Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PENGUJIAN TARIK

2.1 Tujuan
1. Mengetahui prosedur dan tahapan pengujian tarik.
2. Mengetahui sifat mekanik pada material.
3. Mengetahui fenomena – fenomena maupun perubahan yang terjadi pada
material saat dilakukan pengujian tarik.
4. Mengetahui cara penggunaan atau pengoperasian mesin uji tarik.

2.2 Teori Dasar


Pengujian tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan
suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang
sesumbu[Askeland, 1985]. Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik dari suatu material.
Uji tarik (tension test) penting dilakukan di dalam bidang manufaktur
karena dengan pengujian ini dapat diketahui beberapa sifat mekanik material.
Sifat mekanik material perlu diketahui ketika dilakukan pembuatan sebuah
konstruksi mesin. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat
mekanik material. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat
mekanik material yaitu dengan melakukan pengujian yang dikenal dengan nama
pengujian tarik.
Pengujian tarik merupakan salah satu pengujian material yang paling
banyak dilakukan di dunia industry. Karena pengujian ini terbilang yang paling
mudah dan banyak data yang bisa diambil dari pengujian ini. Diantaranya yang
bisa didapat dari pengujian tarik ini adalah : [1]
1. Kekuatan tarik maksimum (
Merupakan tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh
material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Pada bahan yang
bersifat getas, dimana tegangan maksimum itu merupakan sekaligus
tegangan perpatahan (titik putus). Dirumuskan:

8
KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

F
σ=
Ao

Dimana, adalah

: Tegangan tarik maksimum (MPa, N/mm2),

P : Beban Maksimum(N) dan

: Luas Penampang Mula- mula (mm2).


2. Regangan maksimum (
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan
terhadap panjang awalnya. Dirumuskan:

Dimana, Li adalah Panjang sesudah patah (mm), Lo adalah


Panjang mula-mula (mm), adalah Regangan (%).
3. Modulus elastisitas (

Merupakan ukuran kekakuan suatu material pada grafik tegangan-


regangan modulus kekakuan tersebut dapat dihitung dari slope
kemiringan garis elastic yang linier, diberikan oleh:

σ
E=
e

E Dimana, adalah Modulus elastisitas (MPa), σ adalah Tegangan

maksimum (KN/mm2), e dan adalah Regangan (%).


Pengujian tarik dapat menunjukan beberapa fenomena perpatahan ulet dan
getas, perpatahan ini dapat dilihat dengan mata telanjang. Perpatahan ulet
umumnya lebih disukai karena bahan ulet dan tangguh dan memberikan
peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan. Sedangkan perpatahan
getas memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan patah ulet, yaitu tidak ada atau
sedikit sekali terjadi deformasi plastis pada material. Patahannya merambat

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 9


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

sepanjang bidang.

Gambar 2.1 Profil data hasil uji tarik

Batas elastis ( elastic limit ) Dalam Gambar 2.5 dinyatakan dengan titik A.
Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian bebannya
dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke kondisi semula (tepatnya
hampir kembali ke kondisi semula) yaitu regangan “nol” pada titik O (lihat inset
dalam Gambar 2.5). Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum
Hooke tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan. Terdapat
konvensi batas regangan permamen (permanent strain) sehingga masih disebut
perubahan elastis yaitu kurang dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan
0.005% . Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini.
Batas proporsional σp ( proportional limit ) Titik sampai di mana penerapan
hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam
praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.
Deformasi plastis ( plastic deformation ) Yaitu perubahan bentuk yang tidak
kembali ke keadaan semula. Pada Gambar 2.5 yaitu bila bahan ditarik sampai
melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan luluh atas σuy ( upper yield stress ) Tegangan maksimum sebelum
bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke plastis.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 10


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

Tegangan luluh bawah σly ( lower yield stress ) Tegangan rata-rata daerah
landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila hanya
disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan
ini.
Regangan luluh εy ( yield strain ) Regangan permanen saat bahan akan
memasuki fase deformasi plastis.
Regangan elastis εe ( elastic strain ) Regangan yang diakibatkan perubahan
elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini akan kembali ke posisi
semula.
Regangan plastis εp ( plastic strain ) Regangan yang diakibatkan perubahan
plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap tinggal sebagai perubahan
permanen bahan.
Regangan total ( total strain ) Merupakan gabungan regangan plastis dan
regangan elastis, εT = εe+εp. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B,
regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi
regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan
plastis.
Tegangan tarik maksimum TTM ( UTS, ultimate tensile strength ) Pada
Gambar 2.5 ditunjukkan dengan titik C (σ β), merupakan besar tegangan
maksimum yang didapatkan dalam uji tarik.
Kekuatan patah ( breaking strength ) Pada Gambar 2.5 ditunjukkan dengan titik
D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus atau patah.
Derajat ketangguhan (toughness) Kapasitas suatu bahan menyerap energi
dalam fase plastis sampai bahan tersebut putus. Sering disebut dengan Modulus
Ketangguhan (modulus of toughness). Dalam Gambar 2.5, modulus ketangguhan
sama dengan luas daerah dibawah kurva OABCD.
Kelenturan (ductility) Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan
derajat deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal pada
uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis yang terjadi sebelum
putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
Data-data sifat mekanik material inilah yang nantinya akan digunakan
dalam perancangan suatu elemen mesin. Pada uji tarik (tension test) benda uji

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 11


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

diberi beban gaya tarik sesumbu yang bertambah besar secara kontinu, bersamaan
dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang dialami benda uji.
Hasil dari uji tarik ini ditampilkan dalam suatu kurva tegangan regangan.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan
regangan logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh, persen perpanjangan dan
pengurangan luas.
Seiring dengan berkembangnya teknologi, maka pada saat ini mesin uji
tarik dilengkapi dengan perangkat-perangkat elektronik untuk memudahkan dalam
menganalisa data yang diperoleh. Load cell merupakan salah satu perangkat
elektronik yang digunakan sebagai perangkat tambahan pada mesin uji tarik. Hasil
uji tarik akan lebih baik atau lebih akurat apabila alat uji tarik dilengkapi dengan
Load Cell menggunakan Sistem Perangkat pengolahan data. [2]
Pengujian tarik juga merupakan salah satu dari pengujian mekanik yang
sangat sederhana, mendasar/fundamental, tidak mahal dan telah di standarisasi di
seluruh dunia seperti di Jepang JIS 2241 dan di Amerika ASTM E 8 dan ASTM E
8M adalah pengujian tarik (tensile test) juga sering disebut sebagai tension test,
dari pengujian ini dapat mengetahui kekuatan mulur, perpanjangan,reduksi, dan
modulus elastisitas dari suatu material. Umumnya uji mekanik material yang
dilakukan bertujuan untuk mengukur kekutan tarik (tensile strength) dari suatu
bahan dan didaerah plastis. [3]

Gambar 2.1 Model Speciment Standar ASTM E8 dan ASTM E8M

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 12


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

2.3 Tata Cara Praktikum


2.3.1 Skema Proses

Siapkan alat dan bahan

Pengukuran dimensi BJTP 24

Pasang dan jepit BJTP 24

Pasang dan jepit milimeter blok

Operasikan mesin Universal Testing Machine

Pemberian beban hingga patah

Lepaskan baja BJTP 24dari penjepit

Pengukuran dimensi BJTP 24

Pengumpulan dan pengolahan data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 2.7 Skema proses pengujian Tarik

2.3.2 Penjelasan Skema Proses


1. Siapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan pada
saat pengujian tarik.
2. Ukur dimensi specimen BJTP 24 seperti panjang awal, luas
penampang dan diameter awal spesimen menggunakan mistar dan
jangka sorong.
3. Berikan tanda berupa titik menggunakan marker/spidol atau tipe-x
pada gauge length.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 13


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

4. Pasang spesimen pada mesin uji, dijepit pada grip. Letakkan


specimen BJTP 24 se-presisi mungkin (pada posisi tengah dari grip
penjepit) dengan tujuan untuk memusatkan konsentrasi tegangan
pada gauge length.
5. Nyalakan mesin uji tarik, berikan pembebanan tarik terhadap
spesimen hingga spesimen patah (fracture).
6. Ukur dimensi akhir spesimen, panjang akhir dan diameter akhir
pada specimen BJTP 24.
7. Lakukan analisa dari hasil pengujian tarik, dengan menganalisa
kurva mesin dan data-data yang yang diperoleh.
8. Tarik kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan.

2.4 Alat dan Bahan


2.4.1 Alat
1. Universal Testing Machine : 1 buah
2. Jangka sorong : 1 buah
3. Mistar : 1 buah
4. Kalkulator : 1 buah
5. Ballpoint : 1 buah
2.4.2 Bahan
1. Spesimen baja BJ TP 24 : 1 buah
2. Kertas milimeter blok : 1 buah

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 14


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

2.5 Pengumpulan dan Pengolahan Data


2.5.1 Pengumpulan Data
a. Standar Pengujian : JIS Z 2201
b. Tabel Sebelum Penarikan
Tabel 2.1 Data Sebelum Penarikan
No
Data
.
1. Jenis Material BJ TP24(JIS Z 2201)
2. Panjang Awal (lo) lo = 100 mm
3. Diameter Awal (do) do = 4,9 mm
4. Luas Penampang Awal (Ao) Ao = 18,85 mm

c. Tabel Setelah Penarikan


Tabel 2.2 Data Setelah Penarikan
No
Data
.
Fmax = 1050 Kg
1. Fmax
Fmax = 11 kotak
2. Skala 1 Kotak = 95,46 Kg
Fy = 9 Kotak
3. Fy
Fy = 859,14 Kg
4. Panjang Akhir (lf) lf = 120 mm

Tabel 2.2 Data Setelah Penarikan (Sambungan)


5. Diameter Akhir (df) df = 0,26 mm
Luas Penampang
6. Af = 3,06 mm2
Akhir (Af)
Perubahan Panjang ∆l = 0,378 mm
7.
(∆f) ∆l = 53 kotak

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 15


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

σu = 55,7 Kg/mm2 =
8. Kekuatan Tarik (σu)
557 Mpa
σy = 45,58 Kg/mm2 =
9. Kekuatan Luluh (σy)
455,8 Mpa
10. Keuletan (Ԑ) Ԑ=2%
Modulus Elastisitas E = 227,9 Kg/mm2 =
11.
(E) 22,79 GPa
∆l ( mm )
12. Skala ∆l (mm) = 0,378 mm
∆l ( mm )

d. Foto Spesimen
 Sebelum Pengujian

Gambar 2.8 Spesimen sebelum pengujian

 Setelah Pengujian

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 16


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

Gambar 2.9 Spesimen setelah pengujian

Kurva Mesin

Gambar 2.10 Kurva mesin uji tarik specimen BJ TP 24

2.5.2 Pengolahan Data


1. Perhitungan
a. Luas Penampang Awal (A0)
1 1
A0 = .π.d02 = 3,14 (4,9 mm)2 = 18,85 mm2
4 4
b. Skala (kg)
F max (kg)
1 kotak =
F max (kotak )
1050 kg kg
= = 95,46
11 kotak kotak
c. Kekuatan Luluh (Fy)

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 17


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

kg
Fy = 9 kotak x 95,46 = 859,14 kg
kotak
d. Luas Penampang Akhir (Af)
1 1
Af = .π.df2 = 3,14 (3,06 mm)2 = 7,35 mm2
4 4
e. Perubahan Panjang (∆ℓ)
∆ℓ = ℓf - ℓ0 = 120 mm – 100 mm =20 mm
f. Kekuatan Tarik (σu)
F max 1050 kg kg
σu = = 2 = 55,7 = 557 MPa
A0 18,8 5 mm mm 2
g. Kekuatan Luluh (σy)
Fy 85 9,14 kg kg
σy = = 2 = 44,58 = 445,8 MPa
A0 18,8 5 mm mm 2
h. Keuletan (ɛ)
∆l
ɛ= x 100%
l0
l f- l 120 mm -100 mm
= 0
x 100% = x 100% = 20%
l0 100 mm

i. Modulus Elastisitas (E)


kg
σ y 44,58
E= = mm2
ɛ
0 ,2
kg
E = 227,9 = 2,279 GPa
mm 2
j. Skala (mm)
∆l (mm) 20 mm mm
1 kotak = = = 0,378
∆l ( kotak ) 53 kotak kotak

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 18


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

PERHITUNGAN F (kg)
F1 = 5 x 95,46= 477,3 kg F8 = 11 x 95,46 = 1050 kg
F2 = 9 x 95,46= 859,14 kg F9 = 12 x 95,46 = 1145,52 kg
F3 = 11 x 95,46= 1050 kg F10= 12 x 95,46 = 1145,52 kg
F4 = 11 x 95,46= 1050 kg F11= 11 x 95,46 = 1050 kg
F5 = 10 x 95,46= 954,6 kg F12= 7 x 95,46= 668,22 kg
F6 = 11 x 95,46= 1050 kg
F7 = 10 x 95,46= 954,6 kg
PERHITUNGAN ∆L
∆L1 = 9 x 0,378 = 3,402 mm ∆L7 = 24 x 0,378 = 9,072 mm
∆L2 = 11x 0,378 = 4,158 mm ∆L8 = 34 x 0,378 = 12,852 mm
∆L3 = 12 x 0,378 = 4,536 mm ∆L9 = 45 x 0,378 = 17,01 mm
∆L4 = 14 x 0,378 = 5,292 mm ∆L10 = 48 x 0,378 = 18,144 mm
∆L5 = 16 x 0,378 = 6,048 mm ∆L11= 53 x 0,378 = 20 mm
∆L6 = 19 x 0,378 = 7,182 mm

PERHITUNGAN S dan e UNTUK MENDAPATKAN KURVA


TEKNIK
F ∆L
S= ; e=
A L
Dimana : A₀ = 18,85 mm²
l₀ = 100 mm
477,3 1050
S1 = =25,32 kg /mm ² S8 = =55,70 kg/mm ²
18,85 18,85
859,14 1145,52
S2 = =45,58 kg/mm ² S9 = =60,77 kg /mm ²
18,85 18,85
1050 1145,52
S3 = =55,70 kg/ mm ² S10 = =60,77 kg /mm ²
18,85 18,85
1050 1050
S4 = =55,70 kg/ mm ² S11 = =55,70 kg/ mm ²
18,85 18,85

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 19


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

954,6 668,22
S5 = =50,64 kg /mm ² S12 = =35,45 kg/mm ²
18,85 18,85
1050
S6 = =55,70 kg/ mm ²
18,85
954,6
S7 = =50,64 kg /mm ²
18,85

Perhitungan e
3,042 12,852
е1 = =0,03042 e8 = =0,1282
100 100
4,158 17,01
e2 = =0,04158 e9 = =0,1701
100 100
4,536 18,144
e3 = =0,04536 e10 = =0,18144
100 100
7,182 20
e4 = =0,07182 e11 = =0,2
100 100
6,048 7,182
e5 = =0,06048 e6 = =0,07182
100 100
9,072
e7 = =0,0972
100

70 Kurva Teknis

60 55.7

50

40
S (Stres) (kg/mm2)

30

20

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
e (Strain)

Gambar 2.11 Kurva teknis uji tarik specimen BJ TP 24

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 20


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

Konversi Kurva Mesin ke Kurva Sebenarnya


Perhitungan σ pada kurva sebenarnya
F1 4 77,3 kg kg F7 9 54,6 kg
σ1 = = 2 = 25,32 σ7 = = =
A0 18,8 5 mm mm 2 A0 18,8 5 mm 2

kg
50,64
mm 2
F2 8 59,14 kg kg F8 1050 kg
σ2 = = 2 = 45,58 σ8 = = =
A0 18,8 5 mm mm 2 A0 18,8 5 mm 2

kg
55,70
mm 2
F3 1050 kg kg F9 1145,52 kg
σ3 = = 2 = 55,70 σ9 = = =
A0 18,8 5 mm mm 2 A0 18,8 5 mm 2

kg
60,77
mm 2
F 4 1050 kg kg F10 1145,52 kg
σ4 = = 2 = 55,70 σ 10= = =
A0 18,8 5 mm mm 2 A0 18,84 mm2

kg
60,77
mm 2
F5 954,6 kg kg F11 1050 kg
σ5 = = 2 = 50,64 σ11= = =
A0 18,8 5 mm mm 2 A0 18 ,85 mm 2

kg
55,70
mm 2

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 21


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

F6 1050 kg kg F12 668,22 kg


σ6 = = 2 = 55,70 σ12= = =
A0 18,8 5 mm mm 2 A0 18,8 5 mm 2

kg
35,45
mm 2
f f f 13 763,68
σ13 = = = =103,902 kg/mm ²
Af Af 7,35

PERHITUNGAN ε

ε = ln ( e + 1 )

ε1 = ln ( 0,03042+ 1 ) = 0,0299 ε8 = ln (0,1282+ 1 ) = 0,1206


ε2 = ln ( 0,04158 + 1 ) = 0,0407 ε9 = ln (0,1701+ 1 ) = 0,1571
ε3 = ln ( 0,04536+ 1 ) = 0,0444 ε10 = ln (0,18144+ 1 ) = 0,1666
ε4 = ln (0,07182 + 1 ) = 0,0693 ε11 = ln (0,2+ 1 ) = 0,1823
A0 18,85
ε5= ln (0,06048+ 1 ) = 0,0587 ε = ln = ln = 2,565
Af 7,35
ε6 = ln (0,07182+ 1 ) = 0,0693
ε7 = ln (0,0972+ 1 ) = 0,0927

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 22


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

Kurva Sebenarnya
30

25

20
σ (kg/mm2)

15

10

0
0 0.5 1 1.5 2
Regangan (ε)

Gambar 2.11 Kurva sebenarnya uji tarik specimen BJ TP 24

2.6 Analisa dan Pembahasan


Pada praktikum ini dilakukan proses pengujian tarik yang merupakan dasar
dari pengujian mekanik yang termasuk dalam jenis pengujian Destructive Test
atau pengujian yang sifat nya merusak material. Pada dasarnya pengujian tarik ini
dilakukan untuk mengetahui respon material ketika diberikan beban dari luar
(gaya dari luar) yang dapat mengakibatkan perubahan struktur mikro pada suatu
material. Selain itu, dengan dilakukannya pengujian tarik in, kita dapat
mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu logam, diantara nya yaitu kekuatan
tarik, kekuatan luluh, modulus elastisitas, perpanjangan, dan reduksi penampang.
Pada praktikum pengujian tarik ini, pengujian menggunakan spesimen baja
tulangan polos 24. Berdasarkan standar SNI-07-2025-2022, BJTP 24 jika di uji
tarik memiliki sifat mekanik seperti kekuatan luluh minimum 235 N/mm 2 (MPa),
kekuatan tarik minimum 380 N/mm2 (MPa) dan regangan sebesar 20-
24%.Praktikum pengujian tarik yang dilakukan menggunakan standar SNI-07-
2025-2022 yang diuji menggunakan mesin uji tarik “Universal Testing Machine”
(UTM) konvensional.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 23


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

Setelah dilakukan pengujian tarik ini, didapatkan perpanjangan sebesar 12


mm, penambahan luas penampang sebesar 3,84 mm, serta keuletan sebesar
4,78%. Dengan hasil demikian dapat diketahui bahwa sifat material tersebut bisa
dibilang ulet, karena pada hasil pengujian pada material terdapat proses necking
yang berarti adanya deformasi plastis yang diartikan sebagai peristiwa awal
sebelum material tersebut mengalami fracture atau perpatahan, deformasi plastis
disebabkan karena spesimen telah mencapai batas kekuatan nya untuk menahan
beban tarik yang diberikan atau bisa disebut dengan UTS (Ultimate Tensile
Strength), serta pada ujung patahan terdapat bentuk cup and cone yang mana cup
itu bagian yang cekung kedalam dan cone adalah bagian yang cembung keluar
walaupun itu tidak begitu mencolok bentuk nya. Jika permukaan patahannya
berserabut maka karakteristik tersebut dapat diketahui sebagai jenis patahan yang
termasuk patah ulet dan bentuk patahannya adalah cup and cone. Kemudian pada
spesimen uji terdapat gage length yang berfungsi untuk mengkonsentrasikan
tegangan ketika dilakukan uji tarik, sehingga tegangan yang diberikan dapat
diserap pada daerah gage length. Kekuatan tarik maksimum ini berhubungan
dengan beban maksimum material, semakin besar beban maksimum (F max) maka
akan semakin besar kekuatan tarik maksimumnya (σ UTS). Dari hasil pengolahan
data, nilai kekuatan tarik maksimum yang diperoleh yaitu sebesar 48,83 kg/mm2
(488,3 MPa) dan nilai kekuatan luluh yang diperoleh yaitu sebesar 43,84 kg/mm 2
(438,4 MPa). Nilai keuletan yang diperoleh sebesar 4,78%. Modulus elastisitas
yang berhubungan dengan sifat mekanik material yaitu kekakuan. Modulus
elastisitas merupakan ukuran kekakuan suatu material. Nilai modulus elastisitas
yang diperoleh sebesar 916 kg/mm2 (91,6 GPa).
Maka menurut standar BJTP 24 memiliki kekuatan luluh minimum 235
N/mm2 (MPa), kekuatan tarik minimum 380 N/mm2 (MPa) dan regangan sebesar
20-24% akan tetapi pada pratikum BJTP 24 yang pratikan lakukan mendapatkan
hasil kekuatan luluh 43,84 N/mm2 (MPa), kekuatan tarik 488,4 N/mm2 (MPa) dan
regangan sebesar 4,78% dan disimpulkan bahwa specimen BJTP 24 yang kami
lakukan tidak sesuai dengan standar.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 24


KELOMPOK 5 BAB II PENGUJIAN TARIK

Setelah dilakukan proses pengujian, ketika memasukkan data pengamatan


menyertakan juga kurva nya, terdapat 3 jenis kurva, yaitu kurva mesin, kurva
teknik, dan kurva sebenarnya. Perbedaan dari ketiga kurva tersebut terdapat pada
jenis satuan yang dipakai terutama pada satuan tegangan dan regangan nya atau
perpanjangan material ketika diberi beban tarik.

2.7 Kesimpulan
1. Pengujian tarik yang dilakukan dapat mengetahui sifat-sifat mekanik
spesimen baja tulangan polos 24 yaitu kekuatan tarik maksumum (σUTS)
sebesar 488,3 MPa, kekuatan luluh (σy) sebesar 438,4 MPa, keuletan (ε)
sebesar 4,78% dan modulus elastisitas sebesar 9,16 GPa.
2. Proses pengujian uji tarik yang dilakukan dapat mengetahui nilai beban
maksimum spesimen uji baja tulangan polos yaitu sebesar 920 kg.
3. Semakin besar nilai beban maksimum, semakin besar nilai kekuatan tarik
maksimumnya.
4. Dari hasil patahan pengujian tarik yang berserabut dapat diketahui bahwa
BJTP 24 bersifat ulet.
5. Specimen BJTP 24 tidak sesuai dengan spesifikasi dari SNI 07-2052-
2002 karena nilai rengangan tidak sesuai dengan standar.

Laboratorium Logam Teknik Metalurgi T.A 2019-2020 25

Anda mungkin juga menyukai