Anda di halaman 1dari 23

PENGENALAN PERANGKAT LUNAK DAN SENSOR

LAPORAN AWAL

ACH. ZANADIN ZIDAN


140310180070

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perangkat Lunak................................................................................ 2
2.1.1 CodeVisionAVR ....................................................................... 2
2.1.2 Proteus-ISIS ............................................................................. 3
2.2 Sensor................................................................................................. 4
2.2.1 Termistor (NTC)...................................................................... 4
2.2.2 Suhu (LM35) ........................................................................... 5
2.2.3 Cahaya (LDR).......................................................................... 5
2.2.4 Hall Effect Sensor .................................................................... 6
2.3 Mikrokontroler .................................................................................. 8
2.3.1 Mikrokontroler ATMEGA8535 ............................................. 8

BAB III METODE PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan ................................................................................ 10
3.2 Prosedur Praktikum ......................................................................... 10

BAB IV TUGAS PENDAHULUAN


4.1 Soal Tugas Pendahuluan ................................................................ 15
4.2 Jawaban Tugas Pendahuluan ......................................................... 15
4.3 Simulasi Rangkaian ........................................................................ 17

DAFTAR PUATAKA .............................................................................................. 18

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan sensor dalam
perkembangan industri sangat berpengaruh. Sensor dan transduser merupakan
peralatan atau komponen yang mempunyai peranan penting dalam sebuah sistem
pengaturan otomatis. Ketepatan dan kesesuaian dalam memilih sebuah sensor
akan sangat menentukan kinerja dari sistem pengaturan secara otomatis.
Besaran masukan pada kebanyakan sistem kendali adalah bukan besaran
listrik, seperti besaran fisika, kimia, mekanis dan sebagainya. Untuk memakaikan
besaran listrik pada sistem pengukuran, atau sistem manipulasi atau sistem
pengontrolan, maka biasanya besaran yang bukan listrik diubah terlebih dahulu
menjadi suatu sinyal listrik melalui sebuah alat yang disebut transducer.
Sensor dapat diintegrasikan dengan sistem otomatis yang pada dasarnya
menggunakan mikrokontroler sebagai otaknya, untuk itu pada praktikum kali ini
akan dibahas mengenai pengukuran besaran menggunakan sensor yang
diintegrasikan dengan pemograman mikrokontroler yang menggunakan beberapa
perangkat lunak untuk membuat program tersebut.
Ada berbagai jenis sensor, namun pada praktikum ini akan digunakan sensor
suhu (NTC dan LM35), cahaya (LDR) dan sensor fluks (Hall Effect Sensor).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Memahami dasar-dasar Sensor
2. Memahami dasar-dasar penggunaan Perangkat Lunak Proteus -ISIS,
CodeVision dan Prog-ISP

1
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perangkat Lunak


Perangkat lunak (software) adalah sekumpulan data elektronik yang disimpan
dan diatur oleh komputer, data elektronik yang disimpan oleh komputer itu dapat
berupa program atau instruksi yang akan menjalankan suatu perintah. Melalui
software atau perangkat lunak inilah suatu komputer dapat menjalankan suatu
perintah (Purnomo, 2010).
2.1.1 CodeVision AVR
CodeVisionAVR adalah salah satu software yang menggunakan pemograman
Bahasa C. Program tersebut kemudian diterjemahkan oleh CodeVisionAVR C
menjadi kode heksadesimal yang akan di download ke dalam chip mikrokontroller
AVR. Selain untuk melakukan pemograman CodeVisionAVR digunakan untuk
meng-compile sintaks c++ yang nantinya akan diubah menjadi file
.hex, dimana file .hex yang akan dimasukan kedalam mikrokontroler (Imersa,
2014).

Gambar 1. Tampilan desktop CodeVision AVR

CodeVisionAVR memiliki 3 komponen penting yaitu Cross-Compiler C,


Integrated Development Environtment (IDE), dan Automatic Program Generator
yang didesain untuk mikrokontroller buatan Atmel seri AVR. Cross-compiler C
mampu menerjemahkan hampir semua perintah dari bahasa ANSI C, sejauh yang
diijinkan oleh arsitektur dari AVR, dengan tambahan beberapa fitur untuk
mengambil kelebihan khusus dari arsitektur AVR dan kebutuhan pada sistem
embedded. Automatic Program Generator bernama CodeWizardAVR, yang
mengizinkan untuk menulis, dalam hitungan menit, semua instruksi yang
diperlukan untuk membuat beberapa fungsi-fungsi tertentu. Dengan fasilitas ini
4

mempermudah para programmer pemula untuk belajar pemrograman


mikrokontroler menggunakan CVAVR (Ali, 2013).
2.1.2 Proteus-ISIS
Proteus-ISIS merupakan software elektronik yang digunakan untuk
membantu para desainer dalam merancang dan mensimulasikan suatu rangkaian
elektronik. Software ini memiliki dua fungsi sekaligus dalam satu paket, paket
satu sebagai software untuk menggambar skematik dan dapat disimulasikan yang
diberi nama ISIS. ISIS dilengkapi program compiler, sehingga dapat
mengkompilasi file kode sumber assembly menjadi file .hex sehingga nantinya
dapat digunakan oleh mikrokontroler yang sebenarnya. Paket kedua digunakan
sebagai merancang gambar Printed Circuits Board (PCB) yang diberi nama
ARES. Secara langsung, pengubahan dari skematik ke PCB dapat dilakukan
dalam software Proteus. (Chandra, 2012).

Gambar 2. Tampilan desktop Proteus-ISIS

Proteus sangat berguna untuk desain rangkaian mikrokontroller. Proteus juga


berguna untuk belajar elektronika seperti dasar-dasar elektronika sampai pada
aplikasi mikrokontroler. Software ini menyediakan banyak contoh aplikasi desain
sehingga pengguna bisa belajar dari contoh-contoh yang sudah ada (Ferry, 2018).

2.2 Sensor
Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis,
magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Transduser
adalah sebuah alat yang bila digerakan oleh suatu energi di dalam sebuah sistem
transmisi, akan menyalurkan energi tersebut dalam bentuk yang sama atau dalam
bentuk yang berlainan ke sistem transmisi berikutnya”. Transmisi energi ini bisa
berupa listrik, mekanik, kimia, optic (radiasi) atau thermal (panas). Sensor sering
digunakan untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau
5

pengendalian. Beberapa jenis sensor yang banyak digunakan dalam rangkaian


elektronik antara lain sensor cahaya, sensor suhu, dan sensor tekanan (Syam, 2013).

Gambar 3. Diagram Blok Sistem Pengukuran Sensor (Syam, 2013)

2.2.1 Negative Temperatur Coefficient (NTC)


Thermistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai resistansi atau nilai
hambatannya dipengaruhi oleh Suhu. Nilai Resistansi Thermistor NTC akan turun
jika suhu di sekitar Thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding terbalik /
Negatif). Dalam operasinya termistor memanfaatkan perubahan resistivitas
terhadap temperatur, dan umumnya nilai tahanannya turun terhadap temperatur
secara eksponensial untuk jenis NTC (Negative Thermal Coeffisien).

Gambar 4. Grafik Penurunan Resistansi Termistor NTC


6

Gambar 5. Sensor NTC

2.2.2 Sensor LM35


Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi
untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan.
Sensor suhu LM35 memiliki keakuratan tinggi jika dibandingkan dengan sensor
suhu lain, sensor ini memiliki keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang
tinggi sehingga mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus. Secara
prinsip, sensor ini akan melakukan penginderaan setiap perubahan 1 oC dengan
menunjukkan tegangan keluaran sebesar 10 mV (Utomo, et al., 2011).
Terdapat 3 pin pada sensor LM35 diantaranya, pin 1 sebagai sumber
tegangan kerja (+Vs), pin 2 sebagai tegangan keluaran atau Vout, dengan
jangkauan kerja dari 0 Volt sampai 1,5 Volt. Keluaran sensor ini akan naik
sebesar 10mV setiap derajat celcius, dan pin 3 sebagai ground (Permana, 2009).

Gambar 6. Sensor LM35 (Syam, 2013)

Karakteristik sensor LM35:

1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan
suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
7

2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC


3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari
0,1 ºC pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.

2.2.3 Sensor LDR


LDR atau Light Dependent Resistor adalah salah satu jenis resistor yang
nilai hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yang diterima olehnya. Besarnya nilai
hambatan pada LDR tergantung pada besar kecilnya intensitas cahaya yang
diterima oleh LDR itu sendiri. Resistansi LDR akan berubah seiring dengan
perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam
keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar
1KΩ atau kurang. (Dickson, 2016)
Sensor LDR berdasarkan prinsip konduktivitas foto. Konduktivitas foto
adalah fenomena optik di mana konduktivitas material meningkat ketika cahaya
diserap oleh material. Ketika cahaya jatuh yaitu ketika foton jatuh pada perangkat,
elektron dalam pita valensi dari bahan semikonduktor tertarik ke pita konduksi.
Foton-foton ini dalam cahaya datang harus memiliki energi lebih besar dari celah
pita bahan semikonduktor untuk membuat elektron melompat dari pita valensi ke
pita konduksi. Karenanya ketika cahaya memiliki energi yang cukup mengenai
perangkat, semakin banyak elektron yang tertarik pada pita konduksi yang
menghasilkan sejumlah besar pembawa muatan. Hasil dari proses ini adalah
semakin banyak arus mulai mengalir melalui perangkat ketika sirkuit ditutup dan
karenanya dikatakan bahwa hambatan perangkat telah berkurang (Christ, 2019)

Gambar 7. Sensor LDR (Christ, 2019).


8

2.2.4 Hall Effect Sensor


Hall Effect Sensor adalah komponen jenis transduser yang dapat
mengubah informasi magnetik menjadi sinyal listrik untuk pemrosesan rangkaian
elektronik selanjutnya. Digunakan sebagai sensor untuk mendeteksi kedekatan
(proximity), mendeteksi posisi (positioning), mendeteksi kecepatan (speed),
mendeteksi pergerakan arah (directional) dan mendeteksi arus listrik (current
sensing) (Dickson, 2016).

Gambar 8. Sensor Hall Effect (Dickson, 2016).


Sensor Efek Hall pada dasarnya terdiri dari potongan tipis semikonduktor
yang bertipe P dengan bentuk persegi panjang. Bahan semikonduktor yang
digunakan biasanya adalah Gallium Arsenide (GaAs), Indium Antimonide (InSb),
Indium Phosphide (InP) atau Indium Arsenide (InAs). Potongan tipis
semikonduktor tersebut dilewati oleh arus listrik secara berkesinambungan (terus-
menerus). Ketika didekatkan dengan medan magnet atau ditempatkan pada lokasi
yang bermedan magnet, garis fluks magnetik akan menggunakan gaya pada
semikonduktor tersebut untuk mengalihkan muatan pembawa (elektron dan hole)
ke kedua sisi pelat semikonduktor. Gerakan pembawa muatan ini merupakan hasil
dari gaya magnet yang melewati semikonduktor tersebut (Dickson, 2016).

Gambar 9. Cara Kerja Hall Effect Sensor (Syam, 2013)


9

Karena elektron dan hole bergerak masing-masing ke kedua sisi


semikonduktor, maka akan timbul perbedaan potensial diantara kedua sisi tersebut.
Pergerakan elektron yang melalui bahan semikonduktor ini dipengaruhi oleh
adanya medan magnet eksternal pada sudut atau posisi yang benar. Bentuk yang
terbaik agar mendapatkan sudut atau posisi yang tepat adalah menggunakan
bentuk persegi panjang yang pipih (flat rectangular) pada komponen Sensor Hall
Effect ini (Dickson, 2016).

2.3 Mikrokontroler
Mikrokontroller adalah sebuah chip terintegrasi yang biasanya menjadi bagian
dari sebuah embedded system (sistem yang didesain untuk melakukan satu atau
lebih fungsi khusus yang real time). Mikrokontroler terdiri dari CPU, Memory,
I/O port dan timer seperti sebuah komputer standar, tetapi karena didesain hanya
untuk menjalankan satu fungsi yang spesifik dalam mengatur sebuah system.
2.3.1 Mikrokontroler ATMega8535
Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc processor) memiliki
arsitektur 8 bit, dimana semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit (16-bits word)
dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 (satu) siklus clock.
Mikrokontroler AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing).

Konfigurasi pin dari mikrokontroler ATMega8535 sebanyak 40 pin dapat


dilihat pada Gambar 6. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan secara fungsional
konfigurasi pin ATMega8535 sebagai berikut :
1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya.
2. GND merupakan pin ground
3. Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.
4. Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
Timer/Counter, komparator analog dan SPI.
5. Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
TWI, komparator analog dan Timer Oscilator.
6. Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu
komparator analog, interupasi eksternal dan komunikasi serial.
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal
9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
10. AREF merupakan pin masukan tegangan refensi ADC.
10

Gambar 10. Konfigurasi pin ATMega8535 (Ali, 2013)


BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Modul IP-Sensors
2. Komputer Desktop yang terpasang perangkat lunak Proteus,Codevision dan
Prog-ISP
3. Modul Microcontroller ATMEGA 8535 dan ISP Downloader

3.2 Prosedur Praktikum


1. Pengenalan perangkat lunak proteus-ISIS

Membuka dan Memilih komponen Mengatur nilai


menyiapakan yang dibutuhkan besaran setiap
perangkat lunak komponen

Menambahkan file Menyambungkan


Jalankan program simulasi rangkaian dengan
mikrokontroler sumber tegangan

Gambar 11. Diagram alir pengenalan perangkat lunak proteus-ISIS

Membuat rangkaian simulasi led menggunakan ATMEGA8535 seperti yang tampak pada
gambar di bawah ini dengan menggunakan perangkat lunak proteus-ISIS.

10
a. Buka perangkat lunak proteus 8.5 pofesional pada desktop di layar computer.
b. Buka Schematic editor dengan menekan gambar
c. Memilih komponen yang akan digunakan dengan menekan “component
mode” ; . Pilih komponen yang akan digunakan dalam pembuatan
rangkaian simulasi LED dengan menekan huruf “ P “. Komponen yang
dipilih terdiri dari :
a. Mikrokontroller ATMEGA8535 yang berada pada kategori microproce-
ssor IC’s
b. Crystal yang berada pada kategori miscellaneus
c. Dua ( 2 ) buah kapasitor non polar pada kategori capacitors
d. Satu ( 1 ) buah kapasitor polar pada kategori capacitors
e. Switch button pada kategori switches & relays
f. Resistor pada kategori resistors
g. Led animasi pada kategori Optoelectronics
d. Mengubah nilai masing – masing kapasitor dan resistor. Untuk kapasitor
noin polar bernilai 20 nF dan kapasitor polar dengan nilai 10 µF. Untuk
resistor ganti nilainya dengan 10 KΩ.
e. Hubungkan semua komponen seperti yang tampak pada di atas.
f. Setelah semua terkoneksi, pasangkan supply tegangan dan ground dengan
menekan tombol terminal mode ; .
a. Ground
b. Power , untuk mengubah nilai defaults tegangan cukup dengan
menekan symbol power pada rangkaian dan menuliskan tanda ( + )
untuk tegangan positif yang diikuti dengan angka tegangan dengan
diakhiri dengan satuan tegangan, misalnya dengan menuliskan power
( +5V ). Untuk tegangan yang bernila i negative cukup dengan
menuliskan tanda ( - ) didepan angka
g. Setelah semua rangkaian tersusun, kemudian klik “ATMEGA8535” dan
isikan file simulasi led*hex ke mikrokontroller

h. Melakukan running program.

11
2. Pengenalan perangkat lunak Code Vision

Membuka dan Memilih komponen Mengatur setiap


menyiapakan yang dibutuhkan port pada
perangkat lunak mikrokontroler

Compile dan build Membuat listing


Cek sintaks program yang
program
diperlukan

Gambar 12. Diagram alir pengenalan perangkat lunak Code Vision

Membuat Program simulasi led*hex berbasis perangkat lunak Codevision AVR

1. Buka perangkat lunak codevision versi 13.2 di desktop computer


2. Klik File >> New >> project
3. Pilih AT90, ATtiny,ATmega pada pilihan Target AVR Chip Type
4. Pilih ATMEGA8535 untuk pilihan Chip dan Clock 11.0620 MHz
5. Tentukan port C bit 0 sebagi

6. Kemudian klik program >> generate, save and exit di codewizard dan simpan file
dengan nama simulasi led pada folder simulasi led. Apabila belum ada folder yang
dimaksud kemudian buat yang baru.
7. Tambahkan program berikut pada bagian isi program
utama PORTC.0=1;
delay_ms(500);
PORTC.0=1;
delay_ms(500);
8. Klick project >> check syntax ; penulisan program berhasil apabila tidak ada
konfirmasi error
9. Klik Project >> compile ; Untuk kompilasi program
10. Klik Project >> Build ; Untuk membuat file hex

12
3. Pengenalan perangkat lunak Extreme Burner AVR

Membuka
dan Meyambungkan Memilih file
menyiapakan dengan program dan Write all
perangkat mikrokontroler mengaturnya
lunak

Gambar 13. Diagram alir pengenalan perangkat lunak Extreme Burner AVR
Melakukan downloading file simulasi led.hex ke perangkat mikrokontroller.
1. Buka perangkat lunak extreme burener avr pada desktop di layar computer
2. Sambungkan perangkat Sistem minimum Mikrokontroller ATMEGA8535
dan downloader dengan kabel USB ke computer
3. Klik pilihan Open File kemudian pilih file hexa yang akan di download
4. Pada Tab Setting pilih opsi – programming mode – ISP
5. Klik write all >> simulasi led.hex.

4. Sensor
a. Sensor NTC (Negative Temperature Cooficient)
Menentukan nilai resistansi sensor NTC pada tiga ( 3 ) kondisi suhu yang berbeda.
1. Siapkan Modul IP sensor dan Display, digital multimeter dengan pilihan
pada pengukuran resistansi, dan digital thermometer.
2. Hubungkan dengan perkabelan NTC ke digital multimeter.
3. Celupkan NTC dan digital thermometer ke es batu. Catat suhu dengan
menggunakan digital thermometer dan dan nilai resistansi NTC dengan
digital multimeter.
4. Angkat NTC dan digital thermometer dari es batu. Catat suhu suhu ruang
dengan menggunakan digital thermometer dan dan nilai resistansi NTC
dengan digital multimeter.
5. Masukkan NTC ke lubang peralatan kontrol suhu . Catat suhu suhu pada
kontol suhu dengan melihat nilai suhu pada display control suhu dan dan
nilai resistansi NTC dengan digital multimeter.

13
b. Sensor IC Sensor(LM 35)
Menentukan nilai tegangan IC Sensor LM35 pada tiga ( 3 ) kondisi suhu yang
berbeda.
1. Siapkan Modul IP sensor dan Display, digital multimeter dengan pilihan pada
pengukuran tegangan, dan digital thermometer.
2. Hubungkan dengan perkabelan output tegangan IC sensor LM35 ke digital
multimeter.
3. Celupkan IC Sensor LM35 dan digital thermometer ke es batu. Catat suhu
dengan menggunakan digital thermometer dan dan nilai tegangan IC Sensor
LM35 di digital multimeter.
4. Angkat IC Sensor LM35 dan digital thermometer dari es batu. Catat suhu
suhu ruang dengan menggunakan digital thermometer dan dan nilai
tegangan IC Sensor LM35 dengan digital multimeter.
5. Masukkan IC Sensor LM35 ke lubang peralatan kontrol suhu . Catat suhu
suhu pada kontol suhu dengan melihat nilai suhu pada display control suhu
dan dan nilai tegangan IC Sensor LM35 dengan digital multimeter.

c. Sensor LDR (Light Dependent Resistance)


Menentukan nilai tegangan Sensor LDR pada tiga ( 3 ) kondisi pencahaayaan
yang berbeda.
1. Siapkan Modul IP sensor dan Display, digital multimeter dengan pilihan pada
pengukuran resistansi.
2. Hubungkan dengan perkabelan LDR ke digital multimeter.
3. Matikan lampu ruangan dan catat nilai resistansi dari LDR.
4. Nyalakan kembali lkampu ruangan praktikum dan catat nilai resistansi LDR.

d. Hall Effect Sensor


Melihat bentuk pulsa keluaran Hall Effect Sensor dengan menggunakan Osiloskop
1. Siapkan Modul IP sensor dan Display dan Osiloskop.
2. Hubungkan keluaran Hall Effect sensor ke Osiloskop.
Nyalakan Fan dan gambarkan grafik keluaran osiloskop di lembar kerja.

14
BAB IV
TUGAS PENDAHULUAN

4.1 Tugas Pendahuluan


1. Jelaskan konversi bilangan binary, decimal dan hexadecimal!
Konversi bilangan ke decimal.
- Konversi bilangan biner ke desimal. Konversi bilangan biner ke desimal
dapat dilakukan dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 2 pangkat
0 atau 1 atau 2 dan seterusnya, dimulai dari bilangan paling kanan. Hasil
dari perkalian tersebut kemudian dijumlahkan. Misal, (1001)2 = (1x23) +
(0x22) + (0x21) + (1x20)= 1+0+0+8 = (9)10
- Konversi bilangan hexadesimal ke desimal. Konversi bilangan biner ke
desimal dapat dilakukan dengan mengalikan satu-satu bilangan dengan 2
pangkat 0 atau 1 atau 2 dan seterusnya, dimulai dari bilangan paling kanan.
Hasil dari perkalian tersebut kemudian dijumlahkan. Misal, (1B6)16 = (1 x
162) + ( B(11) x 16 1) + (6x160) = 256 +176 + 6 =
(438)10 Konversi bilangan ke Heksadesimal.
- Konversi bilangan desimal ke Heksadesimal. Konversi bilangan desimal
ke heksadesimal dengan membagi bilangan desimal dengan 16 dan
menyimpan sisa bagi hingga hasil baginya kurang dari 16. Hasil konversi
adalah urutan sisa bagi dari yang paling akhir hingga paling awal. Apabila
sisa bagi diatas 9 maka simbolnya diubah, untuk nilai 10 angkanya A,
nilai 11 angkanya B, nilai 12 angkanya C, nilai 13 angkanya D, nilai 14
angkanya E, nilai 15 angkanya F.
- Konversi bilangan biner ke hexadesimal. Konversi bilangan biner ke
heksadesimal dapat dilakukan dengan mengelompokkan bilangan biner
menjadi 4-bit, 4-bit dari kanan (LSB), kemudian koversikan 4-bit tersebut
ke bilangan Hexadecimal. Contohnya (1011101)2
(101) dan (1101)
(101)2 = (5)16 dan (1101)2 = (13(D))16
Sehingga (1011101)2 = ( 5D )16

15
16

Konversi bilangan ke Biner.


- Konversi bilangan desimal ke biner. Konversi bilangan biner ke
heksadesimal dapat dilakukan dengan membagi bilangan desimal dengan
2 dan menyimpan sisa bagi per setiap pembagian terus hingga hasil
baginya kurang dari 2. Hasil konversi adalah urutan sisa bagi dari yang
paling akhir hingga paling awal. Contoh: (19)10
19/2 = 9 sisa bagi 1
9/2= 4 sisa bagi 1
4/2=2 sisa bagi 0
2/2=1 sisa bagi 0 1/ 2
=0 sisa bagi 1 Hasil
konversi : 10011
- Konversi bilangan hexadesimal ke biner. Konversi dapat dilakukan
dengan mengubah setiap angka heksadesiamal menjadi 4 digit bilangan
biner. Contoh (5D)16
(5)16 = (0101)2
(D/13)16 = (1101)2
Maka bilangan binernya adalah 10111010

2. Bagaimana penulisan masing-masing bilangan tersebut pada perangkat lunak


codevision?
Bilangan desimal (basis 10) adalah bilangan yang memiliki sepuluh symbol
angka, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Aturan penulisannya langsung, misal
214. Bilangan heksadesimal (basis 16) adalah bilangan yang memiliki 16
simbol angka, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F.
Aturan penulisannya diawali dengan 0x, misal 0x2D.
Bilangan biner (basis 2) adalah bilangan yang memiliki 2 simbol angka, yaitu
0, 1. Aturan penulisannya diawali dengan 0b, misal ob11011001
3. Jelaskan perbedaan antara LSB dan MSB!
- MSB (most significant Binary Digit/Most Significant BIT) yaitu digit
bilangan biner yang mempunyai nilai paling besar.
- LSB (Lesat Significant Binary Digit,Least Significant BIT) yaitu digit
bilangan biner yang mempunyai bobot paling kecil
4. Jelaskan perbedaan antara mikrokontroller AT89S51/52 dengan
ATMEGA8535!
Mikrokontroler AT89S51
- 1000 kali baca/tulis.
- Tegangan kerja 4 – 5.5 V
- Bekerja dengan rentang 0 – 33 Hz
- 128 x 8 bit RAM internal
17

- 32 jalur I/O yang dapat deprogram


- Dua buah 16 bit Timer/counter
- 6 sumber interupsi
- Saluran Full-Duplex serial UART
- Watchdog timer
- Dual data pointer
- Mode pemograman ISP yang fleksibel (byte dan page mode).
Mikrokontroler ATMEGA8535
- Saluran I/O sebanyak 32 buah, yang terdiri atas Port A, B, C dan D
- ADC (Analog to Digital Converter)
- Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan perbandingan
- CPU yang terdiri atas 32 register
- Watchdog Timer dengan osilator internal
- SRAM sebesar 512 byte
- Memori Flash sebesar 8kb dengan kemampuan read while write
- Unit Interupsi Internal dan External
- Port antarmuka SPI untuk men-download program ke flash
- EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi
- Antarmuka komparator analog

4.2 Simulasi Rangkaian

Analisis :
Rangkaian di atas merupakan rangkaian sederhana untuk menyalakan LED
otomatis on/off dengan bantuan mikrokontroller ATMega8535, input sinyal
berasal dari 2 kapasitor dan kristal. Kristal berfungsi untuk menjadi jembatan
antara frekuensi rangkaian dengan frekuensi ATMega8535. Kemudian dengan
menggunakan perangkat lunak CodeVision AVR, microcontroller diberi perintah
seperti berikut :
PORTC.0=1;
delay_ms(500);
18

PORTC.0=0;
delay_ms(500);
Inisiasi masukan diberikan pada port C diama pada keadaan awal lampu dalam keadaan
menyala karena diberi perintah 1, dan pada listing terlihat helas diberi perintah delay
dengan 500 ms yang artinya 500 ms kemudian lampu seharus nya mati, karena diberi
perintah pada port C dengan masukan 0.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., 2013. Proteus Profesional Untuk Simulasi Rangkaian Digital Dan

Mikrokontroler. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri

Yogyakarta .

Ardhianto, A., 2010. Tugas Akhir Diploma III : Pemanfaatan Mikrokontroler

ATMega8535 dan Sensor PIR Sebagai Pengendali Alat Pengering Tangan.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Chandra, A., 2012. Proteus Profesional ISIS Digital Simulation. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Christ, M., 2019. Light Dependent Resistor (LDR) and Working Principle of LDR.

[Online] Available at: https://www.electrical4u.com/light-dependent-

resistor-ldr-working-principle-of-ldr/ [Accessed 28 April 2019].

Daulay, M. S., 2007. Mengenal Hardware-Software dan Pengelolaan Instalasi

Komputer. Yogyakarta: Andi.

Dickson, 2016. Pengertian Sensor Efek Hall (Hall Effect Sensor) dan Prinsip

Kerjanya.[Online] Available at: https://teknikelektronika.com/pengertian-

sensor-efek-hall-hall-effect-sensor-prinsip-kerja-efek-hall/ [Accessed 28

April 2019].

Dickson, 2016. Pengertian Thermistor (NTC dan PTC) beserta Karakteristiknya.

[Online] Available at: https://teknikelektronika.com/pengertian-

thermistor-ntc-ptc-karakteristik/[Accessed 28 April 2019].

18
Ferry, S., 2018. Software Proteus Beserta Fitur-Fiturnya. [Online] Available at:

http://www.immersa-lab.com/software-proteus-beserta-fitur-fiturnya.htm

[Accessed 28 April 2019].

Imersa,2014. Pengenalan CodeVision AVR. [Online] Available at:

http://www.immersa-lab.com/pengenalan-codevision-avr.htm [Accessed

28 April 2019].

Kurniawan, A. P., 2016. Extreme Burner.[Online] Available at:

arispujud.com/extreme-burner/ [Accessed 28 April 2019].

Musbikhin, 2011. Pengertian Sensor dan Macam-Macam Sensor. [Online]

Available at: https://www.musbikhin.com/pengertian-sensor-dan-macam-

macam-sensor/ [Accessed 28 Maret 2019].

Permana, B., 2009. Skripsi : Sistem Pengukuran Konduktivitas Panas pada Logam

Berbasis Mikrokontroller. Depok: Universitas Indonesia.

Prasetyo, E., W., K. M. & H., F. N., 2012. Pendeteksi Kebekaran dengan

Menggunakan Sensor Suhu LM35. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Purnomo, A., 2010. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bogor: PT. Ghalia

Indonesia Printing.

Roger S., P., 2002. Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi. Yogyakarta:

Andi.

Setianto, Y., Fauzi, V. & Julius, 2011. Komponen Sistem Kontrol: Sensor Suhu

LM35. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

19
Supatmi, S., 2014. Pengaruh Sensor LDR terhadap Pengontrolan Lampu. Majalah

Ilmiah UNIKOM, Volume 08, pp. 175-176.

Syam, R., 2013. Dasar - Dasar Teknik Sensor. Makassar: Universitas Hassanudin.

Utomo, A., Syahputra, R. & I., 2011. Implementasi Mikrokontroller sebagai

Pengukur Suhu Delapan Ruangan. Jurnal Teknologi, Volume 4, pp. 153-

159.

Wardana, L., 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535

Simulasi, Hardware, dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset.

Winoto, A., 2008. Mikrokontroler AVR ATMEGA 8/16/32/8535 dan

Pemrograman Bahasa C. Bandung: PT. Informatika.

20

Anda mungkin juga menyukai