OLEH
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2013
i
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
3.7 Rangkuman
3
4.2 Metode Koefisien Tak Tentu
4
BAB I
PENDAHULUAN
Definisi 1.1. Persamaan differensial adalah persamaan yang memuat fungsi yang
belum diketahui dengan turunannya. Jika fungsi yang belum diketahui hanya memuat 1
variabel bebas, maka diperoleh persamaan differensial biasa. Sedangkan jika fungsi yang
belum diketahui memuat lebih dari 1 variabel bebas maka diperoleh persamaan
differensial parsial.
d2y dy
+2 + y = et, (1.1)
dt 2 dt
dy
= 2y, (1.2)
dt
2 u ( x, t ) u ( x, t )
= . (1.3)
x 2
t
Pada contoh 1.1, persamaan (1.1) dan (1.2) merupakan persamaan differensial
biasa karena fungsi yang belum diketahui yaitu y hanya memuat 1 variabel bebas yaitu t.
Sedangkan persamaan (1.3) adalah persamaan differensial parsial karena fungsi yang
belum diketahui yaitu u memuat 2 variabel bebas yaitu x dan t. Bab ini dan selanjutnya
hanya akan membahas tentang persamaan differensial biasa.
Definisi 1.2 Order persamaan differensial adalah order dari turunan tertinggi
yang muncul di persamaan differensial tersebut.
5
Persamaan (1.1) merupakan persamaan differensial berorder
pertama, persamaan (1.2) adalah persamaan differensial berorder kedua, dan persamaan
(1.3) juga merupakan persamaan differensial berorder kedua.
du (t ) d 2 u (t ) d n u (t )
F[t, , , ..., ] = 0. (1.4)
dt dt 2 dt n
dy d 2 y dny du (t ) d 2 u (t )
menulis y daripada u(t), dan , , ... , menyatakan , , ...,
dt dt 2 dt n dt dt 2
d n u (t )
. Jadi, persamaan (1.4) ditulis sebagai
dt n
dy d 2 y dny
F(t, y, , , ... , ) = 0. (1.5)
dt dt 2 dt n
dny dy d 2 y d n 1 y
= f(t, y, , , ... , ). (1.6)
dt n dt dt 2 dt n 1
dy d 2 y dny
F(t, y, , , ... , )=0
dt dt 2 dt n
6
dy d 2 y
disebut linier jika F ádalah fungsi linier dari variabel-variabel y, , , ... ,
dt dt 2
dny
. Jadi bentuk umum persamaan differensial biasa linier order ke-n adalah
dt n
dny d n 1 y dy
an(t) + a n-1(t) n 1
+ ... + a1(t) + a0(t) y = g(t). (1.7)
dt n
dt dt
Suatu persamaan differensial yang tidak dapat dituliskan dalam bentuk (1.7)
disebut persamaan differensial tak linier.
Definisi 1.4 Solusi persamaan differensial biasa (1.6) pada interval α < t < β
d d 2 d n
ádalah fungsi φ sedemikian sehingga , , … , , ada dan memenuhi
dt dt 2 dt n
d n d d n 1
(t) = f t , (t ), ,..., (1.8)
dt n dt dt n 1
untuk setiap t di α < t < β. Jika tidak ada ketentuan lain, kita asumsikan fungsi f
dalam persamaan (1.6) ádalah fungsi bernilai riel dan kita tertarik untuk memperoleh
solusi
Latihan 1.
d2y dy d2y dy
1) t2 +t + 2y = sin(t), 2) (1 + y2) +t + y = et,
dt 2 dt dt 2 dt
7
d2y d3y dy
5) + sin(t + y) = sin(t), 6) +t + cos2(t) y = t3.
dt 2 dt 3 dt
d2y
7) – y = 0, y1(t) = et, y2(t) = cosh(t),
dt 2
d2y dy
8) +2 – 3y = 0, y1(t) = e-3t, y2(t) = et,
dt 2 dt
dy
9) t – y = t2, y(t) = 3t + t2 ,
dt
d4y d3y
10) + 4 + 3y = t, y1(t) = t /3, y2(t) = e-t + t /3,
dt 4 dt 3
d2y
2 dy
11) 2t + 3t – y = 0, t > 0, y1(t) = t1/2 , y2(t) = t-1,
dt 2 dt
d2y dy
12) t2 + 3t + 4 y = 0, t > 0, y1(t) = t-2 , y2(t) = t-2ln(t),
dt 2 dt
d2y
13) + y = sec(t), 0 < t < π/2 , y(t) = cos(t) ln(cos(t)) + t sin(t),
dt 2
t
dy
e
2
s2 2
14) – 2t y = 1, y(t) = e
t
ds e t .
dt 0
dy d2y
15) + 2 y = 0, 16) – y = 0,
dt dt 2
8
Untuk masing-masing soal no. 19 – 20 tentukan nilai r sehingga persamaan
differensial yang diberikan mempunyai solusi berbentuk y = tr untuk t > 0.
d2y dy d2y dy
19) t2 + 4t + 2y = 0, 20) t2 – 4t + 4y = 0.
dt 2 dt dt 2 dt
27) α2uxx = utt, u1(x,t) = sin(λx) sin(λα), u2(x,t) = sin(x - αt), λ konstanta riel,
Pemodelan Matematika
9
dx
menyatakan laju perubahan besaran dan dengan segera kita diarahkan ke
dt
suatu persamaan differensial. Pada bagian ini, kita akan memperhatikan problem jenis ini.
Perhatikan contoh berikut.
Contoh 1.2 Laju peluruhan suatu radioaktif ádalah sebanding dengan banyaknya
radio aktif tersebut yang ada pada suatu sampel yang diketahui. Setengah dari banyaknya
radio aktif semula telah hilang dalam waktu 1500 tahun.
(i) Tentukan presentase banyaknya radio aktif yang masíh ada setelah 4500
tahun.
(ii) Dalam berapa tahun hanya akan tersisa sepersepuluh dari banyaknya radio
aktif yang masih ada .
Jawab : Misalkan x menyatakan banyaknya radio aktif yang ada setelah t tahun.
dx
Maka menyatakan laju peluruhan radio aktif yang sebanding dengan banyaknya
dt
radioaktif yang ada, diperoleh
dx
= Kx, (1.9)
dt
dx
positif. Selanjutnya karena x menurun, maka < 0. Jadi berdasarkan persamaan (1.9),
dt
kita harus memperoleh K < 0. Untuk menekankan bahwa x menurun, kita lebih suka
untuk mengganti K dengan konstanta positif didahului dengan tanda minus. Jadi kita
misalkan
dx
= – kx, (1.9)
dt
10
x(0) = x0 . (1.10)
Kita tahu bahwa nilai awal diperlukan untuk menentukan konstanta sebarang yang
muncul pada keluarga satu parameter dari solusi persamaan differensial (1.9). Akan tetapi
tampaknya kita memerlukan sesuatu yang lain, karena persamaan (1.9) memuat konstanta
perbandingan k yang tidak diketahui. Sesuatu yang lain tersebut muncul pada pernyataan
di soal yaitu setengah dari banyaknya radio aktif semula hilang dalam waktu 1500 tahun.
Jadi, setengah dari radioaktif tetap ada pada waktu itu dan ini memberikan kondisi
1
x(1500) = 2 x0. (1.11)
x(t) = ce-kt.
Kita belum menentukan nilai dari k. Jadi sekarang kita terapkan kondisi (1.11)
1
pada persamaan (1.12) yaitu jika t = 1500, maka x = 2 x0. Diperoleh
1
2 x0 = x0 e-1500k,
atau
1
(e-k)1500 = 2 ,
atau akhirnya
11
Dari persamaan ini kita dapat mencari nilai k. secara eksplisit dan mensubstitusi
hasilnya ke persamaan (1.12). Akan tetapi, kita perhatikan dari persamaan (1.12) bahwa
sebenarnya kita tidak memerlukan nilai k itu sendiri tetapi yang diperlukan hanyalah nilai
dari e-k, yang baru saja kita peroleh dari persamaan (1.13). Jadi jika kita mensubstitusi e-k
dari persamaan (1.13).ke persamaan (1.12) diperoleh
x = x0 (e-k)t = x0
1 1 / 1500
2
,
t
atau
x = x0
12 t / 1500 . (1.14)
1 3
x=x 2 = 0
1
8 x0.
Jadi, seperdelapan atau 12,5% dari banyaknya radioaktif semula yang masih ada
setelah 4500 tahun.
1
10 =
12 t / 1500 .
ln 10
1
= ln 2
1 t / 1500
=
t
12 .
1500 ln
12
t ln 101
=
1500 ln 12
atau
1500 ln10
t= ln 2
4985 tahun.
Latihan 2
1) Waktu paruh dari C14 adalah 5730 tahun. Jika suatu sampel dari C14 mempunyai
massa 20 microgram pada saat t = 0, tentukan banyaknya C14 yang tersisa setelah
2000 tahun.
2) Waktu paruh dari C14 adalah 5730 tahun. Misalkan kayu yang ditemukan di daerah
arkeologi mengandung 35% sampel C14 tentukan bilamana kayu dipotong ?
3) Setelah 7 hari, suatu materi radioaktif tertentu meluruh hingga setengah dari
banyaknya semula. Tentukan laju peluruhan dari materi radioaktif ini.
4) Setelah 5 hari, suatu materi radioaktif tertentu meluruh hingga tersisa 37% dari
banyaknya semula. Tentukan waktu paruh dari materi radioaktif ini.
5) Polonium 210 mempunyai waktu paruh 14 hari.
(i) jika suatu sampel polonium 210 mempunyai massa 300 micrograms, carilah
formula untuk massa setelah t hari.
(ii) Tentukan waktu yang diperlukan oleh sampel polonium 210 untuk meluruh
hingga 20% dari banyaknya sampel semula.
(iii) Sketsalah grafik banyaknya massa setelah t hari.
6) Asumsikan bahwa laju peluruhan radioaktif adalah sebanding dengan banyaknya
radioaktif yang ada di sampel yang diberikan. Pada sampel tersebut 10% dari
banyaknya radioaktif semula telah menghilang dalam periode 100 tahun.
(i) tentukan persentase banyaknya radioaktif yang tersisa setelah 1000 tahun.
(ii) Dalam waktu berapa tahun hanya seperlima dari radioaktif yang tersisa.
7) Suatu zat kimia berubah menjadi zat kimia lainnya dalam suatu reaksi kimia. Laju
perubahan zat kimia pertama sebanding dengan banyaknya zat kimia tersebut yang
13
ada pada sebarang waktu. Sepuluh persen dari banyaknya zat kimia pertama telah
berubah dalam waktu 5 menit.
(i) tentukan persentase zat kimia pertama yang berubah dalam 20 menit.
(ii) Tentukan dalam waktu berapa menit 60% dari zat kimia pertama telah berubah.
8) Suatu zat kimia berubah menjadi zat kimia lainnya dalam suatu reaksi kimia. Laju
perubahan zat kimia pertama sebanding dengan banyaknya zat kimia tersebut yang
ada pada sebarang waktu. Di akhir 1 jam, 50 gram zat nimia pertama tetap ada,
sedangkan di akhir 3 jam, hanya 25 gram yang tetap ada.
(i) tentukan dalam gram banyaknya zat kimia pertama semula.
(ii) Tentukan banyaknya zat kimia pertama yang tersisa di akhir 5 jam.
(iii) Tentukan dalam waktu berapa jam hanya 2 gram dari zat kimia
pertama tersisa.
9) Suatu zat kimia berubah menjadi zat kimia lainnya dalam suatu reaksi kimia. Laju
perubahan zat kimia pertama sebanding dengan banyaknya zat kimia tersebut yang
ada pada sebarang waktu. Di akhir satu jam dua per tiga kg dari zat kimia pertama
masih tersisa. Sedangkan di akhir 4 jam, hanya sepertiga kg yang tersisa.
(i) tentukan banyaknya zat kimia pertama (dalam pecahan) yang tersisa di akhir 7
jam.
(ii) Tentukan bilamana hanya sepersepuluh zat kimia pertama yang tersisa.
10) Misalkan bahwa suatu besaran meluruh secara eksponensial dengan konstanta
ln(2)
peluruhan r. Tunjukkan bahwa waktu paruh ádalah – .
r
11) Strontium-90 adalah isotop radio aktif yang berbahaya. Karena kemiripannya dengan
kalsium, zat tersebut dengan mudah diserap oleh tulang manusia. Waktu partuh dari
strontium-90 adalah 28 tahun. Jika sejumlah zat tersebut diserap oleh tulang manusia,
tentukan presentase zat yang akan tersisa setelah (i) 84 tahun, (ii) 100 tahun.
12) Waktu paruh dari uranium 235
U kira-kira mendekati 0,7 x 109 tahun. Jika 50 gram
terkubur di tempat pembuangan limbah, tentukan berapa banyak yang tersisa setelah
(1) 100 tahun, (ii) 1000 tahun.
13) Waktu paruh morfin di aliran darah manusai ádalah 3 jam. Jika pada awalnya ada 04
mg morfin di aliran darah, tentukan persamaan untuk banyaknya morfin di aliran
14
darah pada sebarang waktu. Tentukan waktu yang diperlukan sehingga kadar morfin
berkurang di bawah (i) 0,1 mg, (ii) 0,01 mg.
14) Ulangi soal no. 13) jika waktu paruh ádalah 2,8 jam.
15) Ilmuwan menemukan suatu fosil dan memperkirakan bahwa 20% dari banyaknya
carbon-14 semula masih tersisa. Ingat bahwa waktu paruh hádala 5730 tahun,
perkirakan umur fosil.
16) Jika umur suatu fosil satu juta tahun, tentukan presentase dari banyaknya semula,
banyaknya carbon-14 yang masih tersisa.
Pertumbuhan Populasi
dx
\ = kx, (1.15)
dt
dx
bertambah . Oleh karena itu > 0. Jadi dari persamaan (1.15) diperoleh k > 0.
dt
Sekarang anggap bahwa pada saat t0 populasinya x0. Maka disamping persamaan
differensial (1.15) kita juga mempunyai nilai awal
15
x(t0) = x0. (1.16)
x(t) = cekt.
x0 = c e kt0 ,
atau
c = x0 e kt0 .
x(t) = x0 e k ( t t0 ) .
Latihan 3
1) Asumsikan bahwa populasi di kota tertentu bertambah dengan laju sebanding dengan
banyaknya populasi pada sebarang waktu. Jika populasi bertambah menjadi dua kali
lipat dalam waktu 40 tahun, tentukan dalam waktu berapa tahun populasi bertambah
menjadi tiga kali lipat ¡
2) Asumsikan bahwa populasi di kota tertentu bertambah dengan laju sebanding dengan
banyaknya populasi pada sebarang waktu. Jika populasi di tahun 1970 adalah 30.000
dan di tahun 1980 menjadi 35.000. tentukan jumlah populasi di tahun 1990.
3) Dalam suatu koloni bakteri tertentu laju pertumbuhan bakteri sebanding dengan
banyaknya bakteri yang ada.
(i) jika banyaknya bakteri menjadi tiga kali lipat dalam waktu 5 hari, tentukan
banyaknya bakteri dalam waktu 10 hari.
16
(ii) Tentukan bilamana banyaknya bakteri menjadi 10 kali lipat banyaknya bakteri
semula.
4) Asumsikan populasi suatu kota bertambah dengan laju sebanding dengan
banyaknya penduduk pada sebarang waktu. Jika populasi bertambah menjadi dua
kali lipat dalam waktu 40 tahun, tentukan waktu yang diperlukan supaya populasi
bertambah menjadi tiga kali lipat.
5) Populasi suatu kota bertambah dengan laju sebanding dengan banyaknya
penduduk pada sebarang waktu. Jika populasi kota tersebut pada tahun 1970
adalah 30000 dan pada tahun 1980 menjadi 35000, tentukan populasi kota pada
tahun 1990.
6) Laju pertumbuhan kultur bakteri tertentu sebanding dengan banyaknya bakteri
yang ada.
(i) jika banyaknya bakteri menjadi tiga kali lipat dalam waktu 5 hari,
tentukan banyaknya bakteri dalam waktu 10 hari.
(ii) Tentukan waktu supaya banyaknya bakteri menjadi 10 kali lipat
banyaknya bakteri pada saat awal.
7) Misalkan pada awalnya suatu kultur bakteri terdiri atas 400 sel. Setelah 1 jam,
populasi bertambah menjadi 800.
(i) tentukan banyaknya populasi setelah 3 jam.
(ii) Tentukan persamaan untuk populas pada sebarang waktu.
(iii) Tentukan banyaknya populasi setelah 3,5 jam.
8) Misalkan pada awalnya suatu kultur bakteri terdiri atas 100 sel. Setelah 2 jam,
populasi bertambah menjadi 400.
(i) tentukan banyaknya populasi setelah 6 jam.
(ii) Tentukan persamaan untuk populas pada sebarang waktu.
(iii) Tentukan banyaknya populasi setelah 7 jam.
9) Misalkan suatu kultur bakteri meningkat menjadi dua kali lipat setiap 4 jam. Jika
populasi awalnya adalah 100,
(i) tentukan bilamana populasi mencapai 400.
(ii) Tentukan persamaan untuk populasi pada sebarang waktu.
(iii) Tentukan bilamana populasi mencapai 6000.
17
10) Misalkan suatu kultur bakteri meningkat menjadi tiga kali lipat setiap 5 jam. Jika
populasi awalnya adalah 200,
(i) tentukan bilamana populasi mencapai 5400.
(ii) Tentukan persamaan untuk populasi pada sebarang waktu.
(iii) Tentukan bilamana populasi mencapai 20000.
11) Misalkan suatu besaran bertambah secara eksponensial dengan laju pertumbuhan
r. Tunjukkan bahwa waktu untuk besaran tersebut bertambah menjadi dua kali
ln(2)
lipat adalah .
r
Tabungan
Sebaliknya, jika bank memberikan bunga dua kali per tahun sebesar 8% per
8
tahun, kita akan menerima bunga 2 % dua kali setiap tahun. Pada akhir tahun, kita
akan menerima
0 , 08 0 , 08 0 , 08
$10000 + ( 2 )($10.000) + ( 2 )($10000 + ( 2 )($10.000))
0 , 08 0 , 08 0 , 08
= $10000 ( 1 + 2 )+( 2 )($10000 ( 1 + 2 ))
0 , 08 0 , 08 0 , 08
= $10000 ( 1 + 2 )(1 + 2 ) = $10000 ( 1 + 2 )2 = $10.816.
$10000 ( 1 +
0 , 08
12 )12 $10.830.
18
Selanjutnya jika bunga dibayarkan secara majemuk setiap harinya, pada akhir
tahun kita akan memperoleh
$10000 ( 1 +
0 , 08
365 )365 $10.832,78.
Jelas bahwa semakin sering bunga dibayarkan secara majemuk, semakin besar
bunga yang diperoleh. Suatu pertanyaan yang masuk akal adalah apakah ada batas
berapa banyak bunga yang diberikan kepada suatu tabungan dengan suku bunga
tertentu. Jika n adalah banyaknya bunga dibayarkan secara majemuk per .tahun, kita
ingin menghitung persentase tahunan yang dihasilkan (APY) karena bunga diberikan
majemuk secara kontinu
n
0,08
APY = lim
n
1 – 1.
n
m
1
e = mlim
1 .
m
0 , 08 m
0,08
APY = lim
n
1 – 1.
0,08m
0 , 08
1
m
= mlim 1 –1
m
= e0,08 – 1 0,083287.
$10000(e0,08 – 1) $832,87.
19
Oleh karena itu tabungan kita akan menjadi $10.832,87.
nt
r
$P 1 .
n
Jika bunga dibayarkan kontinu secara majemuk yaitu kita mengambil limit
saat n →∞ diperoleh
$Pert.
Jika y(t) ádalah nilai investasi setelah t tahun, dengan bunga dibayarkan majemuk
kontinu, laju perubahan y(t) sebanding dengan y(t), yaitu
dy (t )
= ry(t),
dt
y(t) = Aert.
$P = y(0) = Ae0 = A,
sehingga
y(t) = $Pert.
Contoh 1.3 Jika kita menginvestasikan $7000 dengan suku bunga tahunan
5,75% , bandingkan nilai investasinya setelah5 tahun dengan berbagai bentuk bunga
majemuk
20
Jawab ; Jika bunga majemuk tahunan, nilai investasi ádalah
5
0,0575
$7000 1
1
$9257,63.
12 ( 5 )
0,0575
$7000 1 $932523.
12
365 ( 5 )
0,0575
$7000 1
365
$9331,42.
$7000e0,0575(5) $9331,63.
Contoh 1.4 Misalkan kita menabung $ 5000 dengan bunga majemuk kontinu
sebesar 5%. Anggap banyaknya uang bertambah dengan laju sebanding dengan
banyaknya uang yang ada.
dx
= 0,05x,
dt
21
x(t) = ce0,05t.
5000 = c.
Contoh 1.5 (i) Misalkan nilai aset $ 10000 berkurang secara kontinu dengan
laju konstan 24% per tahun. Tentukan nilai aset setelah 10 tahun, 20 tahun,
(ii) Bandingkan nilai ini dengan aset $ 10000 yang nilainya berkurang
menjadi tak bernilai setelah 20 tahun dengan menggunakan pengurangan linier.
Jawab : Nilai v(t) dari sebarang besaran yang berubah dengan laju konstan r
dv
memenuhi = rv. Disini, r = – 0,24 sehingga
dt
V(t) = Ae-0,24t.
22
10000 = v(0) = A.
Untuk soal (ii) penurunan linier berarti kita menggunakan fungsi linier v(t) =
mt + b untuk nilai aset. Kita mulai dengan v(0) = 10000 dan berakhir dengan v(20) =
0. Dari v(0) = 10000 diperoleh b = 10000 dan dengan menggunakan titik-titik (0,
10000
10000) dan (20, 0) diperoleh gradien = m = = – 500. Jadi kita memperoleh
20
Latihan 4
(i) berapa banyak uang yang ada setelah 10 tahun uang diinvestasikan.
(ii) Berapa lama diperlukan sehingga banyaknya uang bertambah menjadi dua
kali lipat banyaknya uang semula.
23
(i) jika banyaknya uang semula meningkat menjadi dua kali lipat dalam dua
tahun, maka berapa laju bunga per tahun.
(ii) Jika banyaknya uang semula meningkat 50% dalam waktu 6 bulan,
tentukan berapa lama waktu yang diperlukan supaya banyaknya uang
semula meningkat dua kali lipat.
3) Jika kita menginvestasikan $ 1000 dengan suku bunga tahunan 8%, bandingkan
nilai investasi setelah 1 tahun jika diterapkan bunga manjemuk : tahunan,
bulanan, harian, dan kontinu.
4) Ulangi soal di atas untuk nilai investasi setelah 5 tahun.
5) Bapak A menginvestasikan $ 10000 pada tahun 1990 dan bapak B
menginvestasikan $ 20000 pada tahun 2000
(i) jika keduanya menerima bunga 12% (majemuk kontinu), tentukan
nilai investasi pada tahun 2010.
(ii) Ulangi soal di atas untuk bunga 4%.
(iii) Tentukan suku bunga sehingga investasi Bapak A sama dengan
investasi bapak B. ( petunjuk : kita ingin bapak A mempunyai $20000
pada tahun 2000).
6) Sejumlah uang yang diinvestasikan dikatakan dibungakan majemuk secara
kontinu jika uang itu bertambah dengan laju sebanding dengan banyaknya uang
yang ada. Misalkan $ 1000 diinvestasikan dengan bunga majemuk secara kontinu
dengan suku bunga tahunan sebesar 6%.
(i) tentukan banyaknya uang setelah 10 tahun diinvestasikan.
(ii) Tentukan waktu yang diperlukan supaya banyaknya uang meningkat
menjadi dua kali lipat.
7) Misalkan sejumlah uang diinvestasikan dan dibungakan majemuk secara kontinu.
(i) Jika uang semula bertambah menjadi dua kali lipat dalam waktu dua
tahun, tentukan suku bunga tahunan.
(ii) Jika banyaknya uang meningkat 50% dalam waktu 6 bulan, tentukan
waktu yang diperlukan supaya banyaknya uang meningkat menjadi
dua kali lipat.
24
Newton’s Law of Cooling
dy
= k[y(t) – Tn].
dt
dy
y (t ) T k dt = kt + C.
dt
dt =
n
dy
substitusi yaitu u = y(t) – Tn, sehingga du = dt. Jadi, kita memperoleh
dt
1
u du = kt + C,
atau
25
ln | u | = kt + C.
Jadi,
| u | = eC ekt,
y(t) – Tn = Aekt,
atau
Contoh 1.6 Temperatur kopi saat dituangkan ke cangkir ádalah 180 0F.
Setelah 2 menit diletakkan di ruangan yang bersuhu 70 0F, temperatur kopi menjadi
1650F. Carilah temperatur pada sebarang waktu t dan carilah waktu dimana
temperatur kopi menjadi 1200F.
dy
= k[y(t) – 70].
dt
Perhatikan bahwa pada soal ini kondisi awal ádalah y(0) = 180. Diperoleh
26
Sekarang kita dapat menggunakan fakta bahwa temperatur kopi menjadi
1650F estela 2 menit untuk mencari konstanta k. Diperoleh
165 70 95
e2k = = .
110 110
95
2k = ln .
110
1 95
Oleh karena itu, k = ln – 0,07.
2 110
atau
t 10,76 menit.
27
Latihan 5
28
BAB III
d2y dy
p(t) 2 + q(t) + r(t)y = g(t). (3.1)
dt dt
d2y dy
p(t) + q(t) + r(t)y = 0 (3.2)
dt 2
dt
29
yang disebut sebagai persamaan differensial linier homogen order kedua.
Sebaliknya jika g(t) ≠ 0, maka diperoleh persamaan differensial linier tak homogen
order kedua.
d2y dy
a +b + cy = 0, (3.3)
dt 2
dt
d2y
Contoh 3.1.1. Carilah solusi persamaan differensial = 0.
dt 2
Jawab: Mungkin persamaan di atas ádalah persamaan differensial order kedua yang
paling sederhana. Dengan mengintegralkan kedua ruas terhadap t,
dy
diperoleh = c1. Selanjutnya dengan mengintegralkan sekali lagi
dt
terhadap t, diperoleh solusi persamaan differensial di atas ádalah
d2y
Contoh 3.1.2. Carilah solusi dari persamaan differensial – y = 0.
dt 2
d2y
Jawab : Persamaan differensial di atas dapat ditulis sebagai = y. Persamaan
dt 2
tersebut berarti kita harus mencari suatu fungsi yang turunan keduanya
ádalah dirinya sendiri. Dari kalkulus, kita mengetahui fungsi yang bersifat
demikian ádalah fungsi eksponen. Dengan menggunakan substitusi, kita
memperoleh bahwa fungsi y1(t) = et, dan y2(t) = e-t memenuhi persamaan
30
differensial di atas, sehingga keduanya ádalah solusi. Di samping kedua
fungsi tersebut, dapat dicek dengan menggunakan substitusi bahwa fungsi
y(t) = 3et – 6 e-t dan fungsi y(t) = –2et + 7 e-t juga merupakan solusi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa solusi umum persamaan
differensial di atas adalah y(t) = c1et + c2e-t.
Karena ert tidak pernah bernilai nol untuk nilai riel r dan t berapapun , persamaan
di atas dapat disederhanakan menjadi
y(t) = c1 e r1 (t ) + c2 e r2 (t ) . (3.5)
d2y dy
Contoh 3.1.3. Carilah solusi umum dari –5 + 6y = 0.
dt 2
dt
Jawab : Dengan mengasumsikan solusi berupa fungsi exponen y(t)= ert dan
mensubstitusikan ke persamaan differensial diperoleh
31
r2 ert – 5 r ert + 6 ert = 0,
r2 – 5 r + 6 = 0.
(r – 3)(r – 2) = 0.
d2y dy dy
–5 + 6y = 0, y(0) = 0, (0) = 1.
dt 2
dt dt
dy dy
yaitu (t) = 3c1e3t + 2c2e2t, diperoleh (0) = 3c1 + 2c2 atau
dt dt
3c1 + 2c2 = 1.
Latihan 3.1.
32
d2y dy d2y dy
1) +2 – 3y = 0, 2) +3 + 2y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y dy
3) 6 – – y = 0, 4) 2 –3 + y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y
5) +5 = 0, 6) 4 – 9y = 0,
dt 2
dt dt 2
d2y dy d2y dy
7) –9 + 9y = 0, 8) –2 – 2y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
Untuk soal no. 9 – 16 carilah solusi dari masalah nilai awal berikut
d2y dy dy
9) + – 2y = 0, y(0) = 1, (0) = 1,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
10) +4 + 3y = 0, y(0) = 2, (0) = –1,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
11) 6 –5 + y = 0, y(0) = 4, (0) = 0,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
12) +3 = 0, y(0) = –2, (0) = 3,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
13) +5 + 3y = 0, y(0) = 1, (0) = 0,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
14) 2 + – 4y = 0, y(0) = 0, (0) = 1,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
15) +8 – 9 y = 0, y(1) = 1, (1) = 0,
dt 2
dt dt
d2y dy
16) 4 – y = 0, y(–2) = 1, (–2) = –1.
dt 2
dt
33
y(t) = c1 e2t + c2 e-3t.
d2y 5 dy 3
19) Carilah solusi masalah nilai awal – y = 0, y(0) = , (0) = – .
dt 2
4 dt 4
d2y dy dy
20) Carilah solusi masalah nilai awal 2 –3 + y = 0, y(0) = 2, (0) =
dt 2
dt dt
1
2
Kemudian tentukan nilai maksimum dari solusi dan juga tentukan nilai t
sehingga solusi ádalah nol.
d2y dy dy
21) Carilah solusi masalah nilai awal – – 2y = 0, y(0) = α, (0) = 2.
dt 2
dt dt
d2y dy
22) Carilah solusi masalah nilai awal 4 – y = 0, y(0) = 2, (0) = β.
dt 2
dt
d2y dy
23) – (2α – 1) + α(α – 1)y = 0,
dt 2
dt
34
d2y dy
24) + (3 – α) – 2(α – 1)y = 0.
dt 2
dt
d2y dy dy
25) Perhatikan masalah nilai awal 2 +3 – 2y = 0, y(0) = 1, (0) = –
dt 2
dt dt
β, dengan β > 0.
(c) Carilah nilai terkecil dari β sehingga solusi tidak mempunyai nilai
minimum.
d2y dy dy
26) Perhatikan masalah nilai awal +5 + 6y = 0, y(0) = 2, (0) = β,
dt 2
dt dt
dengan β > 0.
(b) Tentukan koordinat titik maksimum (tm , ym) dari solusi sebagai fungsi β.
d2y dy
27) Perhatikan persamaan differensial a +b + cy = d, dengan a, b, c,
dt 2
dt
dan
d ádalah konstanta.
(i) Carilah semua solusi setimbang atau solusi konstan dari persamaan
differensial ini.
35
(ii) Misalkan yc menyatakan solusi setimbang dan misalkan Y = y – yc Jadi Y
menyatakan simpangan dari solusi y dari solusi setimbang. Carilah
persamaan differensial yang dipenuhi oleh Y.
d2y dy
28) Perhatikan persamaan differensial a +b + cy = 0, dengan a, b, c
dt 2
dt
adalah konstanta, dan a > 0. Tentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
a, b, dan c sehingga akar-akar dari persamaan karakteristik ádalah :
d2y dy
a 2
+b
dt
+ c = 0, dengan a, b, c R.
dt
d2y dy
L[y] = + p(t) + q(t)y = 0. (3.2.1)
dt 2
dt
dy
y(t0) = y0, ( t0) = y0' , (3.2.2)
dt
36
dengan t0 adalah sebarang titik di interval I, dan y0 dan y0' adalah bilangan riel
yang diketahui. Kita ingin mengetahui apakah masalah nilai awal (3.2.1) dan (3.2.2)
selalu mempunyai sebuah solusi dan apakah dapat mempunyai lebih dari satu solusi.
Kita juga ingin mengetahui apakah yang dapat dikatakan tentang bentuk dan struktur
solusi yang dapat membantu untuk menemukan solusi dari masalah khusus. Jawaban
pertanyaan-pertanyaan ini dibahas dalam teorema-teorema di bagian ini.
d2y dy dy
+ p(t) + q(t)y = g(t), y(t0) = y0, ( t0) = y0' , (3.2.3)
dt 2 dt dt
dengan p, q, dan g kontinu pada suatu interval buka I yang memuat titik t0.
Maka ada tepat satu solusi y = φ(t) dari masalah ini, dan solusi ada sepanjang interval
I.
(i) masalah nilai awal mempunyai suatu solusi, dengan kata lain, solusinya ada.
(ii) masalah nilai awal hanya mempunyai satu solusi, dengan kata lain, solusinya
tunggal.
(iii) solusi φ terdefinisi sepanjang interval I dimana koefisien-koefisiennya kontinu
dan setidaknya dapat diturunkan dua kali di interval I.
37
d2y dy
– y = 0, y(0) = 2, (0) = –1 (3.2.4)
dt 2 dt
1 t 3 -t
mempunyai solusi y(t) = e + e. (3.2.5)
2 2
Contoh 3.2.1 Carilah interval terpanjang sehingga solusi masalah nilai awal
berikut pasti ada
d2y dy dy
(t2 – 3t) +t – (t + 3)y = 0, y(1) = 2, (1) = 1,
dt 2
dt dt
1 t 3
(3.2.3), maka p(t) = , q(t) = – , dan g(t) = 0. Titik-titik tak kontinu dari
t 3 t (t 3)
koefisien- koefisien hanya di t = 0 dan t = 3. Oleh karena itu, interval buka terpanjang
38
yang memuat titik nilai awal t = 1 dan semua koefisien kontinu adalah 0 < t < 3. Jadi,
ini adalah interval terpanjang dimana Teorema 3.2.1 menjamin bahwa solusi masalah
nilai awal ada.
d2y dy dy
+ p(t) + q(t)y = g(t), y(t0) = 0, ( t0) = 0,
dt 2 dt dt
dimana p dan q kontinu pada suatu interval buka I yang memuat t0.
d2y dy
persamaan differensial + p(t) + q(t)y = 0. Dengan kata lain
dt 2 dt
d 2 y1 dy1
L[y1] = + p(t) + q(t)y1 = 0. Demikian juga berlaku untuk y2.
dt 2
dt
Maka, sama seperti contoh-contoh di sub bab 3.1, kita dapat menemukan lebih
banyak solusi dengan membentuk kombinasi linier dari y1 dan y2. Kita menyatakan
hasil ini dalam teorema berikut.
d2y dy
persamaan differensial L[y] = + p(t) + q(t)y = 0,
dt 2 dt
(3.2.6)
39
Catatan : Suatu kasus khusus dari Teorema 3.2.2 terjadi jika c1 atau c2 adalah
nol. Maka kita menyimpulkan sebarang kelipatan dari solusi persamaan differensial
(3.2.6) juga adalah solusi. Sekarang kita membuktikan Teorema 3.2.2.
d2 d
L[c1 y1 + c2 y2] = ( c1 y1 + c2 y2) + p ( c1 y1 + c2 y2 ) + q( c1 y1 + c2 y2 )
dt 2
dt
d 2 y1 d 2 y2 dy dy
= c1 + c2 + c1 p 1 + c2 p 2 + c1 q y1 + c2 q y2
dt 2
dt 2
dt dt
d 2 y1 dy1 d 2 y2 dy
= c1 [ + p + q y1 ] + c2 [ +p 2 + q y2]
dt 2
dt dt 2
dt
= c1 L[ y1] + c2 L[y2].
Karena L[ y1] = 0 dan L[y2] = 0, diperoleh bahwa L[c1 y1 + c2 y2] juga bernilai
nol. Oleh karena itu, tanpa memperhatikan nilai c1 dan c2, y = = c1 y1(t) + c2 y2(t)
memenuhi persamaan differensial (3.2.6) dan Teorema 3.2.2 terbukti.
40
persamaan y = c1 y1(t) + c2 y2(t) dapat dipilih sehingga memenuhi nilai awal y(t0) = y0
dy
dan ( t0) = y0' .
dt
dy1 dy
c1 ( t0) + c2 2 ( t0) = y0' .
dt dt
dy2
y0 (t0 ) y0' y2 (t0 )
c1 = dt , c2 =
dy2 dy1
y1 (t0 ) (t0 ) (t0 ) y2 (t0 )
dt dt
dy1
y0 (t0 ) y0' y1 (t0 )
dt , (3.2.8)
dy2 dy1
y1 (t0 ) (t0 ) (t0 ) y2 (t0 )
dt dt
y0 y 2 (t 0 ) y1 (t0 ) y0
dy2 dy1
y0' (t 0 ) (t0 ) y0'
dt dt
c1 = , c2 = .
y1 (t0 ) y2 (t0 ) y1 (t0 ) y2 (t0 )
dy1 dy2 dy1 dy2
(t0 ) (t0 ) (t0 ) (t0 )
dt dt dt dt
(3.2.9)
41
Dengan nilai-nilai ini untuk c1 dan c2, maka ekspresi y = c1 y1(t) + c2 y2(t)
d2y dy
memenuhi persamaan masalah nilai awal + p(t) + q(t)y = 0, y(t0) = y0,
dt 2 dt
dy
( t0) = y0' .
dt
y1 (t0 ) y2 (t0 )
dy dy1
W = dy1 dy2 = y1(t0) 2 (t0 ) – (t0 ) y2(t0).
(t0 ) (t0 ) dt dt
dt dt
(3.2.10)
d2y dy
L[y] = + p(t) + q(t)y = 0,
dt 2 dt
dy2 dy1
dan bahwa Wronskian W = y1(t) (t ) – (t ) y2(t)
dt dt
dy
tidak nol di titik t0 dimana nilai awal y(t0) = y0, ( t0) = y0' didefinisikan.
dt
42
Contoh 3.2.3 Perhatikan bahwa y1(t) = e-2t dan y2(t) = e-3t adalah solusi
d2y dy
persamaan differensial +5 + 6 = 0 ( pembaca diharapkan mengecek hal
dt 2 dt
e 2 t e 3t
W= 2t = – e-5t.
2e 3e 3t
Karena W tak nol untuk setiap nilai t. fungsi y1 dan y2 dapat digunakan untuk
mengkonstruksi solusi dari persamaan differensial yang diberikan.
Teorema 3.2.4 Jika y1 dan y2 adalah dua solusi dari persamaan differensial
d2y dy
L[y] = + p(t) + q(t)y = 0, (3.2.11)
dt 2
dt
dan jika ada titik t0 dimana Wronskian dari y1 dan y2 tak nol, maka keluarga
solusi
y = c1y1(t) + c2y2(t)
43
d
nol. Kemudian hitung φ dan di titik tersebut dan menyebut nilai-nilai ini y0 dan
dt
d
y0' . Jadi, y0 = φ(t0) dan y0' = (t0).
dt
d2y dy dy
+ p(t) + q(t)y = 0, y(t0) = y0, (t0) = y0' .
dt 2 dt dt
Jelas bahwa fungsi φ adalah solusi masalah nilai awal. Sebaliknya karena
W(y1,y2)(t0) tidak nol, adalah mungkin (dengan menggunakan Teorema 3.2.3) untuk
memilih c1 dan c2 sehingga y = c1y1(t) + c2y2(t) juga solusi dari masalah nilai awal di
atas. Faktanya nilai-nilai c1 dan c2 diberikan oleh persamaan (3.2.8) atau (3.2.9).
Bagian ketunggalan dari Teorema 3.2.1 menjamin bahwa dua solusi ini dari masalah
nilai awal yang sama sebenarnya fungsi yang sama, jadi untuk pilihan yang tepat dari
c1 dan c2,
dan oleh karena itu φ termuat dalam keluarga fungsi c1y1(t) + c2y2(t).
Terakhir, karena φ adalah solusi sebarang dari persamaan differensial (3.2.11),
diperoleh bahwa setiap solusi dari persamaan differensial ini termuat dalam keluarga
ini. Hal ini melengkapi bukti Teorema 3.2.4.
y = c1y1(t) + c2y2(t)
44
dikatakan membentuk himpunan fundamental solusi dari persamaan differensial
(3.2.11).
Kita dapat menyatakan kembali hasil dari Teorema 3.2.4 dengan sedikit
berbeda. Untuk menemukan solusi umum dan oleh karena itu semua solusi persamaan
differensial berbentuk (3.2.11), kita hanya perlu mencari dua solusi dari persamaan
yang diketahui dengan Wronskian tak nol. Pada sub bab 3.1, kita tidak menghitung
Wronskian. Oleh karena itu pada contoh berikut, kita menunjukkan bahwa solusi-
solusi persamaan differensial yang dibahas di sub bab 3.1 memenuhi syarat
Wronskian tak nol.
Contoh 3.2.4 Misalkan jika y1(t) = e r1t dan y2(t) = e r2 t adalah dua solusi
dari persamaan differensial (3.2.11). Tunjukkan bahwa jika r1 ≠ r2, maka y1 dan y2
membentuk himpunan fundamental solusi.
e r1t e r2 t (( r1 r2 ) t )
W= r2 t = ( r1 – r2) e .
r1 e r2 t r2 e
Karena fungsi eksponen tidak pernah nol dan r1 ≠ r2 diperoleh W tidak pernah
nol untuk setiap nilai t. Oleh karena itu y1 dan y2 membentuk suatu himpunan
fundamental solusi.
Contoh 3.2.5 Tunjukkan bahwa y1(t) = t1/2 dan y2(t) = t-1 membentuk suatu
himpunan fundamental solusi dari persamaan differensial
d2y dy
2t2 + 3t – y = 0, t > 0
dt 2 dt
45
d 2 1/ 2 d 1/ 2
2t2 (t ) + 3t (t ) – y = 0,
dt 2
dt
1 -3/2 1
2t2( – t ) + 3t ( t-1/2) – y = 0,
4 2
1 3
(– + – 1) t1/2 = 0.
2 2
Persamaan di atas bernilai benar. Jadi y1(t) = t1/2 adalah solusi persamaan
differensial
Dengan cara yang sama, kita dapat membuktikan bahwa y2 adalah solusi
persamaan differensial ( pembaca diharapkan melengkapi pembuktian ini ).
t1 / 2 t 1 3 -3/2
W= 1 / 2 2 =– t .
1
2
t t 2
d2y dy
L[y] = + p(t) + q(t)y = 0,
dt 2 dt
dy
memenuhi nilai-nilai awal y(t0) = 1, (t0) = 0, dan misalkan y2 adalah solusi
dt
dy
persamaan differensial (3.2.11) yang memenuhi nilai-nilai awal y(t0) = 0, (t0) = 1.
dt
Maka y1 dan y2 membentuk suatu himpunan fundamental solusi dari persamaan
differensial (3.2.11).
46
Bukti : Pertama-tama perhatikan bahwa eksistensi fungsi-fungsi y1 dan y2
dijamin oleh bagian eksistensi dari Teorema 3.2.1. Untuk menunjukkan bahwa
mereka membentuk suatu himpunan fundamental solusi-solusi, kita hanya perlu
menghitung Wronskian mereka di t0
y1 (t0 ) y2 (t0 )
1 0
W(y1,y2)(t0) = dy1 dy2 = = 1.
(t0 ) (t0 ) 0 1
dt dt
d2y
3.2.5 untuk persamaan differensial – y = 0, dengan menggunakan titik awal t0 =
dt 2
0
dy
y(0) = 1, (0) = 0.
dt
47
Solusi persamaan differensial di atas adalah
1 1
dan nilai awal di atas dipenuhi jika c1 = dan c2 = . Jadi,
2 2
1 t 1 -t
y3(t) = e + e = cosh(t).
2 2
dy
y(0) = 0, (0) = 1.
dt
1 t 1 -t
Maka y4(t) = e – e = sinh(t).
2 2
Salah satu tujuan contoh di atas adalah untuk menjelaskan bahwa suatu
persamaan differensial yang diberikan mempunyai lebih dari satu himpunan
fundamental solusi. Bahkan persamaan differensial mempunyai tak terhingga
banyaknya himpunan fundamental solusi. Pembaca seharusnya memilih himpunan
yang paling cocok.
d2y dy
+ p(t) + q(t)y = 0, α < t < β,
dt 2 dt
48
Pertama-tama kita harus menemukan dua fungsi y1 dan y2 yang memenuhi
persamaan differensial pada α < t < β. Kemudian kita harus menjamin ada titik di
interval dimana Wronskian W dari y1 dan y2 tak nol. Dengan memenuhi persyaratan-
persyaratan di atas, y1 dan y2 membentuk suatu himpunan fundamental solusi dan
solusi umum adalah y = c1y1 + c2y2, dengan c1 dan c2 adalah konstanta-konstanta
sebarang. Jika nilai-nilai awal ditetapkan di titik di α < t < β dimana W ≠ 0, maka c1
dan c2 dapat dipilih sehingga memenuhi nilai-nilai awal tersebut.
Latihan 3.2
d2y dy
7. t + 3y = t, y(1) = 1, (1) = 2,
dt 2
dt
d2y dy dy
8. ( t – 1) – 3t + 4y = sin(t), y(– 2) = 2, (– 2) = 1,
dt 2 dt dt
d2y dy dy
9. t ( t – 4) + 3t + 4y = 2, y(3) = 0, (3) = –1,
dt 2 dt dt
d2y dy dy
10. + (cos(t)) + 3(ln| t |) y = 0, y(2) = 3, (2) = 1,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
11. ( x – 3) +x + (ln| x |) y = 0, y(1) = 0, (1) = 1,
dx 2
dx dt
49
d2y dy dy
12. ( x – 3) + + ( x – 2 ) tan(x) y = 0, y(3) = 1, (3) = 2.
dx 2
dx dt
13. Periksalah bahwa y1(t) = t2 dan y2(t) = t-1 adalah dua solusi dari persamaan
d2y
differensial t2 – 2y = 0 untuk t > 0. Kemudian tunjukkan bahwa c1t2 + c2t-1
dt 2
juga solusi persamaan ini untuk sebarang c1 dan c2.
14. Periksalah bahwa y1(t) = 1 dan y2(t) = t1/2 adalah dua solusi dari persamaan
d2y dy
2
c2t1/2 bukan, secara umum, solusi persamaan ini. Jelaskan mengapa hasil ini tidak
bertentangan dengan Teorema 3.2.2.
d2y dy
+ p(t) + q(t)y = g(t), dengan g(t) tidak selalu nol, maka y = c φ(t),
dt 2
dt
16. Dapatkah y = sin(t2) menjadi solusi pada suatu interval yang memuat t = 0 dari
d2y dy
persamaan + p(t) + q(t)y = 0 dengan koefisien-koefisien kontinu ?
dt 2
dt
Jelaskan jawabanmu !
17. Jika Wronskian W dari f dan g adalah 3e4t, dan jika f(t) = e2t, carilah g(t).
18. Jika Wronskian W dari f dan g adalah t2et, dan jika f(t) = t, carilah g(t).
19. Jika W (f, g) adalah Wronskian dari f dan g, dan jika u = 2 f – g, v = f + g(t),
carilah Wronskian W(u,v) dari u dan v dinyatakan dalam W(f, g).
20. Jika Wronskian dari f dan g adalah t cos(t) – sin(t), dan jika u = f + 3g,
50
Untuk masing-masing soal no. 21 dan 22, carilah himpunan fundamental
solusi yang ditentukan oleh Teorema 3.2.5 untuk persamaan differensial yang
diberikan dan titik awal.
d2y dy d2y dy
21. + – 2y = 0, t0 = 0, 22. +4 + 3y = 0, t0 = 1.
dt 2
dt dt 2
dt
d2y
23. + 4y = 0, y1(t) = cos(2t), y2(t) = sin(2t),
dt 2
d2y dy
24. –2 + y = 0, y1(t) = et, y2(t) = tet,
dt 2 dt
d2y dy
25. x2 – x(x + 2) + ( x + 2)y = 0, x > 0, y1(x) = x, y2(x) = xex,
dx 2
dx
d2y dy
26. ( 1 – x cot(x)) –x + y = 0, 0 < x < π, y1(x) = x, y2(x) = sin(x).
dx 2
dx
d2y dy
27. Perhatikan persamaan differensial – – 2y = 0.
dt 2
dt
(i) Tunjukkan bahwa y1(t) = e-t dan y2(t) = e2t membentuk himpunan fundamental
solusi.
(ii) Misalkan y3(t) = –2e2t, y4(t) = y1(t) + 2y2(t), dan y5(t) = 2y1(t) – 2y3(t). Apakah
y3(t), y4(t), dan y5(t) juga solusi-solusi persamaan differensial yang diketahui ?
51
d2y dy
Persamaan differensial P(x) + Q(x) + R(x)y = 0 disebut eksak jika
dx 2
dx
d dy d
persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk P( x) + f ( x) y =0,
dx dx dx
dimana f(x) harus ditentukan dan dinyatakan dalam P(x), Q(x), dan R(x). Persamaan
yang terakhir dapat diintegralkan sekali dan menghasilkan persamaan differensial
linier order pertama dalam y yang dapat diselesaikan seperti bab 2. Dengan
menyamakan koefisien-koefisien dari persamaan sebelumnya dan kemudian
d 2P
mengeliminasi f(x), tunjukkan bahwa syarat perlu untuk keeksakan adalah –
dx 2
dQ
+ R(x) = 0. Dapat ditunjukkan bahwa syarat ini juga merupakan syarat cukup.
dx
d2y dy d2y dy
1. +x + y = 0, 2. + 3x2y +
dx 2
dx dx 2
dx
xy = 0,
d2y dy d2y dy
3. x – (cos(x)) + (sin(x))y = 0, 4. x2 +x – y = 0, x
dx 2
dx dx 2
dx
> 0.
5. Persamaan Adjoin. Jika suatu persamaan linier homogen order kedua tidak eksak,
persamaan tersebut dapat dibuat eksak dengan mengalikan dengan suatu faktor
integral μ(x) yang tepat. Jadi kita mensyaratkan μ(x) sedemikian sehingga
d2y dy
μ(x) P(x) + μ(x)Q(x) + μ(x)R(x)y = 0 dapat dituliskan dalam bentuk
dx 2
dx
52
d dy d
[ ( x) P( x) ] + [f(x)y] = 0. Dengan menyamakan koefisien-koefisien
dx dx dx
pada kedua persamaan ini dan mengeliminasi f(x), tunjukkan bahwa fungsi μ
d 2 dP d d 2P dQ
harus memenuhi P + (2 – Q) + ( – + R) μ = 0.
dx 2
dx dx dx 2
dx
Persamaan ini dikenal sebagai adjoin dari persamaan semula dan penting
dalam teori lebih lanjut tentang persamaan differensial. Secara umum, masalah
untuk menyelesaikan persamaan differensial adjoin sama sukarnya dengan
menyelesaikan persamaan semula. Karena itu hanya sewaktu-waktu dapat
ditemukan suatu faktor integral untuk persamaan order kedua.
d2y dy
6. x2 +x + ( x2 – ν2) y = 0, persamaan Bessel
dx 2
dx
d2y dy
7. ( 1 – x2) –2x + α(α + 1)y = 0, persamaan Legendre
dx 2
dx
d2y
8. – xy = 0, persamaan Airy
dx 2
d2y dy
9. Untuk persamaan linier order kedua P(x) + Q(x) + R(x)y = 0,
dx 2
dx
d2y dy
10. Suatu persamaan linier order kedua P(x) + Q(x) + R(x)y = 0 dikatakan
dx 2
dx
self-adjoint jika adjoinnya adalah persamaan semula. Tunjukkan bahwa syarat perlu
untuk persamaan adalah self-adjoint adalah P(x) = Q(x). Tentukan apakah
masing- masing dari persamaan 6 – 8 adalah self-adjoint.
53
3.3 Bebas Linier dan Wronskian
Pada sub bab ini kita akan menghubungkan ide solusi umum dan
himpunan solusi fundamental dari persamaan differensial linier dengan konsep
bebas linier, yang merupakan inti dari pelajaran aljabar linier. Relasi antara
persamaan differensial dan aljabar linier lebih tampak untuk persamaan berorder
tinggi dan untuk sistem persamaan.
Kita akan mengacu pada sifat dasar berikut dari sistem persamaan aljabar
linier homogen. Perhatikan sistem berikut
a21x1 + a22x2 = 0,
dan misalkan ∆ = a11 a22 – a12 a21 adalah determinan koefisien yang
berkorespon-densi. Maka x1 = 0, x2 = 0 adalah satu-satunya solusi dari sistem (3.3.1)
jika dan hanya jika ∆ ≠ 0. Selanjutnya sistem (3.3.1) mempunyai solusi-solusi tak
nol jika dan hanya jika ∆ = 0.
untuk semua t di I.
54
dengan yang lain, sebaliknya mereka membentuk himpunan yang bebas linier.
Contoh-contoh berikut mengilustrasikan definisi-definisi ini.
Contoh 3.3.1 Tentukan apakah fungsi-fungsi sin(t) dan cos(t – π/2) adalah
bebas linier atau bergantung linier pada suatu interval sebarang ?
Contoh 3.3.2 Tunjukkan bahwa fungsi-fungsi et dan e2t adalah bebas linier
pada sebarang interval.
k1 et + k2 e2t = 0 (3.3.3)
k1 et 0 + k2 e 2t 0 = 0,
Teorema 3.3.1 Jika f dan g adalah fungsi-fungsi yang dapat diturunkan pada
interval buka I, dan jika W(f, g)(t0) ≠ 0 untuk suatu titik t0 di I, maka f dan g bebas
linier pada I. Selanjutnya, jika f dan g bergantung linier pada I, maka W(f, g)(t) = 0
untuk setiap t di I.
55
Bukti :
k1f(t0) + k2g(t0) = 0,
df dg
(t0 ) (t0 )
k1 dt + k2 dt = 0, (3.3.5)
Determinan koefisien sistem persamaan (3.3.5) adalah W(f, g)(t0) yang tidak
nol berdasarkan diketahui. Oleh karena itu, satu-satunya solusi dari sistem
persamaan (3.3.5) adalah k1 = k2 = 0. Jadi, f dan g adalah bebas linier.
W(f, g)(t0) ≠ 0 berdasarkan bagian pertama dari Teorema 3.3.1. Hal ini
mengakibatkan bahwa f dan g bebas linier, yang merupakan kontradiksi dengan
diketahui. Jadi, Teorema 3.3.1 terbukti.
Kita dapat menerapkan hasil ini ke fungsi-fungsi f(t) = et, g(t) = e2t
yang dibahas di Contoh 3.3.2. Untuk sebarang titik t0 kita mempunyai
et 0 e 2t 0
W(f, g)(t0) = = e 3t 0 ≠ 0. (3.3.6)
et 0 2e 2 t 0
Oleh karena itu fungsi-fungsi et dan e2t bebas linier pada sebarang interval.
Catatan : Dua fungsi f dan g dapat bebas linier meskipun W(f, g)(t) = 0
untuk setiap t di interval I. Hal ini diilustrasikan di soal latihan no. 28.
56
Sekarang kita menguji lebih lanjut sifat-sifat dari Wronskian dua
solusi dari suatu persamaan differensial linier homogen order kedua. Teorema
berikut memberikan suatu rumus eksplisit untuk Wronskian dari sebarang dua
solusi dari sebarang persamaan demikian, bahkan jika solusi-solusinya tidak
diketahui.
d2y dy
L[y] = + p(t) + q(t)y = 0, (3.3.7)
dt 2
dt
dengan p dan q kontinu pada suatu interval buka I, maka Wronskian W(y1,
y2)(t) diberikan oleh
dengan c adalah konstanta tertentu yang bergantung pada y1 dan y2, tetapi
tidak pada t. Selanjutnya, W(y1, y2)(t) adalah nol untuk semua t di I ( jika c = 0) atau
tidak pernah nol di I ( jika c ≠ 0).
Bukti :
d 2 y1 dy1
+ p(t) + q(t)y1 = 0, (3.3.9)
dt 2 dt
d 2 y2 dy
+ p(t) 2 + q(t)y2 = 0.
dt 2
dt
57
d 2 y2 d 2 y1 dy dy1
(y1 – y2) + p(t)( y1 2 – y2) = 0. (3.3.10)
dt 2
dt 2
dt dt
dW d 2 y2 d 2 y1
= y1 – y2. (3.3.11)
dt dt 2 dt 2
dW
+ p(t)W = 0. (3.3.12)
dt
Contoh 3.3.3 Dalam contoh 3.2.5 di sub bab 3.2, kita memeriksa kebenaran
bahwa y1(t) = t3/2 dan y2(t) = t-1 adalah solusi-solusi dari persamaan
d2y dy
2t2 + 3t – y = 0, t > 0. (3.3.14)
dt 2
dt
58
Periksalah bahwa Wronskian y1 dan y2 diberikan oleh persamaan (3.3.13)
d2y
(3.3.14) dalam bentuk standard dengan koefisien adalah 1. Jadi, kita
dt 2
memperoleh
d2y 3 dy 1
+ – y = 0.
dt 2
2t dt 2t 2
3
Jadi, p(t) = . Oleh karena itu
2t
3 3
W(y1, y2)(t) = c exp [ – 2t dt ] = c exp 2 ln(t ) = c t-3/2.
(3.3.15)
Suatu versi yang lebih kuat dari Teorema 3.3.1 dapat dibuktikan jika
dua fungsi yang terlibat adalah solusi-solusi persamaan differensial linier homogen
order kedua.
d2y dy
differensial (3.3.7), L[y] = + p(t) + q(t)y = 0, dengan p dan q kontinu
dt 2
dt
pada suatu interval buka I. Maka y1 dan y2 adalah bergantung linier pada I jika dan
hanya jika W(y1, y2)(t) adalah nol untuk semua t di I. Atau y1 dan y2 adalah bebas
linier pada I jika dan hanya jika W(y1, y2)(t) tidak pernah nol di I.
59
Bukti :
Masih harus dibuktikan konvers yaitu jika W(y1, y2)(t) bernilai nol di
seluruh I, maka y1 dan y2 bergantung linier. Misalkan t0 adalah sebarang titik di I.
maka W(y1, y2)(t0) = 0. Akibatnya, sistem persamaan
c1y1(t0) + c2y2(t0) = 0,
dy1 dy2
c1 dt (t0) + c2 dt (t0) = 0, (3.3.16)
d
φ (t0) = 0, (t0) = 0. (3.3.17)
dt
60
d2y dy
+ p(t) + q(t)y = 0,
dt 2
dt
dengan p dan q kontinu pada suatu interval buka I. Maka empat pernyataan
berikut adalah ekuivalen, dalam arti bahwa masing-masing pernyataan
mengakibatkan ketiga pernyataan lainnya :
61
Karena setiap anggota V dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dua
anggota y1 dan y2 yang bebas linier, kita mengatakan bahwa pasangan demikian
membentuk basis untuk V. Hal ini mengarahkan ke kesimpulan bahwa V berdimensi
dua. Oleh karena itu V analog dengan ruang vektor geometri di bidang. Selanjutnya
kita menemukan bahwa himpunan solusi dari persamaan differensial linier
homogen berorder n membentuk ruang vektor berdimensi n, dan bahwa sebarang
himpunan dari n solusi yang bebas linier dari persamaan differensial membentuk
suatu basis untuk ruang. Hubungan antara persamaan differensial dan vektor
merupakan alasan yang baik untuk mempelajari aljabar linier abstrak.
Latihan 3.3
9. Wronskian dari dua fungsi adalah W(t) = t sin2t. Apakah fungsi-fungsi tersebut
bebas linier atau bergantung linier ? Mengapa ?
10. Wronskian dari dua fungsi adalah W(t) = t2 – 4. Apakah fungsi-fungsi tersebut
bebas linier atau bergantung linier ? Mengapa ?
11. Jika fungsi-fungsi y1 dan y2 adalah solusi-solusi yang bebas linier dari
d2y dy
persamaan + p(t) + q(t)y = 0, buktikan bahwa c1y1 dan c2y2 juga
dt 2
dt
62
12. Jika fungsi-fungsi y1 dan y2 adalah solusi-solusi yang bebas linier dari
d2y dy
persamaan + p(t) + q(t)y = 0, buktikan bahwa y3 = y1 + y2 dan y4 = y1
dt 2
dt
– y2 juga membentuk himpunan solusi yang bebas linier. Sebaliknya, jika y3 dan
y4 adalah solusi-solusi yang bebas linier dari persamaan differensial, tunjukkan
bahwa y1 dan y2 juga merupakan solusi-solusi yang bebas linier.
13. Jika fungsi-fungsi y1 dan y2 adalah solusi-solusi yang bebas linier dari
d2y dy
persamaan + p(t) + q(t)y = 0, tentukan syarat-syarat yang harus
dt 2
dt
14. (i) Buktikan bahwa sebarang vektor dua dimensi dapat dituliskan sebagai suatu
(ii) Buktikan bahwa jika vektor-vektor x = x1i + x2j dan y = y1i + y2j adalah
bebas linier, maka sebarang vektor z = z1i + z2j dapat dinyatakan sebagai
kombinasi linier dari x dan y. Perhatikan bahwa jika x dan y adalah bebas
linier, maka x1y2 – x2y1 ≠ 0. Mengapa ?
d2y dy d2y dy
15. t2 – t(t + 2) +(t + 2)y = 0, 16. (cos(t)) + (sin(t)) – ty = 0,
dt 2
dt dt 2 dt
d2y dy
17. x2 +x + (x2 – ν2)y = 0, persamaan Bessel
dx 2
dx
2 d2y dy
18. ( 1 – x ) – 2x + α(α + 1)y = 0, persamaan Legendre
dx 2
dx
63
19. Tunjukkan bahwa jika p dapat diturunkan dan p(t) > 0, maka Wronskian W(t)
d dy
dari dua solusi [ p (t ) ] + q(t)y = 0 adalah W(t) = c/p(t), dengan c suatu
dt dt
konstanta.
d2y dy
20. Jika y1 dan y2 adalah solusi-solusi yang bebas linier dari t +2 + tet y =
dt 2
dt
d2y dy
21. Jika y1 dan y2 adalah solusi-solusi yang bebas linier dari t2 –2 +(3 + t)
dt 2
dt
d2y dy
22. Jika Wronskian dari sebarang dua solusi + p(t) + q(t)y = 0 adalah
dt 2
dt
23. Jika f, g, dan h adalah fungsi-fungsi yang dapat diturunkan, tunjukkan bahwa
W(fg, fh) = f2 W(g,h).
d2y dy
fungsi y1 dan y2 adalah solusi persamaan differensial + p(t) + q(t)y = 0
dt 2
dt
24. Buktikan bahwa jika y1 dan y2 adalah nol pada titik yang sama di I, maka
mereka tidak dapat merupakan himpunan solusi-solusi fundamental pada
interval tersebut.
25. Buktikan bahwa jika y1 dan y2 mempunyai maksimum atau minimum pada titik
yang sama di I, maka mereka tidak dapat merupakan himpunan solusi-solusi
fundamental pada interval tersebut.
26. Buktikan bahwa jika y1 dan y2 mempunyai titik infleksi t0 yang sama di I, maka
mereka tidak dapat merupakan himpunan solusi-solusi fundamental pada I
kecuali jika p dan q keduanya bernilai nol di t0.
64
27. Tunjukkan bahwa t dan t2 bebas linier pada –1 < t < 1, bahkan mereka bebas
linier pada setiap interval. Tunjukkan juga bahwa W(t, t2) adalah nol di t = 0.
Apa yang dapat Anda simpulkan dari hal ini tentang kemungkinan bahwa t dan
d2y dy
t2 adalah solusi dari persamaan differensial + p(t) + q(t)y = 0 ?
dt 2
dt
d2y dy
Periksalah bahwa t dan t2 adalah solusi dari persamaan t2 – 2t + 2y =
dt 2
dt
d2y
Oleh karena itu f dan g tidak dapat merupakan solusi-solusi persamaan +
dt 2
dy
p(t) + q(t)y = 0 dengan p dan q kontinu pada –1 < t < 1.
dt
d2y dy
a +b + cy = 0, dengan a, b, c ádalah bilangan riel. (3.4.1)
dt 2
dt
ar2 + br + c = 0. (3.4.2)
65
dibahas kasus dimana diskriminannya bernilai positif. Pada bagian ini akan dibahas
kasus untuk nilai diskriminan negatif.
b D b D
r1 = atau r2 = , dengan D = b2 – 4ac < 0.
2a 2a
bi D
akar-akar kompleks di atas dapat ditulis sebagai r1 = atau r2 =
2a
bi D b D
. Dengan memisalkan λ = , dan μ = , diperoleh r1 = λ +
2a 2a 2a
iμ, r2 = λ – iμ.
y2(t) = c2 e(λ-iμ)t.
Ingat juga bahwa sifat-sifat eksponen untuk pangkat bilangan riel juga
berlaku untuk pangkat bilangan kompleks. Oleh karena itu,
y1(t) = e(λ+iμ)t = eλt+iμt = eλt eiμt = eλt ( cos(μt) + i sin(μt)) = eλt cos(μt) + i eλt sin(μt).
66
menginginkan solusi persamaan differensial yang berupa fungsi bernilai riel. Solusi
berupa fungsi riel dapat diperoleh dengan menggunakan sifat superposisi yang
menyatakan bahwa jika y1 dan y2 merupakan solusi, maka y1 + y2 dan y1 – y2
juga merupakan solusi. Jadi, diperoleh
d2y dy
Contoh 3.6.1 Carilah solusi umum persamaan differensial +2 + 2y = 0
dt 2
dt
r2 + r + 1 = 0.
1 3 1 3
r1 = – +i atau r2 = – –i .
2 2 2 2
67
1 3
Jadi, λ = – , dan μ = . Dengan demikian solusi umum persamaan
2 2
differensial di atas ádalah
d2y
Contoh 3.6.2 Carilah solusi umum persamaan differensial + 25y = 0
dt 2
r2 + 25 = 0.
r1 = 5i atau r2 = –5i.
Latihan 3.4
Untuk soal 1 – 10, carilah solusi umum dari persamaan differensial berikut
d2y dy d2y dy
1) –2 + 2y = 0, 2) –2 + 6y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y dy
3) +2 – 8y = 0, 4) +2 + 2y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y
5) +6 + 13y = 0, 6) 4 + 9y = 0,
dt 2
dt dt 2
d2y dy d2y dy
7) +2 + 1,25y = 0, 8) 9 +9 – 4y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
68
d2y dy d2y dy
9) + + 1,25y = 0, 10) +4 + 6,25y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
Untuk soal no 11 – 16, carilah solusi masalah nilai awal berikut. Gunakan
Maple untuk menggambar grafik solusi dan deskripsikan perilaku solusi untuk t →
∞.
d2y dy
11) + 4y = 0, y(0) = 0, (0) = 1.
dt 2 dt
d2y dy dy
12) +4 + 5y = 0, y(0) = 1, (0) = 1.
dt 2
dt dt
d2y dy dy
13) –2 + 5y = 0, y(π/2) = 1, (π/2) = 1.
dt 2
dt dt
d2y dy
14) + y = 0, y(π/3) = 2, (π/3) = –1.
dt 2 dt
d2y dy dy
15) + + 1,25y = 0, y(0) = 3, (0) = 1.
dt 2
dt dt
d2y dy dy
16) +2 + 2y = 0, y(π/4) = 2, (π/4) = –2.
dt 2
dt dt
d2y dy dy
17) Perhatikan masalah nilai awal 3 – + 2y = 0, y(0) = 2, (0)
dt 2
dt dt
= 0.
d2y dy dy
18) Perhatikan masalah nilai awal 5 +2 + 7y = 0, y(0) = 2, (0) = 1.
dt 2
dt dt
(ii) Tentukan nilai T terkecil sehingga | y(t) | 0,1 untuk semua t > T.
69
d2y dy dy
19) Perhatikan masalah nilai awal +2 + 6y = 0, y(0) = 2, (0) = α
dt 2
dt dt
0.
(iv) Tentukan nilai limit dari ekspresi yang diperoleh dari (iii) saat α → ∞.
d2y dy dy
20) Perhatikan masalah nilai awal + 2α + (α2+1)y = 0, y(0) = 1, (0)
dt 2
dt dt
=0.
(ii) Untuk α = 1, carilah T terkecil sehingga | y(t) | < 0,1 untuk t > T.
1 1
(iii) Ulangi soal (ii) untuk α = , , dan 2.
4 2
(iv) Dengan menggunakan hasil (ii) dan (iii), gambarlah T terhadap α dan
d2y dy
a2(t) + a1(t) + a0(t)y = 0. (3.5.1)
dt 2
dt
70
Misalkan fungsi f ádalah solusi tak trivial dari persamaan differensial di
atas. Untuk menemukan solusi kedua, digunakan transformasi
dengan f ádalah solusi persamaan (3.5.1) yang diketahui dan v ádalah fungsi
t yang akan dicari.
Ide transformasi di atas ádalah jika y ádalah solusi, maka cy juga solusi dengan
c ádalah konstan. Di sini c kelipatan solusi yang berupa konstanta diganti dengan
f(t).
dy dv df
= f(t) + v(t), (3.5.3)
dt dt dt
d2y d 2v df dv d2 f
= f(t) + 2 + v(t). (3.5.4)
dt 2 dt 2 dt dt dt 2
d 2v df dv d2 f dv df
a2(t) [f(t) + 2 + v(t)] + a1(t)[ f(t) + v(t)] + a0(t) f(t) v(t)
dt 2
dt dt dt 2
dt dt
=0
atau
d 2v df dv d2 f df
a2(t) f(t) + [2 a 2 (t) +a 1 (t) f(t)] + [a 2 (t) + a1(t) +a0(t) f(t)] v(t)
dt 2
dt dt dt 2
dt
= 0.
d 2v df dv
a2(t) f(t) + [2 a2(t) +a1(t) f(t)] = 0.
dt 2
dt dt
71
dv
Dengan memisalkan w(t) = , persamaan di atas menjadi
dt
dw df
a2(t) f(t) + [2 a2(t) +a1(t) f(t)]w(t) = 0. (3.5.5)
dt dt
dw f ' (t ) a1 (t )
= – 2 dt.
w f (t ) a2 (t )
a1 (t )
ln | w | = – ln(f(t))2 – a2 (t )
dt + ln c,
atau
a (t )
c exp 1 dt
w(t) = a2 (t ) . (3.5.6)
( f (t ))2
dv
Selanjutnya dengan memilih c = 1, dan mengingat bahwa w(t) = , kita
dt
mengintegralkan sekali lagi persamaan (3.5.6) sehingga menghasilkan
a (t )
exp 1 dt
v(t) = a2 (t ) .
( f (t )) 2
dt
72
Dengan demikian, kita sudah menemukan v(t) yang diinginkan. Akhirnya,
dari persamaan (3.5.2) diperoleh
a (t )
exp 1 dt
y(t) = f(t) a2 (t ) . (3.5.7)
( f (t )) 2
dt
f (t ) g (t ) f (t ) f (t )v (t )
W(f, g)(t) = f ' (t ) g ' (t )
= f ' (t ) f ' (t )v (t ) f (t )v ' (t )
a (t )
= ( f(t))2 v’(t) = exp 1 dt ≠ 0.
a2 (t )
Jadi, kombinasi linier c1f + c2g adalah solusi umum persamaan differensial (3.5.1).
d2y dy
(t2 + 1) – 2t + 2y = 0. (3.5.8)
dt 2
dt
Carilah solusi kedua yang bebas linier dengan solusi yang diberikan.
dy dv d2y dv
menurunkan persamaan tersebut diperoleh = v(t) + t dan =2 +t
dt dt dt 2
dt
d 2v
.
dt 2
73
dy d2y
Dengan mensubstitusi ekspresi y(t), , dan ke persamaan (3.5.8) diperoleh
dt dt 2
dv d 2v dv
(t2 + 1) (2 +t 2 ) – 2t (v(t) + t ) + 2 t v(t) = 0,
dt dt dt
atau
d 2v dv
(t2 + 1) t +2 = 0.
dt 2
dt
dv
Dengan memisalkan w(t) = , diperoleh persamaan differensial order pertama
dt
dw
(t2 + 1) t + 2w = 0.
dt
dw 2dt
=– .
w t (t 2 1)
dw 2 2t
= 2 dt.
w t t 1
c(t 2 1)
w(t) = .
t2
dv
Pilih c = 1, ingat bahwa w(t) = , dan integralkan terhadap t
dt
menghasilkan
1
v(t) = t – .
t
74
Fungsi ini adalah solusi kedua yang dicari. Jadi, solusi umum persamaan
differensial (3.5.8) adalah
d2y dy
+4 + 4y = 0. (3.5.9)
dt 2
dt
dy dv d2y 2
-2t d v dv
= e-2t – 2e-2tv(t), dan = e – 4 e-2t + 4e-2tv(t).
dt dt dt 2
dt 2
dt
dy d2y
Dengan mensubstitusi ekspresi y(t), , dan ke persamaan
dt dt 2
d 2v dv dv
differensial (3.5.9) diperoleh e-2t – 4 e-2t + 4e-2tv(t) + 4(e-2t – 2e-2tv(t)) +
dt 2
dt dt
4 e-2tv(t) = 0,
d 2v
atau = 0. Pada contoh ini untuk mencari v, tidak perlu dilakukan
dt 2
dv
pemisalan w(t) = . Dengan mengintegralkan dua kali terhadap t, diperoleh v(t)
dt
= c1t + c2. Dengan demikian solusi umum persamaan differensial (3.5.9) adalah y(t)
= e-2tv(t) = c1te-2t + c2e-2t, dengan solusi kedua adalah y2(t) = te-2t.
Latihan 3.5.
75
Gunakan metode reduksi order untuk mencari solusi kedua dari persamaan
differensial berikut dengan y1 adalah solusi dari persamaan differensial yang
diketahui.
d2y dy
1) t2 – 4t + 6y = 0, t > 0, y1(t) = t2,
dt 2
dt
d2y dy
2) t2 + 2t – 2y = 0, t > 0, y1(t) = t,
dt 2
dt
d2y dy
3) t2 + 3t + y = 0, t > 0, y1(t) = t-1,
dt 2
dt
d2y dy
4) t2 – t(t + 2) + (t + 2)y = 0, t > 0, y1(t) = t,
dt 2
dt
d2y dy
5) x2 – + 4 x3y = 0, x > 0, y1(x) = sin x2,
dx 2
dx
d2y dy
6) (x – 1) –x + y = 0, x > 1, y1(x) = ex,
dx 2
dx
d2y
7) x2 – (x – 0,1875)y = 0, x > 0, y1(x) = x1/4 e 2 x
,
dx 2
2d2y dy
8) x +x + (x2 – 0,25)y = 0, x > 0, y1(x) = x-1/2 sin x,
dx 2
dx
d2y dy
9) x2 – 4x + 4y = 0, y1(x) = x,
dx 2
dx
d2y dy
10) (x + 1)2 – 3(x +1) + 3y = 0, y1(x) = x + 1,
dx 2
dx
d2y dy
11) (x2 – 1) – 2x + 2y = 0, y1(x) = x,
dx 2
dx
d2y dy
12) (x2 – x + 1) – (x2 + x) + (x + 1)y = 0, y1(x) = x,
dx 2
dx
d2y dy
13) (2x + 1) – 4(x + 1) + 4y = 0, y1(x) = e2x.
dx 2
dx
76
Ingat kembali bahwa kita mengasumsikan solusi persamaan differensial linier
homogen order kedua dengan koefisien konstan
d2y dy
a +b + cy = 0, dengan a, b, c ádalah bilangan riel, (3.6.1)
dt 2
dt
ar2 + br + c = 0. (3.6.2)
b
. Dengan demikian kita akan memperoleh satu solusi persamaan differensial
2a
(3.6.1) yaitu
b
y1(t) = ert = e 2a
t
.
Hal ini berarti kita harus mencari solusi kedua dari persamaan diferencial
(3.6.1). Dalam hal ini dapat digunakan metode reduksi order yang telah dibahas
pada bab 3.5. Untuk menemukan solusi kedua, pembaca diminta untuk mengerjakan
lembar kerja berikut ini.
d2y dy
a +b + cy = 0, dengan a, b, c ádalah bilangan riel,
dt 2
dt
b
dan solusi y1(t) = e 2a
t
.
77
Untuk menemukan solusi kedua dari persamaan differensial di atas,
kerjakanlah langkah-langkah berikut ini.
b
1. Misalkan y(t) = e 2a
t
v(t).
dy d2y
2. Carilah dan .
dt dt 2
dy d2y
3. Substitusikan ekspresi y, , dan ke persamaan
dt dt 2
d 2v
differensial di atas dan sederhanakanlah sehingga diperoleh = 0.
dt 2
4. Integralkan terhadap t sebanyak 2 kali dan gunakan no. 1
untuk memperoleh solusi umum persamaan differensial di atas adalah
b b
y(t) = c1 e 2a
t
+ c2t e 2a
t
.
b
e 2a
t
. Dengan menggunakan determinan Wronskian tunjukkan bahwa kedua
d2y dy
–8 + 16y = 0.
dt 2
dt
r2 – 8r + 16 = 0.
78
Jadi solusi persamaan differensial di atas ádalah y(t) = c1e4t + c2 te4t.
d2y dy
4 +4 + y = 0.
dt 2
dt
4r2 + 4r + 1 = 0.
1
Akar-akar persamaan karakteristik ádalah r1 = r2 = – .
2
Latihan 3.6.
d2y dy d2y dy
1) –2 + y = 0, 2) 9 2 + 6 + y = 0,
dt 2
dt dt dt
d2y dy d2y dy
3) 4 –4 – 3y = 0, 4) 4 + 12 + 9y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y dy
5) –2 + 10y = 0, 6) –6 + 9y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
79
d2y dy d2y dy
7) 4 + 17 + 4y = 0, 8) 16 + 24 + 9y = 0,
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y dy
9) 25 – 20 + 4y = 0, 10) 2 +2 + y = 0.
dt 2
dt dt 2
dt
Untuk soal no 11 – 14, carilah solusi masalah nilai awal berikut. Gambarlah
grafik solusinya dan jelaskan perilaku solusi saat t membesar.
d2y dy dy
11) 9 – 12 + 4y = 0, y(0) = 2, (0) = – 1,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
12) –6 + 9y = 0, y(0) = 0, (0) = 2,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
13) 9 +6 + 82y = 0, y(0) = –1, (0) = 2,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
14) +4 + 4y = 0, y(-1) = 2, (–1) = 1.
dt 2
dt dt
d2y dy dy
15) Perhatikan masalah nilai awal 4 + 12 + 9y = 0, y(0) = 1, (0) = –
dt 2
dt dt
4,
(i) Carilah solusi masalah nilai awal dan gambar grafiknya
untuk 0 t 5.
(ii) Tentukan dimana solusi mencapai nilai nol.
(iii) Tentukan koordinat titik minimum (t0 , y0).
dy
(iv)Ubahlah kondisi awal kedua menjadi (0) = β dan tentukan solusi
dt
masalah nilai awal sebagai fungsi dari β. Kemudian carilah nilai kritis β
yang memisahkan solusi yang selalu positif dari solusi yang akhirnya
bernilai negatif.
d2y dy dy
16) Perhatikan masalah nilai awal – + 0,25y = 0, y(0) = 2, (0) = β.
dt 2
dt dt
Carilah solusi masalah nilai awal sebagai fungsi dari β dan kemudian
tentukan nilai kritis dari β yang memisahkan solusi dari solusi yang terus
membesar dengan solusi yang terus mengecil.
80
d2y dy dy
17) Perhatikan masalah nilai awal 4 +4 + y = 0, y(0) = 1, (0) = 2.
dt 2
dt dt
(i) Carilah solusi masalah nilai awal dan gambarlah grafik solusi.
(ii) Tentukan koordinat titik maksimum (tm, ym).
dy
(iii) Ubahlah kondisi awal kedua menjadi (0) = β > 0 dan tentukan solusi
dt
masalah nilai awal sebagai fungsi dari β.
(iv)Nyatakan koordinat titik maksimum (tm, ym) dalam β. Jelaskan
ketergantungan tm dan ym pada β saat β membesar.
d2y dy dy
18) Perhatikan masalah nilai awal 9 + 12 + 4y = 0, y(0) = α>0, (0) =
dt 2
dt dt
–1.
(i) Carilah solusi masalah nilai awal.
(ii) Carilah nilai kritis dari α yang memisahkan solusi dari solusi yang menjadi
negative dengan solusi yang selalu positif.
Proyek 3.6.1. Proyek ini bertujuan untuk menyatakan cara lain untuk mencari
solusi kedua ketika persamaan karakteristik memiliki akar-akar kembar.
d2y dy
1) (i) Perhatikan persamaan differensial + 2a + a2y = 0, Tunjukkan
dt 2
dt
(ii) Gunakan rumus Abel untuk menunjukkan bahwa Wronski dari sebarang dua
dy2 dy1
solusi dari persamaan differensial adalah W(t) = y1(t) – y2(t) =
dt dt
81
(iii) Misalkan y1(t) = e-at dan gunakan hasil dari (ii) untuk memperoleh suatu
persamaan differensial yang dipenuhi oleh y2(t). Dengan menyelesaikan
persamaan ini, tunjukkan bahwa y2(t) = t e-at.
2) Misalkan r1 dan r2 adalah akar-akar persamaan ar2 + br + c = 0 dan r1 ≠ r2, maka
r1t r2 t d2y dy
e dan e adalah solusi-solusi dari persamaan differensial a 2 + b +
dt dt
e r2 t e r1t
cy = 0. Tunjukkan bahwa φ(t ; r1, r2) = juga solusi dari persamaan
r2 r1
Karena ruas kanan persamaan (*) adalah nol jika r = r1, diperoleh bahwa
r1t d2y dy
e adalah solusi dari L[y] = a +b + cy = 0.
dt 2
dt
rt
L[ert ] = L e = L[tert] = atert(r – r1)2 + 2aert(r – r1) (**)
r r
Karena ruas kanan persamaan (**) adalah nol jika r = r1, simpulkan bahwa
3.7 Rangkuman
Untuk mencari solusi umum dari persamaan differensial
82
d2y dy
+ p(t) + q(t)y = 0, α < t < β,
dt 2
dt
y = c1y1(t) + c2y2(t)
d2y dy
a +b + cy = 0, a, b, c bilangan riel.
dt 2
dt
ar2 + br + c = 0.
83
2. jika D = 0, maka persamaan kuadrat akan mempunyai
dua akar riel kembar. Misalkan r1 = r2 = r. Jadi solusi umum persamaan
differensial di atas adalah
y(t) = c1 e rt + c2 t e rt , dengan c1 dan c2 adalah konstanta sebarang.
BAB IV
d2y dy
L[y] = + p(t) + q(t)y = g(t), (4.1.1)
dt 2
dt
84
Dengan p, q, dan g adalah fungsi-fungsi kontinu yang diberikan pada suatu
interval buka I.
Persamaan
d2y dy
L[y] = + p(t) + q(t)y = 0, (4.1.2)
dt 2
dt
Teorema 4.1.1 Jika Y1 dan Y2 adalah dua solusi dari persamaan tak homogen
(4.1.1), maka selisih Y1 – Y2 adalah solusi dari persamaan homogen yang
berkorespondensi (4.1.2). Di samping itu, jika y1 dan y2 adalah himpunan solusi
fundamental dari persamaan (4.1.2), maka
Akan tetapi,
85
Persamaan (4.1.6) menyatakan bahwa Y1 – Y2 adalah solusi persamaan (4.1.2).
Teorema 4.1.2 Solusi umum dari persamaan tak homogen (4.1.1) dapat
dituliskan dalam bentuk
(i) carilah solusi umum c1y1(t) + c2y2(t) dari persamaan homogen yang
berkorespondensi. Solusi ini biasanya disebut solusi komplementer dan
dinyatakan dengan yc(t).
86
(ii) carilah solusi tertentu Y(t) dari persamaan tak homogen. Solusi ini sering
disebut dengan solusi khusus / partikulir.
(iii) Tambahkan kedua fungsi yang diperoleh di langkah (i) dan (ii).
d2y dy
–3 – 4y = 3e2t. (4.2.1)
dt 2
dt
d 2Y dY
Jawab : Kita mencari fungsi Y sedemikian sehingga kombinasi –3
dt 2
dt
– 4Y sama dengan 3e2t. Karena penurunan fungsi eksponen tetap fungsi eksponen,
cara yang paling masuk akal untuk memperoleh hasil yang diinginkan adalah dengan
mengasumsikan bahwa Y(t) adalah suatu kelipatan e2t, yaitu Y(t) = Ae2t, dengan A
2
dY 2t d Y
harus ditemukan. Untuk mencari A, kita menghitung = 2 Ae , = 4 Ae2t, dan
dt dt 2
dy d2y
mensubstitusi ke y, , dan di persamaan (4.2.1). Kita memperoleh
dt dt 2
( 4A – 6A – 4A ) e2t = 3e2t.
87
1
Oleh karena itu – 6Ae2t harus sama dengan 3e2t, jadi A = – 2 . Jadi, solusi
partikulir
1
Y(t) = – 2 e2t. (4.2.2)
d2y dy
–3 – 4y = 2 sin(t). (4.2.3)
dt 2
dt
atau
Kita ingin persamaan (4.2.4) berlaku untuk semua t. Jadi, persamaan tersebut
harus berlaku untuk dua titik tertentu, seperti untuk t = 0 dan t = π/2. Di titik-titik ini
per- samaan (4.2.4) secara berturut-turut tereduksi menjadi 3A = 0 dan 2 + 5A = 0.
Hal ini menimbulkan kontradiksi yang berarti tidak ada konstanta A yang membuat
persa- maan (4.2.4) benar untuk t = 0 dan t = π/2. Jadi kita menyimpulkan bahwa
asumsi kita tentang Y(t) tidak tepat. Munculnya suku cosinus pada persamaan (4.2.4)
menya- rankan bahwa kita perlu memodifikasi asumsi semula dengan melibatkan
suku cosinus di Y(t), yaitu
88
dY d 2Y
= Acos(t) – Bsin(t), = –Asin(t) – Bcos(t).
dt dt 2
dy d2y
Dengan mensubstitusi ekspresi ini ke y, , dan di persamaan (4.2.3)
dt dt 2
dan mengumpulkan suku-suku, kita memperoleh
–5A + 3B = 2, – 3A – 5B = 0.
5 3
Oleh karena itu A = – 17 dan B = 17 . Jadi, solusi partikulir persamaan
(4.2.3) adalah
5 3
Y(t) = – 17 sin(t) + 17 cos(t).
d2y dy
–3 – 4y = 4t2 – 1, (4.2.6)
dt 2
dt
(i) jika suku tak homogen g(t) di persamaan (4.1.1) adalah fungsi eksponen eat,
maka asumsikan bahwa Y(t) sebanding dengan fungsi eksponen yang sama.
89
(ii) jika g(t) adalah sin (βt) atau cos(βt), maka asumsikan bahwa Y(t) adalah
kombinasi linier dari sin (βt) dan cos(βt),
(iii) jika g(t) adalah polinomial, maka asumsikan bahwa Y(t) adalah polinomial
dengan derajad yang sama.
Prinsip yang sama dapat diperluas untuk kasus dimana g(t) adalah hasil kali
dari sebarang dua atau ketiga tipe fungsi di atas, seperti diilustrasikan dalam contoh
berikut.
d2y dy
–3 – 4y = – 8etcos(2t). (4.2.7)
dt 2
dt
Jawab : Dalam kasus ini kita mengasumsikan bahwa Y(t) adalah hasil kali et
dengan kombinasi linier dari cos(2t) dan sin(2t), yaitu,
Kita peroleh
dY
= ( A + 2B) etcos(2t) + ( –2A + B ) etsin(2t),
dt
dan
d 2Y
= ( –3A + 4B) etcos(2t) + ( –4A – 3B ) etsin(2t).
dt 2
dY d 2Y
Dengan mensubstitusi Y(t), , dan ke persamaan (4.2.7) dan
dt dt 2
menyamakan koefisien-koefisien, kita memperoleh bahwa A dan B harus memenuhi
10 A + 2B = 8, 2A – 10B = 0.
90
10 2
Oleh karena itu A = 13 dan B = 13 . Jadi, solusi partikulir dari persamaan
10 2
(4.2.7) adalah Y(t) = 13 etcos(2t) + 13 etsin(2t).
g(t) = g1(t) + g2(t), dan misalkan Y1 dan Y2 secara berturut-turut adalah solusi-
solusi persamaan
d2y dy
a +b + cy = g1(t), (4.2.8)
dt 2
dt
dan
d2y dy
a +b + cy = g2(t). (4.2.9)
dt 2
dt
d2y dy
a +b + cy = g(t). (4.2.10)
dt 2
dt
91
d2y dy
–3 – 4y = 3e2t + 2 sin(t) – 8etcos(2t). (4.2.11)
dt 2
dt
d2y dy
–3 – 4y = 3e2t ,
dt 2
dt
d2y dy
–3 – 4y = 2 sin(t),
dt 2
dt
d2y dy
–3 – 4y = – 8etcos(2t).
dt 2
dt
Solusi dari ketiga persamaan ini telah diperoleh secara berturut-turut pada
Contoh 4.2.1, 4.2.2, dan 4.2.3. Oleh karena itu solusi partikulir dari persamaan
(4.2.11) adalah hasil penjumlahan solusi-solusi yang telah diperoleh, yaitu
1 5 3 10 2
Y(t) = – 2 e2t – 17 sin(t) + 17 cos(t) + 13 etcos(2t) + 13 etsin(2t).
d2y dy
–3 – 4y = 2e-t . (4.2.12)
dt 2
dt
92
dY d 2Y dY d 2Y
= – Ae-t , dan = Ae-t
. Dengan mensubstitusi Y(t), , dan
dt dt 2 dt dt 2
ke persaman (4.2.12) diperoleh
Karena ruas kiri persamaan (4.2.13) ádalah nol, berarti tidak ada nilai A yang
meme-nuhi persamaan ini. Oleh karena itu tidak ada solusi partikulir dari persamaan
(4.2.13) dalam bentuk yang diasumsikan. Alasan untuk hasil yang mungkin tidak
diharapkan ini menjadi jelas jika kita menyelesaikan persamaan homogen
d2y dy
–3 – 4y = 0, (4.2.14)
dt 2
dt
menyelesaikan persamaan ini dengan cara yang lain ( lihat soal no. 27 dan
tugas proyek 4.2.2 ) dan kemudian menggunakan hasilnya untuk mengarahkan asumsi
kita jika situasi ini muncul lagi di kemudian hari. Kemungkinan yang lain ádalah
mencari persamaan yang lebih sederhana dimana kesulitan ini muncul dan mengguna-
kan solusinya untuk menyarankan bagaimana kita dapat menyelesaikan persamaan
(4.2.12). Memperhatikan pendekatan yang terakhir, kita mencari suatu persamaan
order pertama yang analog dengan persamaan (4.2.12). Salah satu kemungkinan
ádalah
dy
+ y = 2e-t. (4.2.15)
dt
93
Jika kita mencoba mencari solusi partikulir dari persamaan (4.2.15) yang
berbentuk
dy
Ae-t, kita akan gagal karena e-t adalah solusi persamaan homogen + y = 0.
dt
Akan tetapi berdasarkan sub bab 2.4, kita sudah mengetahui cara mencari solusi
persamaan (4.2.15) yaitu dengan mencari faktor integral μ(t) = et. Dengan mengalikan
persamaan (4.2.15) dengan faktor integral dan mengintegralkan kedua ruas, kita
memperoleh solusi
Suku kedua dari ruas kanan persamaan (4.2.16) adalah solusi umum
dy
persamaan homogen + y = 0, tetapi suku pertama adalah solusi dari persamaan
dt
tak homogen (4.2.15). Perhatikan bahwa suku pertama tersebut memuat faktor
eksponen e-t dikali- kan dengan faktor t. Ini adalah petunjuk yang kita cari.
dY d 2Y
= Ae-t – Ate-t , = – 2 Ae-t + Ate-t. (4.2.17)
dt dt 2
dY d 2Y
Dengan mensubstitusi Y(t), , dan ke persaman (4.2.12) diperoleh
dt dt 2
2
Oleh karena itu –5A= 2, sehingga A = – 5 . Jadi solusi partikulir dari
persamaan (4.2.12) ádalah
2
Y(t) = – 5 te-t. (4.2.18)
94
Hasil contoh 4.2.5 menyarankan suatu modifikasi dari prinsip yang
dinyatakan sebelumnya : jika bentuk yang diasumsikan dari solusi partikulir sama
dengan ( terjadi duplikasi ) solusi dari persamaan homogen yang berkorespondensi,
maka rubahlah solusi partikulir yang diasumsikan dengan mengalikannya dengan t.
Kadangkala modifikasi ini tidak cukup untuk menghapus semua duplikasi dengan
solusi persamaan homogen. Dalam kasus ini kita perlu untuk mengalikan t untuk
kedua kalinya. Untuk persamaan order kedua, tidak perlu untuk melanjutkan proses
ini lebih lanjut.
d2y dy
a +b + cy = g(t) (4.2.19)
dt 2
dt
95
dengan i mulai dari 1 sampai dengan n.
d2y dy
Tabel 4.2.1 Solusi partikulir dari a +b + cy = gi(t)
dt 2
dt
gi(t) Yi(t)
96
Pn(t)eat ts(Antn + An-1tn-1 + … + A0) eat
Catatan : Disini s adalah bilangan bulat tak negatif yang terkecil di antara 0,
1, dan 2 yang menjamin bahwa tidak ada suku di Yi(t) yang merupakan solusi
persamaan homogen yang berkorespondensi. Ekuivalen untuk tiga kasus, s adalah
banyaknya nol sebagai akar persamaan karakteristik, a adalah akar persamaan karak-
teristik, dan a + iβ adalah akar persamaan karakteristik, secara berturut-turut.
Latihan 4.2
d2y dy d2y dy
1) –2 – 3y = 3e2t, 2) +2 + 5y = 3 sin(2t),
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y dy
3) –2 – 3y = –3te-t, 4) +2 = 3 + 4 sin(2t),
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y dy
5) +9 = t2e3t + 6, 6) +2 + y = 2e-t,
dt 2
dt dt 2
dt
97
d2y dy d2y
7) 2 +3 + y = t2 + 3 sin(t), 8) + y = 3 sin(2t) + t cos(2t),
dt 2
dt dt 2
d 2u d 2u
9) 2
+ 02 u = cos(ωt), ω2 ≠ 02 , 10) 2
+ 02 u = cos(ω0t),
dt dt
d2y dy
11) + + 4y = 2 sinh(t), ( Petunjuk : sinh(t) = (et – e-t)/2 ),
dt 2
dt
d2y dy
12) – – 2y = cosh(2t), ( Petunjuk : cosh(t) = (et + e-t)/2 ).
dt 2
dt
d2y dy dy
13) + – 2y = 2t, y(0) = 0, (0) = 1,
dt 2
dt dt
d2y dy
14) + 4y = t2 + 3et , y(0) = 0, (0) = 2,
dt 2
dt
d2y dy dy
15) –2 + y = tet + 4 , y(0) = 1, (0) = 1,
dt 2
dt dt
d2y dy dy
16) –2 – 3y = 3te2t , y(0) = 1, (0) = 0,
dt 2
dt dt
d2y dy
17) + 4y = 3 sin(2t), y(0) = 2, (0) = –1 ,
dt 2
dt
d2y dy dy
18) +2 + 5y = 4e-tcos(2t), y(0) = 1, (0) = 0.
dt 2
dt dt
(i) tentukan bentuk yang tepat untuk Y(t) jika metode koefisien tak tentu
digunakan.
(ii) gunakan komputer aljabar misalnya Maple untuk menemukan solusi partikulir
dari persamaan yang diberikan.
98
d2y dy
19) +3 = 2t4 + t2e-3t + sin(3t),
dt 2
dt
d2y
20) + y = t (1 + sin(t)),
dt 2
d2y dy
21) –5 + 6y = etcos(2t) + e2t(3t + 4) sin(t) ,
dt 2
dt
d2y dy
22) +2 + 2y = 3e-t + 2e-tcos(t) + 4e-tt2sin(t),
dt 2
dt
d2y dy
23) –4 + 4y = 2t2 + 4te2t + t sin(2t),
dt 2
dt
d2y
24) 2
+ 4y = t2sin(2t) + (6t + 7) cos(2t) ,
dt
d2y dy
25) +3 + 2y = et(t2 + 1) sin(2t) + 3e-tcos(t) + 4et,
dt 2
dt
d2y dy
26) +2 + 5y = 3te-tcos(2t) – 2te-tcos(t).
dt 2
dt
d2y dy
–3 – 4y = 2e-t (*)
dt 2
dt
dari contoh 4.2.5. Ingat bahwa y1(t) = e-t dan y2(t) = e4t adalah solusi-solusi
persamaan homogen yang berkorespondensi. Dengan mengadaptasi metode
reduksi order carilah solusi persamaan tak homogen yang berbentuk Y(t) =
v(t)y1(t) = v(t)e-t, dimana v(t) harus ditentukan.
dY d 2Y
(i) Substitusi Y(t), , ke persamaan (*) dan tunjukkan v(t) harus
dt dt 2
d 2v dv
memenuhi –5 = 2.
dt 2
dt
99
dv dw
(ii) Misalkan w(t) = dan tunjukkan bahwa w(t) harus memenuhi – 5w =
dt dt
2. Selesaikan persamaan ini untuk w(t).
(iii) Integralkan w(t) untuk menemukan v(t) dan kemudian tunjukkan bahwa
2 -t 1
Y(t) = – te + c1e4t + c2e-t.
5 5
N
d2y
28) Tentukan solusi umum dari
dt 2
+ λ2y = a
m 1
m sin( mt ), dengan λ >
0, dan
λ ≠ m π untuk m = 1, … , N.
29) Dalam banyak masalah fisika suku tak homogen mungkin dinyatakan dengan
rumus yang berbeda dalam periode waktu yang berbeda. Sebagai contoh, tentukan
solusi y = φ(t) dari
d2y t, 0 t ,
+y= t
dt 2 e , t
dy
yang memenuhi nilai awal y(0) = 0 dan (0) = 1. Asumsikan bahwa y dan
dt
dy
juga kontinu di t = π. Plot suku tak homogen dan solusi sebagai fungsi dari
dt
waktu.
100
d2y dy 1, 0 t / 2,
+2 + 5y =
dt 2
dt 0, t /2
dy
dengan nilai awal y(0) = 0 dan (0) = 0.
dt
Untuk masing-masing soal no. 31) – 35) carilah solusi komplementer dari
persamaan homogen yang berkorespondensi dengan persamaan tak homogen di
bawah ini. Setelah itu carilah bentuk yang tepat dari solusi partikulirnya dengan
menggunakan metode koefisien tak tentu. Koefisiennya tidak perlu dicari.
d2y dy
31) –6 + 8y = x3 + x + e-2x,
dx 2
dx
d2y
32) 2
+ 9y = e3x + e-3x + e3xsin(3x),
dx
d2y dy
33) +4 + 5y = e-2x(1 + cos(x)),
dx 2
dx
d2y dy
34) –6 + 9y = x4ex + x3e2x + x2e3x,
dx 2
dx
d2y dy
35) +6 + 13y = xe-3xsin(2x) + x2e-2xsin(3x).
dx 2
dx
Untuk masing-masing soal no 36) – 49) carilah solusi dari masalah nilai awal
berikut.
d2y dy dy
36) –4 + 3y = 9x2 + 4, y(0) = 6, (0) = 8,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
37) +5 + 4y = 16x + 20ex, y(0) = 0, (0) = 3,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
38) –8 + 15y = 9xe2x , y(0) = 5, (0) = 10,
dx 2
dx dx
101
d2y dy dy
39) +7 + 10y = 4xe-3x , y(0) = 0, (0) = –1 ,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
40) +8 + 16y = 8e-2x , y(0) = 2, (0) = 0,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
41) +6 + 9y = 27e-6x , y(0) = –2, (0) = 0,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
42) + 4 + 13y = 18e-2x , y(0) = 0, (0) = 4,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
43) – 10 + 29y = 8e5x , y(0) = 0, (0) = 8,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
44) –4 + 13y = 8 sin(3x), y(0) = 1, (0) = 2,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
45) – – 6y = 8e2x – 5e3x , y(0) = 3, (0) = 5,
dx 2
dx dx
d2y dy dy
46) –2 + y = 2xe2x + 6ex, y(0) = 1, (0) = 0,
dx 2
dx dx
d2y dy
47) – y = 3x2ex , y(0) = 1, (0) = 2,
dx 2 dx
d2y dy
48) + y = 3x2 – 4 sin(x), y(0) = 0, (0) = 1,
dx 2
dx
d2y dy
49) + 4y = 8 sin(2x), y(0) = 6, (0) = 8.
dx 2 dx
102
1) Jika a, b, dan c adalah konstanta-konstanta positif, tunjukkan bahwa semua
solusi
d2y dy
a +b + cy = 0 menuju nol saat t → ∞.
dt 2
dt
2) (i) Jika a > 0 dan c > 0, tetapi b = 0, tunjukkan bahwa hasil no. 1) tidak
benar,
(ii) Jika a > 0 dan b > 0, tetapi c = 0, tunjukkan bahwa hasil no. 1) tidak
benar,
dy
saat t → ∞. Tentukan konstanta ini untuk nilai awal y(0) = y0 dan
dt
(0) = y0’.
d2y dy
+ ( k sin2(t) ) + (1 – k cos(t) sin(t) ) y = 0
dt 2
dt
untuk sebarang nilai dari konstanta k. Jika 0 < k < 2, tunjukkan bahwa
dy
dengan koefisien variabel tak negatif ( dan koefisien adalah nol hanya
dt
di
103
kita mengamati suatu situasi di persamaan differensial yaitu persamaan yang
tampaknya sangat mirip dapat mempunyai sifat yang cukup berbeda.
d2y dy
a +b + cy = g(t), (*)
dt 2
dt
4) Jika Y1(t) dan Y2(t) adalah solusi-solusi persamaan (*), tunjukkan bahwa
5) Jika g(t) = d suatu konstanta, tunjukkan bahwa setiap solusi persamaan (*)
d
mendekati saat t → ∞. Apa yang terjadi jika c = 0 ? Bagaimana jika b juga nol
c
d2y dy
+b + cy = ( D2 + bD + c )y = g(t), (*)
dt 2
dt
d d2
D= dan D2 = . Misalkan r1 dan r2 adalah pembuat nol polinomial
dt dt 2
karakteristik dari persamaan homogen yang berkorespondensi. Akar-akar ini dapat
riel dan berbeda, riel dan sama, atau bilangan kompleks yang sekawan.
1) Periksa kebenaran bahwa persamaan (*) dapat dituliskan dalam bentuk yang
difaktorkan ( D – r1 ) (D – r2 )y = g(t), dengan r1 + r2 = –b, dan r1 . r2 = c.
104
2) Misalkan u = (D – r2 )y. Kemudian tunjukkan bahwa solusi persamaan (*) dapat
ditemukan dengan menyelesaikan dua persamaan order pertama berikut
( D – r1 ) u = g(t), (D – r2 )y = u(t).
d2y dy d2y dy
3) –3 – 4y = 3e2t , 4) 2 +3 + y = t2 + 3 sin(t),
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y dy
5) + 2 + y = 2e-t , 6) + 2 = 3 + sin(t).
dt 2
dt dt 2
dt
d2y
+ 4y = 3 cosec (t). (4.3.1)
dt 2
Jawab : Perhatikan bahwa soal ini tidak cocok jika dikerjakan dengan metode
koefisien tak tentu karena suku tak homogen g(t) = 3 cosec (t) melibatkan hasil bagi
( bukan hasil penjumlahan atau hasil kali ) dari sin(t) atau cos(t). Oleh karena
itu kita memerlukan pendekatan yang berbeda. Perhatikan juga bahwa persamaan
homogen yang berkorespondensi dengan persamaan (4.3.1) ádalah
105
d2y
+ 4y = 0, (4.3.2)
dt 2
Ide dasar dari metode variasi parameter adalah mengganti konstanta c1 dan c2
di persamaan (4.3.3) secara berturut-turut dengan fungsi-fungsi u1(t) dan u2(t), dan
kemudian menentukan fungsi-fungsi ini sehingga ekspresi yang dihasilkan
dy du1 (t ) du 2 (t )
= –2 u1(t) sin(2t) + 2 u2(t) cos(2t) + cos(2t) + sin(2t).
dt dt dt
(4.3.5)
106
Ingatlah kemungkinan memilih syarat kedua tentang u1 dan u2. Kita
mensyaratkan hasil penjumlahan dua suku terakhir pada ruas kanan persamaan (4.3.5)
ádalah nol, yaitu kita mensyaratkan
du1 (t ) du 2 (t )
cos(2t) + sin(2t) = 0. (4.3.6)
dt dt
dy
= –2 u1(t) sin(2t) + 2 u2(t) cos(2t). (4.3.7)
dt
Meskipun hasil dari syarat (4.3.6) belum terlihat jelas, setidaknya syarat
dy
tersebut telah menyederhanakan ekspresi untuk . Selanjutnya dengan
dt
menurunkan persamaan (4.3.7) diperoleh bahwa
d2y du (t ) du (t )
2
= –4 u1(t) cos(2t) – 4u2(t)sin(2t) – 2 1 sin(2t) + 2 2 cos(2t).
dt dt dt
(4.3.8)
du1 (t ) du (t )
–2 sin(2t) + 2 2 cos(2t) = 3 cosec (t). (4.3.9)
dt dt
Meringkaskan hasil kita sampai saat ini, kita ingin memilih u1 dan
u2 sehingga memenuhi persamaan (4.3.6) dan (4.3.9). Persamaan-persamaan ini dapat
dipandang sebagai sepasang persamaan linier aljabar dengan dua besaran yang belum
du1 (t ) du 2 (t )
diketahui dan . Persamaan-persamaan (4.3.6) dan (4.3.9) dapat
dt dt
disele- saikan dengan berbagai cara, contohnya, dengan menyatakan persamaan
(4.3.6) untuk
107
du 2 (t )
, kita memperoleh
dt
du 2 (t ) du1 (t ) cos( 2t )
= – . (4.3.10)
dt dt sin( 2t )
du1 (t )
Selanjutnya dengan mensubstitusi kembali ke persamaan (4.3.10) dan
dt
meng-gunakan rumus sudut ganda, kita memperoleh
(4.3.12)
du1 (t ) du 2 (t )
Setelah memperoleh dan , selanjutnya kita mengintegralkan
dt dt
sehingga memperoleh u1(t) dan u2(t). Hasilnya hádala
dan
3
u2(t) = 2 ln | cosec(t) – cot(t) | + 3 cos(t) + c2. (4.3.14)
3
y(t) = –3 sin(t) cos(2t) + 2 ln | cosec(t) – cot(t) | sin(2t) + 3 cos(t) sin(2t) +
c1 cos(2t) + c2 sin(2t).
108
Akhirnya dengan menggunakan rumus sudut ganda sekali lagi, kita
memperoleh
3
y(t) = 3 sin(t) + 2 ln | cosec(t) – cot(t) | sin(2t) + c1 cos(2t) + c2 sin(2t).
(4.3.15)
d2y dy
+ p(t) + q(t)y = g(t), (4.3.16)
dt 2
dt
d2y dy
+ p(t) + q(t)y = 0. (4.3.18)
dt 2
dt
Ini adalah asumsi utama karena sejauh ini kita telah menunjukkan bagaimana
menyelesaikan persamaan (4.3.18) hanya jika persamaan tersebut mempunyai
koefisien-koefisien konstan. Jika persamaan (4.3.18) mempunyai koefisien yang
109
bergantung pada t, maka biasanya metode deret kuasa harus digunakan untuk
memperoleh yc(t).
dy du1 (t ) dy1 (t ) du 2 (t ) dy 2 (t )
= y1(t) + u1(t) + y2(t) + u2(t) .
dt dt dt dt dt
(4.3.20)
du1 (t ) du 2 (t )
melibatkan dan di persamaan (4.3.20) sama dengan nol, yaitu, kita
dt dt
mensyaratkan bahwa
du1 (t ) du 2 (t )
y1(t) + y2(t) = 0. (4.3.21)
dt dt
dy dy1 (t ) dy 2 (t )
= u1(t) + u2(t) . (4.3.22)
dt dt dt
110
d2y du1 (t ) dy1 (t ) d 2 y1 (t ) du 2 (t ) dy 2 (t )
2
= + u 1 (t) + + u2(t)
dt dt dt dt 2
dt dt
d 2 y 2 (t )
. (4.3.23)
dt 2
d 2 y1 dy1 d 2 y2 dy
u1(t) [ + p(t) + q(t)y1] + u2(t) [ + p(t) 2 + q(t)y2] +
dt 2
dt dt 2
dt
du1 (t ) dy1 (t )
+ du 2 (t ) dy 2 (t ) = g(t). (4.3.24)
dt dt dt dt
du1 (t ) dy1 (t )
+ du 2 (t ) dy 2 (t ) = g(t). (4.3.25)
dt dt dt dt
du1 (t ) du 2 (t )
linier aljabar dengan turunan dan sebagai fungsi-fungsi yang belum
dt dt
diketahui. Persamaan-persamaan tersebut berkorespondensi dengan persamaan (4.3.6)
dan (4.3.9) di contoh 4.3.1.
du1 (t ) y 2 (t ) g (t ) du 2 (t ) y1 (t ) g (t )
= – , = , (4.3.26)
dt W ( y1 , y 2 )(t ) dt W ( y1 , y 2 )(t )
111
dengan W(y1, y2) adalah Wronskian y1 dan y2. Perhatikan bahwa pembagian
dengan W dapat dilakukan karena y1dan y2 adalah himpunan solusi fundamental dan
karena itu Wronskian mereka tidak nol. Dengan mengintegralkan persamaan (4.3.26)
kita memperoleh fungsi-fungsi u1(t) dan u2(t) yang diinginkan, yaitu,
y 2 (t ) g (t ) y1 (t ) g (t )
u1(t) = – W(y , y 1 2 )(t )
dt + c1, u2(t) = W(y 1 , y 2 )(t )
dt +
c2. (4.3.27)
Teorema 4.3.1 Jika fungsi-fungsi p, q, dan g kontinu pada suatu interval buka
I, dan jika fungsi y1 dan y2 adalah himpunan fundamental dari solusi persamaan
homogen (4.3.18) yang berkorespondensi dengan persamaan tak homogen (4.3.16)
d2y dy
+ p(t) + q(t)y = g(t),
dt 2
dt
t t
y 2 (s) g ( s) y1 ( s ) g ( s )
Y(t) = –y1(t) t W ( y1 , y 2 )(s) ds + y2(t) W(y , y
t0 1 2 )( s )
ds , (4.3.28)
0
dimana t0 adalah sebarang titik di I yang dipilih secara tepat. Solusi umum
adalah
112
Dengan memperhatikan persamaan (4.3.28) dan mengulang proses
bagaimana kita memperoleh persamaan tersebut, kita dapat melihat bahwa ada dua
kesulitan utama dalam penggunaan metode variasi parameter. Seperti telah kita
sebutkan di awal, kesulitan pertama ádalah menentukan y1(t) dan y2(t), suatu
himpunan fundamental dari solusi, jika koeffisien-koefisien tidak constan. Kesulitan
lain yang mungkin muncul terletak pada penghitungan integral yang muncul di
persamaan (4.3.28). Hal ini bergantung sepenuhnya pada fungsi-fungsi y1(t), y2(t),
dan g. Dalam penggunaan persamaan (4.3.28) pastikan bahwa persamaan differensial
tepat berbentuk persamaan (4.3.16). Jika tidak, suku tak homogen g(t) tidak akan
diidentifikasi dengan benar.
Latihan 4.3
d2y dy d2y dy
1) –5 + 6y = 2et , 2) – – 2y = 2e-t ,
dt 2
dt dt 2
dt
d2y dy d2y dy
3) +2 + y = 3e-t , 4) 4 –4 + y = 16et/2 .
dt 2
dt dt 2
dt
113
d2y d2y
5) + y = tan(t), 0 < t < π/2, 6) + 9y = 9 sec2(3t) , 0 < t <
dt 2 dt 2
π/6,
d2y dy d2y
7) +4 + 4y = t-2 e-2t , t > 0, 8) + 4y = 3 cosec(2t) , 0 < t < π/2,
dt 2
dt dt 2
d2y d2y dy et
9) 4 + y = 2 sec(t/2), – π < t < π, 10) – 2 + y = ,
dt 2 dt 2 dt 1 t2
d2y dy d2y
11) –5 + 6y = g(t) , 12) + 4y = g(t).
dt 2
dt dt 2
Untuk masing-masing soal no. 13) – 27) periksa kebenaran bahwa fungsi-
fungsi y1 dan y2 yang diberikan memenuhi persamaan homogen yang
berkorespondensi, kemudian cari solusi partikulir persamaan tak homogen yang
diberikan. Dalam soal no. 19) dan 20), g adalah fungsi kontinu sebarang.
d2y
13) t2 – 2y = 3t2 – 1, t > 0 , y1(t) = t2, y2(t) = t-1,
dt 2
d2y dy
14) t2 – t(t + 2) + (t + 2)y = 2t3 , t > 0 , y1(t) = t, y2(t) = t et,
dt 2
dt
d2y dy
15) t – (t + 1) + y = t2et, t > 0 , y1(t) = 1 + t, y2(t) = et,
dt 2
dt
d2y dy
16) ( 1 – t ) +t – y = 2(t – 1)2e-t , 0 < t < 1, y1(t) = et, y2(t) = t,
dt 2
dt
d2y
2 dy
17) x – 3x + 4y = x2 ln(x), x > 0 , y1(x) = x2, y2(x) = x2ln(x) ,
dx 2
dx
d2y dy
18) x2 +x + (x2 – 0,25)y = 3x3/2 sin(x), x > 0 , y1(x) = x-1/2sin(x),
dx 2
dx
114
d2y dy
19) ( 1 – x) +x – y = g(x), 0 < x < 1 , y1(x) = ex, y2(x) = x ,
dx 2
dx
d2y dy
20) x2 +x + (x2 – 0,25)y = g(x), x > 0, y1(x) = x-1/2sin(x), y2(x) = x-1/2 cos(x).
dx 2
dx
d2y dy
21) x2 –6x + 10y = 3x4 + 6x3, y1(x) = x-2, y2(x) = x5.
dx 2
dx
d2y dy
22) (x + 1)2 – 2(x + 1) + 2y = 1, y1(x) = x + 1, y2(x) = (x + 1)2.
dx 2
dx
d2y dy
23) (x2 + 2x) – 2(x + 1) + 2y = (x + 2)2, y1(x) = x- + 1, y2(x) = x2.
dx 2
dx
d2y dy
24) x2 – x( x + 2) + (x + 2)y = x3, y1(x) = x-, y2(x) = xex.
dx 2
dx
d2y dy
25) x(x – 2) – (x2 – 2) + 2(x – 1)y = 3x2(x – 2)2 ex, y1(x) = ex , y2(x) = x2.
dx 2
dx
d2y dy 1
26) (x + 1)(2x + 1) + 2x – 2y = (2x + 1)2, y1(x) = x, y2(x) = .
dx 2
dx x 1
d2y dy
27) sin2(x) – 2sin(x)cos(x) + (cos2(x) + 1)y = sin3(x), y1(x) = sin(x),
dx 2
dx
y2(x) = x sin(x),
Untuk masing-masing soal no. 28) – 45), carilah solusi umum dari persamaan
differensial berikut.
d2y d2y
28) + y = cot(x), 29) + y = tan2(x),
dx 2 dx 2
d2y d2y
30) + y = sec(x), 31) + y = sec3(x),
dx 2 dx 2
115
d2y d2y
32) 2
+ 4y = sec2(2x), 33) + y = tan(x)sec(x),
dx dx 2
d2y dy d2y dy
34) +4 + 5y = e-2xsec(x), 35) –2 + 5y = extan(x),
dx 2
dx dx 2
dx
d2y dy e 3 x d2y dy
36) + 6 + 9y = , 37) –2 + y = xexln(x), x >
dx 2 dx x3 dx 2
dx
0,
d2y d2y
38) + y = sec(x)cosec(x), 39) + y = tan3(x),
dx 2 dx 2
d2y dy 1 d2y dy 1
40) +3 + 2y = , 41) +3 + 2y = ,
dx 2
dx 1 ex dx 2
dx 1 e2x
d2y 1 d2y dy
42) +y= , 43) –2 + y = exsin-1(x),
dx 2 1 sin( x) dx 2
dx
1) Metode reduksi order dapat juga diterapkan untuk persamaan tak homogen
d2y dy
+ p(t) + q(t)y = g(t), (*)
dt 2
dt
116
d 2v dy dv
y1(t) + [ 2 1 + p(t)y1(t)] = g(t). (**)
dt 2
dt dt
dv
Persamaan (**) adalah persamaan linier order pertama dalam . Selesaikan
dt
persamaan ini, integralkan hasilnya, dan kemudian kalikan dengan y1(t) untuk
mengarahkan ke solusi umum persamaan (*).
Untuk masing-masing soal no. 2) – no. 5) gunakan metode yang dibahas di no.
1) untuk menyelesaikan persamaan differensial yang diberikan.
d2y dy
2) t2 – 2t + 2y = 4t2 , t > 0 , y1(t) = t,
dt 2
dt
d2y dy
3) t2 + 7t + 5y = t , t > 0 , y1(t) = t-1,
dt 2
dt
d2y dy
4) t – (t + 1) + y = t2e2t, t > 0 , y1(t) = 1 + t,
dt 2
dt
d2y dy
5) ( 1 – t) + t – y = 2(t – 1)e-t , 0 < t < 1 , y1(t) = et.
dt 2
dt
117
BAB V
Pada bab ini akan dipelajari persamaan differensial linier homogen dengan
koefisien konstan order ke-n
dny d n 1 y dy
an + a n-1 n 1
+ … + a1 + a0y = 0,
dt n
dt dt
Sama seperti persamaan differensial order kedua yang sudah kita pelajari, kita
mengasumsikan solusinya adalah fungsi eksponen y = ert. Dengan mensubstitusikan
ke persamaan differensial di atas diperoleh persamaan karakteristik
(r + 2)(r – 2)( r2 + 4) = 0.
118
Tampak bahwa akar-akar suatu polinomial dapat terdiri atas akar-akar riel
dan juga akar-akar kompleks. Untuk lebih memahami jenis akar-akar polinomial,
kerjakanlah latihan berikut ini.
1) r3 – r2 – r + 1 = 0, 2) r3 – 2r2 – 2r + 1 = 0,
3) r4 – 5r2 + 4 = 0, 4) r4 – 1 = 0,
5) r4 + 1 = 0, 6) r4 – 2r2 + 1 = 0,
7) r4 + r3 – r2 – r = 0, 8) 4r4 + 3r2 – 1 = 0,
9) r4 + r = 0, 10) r5 + 3r3 – 4r = 0.
Semua akar riel dan berulang y(t) = (c1 + c2t + … + cn-1tn-2 + cntn-1)
(n kali) e mt .
r = m, m, … , m.
(n kali)
119
r = 0, 0, ... , 0.
3) r1 = 1, r2 = 2, r3 = –1, 4) r1 = 0, r2 = 0, r3 = 3,
9) r1 = –1 + 2i, r2 = –1 – 2i , r3 = –1 + 2i, r4 = –1 – 2i ,
120
Contoh 5.1.2 Carilah solusi umum dari
dy d2y d3y
y(0) = 1, (0) = 0, (0) = – 2, (0) = –1. (5.1.2)
dt dt 2 dt 3
r4 + r3 – 7r2 – r + 6 = 0. (5.1.3)
Selanjutnya dengan mensubstitusi nilai awal (5.1.2), diperoleh bahwa c1, c2,
c3, c4 harus memenuhi sistem persamaan
c1 + c2 + c3 + c4 = 1,
c1 – c2 + 2c3 – 3c4 = 0,
11 5 2 1
c1 = 8 , c2 = 12 , c3 = – 3 , c4 = – 3 .
11 5 2 1
y= 8 et + 12 e-t – 3 e2t – 3 e-3t. (5.1.6)
121
Contoh 5.1.3 Carilah solusi umum dari
d4y
– y = 0. (5.1.7)
dt 4
7 dy d2y 5 d3y
y(0) = 2 , (0) = –4 , (0) = 2 , (0) = –2.
dt dt 2 dt 3
(5.1.8)
r4 – 1 = ( r2 – 1 )( r2 + 1 ) = 0.
1
c1 = 0, c2 = 3, c3 = 2 , c4 = –1.
1
y = 3e-t + 2 cos(t) – sin(t).
d4y d2y
+ 2 + y = 0. (5.1.9)
dt 4 dt 2
122
Jawab : Persamaan karakteristik dari persamaan differensial adalah
r4 + 2r2 + 1 = ( r2 + 1 )( r2 + 1 ) = 0.
d4y
Contoh 5.1.5 Carilah solusi umum dari + y = 0. (5.1.10)
dt 4
r4 + 1 = 0.
dengan m adalah nol atau sebarang bilangan bulat positif atau negatif. Jadi,
123
m = 0, 1, 2, dan 3. Diperoleh
1 i 1 i 1 i 1 i
, , , .
2 2 2 2
Dapat dicek bahwa untuk sebarang nilai lain dari m, kita memperoleh salah
1 i
satu dari keempat akar di atas. Sebagai contoh jika m = 4, diperoleh akar .
2
y = et / 2 c cos(
1
t
2
) c2 sin( t2 ) + et / 2 c cos(
3
t
2
) c4 sin( t2 ) .
(5.1.11)
Latihan 5.1.3
y = 0,
124
d5y d4y d3y d2y dy d4y dy
9) – 3 + 3 – 3 +2 = 0, 10) –8 =
dt 5
dt 4
dt 3
dt 2
dt dt 4
dt
0,
36y = 0,
d3y dy dy d2y
19) + = 0, y(0) = 0, (0) = 1, (0) = 2,
dt 3 dt dt dt 2
125
d4y d3y d2y dy dy d2y
23) 2 – – 9 + 4 + 4y = 0, y(0) = –2, (0) = 0, (0) =
dt 4 dt 3 dt 2 dt dt dt 2
–2 ,
d3y
(0) = 0,
dt 3
d3y dy dy d2y
24) 4 + + 5y = 0, y(0) = 2, (0) = 1, (0) = –1 ,
dt 3 dt dt dt 2
d3y d 2 y dy dy d2y
25) 6 + 5 + = 0, y(0) = –2 , (0) = 2, (0) = 0 ,
dt 3 dt 2 dt dt dt 2
d3y
(0) = 3.
dt 3
d4y
27) Tunjukkan bahwa solusi umum – y = 0 dapat dituliskan sebagai
dt 4
dy d2y
Tentukan solusi yang memenuhi y(0) = 0, (0) = 0, (0) = 1,
dt dt 2
d3y
(0) = 1. Mengapa lebih cocok untuk menggunakan solusi cosh(t) dan
dt 3
d4y
28) Perhatikan persamaan – y = 0.
dt 4
126
(i) Gunakan rumus Abel untuk menemukan Wronskian himpunan
solusi
(ii) Tentukan Wronskian dari solusi et, e-t, cos(t), dan sin(t),
(iii) Tentukan Wronskian dari solusi cosh(t), sinh(t), cos(t), dan sin(t).
dny d n 1 y dy
L[y] = an + a n-1 n 1
+ … + a1 + a0y = g(t) (5.2.1)
dt n
dt dt
dapat diperoleh dengan metode koefisien tak tentu, asalkan g(t) mempunyai
bentuk yang tepat. Meskipun metode koefisien tak tentu tidak seumum metode variasi
parameter yang akan dibahas pada subbab berikut, biasanya metode ini lebih mudah
digunakan bila dapat diterapkan.
127
fungsi demikian, kita dapat mengharapkan bahwa adalah mungkin untuk menemukan
Y(t) dengan memilih suatu kombinasi yang tepat dari polinomial, eksponensial, dan
seterusnya, dikalikan dengan sejumlah koefisien tak tentu. Kemudian konstanta-
konstanta ditentukan dengan mensubstitusi ekspresi yang diasumsikan ke persamaan
(5.2.1).
d3y d2y dy
– 3 +3 – y = 4et. (5.2.2)
dt 3
dt 2
dt
r3 – 3r2 + 3r – 1 = ( r – 1 )3.
128
tentu. Untuk menemukan nilai yang tepat untuk A, kita mendifferensialkan Y(t) tiga
kali, mensubstitusi ke y dan turunannya di persamaan differensial (5.2.2), mengum-
pulkan suku-suku sejenis dalam persamaan yang dihasilkan. Dengan cara ini, kita
memperoleh
6Aet = 4et.
2
Jadi, A = 3 dan solusi partikulir adalah
2
Y(t) = 3 t3et.
Jadi solusi umum dari persamaan differensial (5.2.2) adalah hasil penjumlahan
yc(t) dan Y(t), yaitu,
2
y(t) = c1et + c2tet + c3t2et + 3 t3et.
d4y d2y
+ 2 + y = 3 sin(t) – 5cos(t).
dt 4 dt 2
Asumsi awal kita untuk solusi partikulir adalah Y(t) = Asin(t) + Bcos(t), tetapi
kita perlu mengalikan pilihan ini dengan t2 untuk membuatnya berbeda dengan semua
solusi persamaan homogen. Jadi asumsi final kita adalah
129
Selanjutnya kita mendifferensialkan Y(t) sebanyak empat kali, mensubstitusi
ke persamaan differensial di atas, dan mengumpulkan suku-suku sejenis, akhirnya
diperoleh
3 5
Jadi, A = – 8 ,B= 8 , dan solusi partikulir dari persamaan differensial di
atas adalah
3 5
Y(t) = – 8 sin(t) + 8 cos(t).
d3y dy
Contoh 5.2.3 Carilah solusi partikulir dari – 4 = t + 3 cos(t) + e-2t.
dt 3
dt
Kita dapat menulis solusi partikulir dari persamaan differensial di atas sebagai
hasil penjumlahan solusi-solusi partikulir persamaan-persamaan differensial
Pilihan kita mula-mula untuk solusi partikulir Y1(t) dari persamaan differensial
pertama ádalah A0 t + A1, tetapi konstanta ádalah solusi persamaan homogen, jadi kita
mengalikan dengan t. Diperoleh
130
Y1(t) = A0 t2 + A1t.
dan tidak perlu untuk memodifikasi pilihan awal karena cos(t) dan sin(t)
bukan solusi persamaan homogen. Akhirnya untuk persamaan differensial ketiga,
karena e-2t adalah solusi persamaan homogen, kita mengasumsikan bahwa
Y3(t) = Ete-2t.
1 3 1
Y(t) = – 8 t2 – 5 sin(t) + 8 te-2t.
Latihan 5.2.1
131
d3y d2y dy d4y
1) – – + y = 2e-t + 3, 2) – y = 3t + cos(t),
dt 3
dt 2
dt dt 4
sin(t),
Untuk masing-masing soal no. 9 – 12 tentukan solusi masalah nilai awal yang
diberikan. Kemudian gambar grafik solusinya.
d3y dy dy d2y
9) +4 = t, y(0) = 0, (0) = 0, (0) = 1,
dt 3
dt dt dt 2
d2y d3y
(0) = –1, (0) = 2.
dt 2 dt 3
Untuk masing-masing soal no. 13 – 27 tentukan bentuk yang tepat dari Y(t)
jika metode koefisien tak tentu digunakan. Tidak perlu menghitung koefisien tak
tentunya.
132
d3y d2y dy d3y dy
13) – 2 + = 2et + t3, 14) – = te-t + 2 cos(t),
dt 3
dt 2
dt dt 3
dt
d3y d2y dy
19) –3 2 +2 = t2et + 3te2t + 5t2,
dt 3
dt dt
d3y d2y dy
20) – 6 + 12 – 8y = te2t + t2e3t,
dt 3
dt 2
dt
d4y
22) 4
– 16y = t2sin(2t) + t4e2t,
dt
d4y d2y
24) 4
+ 2 2
+ y = t2cos(t),
dt dt
d4y
25) + 16y = t e 2t
sin( 2 t ) + e 2t
cos( 2 t ) ,
dt 4
d4y d2y
26) + 3 – 4y = cos2(t) – cosh(t),
dt 4 dt 2
d4y d2y
27) + 10 + 9y = sin(t)sin(2t).
dt 4 dt 2
133
Carilah solusi umum dari persamaan diferencial berikut
d3y d2y dy
28) + 4 + – 6y = –18t2 + 1,
dt 3
dt 2
dt
d3y d2y dy
29) + 2 –3 – 10y = 8te-2t ,
dt 3
dt 2
dt
d3y d2y dy
30) + +3 – 5y = 5sin(2t) + 10t2 + 3t + 7,
dt 3
dt 2
dt
d3y d2y dy
31) 4 – 4 –5 + 3y = 3t3 – 8t,
dt 3
dt 2
dt
d3y d2y
32) – 3 + 4y = 4et – 18e-t,
dt 3 dt 2
d3y d2y dy
33) – 2 – + 2y = 9e2t – 8e3t,
dt 3
dt 2
dt
d3y dy
34) + = 2t2 + 4 sin(t),
dt 3
dt
d3y d2y dy
35) – 6 + 11 – 6y = tet – 4e2t + 6e4t,
dt 3
dt 2
dt
d3y d2y dy
36) – 4 +5 – 2y = 3t2et – 7et,
dt 3
dt 2
dt
134
d3y d2y dy t t 33 dy d2y
40) – 4 + + 6y = 3te + 2e – sin(t), y(0) = , (0) = 0,
dt 3 dt 2 dt 40 dt dt 2
(0) = 0,
dny d n 1 y dy
an + a n-1 n 1
+ … + a1 + a0y = g(t), (i)
dt n
dt dt
d nu d n 1u du
kn + k n-1 n 1
+ … + k1 + k0u = bmtm + ... + b0, (ii)
dt n
dt dt
135
hasil penjum- lahan dan perkalian dari suku-suku demikian ) dapat dipandang sebagai
solusi dari persamaan differensial linier homogen tertentu dengan koefisien konstan.
d
Merupakan kebiasaan untuk menggunakan simbol D untuk . Maka, sebagai contoh, e-
dt
t
adalah solusi dari (D + 1)y = 0. Operator differensial dikatakan menghapuskan atau
menjadi penghapus dari e-t. Dengan cara yang sama, D2 + 4 adalah penghapus dari sin(2t)
atau cos(2t), (D – 3)2 = D2 – 6D + 9 adalah penghapus untuk e3t atau t e3t dan seterusnya.
Untuk sebarang fungsi f yang dapat diturunkan 2 kali dan sebarang konstanta
a dan b.
dimana ruas kiri dari persamaan ditulis dalam bentuk yang berkorespondensi
dengan faktorisasi polinomial karakteristik.
136
dengan c1, ... , c7 adalah konstanta-konstanta yang harus ditentukan.
(c) Perhatikan bahwa e2t, te2t, t2e2t, dan e-t adalah solusi-solusi persamaan homogen
yang berkorespondensi dengan (i). Oleh karena itu suku-suku ini tidak beguna
dalam menyelesaikan persamaan tak homogen. Jadi, pilih c1, c2, c3, dan c5 sama
dengan nol pada persamaan (iii) sehingga
Y(t) = c4t3e2t + c6te-t + c7t2e-t. (iv)
Ini adalah bentuk solusi partikulir Y dari persamaan (i). Nilai-nilai c4, c6,
dan c7 dapat diperoleh dengan mensubstitusi persamaan (iv) ke persamaan
differensial (i).
Rangkuman Misalkan
L(D) ádalah operator linier dengan koefisien constan, dan g(t) ádalah hasil
penjum-lahan atau hasil kali eksponensial, polinomial, atau suku-suku sinusoidal.
Untuk menemukan bentuk solusi partikulir dari persamaan (v), dapat dilakukan
langkah- langkah sebagai berikut :
(a) carilah operator differensial linier H(D) dengan koefisien konstan yang meng-
hapus g(t), yaitu, operator sedemikian sehingga H(D) g(t) = 0.
(b) Terapkan H(D) pada persamaan (v) diperoleh
H(D) L(D)y = 0, (vi)
137
5.3 Persamaan differensial linier tak homogen dengan koefisien konstan.
dny d n 1 y dy
L[y] = + p 1 (t) n 1
+ … + pn-1(t) + pn(t)y = g(t) (5.3.1)
dt n
dt dt
138
adalah wajar untuk menambahkan kondisi-kondisi yang mengarahkan ke turunan
lebih tinggi dari u1, u2, ... , un. Dari persamaan (5.3.3) diperoleh
dY dy dy dy du du2 dun
= (u1 1 + u2 2 + … + un n ) + ( 1 y1 + y2 + … + yn),
dt dt dt dt dt dt dt
(5.3.4)
dy1 dy dy
u1 + u2 2 + … + un n = 0. (5.3.5)
dt dt dt
Dengan melanjutkan proses ini dengan cara yang sama melalui n – 1 turunan
dari Y memberikan
d mY d m y1 d m y2 d m yn
= u1 + u2 + … + un , m = 0, 1, 2, …, n – 1 (5.3.6)
dt m dt m dt m dt m
du1 d m 1 y1 m 1
y2 + … + dun d m 1 yn = 0, m = 1, 2, … , n –
+ du2 d
dt dt m 1 dt dt m 1 dt dt m 1
1. (5.3.7)
d nY d n y1 d n yn du1 d n 1 y1 dun d n 1 yn
= (u 1 + … + u n ) + ( + … + ).
dt n dt n dt n dt dt n 1 dt dt n 1
(5.3.8)
139
du1 d n 1 y1 n 1 n 1
+ du2 d y2 + … + dun d yn = g. (5.3.9)
dt dt n 1 dt dt n 1 dt dt n 1
du1 du2
n persamaan aljabar linier tak homogen secara bersama-sama untuk , , …,
dt dt
dun
.
dt
du1 du dun
y1 + y2 2 + … + yn = 0,
dt dt dt
dy1 du1
+ dy2 du2 + … + dyn dun = 0,
dt dt dt dt dt dt
du1 du2 du
tidak diketahui , , …, n . Dengan menyelesaikan sistem ini dan
dt dt dt
kemudian mengintegralkan ekspresi yang dihasilkan, akan diperoleh koefisien-
koefisien u1, u2, ... , un. Suatu syarat cukup untuk eksistensi solusi dari sistem
persamaan (5.3.10) adalah determinan koefisien adalah tak nol untuk masing-masing
nilai t. Akan tetapi, determinan dari koefisien secara tepat merupakan W(y1, y2, ... ,
yn), dan determinan tersebut tidak nol untuk setiap nilai t karena y1, y2, ... , yn
merupakan himpunan fundamental dari solusi-solusi persamaan homogen. Oleh
du1 du2 du
karena itu adalah mungkin untuk menentukan , , …, n . Dengan
dt dt dt
140
menggunakan aturan Cramer, kita dapat menuliskan solusi dari sistem persamaan
(5.3.10) dalam bentuk
dum g (t )Wm (t )
(t) = , m = 1, 2, 3, … , n. (5.3.11)
dt W (t )
Disini W(t) = W(y1, y2, ... , yn)(t) dan Wm ádalah determinan yang diperoleh
dari W dengan mengganti kolom ke m dengan kolom (0, 0, … , 0, 1). Dengan notasi
ini suatu solusi partikulir dari persamaan (5.3.1) diberikan oleh
n t
g ( s )Wm ( s )
Y(t) = ym (t )
m 1
W (s)
ds , (5.3.12)
t0
W(t) = W(y1, y2, ... , yn)(t) = c exp p1 (t ) dt .
Konstanta c dapat ditentukan dengan menghitung W pada suatu titik yang
sesuai.
Contoh 5.3.1 Diberikan bahwa y1(t) = et, y2(t) = tet, dan y3(t) = e-t adalah
solusi-solusi persamaan homogen yang berkorespondensi dengan
d3y d2y dy
– – + y = g(t), (5.3.13)
dt 3
dt 2
dt
141
et tet e t
W(t) = W(et, tet, e-t)(t) = e
t
(t 1)e t et .
et (t 2)et et
Dengan memfaktorkan et dari dua kolom pertama dan e-t dari kolom ketiga
diperoleh
1 t 1
W(t) = e t 1 t 1 1 .
1 t2 1
Maka dengan mengurangkan baris pertama dari baris kedua dan baris ketiga
diperoleh
1 t 1
W(t) = e t 0 1 2 .
0 2 0
W(t) = 4et.
Selanjutnya
0 tet e t
W1(t) = 0 (t 1)et e t .
1 (t 2)et e t
te t e t
W1(t) = = –2t – 1.
(t 1)e t et
et 0 et
et e t
W2(t) = et 0 e t = – = 2,
et et
et 1 et
142
dan
et tet 0
et te t
W3(t) = e
t
(t 1)e t
0 = t = e2t.
e (t 1)e t
et (t 2)et 1
t t t
g ( s )(1 2 s ) g ( s )(2) g ( s )e 2 s
t
Y(t) = e
t0
4e t
ds + t et
t0
4 e t
ds + e-t
t0
4e t
ds
t
1
[ e
ts
= (1 2(t s )) e ( t s ) ] g ( s )ds .
4 t0
Latihan 5.3.1
d3y dy d3y dy
1) + = tan(t), 0 < t < π, 2) – = t,
dt 3
dt dt 3
dt
d3y d2y dy
7) – + – y = sec(t), –π/2 < t < π/2,
dt 3
dt 2
dt
143
d3y dy
8) – = cosec(t), 0 < t < π.
dt 3
dt
d3y dy dy d2y
9) + = sec(t), y(0) = 2, (0) = 1, (0) = –2,
dt 3
dt dt dt 2
d3y dy dy d2y
12) – = cosec(t), y(π/2) = 2, ( π/2) = 1, ( π/2) = –1.
dt 3
dt dt dt 2
13) Diberikan x, x2,dan 1/x ádalah solusi-solusi persamaan homogen yang berkores-
d3y 2
2 d y dy
pondensi dengan x3 + x – 2x + 2y = 2x4, x > 0,
dx 3
dx 2
dx
14) Tentukan suatu rumus yang melibatkan integral untuk solusi partikulir dari
persamaan differensial
d3y d2y dy
– + – y = g(t).
dt 3
dt 2
dt
15) Tentukan suatu rumus yang melibatkan integral untuk solusi partikulir dari
persamaan differensial
d4y
– y = g(t).
dt 4
144
Petunjuk : fungsi-fungsi sin(t), cos(t), sinh(t), cosh(t) membentuk
himpunan fundamental dari solusi dari persamaan differensial homogen.
16) Tentukan suatu rumus yang melibatkan integral untuk solusi partikulir
dari persamaan differensial
d3y d2y dy
– 3 +3 – y = g(t).
dt 3
dt 2
dt
17) Tentukan suatu rumus yang melibatkan integral untuk solusi partikulir dari
d3y 2
2 d y dy
persamaan differensial x3 – 3x + 6x – 6y = g(x), x > 0,
dx 3
dx 2
dx
homogen.
145