TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metal matrix composite, allumunium,
stir casting, SiO, pengujian sem, pengujian kekerasan, pengujian tarik, serta
perkembangan penelitian stir casting.
5
atau fasa nitrida. Karena material diatas mempunyai daya larut terhadap
karbon, nitrogen didalam logam cair terlalu rendah.
2. MMC mempunyai modulus elastisitas yang lebih tinggi dari material pada
umumnya. MMC juga dapat merupakan kombinasi sifat-sifat material yang
diinginkan, seperti konduktifitas thermal tinggi digabung dengan low thermal
expancivity, kombinasi yang penting untuk proses pengepakan elektronik.
3. MMC juga memberikan perubahan yang signifikan terhadap sifat-sifat
material, seperti tahan terhadap temperatur tinggi, tidak bereaksi terhadap
bahan kimia, angka kekerasan yang baik, dan tahan aus.
4. MMC dikembangkan karena kelebihannya dalam segi berat dan dalam segi
penggunaannya. Kecepatan operasi menggunakan MMC meningkat sebanyak
50 % pada mesin-mesin dengan kecepatan tinggi. Kombinasi sifat-sifat
material yang unik antara ketahanan terhadap fatigue, kekakuan, massa yang
ringan, sangat tepat digunakan untuk material pembuatan sepeda gunung dan
sepeda jalan. Kekakuan meningkat hingga 50 % untuk bahan komposit
isotopic.
2.1.2 Jenis Metal Matrix Composite (MMC) Pada umumnya MMC dikelompokkan
berdasarkan pada bentuk pengikatnya, yaitu sebagai berikut [8]:
1. Particulate MMC Particulate MMC adalah MMC jenis utama dan paling
sering digunakan serta dikembangkan dalam industri, aplikasinya dalam dunia
industri juga sangat luas sekali, contohnya: Fan Exit Guide Vanes (FEGV)
dari mesin turbin gas, rotating blade sleeves pada helikopter, flight control
hydraulic manifold, pisau dari sepatu ski es, tongkat baseball, dan bagian
pemukul pada tongkat golf. Bahan penguat yang paling umum adalah SiC
atau Al2O3. SiC bereaksi dengan Al pada saat meleleh dan SiC bahkan
bereaksi dengan Ti pada keadaan padat. Aluminia bersifat kurang efektif,
dibandingkan dengan SiC, dalam paduan Al, tetapi Aluminia sangat bereaksi
terhadap Ti. Stabilitas paling baik untuk Al2O3 adalah dengan matriks Mg.
Umumnya particulate MMC maksimal mengandung keramik 25 % vol jika
2.2 Aluminium
Aplikasi material berbasis logam pada dunia industri cukup menjanjikan di
Indonesia, dengan terus berkembangnya industri otomotif serta kebutuhan masyarakat
akan kendaraan bermotor, komponen permesinan, dan bidang lainnya. Industri logam
berbasis material komposit di Indonesia pada umumnya masih menggunakan material
yang di import, seperti logam aluminium. Aluminium merupakan salah satu logam
yang banyak diminati dan digunakan dalam dunia perindustrian. Tidak hanya itu,
dalam perkembangan dunia penelitian, logam aluminium juga sering menjadi objek
banyak riset. Hal ini disebabkan karena sifat aluminium mudah di-machining,
difabrikasi, forming, tahan korosi, penghantaran listrik dan panas yang sangat baik.
Disamping itu juga, sifat mekanik aluminium ternyata dapat ditingkatkan dengan
penambahan unsur-unsur paduan, proses perlakuan panas, dan proses pengerjaan
dingin (Benjamin etc all, 1989). Alumunium merupakan logam non ferro yang paling
banyak dipakai didunia, dengan laporan pemakaian per tahunnya hingga saat ini
mencapai 24 juta ton. Hampir 75% dari total penggunaan aluminium ini atau sebesar
18 juta ton adalah “aluminium primer” (aluminum yang diekstrak dari bijih) .
Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davy dalam tahun 1809 sebagai suatu
unsur, dan pertama kali direduksi sebagai suatu logam oleh Paul Herolt di Prancis dan
C.M. Hall di Amerika secara terpisah telah memperolah logam aluminium dari
alumina dengan cara elektrolisa dari garamnya yang terfusi. Sampai sekarang proses
Heroult Hall masih dipakai untuk memproduksi aluminium (Surdia and Saito, 1999).
Logam Al merupakan logam monolitik, bila ditinjau dari sifat mekanisnya,
seperti nilai kekerasan, memiliki nilai kekerasan yang rendah. Oleh sebab itu, sebagai
logam monolitik, Al memiliki beberapa kelemahan, terutama pada sifat mekanisnya.
Selain aluminium yang berperan sebagai matriks, unsur atau senyawa utama
dalam AMC adalah penguatnya. Sifat-sifat AMC sangat bergantung kepada jenis
penguat dan juga fraksi volumenya. Penguat yang banyak digunakan pada AMC
biasanya adalah unsur non-metallic dan lebih spesifiknya adalah keramik seperti SiC
dan Al2O3. Adapun penguat dari AMC lainnya yaitu seperti ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2.2 Penguat pada AMC
Diffusion bonding
MFAMC sebagian besar diproduksi dengan teknik diffusion bonding (foil-
fibre-foil), contohnya adalah komposit Al-boron fibre 6061 dan komposit berpenguat
serat Ti. Proses ini dapat digunakan untuk membuat komposit dengan fraksi volume
serat yang tinggi. Pendistribusian serat secara homogen pada proses ini sulit untuk
untuk dicapai. Proses ini tidak cocok untuk digunakan dalam pembuatan komponen
dengan bentuk yang kompleks.
Physical vapour deposition (PVD)
Proses ini melibatkan tekanan parsial yang tinggi pada logam yang akan
dideposisikan. Vapour diproduksi dengan high power electron beam secara langsung
di atas solid bar feed stock. Kecepatan deposisinya sekitar 5–10 µm/menit. Komposit
dengan persebaran serat yang merata dan fraksi volume sekitar 80% dapat diproduksi
dengan teknik ini.
2.4.2 Liquid state processing
2.5 Aplikasi
PAMC dengan partikel-partikel penguat seperti SiC, Al2O3, TiC, TiB2 dan
B4C telah sukses digunakan pada bidang otomotif, penerbangan, dan thermal
management. Padabidang penerbangan, PAMC digunakan sebagai fan exit guide
vane (FEGV) pada gas turbine engine (gambar 2.8), sebagai ventral fins dan fuel
access cover doors pada pesawat militer. Selain itu, PAMC digunakan
sebagai rotating blade sleeves pada helikopter yang tentunya dengan syarat mampu
menahan tegangan tinggi saat digunakan (gambar 9). Penggunaan PAMC terbanyak
adalah pada sistem rem kereta dan mobil. Aplikasi pada bidang otomotif lain yang