Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah dan belajar dari sejarah.
Begitu pula dengan calon guru matematika. Guru yang hebat adalah guru yang menghargai
sejarah matematika dan menggunakannya untuk kepentingan peningkatan dan kemajuan
pendidikan khususnya dalam matematika.
Abad awal menjadi masa-masa dimana menjadi awal lahirnya matematika umat. Pada
masa ini para ilmuan, cendekiawan, sarjana, ahli fiqih, bahkan kaum penguasa di tanah-tanah
Islam dengan sungguh-sungguh belajar dari alam semesta ini.
Matematika dan pendidikan matematika awalnya tidaklah seperti yang kita lihat sekarang
ini. Matematika dan pendidikan matematika berkembang dari dahulu sampai sekarang dan
perkembangannya terus berlanjut. Perkembangan ini dipengaruhi berbagai faktor. Dan faktor
yang dinilai paling berpengaruh yaitu tentang pandangan terhadap matematika itu sendiri.
Ketika perkembangan semakin maju, hasil penemuan-penemuan inipun semakin maju
dan berkembang memasuki sendi-sendi kehidupan manusia di seluruh penjuru dunia dalam
berbagai bidang kehidupan termasuk di dalamnya bidang pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “bagaimana sejarah perkembangan
matematika?”

1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana
awal keberadaan pengetahuan matematika dan pendidikan matematika sampai sekarang ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Matematika


Matematika memiliki sejarah yang panjang yang dapat ditelusuri dari jaman Pra sejarah
dan jaman Mesopotamia.
Manusia pada aman pra sejarah telah menemukan konsep matematika dalam bentuk
sederhana, yaitu mengenal konsep bilangan. Benda matematika (alat Hitung) yang paling tua
ditemukan yaitu tulang lombo. Tulang lombo ditemukan di pegunungan Lebombo di
Swaziland. Tulang ini berisi 29 torehan yang berbeda yang sengaja digoreskan pada tulang
Fivula Baboon. Terdapat bukti bahwa kaum perempuan biasa menghitung siklus haid mereka,
28 asampai 30 geresan pada tulang yang diikuti dengan tanda yang berbeda.
Lalu ditemukan juga tulang ishango di pinggir Sungai Nil. Benda tersebut berisi deretan
tanda lidi yang digoreskan tiga jalur memanjang pada tulang itu. Tulang ishango juga
merupakan alat peragaan tertua mengenai barisan bilangan prima.
Seperti yanga diketahui dari hasil peninggalan pra sejarah tersebut manusia jaman sulu
sudah menggunakan ilmu matematika walaupun sebenarnya mereka tidak sadar bahwa itu
adalah ilmu matematika. Mereka hanya menggunakan alat-alat tersebut sehari-hari untuk
menghitung.
Menurut Berggren, JL (Marsigit: 2012) penemuan matematika pada jaman
Mesopotamia dan Mesir Kuno, didasarkan pada banyak dokumen asli yang masih ada ditulis
oleh juru tulis. Meskipun dokumen-dokumen yang berupa artefak tidak terlalu banyak, tetapi
mereka dianggap mampu mengungkapkan matematika pada jaman tersebut. Artefak
matematika yang ditemukan menunjukkan bahwa bangsa Mesopotamia telah memiliki
banyak pengetahuan matematika yang luar biasa, meskipun matematika mereka masih
primitif dan belum disusun secara deduktif seperti sekarang. Matematika pada jaman Mesir
Kuno dapat dipelajari dari artefak yang ditemukan yang kemudian disebut sebagai Papyrus
Rhind (diedit pertama kalinya pada 1877. Artefak-artefak berkaitan dengan matematika yang
ditemukan berkaitan dengan daerah-daerah kerajaan seperti kerajaan Sumeria 3000 SM,
Akkadia dan Babylonia rezim (2000 SM), dan kerajaan Asyur (1000 SM), Persia (abad 6-4
SM), dan Yunani (abad ke 3 - 1 SM).
Pada jaman Yunani kuno paling tidak tercatat matematikawan penting yaitu Thales
dan Pythagoras. Thales dan Pythagoras mempelopori pemikiran dalam bidang Geometri,
tetapi Pythagoraslah yang memulai melakukan atau membuat bukti-bukti matematika. Sampai
masa pemerintahan Alexander Agung dari Yunani dan sesudahnya, telah tercatat Karya
monumental dari Euclides berupa karya buku yang berjudul Element (unsur-unsur) yang
Dari periode awal matematika Islam banyak yang hilang, sehingga ada pertanyaan
yang belum terjawab masih banyak tentang hubungan antara matematika Islam awal dan
matematika dari Yunani dan India. Selain itu, jumlah dokumen yang relatif sedikit
menyebabkan kita mengalami kesulitan untuk menelusuri sejauh mana peran
matematikawan Islam dalam pengembangan matematika di Eropa selanjutnya.
Penemuan alat cetak mencetak pada jaman modern, yaitu sekitar abad ke 16, telah
memungkinkan para matematikawan satu dengan yang lainnya melakukan komunikasi secara
lebih intensif, sehingga mampu menerbitkan karya-karya hebat. Hingga sampailah pada
jamannya Hilbert yang berusaha untuk menciptakan matematika sebagai suatu sistem yang
tunggal, lengkap dan konsisten. Namun usaha Hilbert kemudian dapat dipatahkan atau
ditemukan kesalahannya oleh muridnya sendiri yang bernama Godel yang menyatakan bahwa
tidaklah mungkin diciptakan matematika yang tunggal, lengkap dan konsisten. Persoalan
Geometri dan Aljabar kuno, dapat ditemukan di dokumen yang tersimpan di Berlin.
Salah satu persoalan tersebut misalnya memperkirakan panjang diagonal suatu persegi
panjang. Mereka menggunakan hubungan antara panjang sisi-sisi persegi panjang yang
kemudian mereka menemukan bentuk segitiga siku-siku. Hubungan antara sisi-sisi siku-
siku ini kemudian dikenal dengan nama Teorema Pythagoras. Teorema Pythagoras ini
sebetulnya telah digunakan lebih dari 1000 tahun sebelum ditemukan oleh Pythagoras.
Orang-orang Babilonia telah menemukan sistem bilangan sexagesimal yang
kemudian berguna untuk melakukan perhitungan berkaitan dengan ilmu-ilmu perbintangan.
Para astronom pada jaman Babilonia telah berusaha untuk memprediksi suatu kejadian
dengan mengaitkan dengan fenomena perbintangan, seperti gerhana bulan dan titik kritis
dalam siklus planet (konjungsi, oposisi, titik stasioner, dan visibilitas pertama dan terakhir).
Mereka menemukan teknik untuk menghitung posisi ini dengan berturut -turut menambahkan
istilah yang tepat dalam perkembangan aritmatika. Matematika di Mesir Kuno disamping
dikarenakan pengaruh dari Masopotamia dan Babilonia, tetapi juga dipengaruhi oleh
konteks Mesir yang mempunyai aliran sungai yang lebar dan panjang yang menghidupi
masyarakat Mesir dengan peradabannya.
Dalam waktu relatif singkat (mungkin hanya satu abad atau kurang), metode yang
dikembangkan oleh orang Babilonia dan Masir Kuno telah sampai ke tangan orang-
orang Yunani. Misal, Hipparchus (2 abad SM) lebih menyukai pendekatan geometris
pendahulu Yunani, tetapi kemudian ia menggunakan metode dari Mesopotamia dan
mengadopsi gaya seksagesimal. Melalui orang-orang Yunani itu diteruskan ke para ilmuwan
Arab pada abad pertengahan dan dari situ ke Eropa, di mana itu tetap menonjol dalam
matematika astronomi selama Renaissance dan periode modern awal. Sampai hari ini tetap ada
dalam penggunaan menit dan detik untuk mengukur waktu dan sudut. Aspek dari
matematika Babilonia yang telah sampai ke Yunani telah meningkatkan kualitas kerja
matematika dengan tidak hanya percaya dengan bentuk-bentuk fisiknya saja, melainan
diperoleh kepercayaan melalui bukti-bukti matematika.
Pada jaman Yunani Kuno, selama periode dari sekitar 600 SM sampai 300 SM , yang
dikenal sebagai periode klasik matematika, matematika berubah dari fungsi praktis menjadi
struktur yang koheren pengetahuan deduktif. Perubahan fokus dari pemecahan masalah
praktis ke pengetahuan tentang kebenaran matematis umum dan perkembangan obyek teori
mengubah matematika ke dalam suatu disiplin ilmu. Orang Yunani menunjukkan kepedulian
terhadap struktur logis matematika. Para pengikut Pythagoras berusaha untuk menemukan
secara pasti Panjang sisi miring suatu segitiga siku-siku. Tetapi mereka tidak dapat
menemukan angka yang tertentu dengan skala yang sama yang berlaku untuk semua sisi-sisi
segitiga tersebut.
Hal inilah yang kemudian dikenal dengan persoalan Incommensurability, yaitu adanya
skala yang tidak sama agar diperoleh bilangan yang tertentu untuk sisi miringnya. Jika
dipaksakan digunakan skala yang sama (atau commensurabel) maka pada akhirnya mereka
menemukan bahwa panjang sisi miring bukanlah bilangan bulat melainkan bilangan irrasional.
Warisan Matematika Yunani, terutama dalam geometri , sangat besar. Dari periode
awal orang-orang Yunani merumuskan tujuan matematika tidak dalam hal prosedur praktis
tetapi sebagai disiplin teoritis berkomitmen untuk mengembangkan proposisi umum dan
demonstrasi formal. Kisaran dan keragaman temuan mereka, terutama yang dari abad SM-3,
geometri telah menjadi materi pelajaran selama berabad-abad himpunanelah itu, meskipun
tradisi yang ditransmisikan ke Abad Pertengahan dan Renaissance tidak lengkap dan cacat.
Peningkatan pesat dari matematika di abad ke-17 didasarkan sebagian pada
pembaharuan terhadap matematika kuno dan matematika pada jaman Yunani. Mekanika dari
Galileo dan perhitungan-perhitungan yang dibuat Kepler dan Cavalieri, merupakan
inspirasi langsung bagi Archimedes. Studi tentang geometri yang dilakukan oleh
Apollonius dan Pappus dirangsang oleh pendekatan baru dalam geometri-misalnya, analitik
yang dikembangkan oleh Descartes dan teori proyektif dari Desargues Girard.
Kebangkitan matematika pada abad 17 sejalan dengan kebangkitan pemikiran para
filsuf sebagai anti tesis abad gelap dimana kebenaran didominasi oleh Gereja. Maka
Copernicus merupakan tokoh pendobrak yang menantang pandangan Gereja bahwa bumi
sebagai pusat jagat raya; dan sebagai gantinya dia mengutarakan ide bahwa bukanlah
Bumi melainkan Mataharilah yang merupakan pusat tata surya, sedangkan Bumi
mengelilinginya. Jaman kebangkitan ini kemudian dikenal sebagai Jaman Modern, yang
ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh pemikir filsafat sekaligus matematikawan seperti
Immanuel Kant, Rene Descartes, David Hume, Galileo, Kepler, Cavalieri, dst.

2.2 Konsep dan Sistem Angka dan Bilangan


1. Asal-usul Bilangan
Ribuan tahun yang lalu tidak ada nomor untuk mewakili bilangan-bilangan.
Sebaliknya jari, batu, tongkat atau mata digunakan untuk mewakili angka. Matahari dan
bulan yang digunakan untuk membedakan waktu. Kebanyakan peradaban tidak memiliki
kata-kata untuk angka yang lebih besar dari dua sehingga mereka harus menggunakan
symbol-simbol sederhana yang disepakati seperti kawanan domba, tumpukan biji-bijian,
atau banyak orang. Kebutuhan akan penggunaan angka terjadi pada saat terjadi kelompok
besar seperti desa dan permukiman dan mulai sistem barter dan perdagangan yang pada
gilirannya menciptakan permintaan untuk mata uang. Masyarakat pada saat itu mulai
kewalahan untuk membahasakan bilangan-bilangan yang besar. Kertas dan pensil tidak
tersedia untuk menuliskan angka.
Sistem numerik dirancang simbol yang digunakan bukan angka. Misalnya, orang
Mesir menggunakan simbol numerik sebagai berikut:

Angka jari yang digunakan oleh orang Yunani kuno, Romawi, Eropa Abad
Pertengahan, dan kemudian Asiatikmasih digunakan oleh anak kita sekarang ini. Sistem
lama adalah sebagai berikut:
2. Angka Hindu-Arab
Sejarah matematika tidak pernah lepas dari sejarah bilangan. Bilangan telah
digunakan sejak 3000 tahun sebelum masehi. Dalam sejarah, matematika pertama kali di
gunakan di Mesir dan Babylonia. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya bukti-bukti
berupa tablet.
Seiring dengan berkembangnya waktu dan ilmu pengetahuan, manusia menemukan
teknik praktis untuk merepresentasikan angka diatas kertas mulai dari zaman Babylonia
dan Mesir, china, Hindu dan Islam sampai pada zaman modern. Ada banyak system
angka yang telah digunakan dalam sejarah manusia. Namun para ilmuan mengakui
bahwa system angka Arab-Hindu dianggap yang paling praktis dalam penggunaannya
dan diterima secara internasional.
Angka Hindu-Arab pada awalnya lahir dan digunakan di India yang kemudian di
tanah Arab. Para matematikawan Islam kemudian menggunakan dan
mengembangkannya. Selain itu, mereka kemudian melakukan riset terhadap matematika
yang konstribusinya sangat besar terhadap perkembangan matematika modern.

3. Bilangan Pecahan
Dalam sejarah tercatat bahwa Mesir kuno memiliki pemahaman pecahan, namun
mereka tidak menulis pecahan sederhana seperti 3/5 atau 4/9 karena pembatasan dalam
notasi. Juru tulis Mesir menulis pecahan dengan pembilang dari 1. Mereka menggunakan
tulisan rahasia "mulut terbuka" di atas angka untuk menunjukkan timbal balik nya.

Nomor 5, ditulis , sebagai fraksi 1/5 akan ditulis .


4. Nomor Sistem Mesir
Mesir kuno meninggalkan banyak bukti tentang matematika dan penggunaanya.
Bukti bukti tersebut tersebar pada batu, dinding bangunan, tembikar, plat batu serta serat
papyrus.. Bahasa ini terdiri dari heiroglyphs, tanda-tanda bergambar yang mewakili
orang, hewan, tumbuhan, dan angka. Dalam notasi Sistem Mesir ada tanda khusus untuk
setiap kekuatan sepuluh.
Berikut ini adalah system bilangan pada Mesir Kuno :

5. Sistem Bilangan Yunani Kuno


Sistem penomoran Yunani secara unik berdasarkan abjad mereka. Alfabet Yunani
berasal dari Fenisia sekitar 900 SM Ketika Fenisia diciptakan alfabet, itu berisi sekitar
600 simbol. Simbol-simbol mengambil terlalu banyak ruang, sehingga mereka akhirnya
mempersempit ke 22 simbol. Orang Yunani meminjam beberapa simbol dan membuat
beberapa dari mereka sendiri.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Perkembangan pengetahuan matematika berawal dari kritik terhadap pandangan kaum
absolutisme yang menganggap bahwa kebenaran matematika adalah sesuatu yang mutlak yang
tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya. Adalah kaum fallibilist yang tidak setuju dengan
pandangan kaum absolut dan memiliki pandangan bahwa matematika adalah hasil ciptaan dan
pemikiran manusia sehingga perlu ditilik kembali kebenarannya dan bisa saja ada kesalahan
dalam konsep-konsepnya.
Adanya aliran baru filsafat fallibilist menyebabkan pergeseran pembelajaran dan
pengajaran matematika yang awalnya guru mengajarkan konsep yang tidak terbantahkan lagi
pada peserta didik dan peserta didik menerima konsep yang diajarkan tanpa mempertanyakan
kebenaran konsep yang diajarkan kini bergeser menjadi sebuah sistem pembelajaran dimana
siswa membangun dan menciptakan konsep mereka sendiri melalui pemecahan masalah yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Sitorus, J. 1990. Pengantar Sejarah Matematika dan Pembaharuan Pengajaran Matematila


disekolah. Bandung : PT. Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai