RUANG VEKTOR
UMUM
Tim Dosen Aljabar Linear FTUI
INDIKATOR
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari ruang vektor dan sub ruang serta menentukan
dan menganalisis apakah suatu himpunan merupakan ruang vektor atau bukan
2. Mahasiswa memahami konsep kebebasan linier dan mampu menentukan apakah suatu
himpunan bebas linier atau tidak
3. Mahasiswa memahami konsep basis dan dimensi dari suatu ruang vektor serta vektor
koordinat yang bersesuaian dengan suatu basis
4. Mahasiswa mampu menerapkan perubahan basis pada suatu ruang vektor
5. Mahasiswa mampu menganalisis ruang baris, ruang kolom, serta ruang kosong (null space)
dari suatu matriks serta menentukan nilai rank dan nullity
6. Mahasiswa memahami beberapa transformasi dasar pada R2 dan R3 yang merupakan
perkalian dengan matriks serta sifatnya
KERANGKA PEMBAHASAN
1. Ruang Vektor Nyata
2. Subruang
3. Kebebasan Linier
4. Koordinat dan Basis
5. Dimensi
6. Perubahan Basis
7. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul
8. Rank dan Nulitas
9. Transformasi Matriks Dasar
10. Sifat Transformasi Matriks
11. Aplikasi: Geomtri Operator Matriks pada R2
PENGANTAR
Pada bab sebelumnya: generalisasi vektor R2 dan R3 ke Rn
Pada bab ini akan mengumumkan vektor lebih lanjut sehingga
disebut saja: VEKTOR
Di sini bukan hanya teori, tapi aplikasi: ALAT yang sangat
berguna untuk memperluas visualisasi geometrik kita terhadap
berbagai permasalahan matematika yang penting
Kita dapat menggambarkan R2 dan R3 sebagai garis, yang
memperkenankan kita menggambar atau membentuk gambar
mental untuk membantu menyelesaikan permasalahan tersebut
4.1 RUANG VEKTOR NYATA
Pada sub-bab ini kita akan memperluas konsep sebuah vektor
dengan mengambil sifa-sifat penting vektor yang sudah dikenal
kemudian dijadikan AKSIOMA
Setiap sekumpulan obyek yang cocok dengan suatu aksioma,
secara otomatis memiliki sifa-sifat penting vektor yang sudah
dikenal
Selanjutnya, kumpulan obyek tersebut dapat diterima sebagai
VEKTOR JENIS BARU
AKSIOMA RUANG VEKTOR
V adalah kumpulan obyek bukan kosong yang dapat didefinisikan
dengan dua operasi: penambahan dan perkalian skalar
Jika SEMUA (10) operasi-operasi berikut berlaku untuk semua u,
v, w dan V, maka V adalah RUANG VEKTOR, sedangkan obyek-
obyek tersebut ada di dalam vektor V
1. Jika u dan v adalah obyek di dalam V, maka u + v ada di
dalam V
2. u + v = v + u
3. u + (v + w) = (u + v) + w
4. Ada sebuah obyek 0 di V, disebut vektor nol untuk V,
sehingga 0 + u = u + 0 = u untuk semua u di V
5. Untuk semua u di V, ada obyek –u di V, disebut u
negatif, sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0
6. Jika k adalah skalar sembarang dan u adalah obyek
sembarang di V, maka ku ada di V
7. k(u + v) = ku + kv
8. (k + m)u = ku + mu
9. k (mu) = (km)(u)
10. 1u = u
CONTOH
Diketahui V adalah kumpulan fungsi nilai-nyata yang didefinisikan
pada garis bilangan nyata (-, ). Jika f(x) dan g(x) adalah dua
fungsi dan k adalah bilangan nyata, definisikan penjumlahan fungsi
f(x)+g(x) dan kf(x).
JAWAB
CONTOH: SETIAP BIDANG MELALUI ASALNYA
ADALAH SEBUAH RUANG VEKTOR
V adalah bidang melalui asalnya di R3. Kita akan menunjukkan bahwa titik-
titik di V membentuk ruang vektor di bawah operasi penjumlahan dan
perkalian yang standar untuk vektor di R3. Telah dibuktikan bahwa R3 itu
sendiri adalah ruang vektor di bawah operasi-operasi ini sehingga telah
memenuhi aksioma 2, 3, 7, 8, 9 dan 10. Sekarang kita buktikan aksioma
sisanya (1, 4, 5, dan 6). Karena V bidang melalui asalnya maka:
ax + by + cz = 0
Jika u = (u1,u2,u3) dan v = (v1,v2,v3) adalah titik di V, maka au1 + bu2 + cu3 =
0 dan av1 + bv2 + cv3 = 0. Penjumlahan kedua garis:
a(u1+v1) + b(u2+v2) + c(u3+v3) = 0
Bukti aksioma 1: u + v = (u1+v1,u2+v2,u3+v3), sehingga u + v ada di V
Bukti aksioma 4: 0 + u = u + 0 = u
0 = (0,0,0) maka (0,0,0) + (u1,u2,u3) = (u1,u2,u3) + (0,0,0) = (u1,u2,u3)
Bukti aksioma 5: u + (-u) = (-u) + u = 0
(u1,u2,u3) + (-u1,-u2,-u3) = (-u1,-u2,-u3) + (u1,u2,u3) = (0,0,0)
Bukti aksioma 6: ku = k(u1,u2,u3) = (ku1,ku2,ku3)
CONTOH-CONTOH BUKAN RUANG VEKTOR
1. BILANGAN BULAT bukan ruang vektor
2. POLINOMIAL DENGAN DERAJAT KEBEBASAN DUA bukan ruang
vektor
3. PASANGAN BILANGAN NYATA dengan operasi penjumlahan
standar TAPI PERKALIAN SKALARNYA TIDAK STANDAR
1. BILANGAN BULAT BUKAN RUANG VEKTOR
Semua bilangan bulat (dengan operasi yang standar)
bukan ruang vektor karena tidak sesuai dengan perkalian
skalar:
1 1
1 =
2 2
skalar bulat Pecahan (bukan bulat)
2. POLINOMIAL DENGAN DERAJAT KEBEBASAN
DUA BUKAN RUANG VEKTOR
Polinomial dengan derajat kebebasan dua bukan ruang vektor
karena tidak sesuai dengan operasi penjumlahan:
𝑝 𝑥 = 𝑥2
𝑞 𝑥 = −𝑥 2 + 𝑥 + 1
Jika dilakukan operasi penjumlahan:
𝑝 𝑥 + 𝑞 𝑥 = 𝑥2 − 𝑥2 + 𝑥 + 1 = 𝑥 + 1
Hasilnya bukan polinomial orde-2
3. PASANGAN BILANGAN NYATA DENGAN OPERASI
PENJUMLAHAN STANDAR TAPI PERKALIAN SKALARNYA
TIDAK STANDAR
Kumpulan semua pasang bilangan nyata (x,y) dengan operasi
(x,y) + (x’,y’) = (x+x’,y+y’) dan k(x,y) = (2kx,2ky)
Apakah ini termasuk ruang vektor? Kalau tidak, manakah aksioma
yang gagal?
JAWABAN
BUKAN termasuk ruang vektor karena gagal di aksioma 9 dan 10:
9. k (mu) = (km)(u)
10. 1u = u
SIFAT-SIFAT RUANG VEKTOR
4.2 SUBRUANG
Misalkan W merupakan subhimpunan dari sebuah ruang vektor V
W dinamakan subruang (subspace) V
jika W juga merupakan ruang vektor yang tertutup terhadap operasi
penjumlahan dan perkalian dengan skalar.
Syarat W disebut subruang dari V adalah :
1. W { }
2. W V (subset atau himpunan bagian)
3. Jika 𝒖 ഥ ∈ 𝑾 maka 𝒖
ഥ, 𝒗 ഥ+𝒗
ഥ∈𝑾
ഥ ∈ 𝑾 dan k Riil maka 𝐤ഥ
4. Jika 𝒖 𝒖∈𝑾
Contoh :
Tunjukan bahwa himpunan W yang berisi semua matriks
orde 2x2 dengan setiap unsur diagonalnya adalah nol
merupakan subruang dari ruang vektor matriks M2x2
Jawab :
0 0
1. O W maka W
0 0
2. Jelas bahwa W M2x2
3. Ambil sembarang matriks A, B W
Tulis 0 a1 0 b1
A B
a2 0 dan b2 0
Perhatikan bahwa :
0 a1 0 b1
A B
a2 0 b2 0
0 a1 b1
a2 b2 0
a b
A B =
b a
Karena a ≠ b
Maka det (A + B ) = a2 – b2 ≠ 0
JAWAB
1. Dari empat syarat subruang, syarat 1 – 3 terpenuhi, tapi syarat 4 tidak terpenuhi
karena jika 𝑘 = −1, maka −1 1,1 = (−1, −1) yang bukan bagian dari W.
jadi W BUKAN SUBRUANG dari R2
2. Dari persamaan garis dapat diketahui bahwa 𝑥 = −2𝑦
sehingga sebuah titik dari R2 ada di garis 𝑥 + 2𝑦 = 0 jika dan
hanya jika memiliki bentuk (−2𝑡, 𝑡) dengan 𝑡 ∈ 𝑅.
Operasi penjumlahan dari 𝑢 = (−2𝑡1 , 𝑡1 ) dan 𝑣 =
−2𝑡2 , 𝑡2 :
𝑢 + 𝑣 = −2𝑡1 , 𝑡1 + −2𝑡2 , 𝑡2
= −2 𝑡1 + 𝑡2 , 𝑡1 + 𝑡2 = −2𝑡3 , 𝑡3
dengan 𝑡3 = 𝑡1 + 𝑡2
jadi 𝑢 + 𝑣 ada di garis tersebut.
Operasi perkalian skalar juga memenuhi
Jadi subhimpunan tersebut merupakan subruang R2
3. Subhimpunan ini bukan subruang R2 karena setiap subruang
harus mengandung vektor nol (0,0) yang tidak ada di garis
𝑥 + 2𝑦 = 1
4. Juga bukan subruang R2 karena tidak memenuhi operasi
penjumlahan: titik (0,1) dan (1,0) jika dijumlahkan
menghasilkan titik (1,1) yang tidak terletak di lingkaran
tersebut
SUBRUANG FUNGSI
Setiap FUNGSI POLINOMIAL (𝑊1 ) adalah diferensiabel, karena itu
𝑊1 adalah subruang dari FUNGSI YANG DIFERENSIABEL (𝑊2 );
setiap 𝑊2 adalah subruang dari FUNGSI KONTINYU (𝑊3 ); setiap
𝑊3 adalah subruang dari FUNGSI YANG DAPAT DIINTEGRALKAN
(𝑊4 ), dan setiap 𝑊4 adalah subruang FUNGSI (𝑊5 ).
Irisan dari dua subruang adalah sebuah subruang juga.
KOMBINASI LINEAR
Sebuah vektoru
dinamakan kombinasi linear dari vektor – vektor
v1, v2 , … , vn
jika vektor – vektor tersebut
dapat dinyatakan dalam bentuk :
b. b = (1, 5, 6)
c. c = (0, 0, 0)
JAWABAN
a. Tulis k1u k 2 v a
akan diperiksa apakah ada k1, k2,sehingga kesamaan tersebut dipenuhi.
2 1 4 2 1 k1 4
k1 4 k 2 - 1 2 Ini dapat ditulis menjadi: 4 - 1 2
0 3 6 0 3 k 6
2
dengan OBE, diperoleh: 1 1 2 2 1 1 2 2
1 -3 -6 ~ 0 1 2
0 3 6 0 0 0
Dengan demikian, a
merupakan kombinasi linear dari vektor u dan v atau a u 2v
b. Tulis : 2 1 1
k1u k 2 v b k1 4 k 2 -1 5
0 3 6
4 -1 5 ~ 0 -3 3 ~ 0 1 2
0 3 0 3 0 3
6 6 0
S v1 , v 2 , ... , v n
dikatakan membangun suatu ruang vektor V jika setiap vektor
JAWAB:
𝑢1 −2 1 2
𝑢 = 𝑘1 𝑣1 + 𝑘2 𝑣2 + 𝑘3 𝑣3 𝑢2 = 𝑘1 1 + 𝑘2 2 + 𝑘3 3
𝑢3 −2 4 −1
1 2 3 𝑢2
−2 1 2 𝑢1 1 2 3 𝑢2 1 2 3 𝑢2 8 2𝑢2 +𝑢1
0 1
1 2 3 𝑢2 −2 1 2 𝑢1 0 5 8 2𝑢2 + 𝑢1 5 5
−2 4 −1 𝑢3 −2 4 −1 𝑢3 0 8 5 2𝑢2 + 𝑢3 0 0 −
39 6
− 𝑢2 − 𝑢3
3
5 5 5
Jawab :
u1
Ambil sembarang vektor di R2, misalkan u u2
u
Tulis : 3
u k1v1 k 2 v 2 k 3 v3
1 1 2 k1 u1
1 0 1 k u
Sehingga dapat ditulis dalam bentuk : 2 2
2 1 3 k3 u
3
Syarat agar dapat dikatakan kombinasi linear
SPL tersebut harus mempunyai solusi (konsisten)
Dengan OBE diperoleh :
Jadi
a , b , c adalah vektor-vektor yang bergantung linear.
CONTOH
Apakah ketiga vektor berikut bebas linear?
𝑣1 = 2, −1,0,3 , 𝑣2 = 1,2,5, −1 dan 𝑣3 = 7, −1,5,8
JAWAB
𝑘1 𝑣1 + 𝑘2 𝑣2 + 𝑘3 𝑣3 = 0
2 1 7
−1 2 −1
𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3 =0
0 5 5
3 −1 8
2 1 7 𝑘
1
−1 2 −1 𝑘 = 0
2
0 5 5
𝑘3
3 −1 8
INTERPRETASI GEOMETRI KEBEBASAN LINEAR
Di R2 atau R3, kumpulan dua vektor BEBAS LINEAR jika dan hanya jika vektor-
vektor tersebut TIDAK terletak pada garis yang sama saat ditempatkan titik
awalnya di asalnya (titik O)
Di R3, kumpulan tiga vektor BEBAS LINEAR jika dan hanya jika vektor-vektor
tersebut TIDAK terletak pada bidang yang sama saat ditempatkan titik awalnya
di asalnya (titik O)
TEOREMA
Misalkan S = {v1, v2, …, vr} adalah kumpulan
vektor di Rn. Jika r>n, maka S bergantung linear
Nilai x berapa pun tidak ada yang membuat nilai W menjadi nol BEBAS LINEAR
2𝑤
ഥ P 3𝑤
ഥ
D 𝑎𝑢ത C
𝑣ҧ
APLIKASI 𝑢ത
Q
𝑏𝑣ҧ
A 5𝑤
ഥ B
A 5𝑤
ഥ B
Berarti:
2
5𝑎 − 2 = 0 𝑎 =
5
5
5 − 2𝑏 = 0 𝑏 =
2
5
𝐷𝑄: 𝑄𝐵 = 𝑣:ҧ 𝑏𝑣,ҧ maka 𝐷𝑄: 𝑄𝐵 = 𝑣:ҧ 𝑣ҧ = 2𝑣:ҧ 5𝑣ҧ
2
𝑫𝑸: 𝑸𝑩 = 𝟐: 𝟓
APLIKASI: PENYELESAIAN ODE LINEAR ORDE
TINGGI
Diketahui persamaan diferensial linear orde tinggi:
𝑦 (𝑛) + 𝑔𝑛−1 𝑥 𝑦 (𝑛−1) + ⋯ + 𝑔1 𝑥 𝑦 ′ + 𝑔0 𝑥 𝑦 = 0
Maka solusi umumnya adalah:
𝑦 = 𝐶1 𝑦1 + 𝐶2 𝑦2 + ⋯ + 𝐶𝑛 𝑦𝑛
Jika kumpulan 𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 bebas linear, dengan
𝐶1 , 𝐶2 , … , 𝐶𝑛 adalah bilangan nyata
APLIKASI: PENDULUM
Diketahui sebuah pendulum dengan panjang L yang
mengayun hanya karena gravitasi saja. Untuk harga 𝜃 =
𝜃(𝑡) yang kecil, pergerakan pendulum dapat didekati
𝑑2 𝜃 𝑔
dengan persamaan diferensial: 2 + 𝜃 = 0
𝑑𝑡 𝐿
𝑔 𝑔
1. Buktikan bahwa sin 𝑡 , cos 𝑡 adalah solusi yang
𝐿 𝐿
bebas linear dari persamaan diferensial tersebut
2. Buktikan bahwa solusi umumnya adalah 𝜃 𝑡 =
𝑔
𝐴 cos 𝑡+𝜙
𝐿
JAWABAN
𝑔 𝑔
sin 𝑡 cos 𝑡
𝐿 𝐿 𝑔 𝑔 𝑔 𝑔 𝑔 𝑔
1. 𝑊= =− sin2 𝑡 − cos 2 𝑡 =− ቆsin2 𝑡 +
𝑔 𝑔 𝑔 𝑔 𝐿 𝐿 𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
cos 𝑡 − sin 𝑡
𝐿 𝐿 𝐿 𝐿
4.4 KOORDINAT DAN BASIS
Jika V adalah sembarang ruang vektor dan S = { ū1, ū2, … ,
ūn } merupakan himpunan berhingga dari vektor – vektor di V,
maka S DINAMAKAN BASIS BAGI V
3 0 0 1 k1 a
6 1 8 0 k b
2
3 1 12 1 k3 c
6 0 4 2 k 4 d
Determinan matriks koefisiennya (MK) = 48
• det(MK) 0 SPL memiliki solusi
untuk setiap a,b,c,d
Jadi, M membangun M2 x 2
• Ketika a = 0, b = 0, c = 0, d = 0,
det(MK) 0 SPL homogen punya solusi tunggal.
Jadi, M bebas linear.
Karena M bebas linear dan membangun M2 x 2
maka M merupakan basis bagi M2 x 2.
Ingat…
Basis untuk setiap ruang vektor adalah tidak tunggal.
Contoh :
Untuk ruang vektor dari M2 x 2, himpunan matriks :
1 0 0 1 0 0 0 0
0 1, 0 0, 1 0, 0 1
2 2 −1 0 1
−1 −1 2 −3 1
1 1 −2 0 −1
0 0 1 1 1
2 2 −1 0 1 1 1 −2 0 −1 1 1 −2 0 −1
−1 −1 2 −3 1 −1 −1 2 −3 1 0 0 0 −3 0
1 1 −2 0 −1 2 2 −1 0 1 0 0 3 0 3
0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1
1 1 −2 0 −1 1 1 −2 0 −1 1 1 −2 0 −1
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 −1 0
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1
1 1 −2 0 −1
𝑥1 0 𝑥4 = 0, 𝑥3 = −𝑥5, 𝑥1 + 𝑥2 − 2𝑥3 − 𝑥5 = 0
𝑥2 0
0 0 1 0 1 𝑥3 = 0
Jika 𝑥2 = 𝑠 dan 𝑥5 = 𝑡, maka 𝑥3 = −𝑡 dan 𝑥1 = −𝑠 − 𝑡
0 0 0 1 0 𝑥4 0 Solusi umumnya:
0 0 0 0 0 𝑥5 0 𝑥1 = −𝑠 − 𝑡, 𝑥2 = 𝑠, 𝑥3 = −𝑡, 𝑥4 = 0, dan 𝑥5 = 𝑡
Dalam bentuk vektor dapat ditulis:
−1 −1
1 0
𝑣1 = 0 dan 𝑣2 = −1 sebagai basis Dimensi = 2
0 0
0 1
CONTOH
Basis dan dimensi dari persamaan bidang 3𝑥 − 2𝑦 + 5𝑧 = 0?
Jawab:
3𝑥 − 2𝑦 + 5𝑧 = 0 3𝑥 = 2𝑦 − 5𝑧
2 5
𝑦 = 𝑠, 𝑧 = 𝑡 3𝑥 = 2𝑠 − 5t 𝑥 = 3 𝑠 − 3 t
2 5 2 5
𝑥 − −3
3 3 3
𝑦 = 𝑠 1 + 𝑡 0 Basis = 1 , 0 = , , Dimensi = 2
𝑧 0 1 0 1
CONTOH
Temukan basis subruang P2 (polynomial 2) yang dijangkau oleh vektor berikut:
−1 − 𝑥 + 3𝑥 2 , 2 + 2𝑥 − 6𝑥 2 , 3 + 3𝑥 − 9𝑥 2
JAWABAN:
3 −6 −9 1 −2 −3 1 −2 −3
−1 2 3 −1 2 3 0 0 0
−1 2 3 −1 2 3 0 0 0
Persamaan translasinya:
𝑥 ′ = 𝑥 − 𝑘, 𝑦′ = 𝑦 − 𝑙
𝑥 = 𝑥 ′ + 𝑘, 𝑦 = 𝑦′ + 𝑙
CONTOH:
Sistem koordinat-xy ditranslasikan untuk memperoleh sistem koordinat-x’y’
yang asalnya memiliki koordinat-xy: (k,l) = (4,1).
1. Tentukan koordinat-x’y’ dari titik tersebut dengan koordinat-xy P(2,0)
2. Tentukan koordinat-xy dari titik tersebut dengan koordinat-x’y’ Q’(-1,5)
SOLUSI
1. Persamaan translasinya: x’ = 2 – 4 = -2, y’ = 0 – 1 = -1 P’(-
2,-1)
2. Persamaan translasinya: x = -1 + 4 = 3, y = 5 + 1 = 6
Q(3,6)
PERUBAHAN BASIS: PERMASALAHAN
Jika merubah basis ruang vektor V dari basis lama B ke basis baru B’, bagaimana vektor
koordinat lama [𝑣]𝐵 dari vektor v yang berhubungan dengan vektor koordinat baru [𝑣]𝐵′ ?
Simpelnya kita terapkan pada dimensi-2:
Misalnya 𝐵 = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝐵′ = (𝑢1′ , 𝑢2′ ). Kita perlu vektor koordinat basis baru terhadap
basis lama:
𝑎 𝑐
𝑢1′ = dan 𝑢2′ =
𝑏 𝑑
𝑢1′ = 𝑎𝑢1 + 𝑏𝑢2
𝑢2′ = 𝑐𝑢1 + 𝑑𝑢2
𝑘1
[𝑣]𝐵′ =
𝑘2
PERUBAHAN BASIS: SOLUSI
Jika kita merubah basis ruang vektor V dari basis lama 𝐵 =
(𝑢1 , 𝑢2 , … , 𝑢𝑛 ) dan 𝐵′ = (𝑢1′ , 𝑢2′ , … , 𝑢𝑛′ ), maka vektor koordinat [𝑣]𝐵
dihubungkan dengan vektor koordinat baru [𝑣]𝐵′ dari vektor v yang
sama dengan persamaan
dengan P adalah vektor koordinat dari vektor basis yang baru relatif
terhadap basis lama.
Vektor kolom P adalah
Vektor P disebut MATRIKS TRANSISI dari 𝐵′ ke 𝐵:
Vektor Q disebut MATRIKS TRANSISI dari 𝐵 ke 𝐵′ : Q = P-1
VEKTOR KOORDINAT BARU ([𝑣]𝐵′ )
Misalkan vektor basis lama adalah 𝐵 = (𝑢1 , 𝑢2 , … , 𝑢𝑛 ) dengan koordinatnya adalah
[𝑣]𝐵 , maka
𝑘1 𝑢1 + 𝑘2 𝑢2 + ⋯ + 𝑘𝑛 𝑢𝑛 = [𝑣]𝐵
𝑢1′ 𝑢2′ … 𝑢𝑛′ 𝑘1 𝑘2 … 𝑘𝑛 ′ = [𝑣]𝐵
P [𝑣]𝐵′
dengan matriks transisi
𝑃 = 𝑢1′ 𝑢2′ … 𝑢𝑛′
dan vektor koordinat baru
[𝒗]𝑩′ = 𝒌𝟏 𝒌𝟐 … 𝒌𝒏 ′ = 𝐏 −𝟏 [𝒗]𝑩
CONTOH
Misalnya 𝐵 = (𝑢1 , 𝑢2 ) dan 𝐵 ′ = (𝑢1′ , 𝑢2′ ) adalah
b). Atau
c). Q = P-1, maka sehingga
CONTOH
Temukan vektor koordinat untuk v relatif terhadap basis B = {u1, u2} dengan u1 =
(3,4) dan u2 = (2,3) serta v = (2,4)
JAWAB
𝐯 = 𝑘1 𝐮𝟏 + 𝑘2 𝐮𝟐
(𝟐, 𝟒) = 𝑘1 (𝟑, 𝟒) + 𝑘2 (𝟐, 𝟑)
2 = 𝑘1 𝟑 + 𝑘2 𝟐
4 = 𝑘1 𝟒 + 𝑘2 𝟑
3 2 𝑘1 2 𝑘1 3 −2 2 −2
= = =
4 3 𝑘2 4 𝑘2 −4 3 4 4
P 𝐯 𝐵′ 𝐯 𝐵 𝐯 𝐵′ P-1 𝐯𝐵
−2
Jadi 𝐯 𝐵′ =
4
CONTOH
Temukan vektor koordinat untuk v relatif terhadap basis B = {u1, u2, u3} dengan u1 = (1,2,3), u2 = (-4,5,6)
dan u3 = (7,-8,9) serta v = (5,-12,3)
JAWAB
𝐯 = 𝑘1 𝐮𝟏 + 𝑘2 𝐮𝟐 + 𝑘3 𝐮𝟑
(𝟓, −𝟏𝟐, 𝟑) = 𝑘1 (𝟏, 𝟐, 𝟑) + 𝑘2 (−4,5,6) + 𝑘3 (7, −8,9)
5 = 𝑘1 − 𝑘2 4 + 𝑘3 7
−12 = 𝑘1 2 + 𝑘2 5 − 𝑘3 8
3 = 𝑘1 3 + 𝑘2 6 + 𝑘3 9
1 −4 7 𝑘1 5 𝑘1 0.3875 0.3250 −0.0125 5 −2
2 5 −8 𝑘2 = −12 𝑘2 = −0.1750 −0.050 0.0917 −12 = 0
3 6 9 𝑘3 3 𝑘3 −0.0125 −0.075 0.0542 3 1
P 𝐯 𝐵′ 𝐯 𝐵 𝐯 𝐵′ P-1 𝐯𝐵
−2
Jadi 𝐯 𝐵′ = 0
1
CONTOH
1 0 0
Matriks transisi dari basis B’ ke B di ruang polinomial P2 adalah: 𝑃 = 0 3 2 dengan 𝐵 = 𝑝1 , 𝑝2 , 𝑝3 , 𝐵 ′
= 𝑞 , 𝑞 , 𝑞 dan 𝑝 = 1 + 𝑥 + 𝑥 2 , 𝑝 = 1 + 𝑥, dan 𝑝 = 1. Tentukan 0 𝐵1
′ 1
1 2 3 1 2 3
JAWABAN
[𝑝]𝐵 = 𝑃 [𝑞]𝐵′ [𝑞]𝐵′ = 𝑃−1 [𝑝]𝐵
1 0 0
𝑄= 𝑃−1 = 0 1 −2
0 −1 3
1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
Matriks polinomal: [𝑝]𝐵 = 1 1 0 , maka [𝑞]𝐵′ = 0 1 −2 1 1 0 = −1 1 0
1 0 0 0 −1 3 1 0 0 2 −1 0
CONTOH
Diketahui
𝑎 𝑏 𝑐
𝑀= 𝑑 𝑒 𝑓 : 𝑎 = 2𝑓, 𝑏 = 2𝑔 + ℎ, 𝑐 = 3𝑔 − 𝑖, 𝑑 = 𝑔 + 𝑖, 𝑒 = 3ℎ
𝑔 ℎ 𝑖
Tentukan basis ruang vektor M dan koordinat vektor A realtif terhadap M =
2 7 2
6 9 1
2 3 4
JAWABAN
Basis ruang vektor M adalah
2𝑓 2𝑔 + ℎ 3𝑔 − 𝑖 2 0 0 0 2 3 0 1 0 0 0 0
𝑔+𝑖 3ℎ 𝑓 =𝑓 0 0 1 +𝑔 1 0 0 +ℎ 0 3 0 +𝑖 0 0 1
𝑔 ℎ 𝑖 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
Jadi basis ruang vektor M-nya:
2 0 0 0 2 3 0 1 0 2 0 0
0 0 1 , 1 0 0 , 0 3 0 , 0 0 1
0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0
Koordinat vektor A
2 7 2 2𝑓 2𝑔 + ℎ 3𝑔 − 𝑖
6 9 1 = 𝑔+𝑖 3ℎ 𝑓
2 3 4 𝑔 ℎ 𝑖
Maka 𝑓 = 1, 𝑔 = 2, ℎ = 3, 𝑖 = 4
Koordinat vektor A relatif terhadap basis M adalah: (1,2,3,4)
4.7 RUANG BARIS, RUANG KOLOM DAN RUANG
NUL
1 2 1 1
Vektor baris
A 1 2 3 1
1
2 2 1
Vektor kolom
1 1
1 2 1 1
2 2
A 1 2 3 1 ,
1 1 3
2 2 1 1 1
CONTOH
Perhatikan SPL yang berbentuk Ax = b berikut:
JAWABAN
Ruang nol dari A adalah ruang solusi sistem homogenya:
Seperti pada contoh sebelumnya, vektor solusinya yang membentuk ruang vektor:
MATLAB
>> A=[2 2 -1 0 1;-1 -1 2 -3 1;1 1 -2 0 -1;0 0 1 1 1]
2 2 -1 0 1
-1 -1 2 -3 1
1 1 -2 0 -1
0 0 1 1 1
>> null(A,’r’)
v1 v2
-1 -1
1 0
0 -1
0 0
0 1
4.8 RANK, NULITAS DAN RUANG
MATRIKS FUNDAMENTAL
TEOREMA 5.6.3
Jika A adalah matriks dengan kolom n, maka
𝑟𝑎𝑛𝑘 𝐴 + 𝑛𝑢𝑙𝑙𝑖𝑡𝑦 𝐴 = 𝑛
TEOREMA 5.6.4
Jika A adalah matriks m x n, maka
a) rank(A) = jumlah leading variables dalam solusi Ax = 0
b) nullitas(A) = jumlah parameter dalam solusi umum Ax = 0
CONTOH
2 2 −1 0 1 1 1 −2 0 −1
𝐴 = −1 −1 2 −3 1 0 0 1 0 1
1 1 −2 0 −1 0 0 0 1 0
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
𝑙1 𝑙2 𝑙3
rank(A) = 3
Jumlah kolom = 5, maka nullitas(A) = 2
Bukti:
CONTOH
Dari contoh sebelumnya:
1 2 1 1 1 2 0 −1
A 1 2 3 1 𝐴] = 0 0 1 0
2 1 0 0 0 0
1 2
basis ruang kolom basis ruang baris
1 1
1 1
2 2
1 , 3 ,
1 2
1 3
1 1
Dimensi basis ruang baris = ruang kolom
dinamakan rank. Jadi rank dari matriks A adalah 2.
Contoh :
Diberikan SPL homogen :
2p + q – 2r – 2s = 0
p – q + 2r – s =0
–p + 2q – 4r + s = 0
3p – 3s =0
Tentukan basis ruang solusi dari SPL di atas
Jawab :
SPL dapat ditulis dalam bentuk :
2 1 2 2 0
1 1 2 1 0
1 2 4 1 0
3 0 0 3 0
dengan melakukan OBE diperoleh :
1 0 0 1 0
0 1 2 0 0
0 0 0 0 0
0 0
0 0 0
p 1 0
q 0 2
r 0 a 1 b
s 1 0
dengan a, b merupakan parameter.
Jadi, basis ruang solusi dari SPL diatas adalah :
1 0
0 2
0 , 1
1 0
berarti
NULITAS (A) = 4
MATLAB: MATRIKS A
1. Rank : rank(A) >> A=[-1 2 0 4 5 -3;3 -7 2 0 1 4;2 -5 2 4 6 1;4 -9 2 -4 -4 7]
A=
2. Dimensi : ndims(A)
-1 2 0 4 5 -3
3. Nulitas : size(null(A)) 3 -7 2 0 1 4
2 -5 2 4 6 1
4 -9 2 -4 -4 7
>> Adim=ndims(A)
>> Abebt=rref(A)
Adim =
Abebt =
2
1 0 -4 -28 -37 13
0 1 -2 -12 -16 5
>> Anul=size(null(A))
0 0 0 0 0 0
Anul =
0 0 0 0 0 0
6 4
RUANG NOL
>> null(A,’r’)
4 28 37 -13
2 12 16 -5
1 0 0 0
0 1 0 0
0 0 1 0
0 0 0 1
MUPAD
[ A10:=matrix([[-1,2,0,4,5,-3],[3,-7,2,0,1,4],[2,-5,2,4,6,1],[4,-9,2,-4,-4,7]])
[ linalg::nullspace(A10)
RUANG FUNDAMENTAL DARI MATRIKS
Ada enam ruang vektor penting yang terkait dengan matriks A dan transposnya AT :
1. ruang baris dari 𝐴
2. ruang baris dari 𝐴𝑇
3. ruang kolom dari 𝐴
4. ruang kolom 𝐴𝑇
5. ruang nol dari 𝐴
6. ruang nol dari 𝐴𝑇
Ini disebut ruang dasar dari matriks A. Sekarang kita akan mempertimbangkan
bagaimana keempat subruang ini terkait
TEOREMA 4.8.5
Jika A adalah sembarang matriks, maka rank(𝐴) = rank(𝐴𝑇 ).
• Rank(𝐴𝑇 ) + Nulitas(𝐴𝑇 ) = 𝑚
• Rank(𝐴) + Nulitas(𝐴𝑇 ) = 𝑚
• Dim[baris(A)] = 𝑟
• Dim[kolom(A)] = 𝑟
• Dim[null(A)] = 𝑛 − 𝑟
• Dim[null(𝐴𝑇 )] = 𝑚 − 𝑟
PELENGKAP ORTOGONAL
Jika V bidang melalui asal R3 dengan RHD Euclid,
maka semua vektor di L tegak lurus dengan setiap
vektor di V
DEFINISI
Misalkan W subruang dari RHD V. Sebuah vektor u
di V dikatakan ortogonal terhadap W jika dia
ortogonal terhadap setiap vektor di W, dan
kumpulan semua vektor di V yang ortogonal
terhadap W disebut pelengkap ortogonal dari W
(W)
SIFAT-SIFAT PELENGKAP ORTOGONAL
Jika W adalah sebuah subruang RHD V dimensi-tentu, maka
1. W adalah subruang dari V
2. Hanya ada satu vektor yang umum terhadap W dan W
adalah 0
3. Pelengkap ortogonal dari W adalah W, sehingga (W) = W
HUBUNGAN GEOMETRIK ANTARA RUANG-NUL
DAN RUANG BARIS
Jika A adalah matriks m x n, maka
1. Ruang-nul A dan ruang baris A adalah pelengkap
ortogonal di Rn berhubungan dengan RHD Euclid
2. Ruang-nul AT dan ruang kolom dari A adalah
pelengkap ortogonal di Rm berhubungan dengan RHD
Euclid
CONTOH
Misalkan W adalah subruang R5 yang direntangkan oleh vektor:
𝑤1 = (2,2, −1,0,1), 𝑤2 = (−1, −1,2, −3,1), 𝑤3 = (1,1, −2,0, −1) dan 𝑤4 = (0,0,1,1,1)
Temukan basis untuk pelengkap ortogonal W!
1 1 −2 0 −1
JAWAB:
= −1 −1 2 −3 1
Matriks baris yang dibentuk oleh W: 2 2 −1 0 1
0 0 1 1 1
𝑥1 −1 −1
1 1 −2 0 −1 1 1 0 0 1 𝑥2 1 0
= 0 0 0 1 0 = 0 0 0 1 0 𝑥3 = 0 𝑠 + −1 𝑡
0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 𝑥4 0 0
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 𝑥5 0 1
Ruang-nul A adalah pelengkap ortogonal A, dan didapatkan:
Dalam permainan komputer, persepsi gerakan dibuat dengan menggunakan matriks untuk secara
cepat dan berulang kali mengubah susunan piksel yang membentuk gambar visual.
GEOMETRI
OPERATOR
MATRIKS
INVERTIBEL