata dalam bahasa Jawa. Infiks –in- belum dapat
menyatu sebagai afiks dan belum produktif dalam pembentukan kata baru dalam bahasa
Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan infiks –in- bukan infiks dalam bahasa Indonesia.Dengan
demikian bahasa Indonesia menyerap kata sinambung dan kinerja secara utuh dari bahasa
Jawa.

3. Sufiks
Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau
menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran.
Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere). Sufiks
asli dalam bahasa Indonesia juga sangat terbatas. Masih banyak akhiran-akhiran asing lain
yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu –isasi, -er, -is, dan sebagainya. Sehingga
beberapa akhiran-akhiran asing tersebut disebut sufiks serapan dari bahasa lain. Sebuah afiks,
termasuk sufiks, dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa Indonesia jika sudah dapat
melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia sehingga afiks itu secara potensial dapat
digunakan untuk membentuk kata-kata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya
melakukan penyesuaian pelafalan dan atau penulisan yang dianggap perlu. Contoh : -an, -
kan, -i.
4. Konfiks
Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang berfungsi
mendukung makna tertentu. Karena mendukung makna tertentu itulah maka konfiks tidak
dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap
sebagai satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem merupakan
komposit bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua
morfem. Konfiks disebut juga simulfiks karena konfiks itu merupakan merupakan gabungan
afiks yang secara simultan mendukung makna tertentu. Konsep dasar konfiks atau simulfiks
tidak sama karena sudut pandang penamaan konfiks dan simulfiks memang berbeda. Konfiks
dilihat dari kebersamaannya mendukung satu makna atau satu pengertian, sedangkan
simulfiks didasarkan kebersamaannya atau simultannya satuan gramatik itu dalam
membentuk satuan gramatik yang lebih besar. Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa
indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:
• Afiks asli, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia. Misalnya, meN-, ber-
ter-, -el-, -em-, -er-, -I, -kan, dan lainnya.

7
• Afiks serapan, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa daerah.
Misalnya, -man, -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.

5. Interfiks
Interfiks sebagai afiks yang muncul di antara dua elemen yang membentuk kata
majemuk. Kata interfiks berasal dari bahasa Latin inter yang berarti berada di antara, dan
fixus yang berarti melekat. Dengan demikian, dapat dibedakan dengan infiks yang berarti
melekat di dalam. Contoh interfiks dapat dilihat dalam bahasa Arab. Interfiks -ul- muncul di
antara kata birr dan walad, sehingga menjadi birr-ul-walad ‘bakti anak’. Penulis tidak
menemukan interfiks dalam bahasa Indonesia. Untuk bahasa Inggris, penulis berpendapat
bahwa bahasa Inggris dapat dianggap memiliki interfiks karena pengaruh bahasa Latin.
Gabungan kedua kata ini memerlukanmemerlukan interfiks -o- sehingga gabungannya bukan
morphlogy melainkan morphology. Istilah morfologi dalam bahasa Indonesia tidak dapat
dianggap memiliki interfiks -o- karena hanya kata morf yang ada dalam lema KBBI, tidak
ada lema logi. Contohnya interfiks -o- dalam kata morphology. Morph dan logy memiliki
lema tersendiri dalam kamus Webster’s New World.

6. Simulfiks
Definisi simulfiks dapat dilihat dari asal katanya dalam bahasa Latin simulatus
‘bersamaan, membentuk’ dan fixus ‘melekat’. Menurut Kridalaksanadll (1985: 20), simulfiks
adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada bentuk
dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi dari fonem
pertama suatu bentuk dasar. Simulfiks masih dianggap hanya terdapat dalam bahasa
Indonesia tidak baku, contoh: kopi à ngopi. Bahasa Arab dan bahasa Inggris tidak memiliki
simulfiks.

7. Superfiks
Superfiks atau suprafiks adalah afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri
suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental
(Kridalaksanadll, 1985: 21). Bauer (1988:29) menyamakan istilah superfiks dengan
simulfiks. Dari asal kata bahasa Latin, supra berarti di atas (above) atau di luar (beyond),
sedangkan simulatus berarti bersamaan. Dari contoh suprafiks dalam bahasa Inggris,
‘discount (n) à dis’count (v), dapat kita lihat bahwa suprafiks berada pada tataran
suprasegmental sehingga istilah suprafiks lebih tepat dari pada simulfiks. Bahasa Arab dan
bahasa Indonesia tidak memiliki suprafiks.
8. Transfiks

8
Transfiks adalah afiks yang muncul dikeseluruhan dasar (throughoutthebase). Dalam
bahasa Latin trans berarti disepanjang (across) atau di atas (over). Bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris tidak memiliki transfiks. Afiks yang termasuk transfiks dapat ditemukan
dalam bahasa Arab.

2.3 Reduplikasi
Reduplikasi adalah bentuk pengulangan baik terhadap seluruh bentuk dasar maupun
sebagai bentuk dasar atau reduplikasi parsial (Aronoff dan Fudeman, 2005:106). Menurut
Ramlan (2009:63) reduplikasi atau proses pengulangan ialah pengulangan bentuk, baik
seluruh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan
disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang diulang merupakan bentuk dasar.

2.3.1 Jenis – jenis kata ulang ( redupikasi)


1. Kata Ulang Dwipurwa (Sebagian)
Kata ulang dwipurwa disebut juga kata ulang sebagian. Jenis kata ulang ini
mengalami perulangan pada sebagian kata dasarnya saja, tidak seluruhnya. Contoh kata ulang
dwipurwa atau sebagian adalah sebagai berikut:
• rerumputan, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar rumput;
• lelaki, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar laki;
• tetamu, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasa tamu;
• sesama, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar sama.
2. Kata Ulang Dwilingga (Seluruhnya)
Kata ulang dwilingga adalah kata ulang seluruhnya. Jadi, kata ulang yang termasuk
dalam dwilingga adalah kata ulang yang bentuk dasarnya mengalami perulangan seluruhnya,
tanpa variasi fonem dan afiksasi.Contoh kata ulang seluruhnya atau dwilingga adalah sebagai
berikut:
• anak-anak, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar anak;
• teman-teman, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar teman;
• langit-langit, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasarnya adalah langit;
• makan-makan, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasarnya adalah makan.

3. Kata Ulang Berimbuhan atau Afiksasi


Sesuai namanya, kata ulang berimbuhan atau afiksasi adalah jenis kata ulang yang
bentuk dasarnya mengalami perulangan dan penambahan imbuhan. Penambahan imbuhan
tersebut ada yang melekat di depan, ada juga yang melekat di belakang. Contoh kata ulang
berimbuhan adalah sebagai berikut:

9
• orang-orangan, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar orang;
• berlari-lari, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar lari;
• melihat-lihat, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar lihat;
• tolak-menolak, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar tolak;
• turun-temurun, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar turun;
• kehitam-hitaman, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar hitam.
Sebagai catatan, proses perulangan dan penambahan imbuhan terjadi secara
bersamaan, tidak dilakukan secara terpisah.

4. Kata Ulang Berubah Bunyi


Kata ulang berubah bunyi adalah jenis kata ulang yang bentuk dasarnya mengalami
perulangan dengan perubahan fonem atau bunyi. Jenis kata ulang ini dibagi lagi menjadi dua,
yaitu kata ulang berubah bunyi dengan variasi vokal dan kata ulang berubah bunyi dengan
variasi konsonan.Contoh kata ulang berubah bunyi dengan variasi vokal adalah sebagai
berikut:
• pernak-pernik, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar pernik;
• serba-serbi, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar serba;
• warna-warni, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar warna.
Contoh kata ulang berubah bunyi dengan variasi konsonan adalah sebagai berikut:
• carut-marut, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasarnya adalah carut.
• lauk-pauk, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasarnya adalah lauk.

2.3. Jenis Kata Ulang Berdasarkan Makna yang Terbentuk


Pembagian yang kedua adalah jenis kata ulang berdasarkan makna yang terbentuk.
Berikut adalah jenis-jenis kata ulang yang berdasarkan makna yang terbentuk.

1. Kata Ulang yang Bermakna Mirip


Contoh kata ulang yang bermakna mirip atau menyerupai, yaitu kehitam-hitaman, kemerah-
merahan, dan mobil-mobilan.

2. Kata Ulang yang Bermakna Jamak


Contoh kata ulang yang bermakna jamak atau beragam adalah ibu-ibu, buah-buahan, sayur-
mayur, dan dedaunan.

10
3. Kata Ulang yang Bermakna Saling
Contoh kata ulang yang bermakna saling adalah bersalam-salaman, tolong-menolong, beri-
memberi, dan tarik-menarik.

4. Kata Ulang yang Bermakna Kolektif atau Bilangan


Contoh kata ulang yang bermakna kolektif adalah satu-satu, dua-dua, dan tiga-tiga.

5. Kata Ulang yang Bermakna Kegiatan


Contoh kata ulang yang bermakna kegiatan adalah masak-memasak.

6. Kata Ulang yang Bermakna Keadaan


Contoh kata ulang yang bermakna situasi atau keadaan adalah mentah-mentah dan hidup-
hidup.

7. Kata Ulang yang Bermakna Superlatif


Contoh kata ulang yang bermakna superlatif adalah setinggi-tingginya, seindah-indahnya,
dan sekuat-kuatnya.

8.Kata Ulang Semu


Dalam KBBI, semu berarti tampat seperti asli padahal sebenarnya tidak asli. Jadi bisa
dikatakan kata ulang semu adalah kata ulang yang menyerupai dengan kata ulang yang asli.
Walaupun bentuknya menyerupai kata ulang, tetapi kelompok ini tidak memenuhi syarat ciri-
ciri kata ulang. Hal ini karena bentuk perulangan jenis ini tidak memiliki bentuk dasar
sebagai bentuk linguistik. Sederhananya, kata ulang semu tidak memiliki bentuk dasar yang
bisa berdiri sendiri.
Contoh kata ulang semu adalah sebagai berikut:
• Kunang-kunang
• Laba-laba
• Onde-onde

11
BAB III
KESIMPULAN

Kata dan pembentukan kata merupakan unsur pokok dalam menulis, karena kata
merupakan kunci utama dalam membentuk sebuah tulisan,pembentukan kata kata disebut
juga morfologi. Proses morfologi, adalah suatu proses pembentukan kata dasar atau bentuk
dasar. Dasar disini dapat berupa bentuk polimorfemis (bentuk berimbuhan, bentuk ulang, atau
bentuk gabungan). Alat pembentuk kata dalam proses morfologi dapat berupa afiks yaitu
pada proses afiksasi, dapat berupa pengulangan dalam proses reduplikasi, dan penggabungan
dalam proses komposisi. Penggabungan kata atau pemajemukan (compounding),idiom dan
frasa. Afiksasi adalah proses morfologis dengan menambahkan imbuhan pada bentuk dasar,
sehingga bentuk dasar tersebut memeroleh makna baru yang berbeda dengan makna
leksikalnya. Afiksasi memiliki beberapa bentuk, yaitu prefiks, sufiks, infiks, konfiks dan
simulfiks. Reduplikasi adalah bentuk pengulangan baik terhadap seluruh bentuk dasar
maupun sebagai bentuk dasar atau reduplikasi parsial. ), majemuk adalah leksem baru hasil
dari gabungan dua leksem atau lebih. Katamba (1994:291) mengatakan bahwa majemuk
adalah kata yang terdiri atas, minimal, dua dasar yang tiap-tiap dasar dapat berdiri sendiri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, H. (1983). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.

Robins, R.H. (1992). Linguistik Umum: Sebuah Pengantar. Terjemahan 127 |Jurnal Makna
Volume 4, No. 1 Maret 2019 Soenarjati Djajanegara. Yogyakarta: Kanisius. Verhar, J.W.M. (2010).
Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kushartanti, U. Y., Lauder, M. RMT, (2005). Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Tsujimura, Natsuko. 2000. An Introduction to Japanese Linguistics. Oxford: Blackwell


Publishers Ltd.

13

Anda mungkin juga menyukai