Anda di halaman 1dari 26

BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

BAB II
PERLAKUAN PANAS

2.1 Tujuan
1. Mengetahui metoda-metoda yang digunakan dalam proses Perlakuan Panas
2. Mengetahui prosedur dan standar dari proses Perlakuan Panas
3. Mengetahui distribusi (kekerasan) benda kerja baja AISI 1045.
2.2 Teori Dasar
Heat Treatment ( perlakuan panas ) adalah salah satu proses untuk
mengubah struktur mikro logam, dengan cara memanaskan spesimen di dalam
tungku pada temperatur 850oC sehingga dapat dikatakan sebagi suhu
Austenisasi, dengan waktu holding time yang telah ditentukan (tergantung
jenis material/paduan pada metrial) kemudian didinginkan dengan media
pendingin seperti udara (Normalizing) , air atau oli (Quenching) dan suhu di
dalam tungku yang diturunkan secara perlahan (Annealing) yang masing-
masing mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda.
Sifat-sifat logam yang terutama sifat mekanik yang sangat dipengaruhi oleh
struktur mikro logam disamping posisi kimianya, contohnya suatu logam atau
paduan akan mempunyai sifat mekanis yang berbeda-beda jika struktur
mikronya dirubah. Dengan adanya pemanasan atau pendinginan dengan
kecepatan pendinginan tertentu maka bahan-bahan logam dan paduan
memperlihatkan perubahan strukturnya. Perlakuan panas adalah proses
kombinasi antara proses pemanasan atau pendinginan dari suatu logam atau
paduannya dalam keadaan padat untuk mendaratkan sifat-sifat tertentu. Untuk
mendapatkan hal ini maka kecepatan pendinginan dan batas temperature
sangat menetukan.
Quenching
Proses Quenching atau pengerasan baja adalah suatu proses
pendinginan logam secara cepat dengan cara dicelupkan ke dalam media

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 6


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

pendingin (air atau oli), tergantung pada kecepatan pendingin yang kita
inginkan untuk mencapai kekerasan baja.
Annealing
Proses Annealing adalah proses pendinginan baja di dalam tungku
dengan cara mematikan temperatur tungku dan dimbiarkan secara perlahan-
lahan sambil dijaga agar temperature bagian luar dan dalam kira-kira sama
hingga diperoleh struktur yang diinginkan.
Normalizing
Normalizing adalah suatu proses pendinginan logam dengan cara
mendinginkan secara perlahan-lahan dalam media pendingin udara. Hasil
pendingin ini berupa perlit dan ferit namun hasilnya jauh lebih mulus dari
Annealing.
Tempering
Merupakan proses pemanasan  logam (baja) yang telah dikeraskan 
sampai temperatur tertentu untuk mengurangi kekerasan baja, struktur
martensit yang sangat keras, sehingga terlalu getas. Pada proses  ini
mengunakan  temperatur di bawah temperatur kritis kemudian suhunya
Hardening
Merupakan proses pemanasan logam sampai atau lebih diatas 
temperatur kritisnya (723°C) kemudian didinginkan dengan cepat dengan
media pendingin yang telah disiapkan.

Proses Transformasi
a. Anil
    Bertujuan untuk menghasilkan tegangan sisa dan  dan menghindari
terjadinya retakan panas. Pada proses anil perubahan struktur mikro tidak ada
b. Celup
    Laju pendinginan lebih cepat menghasilkan martensit yang keras (agak
rapuh) karena transformasi (α+c)
c. Celup Terpotong

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 7


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

    Kadang-kadang disebut martemper atau celup. Dari segi produksi baik
karena laju pendinginan  harus diubah agar menjadi lebih cepat, kemudian
dilanjutkan dengan pendinginan lanjut agar memilik ketangguhan.
d. Temper
     Merupakan proses pemanasan kembali suhu baja yang telah
dikeraskan pada suhu kritis, disusul dengan pendinginan sehingga
menghasilkan baja yang lebih lunak dengan martemper martensit.
e. Austemper
            Merupakan proses pencelupan, dimana austenit mengalami
transformasi isotermal menjadi ferit dan kabida. Untuk itu diperlukan celup
untuk mencegah terbentuknya perlit pada suhu yang lebih tinggi. Keuntungan
proses  ini transformasi terjadi oleh pengerasan dan difusi sehingga
menghasilkan defresi karbida halus dalam ferit sehingga terjadi produk.

Jenis- jenis Pengerasan permukaan

1. Karburasi
Cara ini sudah lama dikenaloleh orang sejak dulu. Dalam cara ini, besi
dipanaskan      di atas suhu dalam lingkungan yang mengandung karbon, baik
dalan bentuk padat,    cair ataupun gas. Beberapa bagian dari cara kaburasi
yaitu kaburasi padat, kaburasi cair dan karburasi gas.
2. Karbonitriding
Adalah suatu proses pengerasan permukaan dimana baja dipanaskan di
atas suhu kritis di dalam lingkungan  gas dan terjadi penyerapan karbon dan
nitrogen. Keuntungan karbonitiding adalah kemampuan pengerasan lapisan
luar meningkat bila ditambahkan nitrogen sehingga dapat diamfaatkan baja
yang relative murah ketebalan lapisan yang tahan antara 0,80 sampai 0,75
mm.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 8


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

3. Cyaniding
Adalah proses dimana terjadi absobsi karbon dan nitrogen untuk
memperoleh specimen yang keras pada baja karbon rendah yang sulit
dikeraskan. Proses ini tidak sembarang dilakukan dengan sembarang .
Penggunaan  closedpot  dan  hood ventilasi  diperlukan  untuk  cyanidi
ng  karena  uap sianida  yang  terbentuk  sangat beracun.
4. Nitriding
Adalah proses pengerasan permukaan yang dipanaskan sampai ±
510°c dalam lingkungan gas ammonia selama beberapa waktu. Metode
pengerasan kasus ini menguntungkan karena fakta bahwa kasus sulit diperoleh
dari pada karburasi. Banyak bagian-bagian mesin seperti silinder barrel and
gear dapat dikerjakan  dengan  cara ini. Proses ini melibatkan the exposing
dari bagian untuk gas amonia atau bahan nitrogen lainnya selama 20 sampai
100 jam pada 950 ° F. The inwhich kontainer pekerjaan dan gas Amoniak
dibawa dalam kontak harus kedap udara dan mampu mempertahankan suhu
sirkulasi andeven.

Faktor- faktor yang mempengaruhi laju pendinginan media pendingin


1.      Densitas
Semakin tinggi densitas suatu media pendingin, maka semakin cepat
proses pendinginan oleh media pendingin tersebut.
2.     Viskositas
Semakin tinggi viskositas suatu media pendingin, maka laju
pendinginan semakin lambat, Viskositas adalah sebuah ukuran penolakan
sebuah fluid terhadap perubahan bentuk di bawah tekanan shear. Biasanya
diterima sebagai "kekentalan", atau penolakan terhadap penuangan.
Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluid kepada aliran dan dapat
dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekanfluid. Air memiliki
viskositas rendah, sedangkan minyak sayur memiliki viskositas tinggi.
Pengaruh Viskositas dan Density berdasarkan media pendingin:

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 9


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

a. Air garam
Air memiliki viskositas yang rendah sehingga nilai kekentalan cairan
kurang, sehingga laju pendinginan cepat dan massa jenisnya lebih besar
dibandingkan dengan media pendingin lainnya seperti air, solar, oli, udara,
sehingga kecepatan media pndingin besar dan makin cepat laju
pendinginannya.
b. Air
Air memiliki massa jenis yang besar tapi lebih kecil dari air garam,
kekentalannya rendah sama dengan air garam. Laju pendinginannya lebih
lambat dari air garam.
c. Solar
Solar memiliki viskositas yang tinggi dibandingkan dengan air dan
massa jenisnya lebih rendah dibandingkan air sehingga laju pendinginannya
lebih lambat.
d. Oli
Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi
dibandingkan dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah
sehingga laju pendinginannya lambat.
Udara tidak memilki viskositas tetapi hanya memiliki massa jenis sehingga
laju pendinginannya sangat lambat.
            Besi cor yang berada pada suhu eutektoid yaitu pada suhu 1148 °C
rata-rata mengandung 2,5% - 4% kadar karbon yang kaya besi mengandung
2,1% berat atau 9% atom. Atom-atom karbon ini larut secara interstisi dalam
besi KPS.
            Baja yang mengandung 1,2% karbon dapat mempunyai fasa tunggal
pada proses penempaan atau proses pengerjaan panas lainnya yaitu sekitar
1100°C – 1250°C pada daerah yang kaya besi 99% Fe dan 1% C diagram Fe-
Fe3C berada dengan diagram lainnya. Perbedaan ini karena besi adalah
paimorf pada daerah 700°C – 900°C. Daerah karbon 0% - 1%. Pada diagram
ini struktur mikro baja dapat diatur.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 10


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

3. Koefisien Perpindahan panas


Semakin tinggi koefisien perpindahan panas yang terjadi, maka panas
yang mengalir dari benda  kerja akan semakin besar pula, sehingga kecepatan
pendinginan lebih besar.
4. Perubahan Suhu
Semakin kecil suhu media pendingin (udara, air, oli, garam, dll) maka
kecepatan pendinginan semakin cepat karena panas pada specimen akan lebih
cepat mengalir ke suhu media pendingin yang lebih kecil.
Diagram fasa Fe-Fe3C

Gambar 2.1 Diagram Kesetimbangan Fasa Fe-Fe3C


Diagram fasa 
Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperature
dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan
yang lambat dengan kadar karbon. Diagram ini merupakan dasar pemahaman
untuk semua operasi-operasi perlakuan panas.
Fungsi diagram fasa 
Adalah memudahkan memilih temperatur pemanasan yang sesuai
untuk setiap proses perlakuan panas baik proses Annealing, Normalizing

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 11


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

maupun proses Quenching. Baja adalah paduan besi dengan karbon maksimal
sampai sekitar 1,7% paduan besi diatas 1,7% disebut Cast Iron. Perlakuan
panas bertujuan untuk memperoleh struktur mikro dan sifat yang di inginkan.
Struktur mikro dan sifat yang diinginkan dapat diperoleh melalui proses
pemanasan dan proses pendinginan pada temperatur tertentu. 
Macam –macam struktur yang ada pada baja:
1. Ferit
Ferit adalah larutan padat karbon dan unsur paduan lainya pada besi
kubus pusat badan (Fe). Ferit terbentuk akibat proses pendinginan yang
lambat dari austenite baja hypo-eutektoid pada saat mencapai A3 . ferit
bersifat sangat lunak, ulet dan memiliki kekerasan sekitar 70 - 100 BHN dan
memiliki konduktifitas yang tinggi.
2. Sementit
Sementit adalah senyawa besi dengan karbon yang umum dikenal
sebagai karbida besi dengan persentase karbon 6,67%C yang bersifat keras
sekitar 5 –  68 HRc
3. Perlit 
Perlit adalah campuran sementit dan ferit yang memiliki kekerasan
sekitar 10 -30HRc. Perlit yang terbentuk  sedikit dibawah temperatur
eutektoid memiliki kekerasan yang lebih  rendah dan memerlukan waktu
inkubasi yang lebih banyak.
4. Bainit 
Bainit merupakan fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari austenit
pada temperatur yang lebih rendah dari temperatur transformasi ke perlit dan
lebih tinggi dari transformasi ke martensit.
5. Martensit
Martensit merupakan larutan padat dari karbon yang  lewat jenuh pada
besi alfa sehingga latis-latis sel satuanya terdistorsi. Karbon  adalah unsur
penyetabil austenit. Kelarutan maksimum dari karbon pada austenit adalah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 12


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

sekitar 1,7% (E) pada 1140 0C, Sedangkan kelarutan karbon pada ferit naik
dari 0% pada 910 0C menjadi 0,025% pada 723 0C.
Pada pendinginan lanjut, kelarutan karbon pada ferrit menurun
menjadi
0,08% pada temperatur kamar.  Kegunaan dari baja tergantung dari sifat-
sifatnya yang sangat bervariasi yang diperoleh melalui pemaduan dan
penerapan proses perlakuan panas. Sifat mekanik dari baja sangat tergantung
pada struktur mikronya, sedangkan struktur mikro sangat mudah diubah
melalui proses perlakuan panas.
Beberapa jenis baja memiliki sifat-sifat yang tertentu sebagai akibat
penambahan unsur paduan. Salah satu unsur paduan yang sangat penting yang
dapat mengontrol sifat baja adalah karbon (C). Jika besi dipadu dengan
karbon, transformasi yang terjadi pada rentang temperatur tertentu erat
kaitanya dengan kandungan karbon. Berdasarkan pemaduan antara besi dan
karbon, karbon di dalam besi dapat berbentuk larutan atau berkombinasi
dengan besi membentuk karbida besi (Fe3C). Jika kadar karbon meningkat
maka transformasi austenit menjadi ferit akan menurun dan akan mencapai
minimum pada titik persentase karbon 0,8% pada temperatur 723oC. Titik ini
biasa disebut titik eutektoid. Komposisi eutektoid dari baja merupakan titik
rujukan untuk mengklasifikasikan baja. Baja dengan kadar karbon 0,8%
disebut baja eutektoid. Sedang kan baja dengan kadar karbon kurang dari
0,8% disebut baja hypo-eutectoid. Titik kritis sepanjang garis GS disebut
sebagai garis A3 sedangkan titik kritis sepanjang garis PSK disebut sebagai
garis A1.
Dengan demikian setiap titik pada garis GS dan SE menyatakan
temperatur dimana transformasi dari austenit dimulai baik pada saat
dipanaskan maupun pada saat didinginkan .
Jika baja eutektoid didinginkan dari temperatur austenisasinya, maka
pada saat mencapai titik – titik sepanjang garis tersebut akan ber-transformasi
menjadi suatu campuran eutektoid yang disebut perlit. Jika baja hypo-

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 13


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

eutektoid didinginkan dari temperatur austenisasinya, pada saat mencapai


garis GS , ferit akan terbentuk sepanjang batas butir austenit. Pada titik ini,
pengintian ferit akan terjadi dibatas butir austenit dan mulai saat itu, paduan
Fe-C memasuki daerah dua fasa. Jika pendinginan yang lambat tersebut
diteruskan ketitik C ferit akan tumbuh.
Pada 732oC, struktur baja di titik C terdiri dari austenit  dan ferit.
Karena kelarutan karbon di ferit sangat rendah, maka pada  saat pertumbuhan
ferit akan disertai pembuangan karbon ke austenit yang masih tersisa sehingga
fasa austenit menjadi kaya akan karbon. Pendinginan lanjut dari dari baja
tersebut, pada saat melalui temperatur eutektoidnya (pada titik D), austenit
yang tersisa akan bertransformasi menjadi suatu campuran ferit dan sementit
yang berbentuk lamellar (serpih). Dengan demikian baja dengan kadar
karbon 0,4% pada titik D akan terdiri dari ferit dan perlit. Perbandingan ferit
terhadap perlit sama dengan perbandingan ferit terhadap austenit di titik C.
Pendinginan lebih lanjut sampai ke temperatur kamar tidak mempengaruhi
struktur mikro yang sudah ada. Pada saat dipanaskan akan terjadi transformasi
yang berlangsung kebalikanya dari apa yang telah dijelaskan diatas.
Jumlah perlit yang ada pada setiap jenis baja sangat tergantung pada
kadar karbonya. Sebagai contoh, baja dengan 0,2% C akan memiliki sekitar
25% perlit, sedangkan baja dengan 0,4% C akan memiliki sekitar 50% C. 
Jika baja hypo-eutektoid didinginkan dari temperatur austenisasinya, maka
akan terjadi pemisahan sementit pada batas butir austenit disepanjang garis
SE. Sebagai contoh jika baja dengan 1,25 % C  diaustenisasi dan didinginkan
perlahan-lahan maka akan terjadi pemisahan sementit. Dengan adanya
pembentukan sementit, kadar karbon diaustenit akan berkurang dan
penurunan kadar karbon tersebut terus berlanjut sampai mendekati temperatur
723oC. Pada titik I, struktur baja akan terdiri dari campuran austenit dan
sementit dimana sementitnya terbentuk disepanjang batas butir austenit. 
Pendinginan lebih lanjut dari baja tersebut melalui temperatur
eutectoid nya akan mengubah seluruh austenit yang tersisa menjadi perlit. 

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 14


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

Pendinginan lanjut sampai ke temperatur kamar tidak akan mengubah struktur


mikro yang sudah ada. Berdasarkan penjelasan di atas, struktur baja karbon
tergantung dari kadar karbonya. Hasil pendinginan yang lambat pada
temperatur kamar akan terdiri dari:
1. Ferit, dengan kandungan karbon 0,007 %  -  0,25 % C
2. Ferit dan perlit, dengan kadungan karbon 0,025 % - 0,8 % C
3. Perlit dan sementit, dengan karbon, 0,8 % - 1,7 % C
4. Perlit dan grafit, dengan karbon 1,7 % - 4,2 % C (dengan perlakuan
khusus)  
Diagram TTT

Diagram TTT (Time Temperature Transformation) adalah sebuah


gambaran dari temperatur terhadap waktu logaritma untuk baja paduan dengan
komposisi tertentu. Diagram ini biasanya digunakan untuk menentukan kapan
transformasi mulai dan berakhir pada perlakuan panas yang isothermal
(temperatur konstan) sebelum menjadi campuran Austenit. Ketika Austenit
didinginkan secara perlahan-lahan sampai pada temperature dibawah
temperatur kritis, struktur yang terbentuk ialah Perlit. Semakin meningkat laju
pendinginan, suhu transformasi Perlit akan semakin menurun. Struktur mikro
dari materialnya berubah dengan pasti bersamaan dengan meningkatnya laju
pendinginan. Dengan memanaskan dan mendinginkan sebuah contoh
rangkaian,transformasi austenit mungkin dapat dicatat. Diagram TTT
menunjukkan kapan transformasi mulai dan berakhir secara spesifik dan
diagram ini juga menunjukkan berapa persen austenit yang bertransformasi
pada saat suhu yang dibutuhkan tercapai. Peningkatan kekerasan dapat tercapai
melalui kecepatan pendinginan dengan melakukan pendinginan dari suhu yang
dinaikkan seperti pendinginan furnace, pendinginan udara, pendinginan oli,
cairan garam, air biasa, dan air asin.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 15


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

Gambar 2.2 Diagram TTT


Semua elemen paduan, kecuali Co, menggeser hidung kurva
TTT/CCT ke arah kanan. Semua elemen paduan, kecuali Co, menurunkan
temperatur pembentukan martensit. Sehingga Komposisi elemen paduan
mempengaruhi media kuens (air, oli, udara) yang dipilih untuk mengeraskan
baja. Elemen paduan meningkatkan mampu-keras (hardenability) baja, atau,
baja dengan komposisi berbeda akan memiliki mampu keras berlainan.
Maksud utama dari proses perlakuan panas terhadap baja adalah
agar diperoleh struktur yang diinginkan supaya cocok dengan penggunaan yang
direncanakan.  Struktur  tersebut dapat  diperkirakan  dengan menerapkan
proses perlakuan panas yang spesifik. Struktur yang diperoleh merupakan
hasil dari proses transformasi dari kondisi sebelumnya (awal). Beberapa
proses transformasi dapat dibaca melalui diagram fasa. Diagram fasa Fe-C
dapat  digunakan  untuk  memperkirakan  beberapa  kondisi transformasi
tetapi untuk kondisi tidak setimbang tidak dapat menggunakan diagram fasa.
Dengan demikian, untuk setiap kondisi transformasi lebih baik menggunakan
diagram TTT (Time Temperature Transformation). Diagram ini
menghubungkan transformasi austenit terhadap waktu dan temperatur. Nama
lain dari diagram ini adalah diagram S atau diagram C. Melalui diagram ini
dapat dipelajari kelakuan baja pada setiap tahap perlakuan panas. Diagram ini
dapat juga digunakan untuk memperkirakan struktur  dan  sifat  mekanik  dari

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 16


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

baja  yang  di quench (disepuh)  dari temperatur austenitisasinya ke suatu


temperatur dibawah A1.
Pengaruh laju  pendinginan  pada transformasi austenit  dapat  di
uraikan melalui penggunaan diagram TTT untuk jenis baja tertentu. Pada
diagram ini  sumbu  tegak  menyatakan  temperatur  sedangkan  sumbu  datar
menyatakan  waktu  yang  di plot  dalam  skala  logaritmik.  Diagram ini
merupakan ringkasan dari beberapa jenis struktur mikro yang diperoleh dari
rangkaian  percobaan  yang  dilakukan  pada  spesimen yang  kecil yang
dipanaskan pada  temperatur austenisasinya,  kemudian di quench pada
temperatur tertentu dibawah titik eutektoid A1, untuk jangka waktu yang
tertentu pula sampai seluruh austenit bertransformasi. Proses transformasi dari
austenit pada baja yang bersangkutan diamati dan dipelajari dengan
menggunakan mikroskop.
Produk yang diperoleh dari transformasi austenit dapat dikelompokkan
kedalam  tiga  kelompok.  Pada  rentang  temperatur  antara  A1 sampai kira-
kira akan  terbentuk  perlit.  Tetapi  perlit  yang  terbentuk  pada temperatur
sekitar 700oC akan lebih kasar; sedangkan perlit yang terbentuk pada
temperatur sekitar 550oC akan lebih halus. Dibawah temperatur ini, yaitu
450oC akan terbentuk upper bainite dan pada temperatur sekitar 250oC yaitu
sedikit di atas Ms akan terbentuk Iower bainite. Harga kekerasan dari struktur
tersebut di atas dapat dibaca pada skala yang terdapat disebelah kanan kurva.
Pada diagram TTT; kurva B menyatakan awal dari transformasi austenit,
sedangkan kurva E menyatakan waktu yang diperlukan   untuk 
mentransformasikan seluruh austenit. Daerah disebelah kiri kurva B
menyatakan perioda Inkubasi dimana transformasi dari austenit  belum
dimulai. Terlihat bahwa proses transformasi yang paling cepat terjadi pada
temperatur sekitar 550oC, dimana awal transformasi dapat berlangsung kurang
dari satu detik. Dan dalam waktu 5 detik seluruh fasa austenit sudah
bertransformasi. Hal ini menunjukkan bahwa laju pendinginan untuk
memperoleh Martensit atau Bainit harus cepat, dan ini hanya terjadi dengan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 17


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

Jalan dicelup ke dalam air (quench). Perlit yang terbentuk pada temperatur
yang lebih tinggi memiliki kekerasan yang lebih rendah dibanding Perlit yang
halus. Hal ini erat kaitannya dengan kelakuan presipitasi sementit dari
austenit, Bainit yang terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi memiliki
kekerasan yang lebih rendah dibanding dengan Bainit yang terbentuk pada
temperatur yang lebih rendah. Struktur Bainit yang terbentuk pada temperatur
yang lebih tinggi relatif berbeda dengan struktur bainit yang terbentuk pada
temperatur yang lebih rendah.
Pembentukan Martensit sangat berbeda dibandingkan dengan
Pembentukan perlit atau bainit. Pembentukan martensit hampir tidak
tergantung pada waktu. Sebagai contoh: Martensit mula terbentuk sekitar
200oC (Ms) dan terus berlanjut sampai temperatur mencapai 290oC yaitu pada
saat Martensit mencapai 100% (Mf).
Pembentukan martensit dikaitkan dengan waktu pada diagram
dinyatakan dengan garis horizontal. Pada 990oC hampir 90% martensit telah
terbentuk. Perbandingan ini tidak berubah terhadap waktu sepanjang
temperaturnya dijaga konstan. Pengaruh laju  pendinginan  pada transformasi
austenit  dapat  diuraikan melalui penggunaan diagram TTT untuk jenis baja
tertentu dipanaskan  pada  temperatur  austenisasinya,  kemudian  di quench 
pada temperatur tertentu di abawah titik eutektoid A1 untuk jangka waktu
yang tertentu pula sampai seluruh transformasi austenit. Produk yang
diperoleh dari transformasi austenit dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok. Pada rentang temperatur antara A1 sampai kira – kira 550 oC akan
terbentuk perlit. Tetapi perlit yang terbentuk sekitar 700oC akan lebih kasar,
sedangkan perlit yang terbentuk pada temperatur 550oC akan lebih halus. Pada
temperatur sekitar 450oC akan terbentuk upper bainite dan pada temperatur
250oC yaitu sekitar sedikit di atas Ms akan terbentuk lower bainite. Harga
kekerasan dari struktur - struktur tersebut dapat dibaca pada skala yang
terdapat disebelah kanan kurva. Perlit yang terbentuk pada temperatur yang
lebih tinggi memiliki kekerasan yang lebih rendah dibanding perlit yang

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 18


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

halus. Hal ini erat kaitannya dengan kelakuan persipitasi sementit dari
austenit. Bainit yang terbentuk pada temperatur  yang  lebih  tinggi  memiliki 
kekerasan  yang  lebih rendah dibanding dengan bainit yang terbentuk pada
temperatur yang lebih rendah. Struktur bainit terbentuk pada temperatur yang
lebih tinggi relatif berbeda dengan struktur bainit yang terbentuk pada
temperatur yang lebih rendah.
Diagram CCT

Diagram Continous Cooling Transformation atau biasa disebut CTT


diagram, merupakan diagram yang menggambarkan hubungan antara laju
pendinginan kontinyu dengan fasa atau struktur yang terbentuk setelah
terjadinya transformasi fasa.
Gambar dibawah menunjukkan diagram CCT untuk baja secara
skematika. Terlihat bahwa kurva-kurva pendinginan kontinyu dengan laju
pendinginan yang berbeda akan menghasilkan fasa atau struktur baja yang
berbeda. Setiap kurva pendinginan yaitu kurva (a), (b), (c), memperlihatkan
permulaan dan akhir dari dekomposisi austenite menjad fasa atau struktur baja
akhir.

Gambar 2.3 Diagram CCT


Sebagai ilustrasi, baja mengandung 0,2% karbon yang telah diaustenisasi pada
temperature 920oC, kemudian didinginkan dengan laju yang berbeda sampai
temperature 200 dan 250oC.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 19


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

Kurva pendinginan (a) menunjukkan pendinginan secara kontinyu


yang sangat cepat dari temperatur austenit sekitar 920oC ke temperature
200oC. Laju pendinginan cepat ini menghasilkan dekomposisi fasa austenite
menjadi martensit. Fasa austenite akan mulai terdekomposisi menjadi
martensite pada temperature Ms, martensite start. Sedangkan akhir
pembentukan martensite akan berakhir ketika pendinginan mencapai
temperature Mf, martensite finish.
Kurva pendinginan (b) menunjukkan pendinginan kontinyu dengan
laju sedang/medium dari temperature 920oC ke 250oC. Dengan laju
pendinginan kontinyu ini fasa austenite terdekomposisi menjadi struktur
bainite.
Kurva pendinginan (c) menunjukkan pendinginan kontinyu dengan
laju pendinginan lambat dari temperature 920oC ke 250oC. Pendinginan
lambat ini menyebabkan fasa austenite terdekomposisi menjadi fasa ferit dan
perlit.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 20


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

2.3 Tata Cara Praktikum


2.3.1 Skema Proses

Siapkan Alat dan Bahan

Siapkan Spesimen Baja AISI


1045

Masukkan ke dalam tungku


Muffle

Panaskan sampai temperatur


850oC

Lakukan holding time

Pendinginan cepat

(Quenching (Quenching Udara terbuka Suhu di dalam


Air) Oli) (Normalizing) tungku
(Annealing)

Amplas

Uji kekerasan

Pengolahan data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.4 Skema Proses Perlakuan Panas

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 21


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Langkah pertama adalah dengan menyiapkan Alat dan Bahan.
2. Langkah kedua adalah menyiapkan spesimen Baja AISI 1045.
3. Langkah ketiga adalah memasukkan spesimen Baja AISI 1045 ke
dalam tungku muffle.
4. Langkah keempat adalah memanaskan spesimen di dalam tungku
muffle sampai temperatur 850oC.
5. Langkah kelima adalah melakukan Holding Time atau Waktu
Penahanan selama 25 menit, agar suhu panas pada spesimen dapat
merata dan masuk pada bagian dalam spesimen.
6. Langkah keenam adalah pendinginan secara cepat, dengan
beberapa metoda, yaitu Quenching Air, Quenching Oli,
Annealing, dan Normalizing.
7. Langkah ketujuh adalah pengamplasan pada bagian permukaan
spesimen yang akan dilakukan pengujian kekerasan, dengan
menggunakan amplas 60 dan 600 Mesh.
8. Langkah kedelapan adalah melakukan pengujian kekerasan
terhadap spesimen baja AISI 1045, dengan menggunakan alat uji
Rockwell-C.
9. Langkah kesembilan adalah mencatat pengumpulan dan
pengolahan data pada tiap lembar kerja praktikum yang telah
disediakan.
10. Langkah kesepuluh adalah melakukan analisa dan pembahasan
terhadap hasil dari praktikum Perlakuan Panas.
11. Langkah terakhir yaitu mencatat kesimpulan dari seluruh
rangkaian kegiatan praktikum Perlakuan Panas.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 22


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

2.4 Alat Dan Bahan


2.4.1 Alat :
1. Tungku Muffle : 1 buah
2. Kikir : 1 buah
3. Penjepit Spesimen : 1 buah
4. Ragum : 1 buah
5. Sarung Tangan Tahan Panas : 1 pasang
6. Mesin uji Rockwell – C : 1 buah

2.4.2 Bahan:
1. Baja AISI 1045 : 4 Buah
2. Media Pendingin (air dan oli) : masing-masing 1 ember
3. Amplas 60 dan 600 Mesh : masing-masing 1 lembar

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
1. Spesimen Uji : Baja AISI 1045 (4 buah)
2. Jenis Tungku : Muffle
3. Metoda Pengujian Kekerasan : Indentasi
4. Jenis Penguji Kekerasan : Rockwell-C
5. Jenis Indentor : Kerucut Intan
6. Beban Minor : 10 kg
7. Beban Major : 140 kg
8. Beban Total : 150 kg
9. Waktu Penekanan : 10 detik

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Baja AISI 1045


Jenis
%C %Mn %Si %Mo %P %S
Material
0,4- 0,04 0,05
AISI 1045 0,6 - 0,9 0,1 - 0,3 0,025
0,45 maks maks

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 23


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

Tabel 2.2 Proses Perlakuan Panas dan Kekerasan


HRc Rata-
Keterangan Kekerasan (HRc)
rata
Spesimen
No. Jenis Temperatur
Uji Holding
Perlakuan Pemanasan 1 2 3
Time (s)
Panas (oC)
1. AISI 1045 Annealing 850 1500 7 9,5 8,5 8,3 HRc
Quenching
2. AISI 1045 850 1500 55 50 52 52,3 HRc
Air
Quenching
3. AISI 1045 850 1500 27 34,5 28 29,8 HRc
Oli
4. AISI 1045 Normalizing 850 1500 16,5 17,5 16 16,7 HRc

-Grafik Holding Time


T (oC)
Holding Time 25 menit
850oC Pemanasan

t (waktu)

Keterangan Garis :
( ) : Pemanasan
( ) : Holding Time 25 menit
( ) : Quenching Air
( ) : Quenching Oli
( ) : Normalizing
( ) : Annealing

Gambar 2.5 Grafik Holding Time

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 24


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

1) Diagram Kekerasan Quenching Air


56
HRc
55

54

53

52

51

50

49

48

47 Percobaan Ke-
1 2 3

Gambar 2.6 Diagram Kekerasan Quenching Air

2) Diagram Kekerasan Quenching Oli


40

35

30

25

20

15

10

0 Percobaan Ke-
1 2 3

Gambar 2.7 Diagram Kekerasan Quenching Oli

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 25


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

3) Diagram Kekerasan Normalizing


18
HRc
17.5

17

16.5

16

15.5

15 Percobaan Ke-
1 2 3

Gambar 2.8 Diagram Kekerasan Normalizing

4) Diagram Kekerasan Annealing


10
HRc
9

0 Percobaan Ke-
1 2 3

Gambar 2.9 Diagram Kekerasan Annealing

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 26


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

5) Diagram Kekerasan Rata-rata

60

50

40

30

20

10

0
Quenching Air Quenching Oli Normalizing Annealing

Media Pendingin

Gambar 2.10 Diagram Kekerasan Rata-rata

2.5.2 Pengolahan Data


- Penentuan HRc rata-rata
1. Annealing
HRc Percobaan
HRc rata-rata =
Jumlah Percobaan
7+9 ,5 +8,5
=3

= 8,3 HRc
2. Quenching Air
HRc Percobaan
HRc rata-rata =
Jumlah Percobaan
55+50+52
=3

= 52,3 HRc

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 27


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

3. Quenching Oli
HRc Percobaan
HRc rata-rata =
Jumlah Percobaan
27+34 ,5 +28
=3

= 29,8 HRc
4. Normalizing
HRc Percobaan
HRc rata-rata =
Jumlah Percobaan
16 ,5 +17,5+16
=3

= 16,7 HRc
2.6 Analisa dan Pembahasan
Perlakuan Panas merupakan Metoda/ proses pemanasan pada
temperature tententu dengan pendinginan yang bervariasi, untuk merubah
struktur mikro, dengan tujuan untuk memperbaiki sifat materil. Tujuan dari
praktikum Perlakuan Panas ini yaiutu untuk mengetahui proses Perlakuan
Panas dan untuk mengetahui sifat kekerasan dari baja/spesimen yang telah
dilakukan proses Quenching, Annealing dan Normalizing.
Pada praktikum kali ini, kita menggunakan spesimen Baja
dengan strandar AISI 1045, yang berarti Baja Karbon dengan komposisi
Karbon 0,45% . Kemudian untuk melakukan proses perlakuan panas kita
harus menyiapkan spesimen baja AISI 1045, kemudian di panaskan dengan
Temperatur 850oC di dalam tungku Muffle, atau dapat dikatakan juga
temperature austenisasi, mengapa dilakukan pada temperatur austenisasi,
karena daerah austenit merupakan daerah yang paling luas, serta batas
kelarutan nya tinggi, yaitu 2,1%C, dan sifat austenite yang tidak stabil
sehingga membuat austenit mudah untuk direkayasa/dibentuk. Kemudian
setelah dipanaskan dengan temperatur 850oC dilakukan Holding Time atau

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 28


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

Waktu Penahanan selama 25 menit, untuk menyeragamkan suhu permukaan


dengan bagian dalam dari specimen. Waktu penahanan sangat berpengaruh
pada saat transformasi, karena apabila waktu penahanan yang diberikan
kurang tepat/terlalu cepat, maka transformasi yang terjadi tidak sempurna dan
tidak homogen. Selain itu, waktu yang terlalu pendek tidak menjamin
temperatur di semua bagian sama, sehingga transformasi ke austenite menjadi
tidak sempurna, sehingga kekerasan nya tidak akan meningkat. Sedangkan
jika terlalu lama, maka terjadi pertumbuhan butir menjadi lebih besar/kasar,
yang menyebabkan kekuatan nya menurun atau rapuh.
Setelah dilakukan Holding Time lalu dilakukan proses
pendinginan dengan berbagai metoda, yaitu Quenching, Annealing, dan
Normalizing. Pada proses Quenching terbagi menjadi 2 metoda, yaitu dengan
media Oli dan Air dengan masing-masing penjelasanya. Quenching Oli yaitu
proses pendinginan secara cepat dengan media oli, dan Quenching Air yaitu
proses pendinginan cepat dengan media Air. Perbedaan dari kedua media
Quenching tersebut akan terlihat ketika melakukan proses Uji Keras, setelah
kita melakukan Uji Keras dapat diketahui bahwa proses Quenching Air lebih
keras hasilnya daripada proses Quenching Oli, karena media air lebih mudah
menyerap panas dari Baja, karena tingkat viskositasnya yang sangat rendah,
sedangkan media oli lebih lambat menyerap panas dari Baja karena tingkat
viskositas nya tinggi, sehingga hasil kekerasan nya leboh rendah
dibandingkan Quenching menggunakan Air.
Peoses selanjutnya yaitu Annealing. Annealing merupakan
proses pendinginan secara perlaha, yaitu dengan cara mematikan temperatur
tungku lalu membiarkan specimen dingin secara perlahan di dalam tungku.
Dan yang terakhir yaitu Normalizing. Proses Normalizing dilakukan dengan
cara membiarkan spesimen dingin dengan udara terbuka setelah kita
melakukan proses Perlakuan Panas pada spesimen uji.
Setelah semua spesimen uji didinginkan dengan berbagai
macam metoda, kemudian langkah selanjutnya yaitu pengujiann kekerasan

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 29


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

pada spesimen uji, dengan menggunakan alat uji yang bernama Rockwell,
pada proses oengunjian, kita menggunakan Rockwell skala C, dengan beban
minor 10 kg dan dengan beban mayor 140 kg, serta metode pengujian
kekerasan nya yaitu indentasi dan waktu penekanannya selama 10 detik, untuk
mendapatkan harga kekerasan dari proses uji kekerasan.
Adapun hasil/harga kekerasan daro proses uji kekerasan
terhadap spesimen yang telah di uji kekerasannya, yaitu untuk Spesimen yang
dilakukan proses Quenching Air mendapatkan harga kekerasan total sebesar
52,3 HRc, specimen yang dilakukan proses Quenching Oli mendapatkan
harga kekerasan total sebesar 29,8 HRc, untuk spesimen yang dilakukan
proses Normalizing mendapatkan harga kekerasan total sebesar 16,7 HRc, dan
untuk spesimen yang dilakukan proses Annealing mendapatkan harga
kekerasan total sebesar 8,3 HRc.
Dari hasil uji kekerasan tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa specimen yang menggunakan metoda Quenching Air memiliki harga
kekerasan yang paling tinggi, yaitu 52,3 HRc dan harga kekerasan paling
rendah yaitu hasil dari metoda Annealing, yang bernilai 8,3 HRc. Dengan
berbagai metoda ppendinginan tersebut, maka kita dapat mengetahui metoda
mana yang memiliki harga kekerasan yang paling tinggi, dan yang paling
rendah.
2.7 Kesimpulan
1. Setelah kita melakukan proses Perlakuan Panas, maka kita dapat
mengetahui bagaimana langkah-langkah yang dilalui pada proses Perlakuan
Panas, serta hal apa saja yang perlu diperhatikan pada proses Perlakuan Panas,
sehingga kita dapat mencapai tujuan dari proses Perlakuan Panas.
2. Setelah kita melakukan proses pendinginan yang bervariasi pada Perlakuan
Panas yaitu Quenching, Annealing, dan Normalizing, kita dapat mengetahui
manakah harga kekerasan yang paling tinggi dan yang paling rendah dari
ketiga metoda tersebut.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 30


BAB II PERLAKUAN PANAS Kelompok 2

3. Setelah kita melakukan proses Perlakuan Panas serta dilakukan proses


pendinginan yang bervariasi, maka dapat diketahui bahwa material yang telah
melalui proses pendinginan secara Quenching Air memiliki harga kekerasan
yang paling tinggi, yaitu 52,3 HRc, sedangkan material yang melalui proses
Annealing memiliki harga kekerasan yang paling rendah, yaitu 8,3 HRc.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2016-2017 31

Anda mungkin juga menyukai