MAKALAH
Disusun dan Diajukan untuk Tugas dalam Mata Kuliah Sejarah dan Filsafat MTK
Disusun Oleh :
DESI FITRIANI
Dosen Pembimbing :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur selalu saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada saya, sehingga
saya bisa menyelesaikan tugas penyusunan Makalah Sejarah dan Filsafat Matematika.
Shalawat dan salam semoga disampaikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW. Yang telah memberikan pembelajaran yang terbaik yang mencerdaskan dan
menyelamatkan umat manusia di dunia dan di akhirat. Adapun judul makalah Sejarah
dan Filsafat Matematika tentang, “Sistem Numerasi”.
Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, saya tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan
makalah dimasa yang akan datang.
Dan saya berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan
bagi penyusun dan para pembaca semuanya. Amin.
Penulis
Desi Fitriani
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 4
B. Rumusan Masalah..................................................................... 4
C. Tujuan....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
3
A. Kesimpulan............................................................................... 14
B. Saran.......................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
4
1. Bagaimanakah sistem numerasi Mesir kuno?
2. Bagaimanakah sistem numerasi Babilonia?
3. Bagaimanakah sistem numerasi Yunani Kuno?
4. Bagaimanakah sistem numerasi Maya?
5. Bagaimanakah sistem numerasi Cina?
6. Bagaimanakah sistem numerasi Romawi?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
B. Sistem Numerasi Babilonia
Contoh 2:
7
b) Menggunakan nilai tempat (setiap posisi dipisahkan oleh sebuah jarak)
Contoh penulisan:
8
a. 2705 = 2. 1000 + 7. 100 + 5 = XX HHHHH HH
b. 2807 = 2.1000+ 8.100 + 7 = ΧΧ HHHHH ΗΗH II
Suku Indiana Maya dan Inca di Amerika Selatan zaman dahulu kala
telah terkenal memiliki peradaban yang tinggi, antara lain mereka telah
mempunyai sistem angka atau numerasi. Keistimewaan sistem ini
dibandingkan dengan sistem-sistem lain adalah telah adanya lambang nol.
Tulisan atau angka yang dikembangkan bangsa Maya bentuknya sangat aneh,
berupa bulatan lingkaran kecil dan garis-garis.
Hal ini tentu dipengaruhi oleh alat tulis yang dipakai, yaitu tongkat
yang penampangnya lindris (bulat), sehingga dengan cara menusukkan
tongkat ke tanah liat akan berbekas lingkaran atau dengan meletakkan tingkat
mereka sehingga berbekas garis. Penulisan bilangan Maya ini ditemukan oleh
Francisco de Cordoba pada tahun 1517 M di kota peninggalan mereka di
Mexico, tepatnya di Jazirah Jucatan. Lambang-lambang dari sistem numerasi
9
ini adalah gabungan antara garis dan noktah. Untuk bilanganbilangan yang
lebih besar dari 19 dipakai bilangan dasar 20. Untuk bilangan-bilangan yang
lebih besar lagi, dipakai bilangan dasar 18.20, 18.202, 18.203, ... 18.20n.
Sistem Numerasi Maya
Sistem numerasi ini telah ada sejak tahun 200 SM. Bangsa Cina
menuliskan angka-angkanya menggunakan alat tulis yang dinamakan pit
dimana bentuknya menyerupai kuas. Tulisannya berbentuk gambar atau
piktografi yang mempunyai nilai seni tinggi. Sistem angka Cina-Jepang
disebut dengan sistem ―batang‖, mempunyai nilai tempat, berkembang
sekitar 213 SM. Angka tradisional Cina-Jepang menggunakan pengelempokan
dengan bilangan dasar 10.
Disamping itu sistem angka ini juga mempunyai sistem
pengelompokan perkalian (multiplikatif), maksudnya adalah sebagai berikut:
Andaikan telah ditentukan lambang-lambang bilangan dasar dari 1 sampai 9,
10
sedangkan bilangan 10, 102, 103, ... dimisalkan mempunyai lambang
berturut-turut a, b, c, ...
11
kali untuk menotasikan angka dua dan angka tiga berturut-turut. Misalnya
angka delapan Romawi adalah delapan garis vertikal yang ditulis sejajar.
Angka lima dinotasikan dengan satu tangan yang isinya lima jari tetapi karena
jari jempol berbeda bentuknya dengan keempat jari lainnya dalam tangan
maka satu tangan digambar dengan V yang demikian menjadi notasi angka
lima. Angka empat telah diontasikan dengan menggunakan operasi
pengurangan dimana Bangsa Romawi menganggap empat adalah angka lima
dikurangi angka satu maka angka emapt dinotasikan dengan IV. Bilangan
sepuluh dinotasikan dengan dua tangan, satu tangan di atas dan satu tangan di
bawah. Oleh karena itu, bentuk bilangan sepuluh adalah X dan seterusnya.
(Hasan, 2005: hal.131).
12
2. Kurangkan hanya satu huruf dari sebuah angka tunggal.
3. Jangan mengurangkan huruf dari huruf yang besarnya lebih dari sepuluh
kali.
4. Aturan yang berlaku, empat ditulis IV dan bukan IIII
5. Selama tahun pertengahan, angka Romawi N digunakan sebagai lambang
―nullae‖ yang menyatakan nol. Untuk menuliskan bilangan-bilangan
besar dipakai sistem perkalian yang ditunjukan dengan tanda-tanda
tertentu. Umpamanya sebuah strip (ruas garis) diatas lambang bilangan
tertentu menunjukan nilai yang sama dengan 1000 kali nilai bilangan itu.
Dua strip diatas sebuah lambang bilangan tertentu menunjukan nilai
sejuta kali bilangan itu. (Muliati, 2020: hal.32).
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem yang dikenal dewasa ini dengan sistem Bilangan Arab adalah
sistem bilang hasil penemuan Masyarakat Islam Arab bogiau Timur yaitu
Masyarakat Islam Arab yang btrmukim di Benua Asia yang dikenal sekarang
dengan Timur Tengah. Di wilayah tersebut, Bilangan-bilangan Arab dikenal
dengan nama Bilangan Wilayah Timur (al- 'adadul masyriqf). Sedangkan
Sistem yang dikenal dewasa ini dengan sistem Bilangan Latin adalah sistem
bilang hasil penemuan Masyarakat Islam Arab bagian Barat yaitu Masyarakat
14
Islam Arab yang bermukim di Benua Afrika bagian utara yang dikenal
sekarang dengan Afrika Utara. Di wilayah tersebut, Bilangan-bilangan Arab
dikenal dengan nama Bilangan Wilayah Barat (al-'adadul maghribyiaf}).
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16