Anda di halaman 1dari 14

Bab 1

Persamaan Diferensial Biasa Orde 1

1.1 Pengertian Umum


Suatu persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung
turunan-turunan baik turunan biasa maupun turunan parsial. Suatu persamaan
diferensial yang mengandung turunan biasa disebut Persamaan Diferensial Biasa
(ordinary diferensial equation). Sedangkan persamaan diferensial yang mengandung
turunan parsial disebut Persamaan Diferensial Parsial (partial diferensial equation).
Dalam topik ini akan dibahas cara mencari solusi persamaan diferensial biasa
yang banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh dalam membahas
gerak digunakan hukum Newton F= ma. Jika percepatan dituliskan sebagai a=dv/dt
dengan v adalah kecepatan, atau a=d2x/dt2 dengan x adalah perpindahan, maka hokum
Newton dapat dituliskan dalam persamaan diferensial.
Dalam catatan kuliah ini akan dibahas berbagai bentuk persamaan diferensial
biasa (PDB). Suatu PDB menggambarkan hubungan antara turunan dari suatu fungsi
yang biasanya disebut y dengan suatu variabel bebas yang disebut x. Solusi dari PDB
tersebut tentu merupakan fungsi x dan ditulis sebagai y(x).
Suatu PDB biasanya dikelompokkan berdasarkan karakteristik umumnya.
Pengelompokkan dapat dilakukan berdasarkan orde dari persamaan yaitu turunan
tertinggi dalam besaran y yang hendak dicari ketergantungannya terhadap variable x.
Persamaan yang didalamnya dinyatakan dalam dy/dx dan tidak memiliki turunan yang
lebih tinggi disebut PDB orde satu. Sedangkan persamaan yang turunan tertingginya
memiliki bentuk d2y/dx2 disebut PDB orde dua dan seterusnya. Dalam bab ini akan
dibahas PDB orde satu dan PDB orde dua akan dibahas dalam bab selanjutnya.
Bentuk umum dari PDB diperlihatkan dalam persamaan (1.1). Bentuk solusi
umum dari PDB adalah fungsi y(x) yang apabila dimasukkan kedalam PDB tersebut
akan memenuhi persamaan diferensial tersebut. Solusi didapat dengan mengintegrasi
dy/dx sehingga didapat fungsi y(x) dan konstanta C. Untuk PDB dengan orde yang
lebih tinggi, missal orde n, maka akan terdapat n buah konstanta.
Bentuk solusi yang masih dinyatakan dengan konstanta C disebut solusi umum.
Jika dimasukkan syarat batas, konstanta C akan memiliki harga tertentu. Solusi PDB

1
yang demikian disebut solusi khusus. Untuk PDB dengan orde n diperlukan n buah
syarat batas untuk menentukan harga dari n buah konstanta tersebut.
Sebagai contoh, gerak sebuah bendayang terikat pada ujung sebuah pegas dapat
dipandang sebagai suatu proses fisika dengan benda sebagai sistem dan pegas sebagai
lingkungannya. Besaran benda, dalam hal ini masanya m, dan kedudukannya x
sepanjang sumbu x; sedangkan besaran interaksi adalah gaya F = - kx, dengan k
ketetapan pegas. Hubungan antara besaran sistem dan interaksi ini patuh kepada hukum
kedua Newton, yang terumuskan dalam persamaan gerak :

d 2x
 kx  m 2 (1.1)
dt

Persamaan yang mengandung turunan sebuah fungsi, seperti Pers. (1.1), yang
mengandung turunan (kedua) variabel kedudukan x terhadap waktu t, sebagai variabel
bebas ukur, disebut persamaan diferensial. Jika suatu persamaan hanya mengandung
turunan biasa, ia disebut persamaan diferensial biasa, sedangkan jika mengandung
turunan parsial, disebut persamaan diferensial parsial. Sebagai suatu persamaan,
pemecahannya dalam hal ini adalah pernyataan eksplisit x = x(t), atau implisit f(x, t) =
0, yang memenuhi persamaan diferensial (1.1).

Persamaan diferensial muncul sebagai model matematika bagi berbagai gejala


fisika, kimia, kerekayasaan, biologi, bahkan pula ekonomi. Sebagian besar dari
persoalan ini sangat rumit untuk dipecahkan, yang mana memerlukan pula pengetahuan
mendalam mengenai bidang yang ditelaah dan matematika yang lanjut mengenai
persamaan diferensial. Disini kita hanya akan meninjau persoalan sederhana yang dapat
dipecahkan dengan metode yang sederhana pula.

Pada bab ini, kita hanya meninjau persamaan diferensial biasa, disingkat PDB;
sedangkan persamaan diferensial parsial ditinjau pada Fisika Matematika 3.
Selanjutnya, penyebutan persamaan diferensial dalam Bab ini dimaksudkan bagi
persamaan diferensial biasa bila tidak ada tambahan keterangan lain.

1.2 Persamaan Diferensial Biasa dan Pemecahannya

Suatu persamaan diferensial (biasa) secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :

2
f ( x, y, y1 , y 2 , ..., y ( n) )  0 (1.2)

dengan F adalah sebarang fungsi dari argumennya, dan y ( n)  d n y / dxn , adalah turunan
ke-n dari y terhadap x. Variabel disebut variabel bebas, sedangkan variabel y adalah
variabel tak bebas karena bergantung pada x, y = y (x).

Orde suatu persamaan diferensial adalah orde turunan tertinggi yang muncul di
dalamnya. Sebagi contoh :

2
d 3 y  dy 
  2xy 2  0 (1.3)
dx3  dx 

adalah suatu persamaan diferensial berorde tiga. Derajat dari suatu persamaan
diferensial adalah : pangkat tertinggi dari turunan tertinggi variabel takbebasnya,
setelah pangkat pecahan semua turunannya dibulatkan. Sebagai contoh,

d 2 y  dy 
    2xy  0 (6.4)
dx2  dx 

adalah persamaan diferensial berorde dua dan berderajat 2. ini dilihat sebagai berikut :
pisahkan suku bertanda akar ke ruas kanan, kemudian dikuadratkan!

Bila variabel takbebas, misalnya y dalam (1.2), dan semua turunannya


berderajat satu, dan pula tak saling mengalikan, maka persamaan diferensial yang
bersangkutan disebut linear, bentuk umum persamaan diferensial linear orde-n adalah :

an y n  ... a2 y ( 2)  a1 y (1)  a0 y  b  0 (1.5)

dengan semua koefisien a0 , a1 , ..., an , dan b adalah tetapan atau fungsi dari variabel

bebas x. Koefisien an  0.

Pemecahan satu solusi dari suatu persamaan diferensial (dengan variabel bebas
x dan variabel tak bebas y) adalah suatu hubungan antara y dan x, secara eksplisit y = f
(x), atau implisit f (y, x) = 0, yang bila disisipkan kembali ke dalam persamaan
diferensialnya menghasilkan suatu identitas.

3
CONTOH 1.1 Hubungan

y  c1 cos x  c2 sin x (1.6)

adalah pemecahan dari persamaan diferensial

d2y
 y 0 (1.7)
dx2

Karena jika fungsi y pada Pers (1.6) disisipkan ke dalam (1.7), kita peroleh :

- (c1 cos x  c2 sin x )  (c1 cos x  c2 sin x )  0

yang adalah suatu identitas.

Pemecahan persamaan diferensial sederhana berikut : dy/ dx = f(x), dapat


diperoleh dengan integrasi langsung,

y   f ( x) dx  c (1.8)

yang mengandung satu tetapan (integrasi) sebarang C. Pemecahan persamaan


diferensial orde dua : y ( 2)  g ( x) dapat diperoleh dengan mengintegrasikan terhadap x
dua kali untuk memperoleh y, yang mengandung berorde n, melibatkan n- kali interasi.
Karena tiap integrasi memunculkan satu tetapan integrasi, maka pernyataan akhir bagi
hubungan antara variabel takbebas y dan variabel bebas x akan mengandung n buah
tetapan sebarang.

Selain itu, pemecahan dengan satu atau beberapa tetapan integrasinya diberi
nilai tertentu, nol misalnya, memenuhi pula persamaan diferensial yan bersangkutan.
Berdasarkan kenyataan ini, kita bedakan dua jenis pemecahan suatu persamaan
diferensial berorde n :

(a). Pemecahan umum, yang mengandung semua tetapan bebas sebarang.

(b). Pemecahan khusus, yang diperoleh dari pemecahan umum dengan beberapa atau
semua tetapan bebasnya diberi nilai tertentu.

4
1.3 PDB Orde Satu : Variabel Terpisahkan

Jika persamaan diferensial orde satu :

dy
f1 ( x, y)  f 2 ( x, y)  0 (1.9)
dx

Dapat disederhanakan ke dalam bentuk diferensial :

f ( y) dy  g ( x) dx  0 (1.10)

maka pemecahan umumnya adalah :

 f ( y) dy   g (x) dx  c (1.11)

dengan c adalah tetapan bebas sebarang. Pernyataan ini tersederanakan (1.10) disebut
berada dalam bentuk variabel terpisahkan, dengan faktor pengali dy adalah semata-
mataa fungsi dari y, dan faktor dx hanyalah fungsi dari x.

CONTOH 1.2. Pecahkan persamaan berikut :

dy
( x 1)  x ( y 2 1)
dx

PEMECAHAN :

Tuliskan kembali ke dalam bentuk diferensial :

( x 1) dy  x ( y 2 1) dx  0

Persamaan ini dapat diubah ke dalam bentuk variabel terpisahkan dengan



mengalihkannya dengan 1/ ( x  1) ( y 2 1) : 
dy xdx
 0
( y 1) ( x  1)
2

Integrasikan, kita akhirnya peroleh pemecahan :

arctan y  x  ln | x 1 |  c, atau y  tan x  ln | x  1 |  c]

CONTOH 1.3

5
Laju peluruhan suatu bahan radioaktif bergantung pada jumlah atom N, yang tersisa
pada saat t. Jika semulanya, pada t = 0, terdapat N0 buah atom, carilah jumlah atom
yang berada pada saat t.

PEMECAHAN :

Persamaan diferensial bagi persoalan ini adalah :

dN
 N (1.12)
dt

Tetapan  mengatur laju peluruhan per atom, yang dikenal sebagai tetapan peluruhan ;
sedangkan tanda (-), menunjukan bahwa jumlah bahannya kurang. Ubahkan ke dalam
bentuk variabel terpisahkan :

dN
  dt
N

Kemudian integrasikan, memberikan :

ln N   t  C' , atau N  Ce t (1.13)

Dengan C = e C ' suatu tetapan. Karena pada saat awal t = 0, kita diberi tahu bahwa N =
N 0 , maka

N  N 0 e t (1.14)

Pemecahan (1.13) adalah pemecahan umum persamaan diferensial (1.12), sedangkan


(1.14) adalah pemecahan khususnya.

1.4 PDB Orde Satu: Homogen

Suatu persamaan diferensial yang variabelnya tak terpisahkan, kadang-kadang dapaat


ditranformasikan ke suatu variabel baru dalam mana persamaannya terpisahkan. Ini
berlaku bila persamaannya dapat dituliskan kedalam bentuk

dy
 f ( x, y) (1.15)
dx

6
Dengan F (x, y) adalah suatu fungsi homogen (berderajat nol). Artinya, bila  adalah
sebarang paremeter, maka

F (x, y)  F ( x, y) (1.16)

Persamaan (1.15) dengan demikian disebut persamaan diferensial homogen.

Bila kita memilih  1/ x Pers. (1.15) teralihkan menjadi :

dy y
 F (1, ) (1.17)
dx x

Untuk mengalihkan Pers (1.17) selanjutnya ke dalam persamaan yang


variabelnya terpisahkan, kita perkenalkan variabel baru :

y
v (1.18)
x

dy dv
Maka, y = vx,  v  x , sehingga persamaan (1.17) menjadi
dx dx

dv
v x  G (v) (1.19)
dx

dengan G(v) = F (1, v), yang dapat disusun kembali ke dalam bentuk variabel
terpisahkan :

dx dv
 0 (1.20)
x v  G(v)

Setelah Pers. (1.20) dipecahkan bagi v, pemecahan Pers. (1.17) bagi y kita peroleh
kembali dari Pers. (1.18), yakni y = vx.

dy x 2  y 2
CONTOH 1.4 : Pecahkan  .
dx xy

PEMECAHAN :

7
x2  y 2
Disini, F (x, y) = . Karena F (x, y) = F (x, y), maka persamaan
xy
diferensial ini adalah homogen. Dengan memilih  1 / x, kita peroleh

dy 1  ( y / x) 2

dx ( y / x)

sisipkan v = y/ x, atau y = vx, persamaan ini beralih ke bentuk (1.17) dengan G(v) =
(1  v 2 ) / v. Sisipkan G(v) ke dalam Pers. (1.20) memberikan persamaan diferensial :

dx
vdv  0
x

Integrasikan :

1
ln | x |  v 2  C
2

sisipkan kembali v- y/ x, kita peroleh pemecahan akhir y dalam bentuk implisit :

y 2  2x 2 ln | x |  cx 2

6.5 PDB Orde Satu: Linear

Sebuah persamaan diferensial linear orde pertama selalu dapat dialihkan ke bentuk
baku :

dy
 P ( x) y  Q ( x) (1.21)
dx

Tetapi, pada umumnya, bentuk ini tak dapat dipecahakan dengan menggunakan metode
pemisahan variabel yang dibahas di depan.

Metode yang ditempuh untuk memecahakan Pers. (1.21) adalah mencari suatu
fungsi   (x) sedemikian hingga jika Pers. (1.21) dikalikan dengan  , ruas kiri
menjadi turunan dari hasil kali y. Jadi, setelah (1.21) diperkalikan dengan  ,

dy
 Py Q (1.22)
dx

8
kita paksakan  memenuhi persamaan

dy d
 Py  (y) (1.23)
dx dx

sehingga dalam  Pers. (1.21) tersederhanakan menjadi :

d
(y) Q
dx

Pemecahannya adalah

y   Q dx  C
(1.24)

dengan C sebuah tetapan integrasi.

Fungsi  pada Pers. (1.24) ditentukan dari pemecahan Pers. (1.23). Bila ruas
kanannya kita uraikan kemudian hapuskan suku yang sama pada kedua belah ruas,
syarat yang harus dipenuhi  tersederhanakan menjadi

d
P (1.25)
dx

Karena, P = P(x) diketahui, maka dengan menerapkan metode pemisahan variabel, kita
peroleh pemecahan :

  exp ( Pdx) (1.26)

Perhatikan, tetapan integrasinya telah dipilih sama dengan 1, karena selalu dapat
diserap dalam tetapan C pada pemecahan (1.24). Fungsi ini disebut faktor integrasi
Pers. (1.21). Karena fungsi P dan Q keduanya diketahui, maka pemecahan (1.24) dari
Pers. (1.21), dengan  diberikan oleh (1.26), dapat dihitung.

dy
CONTOH 1.5 Pecahkan persamaan diferensial  xy  x
dx

PEMECAHAN

Di sini P(x) = x , dan Q(x) = x. Kita hitung dahulu,

9
1
 P( x) dx   xdx  2 x
2

(Perhatikan bahwa tetapan integrasinya tidak disertakan). Maka faktor integrasinya


adalah :

1 2
x
 ( x)  e 2

Dengan menghitung,

y  Q dx  C   xe
1 x2 1 x2
2
dx  C  e 2
C

maka pemecahan persamaan diferensial ini adalah :

y 1 Ce (1/ 2) x
2

PERSAMAAN BERNOULLI

Salah satu persamaan talklinear yang dapat disederhanakan melalui tranformasi


variabel ke bentuk linear orde satu (6.21) adalah persamaan diferensial Bernoulli :

dy
 F ( x) y  G( x) y n (1.27)
dx

dengan n sebarang bilangan real tetap.

Persamaan Bernoulli (1.27) dapat dialihkan ke bentuk linear (1.21) dengan


melakukan transformasi pada variabel tak bebas y :

y  u (1.28a)

dengan u = u(x) suatu variabel tak bebas baru, dan  sebuah tetapan yang akan
ditentukan berdasarkan syarat agar persamaan diferensial yang dipenuhi variabel tak
bebas u berbentuk linear (1.21). Dari (1.28a) diperoleh :

10
dy
  u  1 (1.28b)
dx

Sisipkan (1.28a) dan (1.28b) ke dalam Pers. (1.27) memberikan :

du 1 1
  F ( x) u  G( x) u1 ( n1)  (1.30)
dx  

Benruk baku (1.27) terpenuhi jika ruas kanan tak bergantung pada u, yaitu dengan
memilih pangkat :

1
1 (n  1)   0 atau  (1.30)
(1  n)

Sisipkan (1.30) ke dalam Pers. (1.29) diperoleh persamaan linear orde satu dalam
variabel u :

du
 (1 n) F ( x) u  (1 n) G ( x) (1.31)
dx

ini adalah bentuk baku (1.21) dengan P(x) = (1-n) F(x) dan Q(x) = (1-n) G (x).

Jika u = u(x) adalah pemecahan Pers. (1.31), maka pemecahan persamaan


diferensial semula (1.27) diperoleh dari transformasi Pers. (6.28). dengan  1/ (1 n),
yakni :

y  u( x)1/ (1n) (1.32)

CONTOH 1.6

dy
Pecahkan persamaan diferensial :  y  xy 2 / 3
dx

PEMECAHAN

Permasalahan diferensial soal ini adalah persamaan Bernoulli dengan n = 2/ 3,


F(x) = 1, dan G(x) = x. Dengan transformasi :

11
y  u1/ (1n)  u 3

Persamaan diferensial soal teralihkan menjadi :

du 2 2 du 1 1
 (1  ) (1) u  (1  ) x, atau  u  x
dx 3 3 dx 3 3

Untuk memecahkannya kita hitung dahulu faktor integrasinya yang menurut (1.26)
adalah :

 1 
  exp  ( ) dx   e x / 3
 3 

Jadi, pemecahan PDB u di atas, menurut (1.24). adalah :

1
e x / 3 u   e x / 3 ( x) dx  C  ( x  3) e x / 3  C
3

atau

u  ( x  3)  Ce  x / 3

Dengan demikian, pemecahan persamaan diferensial soal ini, dalam y, adalah :


y  u 3  ( x  3)  Ce  x / 3 
3

ORDE DUA KE BERNOULLI

Persamaan diferensial taklinear orde dua berikut :

2
d2y  dy 
 f ( y)    g ( y)  0 (1.33)
 dx 
2
dx

dapat dialihkan ke bentuk persamaan Bernoulli (1.27), melalui transformasi variabel :

dy
u (1.34a)
dx

d 2 y du dy du du
2
  u (1.34b)
dx dx dx dy dy

12
Di bawah ini transformasi (1.34), Pers. (1.33) teralihkan ke bentuk :

du
u  f ( y) u 2  g ( y)  0
dy

atau

du
 f ( y) u  g ( y) u 1 (1.35)
dy

yang adalah persamaan Bernoulli untuk variabel takbebas u terhadap variabel bebas y,
dengan n = -1, P(y), dan Q(y) = g(y).

Jika u = u(y) adalah pemecahan persamaan Pers. (1.35), maka pemecahan


semula y diperoleh dengan mengintegrasikan Pers. (1.34a), yakni :

dy
 u ( y)  x  C (1.36)

CONTOH 1.7

Contoh persoalan fisika menarik yang menyangkut Pers. (1.33) adalah yang
berhubungan dengan gerak sebuah benda bermassa m di bawah pengaruh gaya pegas Fp
= -kx, dan gaya gesek yang berbanding lurus dengan kuadrat kecepatannya, Fq = ± lv2
dengan v = dx/ dt, dan tanda ± menyatakan arah gaya gesek yang melawan arah gerak
atau kecepatan v ( + bila v ke kiri, - bila v ke kanan). Persamaan geraknya adalah :

Fp  Fq  ma

dengan a = (d2x/ dt2) percepatan benda. Sisipkan pernyataan masing-masing gaya kita
peroleh persamaan :

2
 dx  d 2x
 kx 1   m 2 (1.37)
 dt  dt

Perhatian, disini t adalah variabel bebas, sedangkan x variabel takbebas. Lakukan


transformasi variabel :

dx d 2x du
 u, 2  u (1.38)
dt dt dx

13
kemudian sisipkan (1.38) ke dalam persamaan diferensial (1.37), kita dapat u
memenuhi persamaan Bernoulli :

du
 (1 / m) u   (k / m) u 1 (1.39)
dx

dengan n = -1. Pemecahan berikutnya dapat dicari, mengikuti 1.6 di atas, dan
pemecahan persamaan semula diperoleh melalui integrasi Pers. (1.38), yakni :

dx
 u( x)  t  C (1.40)

14

Anda mungkin juga menyukai