Anda di halaman 1dari 68

Persamaan Diferensial Elementer (PDE)

Minggu ke : 1 (satu)

Topik : Pengertian dan Penyelesaian PD

Sub Topik : 1.1. Pengertian Persamaan Diferensial

1.2. Penyelesaian Persamaan Diferensial

Pada minggu ini akan dibahas pengertian persamaan diferensial dam Mari- fikasinya

disertai beberapa contoh. Setelah itu diberikan pengertian penyelesaian persamaan

diferensial serta pengenalan masalah nilai awal dan masalah syarat batas. Tulisan memuat

permasalahan nyata yang merupakan masalah persamaan diferensial.

1. Pengertian Persamaan Diferensial

Pada bagian ini diberikan pengertian persamaan diferensial biasa dan persamaan

diferensial parsial, persamaan diferensial linear dan tak linear, serta tingkat (order) dan

pangkat (degree) persamaan diferensial

Definisi 1.1 Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan- turunan

satu atau lebih perubah tak bebas terhadap satu atau lebih perubah

bebasnya.

Definisi 1.2 Persamaan diferensial biasa dan persamaan diferensial parsial.


1.2 Persamaan diferensial yang hanya mempunyai satu perubah bebas disebut

persamaan diferensial biasa (ordinary differential equation).

1.2.2 Persamaan diferensial yang mempunyai lebih dari satu perubah bebas disebut

persamaan diferensial parsial (partial differential equation).

Contoh 1.1 :

2d2y dy
1. x 2 + 2x -10y = 0 merupakan persamaan diferensial biasa.
dx dx

d2y dy
2. 2 - 5 - 6 = ( x 2 + x + 1) sin 3x merupakan persamaan diferensial biasa.
dx dx

2y 2u 2u
3. + = = 0 merupakan persamaan diferensial parsial.
x 2 y2 t 2

2y 2y u
4. -5 = merupakan persamaan diferensial parsial.
x2 x t

3
d2y dy
5. 2 - 4x - 6 ( x 2 x 1) sin 3x merupakan persamaan diferensial
dx dx

biasa.

Catatan : modul dan perkaliahan persamaan diferensial elementer hanya. membahas

persamaan diferensial biasa. Selanjutnya, persamaan diferensial biasa akan disebut

dengan persamaan diferensial disingkat PD.

Definisi 1.3 Order dan derajad.


1.3.1. Order persamaan diferensial adalah pangkat tertinggi dari tingkat turunan

tertinggi pada persamaan deferensial tersebut

1.3.2. Derajat atau pangkat persamaan diferensial adalah pangkat tertinggi dari\ tingkat

turunan tertinggi pada persamaan diferensial tersebut

Contoh 1.2 :

d2y
2 dy
1. x 2 + 2x -10y = 0 mempunyai order 2 dan pangkat 1.
dx dx

d2 y dy
2. 2
- 4x - 6 y ( x 2 x 1) sin3x mempunyai order 2 dan pangkat 3.
dx dx

4
d2y d2y dy
3. 2 - 2 - 4x - 6 y ( x 2 x 1) sin3x mempunyai order 3 dan
dx dx dx

pangkat 1.

Secara umum, persamaan diferensial order n dengan perubah bebas x dan perubah tak

bebas y mempunyai persamaan

d2 y dy d n 1y dy d n 1y d n y
F
x , y ( x ), ,...., atau F x , y, ,...., 0 (1.1)
dx 2 dx dx n 1
dx dx n 1 dx n

Definisi : 1.4 Persamaan diferensial linear order n dengan perubah bebas x dan perubah

tuk bebas y adalah persamaan diferensial yang dapat dinyatakan dalam

bentuk
dn y d n 1y dy
a 0 ( x ) n a1 n 1 ....... a n 1 ( x ) a n ( x ) y b ( x ) . (1.2)
dx dx dx

Masalah diferensial muncul di dalam permasalahan fisika, teknik, ekonomi,

kependudukan, biologi, dan sebagainya. Sebagai contoh diperhatikan masalah berikut.

Problem A : The number P (t) of bacteria in a colony at time t is to be studied. The

culture contains an ample food supply and there are no predators for the bacteria in the

culture. The time frame under consideration is assumed to be short relative to the life

expectancy of an individual bacterium. Under this conditions the only way in which the

population size changes is by birth of new bacteria. One reasonable assumption is that

the number of births is proportional to the number of bacteria currently alive. By

equating rates of change, this assumption leads to the model

d
p( t ) kP ( t ) .(1.)
dt

for all t > 0 where k is the proportionality constant. The constant k has the interpretation

as the birth rate for the colony.

Perhatikan bahwa masalah koloni bakteri tersebut setelah dirumuskan diperoleh

persamaan (1.3) yang merupakan masalah persamaan diferensial biasa. Contoh masalah

diatas hanyalah satu masalah nyata yang merupakan. permasalahan persamaan

diferensial. Permasalahan nyata yang merupakan permasalahan persamaan diferensial

akan diberikan pada materi-materi lebih lanjut. Beberapa masalah sengaja dituliskan

menggunakan bahasa Inggris.


1. Penyelesaian Persamaan Diferensial

Pada bagian Ini akan diberikan pengertian penyelesaian persamaan diferensial dan

contohnya.

Definisi 1.5 Penyelesaian eksplisit dan implicit .

1.5.1. Penyelesaian eksplisit pada interval I untuk persamaan diferensial di dalam (1-1)

adalah fungsi bernilai real f terdefenisikan pada I yang terdeferensial hingga

tingkat n dengan

dn y df ( x ) d n 1 f ( x )
( x ) F
x , f ( x ), ,.....,
dx n dx dx n 1

untuk setiap x I.

1.5.2 Persamaan g (x, y) = 0 disebut penyelesaian implisit pada interval I persamaan

diferensial di dalam (1.1) jika g menentukan paling sedikit sebuah fungsi bernilai

real pada I yang merupakan penyelesaian persamaan diferensial tersebut.

Selanjutnya, penyelesaian eksplisit dan penyelesaian implisit di dalam Definisi i.5 disebut

penyelesaian (solusi) persamaan diferensial.

Contoh 1-3:'

1. Fungsi f(x) = ex merupakan penyelesaian pada interval (-,) persamaan diferensial =

dy dy
y, sebab e x f ( x ) untuk setiap x (-,)
dx dx
2. Fungsi f(x) = x-1 merupakan penyelesaian pada interval (0,) persamaan diferensial =

x 2 f ( x ) untuk setiap x (0, ).


dy dy
y 2 , sebab
2

dx dx

3. Persamaan x2 + y2 - 1 = 0 merupakan penyelesaian implisit persamaan diferfensial

dy x
pada interval (-1,1), sebab persamaan tersebut menentukan fungsi
dx y

f(x) = 1 x 2 pada interval (-1,1) dan

df ( x ) x x

dx 1 x2 f (x)

untuk setiap x (-1,1).

Persamaan x2+y2 - l - 0 juga menentukan u (X) = 1 x 2 pada (-1,1) dan

du ( x ) x x

dx 1 x 2 u (x)

untuk setiap x (-1,1).

dy
Contoh 1.4 : Perhatikan persamaan diferensial y
dx

Menurut Contoh. 1.3(a), fungsi f (x) = ex , untuk setiap bilangan real x,

merupakan penyelesaian persamaan (1.4).

Perhatikan bahwa fungsi f1, f2, dan f3 yang didefinisikan pada himpunan semua bilangan

real dengan
f1(x) = 2ex,

f2(x) = -ex,

f3 (x) = 10ex

juga merupakan penyelesaian persamaan (1.4). Bahkan fungsi bernilai real) f yang

terdefinisi pada himpunan semua bilangan zeal dengan

f1 (x) = Cex(1.5)

untuk setiap bilangan real C, merupakan penyelesaian (1.4). Persamaan (1.5) menyatakan

tak berhingga banyak penyelesaian persamaan (1.5). Persamaan (1.4) disebut

penyelesaian umum (PU) persamaan diferensial (1.4). Sedangkan penyelesaian f1(x) = 2ex

merupakan penyelesaian persamaan (1.4) yang memenuhi syarat x = 0, y = 2. Selanjutnya

penyelesaian f1(x) = 2ex disebut penyelesaian khusus (PK) persamaan (1.4) dengan syarat

x = 0,y = 2.

dy
Contoh 1.5 : Perhatikan kembali persamaan diferensial y di detain (1.4). Tentukan
dx

penyelesaian persamaan diferensial (1.4) sehingga untuk x = 0, nilai y = 2!


Penyelesaian: Penyelesaian umun persamaan diferensial tersebut diberikan di dalam (1.5),

yaitu

y=Cex.(1.6)

Untuk mendapatkan penyelesaian khusus yang memenuhi syarat x = 0, nilai y = 2,

dilakukan substitusi ke penyelesaian umum (1.6), diperoleh

2 = C (1) yaitu C = 2.

dy
Dengan demikian, penyelesaian persamaan y dengan syarat x = 0, nilai y = 2
dx

adalah y = 2ex.

Persamaan diferensial yang diberikan syarat awal disebut dengan masalah nilai awal

(initial value problem).

dy
Masalah persamaan diferensial y dengan syarat x = 0 dituliskan
dx

dy
y, y (0) 2, (1.7)
dx

yang disebut masalah syarat/nilai awal atau masalah syarat batas satu titik.
Latihan!

1. Tentukan order persamaan diferensial berikut !

2
dy
yx
3
1.
dx

4
d 2 y dy
2. x5y 0
dx 2 dx

d 2 y d3 y
3. y x7 0
dx 2 dx 3

3
d2y dy
4. x2
x y e x
dx
2
dx

dy
5. y2 y x ex
dx

6. Tunjukkan bahwa fungsi f yang diberikan merupakan penyelesaian persamaan

diferensial terkait!

d2y
1. y 0, f ( x ) = cos x pada (-,)
dx 2
d2 y dy
2. 3 2 y 0, f ( x ) f ( x ) e x e 2 x pada (-,)
dx 2 dx

d2 y d3 y d2y dy
3. 2
4 3
6 2
4 y 0, f ( x ) x 3e x pada (-,)
dx dx dx dx

2y 4
4. y1 , f ( x ) 2 pada himpunan yang tidak memuat 0
x x

dx x 1
5. ; x (2) 2, f ( t ) pada (-,)
dt t 1

1
dx 1 1 (1t )2
6. (1 t ) x; x (1) , x ( t ) e 2 pada (-,)
dt 2 2

7. Selidiki apakah

1. persamaan x2 y2 4 = 0 merupakan penyelesaian persamaan diferensial

2. fungsi f(x) = merupakan penyelesaian y1 =

3. fungsi y = (x + 1) ex merupakan penyelesaian

4. fungsi penyelesaian persamaan


Persamaan Diferensial Elementer (PDE)

Minggu ke : 2

Topik : Persamaan Diferensial Order Satu

Sub Topik : 1.1. Eksistensi Penyelesaian Masalah Nilai Awal

1.2. Persamaan Diferensial Separabel

1.3. Persamaan Diferensial Homogen

Pada minggu ini akan dibahas persamaan diferensiai order satu, meliputi eksistensi

penyelesaian masalah syarat awal, persamaan separabel, dan homogen.

2.1. Eksistensi Penyelesaian Masalah Nilai Awal

Persamaan diferensiai order satu mempunyai bentuk umum

(2-1)ata M (x,y) dx + N (x,y) dy =0 (2.2)

Contoh 2.1:

1. dapat ditulis menjadi

(x + y) dx xdy = 0
2. dapat ditulis menjadi

(y2 x2) dx + xydy = 0

3. dapat ditulis menjadi

x2dt (t2 + tx) dx = 0

teorema 2.1 Diketahui persamaan diferensial order atau (2.1), yaitu

memenuhi

1. Fungsi f kontinu pada domain D C R2.

2.

m (xo, yo) D, maka terdapat dengan tunggal penyelesaian untuk persamaan (2.1) pada

interval (xo - h, xo + h) dengan h cukup kecil serta memenuhi syarat

(xo) = yo

Contoh 2.2: Ditinjau masalah syarat awal

(2.3)

pad a masalah ini diperoleh


dan

kontinyu pada suatu domain D R2. Bari syarat awal diperoleh bahwa titik (0,1)

terletak pada D. Menurut Teorema 2.1, terdapat dengan tunggal penyelesaian untuk

persamaan diferensial (2.3) yang terdefinisi pada interval [-h, h] dengan h cukup kecil

serta memenuhi

(0) =1

fungsi tersebut adalah

(x) =

2.2. Persamaan Diferensial Separabel

Definis 2.2 Persamaan diferensial (2.1). yaitu

Dikatakan separabel jika persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk

dy
g ( x ) h ( y)
dx

Contoh 2.3:

1. Persamaan diferensial

dy
xy 2 e x y
dx
merupakan persamaan diferensial separabel, karena persamaan tersebut dapat ditulis

menjadi

dengan g (x) = xex dan h (y) = y2e-y

2. Persamaan diferensial

bukan persamaan diferensial separabel, sebab x + 2y tidak dapat dinyatakan sebagai

basil kali fungsi x dan fungsi y.

Perhatikan bahwa persamaan (2.4) dapat dituliskan dalam bentuk

dy
p( y) g (x)
dx

(2.

1
5).dengan p(y) =
h ( y)

Selanjutnya, jika y = (x) merupakan penyelesaian persamaan (2.4), maka

P ( (x)) 1 (x) = g(x)dan (2.6)

Karena dy = (x) dx maka (2.6) menjadi


atauH (y) = G (x) + C

dengan H(y) dan G(x) berturut-turut anti derivatif p (y) = dan g(x).

Contoh 2.4:

1. Tentukan penyelesaian persamaan diferensial

Penyelesaian: Perhatikan bahwa persamaan tersebut merupakan. persamaan

diferensial separabel yang dapat dinyatakan sebagai berikut

atau

Dengan mengambil integral ruas kiri terhadap y dan mas kanan terhadap x. diperoleh

dengan basil

In y = In (x2 + 4) + C1

ekuivalen dengan

atau atau y (x2 + 4) = C,


c
dengan Ce 1

Jadi penyelesaian umum persamaan tersebut adalah

y C (x 2 4)

2. Selesaikan masalah syarat awal

dx 1
(1 t ) x, x (1)
dt 2

dx
Penyelesaian: Persamaan (1 t ) x merupakan persamaan diferensial separabel yang
dt

dapat ditulis menjadi

1
dx (1 t ) dt
x

Dengan demikian diperoleh

1 t
1 t2
2
1 t 2
1
y dx (1 t) dx atau In 2 C1 atau x e e atau x Ce 2
1
C 2

1
Untuk t = 1 maka C = dengan demikian penyelesaian khusus masalah tersebut adalah
2

1 t 2
1
x e 2
2

3. Selesaikan masalah kolom bakteri di dalam Problem A di dalam sub-bab 1.1.

Penyelesaian: Perhatikan bahwa pemodelan masalah tersebut seperti diberikan di

dalam permasalahan (1.3), yaitu


d
P( t ) kP( t )
dt

untuk setiap i > 0, dengan k konstanta proporsionalnya. Pemodelan merupakan

masalah persamaan diferensial separabel dengan perubah t dan P. Persamaan tersebut,

d
yaitu P( t ) kP( t ) , dapat dinyatakan sebagai masalah
dt

1
dP( t ) k dt. (2.7)
P( t )

Dengan mengambil integrasi pada persamaan (2.7), diperoleh

In P(t ) k t InC (2.8)

Apabila cacah bakteri di dalam kolom tersebut 0, berarti tidak ada kolom. Dengan

demikian, cacah kolom, pasti berupa bilangan positif. Jadi P(t) > 0. Akibatnya,

berdasarkan persamaan (2.7), diperoleh

P( t ) Cekt (2.9)

4. Jika diketahui P(0) = 3.000 bakteri di koloni tersebut dan laju pertumbuhan sebesar

15% per tahun, berapakah banyaknya bakteri 2 tahun kemudian.

Penyelesaian: Penyelesaian umum masalah bakteri ini diberikan di dalam (2.9)

dengan mengambil k = 0,15, yaitu

P(t ) Ce0,15t
Untuk t = 0 diketahui (P(0) = 3.000, maka,

3000 = Ce0, diperoleh C = 3000

Dengan demikian, 2 tahun kemudian banyaknya bakteri dalam koloni tersebut adalah

P (2) = 3000e0,3

2.3 Persamaan Diferensial Homogen

Definisi 2.3 Fungsi f dengan dua perubah x dan y dikatakan homogen derajat n jika.

f (x, y) n f (x, y) (2.10)

Contoh 2.5: Fungsi / yang didefinisikan

1. f (x, y) x 2 y2 homogen derajat 2, sebab

F (x, y) = (x)2 - (y)2

= 2 (x2 - y2)

= y2 f (x, y)

2. f ( x , y) 2 xy homogen derajat 2, sebab

F (x, y) = 2 (x)(y)

= 2 (x2 - y2)

= y2 f (x, y)
3. f ( x , y) 2x 1 tidak homogen, sebab

f (x, y) 2(x ) 1

n f ( x, y) untuk setiap n.

4. f ( x, y) e V + archtan homogen derajad nol, karena

x
y y
f (x, y) e archtan
x

E
y
e archtan
V
x

o f (x, y)

Definisi 2.4 Persamaan diferensial order satu di dalam persamaan (2.2), yaitu

M (x,y) dx + N (x,y) dy = 0

dikatakan homogen jika M dan N homogen dengan derajad yang same.

Contoh 2-6: Persamaan diferensial

1. (x + 2y)dx + (2x + 3y) dy = 0 merupakan persamaan diferensial homegen, sebab

fungsi M(x, y) = (x 4 + 2y) dan N (x, y) = (2x + 3y) homogen derajad satu.

2. Y2dx (x2 + xy)dy = 0 merupakan persamaan diferensial homogen, sebab fungsi M

(x,y) = y2 dan N (x,y) = -(x2 4- xy) homogen derajad dua.


3. (x - y2)dr + 2xydy bukan persamaan diferensial homogen, sebab fungsi M (x, y) = (x+

y2) tidak homogen.

4. (x -y)dx +-2xydy bukan persamaan diferensial homogen, sebab fungsi M (x,y) = (x-

y) homogen derajad satu tetapi N(x,y) = 2xy homogen derajad dua.

5. Teorema 2.5 Jika persamaan diferensial di dalam persamaan (2.2), yaitu

M (x, y)dx + N (x, y) dy = 0,

homogen, make transformasi y = ux atau x = vy persamaan (2.2) menjadi persamaan

diferensial separabel.

Catatan: Perhatikan bahwa dengan transformasi

1. y = ux, diperoleh dy = udx + xdu.

2. x = vy, diperoleh dx = vdy + ydv.

Saudara cukup memilih salah saiu, tidak perlu keduanya-

Contoh 2.7: Tentukan penyelesaian

1. persamaan diferensial (y2 - x2) dx 4- xydy = 0.

Penyelesaian: Persamaan diferensial tersebut merupakan persamaan diferensial

homogen. Dengan mengambil y = ux, diperoleh dy = udx + xdu. Dengan demikian,

masalah menjadi

(u2x2 x2)dx + xux{udx + xdu) = 0


atau

(u2 - l)dx + u(udx + xdu) = 0.

Ekuivalen mengatakan

(2u2 - l)dx + uxdu = 0,

yang merupakan persamaan diferensial separabel

1 u
dx du 0
x 2u 2 1

Dengan mengambil integrasi pada kedua ruas, diperoleh

1
In x In 2u 2 1 In C1
4

Ekuivalen dengan

Dengan mengembalikan u dalam y dan x diperoleh

Jadi penyelesaiannya: x4 2x2y2 C.

2. masalah nilai awal

Penyelesaian: Persamaan ekuivalen dengan


(x + y) dx - xdy = 0

yang merupakan persamaan diferensial homogen.

Dengan substitusi y = ux, diperoleh

(x + ux)dx x (udx + xdu) = 0 ekuivalen dengan (1 + u) dx - (udx + xdu) = 0

Penyederhanaan memberikan

dx - xdu = 0 .

yang merupakan persamaan diferensial ssparabel

1
dx du 0
x

Dengan mengambil Integral pada masalah separabelnya diperoleh

In x u C

Dengan mengembalikan u ke dalam x dan y diperoleh

In x u C ekuivalen dengan y x (In x C)

Untuk x = 1, nilai y = 4, sehingga diperoleh

4 = 1 (In 1 C), yaitu C = -4

Jadi penyelesaian masalah nilai awal tersebut:


y x (In x 4)

Latihan !

Selesaikan permasalahan berikut!

1. y In ydx xdy = 0

dy x 2 y 2
2.
dx x 2 y 2

3. 2x cos ydx x2 sin ydy = 0, y (1) = 1

dy x 2 y 2
4. , y (0) 1
dx x 2 y 2

5. x cos y dx = (x3 + 1) sec2 y dy.

6. x (sin y + cos y) dx = 2ex (cos y + 4) dy

7. x 2 4 dy x 3 dx
Persamaan Diferensial Elementer (PDE)

Minggu ke : 3 (satu)

Topik : Persamaan Difrensial Orde Satu

Sub Topik : 3.1. Persamaan Diferensial Non Homongen

3.2. Persamaan Diferensial Eksak

pada minggu ini akan dibahas persamaan difrensial orde satu, terdiri dari

persamman non homongen (ax + by + r) dr + (px + qy + r) dy = 0 dan persamaan eksak.

Poersamaan non homongen tersebut akan diselesaikan sebagai masalah persamaan

separabel atau homongen yang telah dibahas pada minggu pertama.

3.1 peesamaan diprensial non homongen (ax + by + r) dr + (px + qy + r) dy = 0

Teorema 3.1 diberikan persamaan difrensial

(ax + by + r) dr + (px + qy + r) dy = 0 (3.1)

Dengan a,b,c,p,q dan r konstanta real

p q r
Jika m maka persamaan difrensial (3.1) merupakan persamaan difrensial
a b c

separabel dengan penyelesaiannya

x + my = c
p c r
Jika , maka dengan transformasi u = ax+ by, dan ax+ by, persamaan
a b c

difrensial (3.1) menjadi persamaan difrensial separabel dalam u dan x atau dengan u dan

p q
Jika , maka dengamn transformasi u ax+ by =v dan px+qy+r, persamaan
a b

difrensial (3.1) menjadi persamaan diferensial homongen dalam u dan v.

Bukti

p q r
1. Diketahui m , diperoleh p = ma, q= mb, dan r =mc,akibatnya persamaan
a b c

diferensial (3.1) menjadi

(ax + by + c) dx + m(ax + by + c) dy = 0

Yang ekuivalen dengan

Dx + mdy = 0

Dengan demikian, diperoleh penyelesaian

x + my = c

p q r
2. Katakan m berarti p = ma dan q = mb sehingga persamaan (3.1)
a b c

menjadi

(ax + by + c) dx + m(ax + by )+ c) dy = 0

Dengan mengambil u = ax + by,diperoleh du = adx + bdy. Apabila diambil

1
1. dy = (du adx ), maka diperoleh persamaan separabel dalam peubah u dan x
1
2. dx = (du - bdy), maka diperoleh persamaan diferensial saparabel dalam u dan y

p q
3. perhatikan bahwa , sehingga aq bp 0. Berdasarkan u = ax + by + c dan v =
c b

px + qy + r, diperoleh

du = a dx + b dy

dv = p dx + q dy

diperoleh :

1 1
dx (qdu du) dx (adu p du)
aq bp aq bp

Dengan demikian persamaan (3.1) menjadi

1
u (qdu b du) + v fraclaq bp (adv-pdu) = 0 atau
aq bp

u (qdu - bdv) + v (adv - pdu)= 0

ekuivalen dengan

(qu - pv) du+ (av - bu)= 0

Yang merupakanpersamaan homongen dalam u dan v.

Contoh 3.1 selesaikan persamaan diferensial


(5x + 2y +1)dx + (2x + y + 1) dy = 0 (3.2)

p 2 1 a
Penyelesaian : karena maka diambil
a 5 2 b

u = 5x + 2y + 1

v = 2x + y + 1,

sehingga

du = 5 dx + 2 dy

dv = 2 dx + dy

diperoleh

dx = du 2 dv

dv = -2 du + 5 dv

dengan demikian persamaan (3.1) menjadi

u = (du + 2 dv) + v (-2 du + 5 dv )= 0 atau

(u 2v)du + (5v 2u) dv = 0

Yang merupakan persamaan homongen dengan mengambil v = uz, persamaan (3.3)

menjadi

(1- 2z) du + (5z - 2) (u dx + z du ) = 0 ekuivalen (5z2 4z + 1) du + (5z - 2) u dz =0

Dengan memisahkan peubah diperoleh :

1 5z 2
du 2 dz 0
u 5z 4 z 1
Dengan demikian diperoleh penyelesaian

1
u In5 z 2 4 z 1 InC
2

Dengan ekuivalen

2 Inu+In5z2-4z+1=2 In C atau u2 (5z2-4z+1)=C2

Dengan mengembalikan ke perubahan u dan v diperoleh

U2 =

v2 v 2
5 2 4 1 c ekuivalen 5v - 4vu + u =C
2 2 2

u u

Selanjutnya, dengan mengembalikan ke perubahan x dan y diperoleh

5(2x + y + 1)2 4 (5x + 2y + 1) (2x + y + 1) + (5x + 2y + 1)2 = C2

Ekuivalen dengan

5x2 + y2 + 4xy + 2x + 2y = C2 2 atau 5x2 + y2 + 4xy + 2x + 2y = C

3.2 Persamaan Difrensial Eksak

Definisi 3.2 persamaan difrensial

M ( x ,y )dx + N ( x, y) dy = 0

Dikatakan eksak jika


M (x, y) N (x, y)
y x

Contoh 3.2 persamaan difrensial


a. (x2+y2) dx + 2xy dy = 0 merupakan persamaan difrensial eksak, karena

M N
1
y x

dy x 2 y
b. merupakan persamaan difrensial eksak perhatikan bahwa persamaan
dx x

difrensial tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.

(y x2) dx + x dy = 0

Dengan

M N
1
y x

c. (x + y ) dx - x dy = 0 bukan merupakan persamaan difrensial, karena

M N
1 1
y x

Sekarang diketahui persamaan

M (x, y)dx + N ( x,y ) dy = 0

Eksak, berarti

M N
1
y x

Jika

F (x,y)= C

Penyelesaian persamaan eksak (3.4), maka menurut difrensial total diperoleh


F F
dF dx dy 0
x x

Berdasarkan (3.4) dan (3.6) diperoleh

F F
M (x, y) atau N (x, y)
x y

Dengan demikian, dengan menggunakan (3,7) diperoleh

F (x, y) M (x, y) dx g(y)

Dengan mengambil turunan partial F di (3.9) terhadap y, diperoleh

F
y y
M (x, y) dx g(y) N (x, y)

Selanjutnya dengan menyamakan (3.10) dan (3.8), diperoleh g(y). Akibatnya dengan

mengambil integral g (y) terhadap y diperoleh

g (y) g (y)dy K

Dengan mensubtitusikan (3.11) ke (3.9), diperoleh penyelesaian persamaan eksak(3.4)

Contoh 3.3 tentukan penyelesaian persamaan difrensial

a. (x 2 y2 ) dx 2 xydy 0 penyelesaian berdasarkan contoh diperoleh persamaan

tersebut merupakan persamaan difrensial eksak, perhatikan bahwa

F F
x 2 y 2 dan 2 xy
x x

Dengan demikian

1 2
F (x, y) (x 2 y 2 )dx g (y) x xy 2 g (y)
3
Selanjutnya dengan mengambil turunan F terhadap y, diperoleh

F
gxy g ( y )
x

F
Karena N (x, y) diperoleh
x

2 xy g (y) 2 xy atau g (y) 0

Dengan demikian

g (y) K

Jadi penyelesaian persamaan tersebut adalah

1 3 1
x xy 2 C1 C atau x 3 xy 2 K
3 3

dF x 2 y
b. penyelesaian contoh persamaan difrensial tersebut dapat dinyatakan
dx x

sebagai berikut

(y x 2 ) dx xdy 0

Yang merupakan persamaan difrensial eksak

F F
y x 2 dan x
x x

Dengan demikian

1
F (x, y) (y x 2 )dx g (y) xy x3 g (y)
3

Selanjutnya, dengan mengambil turunan F terhadap y, diperoleh

F
x g (y)
x
F
Karena N (x, y) , diperoleh
x

x g (y) x sehingga g(y)=0

Dengan demikian,

g (y) K

Jadi penyelesaian persamaan tersebut adalah

1 1
xy x3 C1 C atau xy x3 K .
3 3
Persamaan Diferensial Elementer (PDE)
Minggu ke- :4
Topik : Persamaan Diferensial order Satu
Sub topik : 4.1. Faktor Integral
4.2. Persamaan Diferensial Linear dan Bernoulli
4.3. Transformasi Khusus

Pada minggu ini diberikan faktor integral, persamaan linear dan Bernoulli,
serta transformasi khusus.

4.1 Faktor Integral


Pada bagian ini akan dipelajari bagaimana mengubah persamaan tidak aksak
menjadi persamaan eksak, sehingga dapat diselesaikan dengan metode
penyelesaian persamaan eksak.

Perhatikan bahwa persamaan diferensial

= 0 (4.1)

Bukanlah persamaan diferensial eksak,karena



= 1 1 =

1
Apabila persamaan (4.1) dikalikan dengan fungsi (, ) = , diperoleh
2

1
( ) = 0
2

atau
1
) = 0 (4.2)

Persamaan (4.2) merupakan persamaan diferensial eksak,karena

1
= =
2

Hal ini mengatakan bahwa persamaan tak eksak (4.1) dapat dijadikan persamaan
1
eksak dengan mengalikan persamaan (4.1) dengan fungsi (, ) = .
2
1
selanjutnya, Fungsi (, ) = yang membuat persamaan tak eksak (4.1)
2
menjadi persamaan eksak (4.2) disebut faktor integral persamaa (4.1).
Defenisi 4.1 Diketaui persamaan diferensial

(, ) + (, ) = 0
(4.3)

Tidak eksak. Fungsi (, ) yang mengakibatkan persamaan

(, ) (, ) + (, ) (, ) = 0
(4.4)

eksak disebut faktor integral persamaan (4.3).

Perhatikan bahwa persamaan (4.3) ekuivalen dengan persaman (4.4). Dengan


demikian, penyelesaian persamaan (4.4) juga merupakan penyelesaian persamaan
(4.3).

Apabila diberikan persamaan tidak eksak, untuk menyelesaikannya


sebagai persamaan eksak haruslah ditentukan faktor integral (, ) . Faktor
integral (, ) mempunyai 3(tiga) kemungkinan,yaitu:

(i) Fungsi saja atau


(ii) Fungsi saja atau
(iii) Fungsi dan .

Cantoh 4.1: Tunjukkan bahwa


1
(4.5)
(1+ 2 )(1+ 2 )

Merupakan faktor integral persamaan


(1 + 2 ) + (1 + 2 ) = 0! (4.6)
Penyelesaian : Tunjukkan bahwa persamaan (4.6) tidak eksak!
Selanjutnya, dengan mengalikan persamaan (4.5) ke persamaan (4.6), diperoleh
1 1
+ = 0 (4.7)
(1+2 ) (1+2 )

Persamaan (4.7) eksak, karena


1 1

(1+2 ) (1+2 )
=0= .

Jadi,
1
(1+ 2 )(1+ 2 )

Merupakan faktor integral persamaan (4.6).

Secara umum,apabil (, )a merupakan faktor integral persamaan tak


eksak (4.3),diperoleh persamaan eksak (4.4). berarti diperoleh

=

atau

+ = +

atau

( ) = ( ).

Dengan demikian, diperoleh





= (4.8)

Teorema 4.2 jika (. ) fungsi yang ditentukan oleh salah satu bentuk di dalam
table hanya merupakan fungsi dalam u dengan u diberikan di kolom berikutnya
pada baris yang sama di dalam table tersebut,maka
(, )

( )



( )



( )

( ) (4.9)

2 ( )

( + )

2 ( )

( + )

Khusus: jika faktor integral:

(i) fungsi saja, yaitu (, ) = () maka



= 0, dan = (4.10)

Dengan mensubstitusikan persamaan (4.10) ke (4.8), diperoleh

=

Atau



(4.11)

Jadi, (, ) = () (fungsi saja) jika dan hanya jika





(4.12)

Merupakan fungsi saja, katakana ().
Dengan demikian, pengambilan integral pada (4.11), diperoleh faktor integral

In = () atau = () (4.13)

(ii) fungsi saja, yaitu (, ) = (), maka



= 0, dan = (4.14)

Dengan mensubstitusikan persamaan (4.14) ke (4.8), diperoleh

atau




= (4.15)

Jadi, (, ) = () (fungsi saja) jika dan hanya jika





(4.16)

Merupakan fungsi y saja, katakana h(y).

Dengan demikian, pengambilan integral pada (4.16), diperoleh faktor integral

In = () atau = () (4.17)

Contoh 4.2: Tentukan faktor integral persamaan tak eksak berikut

a. (2 3) + = 0, jika di ketahui > 0

Penyelesaian : Perhatikan bahwa



(21) 1
= =

1
Merupakan fungsi x saja. Dengan demikian, () =
sehingga
1
() = = In || = In .

Menurut (4.13)

= () = In =
b. ( + In ) = 0

Penyelesaian: Perhatikan bahwa



(1(1)) 2

= =

2
Merupakan fungsi saja. Dengan demikian, () = sehingga

2
(y) =
= 2In || = In 2 .

Menurut (4.17)
2 1
= () = In =
2
c. Diketahui persamaan

(2 3 2 ) + (2 2 3 ) = 0

Mempunyai faktor integral fungsi dalam . Tentukan faktor integral tersebut


dan selesaikan persamaan berikut!

Penyelesaian : Katakan faktor integral tersebut (, ) = (), dengan =


, sehingga


= = dan


= =

Perhatikan bahwa memenuhi

(2 3 2 ) (2 2 3 )
=

Ekuivalen dengan

(4 3 1) + (2 3 2 ) = (4 3 1) + (2 2 3 )

atau

(4 3 1) + (2 3 2 ) = (4 3 1) + (2 2 3 )

Dengan menyederhanakan,diperoleh

2 + = 0 atau 2 + =0

Ekuivalen dengan

2 + =0 (4.18)

Penyelesaian persamaan (4.18)

2 In + In = In atau 2 = .

Dengan mengambil C = 1, diperoleh 2 = 1, sehingga


1 1
= = (4.19)
2 22
Kalikan faktor integral di dalam (4.19) ke masalah awal,diperoleh
1 1
(2 2 ) + (2 2 ) = 0 (4.20)

Tunjukkan bahwa persamaan (4.20) eksak.


1 1
(, ) = (2 2 ) + () = 2 + + ()

1 1
= 2 + () = 2 2

Diperoleh

() = 2, sehingga () = 2 + 1

dengan demikian, diperoleh penyelesaian (2 3 2 ) + (2 2 3 ) = 0,


yaitu
1
2 + + 2 =

4.2 Persamaan Linear Order Satu


Bentuk umum persamaan diferensial linear order satu dengan variable bebas dan
variable tak bebas

+ ( ) = ( ) . (4.21)

Teorema 4.3 Persamaan diferensial linear order satu (4.21) mempunyai


penyelesaian umum

() = () () +

BUKTI. Persamaan diferensial (4.21) dapat dituliskan

+ () = () atau (() ()) + = 0, (4.22)

yang merupakan persamaan diferensial tidak eksak dengan faktor integral

() = () Tunjukkan !. (4.23)

() = () ()
Dengan demikian, persamaan

() (() ()) + () = 0 (4.24)

Eksak. Penyelesaian persamaan (4.24) berbentuk

(, ) =

Berarti

= () (() ()) dan = () (4.25)

Akibatnya,

(, ) = () + ()

= () + (), (4.26)

Dengan () ditentukan dengan mengambil turunan parsial F terhadap x pada


persamaan (4.27) dan mensubstitusikan ke persamaan (4.25). jadi

() () + () = () (() ()).

Diperoleh

() = () ()

Sehingga

() = () ()

Jadi penyelesaian persamaan linear (4.21):

() = () () + . (4.27)

Contoh 4.3:

a. Tentukan penyelesaian persamaan diferensial



+ =+1!

Penyelesaian: Persamaan tersebut mempunyai () = 1 dan () = + 1 ,


sehingga penyelesaian persamaan tersebut

= ( + 1) +
Yaitu

= ( + 1) +

= ( + 1) +

= +

b. Tentukan penyelesaian persamaan diferensial



sin t + cos = cos !

Penyelesaian: Persamaan tersebut ekuivalen dengan



+ cot = cos

Sehingga () = dan () = cos . Penyelesaian persamaan tersebut

cot = cos cot +

Yaitu

sin = cos sin +

Ekuivalen dengan,

sin = cos sin +

Jadi

sin = cos .
4.3 Persamaan Bernoulli
Definisi 4.4 persamaan diferensial berbentuk

+ () = () (4.28)

Disebut persamaan Bernoulli.

Contoh 4.4: Persamaan-persamaan berikut merupakan persamaan Bernoulli.



a. = 2 .


b. + = 3

c. ( + 3 3 ) + 2 = 0

d. = .

Teorema 4.5 Untuk 0 1,

= 1 (4.29)

Mengubah persamaan Bernoulli (4.28) menjadi persamaan linear order satu


dalam x dan z.

BUKTI. Dengan membagi persamaan (4.28) dengan , diperoleh



+ ()1 = (). (4.30)

Dengan transformasi = 1 ,diperoleh



= (1 )

Sehingga persamaan (4.30) menjadi


1
(1)
+ () = () atau
+ (1 ) () = (1 ) ()

Atau


+ *() = *() (4.31)
Yang merupakan persamaan linear order satu dengan

*() = (1 ) () dan *() = (1 ) ().

Contoh 4.5: Selesaikan persamaan diferensial



= 2 ! (4.32)

Penyelesaian: Persamaan (4.32) merupakan persamaan Bernoulli dengan = 2


yang apabila dibagi dengan 2 diperoleh

2 1 = . (4.33)

Transformasi = 1 memberikan

= 2

Sehingga persamaan (4.33) menjadi



+ = . (4.34)

Persamaan (4.34) merupakan persamaan linear order satu, dengan penyelesaian:

= + ,

Yaitu

= +

= ( ) +

Jadi
1
= 1 +

4.4 Tranformasi Khusus
Transformasi seringkali dilakukan untuk membawa persamaan diferensial menjadi
persamaan diferensial separable atau membawa persamaan order satu dua atau
lebih mejadi persamaan diferensial order satu.

Contoh 4.6. Perhatikan bahwa pengambilan transformasi = + membawa


persamaan

= ( + )

Menjadi persamaan diferensial terpisah(separable). Dengan demikian,persamaan-


persamaan berikut dapat dibawa ke persamaan diferensial separable.

a. = ( + )2

3
b. = (2 + 3)2 4(2 + 3) 2 .

1
c. = ++1

Contoh 4.7. substitusi = , mentransformasikan persamaan-persamaan


berikut menjadi persamaan diferensial order satu dengan perubah .

a. (2) ( )2 = 0
b. (2) = 2()3
c. (2) 3 = 5

Latihan!

1. Selesaikan masalah nilai awal


2 = 4 ; (0) = 0!

2. Selesaikan persamaan diferensial berikut!


a. 2 = .
b. ( 2 + 3) = 3.
c. (2 + )1 + = 1 + 2
d. = 4 4
e. 2 = 2 2 + 3
f. cos + sin + 3 = 0
3. Selesaikan persamaan diferensial berikut!
a. 3 2 2 ) 2 = 0
b. + + 3 3 4 = 0
c. ( + 3 2 ) + 2 = 0
d. ( 2 + + 1) + ( 2 + + 1) = 0
e. 2 + ( 2 ) = 0
1 1
f. ( (+)2 ) + ( (+)2 ) = 0

g. ( + ) ( + ) = 0

h. ( 3 + 4 ) + 8 3 = 0

4. Persamaan 2 + ( + 1) = 0 mempunyai faktor integral hanya


fungsi y. Tentukan faktor itu dan selesaikan persamaan diferensialnya!
5. Selesaikan persamaan + [1 + ( + ) tan ] = 0 jika diketahui
bahwa persamaan mempunyai faktor integral fungsi dari x+y.

6. Tentukan penyelesaian umum untuk () = 2() + !


7. Tentukan penyelesaian khusus () 3() = yang memenuhi

(0) = 3?
1. The Cobb-Douglas neoclassical growth model in economics simplifies to

= (())

Where () is the aggregate input of capital stock at time t,b, are


constants depending upon the output elasticity of capital,the input of labor,
the growth of labor and technology, and the ratio of full employment
saving to the gross national product. Find () if (0) = 0 . (D. Hamberg,
1971, Models of Economic Growth, Harper & Row, New York.)
2. Newtons law of Heating (or cooling) says that a potato at room
temperature (70 ) is put in the oven at = 0, with a baking thermometer
inserted in to the potato. After three minutes you observe that the
temperature of the potato is 150 . How long will it take the potato to reach
a temperature of 350 .
3. In considering a case of slow selection involving two genes,the equation

2 (1)( 2 2 )
=
2 (1)( 2 2 )

arises, where and are constants. Find an implicit relationship between


and .

Let V(t) denote the volume of a tumor at time t. the growth of many solid
tumors has been shown to obey the Gompertzian equation.

where and are positive constants. Show that in such a case the volume of the
tumor is monotonely increasing with respect to time and apporoaches a finite limit
as . determine this limit.
Exercise

1 assume that rate of growth of a culture of bacteria is proportional to the number


present. If a culture of 100 bacteria grows to a size of 150 after 2 hr, how long will it
take for the size to double? How many will be present efter 5 hr.
2 when interest on an investment is compounded continuously, the rate of growth of
the amount of money in the account is proportional to the amount present, where the
proporsionality constant is the annual interest rate (expressed as a decimal). If an
initial amount of P dollars is invested at r% compounded continuously,find a formula
for the amount in the account at time t yr after it is invested. What value of r would
cause the amount to double after 7 yr?
3 use the result of exercise 2 to determine the amount after 30 yr that results from an
initial amount of $1000 invested at 6 % compounded continuously. How many years
will it take for the amount in the account to be $ 5000?
4 If 10% of a radioactive substance decays after 33 yr, how much will remain after 200
yr? what is the half-life of the substance?
5 Radium-226 has a half-life of 1620 yr. how long will it take for 80% of a given
amount to decay?
6 If 75% of a quantity of the radioactive isotope uranium- 232 remains after 30 yr, how
much will be present after 100 yr? what is its half-life?
7 The half-life of thorium-228 is approximately 1.913 yr. if 100 g are on hand, how
much will remain after 3 yr? how long will it take for the amount left to be 10 g?
8 Newtons law of cooling states that the surface temperature of on object changes at a
rate proportional to the difference between the temperature of on object and that of
the surrounding medium. Let () be the temperature of the object at time t,and let
be the temperature of the surrounding medium. If T(0)= (where > ). Find
the formula for T(t).
9 Use the result of Exercise 8 to find the temperature of a body that was initially at
30 C, 30 min after it is placed in a medium of constant temperature 5 C if it cools to
20 C after 5 min. According to the model, will the object ever cool to 5 C? what
does your answer tell about the model?
10 A thermometer registering 70 F is taken cutside where the temperature is 28 F.
after 5 min the thermometer registers 55 F. when will it register 30 F? (see exercise
8.)
Persamaan Diferensial Elementer (PDE)
Minggu ke- :5
Topik : Persamaan Diferensial order dua atau lebih
Sub topik : 5.1. Teori Dasar Persamaan Diferensial Linear
5.2. Reduksi Order

Pada minggu ini akan dibahas persamaan diferensial linear order tinggi,
meliputi teori dasar dan sifat-sifat persamaan diferensial linear, persamaan
diferensial linear dengan koefisien konstan homogen dan non homogeny, serta
metode variasi parameter dan koefisien tak tentu.

5.1 Teori Dasar Persamaan Diferensial Linear

Perhatikan kembali bahwa persamaan diferensial linear order-n mempunyai


bentuk umum
1
() + 1 () 1 + + 1 () + () = (), (5.1)

Dengan () 0.
Definisi 5.5 Persamaan diferensial linear order n di dalam (5.1) dikatakan
5.5.1 homogen jika Q(x) = 0

5.5.2 non homogeny jika Q(x) 0

Contoh 5.1 persamaan


2
a. 2 2 + 4 = merupakan persamaan linear order dua non
homogen.
3
b. ( + 1)3 3 + ( + 1) = 0 merupakan persamaan diferensial order 3
homogen.
2
c. 5 + 6 = cos merupakan persamaan diferensial linear order 2
2
non homogen.
Diketahui masalah syarat awal persamaan diferensial linear order n.
1
() + 1 () 1 + + 1 () + () = (),

(0 ) = 0 , (0 ) = 1 , , (1) (0 ) = 1. (5.2)
Teorema5.6 (Eksistensi dan ketunggalan)

Diketahui 0 (), 1 (), , () dan Q(x) kontinu pada interval dengan


0 () 0 untuk setiap . jika 0 , maka terdapat dengan tunggal ()
penyelesaian masalah nilai awal (5.2) pada I.
Contoh 5.2
a. Diberikan masalah nilai awal:
2
+ 2 3 = , (0) = 1, (0) = 2
2

Perhatikan bahwa 0 () = 1, 1 () = 2, 2 () = 3, dan () =


kontinu pada suatu interval I yang memuat = 0. Menurut Teorema 5.6,
masalah nilai awal tersebut mempunyai penyelesaian tunggal pada I.
b. Diberikan masalah nilai awal:
3 2
+ 4 2 = 0, (1) = 0, (1) = 0, (1) = 0.
3

Perhatikan bahwa 0 () = 1, 1 () = 4, 2 () = 0, 3 () = 0 dan


() = 0 kontinu pada suatu interval I yang memuat = 1. Menurut
Teorema 5.6, masalah nilai awal tersebut mempunyai penyelesaian tunggal
pada I.
c. Falling object. Suppose that a ball of mass m is held stationary and there
dropped from a tower. Let () denote the distance the ball travels in
seconds after it is released. If gravity is the only force acting on the ball,
then by Newtons secondlaw of motion ( where the accelection a is given
by = and is the constant acceleration due to the force gravity).

= = = .
So that,

=
The problem is a second order linear differential equation. By integrating twice,
we get
1
() = 2 2 + 1 + 2

Where 1 and 2 are arbitrary constants. Since () is the distance the ball travels
in seconds after being released, we must have.

(0) = 0.
We must also have

(0) = 0,
Because the ball is held stationary before being released. Thus

0 = (0) = 2 and 0 = (0) = 1 .


Therefore, we have
1
() = 2 2 .

Notice that the initial conditions (0) = 0 and (0) = 0 enabled us to


determine a unique solution on the interval [0, ].
Selanjutnya, dibahas teorema-teorema yang berkaitan dengan persamaan
diferensial linear order n. pembahasan diawali dengan memberikan bebas linear
fungsi fungsi.

Definisi 5.7 fungsi 1 , 2 , . . , dikatakan bebas linear pada interval I jika untuk
setiap kombinasi linearnya bernilai nol, yaitu:

1 1 () + 2 2 () + + 1 1 () = 0,

maka 1 , 2 , , semuanya bernilai nol untuk setiap .


Berdasarkan Definisi 5.7, diperoleh pengertian tak bebas linear di dalam
Definisi 5.8
Definisi 5.8 Himpunan fungsi 1 , 2 , . . , dikatakan tak bebas linear pada
interval I jika terdapat konstanta 1 , 2 , , yang tidak semuanya nol sehingga

1 1 () + 2 2 () + + 1 1 () = 0,

Untuk setiap .
Contoh 5.3

a. Fungsi 1 () = dan 2 () = 4 tak bebas linear pada interval I =[0,2],


karena terdapat konstanta 1 = 4 dan 2 = 1 sehingga

1 1 () + 2 2 () = 0
Untuk setiap .

b. Fungsi 1 () = , 2 () = 3 , dan 3 () = tak bebas linear pada


interval = [1,1], karena dapat konstanta 1 = 3, 2 = 1, dan 3 = 0
sehingga

1 1 () + 2 2 () + 3 3 () = 0
Untuk setiap .

Teorema 5.9 Jika fungsi 1 , 2 , . . , penyelesaian persamaan diferensial


linear order n homogen
1
() + 1 () 1 + + 1 () + () = 0, (5.3)

Dengan () 0, maka

1 1 + 2 2 + +
Penyelesaian persamaan diferensial (5.3)
Teorema 5.10 persamaan diferensial linear order n homogeny (5.3) tepat
mempunyai n buah penyelesaian bebas linear.
Cara lain untuk menyelidiki sifat bebas linear n buah penyelesaian persamaan
(5.3) dapat digunakan wronskian.
Definisi 5.11 Diketahui 1 , 2 , . . , fungsi fungsi terdiferensial hingga order
n-1 pada interval I. Determinan.
1 2
(1 , 2 , . . , ) = |1 2 |
1 (1) 2 (1)
(1)

disebut Wronskian untuk fungsi 1 , 2 , . . ,

Wronskian 1 , 2 , . . , seringkali dinyatakan dengan

(1 , 2 , . . , ).

Teorema 5.12 Penyelesaian 1 , 2 , . . , dari persamaan diferensial (5.3)


bebas linear pada interval I jika dan hanya jika (1 , 2 , . . , ) 0, untuk
setiap .

Terorema 5.13 Jika 1 , 2 , . . , penyelesaian bebas linear dari persamaaan


diferensial (5.3) pada interval I, maka penyelesaian umum persamaan (5.3)
adalah

() = 1 1 () + 2 2 () + + ().

Untuk setiap dan 1 , 2 , . . , konstan.

Teorema 5.14 Jika penyelesaian yang tidak memual konstanta persmaan


homogen (5.1) dan = 1 1 + 2 2 + + penyelesaian bebas linear dari
persamaan diferensial (5.3) pada interval I, maka setiap penyelesaian (5.1) dapat
dinyatakan sebagai + untuk suatu pemilihan 1 , 2 , . . , yang sesuai.

Teorema 5.14 mengarah pada penyelesaian umum persamaan diferensial


linear order n non homogen didalam (5.1).

Perhatikan kembali persamaan difernsial linear order n non homogen (5.1),


yaitu

1
() + 1 () 1 + + 1 () + () = (),
dengan () 0.

Persamaan diferensial linear order n homogen terkait dari persamaan (5.1)


dinyatakan di dalam (5.3), yaitu

1
() + 1 () 1 + + 1 () + () = 0,

dengan () 0.

Definisi 5.15 Penyelesaian umum persamaan diferensial linear order n non


homogen (5.1) adalah

= +

dengan

(i) (penyelesaian komplementer), yaitu penyelesaian umum persamaan


homogen (5..3) terkait persamaan non homogen (5.1).
(ii) (penyelesaian khusus), yaitu penyelesaian persamaan (5.1) yang tidak
memuat konstanta sebarang.

5.2 Reduksi Order


Perhatikanlah masalah
2
() 2 + 1 () + 2 () = 0 (5.4)

dengan () 0 untuk setiap [, ]. Persamaan (5.4) ekuivalen dengan

2
+ () + () = 0 (5.5)
2

dengan
() ()
() = 1 () dan () = 2 ()

Persamaan difernsial (5.5) dapat dijadikan ke persamaan difernsial order satu


apabila salah satu penyelesaian persamaan tersebut diketahui.
Katakan 1 merupakan salah satu penyelesaian persamaan diferensial (5.5),
penyeleaian ke-2 berbentuk 2 = 1 . Permasalahan adalah menentukan .

Karena 1 penyelesaian (5.5) ,maka


2 1 1
+ () + ()1 = 0 (5.6)
2

Selanjutnya, karena 2 = 1 penyelesaian (5.5), maka


2 2 2 1
2
+ ()
2

+ ()2 = 0 2
+ ()
1

+ ()1 = 0

Ekuivalen dengan

1 + 1 + 1 + 1 + ()( 1 + 1 ) + ()1 = 0,

yaitu

( 1 + () 1 + ()1 ) + 2 1 + 1 + ()1 = 0. (5.7)

Dengan demikian, berdasarkan (5.6) diperoleh

21 + 1 ()1 = 0,
Sehingga
1
= 2 (), sehingga = 2 |1 | (). (5.8)
1

Akibatnya
1
= 2 () . (5.9)
1

Jadi
1
= 2 () . (5.10)
1

Penyelesaian umum persamaan (5.5),

= 1 + 2 = 1 + 2 . (5.11)
Contoh 5.4 Diketahui bahwa 1 () = 2 merupakan salah satu penyelesaian
persamaan

4 + 4 = 0.
Tentukan penyelesaian umum persamaan tersebut.penyelesaian. perhatikan bahwa
() = 4 dan () = 4. Fungsi ditentukan berdasarkan persamaan (5.10),
yaitu
1
= 2 ()
1

1
= ( 2 )2 4

= 4 4 = 1 =

Penyelesaian umum persamaan 4 + 4 = 0 adalah

= 2 + 2

Latihan !
1 4
1. + 2 = 0, dengan 1 () = 2 .
1 1
2. + 2 = 0, dengan 1 () = .
2
3. 2 2 = 0, dengan 1 () = .
4. + = 0, dengan 1 () = sin .
5. 2 + 2 2 = 0, dengan 1 () = .
6. (2 + 1) + ( + 1) = 0, dengan 1 () = .
Persamaan Diferensial Elementer (PDE)
Minggu ke- :6
Topik : PD Linear Order n dengan Koefisien konstan
Sub topik : 6.1. Solusi PD Linear Order n dengan Koefisien konstan Homogen
6.2. Solusi PD Linear Order n dengan Koefisien konstan Non Homogen
6.3.Persamaan Cauchy-Euler

6 Persamaan Diferensial Linear Order n dengan


Koefisien Konstan
Materi minggu ini melanjutkan pembahasan persamaaan diferensial linear order
tinggi. Materi dikhususkan untuk persamaan diferensial linear dengan koefisien
konstan, homogen maupun non homogen. Penyelesaian khusus persamaan non
homogen dikerjakan dengan metode variasi parameter dan koefisien tak tentu.
Pembahasan dimulai dengan mengenalkan operator diferensial.

Diketahui = (). Operator diferensial D dimaksudkan



=

Dengan demikian

= dan 2 = ( )

Perhatikan bahwa

= 1 = 1.

Persamaan diferensial linear order n di dalam (5.1) dengan () = 0 ,


1 () = 1 , , dan () = untuk setiap [, ] , diperoleh persamaan
diferensial linear order n dengan koefisien konstan

1
() + 1 () 1 + + 1 () + = (). (6.2)

Persamaan diferensial homogen terkait (6.2) adalah


1
() + 1 () 1 + + 1 () + = 0 (6.3)
Dengan menggunakan operator diferensial D, persamaan (6.2) dan (6.3) berturut-
turut menjadi

+ 1 1 + + 1 + = ()
(6.4)

dan

+ 1 1 + + 1 + = 0.
(6.5)

Dengan mengambil () = + 1 1 + + 1 + , persamaan


(6.4) dan (6.5) berturut-turut menjadi

() = () dan (6.6)

() = 0 (6.7)

Penyelesaian umum persamaan (6.2) adalah

= +

dengan

(penyelesaian komplementer / complementer solution), yaitu


penyelesaian persamaan homogen (6.3) terkait persamaan (6.2)
(penyelesaian khusus / particular solution), yaitu penyelesaian yang
memenuhi (6.2).

6.1 Solusi Persamaan diferensial linear order n homogen


dengan koefisien konstan

Perhatikan kembali persamaan diferensial linear order n homogen di dalam (6.3)


yang ekuivalen dengan (6.5) dan (6.7).
Permasalahan dari persamaan tersebut adalah menentukan fungsi yang memenuhi
() = 0 . Apakah ada fungsi yang dicari di dalam permasalahan tersebut?
Jawabnya: ada, yaitu fungsi

= (6.9)
Dengan m skalar. Perhatikan bahwa

() = () = () (6.10)

Hal ini mengatakan bahwa

() = 0 jika dan hanya jika () = 0.


Dengan demikian; = penyelesaian persamaan (6.7) jika dan hanya jika m
akar karakteristik () = 0.
(i) Semua akar () = 0 real dan berlainan.
Katakan 1 , 2 , , menyatakan n buah akar real yang berbeda dari
() = 0 . Perhatikan bahwa 1 = 1 , 2 = 2 , , dan =
merupakan n buah penyelesaian bebas linear persamaan (6.7). dengan
demikian, penyelesaian umum persamaan (6.7) adalah
= 1 1 + 2 2 + + . (6.11)
(ii) Semua akar () = 0 real tetapi ada yang sama.
Katakan 1 = 2 = = = menyatakan ( ) buah akar real
yang sama dari () = 0 dan +1 , +2 , , menyatakan
buah akar yang berbeda dari () = 0 . Perhatikan bahwa 1 =
0 , 2 = 0 , , = 1 0 dan = +1 , , =
merupakan n buah penyelesaian bebas linear persamaan (6.7). dengan
demikian, penyelesaian umum persamaan (6.7) adalah

= 1 1 + 2 0 + 3 2 0 + + 1 0

++1 +1 + + . (6.12)

(iii) Ada akar () = 0 kompleks berlainan.


Katakan 1 = 2 = = = menyatakan ( ) buah akar real
yang sama dari () = 0 dan +1 , +2 , , 2 menyatakan 2
buah akar real yang berbeda dari () = 0, dan 1 = + , =
menyatakan dua akar kompleks berlainan () = 0. perhatikan bahwa
1 = 0 , 2 = 0 , , = 1 0 dan = +1 , , =

merupakan n buah penyelesaian bebas linear persamaan (6.7). dengan demikian,


penyelesaian umum persamaan (6.7) adalah
= 1 1 + 2 0 + + 1 0 + +1 +1

+ + 2 2 + 1 1 + . (6.13)

Perhatikan bahwa

= cos + sin .

Dengan demikian, penyelesaian yang berhubungan dengan akar-akar kompleks.


1 + + = [1 (cos + sin )

+ (cos + sin())]
= [(1 + ) cos + ((1 ) sin ]
= [1 cos + sin ]

Berdasarkan (6.13), diperoleh

: = 1 1 + 2 0 + + 1 0 + +1 +1

+ + 2 2 + [1 cos + sin ]. (6.14)


(iv) Ada akar () = 0 kompleks sama.
Katakan 1 = 3 = = 5 = + , 2 = 4 = = 6 = , 7 =
8 = = = , dan +1 , +2 , , menyatakan buah akar real
yang berbeda dari () = 0. Penyatakan umum persamaan (6.14) adalah
: = [1 cos + 2 sin ]
+ [(3 cos + 4 sin ) + (5 cos + 6 sin )
+ 7 0 + 8 0 + + 7 0 + +1 +1
+ + 2 2 + 1 1 + . (6.15)
Contoh 6.1

1. Selesaikan persamaan diferensial


2
2 = 0 (6.16)
2

Penyelesaian. Persamaan (6.16) ekuivalen dengan


(2 2) = 0
Persamaan karakteristiknya () = 2 2 . Akar-akar karakteristik
() = 0 adalah 1 = 1 dan 2 = 2 . Dengan demikian, penyelesaian
umum persamaan (6.16):
= 1 + 2 2 .
2. Selesaikan persamaan diferensial (2 1)(2 2) = 0.
Penyelesaian. Akar-akar karakteristik (2 1)(2 2) = 0 adalah
1 = 2 = 1, 3 = 2, dan 4 = 1 . Dengan demikian, penyelesaian
umum persamaan tersebut:
= (1 + 2 ) + 3 2 + 4 .
3. Selesaikan persamaan diferensial (4 + 2 ) = 0
Penyelesaian. Akar-akar karakteristik (4 + 2 ) = 2 (2 + 1) = 0 adalah
1 = 2 = 0, 3 = , dan 4 = . Dengan demikian, penyelesaian umum
persamaan tersebut:

= (1 + 2 ) 0 + (3 cos + 4 ) 0 1 + 2 + 3 cos + 4

4. Selesaikan persamaan diferensial (2 + 2 + 5)2 = 0.


Penyelesaian. Akar-akar karakteristik (2 + 2 + 5)2 = 0 adalah 1 =
2 = 1 + 2, 3 = 4 = 1 2 . Dengan demikian, penyelesain umu
persamaan tersebut:
= [(1 + 2 ) cos 2 + (3 + 4 ) 2)] .
6.2 Solusi PD Linear Order n dengan Koefisien Konstan Non
Homogen
Perhatikan kembali bahwa penyelesaian umu persamaan (6.2) adalah

= + , (6.17)

Dengan

(penyelesaian komplementer / complementer solution), yaitu


penyelesaian
Persamaan homogen (6.3) terkait persamaan (6.2).
(penyelesaian khusus / particular solution), yaitu penyelesaian yang
Memenuhi (6.2).

Pada bagian sebelumnya telah dipelajari menentukan penyelesaian komplementer


, sehingga tinggal menentukan penyelesaian khusus . Penentuan dapat
dilakukan dengan metode variasi parameter atau metode koefisien tak tentu atau
metode operator. Pada handout ini dipelajari metode variasi parameter atau
metode koefisien tak tentu.

6.2.1 Metode Variasi Parameter


Metode ini merupakan salah satu metode untuk menentukan penyelesaian khusus
untuk persamaan diferensial linear order n non homogen.
Perhatikan kembal persamaan (6.2), () = (), dengan 0 = 1, yaitu
mempunyai persamaan tereduksi (6.3), () = 0 jika = 1 1 () +
2 2 () + + () merupakan penyelesaian komplementer persamaan (6.3)
yang merupakan tereduksi dari persamaan (6.2), maka

= 1 ()1 () + 2 ()2 () + + () (). (6.18)

dengan 1 (), 2 (), , () ditentukan dengan menyelesaikan sistem n


persamaan linear berikut:

1 ()1 () + 2 ()2 () + + () () =
1 () 1 () + 2 () 2 () + + () () = 0
1 () 1 () + 2 () 2 () + + () () = 0
.
.
.
() 2 () () 2 ()
1 1 + 2 2 + + ()2 () = 0
{1 ()11 () + 2 ()21 () + + ()1 () = ()
Contoh 6.2 Tentukan penyelesaian persamaan diferensial

2
3 + 2 =
2

Penyelesaian: persamaan tereduksi persamaan diferensial (6.19) adalah


2
3 + 2 = 0
2

yang mempunyai penyelesaian

= 1 + 2 2 .

Berdasarkan , penyelesaian khusus

= 1 () + 2 () 2 ,

dengan

1 () + 2 () 2 = 0
{
1 () + 22 () 2 =

Karena itu

2 () 2 = atau 2 () = 3

Akibatnya

1 () = 2

Diperoleh
1 1
1 () = 2 2 dan 3 () = 3 3

Dengan demikian penyelesaian khusus persamaan (6.19)


1 1 1 1 1
= 2 2 3 3 = 2 3 = 6

Jadi penyelesaian umum persamaan (6.19)


1
: = 1 + 2 2 + 6 .
6.2.2 Metode Koefisien Tak Tentu
Pada metode ini, penyelesaian khusus ditentukan berdasarkan bentuk yang

muncul di dalam () di dalam (6.2).

1. Apabila () = dan

(i) Di dalam penyelesaian khusus tidak memuat suku dengan

(berarti = bukan akar karakteristik), maka

Dengan konstanta yang ditentukan berdasarkan persamaan (6.2).

(ii) Di dalam penyelesaian khusus memuat suku dengan 1

(berarti = akar karakteristik kembar kali), maka

= ,

Dengan konstanta yang ditentukan berdasarkan persamaan (6.2).

2. Apabila () = sin atau () = cos dan

(i) Di dalam penyelesaian khusus tidak memuat suku dengan sin

dan cos (berarti = bukan akar karakteristik), maka

= sin + cos ,

Dengan dan konstanta yang ditentukan berdasarkan persamaan

(6.2).

(ii) Di dalam penyelesaian khusus memuat suku dengan 1 sin

dan 1 cos (berarti = akar karakteristik kembar kali),

maka

= sin + cos ,

Dengan konstanta yang ditentukan berdasarkan persamaan (6.2).


3. Apabila () berupa suku banyak derajad dan
(i) Di dalam penyelesaian khusus tidak memuat suku banyak, maka
= 0 + 1 1 + + 1 +
Dengan 0 , 1 1 , , 1 , konstanta-konstanta yang
ditentukan berdasarkan persamaan (6.2).
(ii) Di dalam penyelesaian khusus memuat suku banyak derajad
1, maka
= (0 + 1 1 + + 1 + ),
Dengan 0 , 1 1 , , 1 , konstanta-konstanta yang
ditentukan berdasarkan persamaan (6.2).
4. Dalam hal () berbentuk jumlahan antara beberapa bentuk dari tiga
kejadian di atas, diambil sebagai perkalian masing-masing bentuk
penyusunannya.
5. Dalam hal () berbentuk perkalian antara beberapa bentuk dari tiga
kejadian di atas, diambil sebagai perkalian masing-masing bentuk
penyusunannya.

6.3 Persamaan Cauchy-Euler

Persamaan diferensial linear order n yang berbentuk

1
0 + 1 1 1 + + 1 + = (), (6.20)

dengan 0 , 1 , , konstanta-konstanta disebut Persamaan Cauchy-Euler.

Persamaan Cauchy-Euler dapat dibawa ke persamaan diferensial linear


order n dengan koefisien konstan sebagaimana diberikan di dalam Teorema 6.1

Teorema 6.1 Transformasi = membawa persamaan Cauchy-Euler (6.20)


menjadi persamaan diferensial linear order n dengan koefisien konstan.
BUKTI. Diberikan untuk = 2.

Diberikan persamaan Cauchy-Euler order 2.

2
0 2 2 + 1 + 2 = (). (6.21)

Diasumsikan > 0 . Substitusi = memberikan = ln , sehingga dengan


aturan rantai untuk = () dengan = ln , diperoleh

1
= =

dan


2 1 1 1 2 1
= + () = ( 2 ) 2
2

1 2 1 1 1 2
= ( 2 ) 2 = 2 ( 2 ).

Berarti

2 2
= dan 2 = (6.22)
2

Substitusi (6.22) ke (6.21), diperoleh a

2
0 ( 2 ) + 1 + 2 = ( )

atau

2
0 2 + 1 + 2 = (), (6.23)

dengan 0 = 0 , 1 = 1 0 , 2 = 2 dan () = ( ).

Perhatikan bahwa persamaan (6.23) merupakan persamaan diferensial linear order


dua dengan koefisien konstan.

Catatan: pada penurunan diasumsikan > 0. untuk < 0, digunakan substitusi


= .
Latihan 1.

1. Buktikan Teorema 6.1 untuk = 3.


2. Selesaikan persamaan diferensial homogen berikut!

a. (5 + 43 ) = 0 dengan =
3 2
b. + 4 2 = 0.
3

c. + = 0
d. (4) + 3 = 0.
e. ( 2 + 1) 2 + 2 = 0, jika = merupakan salah satu
penyelesaiannya.
f. 3 2 6 + 18 = 0
g. 2 4 + 4 = 0 , jika = merupakan salah satu
penyelesaiannya.
h. ( + 1)2 3( + 1) + 3 = 0, jika = + 1 merupakan salah
satu penyelesaiannya.
i. 3 + 2 2 10 8 = 0.
j. (2 + 1) 4( + 1) + 4 = 0, jika = merupakan salah satu
penyelesaiannya.
3. Selesaikan persamaan diferensial non homogen berikut!
a. + 3 10 = 6 4 .
b. + 4 = 3 sin .
c. 2 = 12 10.
d. 3 + 2 = 14 sin 2 18 cos 2
e. 2 + 2 = .
f. Jika k dan b konstanta positif, tentukan penyelesian umum persamaan
diferensial!
(2) + 2 =
g. (3 + 2 2) = + 2
h. (3 + ) = .

i. (3 + ) = 4 .

j. (3 + ) = 4

k. (3 32 + 3 1) = 2 2 3 17.

l. (3 32 + 3 1) = (2 2 3 17) .

m. (3 32 + 3 1) = 2 2 (3 + 17) 3.

n. (5 + 2 ) = 4.

o. (5 + 2 ) = ( + 1) .

p. (5 + 2 ) = + 2.

q. (5 + 2 ) = + 2.

r. (5 + 2 ) = + ( + 1) 2.

s. 2 2 + 2 = 3 .

t. 2 4 + 6 = 4 6.

u. 2 + 4 + 2 = 4 .

v. 2 + + 4 = 2 + .

w. 2 + + 4 = 2 .

x. 2 5 + 8 = 2 3 .

y. 3 4 2 + 8 8 = 4 .

Anda mungkin juga menyukai