TINJAUAN PUSTAKA
kombinasi makroskopik dari dua atau lebih bahan yang berbeda, tetapi memiliki
ikatan antar keduanya. Komposit digunakan tidak hanya untuk sifat struktural
benda, tetapi juga untuk listrik, termal, tribologi, dan aplikasi di lingkungan.
Komposit Metal Matrik Aluminium Penguat SiC dan Al2O3 Partikel sebagai
berat SiC dan Alumina (Al2O3) memberikan pengaruh pada sifat fisik dan
mekanik komposit. Dimana densitas dan kekerasan meningkat terjadi pada setiap
komposisi penguat SiC dan Al2O3 pembentuk komposit yang dibuat dengan
6
dinamis terjadi dalam komposit selama deformasi panas. Sifat thermomekanis dari
35 %vol matrik komposit SiC /Al2O3 dengan proses ditekan panas lebih dari 99%
dengan tegangan mekanik yang besar. Selain itu metode ini mempunyai
kelemahan yaitu bentuk produk yang terbatas dan biaya produksi tinggi: Garnier,
V, et al, (2004)
degassing dan perlakuan panas seperti hot isostatic pressing (HIP) maupun
serbuk kedalam bentuk yang diinginkan, agar diperoleh dimensi presisi, serta
yaitu:
komposit dengan matrik dari bahan keramik. MMC berasal dari gabungan
material berbahan dasar logam dengan keramik. MMC bisa disebut juga
material yang terdiri dari matrik berupa logam dan paduannya yang
diperkuat oleh bahan penguat dalam bentuk continous fibre, whiskers, atau
sebagai berikut :
Pada gambar 2.3 di tunjukkan fase-fase penyusun yang terbentuk pada material
komposit :
pengikat yang berupa logam, dan partikel sebagai penguat berupa partikel keramik
spesifik, ketahanan aus, ketahan korosi yang baik, dan modulus elastisitas yang
tinggi Sahin dan Murphy, (1996). MMC memadukan sifat mekanik matriks
paduan (ulet dan tangguh) dengan sifat keramik sebagai penguat (kekuatan dan
komposit yang lebih kuat ketika menerima beban geser dan beban tekan, serta
Suarsana dkk. (2003) menyatakan bahwa pada bahan SiC, Al2O3, dan serat
karbon dapat bereaksi dengan matrik paduan aluminium, dan juga ada resiko
bahwa proses pengerjaan sekunder akan merusak serat. Umumnya dengan metode
pembuatan serat kontinu biayanya mahal, laju produksi rendah, serta ukuran dan
bentuk untuk produk metal matrix composite (MMC) terbatas. Metode tipikal
untuk memproduksi MMC serat kontinu adalah (1). pengikatan difusi (diffusion
bonding), (2). cetak linyak (squeeze-casting) dan (3). pembentukkan tekan cairan.
gunakan, dalam hal ini almunium merupakan sebagai bahan uatama matriks yang
salah satu logam yang banyak digunakan dalam industri, aulumunium memiliki
sifat ringan, tahan terhadap korosi dan mudah dibentuk namun alumunium
memiliki kekuatan dan kekerasan yang rendah, dan SiC jenis bahan keramik yang
kelebihan nya yaitu dapat berikatan dengan alumunium dan tidak menyebabkan
oksidasi pada logam alumunium. Silikon carbida ( SiC ) merupakan salah satu
penguat (reinforcment), silikon carbida atau yang sering dikenal SiC memiki
kekerasan yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan sifat mekanis dari matriks
pada saat pembuatan komposit (Yosia Samuel, 2012). Material komposit tersusun
dari dua fasa, satu disebut sebgai matriks dengan fase countinous dan penguat
b. Kekakuan meningkat
c. Densiti rendah
a. Pengut partikel
seperti nilai kekerasan, memiliki nilai kekerasan yang rendah. Sebagai logam
Akan tetapi, logam Al memiliki beberapa kelebihan, yaitu memiliki bobot yang
ringan, tahan terhadap korosi dan juga mudah dibentuk (Rusianto, T, 2009).
adalah Al2O3, SiC, TiC, ZrO2, karbon, grafit dll. Diantara material keramik
tersebut, yang paling keras adalah SiC. Sifat mekanik dan fisik matrik aluminium
kekerasan 90,74 VHN dan kekuatan impak 5,88 J/cm2, dimana nilai tersebut telah
Sifat mekanik Al alloy yang sesuai dengan standar teknik adalah ultimate
tensile strenght (UTS) minimal sebesar 25 kg/mm2 atau 245,25 MPa, elongation
minimal 5%, hardness 75-95 Hv, dan impact strength 5,5 J/cm2. Untuk Al alloy
jenis A.356.2 mempunyai kekuatan tarik 160 MPa, hardness 71 Hv dan komposisi
Zn = 0,05% dan Ti = 0,20%. Aplikasi dari matreial Al alloy dalam bidang teknik
digunakan sebagai komponen untuk: baut, mesin, dan elektronik. Struktur kristal
aluminium murni adalah face centered cubic (fcc) dan memiliki titik leleh sekitar
660°C. Tabel 2.2 menunjukkan interface struktur mikro dengan foto SEM dari
Item
Aluminium Kualifikasi
Nomor atom 13
Nomor Massa 26'.9815
Bentuk Kristal (25) Kubus pusat muka
Density 2.699 g/cm 3
Struktur atom terluar 3 3
Titik Lelah (1 atm) 660,1 C
Titik didih (1 atm) 2327 C
Panas peleburan 94,6 kal/g
Panas jenis 0,280 kal/g C
(PT INALIUM. 1998)
menyebabkan bahan ini dikategorikan sebagai bahan yang bersifat kuat dan rapuh.
Selain material keramik bersifat rapuh, tetapi juga mempunyai kelebihan, antara
lain: koefisien ekspansi termalnya rendah sehingga lebih tahan terhadap kejut
suhu. Ketahanannya pada suhu tinggi merupakan sifat penting dan menjadi faktor
sehingga bila terjadi retak mikro, maka akan mudah menjalar retakan tersebut dan
tergolong salah satu jenis material keramik non oksida. SiC membentuk struktur
tetrahedral dari ikatan atom karbon C dan atom Si. Material ini tergolong material
Serbuk keramik SiC ada dua macam, dapat dibagi berdasarkan bentuknya,
yaitu: partikulat dan serabut. Senyawa SiC memiliki keunggulan diantara logam
keramik yang lain yaitu mudah berikatan dan tidak menyebabkan oksidasi pada
logam Al. Material-material keramik seperti Al2O3 dan ZrO2 juga relatif keras
dan kuat, tetapi sulit berikatan dengan logam Al. Adanya unsur oksigen juga dapat
menyebabkan oksidasi pada material komposit Al. Berikut ini beberapa penguat
titik leleh pada suhu 2050oC dan specific gravity 3,5-4,0 gr/cm3. Alumina
diproduksi dalam jumlah besar setiap tahun digunakan untuk membuat logam
aluminium. Tahun 1980, mencapai 90% bahan baku bauksit didatangkan dari
Konsumsi total meliputi 15,6 x 106 ton, kira–kira 96% diantaranya digunakan
bahan kimia dan serat keramik. Alumina (Al2O3) merupakan senyawa oksida
aluminium yang diperoleh dari proses pemurnian bauksit, yang disebut sebagai
diprediksi secara linier dari konsep Rule of Mixture (ROM) atau dengan Voigt
model dan inversnya yaitu Reuss model. Model Voigt hanya dapat diterapkan pada
tegak lurus pada penguatnya (transvers stress). Kasus komposit serat pendek
yang mana dapat ditentukan dari struktur material komposit sebagai fungsi arah
dari logam dimana logam dihancurkan dahulu berupa tepung, kemudian tepung
karena mekanisme transportasi massa akibat difusi atom antar permukaan partikel.
Metode metalurgi serbuk memberikan kontrol yang teliti terhadap komposisi dan
penggunaan campuran yang tidak dapat difabrikasi dengan proses lain. Ukuran
ditentukan oleh cetakan dan penyelesaian akhir (finishing touch). kualitas bahan
proses kering (dry mixing) dan proses basah (wet mixing). Cara pencampuran
(alkohol/etanol/N-butanol).
1. Pembuatan Serbuk.
2. Mixing.
3. Compaction.
4. Sintering.
5. Finishing.
Kelebihan powder metallurgy:
bantalan proses yang terdiri dari lapisan serbuk logam yang berbeda.
ukurannya kecil.
yang kecil tidak bisa dibuat, karena selama proses penekanan, serbuk
serbuk agar tercampur merata dan menjadi homogen. Cara yang digunakan dalam
pencampuran ini yaitu cara pencampuran basah (wet mixing) adalah pencampuran
matrik dan penguat dengan mengunakan pelarut polar. Durasi waktu, kecepatan
distribusi dari campuran yang dihasilkan. Pada gambar 2.6 ilustrasi dari cara
pencampuran serbuk dari bahan matrik dengan penguat pada komposit (Al-SiC+
Al2O3).
Mixing
Komposit Matrik+
Pengut Komposit
Pelumas
(lubricant Bahan
). penelitian
Cetakan
a. Proses penekanan
yang presisi sesuai dengan yang diinginkan, untuk memperoleh tingkat dan tipe
porositas yang diinginkan serta agar material tidak mudah hancur, apabila
dipindahkan selama proses. Pada proses penekanan, gaya gesek yang terjadi
antara partikel serbuk yang digunakan dengan partikel dinding cetakan dapat
yang digunakan harus memiliki sifat tidak reaktif terhadap serbuk yang digunakan
dan memiliki titik leleh rendah, sehingga lubricant dapat menguap pada
yang akan ditekan atau dengan Die wall lubricant yaitu pelumas diberikan pada
b. Proses Sintering
Proses sintering pada suhu tinggi mendekati titik lebur bahan komposit,
jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir (grain growth), peningkatan densitas,
mikrostruktural yaitu ukuran butir (grain size), densitas pasca sinter (sinter
density), ukuran dan distribusi fase lain termasuk pori (porus). Sinter secara
khusus dikatakan sebagai suatu pergerakan pori dan atau partikel yang disertai
berdekatan. Sintering secara umum dibagi dua jenis yaitu Liquid phase sintering
dan solid state sintering. Liquid phase sintering terjadi jika temperatur sinter
material terlalu tinggi dimana terjadi peleburan, sedangkan solid state sintering
Tahapan sinter dapat dibedakan menjadi tiga yaitu awal (initial stage),
medium (intermediate stage) dan akhir (final stage). Tahapan awal adalah tahapan
pengaturan posisinya sehingga bidang kontak antar partikel menjadi lebih baik.
Gambar 2.9 mesin sintering
sehingga memungkinkan fase baru. Pada tahapan ini, shrinkage yang terjadi
mencapai 4-5% dan densitas relatif antara 0,5 - 0,6 gr/cm3. Tahapan medium,
pertumbuhan butir, yaitu struktur porositas menjadi lebih halus, tetapi tetap saling
berhubungan hingga akhir proses sinter. Pertumbuhan butir yang terjadi pada
pembesaran butir. Pada tahapan akhir sinter adalah pengecilan porositas sebagai
hasil dari proses difusi dan memungkinkan terjadinya transformasi fase. Padatan
kristal hampir setiap kontak partikel akan mengembangkan batas butiran dengan
adanya energi batas butiran. Fase aditif memperbaiki laju difusi selama proses
ini dapat digunakan untuk menstabilkan struktur kristal atau mendapatkan tipikal
Ada beberapa hal yang mempengaruhi proses sinter yaitu ukuran partikel,
bentuk dan topografi partikel. Topografi partikel dapat meningkatkan kontak fisik
antar partikel sehingga dapat meningkatkan area internal surface. Semakin kecil
ukuran partikel maka total luas permukaan partikel juga semakin besar dan energi
panas yang dibutuhkan untuk mencapai densifikasi tertentu menjadi lebih sedikit.
Faktor lain yang berpengaruh adalah struktur butir. Struktur yang halus dapat
Komposisi partikel juga berpengaruh karena adanya daya dorong pada proses
sinter. Daya dorong ini dipengaruhi oleh impuritas maupun penambahan paduan
pada proses sinter. Menurut Nurmawati (2008), bahwa semakin tinggi temperatur
sinter dan semakin lama waktu tahan sinter maka energi difusi akan semakin
besar. Pengaruh suhu sintering terhadap sifat fisik, mekanik dan listrik dari
pemadatan serbuk selama proses sintering dapat dianalisa dari sifat bahan
pembentuk komposit.
Sifat
Bahan
Temperatur
Gambar 2.10 Pengaruh suhu pada(1) porositas, (2) Densitas, (3)
Thanan Listrik, (4) Kekakuan dan (5) Ukuran butir
dari sintering, berupa kekosogan berisi gas atau pelumas. Tingginya waktu
sintering menjadikan porositas semakin rendah. Hal ini disebabkan mekanisme
transport massa berjalan baik. Tingginya fraksi volume penguat yang digunakan,
maka porositas semakin tinggi pula. Pada proses sintering akan terjadi proses
perbedaan densitas antara sintering density dan green density (bakalan), karena
sebagai berikut
Disc brake atau rem disk adalah perangkat untuk memperlambat atau
menghentikan rotasi roda. Sebuah rem disk (atau rotor dalam bahasa Inggris
Amerika) biasanya terbuat dari besi cor, tetapi dalam beberapa kasus dibuat dari
mengkonversi gerak terhadap panas, dan jika rem terlalu panas, mereka menjadi
kurang efektif, fenomena yang dikenal sebagai memudar rem. Disc brake
dikembangkan pada awal abad ke 17, namun kelemahan dalam desain sistem disc
brake terus memasuki penggunaan mainstream. Masalah yang paling sulit diatasi
gesekan efektif. Masalah ini disebut fade rem dan ternyata umum pada model
awal rem disc . karena jalan waktu itu masih belum beraspal, kotoran dan debu
dan tidak rentan terhadap keausan. Metode lain adalah dengan lubang pada rotor
itu sendiri, yang memungkinkan pengeluaran panas dan kotoran debu bisa
Dalam penelitian ini karakteristik yang akan dicari dari material komposit
termal.
1. Densitas
volume benda (V). Pengukuran densitas yang bebentuk padatan atau bulk
ms
H 2 0
mb (mg mk )
dengan :
ρ = Densitas bulk (gram/cm3)
2. Porositas
ruang kosong (rongga pori) yang dimiliki oleh zat padat terhadap jumlah dari
volume zat padat itu sendiri. Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan
sebagai porositas terbuka atau apparent porosity, dan dapat dinyatakan dengan
persamaan.
mb - ms
p = x 100 %
m b - (m g - mk )
dengan :
p = porositas bahan (%)
ms = massa sampel setelah dikeringkan di dalam oven (gram)
mb = massa sampel setelah direndam didalam air / jenuh (gr)
3. Keausan
Dimana: WR : keausan
T : durasi (jam)
Konduksi adalah proses perpindahan panas dari suatu bagian benda padat
berlangsung pada benda padat, umumnya logam. Jika salah satu ujung sebuah
batang logam diletakkan di atas nyala api, sedangkan ujung yang satu lagi
dipegang, bagian batang yang dipegang ini suhunya akan naik, walaupun tidak
kontak secara langsung dengan nyala api. Pada perpindahan panas secara
konduksi tidak ada bahan dari logam yang berpindah. Yang terjadi adalah
memberikan sebagian panas αT/ nya, dan begitu seterusnya di sepanjang bahan
Lb La ⩟𝑡𝑅 𝐿𝑎 ⩟𝑡𝑅 𝐿𝑏
λ= 𝐿𝑏 La λa = ⩟𝑡𝑎 . 𝐿𝑅 . 𝜆𝑅 λb = . . 𝜆𝑅
. ⩟𝑡𝑏 𝐿𝑅
𝜆𝑏 𝜆𝑎
dimana :
spesimen
Nilai konduktivitas termal suatu bahan menunjukkan laju perpindahan
panas yang mengalir dalam suatu bahan. Konduktivitas termal kebanyakan bahan
merupakan fungsi suhu, dan bertambah sedikit kalau suhu naik, akan tetapi
variasinya kecil dan sering kali diabaikan. Jika nilai konduktivitas thermal suatu
bahan makin besar besar juga panas yang mengalir melalui benda tersebut. Nilai