3)
Arang aktif dari tempurung kelapa telah dilaporkan sebagai adsorben yang baik untuk
menurunkan logam Cr(VI), Cr(III), As(V) (Gueu et al.,2007) dan penurunan Pb dan
pewarna kationik (Pino,et al.; 2006). Menurut Rahman & Saad (2003) pengaktifan karbon
aktif tanpa penambahan bahan kimia akan menghasilkan karbon aktif yang tidak maksimal
dalam proses adsorbsinya dibandingkan dengan pengaktifan menggunakan bahan kimia seperti
ZnCl2. Ini terlihat pada jumlah adsorbat yang teradsorpsi, pada karbon aktif teraktifkan
dengan ZnCl2 dapat mengadsorpsi sebesar 98%, sedangkan tanpa bahan kimia 50%.
Bahan :
Prosedur :
- Pembuatan Komposit
Bahan kitosan beads/komposit beads dimasukkan dalam 60 mL asam asetat 2% diaduk sampai
homogen selama 4 jam pada suhu kamar. Campuran dipipet menggunakan pipet tetes ke
dalam beaker glass yang berisi 500 mL NaOH 0,5 M dan diaduk dengan stirrer selama 24 jam.
Larutan yang terbentuk didiamkan selama 30 menit sampai terbentuk gel. Gel kitosan
beads/komposit beadsdisaring dan dicuci dengan aquademin sampai bersih (ditandai
dengan pH netral pada filtrat). Gel dengan pH netral dikeringkan pada suhu kamar selama
24 jam. Residu kering digerus dan diayak dengan ayakan 100 mesh. Karakteristik gugus
fungsi komposit beads dianalisis dengan menggunakan FT-IR. Karakteristik permukaan
arang aktif, kitosan beads, dan komposit beadsdianalisis dengan menggunakan SAA.
- Adsorpsi
Penentuan kondisi adsorpsi ion Cu(II) optimum dilakukan dengan menggunakan variasi
pH 4,5,6,7, dan 8 pada larutan Cu(II) 200 mg/L interaksi dilakukan selama 50 menit. Optimasi
waktu kontak dilakukan pada larutan Cu(II) 200 mg/L pH optimum dengan variasi waktu kontak
30,60,90,120, dan 150 menit. Optimasi konsentrasi dilakukan pada larutan Cu(II) dengan variasi
konsentrasi 10,20,30,40,50,60,70,80,90, dan 100 mg/L pada pH optimum dengan waktu
kontak optimum.
Hasil :
SUMBER 2 (s.2)
Tempurung kelapa yang telah menjadi arang akan menghasilkan sebagian besar karbon sebesar
57.11 %, oksigen 42.67 %, dan material lain sebesar 0.23% (Wachid et al., 2014).
- Senyawa oksidator seperti asam sulfat dengan konsentrasi 98%, asam nitrat dan kalium
permanganat.
- Green dan Hersam berhasil mensintesis graphene dari grafit menggunakan sodium
cholate sebagai surfaktan. Hasil eksfoliasi tersebut menyebabkan terbentuknya graphene
yang hanya terdiri dari satu layer
Sintesis :
Arang dari tempurung kelapa berbentuk cip, selanjutnya ditimbang sebanyak 15 gram dan
dicampur dengan serbuk karbon aktif. Selanjutnya ditanur pada suhu 600° C selama 1 jam.
Selanjutnya diayak dengan mengggunakan ayakan dengan ukuran 150 mesh guna memisahkan
arang tempurung kelapa dengan karbon aktif. Tempurung kelapa dicuci dengan aquadest
hingga bersih dan dikeringkan pada oven suhu 70° C. Selanjutnya, dikarakterisasi
menggunakan XRD, XRF, SEM-EDX, dan BET.
Hasil :
Karbon aktif mampu mereduksi oksida grafena menjadi grafena namun belum berlapis tunggal.
SUMBER 3 (s.1)
Bahan :
Prosedur :
Hasil :
CATATAN :
Graphene oxide yang masih memiliki gugus fungsi –OH memiliki luas permukaan sebesar
278,30 m2 /g. Sedangkan setelah direduksi menjadi graphene dengan menghilangkan gugus
fungsi –OH, luas permukaannya sedikit turun menjadi 234,1 m2 /g. (Kim dkk, 2014).
AKTIVATOR :
1. H3PO4
Sampel yang sudah menjadi arang ditimbang 10 g lalu direndam dalam 100 mL larutan
dengan konsentrasi bahan pengaktif asam fosfat yang akan digunakan adalah 3 M lalu di
beri waktu perendaman selama 24 jam. Setelah sampel selesai direndam kemudian disaring
menggunaka kertas Whatman 42 dan dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C sampai
berat konstan. Karbon aktif yang telah dihasilkan dicuci menggunakan akuadest sampai
filtrat mempunyai pH netral, diukur menggunakan kertas pH universal. Setelah dicuci,
karbon aktif tersebut selanjutnya dikeringkan dengan oven pada suhu 110°C sampai berat
konstan (Kurniawan dkk. 2014)
Catatan : Menurut Ip dkk (2008), aktivator H3PO4 berada pada rentang suhu aktivasi 600 dan
900 0C tanpa kehadiran oksigen. Jika suhu aktvasi tidak digunakan pada suhu tersebut, maka
aktivator tidak dapat bereaksi dengan secara optimum dengan karbon saat proses aktivasi untuk
membentuk pori-pori
2. KOH
- Tempurung kelapa
KOH padat dihancurkan menggunakan mortar dan alu kemudian dicampur dengan raw
material dengan perbandingan massa KOH : raw material 4:1 pada furnace dengan dialiri
gas N2.
- Kalsinasi ke-1 : temperatur 400°C selama 1 jam
- Kalsinasi ke-2 : temperatur 800°C selama 3 jam.
(pada temperature 600°C KOH habis bereaksi)
(pada temperature 700°C terdekomposisi menjadi K2O dan CO2)
(pada temperature 800°C terdekomosisi menjadi kalium)
- Kulit salak
Kemudian dilanjutkan dengan aktivasi menggunakan larutan KOH (20%-b larutan)
dengan perbandingan massa kulit salak dan KOH sebesar 1:4, kontak dilakukan selama
20 jam dan selanjutnya dikeringkan dalam oven 110°C selama 24 jam. Setelah kering,
karbon aktif dikarbonisasi akhir pada suhu 300°C selama 1 jam (Hartanto, 2010).
Kemudian akan dicuci dengan HCl 1 M dan akuades hingga air pencucian mencapai pH
6-7 dan diakhiri dengan pengeringan dalam oven 110°C selama 2 jam (Apecsiana, 2016).
Catatan : aktivator KOH dapat bekerja maksimal pada suhu 700 - 800°C dengan lama waktu
tingggal 1 jam dan perbandingan KOH : C sekitar 3 sampai 4. KOH didapat bahwa semakin
besarnya suhu karbonisasi maka semakin meningkat juga bilangan iodin yang diserap
3. ZnCl2
aktivator ZnCl2 suhu karbonisasi 400°C dengan perbandingan berat ZnCl2 : C adalah 2:1.