Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH BERBAGAI SISTEM NUMERASI DAN

PERKEMBANGANNYA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat dan Sejarah
Matematika
Dosen Pengampu :Dr. Nahor Murani Hutapea, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Yona Fathiyah (2105125583)
2. Amanda Yohana (2105113558)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS RIAU

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam makalah ini, akan membahas tentang berbagai sistem numerasi dan
perkembangannya dalam mata kuliah filsafat dan sejarah matematika. Sistem
numerasi yaitu sekumpulan lambang dan aturan pokok untuk menuliskan
bilangan. Untuk lebih jauh, kami akan jabarkan di dalam makalah ini. Kami
menyadari bahwa dalam makalah kami masih banyak kekurangan baik dari segi
kajian maupun cara penulisannya. Untuk itu, saran dan kritik kami harapkan agar
kedepannya dapat membuat makalah lebih baik lagi.

Kami harap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, teman-
teman dan tentunya bermanfaat bagi kami sendiri. Sekian dan terima kasih.

Dumai, 21 Agustus 2021

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Sampul Makalah ………………………………………………………..………………….…………….…1


Kata Pengantar………………………………………………………..…………….……………………….…2
Daftar Isi………………………………………………………..…………………………………………….…..3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..…………….…….…..4
A.Latar Belakang………………………………………………………..…………………………….………4
B.Rumusan Masalah………………………………………………………..…………………………….….4
C.Tujuan Penulisan………………………………………………………………..……………………….…5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..………….….…6
Pengertian Sistem Numerasi…………………………………………..…………………..……….……6

A. Sistem Numerasi Ijir/Tally………………………………….…………………..………………….….6


B. Sistem Numerasi Mesir Kuno………………………………….…………………..…….………….7
C. Sistem Numerasi Babylonia………………………………….…………………..……………….….13
D. Sistem Numerasi Yunani Kuno Attic dan Alphabetic…………………………………..….15
BAB III PENUTUP………………………………………………………………..…………………………….19

A.Kesimpulan………………………………………………………………..……………………………………19

B.Saran………………………………………………………………..……………………………………………..19

Daftar Pustaka………………………………………………………..………………………………………….22

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak jaman dahulu kala, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan
matematika sangat diperlukan dan telah menyatu dalam kehidupan manusia.
Matematika diperlukan dalam ilmu Teknik oleh bangsa-bangsa yang bermukim di
sepanjang sungai, yaitu seperti bangsa Mesir, bangsa Babilonia. Keperluannya berupa
mengendalikan banjir, menghitung banyaknya ternak yang dimiliki, mengukur luas
sawahnya dan lainnya. Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan.
Keperluan bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat,
sehingga manusia perlu mengembangkan sistem bilangan (numerasi).
Sistem numerasi pun berkembang selama berabad-abad dari masa ke masa
hingga saat ini. Dalam kehidupan sehari-hari kita akan selalu bertemu yang namanya
bilangan karena bilangan selalu dibutuhkan baik dalam teknologi, sains,
ekonomi,ataupun dalam dunia musik, filosofi, dan hiburan serta aspek kehidupan
lainnya. Adanya bilangan membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan,
mulai dari perhitungan sederhana tentang keperluan belanja di dapur sampai
perhitungan yang rumit tentang cara menilai kegiatan perdagangan, keuangan dan
pemungutan pajak dan lainnya yang mana masing-masing bangsa memiliki cara
tersendiri untuk menggambarkan bilangan dalam bentuk simbol. Maka itu kami
membahas topik ini, agar kita tahu bagaimana perkembangan sistem numerasi yang
sudah memiliki andil besar dalam kehidupan kita. Dengan mempelajari sistem
numerasi, kita juga jadi lebih menghayati dan lebih mengagumi para pendahulu kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem numerasi?
2. Bagaimana perkembangan berbagai sistem numerasi , mulai dari sistem numerasi
ijir/tally, sistem numerasi mesir kuno, sistem numerasi babylonia, sistem numerasi
yunani kuno attic dan alphabetic?

4
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian sistem numerasi.
2. Untuk menjelaskan perkembangan berbagai sistem numerasi yang pernah
digunakan manusia, antara lain sistem numerasi ijir/tally, sistem numerasi mesir
kuno, sistem numerasi babylonia dan sistem numerasi yunani kuno attic dan
alphabetic.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Sistem Numerasi


Sebelum membahas sistem numerasi, terlebih dahulu kita harus mengetahui
bilangan dan lambang bilangan. Perbedaan antara bilangan dan lambang bilangan
adalah perbedaan antara objek dan nama objek tersebut atau beda antara seseorang
dengan namanya. Lambang bilangan adalah simbol yang melambangkan suatu
bilangan. Simbol yang digunakan untuk menyatakan atau menggambarkan suatu
bilangan dapat bermacam-macam, misalnya 4; 2+2; 2.2; 3+1; dan sebagainya. Semua
simbol tersebut menyatakan sebuah bilangan yang sama. Untuk membuat lambang
bilangan digunakan simbol yang disebut angka.
Secara umum, sistem numerasi adalah sekumpulan lambang, simbol, dan
aturan pokok dalam penulisan bilangan. Dalam numerasi terdapat sistem
penjumlahan, sistem perkalian, dan sistem nilai tempat. Sistem penjumlahan yang
mula-mula digunakan, dinyatakan dengan sekumpulan simbol-simbol. Berikut ini
akan dikenalkan beberapa sistem numerasi yang pernah digunakan dan
dikembangkan oleh para pendahulu kita.

A. Sistem Numerasi Ijir/Tally

Sistem Tally/Ijir ialah proses perhitungan yang telah dikenal lama sejak zaman
prasejarah, walaupun masih sangat sederhana. Prinsip yang mereka pergunakan
adalah dengan memakai sistem korespondensi satu-satu. Dalam menghitung ternak
mereka, mereka memakai satu coretan (garis) untuk satu ekor. Biasa juga mereka
memakai jari-jari tangan atau kaki karena jari-jari terbatas jumlahnya, maka untuk
jumlah yang lebih besar mereka memakai batu-batu kerikil atau potongan-potongan
kayu dengan membuat goresan-goresan di dinding atau dengan membuat simpul
simpul pada seutas tali. Ilustrasi:

6
1. Bila seseorang mempunyai empat ekor kambing maka dia akan menyusun tongkat
(goresan) sebanyak empat buah, yaitu : ││││

2. Ayam kepunyaan ayah 3 ekor digabungkan dengan ayam anaknya 4 ekor, jadi
jumlahnya │││ + ││││ = │││││││ Untuk memudahkan perhitungan, maka
setiap 5 tongkat (goresan) dikelompokkan menjadi satu kelompok yang ditulis
dengan │││││ ││.

Hingga saat ini pun kita masih menggunakan sistem ini . misalnya untuk
mencatat skor suatu pertandingan olahraga dan dalam table distibusi frekuensi dalam
statistika, turus yang digunakan dalam pemilu.

B. Sistem Numerasi Mesir Kuno

Dalam perhitungannya, Bangsa Mesir kuno telah menggunakan sistem


bilangan desimal (puluhan) yang didasarkan pada jumlah jari di tangan manusia yaitu
sepuluh jari. Prinsip sistem desimal adalah manusia mempunyai sepuluh jari di
tangannya dan apabila ia ingin hitung maka kesepuluh jari itu akan digunakan sebagai
alat hitung. Sistem inilah yang digunakan kita dalam kehidupan sehari-hari sekarang.

Bagi bangsa Mesir untuk menunjukkan yang bernilai maka mereka


membutuhkan barang-barang konkret yang ada di sekitar seperti patung sphinx.
Untuk menunjukkan penomoran pada bangsa Mesir diwalkili simbol-simbol seperti,
batang atau tongkat untuk 1, tulang tumit untuk 10, jerat atau gulungan tali untuk
100, bunga teratai untuk 1.000, jari telunjuk untuk 10.000, ikan burbat untuk 100.000,
seseorang yang berlutut untuk 1.000.000, dan simbol seperti matahari terbit untuk
10.000.000.

Angka-angka dalam sistem bilangan Bangsa Mesir Kuno ditulis berdasarkan


pada Bahasa Hieroglyphs yang mulai digunakan sejak 3500 SM. Dalam sistem
bilangan Bangsa Mesir kuno, operasi-operasi aljabar pada bilangan seperti
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dapat juga dilakukan. Operasi

7
penambahan misalnya dapat dilakukan dengan mudah yaitu hanya menambah satu
simbol, namun mengganti sepuluh salinan dari satu simbol dengan satu simbol
tunggal dari nilai yang lebih tinggi berikutnya. Dengan cara yang sama operasi-
operasi aljabar lainnya dapat dilakukan.

Sistem ini menggunakan simbol berupa:

8
Simbol-simbol dalam sistem Mesir dapat diletakkan dengan urutan sembarang,
sehingga untuk menyatakan suatu bilangan yang sama dapat ditulis dengan beberapa
cara. Dengan perkataan lain, sistem Mesir tidak mengenal nilai tempat (sedang dalam
sistem yang kita gunakan, 43 nilainya berbeda dengan 34).

Contoh: 43 dapat ditulis sebagai berikut:

= 40+3

= 43

 Sistem Operasi Aljabar Bangsa Mesir Kuno

A. Operasi Penambahan

a. 397
3845
--------+
4242

Dapat dilihat, terdapat 12 tongkat. 12 tongkat itu dikelompokkan lagi menjadi


1 tulang tumit dan 2 tongkat ( | | | | | | | | | | | | → ∩|| ). Berikutnya, 13 tulang tumit +
1 tulang tumit (yang diperoleh dari 10 tongkat) dikelompokkan menjadi 1
gulungan dan 4 tulang tumit(∩∩∩∩∩∩∩∩∩∩∩∩∩ → @∩∩∩∩). Kemudian 11

9
gulungan + 1 gulungan (yang diperoleh dan 10 tulang tumit) dikelompokkan menjadi
1 bunga teratai dan 2 gulungan (@@@@@@@@@@@→ ¥ @@). Dan akhirnya
terdapat 3 bunga teratai + 1 bunga teratai (diperoleh dari 10 gulungan). Sementara
operasi pengurangan dilakukan dengan proses yang sama namun secara terbalik.
B. Operasi Perkalian

Operasi perkalian bangsa Mesir menggunakan cara dengan menggandakan


salah satu angka dan menambahkan sebanyak dua kali lipat sehingga menjadi sama
dengan bagian lain dari masalah.

Contoh : Untuk mengalikan 14 dengan 52

1 52

2 104

4 208

8 416

Caranya:

a. Cara Doubling

1. Membuat kolom .lalu mengisi kolom kiri pertama dimulai dari angka 1, kemudian
digandakan untuk kolom berikutnya menjadi, 2, gandakan terus sampai angkanya
tidak melebihi angka yang dikalikan. (dalam hal ini, 14).

2. Lalu mengisi kolom kanan , di isi dengan angka pengalinya (dalam hal ini 52),
kemudian digandakan menjadi 104, digandakan lagi menjadi 208 hingga sebanyak
kolom kiri.

3. Sekarang cari angka di kolom kiri yang jika dijumlahkan akan menghasilkan angka
pertama yang ingin dikalikan (dalam hal ini 14).

10
4. Angka 2+4+8 = 14, kemudian garis bawahi angka yang di seberangnya atau kolom
kanan yaitu (104 + 208+ 416), setelah dijumlahkan maka akan menghasilkan 728.

b. Cara Halving

14 52

7 104

3 208

1 416

Caranya:

1. Membuat kolom .lalu mengisi kolom kiri pertama dimulai dari angka yang ingin
dikalikan (dalam hal ini 14), kemudian dibagi 2, menjadi 7, dibagi lagi menjadi 3 (0,5
tidak ditulis), dibagi lagi menjadi 1 (0,5 tidak ditulis).

2. Lalu isi kolom kanan dengan angka pengalinya (dalam hal ini 52), kemudian
digandakan menjadi 104, digandakan lagi menjadi 208 hingga sebanyak kolom kiri.

3. Sekarang cari angka ganjil di kolom kiri, yaitu angka 1, 3, 7 kemudian garis
bawahi angka yang di seberangnya yaitu (104 + 208+ 416), setelah dijumlahkan akan
menghasilkan 728.

C. Operasi Pembagian

Pembagian dalam bangsa mesir dikerjakan dari pengulangan pelipat gandaan


bilangan dengan unsur pembaginya kemudian menjumlahkannya. Misal 98 dibagi 7.

1 7

2 14

4 28

8 56

11
Caranya:

1. Membuat kolom .lalu mengisi kolom kiri pertama dimulai dari angka 1, kemudian
digandakan untuk kolom berikutnya menjadi, 2, gandakan terus sampai angkanya
tidak melebihi yang dibagi. (dalam hal ini, 7).

2. Lalu mengisi kolom kanan , di isi dengan angka pembaginya (dalam hal ini 7),
kemudian digandakan menjadi 14, digandakan lagi menjadi 28 hingga sebanyak
kolom kiri.

3. Sekarang cari angka di kolom kanan yang jika dijumlahkan akan menghasilkan
angka pertama yang ingin dibagi (dalam hal ini 98).

4. Angka 14 + 28 + 56 = 98, kemudian garis bawahi angka yang di seberangnya atau


kolom kiri yaitu (2+4+8), setelah dijumlahkan akan menghasilkan 14.

 Pekembangan Sistem Numerasi Mesir Kuno

Selama Kerajaan Baru masalah matematis disebutkan pada Papyrus Anastasi 1,


dan Wilbour Papyrus dari waktu Ramesses III mencatat pengukuran lahan. Angka
hieroglif agak berbeda dalam periode yang berbeda, namun secara
umum mempunyai style serupa. Sistem bilangan lain yang digunakan orang Mesir
setelah penemuan tulisan di papirus, terdiri dari angka hieratic. Angka ini
memungkinkan bilangan ditulis dalam bentuk yang jauh lebih rapi dari sebelumnya
saat menggunakan sistem yang membutuhkan lebih banyak simbol yang harus
dihafal. Ada simbol terpisah untuk:

12
C. Sistem Babylonia

Sistem numerasi Babylonia ini digunakan kira-kira 3000 S.M - 2000 S.M
(Glenn, John and Litter, Garaham dalam A Dictionary of Mathematics, 1984 p.13).
Matematika Babylonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh
bangsa Mesopotamia (kini Iraq) sejak permulaan Sumeria hingga permulaan
peradaban helenistik. Dinamai “Matematika Babylonia” karena peran utama kawasan
Babilonia sebagai tempat untuk belajar. Pada zaman peradaban helenistik,
Matematika Babylonia berpadu dengan Matematika Yunani dan Mesir untuk
membangkitkan Matematika Yunani. Kemudian di bawah Kekhalifahan Islam,
Mesopotamia, terkhusus Baghdad, sekali lagi menjadi pusat penting pengkajian
Matematika Islam.

Pada masa itu orang menulis angka-angka dengan sepotong kayu pada tablet
yang terbuat dan tanah hat (clay tablets). Simbol baji “V” digunakan untuk
menyatakan 1 dan simbol “<” untuk 10. Kedua simbol tersebut digunakan untuk
menyatakan bilangan-bilangan 1-59, yaitu dengan cara menuliskan kedua simbol
secara berulang.

Contoh: <<<VVVVV berarti 35

Bilangan Babylonia yang lebih dari 60 menggunakan sistem posisi dengan


basis 60 digunakan sekitar 3000 – 2000 sebelum Masehi. Sistem posisi bilangan

13
Babylonia menggunakan basis 60. hal ini bukan berarti mereka memiliki 60 simbol,
akan tetapi mereka menggunakan basis 10 dulu terus ketika sampai 60 mereka
mengulang lagi simbolnya. Dalam Babylonia, untuk menuliskan bilangan 1-59
mengunakan sistem pengelompokan sederhana (berbasis 10) dan untuk bilangan >60
mengunakan sistem posisi.

Berbeda dengan sistem Mesir kuno, sistem Babylonia mengutamakan posisi.


Sistem angka babilonia tidak memiliki angka nol, mereka menggunakan spasi untuk
menandai tidak adanya angka dalam nilai tempat tertentu. Oleh karena itu untuk
menghidari kekeliruan dalam menafsirkan nilai dari lambang-lambang tersebut
biasanya digunakan tanda selang sebagai penanda posisi puluhan dan ribuan. Dimana
jika bilangan tanpa selang/spasi berarti tanda satuan (▼▼▼▼ = 4 ( tanpa selang)).
Jika berselang/spasi satu berarti bernilai puluhan (▼ — ▼▼▼ = 63 ( pakai selang
satu )). Jika berselang/spasi 2 berarti ribuan (▼— — ▼▼▼ = 60² + 3 = 3603 ( pakai
selang dua )). Akan tetapi, bagi penulis hal ini akan menjadi ambigu jika untuk
membedakan mana angka yang bernilai 60 dan 1 mengingat mereka belum
menemukan angka 0 dalam sistem bilangannya.

Contoh : a) V <V berarti 1.60+11=71

b) VV VV berarti 2.60+2 = 122

c) V< <<V berarti 11.60+21= 681

Ciri-ciri sistem Babylonia :

a) Menggunakan bilangan dasar (basis) 60.

b) Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak)

c) Simbol-simbol yang digunakan adalah V dan <

d) tidak mengenal simbol 0 (nol).

14
Berikut beberapa angka babylonia:

D. Sistem Yunani Kuno ( Attic dan Alfabetic)

1. Sistem Attic

Sistem numerasi ini berkembang sekitar tahun 300 SM. Tulisan ini ditemukan
didaerah reruntuhan Yunani yang bernama Attic.

Berikut lambang-lambang dasar dari sistem ini:

Desimal Simbol Yunani angka


1 Ι -
5 Π πέντε
10 Δ δέκα
100 H ἑκατόν
1000 X χίλιοι / χιλιάς
10000 M μύριον

Dari lambang-lambang diatas jelas bahwa bilangan dasarnya adalah 10. Lambang
untuk bilangan nol belum ada. Selain lambang-lambang diatas ada pula lambang lain
yang dipergunakan sebagai “penyingkat”, yaitu “Π” yang berarti lima. Lambang ini
dapat pula digabung dengan lambang-lambang diatas, dengan demikian nilainya sama
dengan lima kali nilai lambang dasar yang tertulis.

Contoh penulisan:

23 = Δ ΔIII

15
45 = Δ Δ Δ Δ Π

50 = Δ Δ Δ Δ Δ atau éΔ

120 = H Δ Δ

1234 = XHH Δ Δ ΔIIII

43210 =MMMMXXX HH

2. Sistem Ionia (Alfabetis)

Kira-kira tahun 450 SM. bangsa Ionia dari Yunani telah mengembangkan
suatu sistemangka, yaitu alphabet Yunani sendiri yang terdiri dari 27 huruf. Huruf-
huruf itu mempunyai nilai sebagai berikut:

Untuk menyatakan ribuan diatas sembilan angka dasar pertama (dari α sampai θ)
dibubuhi tanda aksen (,,), sebagai contoh α‟ = 1000, ε‟ = 5000. Sedangkan kelipatan
10000 dinyatakan dengan menaruh angka yang bersangkutan diatas tanda М.

Aturan penulisan Sistem Yunani Kuno Alfabetik

- Bilangan yang terdiri dari 2 (dua) digit caranya dengan menjumlahkan angka
puluhan dengan angka satuan.

16
Contoh:

19 = 10 + 9 = iq

iv23 = 20 + 3 = Àg

78 = 70 + 8 = oh

- Bilangan yang terdiri dari 3 (tiga) digit caranya dengan menjumlahkan angka
ratusan dengan angka puluhan dengan angka satuan.

Contoh:

174 = 100+70+4 =rod

448 = 400+40+8 =umh

789 = 700+80+9 =jpq

- Bilangan yang terdiri dari 4 (empat) digit atau ribuan, dengan cara membubuhi
tanda aksen (‘).

Contoh:

1000 = a’

3734 = g’jld

1287 = a’spz

- Bilangan yang terdiri dari 5 (lima) digit atau lebih, dengan menaruh angka yang
bersangkutan di atas tanda M.

Contoh:

23734 = β Mg’jld

231578 =Àg Ma’foh

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Peradaban dari bangsa-bangsa itu selain memiliki beragam simbol untuk
mendefinisikan suatu angka atau bilangan tertentu juga memiliki beragam cara penulisan
bilangan, mulai dari sistem yang peling sederhana yaitu sistem tally/ijar sampai dengan
sistem penulisan modern dengan sistem posisi yang kita gunakan sekarang ini. Sistem
tally/ijar merupakan sistem penulisan yang paling sederhana yang diketahui saat ini, sistem
ini berkembang pada masa prasejarah di mana mereka hanya menggunakan simbol garis
tegak untuk menyimbolkan bilanganmya. Kemudian, ada sistem posisi, sistem ini banyak
digunakan oleh bilangan bangsa Babylonia di Mesopotamia. Kemudian sistem
pengelompokan sederhana merupakan sistem penulisan dengan mengelompokan simbol-
simbol tertentu untuk menyatakan nilai satuan, puluhan, ratusan dan ribuan. Sistem
penulisan seperti ini banyak dipakai oleh bilangan Hieroglyphic di peradaban Mesir kuno,
bilangan Babylonia, bilangan Romawi, dan bilangan Yunani Attikan. Kemudian, ada sistem
pencirian, sistem penulisan ini mencirikan simbol-simbolnya menjadi nilai satuan, puluhan,
ratusan, dan ribuan, sistem penulisan ini banyak dipakai oleh bangsa Ionia di Yunani.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bangsa-bangsa pra Islam (Mesir
Kuno, Babylonia, Yunani,) telah memberi kontribusi besar bagi penemuan angka-angka dan
bilangan-bilangan. Penemuan itu terjadi karena kebutuhan masyarakat tersebut yang
mendesak untuk suatu sistem bilangan yang dapat digunakan untuk melakukan segala
perhitungan berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
B. Saran
Mengingat keterbatasan sumber literatur penulis, maka untuk keakuratan data
sejarah yang diperoleh, disarankan kepada pembaca juga memiliki sumber literatur
lain yang lebih valid, di luar sumber bacaan dari internet – yang belum dapat
divalidasi seluruhnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan
makalah dikemudian hari.

18
Pertanyaan dan Jawaban

1.) Mengapa Sistem Numerasi terbagi menjadi beberapa kelompok? Jelaskan pula apa
saja kekurangan dari Sistem Numerasi Ijir/Tally dan Sistem Numerasi Mesir Kuno?
Jawaban :
Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat memerlukan bilangan. Untuk
mengendalikan banjir, menghitung banyaknya ternak yang dimiliki, mengukur luas
sawahnya dan lainnya. Untuk keperluan tersebut diperlukan bilangan-bilangan.
Keperluan bilangan mula-mula sederhana tetapi makin lama makin meningkat,
sehingga manusiapun mengembangkan sistem bilangan (numerasi). Mulai dari
Sistem Numerasi Ijir/Tally, dimana dalam menghitung ternak mereka, mereka
memakai satu coretan (garis) untuk satu ekor. Biasa juga mereka memakai jari-jari
tangan dan batu kerikil. Namun menyatakan bilangan dengan menggunakan tali,
kerikil, atau jari jemari tidaklah praktis, karena banyak menghabiskan waktu untuk
menghitung serta media tulis yang digunakan. Oleh karena itu, karena
ketidakefektifan dari sistem ini manusia mulai berpikir untuk menggunakan
simbol untuk menyatakan suatu bilangan, seperti pada sistem Numerasi Mesir Kuno
yang menggunakan simbol berupa barang konkret sehingga lebih memudahkan
perhitungan dibanding Sistem Numerasi Ijir/Tally. Adapun kekurangan dalam sistem
Numerasi Mesir Kuno yaitu belum mengenal lambang nol.
Sumber:
 Siti Dwi Julaeha.(2015). Potensi Inovasi Sistem Ijir. (online), tersedia:
https://pdfcoffee.com/sistem-numerasi-ijir-pdf-free.html. Diakses 20 Oktober
2021.
 Hidayat, Soleh. (2019). Sejarah Matematika. Bandung: PT. Sarana
Pancakarya Nusa. (Online), tersedia: https://ipusnas.id/.

2.) Bagaimana mengetahui nilai dari simbol bilangan jika posisi simbol dalam Sistem
Numerasi Mesir Kuno diletakkan dengan urutan sembarang?
Jawaban: Untuk mengetahui nilai dari simbol bilangan pada Sistem Numerasi Mesir
Kuno jika diletakkan dengan urutan sembarang yaitu dengan berdasarkan aturan
dalam Sistem Numerasi Mesir Kuno, aturan pengelompokan sederhana. Artinya
mengelompokkan simbol-simbol yang bernilai sama kemudian berdasarkan aturan
aditif, menjumlahkan simbol-simbol tersebut sesuai nilai yang dimiliki masing
masing simbol.
Contoh:

Pada gambar tersebut terdapat dua jenis simbol yang diletakkan dengan urutan
sembarang, yaitu tulang tumit yang bernilai 10 dan tongkat yang bernilai 1. Maka
untuk mengetahui berapa nilai atau angka dari simbol tersebut, cara pertama dengan
mengelompokkan terlebih dahulu simbol yang sama/ bernilai sama, yaitu 4 simbol

19
tulang tumit dikelompokkan dan 3 simbol tongkat dikelompokkan. Maka dapat
disimpulkan 4 tulang tumit bernilai 40 dan 3 tongkat bernilai 3. Sehingga 40
ditambah 3 hasilnya menunjukkan bilangan 43.

Sumber: Muliati, B. (2020). Historisitas matematika sistem penulisan bilangan. el-


Mubtada: Journal of Elementary Islamic Education, 2(1).

3.) Pada operasi pembagian Numerasi Mesir Kuno, apa hubungannya angka 98 hasil
dari penjumlahan bilangan kolom kanan dengan penjumlahan bilangan pada kolom
kiri?
Jawaban:
Sesuai dengan aturan pada operasi pembagian pada Sistem Numerasi Mesir Kuno.
Untuk mendapatkan hasil dari operasi pembagian dikerjakan dengan pengulangan
pelipat gandaan bilangan dengan unsur pembaginya, kemudian menjumlahkannya.
Artinya kolom kiri dilakukan pengulangan pelipat gandaan , namun tidak melebihi
angka yang dibagi, kemudian kolom kanan juga digandakan hingga barisnya sama
dengan kolom kiri. Dari pengulangan pelipat gandaan itulah bangsa Mesir
menemukan hasilnya setelah menjumlahkan kolom kanan yang menghasilkan angka
pembagi, lalu menjumlahkan barisan bilangan di seberangnya.

Sumber: Anonim. (2016). Sejarah Matematika: Sistem Numerasi Mesir Kuno,


Mesoptamia, Babilonia, Yunani Kuno, China Kuno dan Hindu Arab. (Online),
tersedia:https://kupdf.net/download/sejarah-matematika-sistem-numerasi-mesir-kuno-
mesopotamia-babilonia-yunani-kuno-china-kuno-dan-hindu-
arab_5cb2d381e2b6f5744824d47a_pdf. Diakses pada 17 September 2020.

4.) Diantara 2 sistem yunani kuno attic dan alfabetik manakah yang masi berlaku
sampai sekarang? Apa kelebihan dan kekurangannya sistem tersebut?
Jawaban:
Sistem numerasi yunani kuno tidak ada yg masih berlaku hingga sekarang.
- Kelebihannya pada sistem numerasi alphabetik ini masi sering kita jumpai lambang-
lambangnya. Contohnya pada pelajaran trigonometri atau pelajaran fisika, untuk
menunjukkan besaran sudut dan sebagainya.
- Kekurangannya sulit menuliskan simbol yunani itu dan lambang untuk bilangan nol
belum ada. Serta dianggap belum bisa mengikuti perkembangan zaman.

Sumber: Jurnal sistem numerasi oleh Helvy Efendi tahun 2017

5.) Apa maksud bilangan desimal pada ciri numerasi yunani kuno attic?
Jawaban:
Sistem bilangan desimal itu sering diketahui sebagai sistem bilangan berbasis 10,

20
Karena dari lambang-lambang numerasi tadi bilangan dasarnya adalah 10. Dan pada
numerasi yunani kuno itu bisa di hitung menggunakan bilangan berbasis 10 (2.10² +
3.10³....)

Sumber: Jurnal historisitas matematika sistem penulisan bilangan Oleh b. Muliati


tahun 2020

6.) Apakah ada hubungan, persamaan dan perbedaan dari ke 4 sistem numerasi yg
sudah dijelaskan?
Jawaban:
Ada, yaitu dari aturan nya.
Sistem Babylonia menggunakan aturan pengelompokan sama seperti Sistem Mesir
Kuno. Kemudian Sistem Babylonia dan Yunani kuno mengenal nilai tempat
sedangkan Sistem Mesir Kuno dan Ijir/Tally tidak mengenal nilai tempat.

Sumber:
Hartanto, Ratna. (2017). Sistem Numerasi. (Online), tersedia:
https://docplayer.info/61010007-Bab-iii-sistem-numerasi.html. Diakses pada 20
September 2021.

21
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. F. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Bilangan untuk Guru Sekolah Dasar:
Suatu Pendekatan Konseptual. Umsida Press, 1-132.
Anonim. (2016). Sejarah Matematika: Sistem Numerasi Mesir Kuno. (Online),
tersedia: https://edoc.tips/download/sejarah-matematika-sistem-numerasi-
mesir-kuno_pdf. Diakses pada 17 September 2020.
Charitas Indra Prahmana, Rully, dkk. (2015). Mengenal Matematika Lebih Dekat.
Yogyakarta: Matematika.
Hartanto, Ratna. (2017). Sistem Numerasi. (Online), tersedia:
https://docplayer.info/61010007-Bab-iii-sistem-numerasi.html. Diakses pada 17
September 2021.
Hidayat, Soleh. (2019). Sejarah Matematika. Bandung: PT. Sarana Pancakarya Nusa.
Muliati, B. (2020). Historisitas Matematika Sistem Penulisan Bilangan. el-Mubtada:
Journal of Elementary Islamic Education, 2(1).

22
PPT SISTEM NUMERASI DAN PERKEMBANGANNYA

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai