Anda di halaman 1dari 5

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIII (SNTTM XIII)

Depok, 15 – 16 Oktober 2014

Analisis Getaran pada Model Rotor dengan Pendekatan Disk Tipis/Tebal

Jhon Malta1, a , Getar Elba Perjaka2,b , Mulyadi Bur3,c


1
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Indonesia
2
Alumni, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Indonesia
3
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Indonesia
Email: jhonmalta@ft.unand.ac.id, bgetarelbaperjaka37@yahoo.com, cmulyadibur@ft.unand.ac.id
a

Abstrak

Pada penelitian ini dilakukan kaji numerik terhadap model modifikasi Laval/Jeffcott rotor. Pada kelompok
pertama model rotor ini, massa poros rotor diasumsikan menjadi massa disk tipis di mana perbandingan
inersia massa aksial disk dengan inersia massa polar disk lebih kecil dari satu. Selanjutnya pada kelompok
kedua adalah rotor dengan masa disk tebal, di mana perbandingan inersia massa aksial disk dengan inersia
massa polar disk lebih besar dari satu. Dengan massa disk konstan, sedangkan ketebalan disk divariasikan,
maka diameter disk juga disesuaikan dengan perubahan dimensinya, sehingga pengaruh momen gyroskopik
akan berbeda-beda pada masing-masing model rotor. Berdasarkan analisis getaran pada model rotor
berputar, diperoleh eigen value rotor dalam fungsi kecepatan putar yang ditampilkan pada diagram
Campbell. Pada diagram ini terlihat bahwa putaran motor pada disk tipis tidak pernah mencapai eigen value
ke empat rotor berputar. Dari hasil simulasi terlihat bahwa semua model rotor bersifat stabil, karena nilai riil
dari eigen value selalu nol. Rotor dengan perbandingan inersia massa aksial disk dengan inersia massa polar
disk mendekati nilai 0.76 dari batas disk tipis-tebal memiliki eigen value yang lebih tinggi dibandingkan
dengan rotor dengan disk sangat tipis/sangat tebal.

Kata kunci : Laval/Jeffcott rotor, eigen value, momen gyroskopik, disk tipis/tebal

Latar belakang Rotor dengan Momen Gyroskopik


Analisis karakteristik dinamik rotor sudah mulai Rotor yang diasumsikan memiliki empat derajat
dilakukan sejak tahun 1883 oleh Gustaf De Laval, kebebasan berasal dari sebuah disk yang dapat
yang dikenal sebagai Laval rotor. Pada penelitian bergerak arah vertikal dan arah horizontal dan dua
lain yang terpisah dilakukan oleh H.H. Jeffcott arah gerak lagi dengan memasukkan efek dari
pada tahun 1919, di mana modelnya disebut momen gyroskopik dari masing-masing sumbu
dengan Jeffcott rotor [1,2,3]. tersebut. Momen gyroskopik muncul karena
Model Laval rotor ataupun Jeffcott rotor adanya gerakan rotasi pada rotor, di mana arah
merupakan pemodelan rotor yang paling gerak disk tidak sejajar dengan arah gravitasi
sederhana, di mana sebuah rotor dimodelkan bumi, melainkan tegak lurus terhadap poros.
sebagai sebuah disk tipis yang dipasang pada Rotor yang mengalami momen gyroskopik dapat
sebuah poros tak bermassa dan ditumpu dengan dilihat pada Gambar 1, di mana, model rotor jepit
tumpuan sederhana. Pemodelan yang bebas diputar dengan putaran konstan (Ω), dan
menggunakan basis Laval rotor atau Jeffcott rotor posisi disk membentuk sudut precision θY.
sudah banyak dikembangkan. Compos [4], telah
melakukan investigasi getaran rotor dengan model ϴy
Jeffcott rotor untuk membandingkan hasil analisis
eksperimental dan numerik dengan menggunakan x’
Lagrangian Bond Graph untuk penurunan
persamaan differensial gerak dari sistem rotor. Ω z
Selain itu, model Jeffcott rotor digunakan oleh
Wedyan, dkk [5] untuk meneliti putaran rotor
untuk menghitung kestabilan rotor. Selanjutnya, x
aplikasi model Laval/Jeffcott rotor dengan disk
tebal pun sudah banyak diterapkan dalam analisis z
rotor [6,7]. Meskipun demikian, kajian batasan Gambar 1 Model rotor dengan momen gyroskopik
penggunaan disk tipis/tebal belum diteliti secara
mendalam.
ISBN 978 602 98412 3 7  44
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIII (SNTTM XIII)
Depok, 15 – 16 Oktober 2014

Metodologi
Pada dasarnya model Laval/Jeffcott rotor
menggunakan asumsi rotor dengan disk tipis dan
poros tak bermassa. Pada penelitian ini, massa
poros total diasumsikan sebagai massa disk. h
Untuk model rotor dengan disk tipis, maka jari-
jari disk akan lebih besar dan jika disknya E = 210 GPa; L = 0.25 m; d = 15 mm
dimodelkan menjadi lebih tebal maka diameter
disknya akan lebih kecil. Gambar 3 Rotor modifikasi: massa porosnya
Model rotor yang akan dianalisis di sini dipindahkan ke massa disk
merupakan penyederhanaan dari rotor dengan
propeller (i.e. rotor turbin angin). Bentuk Dalam analisis, sebuah disk dapat ditentukan
penyederhanaan rotor ini dapat dilihat pada sebagai disk tipis atau tebal berdasarkan besaran
Gambar 2. momen inersia massa aksial (Ja) dan momen
inersia massa polar (Jp). Berdasarkan referensi [2],
d=15 mm disebutkan bahwa jika momen inersia massa polar
D=50 mm lebih besar dibandingkan momen inersia massa
aksial (Jp > Ja), maka disk dapat dikatakan tipis
h1=178.5 mm h2=142.9 mm
dengan batasan nilai terendahnya yaitu Jp= 2Ja.
Jika momen inersia massa polarnya lebih kecil
Gambar 2 Model rotor aktual dibandingkan dengan momen inersia massa
aksialnya (Jp < Ja), maka disk bisa dikatakan
Rotor turbin angin sederhana biasanya ditumpu tebal.
dengan dua buah bearing yang jaraknya tidak Momen inersia massa aksial dapat dihitung
terlalu jauh. Dengan asumsi seperti ini maka dengan menggunakan Pers. 1, sedangkan momen
kondisi poros di antara dua bearing tersebut cukup inersia massa polar dapat ditentukan dengan
kaku, sehingga bagian poros yang menjorok menggunakan Pers. 2.
keluar (overhang) dapat diasumsikan dengan
= 3 +ℎ (1)
poros jepit. Bagian poros ini digunakan sebagai
tempat propeller. Bagian poros dan propeller itu
sendiri dapat diasumsikan menjadi poros dengan = (2)
diameter yang lebih besar (massa propeller
dimodelkan menjadi massa poros yang Berdasarkan Pers. 1 dan 2, untuk kondisi
ditempatkan di ujung poros). Jp = Ja , maka diperoleh
Untuk membuat model matematik dari rotor
pada Gambar 2, masih diperlukan penggunaan
3 +ℎ = , (3)
asumsi untuk penyederhanaan model. Dengan
penggunaan pendekatan model Laval/Jeffcott
rotor, maka massa poros dapat diasumsikan sehingga untuk disk tebal berlaku hubungan
menjadi massa disk, dengan catatan massa total ℎ > √3. (4)
sistem rotor tetap konstan. Disk ditempatkan di
titik berat poros dengan diamater besar (i.e. posisi Selanjutnya, dalam analisis getaran rotor
propeller pada poros), sehingga panjang poros persamaan differensial gerak sistem rotor harus
L=0.25 m. Dalam analisis rotor, ketebalan disk diturunkan terlebih dahulu, dengan asumsi
divariasikan mulai dari 0.01 m sampai ketebalan redaman luar dan redaman dalam tidak
yang sama dengan panjang poros. Dengan massa diperhitungkan. Berdasarkan referensi [2], telah
konstan, maka setiap variasi ketebalan disk (h), dijelaskan dengan rinci penurunan persamaan
jari-jari poros (R) juga akan berubah, sehingga differensial gerak sistem rotor jepit seperti pada
inersia massa aksial Ja dan inersia massa polar Jp Gambar 3, sehingga di sini tidak perlu dibahas
disk juga akan berbeda untuk masing-masing lebih jauh. Persamaan differensial gerak sistem
variasi. rotor tersebut adalah

+ + = (5)

ISBN 978 602 98412 3 7  45
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIII (SNTTM XIII)
Depok, 15 – 16 Oktober 2014

di mana [M] adalah matriks massa sistem rotor Tabel 1 Formula dan besaran momen inersia
dengan koefisien matriks massa terdiri dari massa penampang dan kekakuan poros
disk dan inersia massa aksial disk, yaitu
0 0 0 Formula Nilai
0 0 0
= 0 . (6) 2.485 E-9 m4
0 0 =
64
0 0 0
12
Selanjutnya matriks gyroskopik [G] merupakan = 4.008 E+5 N/m
fungsi dari kecepatan putaran rotor yaitu
0 0 0 0 6
5.009 E+4 N
=
0 0 0 0
= 0 Ω . (7)
0 0 4
0 0 Ω 0 = 8.349 E+3 Nm

Matriks kekakuan poros [K] disusun


berdasarkan kelenturan poros yang tergantung Dalam penghitungan eigen value, vektor matriks
pada modulus elatisitas (E) material poros, inersia gaya tidak diperhitungkan. Untuk memudahkan
penampang poros, dan panjang poros (L), dengan dalam penghitungan eigen value sistem rotor
koefisien matriks kekakuan adalah dalam fungsi kecepatan putaran poros, persamaan
0 0 differensial gerak rotor disusun dalam bentuk
state-space, dan hasilnya ditampilkan dalam
0 0
= . (8) diagram Campbell.
0 0
0 0 Hasil dan Pembahasan
Penentuan eigen value untuk setiap variasi
Besaran koefisien matriks kekakuan K11, K12, K22 model rotor dihitung berdasarkan persamaan
ditentukan berdasarkan Tabel 1. homogen pada Pers. 5 di mana vektor matriks
Selanjutnya matriks-matriks vektor gaya sama dengan nol. Hasil eigen value masing-
perpindahan, kecepatan, dan percepatan ditulis masing variasi ketebalan disk rotor dicantumkan
secara berurutan sebagai berikut pada Tabel 2.

Tabel 2 Eigen value rotor dengan variasi


= ; = ; = , (9) ketebalan disk

Jari-
dan vektor gaya {F} berisikan gaya sentripetal Tebal ωn1 , ωn3 ,
jari
yang berasal dari massa tak seimbang pada disk, disk Ja / Jp ωn2 ωn4
disk
yaitu [m] [rad/s] [rad/s]
[m]
0.01 1225.8
194.10
0.0997 0.5017 2
= . (10)
0 0.02 1677.4
198.28
0 0.0705 0.5134 3
0.03 1980.3
199.60
0.0576 0.5453 6
0.04 2162.0
200.13
0.0498 0.6073 2
0.05 2233.1
200.30
0.0446 0.7097 9
0.052 2236.4
200.31
0.0437 0.7358 5
0.054 2236.4
200.31
0.0429 0.7641 9
0.056 2233.5
200.30
0.0421 0.7945 5

ISBN 978 602 98412 3 7  46
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIII (SNTTM XIII)
Depok, 15 – 16 Oktober 2014

0.058 2227.8
200.29 202
0.0414 0.8272 5
200
0.06 2219.6
200.27 198
0.0407 0.8623 4
0.07 2148.8 196

Eigen value [rad/s]


200.10
0.0377 1.0753 2 194

0.08 2046.5 192


199.81
0.0352 1.3587 1 190

0.09 1931.4
199.43 188
0.0332 1.7227 4 186
0.10 1815.1
198.97 184
0.0315 2.1772 9 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
Tebal disk [m]
0.11 1704.0
198.43 Gambar 4 Eigen value ke-1 dan ke-2 model rotor
0.0301 2.7324 1
0.12 1600.8 dengan variasi ketebalan disk
197.82
0.0288 3.3983 0
0.13 1506.5 2400
197.15
0.0276 4.1849 4 2200

0.14 1421.1
196.42 2000
0.0266 5.1023 6
0.15 1344.1
Eigen value [rad/s]

1800
195.63
0.0257 6.1607 5 1600

0.16 1274.7
194.79 1400
0.0249 7.3700 5
0.17 1212.1 1200
193.87
0.0242 8.7403 8 1000

0.19 1104.6
191.94 800
0.0229 12.0042 0 0 0.05 0.1 0.15
Tebal disk [m]
0.2 0.25

0.21 1016.1
189.80 Gambar 5 Eigen value ke-3 dan ke-4 model rotor
0.0218 16.0329 4
dengan variasi ketebalan disk
0.23 0.0208 20.9069 187.50 942.71
0.25 0.0199 26.7068 185.04 881.14 Selanjutnya, pada diagram Campbell seperti
pada Gambar 6 dan 7 diperlihatkan besaran eigen
Pada Tabel 2 dicantumkan nilai eigen value value sistem rotor berputar terhadap putaran
ω1, ω2, ω3, dan ω4 sistem rotor. Besaran ω1 poros. Untuk rotor dengan poros bulat dalam
dengan ω2, dan ω3 dengan ω4 bernilai sama karena kondisi diam (kecepatan putar sama dengan nol),
penampang poros bulat, sehingga kekakuan poros eigen value bernilai sama untuk eigen value rotor
arah vertikal dan arah horizontal juga bernilai berputar pertama dan ke dua serta yang ke tiga
sama. dan ke empat, kemudian dengan naiknya
Dari tabel juga terlihat bahwa penentuan disk kecepatan putaran motor maka terjadi perubahan
tipis/tebal berada pada variasi model rotor dengan pada eigen value rotor berputar. Pada garis eigen
ketebalan disk antara 0.06 m dan 0.07 m (garis value yang bersilangan dengan garis kecepatan
merah pada Tabel 2), di mana perbandingan Ja/Jp putaran motor akan terjadi kondisi kecepatan
sama dengan satu. Meskipun demikian nilai eigen kritis rotor.
value pada variasi model dengan ketebalan disk Di samping itu, pada diagram Campbell juga
ini tidak berada pada nilai puncak. Nilai eigen dapat diketahui fenomena putaran yang terjadi
value tertinggi justru terjadi pada perbandingan pada rotor yaitu putaran maju (forward whirl
Ja/Jp di sekitar angka 0.76 (garis kuning pada selanjutnya ditulis FW) dan putaran mundur
Tabel 2) seperti yang terlihat pada Gambar 4 dan (backward whirl selanjutnya ditulis BW). Untuk
5. Pada gambar tersebut terlihat bahwa nilai BW ωn1 merupakan eigen value pertama rotor
tertinggi eigen value terjadi pada variasi model kondisi berputar. FW ωn2 merupakan eigen value
rotor dengan ketebalan 0.054 m. ke dua. Selanjutnya, untuk eigen value ke tiga
yaitu BW ωn3 dan eigen value yang ke empat yaitu
FW ωn4.

ISBN 978 602 98412 3 7  47
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIII (SNTTM XIII)
Depok, 15 – 16 Oktober 2014

5000 Ucapan Terima Kasih


 =
BW  n Penulis mengucapkan terima kasih yang
1
4000 FW  n sebesarnya kepada Lembaga Penelitian dan
2

BW  n
3
Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas
3000
Andalas yang telah membiayai sebagian
 (rad/s)

FW  n
4

2000
penelitian ini yang merupakan penelitian
Fundamental Universitas Andalas tahun ke-2 yang
1000 dilaksanakan pada tahun 2014 dengan Kontrak
No. 18/UN.16/PL/D-FD/2014.
0
0 2 4 6 8 10
 [rpm] 4
x 10 Referensi
Gambar 6 Diagram Campbell model rotor dengan [1] Genta, G. Dynamic of Rotating System.
disk tipis (tebal=0.02 m) Spinger. New York. 2005.
[2] Gasch. R. Rotordynamik. Spinger-Verlag.
5000
 =
Berlin. 2006.
BW  n
1
[3] Krämer. E. Dynamics of Rotors and
4000 FW  n
2
Foundations. Springer-Verlag. Berlin. 1993.
3000
BW  n
3
[4] Campos, J. Rotordynamic Modeling Using
Bond Graphs: Modeling the Jeffcott Rotor.
 (rad/s)

FW  n
4

2000 Ieee Transactions On Magnetics, Vol. 41,


No.1. 2005.
1000 [5] Al-Wedyan, H.M, et. al. The Behaviour of
The Jeffcott Rotor Under a Vibrating Base of
0
0 2 4 6 8 10 Fluid Film Bearing. Suranaree J. Sci.
 (RPM) x 10
4

Technol 15(3):167-176. 2008.


Gambar 7 Diagram Campbell model rotor dengan
[6] Malta, J. Pemetaan Kestabilan Turbin Gas
disk tebal (tebal=0.25 m)
Horizontal dengan Pendekatan Rotor Multi
Kesimpulan
Disk, Prosiding SNTTM XI, Yogjakarta,
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada
2012, pp. 2065-2070.
model rotor empat derajat kebebasan yang
[7] Malta, J. A Modified Rotor Model to
dipengaruhi oleh momen gyroskopik tanpa
Approach the Dynamic Responses of
redaman luar maupun redaman dalam diketahui
Anisotropic Rotor with Different Shaft
bahwa:
Orientation, Proceeding of 13th International
 Model rotor dengan perbandingan inersia
Conference on Quality in Research,
massa aksial Ja disk dengan inersia massa
Yogjakarta, 25-28 June 2013, pp. 91-96.
polar Jp disk pada nilai sekitar 0.76 dari batas
disk tipis-tebal memiliki eigen value yang
lebih tinggi dibandingkan dengan model rotor
dengan disk sangat tipis/sangat tebal.
 Putaran motor pada disk tipis tidak pernah
melewati eigen value ke-4 rotor berputar.
 Rotor tetap stabil dengan perubahan ketebalan
disk.
 Semakin besar perbandingan antara momen
inersia massa aksial Ja terhadap momen inersia
massa polar Jp (asumsi disk tebal), maka
semakin kecil selisih antara eigen frekuensi
rotor berputar ke-1 dan ke-2, serta eigen
frekuensi yang ke-3 dan ke-4.

ISBN 978 602 98412 3 7  48

Anda mungkin juga menyukai