Anda di halaman 1dari 12

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

TIMELINE HISTORY OF MATHEMATICS


1. Sebelum 5000 SM

Konsep bilangan dan cara menghitung diperkirakan telah berkembang lama sebelum sejarah mulai dicatat. Meskipun masih dalam taraf sangat sederhana, tapi umat manusia pada jaman primitif telah mulai menggunakan konsep bilangan setidaknya sampai pada pengertian tentang lebih atau kurang apabila beberapa benda ditambahkan atau diambil dari sekumpulan kecil. Suatu suku harus mengetahui berapa jumlah anggotanya dan berapa banyak musuhnya, dan orang terdesak untuk mengetahui jika kelompok kambingnya berkurang jumlahnya. Awal bukti fisik dari penggunaan bilangan dikenal manusia pada tahun 30000 SM dan menggunakan bentuk tulang serigala yang ditemukan di Eropa Timur dengan serangkaian takik diukir di dalamnya Sementara proses berhitung kemungkinan dimulai dari metode pencocokan sederhana. Sebagai contoh saat menghitung jumlah benda, satu jari untuk satu benda bisa jadi adalah asal-usulnya. Proses berhitung kemudian berkembang dengan pengumpulan tongkat kayu atau kerikil, dengan menbuat coretan di tanah atau batu, dengan membuat catatan di kulit pohon, membuat ikatan pada ranting. Di sungai Nil sendiri ditemukan tulang Ishango yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 20000 SM , dan tulang Ishango ini digunakan untuk sumber awal bilangan prima dan perkalian Mesir.
2. 5000 SM 2000 SM

Kemudian seiring berjalannya waktu, manusia mulai berpikir untuk membuat hitungan-hitungan yang lebih luas yang cara menghitungnya harus diatur. Hal ini dikerjakan dengan menyusun jumlah dan kumpulan dasar yang mudah menggunakan cara perbandingan. Karena jari-jari manusia merupakan alat perbandingan yang mudah, maka 10 paling sering terpilih untuk dasar bilanggan. Selain mulai menggunakan angka 10 sebagai dasar bilangan, manusia juga mulai berpikir untuk membuat pencatatan bilangan secara permanen dengan menuliskan sistim-sistim bilangan tersebut. Bilangan yang tertulis kemudian

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

disebut

angka(numeral)

yang

pada

perkembangannya

mulai

muncul

penggolongan sederhana dalam sistim angka tersebut. Salah satu sistim angka yang sangat kuno ditemukan oleh orang Sumaria pada tahun 3400 SM. Sistim tersebut digunakan oleh orang-orang sumeria untuk mengukur berat dan panjang. Selain itu, ada pula sistim angka desimal. Sistim angka ini pertama kali digunakan oleh bangsa mesir yang ditulis di hieroglif mesir tahun 3100 SM. Pada masa itu, orang-orang mesir kuno menuliskan semua sistim angka pada batu. Namun selain batu, orang-orang mesir juga menggunakan papyrus, kayu, bahkan tembikar untuk menulis. Sistim angka hieroglif mesir berdasar pada skala 10. Selain sistim angka desimal, ditemukan pula Kalender Astronomi pada tahun 2400 SM yang digunakan hingga abad pertengahan. Disinilah sudah mulai menunjukkan keteraturan matematika di mesir. Sedangkan orang-orang babilonia kuno pada waktu sekitar 2000 SM mengembangkan suatu sistim sexagesimal(berbasis 60) dengan menggunakan azas kedudukan dan berhasil menemukan pendekatan untuk nilai yang pertama, yaitu 3,125. Orang-orang babilonia kuno yang tidak mempunyai papyrus dan sukar mendapatkan batu yang sesuai, mereka mengambil tanah liat sebagai alat untuk menulis yang kemudian disebut tablet cuneiform. Pada tablet cuneiform dari masa 2000 SM sampai 200 SM jumlah kurang dari 60 dinyatakan dengan sistim penghimpunan sederhana dengan dasar 10.
3. 2000 SM 1000 SM

Setelah manusia mengerti tentang bilangan. Mulai muncul permasalahan baru untuk menentukan nilai suatu bentuk sehingga muncullah istilah geometri. Geometri pertama kali ditemukan oleh bangsa Babylonia. Orang-orang babilonia menciptakan metode untuk menghitung luas bidang sederhana yang dibatasi hanya oleh garis-garis lurus dan lingkaran. Hal ini direfleksikan dalam istilah geometri yang berasal dari kata geo (bumi); dan metria (pengukuran) sehingga makna lengkapnya adalah pengukuran tanah. Metode ini telah berkembang di babilonia sejak 2000 hingga 1600 SM. Ciri utama dari geometri babilonia adalah bercorak aljabaris. Persoalan-persoalan yang

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

lebih kompleks yang tersirat dalam istilah geometri pada dasarnya merupakan soal-soal aljabar yang non-trivial. Bahkan ada sebuah tablet di yale yang memuat terjadinya persamaan kubik yang umum dalam sebuah pembahasan dari volume sebuah piramid terpancung. Ini membuktikan bahwa geometri awal yang berkembang di babilonia bercorak aljabar. Pada masa itu juga, sebenarnya orang Babilonia telah menyadari fakta bahwa sebuah segitiga dengan panjang sisi 3, 4, dan 5 harus merupakan segitiga sikusiku. Mereka menggunakan konsep ini untuk membangun sudut siku-siku dan merancang segitiga siku-siku dengan membagi panjang tali ke dalam 12 bagian yang sama, seperti sisi pertama pada segitiga adalah 3, sisi kedua adalah 4, dan sisi ketiga adalah 5 satuan panjang. Bahkan dalam kalender Babilonia (sekitar tahun1900 SM), yang sekarang dikenal sebagai Plimpton 322 terdapat daftar kolom nomor yang menunjukkan apa yang sekarang kita sebut Triples Pythagoras yaitu kumpulan angka yang memenuhi persamaan. Selain berkembang di babilonia, geometri juga berkembang di mesir. Hal tersebut terlihat pada 26 soal dari 100 soal dalam lembaran paphyrus dari moskwa dan rhind yang bersifat geometris pada tahun 1850 SM dan 1650 SM. Luas sebuah lingkaran dipandang sama dengan kuadrat pada 8/9 dari garis tengah, dan isi dari silinder siku-siku sama dengan produk dari luas alasnya kali jarak tingginya. Bukti yang paling menarik perhatian dari para peneliti ialah adanya sebuah contoh yang memakai bilangan dalam papyrus moscow dari sebuah rumus yang benar untuk isi dari frustum pyramid bujursangkar. Bukti lain dari perkembangan geometri di Mesir adalah adanya tugu terbesar di Mesir dengan panjang 105 kaki dengan alas bujur sangkar dengan sisi alas 10 kaki dan beratnya 430 ton pada tahun 1500 SM. Hal tersebut menunjukkan bahwa bangsa mesir telah mengenal bentuk-bentuk geometri dan menerapkannya dalam pembuatan tugu tersebut. Selain di bidang geometri, Mesir juga menunjukkan kemajuan yang pesat dalam perkembangan sistim penghitungan. Pada tahun 1350 SM, dalam papyrus rollin memuat beberapa penghitungan terperinci mengenai harga roti dan memperlihatkan penggunaan bilangan-bilangan besar pada masa itu.

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Kemudian pada tahun 1000 SM, Mesir sudah mulai menggunakan bilangan pecahan umum yang ditulis sebagai sepasang angka, dengan nomor diatas disebut pembilang dan nomor di bawahnya disebut penyebut dengan garis yang memisahkan pembilang dan penyebut. Namun pada zaman tersebut pecahan yang digunakan masih sederhana, yaitu menggunakan 1 sebagai pembilangnya dan tabel interpolasi digunakan untuk memperkirakan nilai dari pecahan yang lain. Selain kemajuan dalam bidang geometri dan sistim penghitungan, pada masa ini matematika juga mengalami kemajuan dalam bidang aljabar. Pada tahun 1650 SM, di dalam Papirus Rhind juru tulis Ahmes menuliskan nilai = 3,14 , penggunaan awal cotangent dan cara untuk menyelesaikan Persamaan Linier Sederhana (Persamaan Linier orde 1) dan pada tahun 1300 SM, ditemukan Papirus Berlin (dinasti ke-19) yang berisi persamaan kuadrat dan solusinya 4. 1000 SM 500 SM Pada abad-abad terakhir dari millennium kedua SM, kekuasaan mesir dan babilonia mulai surut dan digantikan dengan bangsa-bangsa baru. Peradaban baru mulai menampakkan diri di kota-kota perdagangan yang muncul di sepanjang pesisir asia kecil dan kemudian di daratan yunani, sicilia, dan di pesisir italia. Matematika mulai mengalami perkembangan di berbagai belahan dunia, salah satunya di India. Pada abad ke-8 SM di YajurVeda terdapat konsep awal ketakhinggaan. Di dalam YajurVeda ini dijelaskan jika suatu tak hingga jika ditambahkan ataupun dikurangi masihlah tetap tak hingga dan tahun 800 SM seorang tokoh bernama Baudhayana penulis buku Baudhayana Sutra Sulba yang berisi tentang persamaan kuadrat dan perhitungan akar persamaan kuadrat hingga lima tempat decimal dengan benar. Selain itu pula Orang-orang mulai bertanya-tanya tentang pembuktian berbagai rumus yang datang dari dunia timur. Beberapa percobaan dengan metode-metode demonstratif mulai mendapat tempat dan ciri-ciri deduktif. Hingga kemudian muncullah seorang tokoh pelopor dari geometri demonstratif pada abad ke-6 SM, yaitu thales dari miletus yang menulis lima teorema geometri dasar.

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Selain thales, muncul pula phytagoras yang memberikan pembuktian dari teorema dalam segitiga siku-siku. Sebenarnya teorema tersebut telah dikenal orang-orang babilonia sejak 1000 tahun yang lalu. Bahkan pada tahun 600 SM seorang matematikawan dalam bukunya yang berjudul Baudhayana Sutra Sulba telah menggunakan Tripel Phytagoras yang mengandung sejumlah bukti geometrid dan perkiraan nilai di 3,16. Meskipun begitu, phytagoraslah yang pertama kali membuktikan teorema tersebut secara aljabar. Teorema Pythagoras tersebut memainkan peran yang sangat signifikan dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan matematika. Misalnya, untuk membentuk dasar trigonometri dan bentuk aritmatika, di mana bentuk ini menggabungkan geometri dan aljabar. Teorema ini adalah sebuah hubungan dalam Geometri Euclides di antara tiga sisi dari segi tiga siku-siku. Hal ini menyatakan bahwa 'Jumlah dari persegi yang dibentuk dari panjang dua sisi siku-sikunya akan sama dengan jumlah persegi yang dibentuk dari panjang hipotenusa-nya'. Selain berhasil menemukan pembuktian untuk teorema dalam segitiga sikusiku, pada tahun 530 SM Phytagoras juga berhasil menemukan bilangan irasional dan akar dari persamaan kuadrat. Kemudian pada abad ke-5 SM, Apastamba, pengarang Apastamba Sulba Sutra berhasil mengkalkulasi akar dua dari 2 dan mengoreksinya sampai lima desimal.
5. 500 SM 50 SM

Pada era ini matematika lebih dikenal sebagai sains dan kurang mistik. Theorema-theorema baru ditambahkan: kurva-kurva, lingkaran-lingkaran dan bentuk-bentuk lain dipelajari sama halnya seperti garis lurus dan bidangbidang datar. Tokoh-tokoh baru yang akan menjadi kunci dalam perkembangan matematika juga mulai bermunculan. Pada tahun 430 SM muncul tokoh Zeno. Zeno adalah seorang Filsuf yang menulis sebuah buku berisi empat puluh paradoks tentang kontinum. Paradoks yang dilontarkan Zeno membingungkan semua filsuf Yunani, namun tidak seorang pun dapat menemukan kesalahan pada logika Zeno. Bahkan penyelesaian paradoks Zeno baru dimulai pada abad 18 (atau lebih awal dari itu). Paradoks itu

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

mampu merangsang otak-otak kreatif matematikawan dan memberi warna pada sejarah perkembangan matematika. Paradoks Zeno yang paling terkenal adalah paradoks kedua, perlombaan lari Archilles dan kura-kura. Selain Zeno yang berhasil memberi warna pada sejarah perkembangan matematika, Hippias juga berhasil memberi kontribusi penting dalam matematika, yaitu kurva pertama dalam matematika. Pada tahun 420 SM, Hippias berhasil membuat quadratrix (juga disebut trisectrix) yang digunakan untuk trisecting sudut dan mengkuadratkan lingkaran. Kurva tersebut dapat digunakan untuk membagi suatu sudut menjadi sejumlah bagian yang sama. Dari kurva tersebut muncul istilah irisan kerucut, disebut juga conic. Pada tahun 375 SM, Menaechmus dalam upaya untuk mengatasi tiga masalah konstruksi terkenal trisecting sudut, penggandaan kubus, dan mengkuadratkan lingkaran sehingga muncullah istilah conic. Conics pertama kali didefinisikan sebagai persimpangan. Sebuah kerucut lingkaran tegak dari berbagai sudut simpul, sebuah pesawat tegak lurus terhadap unsur kerucut. Kemudian sekitar tahun 325 SM, tidak lama setelah Pythagoras meninggal, muncullah tokoh Euclid. Euclid memberikan pembaharuan pada ilmu geometri melalui buku karangannya yang berjudul The Element. Buku tersebut merupakan pengembangan karya para matematikawan sebelumnya Pythagoras, Eudoxus, Menaechunus, Hippocrates, yang menampilkan pembuktian-pembuktian kuno dengan mengganti dengan baru dan disederhanakan. Ternyata karya yang mengagumkan ini dengan segera dan sempurna dapat mengatasi semua element sebelumnya. Buku ini terdiri dari 13 buku yang tersusun berdasarkan tema dan topik. Setiap buku diawali dengan difinisi, postulat (hanya untuk buku I), preposisi, theorema sebelum ditutup dengan pembuktian dengan menggunakan difinisi dan postulat yang sudah disebutkan. Selain membahas geometri, buku ini juga membahas teori bilangan dan aljabar elementer atau geometris. Buku ini mempersembahkan geometri dalam bentuk aksiomatik yang ideal, yang kemudian dikenal sebagai geometri Euclid. Dari semua postulat tersebut, potulat kelima membawa pengaruh besar dalam bidang geometri saat ini.

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

P.5

Jika sebuah garis lurus memotong dua garis lainnya sehingga sudutsudut dalam, pada satu pihak garis pemotong tersebut jumlahnya kurang dari dua sudut siku-siku, maka dua garis lurus tersebut jika ditarik tak hingga akan bersilangan pada pihak dari sudut-sudut yang jumlahnya kurang dari dua sudut siku-siku.

Postulat kelima tersebut dibuktikan oleh Euclid tanpa memberikan cara pembuktian sehingga para matematikawan ragu dan mulai mencari pembuktian yang sah dari postulat ke-5 tersebut. Selain perkembangan pada bidang geometri yang sangat pesat pada masa ini, matematika juga mengalami perkembangan yang pesat di bidang lain. Seperti pada tahun 300 SM, Mesopotamia merupakan bangsa pertama yang menciptakan alat penghitungan berupa sempoa. Hal tersebut membawa perubahan besar dalam penghitungan matematika pada masa ini. Pada tahun yang sama pula, matematikawan India pingala menulis "Chhandah-Shastra", yang berisi penggunaan pertama angka nol sebagai digit (ditandai oleh sebuah titik) dan juga menyajikan deskripsi sistem angka biner, bersama dengan penggunaan pertama angka Fibonacci dan segitiga Pascal. Pada tahun 225 SM Apollonius dari Perga memperkenalkan istilah parabola dan hiperbola, kurva terbentuk ketika pesawat memotong bagian kerucut, dan elips, menutup kurva ketika pesawat memotong kerucut. Karyanya yang diberi nama Conics itu mengenalkan istilah-istilah yang sekarang populer seperti: parabola, elips, dan hiperbola. Appolonius mendasarkan teori ketiga conics pada bagian satu kerucut lingkaran, kanan atau miring Sedangkan di bidang aljabar, pada tahun 250 SM Diophantus menggunakan simbol untuk nomor tidak diketahui dalam aljabar dan menulis risalah sistematik pertama pada aljabar. Kemudian, pada tahun 150 SM seorang matematikawan di India yang bernama Jain menulis buku berjudul Sutra Sthananga yang berisi teori angka, operasi aritmatika, geometri, operasi dengan pecahan, persamaan sederhana, persamaan kubik, persamaan quartic, dan permutasi serta kombinasi.

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

6. 50 SM 1000

Pada era ini, bidang aljabar mengalami kemajuan yang pesat. Karya-karya baru mulai bermunculan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan menggunakan aljabar. Wilayah Asia memiliki peran penting pada masa ini. Pada tahun 250, Diopathus menggunakan lambang untuk angka-angka yang tak dikenal dalam aljabar dan mulai menulis aritmatika, salah satu acuan awal untuk aljabar. Selain bidang aljabar, Sistim penghitungan juga mengalami perkembangan di berbagai belahan dunia, salah satunya di India. Pada tahun 300, Matematika India memperkenalkan penggunaan nol pada bilangan desimal untuk pertama kalinya dan pada tahun 550, matematikawan hindu memberi nol sebuah bentuk representasi di notasi bilangan india. Pada tahun 628, Brahmagupta menulis buku berjudul Brahma-sphutasiddhanta yang menjelaskan nol secara lengkap dan pengembangan nilai tempat modern pada sistem angka orang India. Buku tersebut juga memberi aturan-aturan untuk memanipulasi bilangan positif dan bilangan negatif, metode untuk menghitung akar dua, metode menyelesaikan persamaan quadrat dan linear. Kemudian pada abad ke-7, Brahmagupta menemukan metode untuk menyelesaikan persamaan tak terbatas dengan derajat dua. Ini pertamakalinya aljabar digunakan untuk menyelesaikan permasalahan astronomi. Dia juga mengembangkan metode untuk mengkalkulasikan gerakan dan perputaran berbagai planet. Selang beberapa waktu, akhirnya pada tahun 750 muncullah tokoh Alkhawarizmi yang merupakan matematikawan pertama yang bekerja pada rincian 'Aritmetika dan Aljabar warisan' selain sistematisasi teori persamaan linier dan kuadrat. Pada tahun 820, Al-Khawarizmi menulis Al-Jabr , kemudian diterjemahkan sebagai Aljabar, yang memperkenalkan teknik aljabar sistematis untuk memecahkan persamaan linier dan kuadrat. Terjemahan buku tentang aritmatika akan memperkenalkan sistem nomor Hindu-Arab ke dunia Barat pada abad ke-12. Istilah algoritma ini juga dinamai menurut namanya.

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Aritmatika dari sistem angka Arab-Hindu pada awalnya menggunakan papan debu (semacam papan tulis ) kemudian pada tahun 953, Al -Uqlidisi memodifikasi metode ini menggunakan pena dan kertas. Akhirnya kemajuan ini digunakan untuk seluruh sistem desimal dan menjadi standar di seluruh kawasan dan dunia. Pada tahun 953, Al-Karaji mengemukakan untuk bebas sepenuhnya dari operasi aljabar geometri dan menggantinya dengan jenis operasi aritmatika yang inti dari aljabar saat ini. Dia juga menemukan teorema binomial untuk integer eksponen yang merupakan faktor utama dalam pengembangan analisis numerik berdasarkan sistem desimal.
7. 1000 2000

Setidaknya selama seribu tahun, para matematikawan ternyata masih belum bisa membuktikan postulat kelima, geometri yang terganggu oleh kompleksitas yang berbeda dari postulat kelima diyakini dapat dibuktikan sebagai teorema dari empat lainnya. Banyak matematikawan berusaha untuk menemukan bukti dengan kontradiksi, termasuk matematikawan Arab Ibn al-Haytham (Alhazen, abad ke11), matematikawan Persia Omar Khayym (abad ke-12) dan Nasir al-Din al-Tusi (abad ke-13), dan ahli matematika Italia Giovanni Girolamo Saccheri (abad ke18). Teorema Ibn al-Haytham, Khayyam dan al-Tusi pada segiempat, termasuk Lambert segiempat dan Saccheri segiempat, adalah "beberapa teorema pertama dari hiperbolik dan geometri eliptik." Teorema ini bersama dengan postulat alternatif, seperti aksioma Playfair, memainkan peran penting dalam pengembangan selanjutnya dari geometri non-Euclidean. Upaya-upaya awal pada dalil kelima menantang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan di antara geometri kemudian Eropa, termasuk Witelo, Levi ben Gerson, Alfonso, John Wallis dan Saccheri. Semua upaya ini dilakukan pada awal mencoba merumuskan non-Euclidean. Namun geometri memberikan bukti cacat dari postulat paralel, yang berisi asumsi yang pada dasarnya setara dengan postulat paralel. Ini upaya awal itu, bagaimanapun, memberikan beberapa sifat awal geometri hiperbolik dan elips.

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Khayyam, bagaimanapun, mungkin sedikit dari pengecualian. Tidak seperti banyak komentator Euclid sebelum dan sesudah dia (termasuk Saccheri), Khayyam tidak berusaha untuk membuktikan paralel dalil seperti itu tetapi untuk mendapatkan dari setara sebuah postulat ia merumuskan dari "prinsip-prinsip Bertuah" (Aristoteles): "Dua konvergen garis lurus berpotongan dan tidak mungkin untuk dua garis lurus konvergen menyimpang ke arah di mana mereka berkumpul. "Khayyam kemudian dianggap sebagai tiga kasus yang tepat, tumpul, dan akut yang sudut puncak dari sebuah Saccheri segiempat dapat mengambil dan setelah membuktikan sejumlah teorema tentang mereka, ia benar membantah tumpul dan kasus-kasus akut berdasarkan dalil dan karenanya diturunkan dalil klasik Euclid. pengecualian lain mungkin anak al-Tusi's, Sadr al-Din (kadangkadang dikenal sebagai "Pseudo-Tusi"), yang menulis sebuah buku tentang subjek pada tahun 1298, berdasarkan pikiran al-Tusi, yang disajikan salah satu argumen awal untuk setara hipotesis non-Euclidean ke postulat paralel. "Dia pada dasarnya revisi kedua sistem Euclidean aksioma dan dalil-dalil dan bukti-bukti banyak proposisi dari Elemen." Karyanya telah diterbitkan di Roma pada 1594 dan telah dipelajari oleh geometri Eropa, termasuk Saccheri. Vitale Giordano, dalam bukunya Euclide restituo (1680, 1686), menggunakan Saccheri segiempat untuk membuktikan bahwa jika tiga poin berjarak sama di pangkalan AB dan CD puncak, maka AB dan CD di mana-mana berjarak sama. Dalam karya berjudul Euclides ab Omni Naevo Vindicatus (Euclid Dibebaskan dari Semua Cacat), yang diterbitkan pada tahun 1733, Saccheri cepat dibuang geometri eliptik sebagai kemungkinan (beberapa orang lain dari aksioma Euclid harus dimodifikasi untuk geometri elips untuk bekerja) dan mulai bekerja membuktikan besar jumlah hasil dalam geometri hiperbolik. Dia akhirnya mencapai titik di mana ia percaya bahwa hasilnya menunjukkan ketidakmungkinan geometri hiperbolik. Klaimnya tampaknya telah didasarkan pada pengandaian Euclidean, karena tidak ada kontradiksi logis hadir. Dalam upaya untuk membuktikan geometri Euclid dia malah tidak sengaja menemukan geometri yang layak baru. Pada saat ini secara luas percaya bahwa alam semesta bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip geometri Euclid.

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Selang beberapa waktu, sekitar tahun 1830, matematikawan Hongaria Jnos Bolyai dan matematikawan Rusia Nikolai Lobachevsky secara terpisah menerbitkan risalah tentang geometri hiperbolik. Akibatnya, geometri hiperbolik disebut geometri Bolyai-Lobachevskian, baik sebagai matematikawan, independen satu sama lain, adalah penulis dasar dari geometri non-Euclidean. Gauss disebutkan sebagai ayah Bolyai, ketika ditampilkan karya Bolyai muda, dia mengatakan bahwa ia telah mengembangkan geometri non-Euclidean sekitar 20 tahun sebelumnya, meskipun ia tidak mempublikasikan. Sementara Lobachevsky menciptakan geometri non-Euclidean dengan meniadakan postulat paralel, Bolyai bekerja di luar geometri dimana kedua Euclidean dan geometri hiperbolik yang mungkin tergantung pada parameter k. Bolyai mengakhiri karyanya dengan menyebutkan bahwa tidak mungkin untuk memutuskan melalui penalaran matematis saja jika geometri Euclidean alam semesta fisik atau non-Euclidean, ini adalah tugas untuk ilmu fisik. Penemuan kesalahan ini membuat berkembangnya geometri model baru. Dirintis oleh Beltrami dari Italia, disusul Cayley dari Inggris, Poincare dari Perancis dan Felix Klein dari Jerman. Terakhir, dirombak, diubah dan dilakukan penyesesuai kecil terhadap postulat-postulat Euclid oleh [Bernhard] Riemann dari Jerman sehingga muncul bentuk-bentuk baru: hiperbola, parabola, ellips yang merupakan jawaban bahwa alam semesta bukanlah pengikut aliran Euclid (nonEuclidian). Munculnya aliran non-Euclidian menyebabkan perubahan besar dalam konsep geometri. Sebagai akibat dari perubahan besar ini dalam konsep geometri, konsep "ruang" menjadi sesuatu yang kaya dan berbeda, seperti analisis kompleks dan mekanik klasikal. Jenis tradisional geometri telah dikenal seperti dari ruang homogeneous, yaitu ruang itu mempunyai bekalan simetri yang mencukupi, supaya dari poin ke poin mereka kelihatan sama. Selain munculnya aliran non-Euclidian yang menarik perhatian seluruh matematikawan di berbagai belahan dunia. Pada era ini muncul pula karya-karya baru yang menjadi dasar dari matematika modern, salah satunya adalah teori himpunan.

NURAINI KUSUMAWATI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Sejarah teori himpunan agak berbeda dari sejarah daerah lain sebagian besar matematika. Untuk daerah yang prosesnya yang paling panjang biasanya dapat ditelusuri di mana ide-ide berkembang, sering oleh sejumlah matematikawan hampir bersamaan menghasilkan penemuan sangat penting. Teori himpunan agak berbeda. Ini adalah penciptaan satu orang, Georg Cantor. Penelitian awal Cantor berasal dari teori bilangan. Selang beberapa waktu, kemudian Cantor pindah dari teori bilangan ke karya seri trigonometri. Karya ini berisi ide-ide Cantor tentang teori himpunan dan juga tentang bilangan irrasional. Sekitar tahun 1874, Cantor menerbitkan artikel di jurnal Crelle yang mana menandai kelahiran teori himpunan. Cantor membuktikan bahwa himpunan semua bilangan real adalah tidak dapat dihitung dan tak terbatas namun himpunan semua bilangan nyata adalah dapat dihitung dan tak terbatas. Teori himpunan merupakan dasar matematika yang tepat. SUMBER :
http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_mathematics http://www.mathstudyclub.co.cc/2011/05/sejarah-singkat-teoremapythagoras.html

http://mate-mati-kaku.com/matematikawan/zeno.html
http://www.mate-mati-kaku.com/matematikawan/euclid.html

http://mate-mati-kaku.com/asal-asal/geometri

Anda mungkin juga menyukai