Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses perkembangan matematika dimulai sejak adanya peradaban manusia. Karena hanya
manusia dengan kemampuan komunikasi dan intelegensinya yang mampu menciptakan
peradaban, jika dibandingkan dengan makhluk yang lain. Sehingga manusia mampu
menciptakan beradaban yang didasarkan atas kontak sosial yang berkembang. Dilihat dari
catatan sejarah, munculnya peradaban manusia berawal dari perkembangan budaya manusia
yang sangat ditentukan oleh kondisi geografis yang mendukung. Air dikenal manusia sebagai
benda yang banyak memberikan pengaruh bagi kehidupannya. Begitu pula dengan pusat
peradaban pertama manusia yang rata-rata berasal dari daerah yang dilalui aliran sungai.
Diantaranya adalah Mesopotamia, Mesir, India dan Cina. Peradaban kota Mesopotamia
mempengaruhi peradaban sungai Nil di Mesir, sungai Kuning di Cina dan Lembah Indus di
India. Peradaban di negara-negara tersebut menjadi dasar munculnya penciptaan karya
matematika. Pada zaman peradaban helenistik, matematika Babilonia berpadu dengan
matematika Mesir untuk membangkitkan matematika Yunani. Hasil interaksi masyarakat
dengan peradaban-peradaban lain mempengaruhi perkembangan matematika selanjutnya.
Negara-negara tersebut telah banyak memberikan sumbangan terhadap perkembangan
matematika saat ini. Berbagai bukti menunjukkan bahwa struktur matematika yang paling
sederhana berupa bilangan telah digunakan dari masa ke masa mulai dari bangsa Babilonia,
Mesir, Yunani, Cina, dan India yang kemudian disempurnakan oleh ilmuwan Persia Al
Khawarizmi. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan matematika dari peradaban-
peradaban terdahulu mempengaruhi perkembangan matematika pada peradaban-peradaban di
masa berikutnya. Pada makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai perkembangan
matematika pada zaman mesir kuno terkhusus dalam bidang aljabar.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah dalam
makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan matematika pada zaman Mesir Kuno ?
2. Bagaimana perkembangan aljabar pada zaman Mesir Kuno?
3. Apa saja konsep aljabar yang menjadi temuan pada zaman Mesir Kuno?
C. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini pada dasarnya untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah
matematika yang diampuh oleh Dr. Drs. Hamda, Dipl.Kom.,M.Pd.. Berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan, makalah ini bertujuan untuk membahas mengenai aljabar pada zaman
Mesir Kuno. Lebih jelasnya tujuan penulisan makalah ini diuraikan oleh beberapa poin berikut :
1. Untuk mengetahui perkembangan matematika pada zaman Mesir kuno
2. Mengetahui perkembangan aljabar pada zaman Mesir Kuno
3. Mengetahui konsep aljabar yang menjadi temuan pada zaman Mesir Kuno
D. Metode penelitian
Penulisan makalah ini menggunakan metode studi literature (library research). Penulis
mengumpulkan referensi terkait sejarah aljabar dalam pembelajaran berupa ebook dan
artikel jurnal online. Kedua jenis referensi ini memuat hasil penelitian dan kajian pustaka
terkait topik. Referensi tersebut dibaca secara seksama untuk memperoleh penjelasan yang
rinci terkait sejarah aljabar.

\
BAB 2 PEMBAHASAN

1. Perkembangan Matematika di Mesir

Matematika Mesir diawali oleh perkembangan matematika pada zaman Mesir


kuno. Mesir kuno adalah suatu peradaban kuno di bagian timur laut Afrika.
Peradaban ini terpusat di sepanjang pertengahan hingga hilir sungai Nil yang mencapai
kejayaan pada sekitar abad ke-2 SM. Peradaban Mesir kuno berkembang selama
kurang lebih tiga setengah abad. Dimulai dengan unifikasi awal kelompok-kelompok
yang ada di Lembah Nil sekitar tahun 3150 SM. Sejarah mengatakan bahwa
matematika berasal dari Mesir adalah gagasan Aristoteles dalam bukunya yang
berjudul Metapysics yang menyebutkan bahwa :

“Sains-sains matematis berasal dari kawasan Mesir, karena di sana kaum yang sekelas
pendeta memiliki waktu luang yang cukup.” (terjemahan Bahasa Indonesia)

Sejarah penemuan matematika Mesir kuno adalah pada saat invasi Napoleon ke
Mesir pada tahun 1798. Ketika pasukan Napoleon kalah oleh armada Inggris dan
memutuskan untuk meneliti tiap aspek kehidupan bangsa Mesir pada masa kuno dan
zaman modern. Bersama dengan 167 ilmuwan termasuk dua matematikawan yaitu
Gaspard Monge dan Jean-Baptise Fourier, mereka menghasilkan sebuah karya
monumental yang berjudul Déscription de I’Egypte. Teks yang membahas tentang
peradaban Mesir Kuno, tentang monumen-monumen yang mereka bangun, Mesir
modern, dan sejarah alamnya. Catatan sejarah peradaban awal ini ditulis dalam
sebuah naskah yang belum mampu dibaca siapapun dan belum dapat diterjemahkan.
Barulah pada saat Batu Rosetta ditemukan oleh teknisi pada saat invasi militer serupa
yang dilakukan Napoleon, selanjutnya terungkaplah bahwa batu tersebut berguna
untuk menerjemahkan tulisan hieroglif.

Bangsa Mesir kuno telah mengenal tulisan dan sistem bilangan. Biasanya tulisan ini
ditemukan pada sebuah batu dan dikenal dengan sistem hieroglyph. Sistem hieroglyph
merupakan sistem bilangan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tulisan
hieroglyph berbentuk gambar-gambar kecil yang menyatakan sebuah kata. Sistem hieroglyph
telah digunakan oleh bangsa Mesir kuno sejak sekitar tahun 2850 SM. Sistem hieroglyph
kemudian dikembangkan menjadi sistem yang lebih sederhana yang dikenal dengan sistem
hieratic. Perkembangan bilangan Mesir selanjutnya berhubungan dengan lingkungan
penggunaan. Sistem hieratic pada umumya digunakan dalam lingkungan pendeta Mesir.
Sedangkan yang digunakan secara umum adalah sistem demotic, yang berasal dari kata
demos yang berarti rakyat .Dalam sistem bilangan bangsa Mesir kuno, operasi-operasi aljabar
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian juga dapat dilakukan. Operasi
penjumlahan misalnya, dapat dilakukan dengan mudah yaitu hanya menambahkan satu
simbol, namun mengganti sepuluh salinan dari satu simbol dengan satu simbol tunggal dari
nilai yang lebih tinggi berikutnya. Dengan cara yang sama operasi-operasi aljabar lainnya
dapat dilakukan

Konsep matematika mesir kuno didasarkan pada penemuan naskah matematika


oleh para ilmuwan. Matematika Mesir sebagian besar diperoleh dari dua papirus yang
berukuran cukup besar. Papirus adalah alat tulis sederhana yang berasal dari kulit
batang pohon yang dikeringkan dan dianyam sehingga dapat digunakan untuk menulis.
Sumber lain mengatakan papirus adalah suatu lembaran atau media yang digunakan
oleh orang-orang masa lalu (sekitar 1800-an SM) untuk mendokumentasikan sesuatu
seperti gambar dan tulisan. Dua papirus besar yang membuka sejarah tentang
matematika Mesir adalah Papirus Rhind dan Papirus Golenischev atau yang lebih
dikenal dengan Papirus Moskow. Papirus Rhind adalah suatu risalah matematika yang
menyerupai buku petunjuk praktis dan mengandung 85 soal yang ditulis dengan huruf
hieratik. Tulisan ini diperkirakan berasal dari tahun 1650 SM tetapi mungkin
lembaran itu adalah salinan dari dokumen yang lebih tua dari Kerajaan Tengah yaitu
dari tahun 2000-1800 SM.

Penemuan papyrus rhind merupakan waktu berbunga untuk perkembangan matematika


Mesir, yang menyajikan penemuan dalam bidang aritmatika dan geometri. Akan tetapi
keterbatasan utama dari perkembangan aritmatika pada saat itu adalah kurangnya notasi
sederhana dan komprehensif. Meskipun demikian, perkembangan matematika saat itu
menjadi hal yang menakjubkan ketika mereka masih dalam peradaban yang masih kuno
tetapi mampu mencapai kepandaian yang begitu tinggi dalam bidang matematika. Naskah
matematika terkenal lainnya adalah papyrus Moskow. Penemuan papyrus Moskow
menunjukkan perkembangan tulisan Mesir kuno yang ditemukan pada tahun 1890 di
Nekropolis oleh Goleischev, seorang ahli filologi di Universitas Kairo. Sepeninggal
Goleischev papyrus ini dibawa ke Rusia dan disimpan di museum Moskow. Naskah ini
diperkirakan ditulis pada zaman Dinasti ke-13 Mesir dan berdasarkan materi yang
lebih tua kemungkinan berasal dari Dinasti ke-12 Mesir, yakni sekitar tahun 1850 SM.

2. Konsep aljabar zaman mesir kuno

Aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dapat mempermudah masalah-


masalah yang sulit dengan menggunakan huruf-huruf untuk mewakili bilangan yang
belum diketahui dalam perhitungan. Aljabar memungkinkan bagi para ahli
matematika untuk menyelidiki permasalahan-permasalahan yang dapat ditunjukkan
dalam bentuk matematika. Suatu bilangan yang tidak diketahui dalam suatu
permasalahan diwakili oleh sebuah huruf, biasanya x. Hurup tertentu itu disebut
variabel (peubah) karena mereka bisa mewakili sebarang bilangan yang tidak
diketahui. Aljabar telah berkembang sejak zaman Mesir kuno lebih dari 3500 tahun
yang lalu. Bukti perkembangan aljabar pada zaman Mesir kuno bisa dilihat dari
bangunan-bangunan mesir seperti piramida dan lempengan lontar peninggalan bangsa
Rhind

a. Teorema phytagoras

Mesir kuno telah memulai perhitungan tentang unsur-unsur segitiga dan


menemukan segitiga keramat dengan sisi-sisi 3,4 dan 5. Peradaban Mesir kuno mampu
membangun bangunan seperti piramida menggunakan pengetahuan relasi antara sisi-
sisi segitiga siku-siku. Bangsa Mesir kuno membangun piramida-piramida yang
merupakan contoh yang paling kuat dari struktur matematika dengan menggunakan
bentuk-bentuk segitiga. Bangunan batu yang sangat besar ini dari dinding segitiga
miring yang diatur di atas permukaan tanah yang berbentuk persegi. Dari proses
pembangunan piramida ini, bangsa Mesir kuno merumuskan perbandingan (rasio)
dalam sebuah tabel untuk memudahkan para pembuat piramida dalam menyesuaikan
keempat sisi piramida dengan sudut kemiringan. Tabel perbandingan ini berisi
perbandingan “trigonometris” yang bermanfaat hingga saat ini. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman bangsa Mesir kuno dalam menggali bidang kajian matematika
didasarkan pada pemikiran-pemikiran mereka yang diperoleh melalui eksperimen.
b. Papirus Rhind

Potongan papirus Rhind

Papirus Rhind berbentuk lembaran yang berisi instruksi untuk pelajaran


aritmatika dan geometri yang ditulis oleh Ahmes. Selain memberikan rumus-rumus
luas dan cara-cara perkalian, pembagian, dan pengerjaan pecahan. Lembaran ini juga
berisi cara menyelesaikan persamaan linear orde satu. Perhatikan permasalahan-
permasalahan berikut ini :

Permasalahan 24 dalam Papirus Rhind :

“Suatu kuantitas ditambah 1/7 bagiannya akan menjadi 19. Berapakah kuantitas itu?”

Sekarang ini dengan menggunakan simbol aljabar, kita misalkan x sebagai kuantitas
yang dicari dan persamaan yang harus diselesaikan adalah :

x 8x
x + =19 atau =19
7 7

Penulis Papirus Rhind menggunakan prosedur tertua dan paling umum dalam
menangani persamaan-persamaan linear, yaitu metode posisi palsu, atau asumsi palsu.
Singkatnya, metode ini digunakan untuk mengasumsikan nilai mana pun yang
memudahkan untuk kuantitas yang diinginkan, dan dengan cara melakukan operasi-
operasi permasalahan yang sedang dibahas, untuk menghitung suatu bilangan yang
selanjutnya dapat diperbandingkan dengan bilangan yang diketahui. Jawaban yang
benar memiliki relasi yang sama ke jawaban yang diasumsikan sebagaimana relasi
yang dimiliki bilangan yang diketahui ke bilangan yang sedang dihitung itu.

x
Misalnya, dalam menyelesaikan persamaan x + =19, seseorang mengasumsikan secara
7

x
salah bahwa x = 7 (pemilihan tersebut sesuai karena mudah untuk dihitung). Sisi kiri
7

7
dari persamaan tersebut akan menjadi 7 + = 8, bukannya 19 (jawaban yang
7

19 1 1
diinginkan). Karena 8 harus dikalikan dengan = 2 + + agar menghasilkan
8 4 8
jawaban 19 yang diinginkan, maka nilai sebenarnya dari x diperoleh dengan cara
mengalikan

1 1
asumsi palsu, misalnya, 7 dengan 2 + + sehingga diperoleh sebagai berikut :
4 8
1 1 1 1
( )
x= 2+ + 7=16 + + =¿
4 8 2 8

Sebenarnya, kita dapat menggunakan nilai mana pun yang sesuai untuk kuantitas yang

a
tidak diketahui, misalkan x = a. Jika a + = b dan bc = 19, maka x = ac memenuhi
7

x
persamaan x + = 19, karenanya akan terlihat mudah bahwa
7

1 1
7 ( )
ac + ac= a+ c=bc=19
7

Kita telah melihat bahwa orang-orang Mesir telah lebih dulu mengenal, setidaknya
dalam bentuk elementernya, sebuah metode favorit pada Zaman Pertengahan, posisi
palsu. Sekalinya metode tersebut dipelajari oleh bangsa Arab maka metode tersebut
menjadi ciri menyolok dari teks-teks matematika bangsa Eropa mulai dari Liber Abaci
(1202) karya Fibonacci hingga aritmetika pada abad keenam belas. Ketika simbol
aljabar berkembang, aturan tersebut menghilang dari karya-karya matematika yang
lebih berkembang.

Permasalahan 28 dalam Papirus Rhind :

2
Pikirkanlah sebuah bilangan, dan tambahkan dari bilangan ini dengan bilangan
3

1
yang tadi Anda pikirkan. Dari jumlah tersebut kurangilah nya dan sebutkan
3

1
jawaban Anda itu. Jika jawabannya adalah 10 maka kurangilah dari 10 tersebut,
10
sehingga diperoleh 9. Dengan demikian, inilah bilangan yang pertama kali terpikirkan.

Bukti :
2
Jika bilangan asalnya adalah 9 maka dari bilangan tersebut adalah 6, sehingga jika
3

1
dijumlahkan akan kita peroleh 15. Maka dari 15 adalah 5, sehingga jika 15 diambil 5
3
akan menghasilkan 10. Itulah cara perhitungannya.

Di sini penulis naskah tersebut benar-benar mengilustrasikan identitas aljabarnya. Jika


ditunjukkan menggunakan simbol modern maka diperoleh :

(n+ 23n )− 13 ( n+ 23n )− 101 [ (n+ 23n )− 13 (n+ 23n )]=n


dengan menggunakan sebuah contoh sederhana, dalam hal ini dia menggunakan
bilangan n = 9. Dengan menyingkap “rahasia penghalang”- nya, sang penulis
menambahkan frase kesimpulan tradisional, “Dan itulah cara kamu melakukannya.”

Anda mungkin juga menyukai