Anda di halaman 1dari 30

ANALISA ESTIMASI LOKASI GANGGUAN ARUS HUBUNG SINGKAT

3 FASA PADA PENYULANG VIP GIS KEMBANGAN DENGAN


MENGGUNAKAN APLIKASI ETAP

METODOLOGI PENELITIAN

DISUSUN OLEH
MUHAMMAD ALFAROBI
1112205006

TEKNIK ELEKTRO
INSTITUT TEKNOOGI INDONESIA
TANGERANG SELATAN
2023
DAFTAR ISI
BAB 1 ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah .................................................................................... 3
1.5 Metodologi Penelitian ............................................................................ 3
BAB 2 ................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 6
2.1. Sistem Ketenagalistrikan .................................................................... 6
2.2. Sistem Distribusi .................................................................................... 7
2.3. Gangguan Pada Sistem Distribusi ....................................................... 7
2.3.1 Gangguan Menurut Sifatnya .................................................. 10
2.4. Proteksi Pada Sistem Distribusi ........................................................ 11
2.4.1 Proteksi Gangguan Arus Lebih (OCR) ................................... 11
2.4.2 Karakteristik Relay Arus Lebih (OCR) .................................. 12
2.5.1 Sensitif .................................................................................... 15
2.5.2 Selektif .................................................................................... 15
2.5.3 Andal....................................................................................... 16
2.5.4 Cepat ...................................................................................... 17
2.7. Software ETAP ................................................................................ 17
BAB III.............................................................................................................. 18
METODE PENELITIAN ................................................................................... 18
3.1 Jenis Penelitian................................................................................. 18
3.2 Metode Pengumpulan Data............................................................... 20
3.2.1 Study Literatur ................................................................ 20
3.2.2 Observasi ....................................................................... 20
3.2.3 Wawancara atau Diskusi ................................................. 20
3.2.4 Dokumentasi .................................................................. 20
3.3 Metode Analisis Data ....................................................................... 20
3.3.1 Pengumpulan Data ........................................................................ 21
3.3.2 Pengolahan Data ........................................................................... 21
BAB IV ............................................................................................................. 24
JADWAL PENELITIAN DAN USULAN BIAYA ............................................ 24
4.1 Jadwal Penelitian ................................................................................. 24
4.2 Usulan Biaya ....................................................................................... 25

i
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2. 1 Skema Sistem Penyaluran ........................................................ 6

GAMBAR 2. 2 Sistem penyaluran 150/20 KV .................................................... 7

GAMBAR 2. 3 Gangguan Tiga Fasa .................................................................... 8

GAMBAR 2. 4 Gangguan Tiga Fasa Tanah ......................................................... 9

GAMBAR 2. 5 Gangguan Dua Fasa .................................................................... 9

GAMBAR 2. 6 Gangguan Dua Fasa Tanah .......................................................... 9

GAMBAR 2. 7 Gambar gangguan satu fasa tanah .............................................. 10

GAMBAR 2. 8 rangkaian over current relay ...................................................... 12

GAMBAR 2. 9 Karateristik instantaneus relay .................................................. 13

GAMBAR 2. 10 Karateristik definite time relay. ............................................... 13

GAMBAR 2. 11 karateristik inverse time relay .................................................. 14

GAMBAR 2. 12 Karakteristik Standard, Very, Extremely Inverse ..................... 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gardu Induk adalah instalasi tenaga listrik yang berfungsi menerima dan
menyalurkan tenaga listrik dari pembangkit ke gardu induk satu dan gardu induk
lainnya (Sistem Transmisi) lalu dari gardu induk ke pusat – pusat beban (Sistem
Distribusi) Dalam hal ini PT. PLN (Persero) sebagai perusahaan BUMN yang
bergerak dibidang ketenagalistrikan berusaha guna meningkatkan sistem tenaga
listrik, sehingga sangat diharapkan mampu mengatasi segala kebutuhan masyarakat
agar energi listik yang memadai aman dan handal. Akan tetapi pada kenyataannya
penyaluran tenaga listrik dari pembangkit sampai ke pusat beban tidaklah lancar
dan mudah, selalu terjadi beberapa gangguan yang menyebabkan pemadaman yang
tidak diharapkan oleh konsumen. Untuk menjaga kontinuitas sistem tenaga listrik
maka diperlukan sistem proteksi yang baik guna meminimalisir terjadinya
gangguan pada sistem. Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah gangguan
arus lebih (Over Current).

Guna menyalurkan tenaga listrik dari sistem transmisi ke sistem distribusi


diperlukan trafo penurun tegangan (Step Down) 150 KV/20KV. Maka perlu
dilakukan kordinasi relay yang baik antara Incoming Trafo dan penyulang. Salah
satu relay yang terdapat pada Incoming Trafo dan penyulang adalah OCR (Over
Current Relay) dan GFR (Ground Fault Relay). Permasalahan yang terjadi pada
penyulang adalah terjadinya gangguan hubung singkat 3 fasa, fasa ke fasa dan fasa
ke tanah. Untuk meminimalisir area ganguan yang terjadi dibutuhkan selektifitas
zona wilayah proteksi .

Demi mengoptimalkan zona wilayah proteksi ini di butuhkan koordinasi


proteksi relay yang selektif. Jika kordinasi proteksi antar relay kurang baik maka
dapat menyebabkan pemadaman yang meluas yang disebut blackout. Sistem
proteksi arus lebih dan gangguan tanah yang baik harus mampu melakukan
koordinasi yang sesuai kriteria sistem proteksi, sehingga seksi yang terganggu saja
yang dibebaskan dari sistem dan juga dapat memudahkan tim maintenance untuk
menemukan pusat pusat titik gangguan pada penyulang khususnya . Salah satu cara
untuk meningkatkan kriteria sistem proteksi adalah dengan melakukan penyetelan

1
relay arus lebih (OCR) dan relay gangguan tanah (GFR) . Oleh karena itu, pada
skripsi ini, penulis akan membahas kor

dinasi setting proteksi relay OCR pada GIS Kembangan.

1.2 Rumusan Masalah

Sistem proteksi berperan sangat penting dan krusial, bertujuan agar


meminimalisir gangguan – gangguan yang terjadi agar tidak merusak peralatan dan
memisahkan system yang normal dengan system yang ubnormal. Untuk
mengamankan system transmisi dari dari suatu kerusakan diperlukan beberapa
pertimbangan antara lain :

1. Bagaimana karakteristik rele OCR sebagai system proteksi pada Incoming


Trafo dan Penyulang VIP di GIS Kembangan?
2. Bagaimana perhitungan untuk menentukan arus hubung singkat 3 fasa pada
penyulang VIP GIS Kembangan?
3. Bagaimana koordinasi proteksi relai arus lebih dan pada penyulang VIP
dengan incoming trafo GIS Kembangan?
4. Bagaimana perbandingan dari perhitungan dengan simulasi menggunakan
Etap ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik rele OCR dan sebagai system proteksi


pada Incoming Trafo dan Penyulang.
2. Memahami perhitungan untuk menentukan arus hubung singkat 3
fasa dan pada penyulang VIP GIS Kembangan .
3. Memahami koordinasi proteksi rele arus lebih pada penyulang VIP
dengan incoming trafo 2 GIS Kembangan.
4. Mengetahui perbandingan mengenai hasil perhitungan dengan
simulasi menggunakan aplikasi Etap.

2
1.4 Batasan Masalah

Karena luasnya cakupan permasalahan pada system proteksi OCR yang


terdapat pada gardu induk mendorong penulis untuk membatasi permasalahannya
yaitu :

1. Menghitung arus hubung singkat 3 fasa.


2. Menghitung waktu kerja rele untuk menentukan setting proteksi
OCR pada penyulang VIP dan Incoming trafo .
3. Membandingkan hasil perhitungan dengan hasil simulasi
menggunakan aplikasi Etap.

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis melakukan


pengumpulan data dan informasi terkait permasalahan yang akan dibahas
dalam skripsi ini menggunakn metode penelitian korelasional yaitu metode
yang membandingkan perhitungan setting proteksi dengan perhitungan
matematis. Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan pada
skripsi ini adalah :
1. Study Literatur
Pada metode ini penulis melakukan beberapa tahapan yaitu :

a. Studi litelatur mengenai system proteksi pada sistem transmisi


dan distribusi dengan cara membaca dan mempelajari buku
seperti SKDIR 0520, jurnal, artikel, maupun tugas akhir peneliti
lain yang berkaitan dengan teori atau pembahasan yang terkait.
b. Berdiskusi dan bertanya langsung dengan pihak PT. PLN
(Persero) GIS Kembangan.

2. Metode Pengumpulan Data Pada metode pengumpulan data ,


penulis melakukan beberapa tahapan antara lain :

3
a. Meminta data peralatan yang terpasang pada di PT. PLN
(Persero) GIS Kembangan
b. Melakukan diskusi & wawancara dengan pihak. PLN
(Persero) khususnya SPV & Staff Gardu Induk
Kembangan.

3. Analisis Pada metode ini penulis melakukan pengkajian terhadap


data-data teknis yang diambil dari PT. PLN (Persero) GIS
Kembangan. Data yang diperoleh merupakan data yang berbentuk
angka, sehingga untuk mengolahnya perlu dilakukan perhitungan
dengan menggunakan persamaan – persamaan tertentu yang
didapatkan dari mempelajari buku seperti SKDIR 0520, jurnal,
artikel, maupun tugas akhir peneliti lain yang berkaitan dengan
teori atau pembahasan yang terkait. Lalu hasil dari perhitungan
akan dibandingkan dengan hasil yang disimulasikan menggunakan
program Etap.

4. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran singkat mengenai pembahasan


skripsi ini, maka skripsi ini dibagi menjadi 5 bab yang saling
berhubungan antara lain :

BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori- teori umum , teori – teori
khusus , dan definisi yang berhubungan dengan permasalahan yang
akan dibahas.
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjabarkan tentang kerangka penyelesaian skripsi ,
Teknik pengumpulan data yang digunakan, teknik analisis data,
tempat penelitian dan jadwal penelitian.

4
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang perusahaan yang menjadi objek
penelitian, penyajian data penelitian, analisa terhadap data yang
terkumpul, dan hasil penelitian yang dicapai.
BAB 5: PENUTUP
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian dan saran sebagai pemecahan masalah dan pencapaian yang
baik.

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Ketenagalistrikan

Didalam dunia kelistrikan sistem tenaga listrik secara garis besar terdiri dari
5 komponen utama yaitu pembangkit listrik, system transmisi, gardu induk, system
distribusi dan beban yang saling terhubung satu sama lain dan tidak dapat
terpisahkan. Sumber listrik berasal dari pembangkit tenaga listrik (PLTA, PLTP,
PLTG, PLTU, PLTGU) yang saling terkoneksi satu dengan lainnya, umumnya
sistem pembangkitan berada jauh dari pusat pusat beban sehingga diperlukan sistem
transmisi agar energi dapat tersalurkan. Energi listrik yang dihasilkan dari sitem
pembangkitan akan dinaikan dengan menggunakan transformator penaik tegangan
yang selanjutnya akan di salurkan ke gardu gardu induk melalui saluran transmisi.
Setelah daya listrik yang disalurkan mendekati gardu induk dan pusat pusat beban
, maka selanjutnya tegangan yg dihasilkan dari sistem pembangkit akan diturunkan
menggunakan transformator step down ( transformator penurun tegangan) 150 KV
/ 20 KV di Gardu Induk . Setelah tegangan yg diturunkan dari transformator
150KV/20KV menjadi tegangan menengah dan selanjutnya akan disalurkan ke
gardu distribusi pada sistem ini dinamakan sistem distribusi. Kemudian pada gardu

distribusi tegangan 20 KV diturunkan melalui transformator 20KV/380 V sehingga


GAMBAR 2. 1 Skema Sistem Penyaluran
6
setelah itu dapat disalurkan menuju pusat-pusat beban melalui saluran distribusi
Berikut Gambar 2.1 skema sistem penyaluran energi listrik.

2.2. Sistem Distribusi


Secara umum sistem distribusi menggunakan saluran kabel tegangan
menegah (SKTM) dan saluran udara tegangan menengah (SUTM). Pada sistem
distribusi, energi didapatkan dari trafo 60 MVA penurun tegangan 150/20 KV yang
terdapat pada gardu induk melalui incoming trafo dan penyulang Setelah energi
tersebut disalurkan ke gardu hubung melewati penyulang maka energi tersebut
disalurkan ke pusat-pusat beban/konsumen. Berikut Gambar
2.2 skema sistem penyaluran 150/20 KV.

BUSBAR 150 KV

PMT 150 KV

TRAFO 150/20 KV

PMT 20 KV

BUSBAR 20 KV

PMT PENYULANG 20 KV

GARDU HUBUNG

GAMBAR 2. 2 Sistem penyaluran 150/20 KV

2.3. Gangguan Pada Sistem Distribusi


Secara umum gangguan pada sistem ketenagalistrikan diklasifikasikan
menjadi :

a. Gangguan asimetris, yaitu gangguan yang disebabkan oleh arus dan


tegangan masing-masing fasa (R, S, T) menjadi tidak seimbang. Contoh
pada gangguan asimetris terdiri dari:
• Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah

7
• Gangguan hubung singkat dua fasa
• Gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah.

b. Gangguan simetris, yaitu gangguan yang terjadi pada semua fasa, sehingga
tegangan dan arus yang mengalir tetap seimbang pada saat terjadi gangguan.
Contoh pada gangguan simetris:
• Gangguan hubung singkat tiga fasa
• Gangguan hubung singkat tiga fasa ke tanah.

Pada sistem distribusi sering kali dijumpai gangguan gangguan asimetris


dan simetris yang disebabkan oleh berbagai hal. Sehubungan sistem 3 fasa yang
betul – betul seimbang (simetris) hanyalah dalam teori saja. Dalam kenyataannya
sistem tiga fasa dalam keadaan normal hanya mendekati seimbang (simetris) tetapi
untuk keperluan praktis dalam menganalisa sistem, dianggap sistem 3 fasa
seimbang /simetris (Basri, 1997). Berikut Gambar 2.3 , Gambar 2.4, Gambar 2.5,
Gambar 2.6, Gambar 2.7 adalah macam - macam gangguan pada sistem distribusi.

ZF

ZF

ZF
GAMBAR 2. 3 Gangguan Tiga Fasa
(Basri, 1997)

8
ZF

ZF

ZF

GAMBAR 2. 4 Gangguan Tiga Fasa Tanah


(Basri, 1997)

ZF

ZF

GAMBAR 2. 5 Gangguan Dua Fasa


(Basri 1997)

ZF

ZF

GAMBAR 2. 6 Gangguan Dua Fasa Tanah

9
( Basri, 1997)

ZF

GAMBAR 2. 7 Gambar gangguan satu fasa tanah


(Basri, 1997)

Gangguan pada sistem distribusi adalah semua kegagalan yang


berhubungan dengan aliran dan beban. Suatu sistem tenaga listrik harus dapat
beroperasi secara terus menerus dalam keadaan normal, tanpa terjadi gangguan,
dimana gangguan yang sering terjadi di sebabkan oleh beberapa hal berikut:

1. Gangguan karena kesalahan manusia (human error)


2. Gangguan dari dalam sistem, misalnya karena faktor usia peralatan, arus
lebih, tegangan lebih sehingga dapat merusak isolasi peralatan.
3. Gangguan dari luar, biasanya karena faktor alam. Contohnya gempa, alat
berat dan sebagainya.

2.3.1 Gangguan Menurut Sifatnya


Ganguan menurut sifatnya dapat dibagi menjadi dua yaitu gangguan
permanen dan gangguan temporer.
1. Gangguan Permanen
Gangguan permanen adalah gangguan yang terjadi pada pada titik
gangguan dan menyebabkan kerusakan yang permanen. Peralatan yang
terganggu tersebut baru bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak
di perbaiki atau diganti. Penyebab gangguan permanen antara lain penuaan
isolasi, kerusakan mekanis isolasi dsb (Syaputra, 2017).
2. Gangguan temporer
Gangguan Temporer adalah yang dapat hilang dengan sendirinya
atau dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber

10
tegangannya. Pada gangguan ini yang tembus adalah isolasi udaranya,
oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus
gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh
pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap
dioperasikan kembali (Syaputra, 2017).

2.4. Proteksi Pada Sistem Distribusi


Proteksi adalah suatu upaya untuk mengurangi akibat gangguan dengan cara
memisahkan bagian sistem yang tergganggu dari bagian system lainnya, sehingga
bagian sistem lainnya itu dapat terus bekerja. Gangguan kebanyakan merupakan
hubung singkat antar fasa atau antara fasa dengan tanah atau keduanya. Gangguan
hubungan singkat semacam ini menimbulkan arus yang besar yang dapat merusak
peralatan sehingga diperlukan sistem proteksi untuk mengamankan peralatan (PLN,
2013). Sistem proteksi selain harus menggambarkan peralatan terhadap gangguan,
juga berfungsi melokalisir gangguan. Ini berarti apabila terjadi gangguan disuatu
bagian instalasi, sistem proteksi hanya akan mentripkan PMT yang berdekatan
dengan gangguan sehingga interupsi pasokan daya dapat dilakukan di sekitar
tempat terjadinya gangguan saja (tidak meluas) (IEEE Standard Board, 1999).
Proteksi pada sistem distribusi antara lain :
• Proteksi Gangguan Arus Lebih
• Proteksi Gangguan Hubung Tanah
Dikarenakan pada skripsi kali ini penulis hanya membahas mengenai gangguan arus
lebih hubung singkat 3 fasa maka hanya dipaparkan mengenai hal hal yang
menyangkut dengan topik tersebut , antara lain :

2.4.1 Proteksi Gangguan Arus Lebih (OCR)

11
Over current relay atau rele arus lebih adalah rele yang bekerja
ketika terjadi hubung singkat mempengaruhi kenaikan arus, sehingga
disebut rele arus lebih (PLN, 2014). Rele arus lebih yang dipasang pada
trafo bersifat non-directional. Karena tidak memiliki arah maka rele
dapat bekerja jika terjadi gangguan internal dan eksternal. Relay
semacam ini dipasang di kedua sisi transformator, jadi perhatikan
pengaturan saat ini dan waktu kerja (PLN, 2013). Berikut Gambar 2.8
rangkaian over current relay.

2.4.2 Karakteristik Relay Arus Lebih (OCR)

GAMBAR 2. 8 rangkaian over current relay

Proteksi arus lebih dapat mencegah perubahan parameter arus yang


sangat besar, yang dapat terjadi dengan cepat karena adanya gangguan
hubung singkat. Dengan proteksi arus lebih ini, rele diaktifkan ketika
arus melebihi nilai yang ditetapkan . Rele arus lebih memiliki beberapa
perilaku pengaturan waktu, dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

1. Relai Arus Lebih Seketika (Instantaneus)

12
Rele Waktu Seketika (Instantaneous Relay) adalah relay
yang langsung bekerja saat arus yang mengalir melebihi nilai yang
ditetapkan (tidak ada delay), relai bekerja dalam beberapa milidetik (10
- 20 ms). Berikut Gambar 2.9 karateristik instantaneus relay.

(IEEE Standard Board, 1986)

2. Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time)

Rele ini
bekerja

Gambar 2.1 GAMBAR 2. 9 Karateristik instantaneus relay

mengirimkan perintah trip ke PMT ketika terjadi gangguan hubung


singkat dan besarnya arus gangguan melebihi nilai yang ditetapkan (Is),
dan waktu durasi relai dari penutupan hingga operasi relai meningkat
selama jangka waktu tertentu. , terlepas dari arus yang bekerja pada
relai. Relai penundaan diatur dan waktu kerja minimum adalah t = 0,3
detik (BS, 1966)briti. Berikut Gambar 2.10 karateristik definite time
relay.

GAMBAR 2. 10 Karateristik definite time relay.


(IEEE Standard Board, 1986)

13
3. Relai Arus Lebih Terbalik (Inverse)
Rele ini akan bekerja dengan waktu tunda relai tergantung pada
besar arus dalam arah sebaliknya (batas waktu terbalik/inverse time)
jika arus semakin besar maka semakin kecil penundaan. Karakteristik
ini berbeda - beda setiap pabrikan dapat menghasilkan karakteristik
yang berbeda. Berikut Gambar 2.11 karateristik inverse time relay.

(IEEE Standard Board, 1986)

Standar - standar ini mendefinisikan oleh gradien kurvanya, yaitu standard


inverse, very inverse, dan extremely inverse. Terdapat beberapa karakteristik kurva
inverse yaitu standart inverse, very inverse, dan extreme inverse (IEEE Standard
Board, 1986). Untuk bentuk masing masing kurva tersebut dapat dilihat pada

GAMBAR 2. 11 karateristik inverse time relay


Gambar 2.12.

14
GAMBAR 2. 12 Karakteristik Standard, Very, Extremely Inverse

(IEEE Standard Board, 1986)

2.5. Persyaratan Sistem Proteksi


Persyaratan perencanaan proteksi harus diperhatikan untuk memastikan
bahwa sistem tenaga listrik dari pembangkit ke pusat pusat beban dilengkapi
dengan sistem proteksi yang handal. Persyaratan ini menjadi dasar yang harus
dipenuhi saat menggunakan dan memilih sistem proteksi terutama saat memasang
peralatan baru. Saat mendesain juga harus mempertimbangkan jenis peralatan atau
komponen sistem kelistrikan yang akan dilindungi. Sistem proteksi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

2.5.1 Sensitif
Sistem proteksi harus mampu mendeteksi anomali/gangguan
terkecil dan bekerja di bawah nilai minimumnya. Oleh karena itu, koordinasi
sistem proteksi harus dipelajari untuk menentukan sensitivitas pengaturan dan
memastikan relai bekerja dengan normal.

2.5.2 Selektif
Sistem proteksi harus dapat menentukan dengan benar area kerja
yang terganggu atau fase yang terganggu. Sistem proteksi hanya memisahkan
bagian jaringan yang terganggu saja. Zona proteksi harus dapat memastikan
15
bahwa hanya bagian yang terganggu yang diputus dari sistem jika terjadi
kesalahan atau situasi tidak normal.

2.5.3 Andal
Kemungkinan sistem proteksi dapat beroperasi secara normal sesuai
dengan fungsi yang diperlukan dalam kondisi dan periode waktu tertentu.
Proteksi tidak boleh bekerja dalam kondisi yang tidak diharapkan (PLN,
2010) .Keandalan sistem proteksi terbagi dua yaitu :
• Keterpercayaan (Dependability)
Sistem proteksi tidak mengalami gagal kerja pada kondisi yang
diperlukan (PLN, 2010).
• Keterjaminan (Security)
Sistem proteksi tidak boleh mengalami kesalahan kerja dalam jangka
waktu tertentu dalam kondisi tertentu (PLN, 2010). Diharapkan
komponen sistem proteksi tidak bekerja secara salah pada kondisi
sistem yang dipersyaratkan (di luar area proteksi).
Pemiihan keandalan dan keamanan harus dipertimbangkan ketika
merancang sistem proteksi. Pilihan keandalan memperhitungkan tingkat
tegangan sistem dan pentingnya. Keterpercayaan dapat diperoleh dan
ditingkatkan dengan :
• Menyediakan proteksi utama dan proteksi cadangan, guna
mengantisipasi kegagalan proteksi utama.

• Proteksi utama dengan proteksi cadangan menggunakan prinsip operasi


yang sama dengan skema proteksi yang berbeda.
• Pemisahan relai proteksi utama dan proteksi cadangan secara fisik.
• Proteksi cadangan local
• Proteksi cadangan jauh
• Pemisahan rangkaian sekunder transformator arus dan transformator
tegangan untuk proteksi utama dan proteksi cadangan.
• Pemisahan sistem power supply DC pada proteksi sistem 150, 500 dan
20 KV
• Menjaga keandalan teleproteksi sebagai sarana komunikasi.

16
2.5.4 Cepat
Sistem proteksi harus mampu merespon kebutuhan peralatan yang
diproteksi untuk meminimalkan terjadinya secara meluas. Saat merancang
sistem proteksi, kecepatan memutus gangguan harus dipertimbangkan untuk
meminimalisir kegagalan. Waktu gangguan harus sesuai dengan nilai yang
dipersyaratkan oleh PLN P3B Jawa Bali, yang memperhitungkan waktu kerja
rele dan sinyal pembawa (FO/PLC), waktu kerja PMT dan faktor keamanan.

2.6. Komponen Sistem Proteksi


Proteksi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan sistem yang terdiri
dari komponenkomponen berikut:
1. Relay
Berfungsi untuk merasakan arus gangguan dan mengirim sinyal trip ke PMT
(Circuit Breaker).
2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan.
Sebagai perangkat yang mentransmisikan tegangan/arus yang diamankan
oleh relai (daya sekunder).
3. Pemutus Tenaga (PMT)
Memisahkan sistem yang terganggu saat mendapat sinyal trip dari relay.
4. Sistem DC
Sebagai sumber/ source untuk power relay. Sistem DC didapat dari rectifier
yang berfungsi untuk merubah arus AC menjadi arus DC.
5. Pengawatan (wiring)
Sebagai penghubung untuk menghubungkan seluruh sistem proteksi.
Terdiri dari sirkit sekunder (arus dan/atau tegangan), sirkit triping dan sirkit
peralatan bantu.

2.7. Software ETAP


ETAP (Electrical Transient Analysis Program) adalah perangkat lunak
yang digunakan sebagai penganalisis sistem kelistrikan. Mulai dari catu daya
hingga jaringan. ETAP dapat bekerja secara offline untuk menganalisis aliran daya,
hubung singkat, harmonik, dan keselamatan motor. Bahkan ETAP dapat bekerja
secara online dan menganalisis data (seperti SCADA) secara real time. Dengan
menggunakan modul standar dalam simulasi offline, ETAP dapat menggunakan

17
data operasi untuk pemantauan lanjutan, simulasi, optimasi , sistem manajemen
energi, dan pelepasan beban yang cepat dan load flow (aliran daya).

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriftif yaitu
pengambilan data di PT.PLN (PERSERO) GIS Kembangan yang kemudian
dilakukan perhitungan dan diselessaikan secara matematis.
Dalam penyususan proyek akhir ini, diagram alir / flowchart yang berisi
tahapan serta proses dalam penelitian dan pembahasan proyek akhir ini. Diagram
alir / flowchart dari tahapan dan proses dalam penelitian ditunjukkan pada gambar

18
3.1.
Mulai

Studi literatur
Observasi Lapangan
Tidak
Pengumpulan data sekunder

Analisa Sistem

Perbandingan

Apakah hasil
sudah
memuaskan?

Ya

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3. 1 Diagram Alur Penelitian


Proses dimulainya penelitian mengenai sistem koordinasi proteksi pada
penyulang kopyor dan incoming trafo 2 GIS Kebon Jeruk yaitu dengan melakukan
study mengenai kordinasi proteksi OCR/GFR yang bertujuan untuk meningkatkan
kehandalan jaringan. Setelah itu dilakukan observasi lapangan guna untuk
mendapatkan data teknis yang diperlukan. Lalu melakukan analisa dari
pemasalahan pada gangguan penyulang kopyor, dilakukan perhitungan arus
gangguan hubung singkat yang terjadi dengan menggunakan rumus dan
persamaan yang didapat dari SKDIR, Jurnal & artikel terkait. Perhitungan ini
sebagai pembanding ketika melakukan analisa menggunakan aplikasi ETAP.
Tahap selanjutnya adalah apabila hasil yang didapat sudah memuaskan maka
19
menentukan saran/solusi dari masalah-masalah tersebut untuk mencari langkah-
langkah yang tepat dilakukan agar koordinasi sistem proteksi berjalan secara
akurat.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan sebuah teknik dari penulis dalam
mengumpulkan data yang nantinya akan digunakan untuk menganalisa dan
melakukan perhitungan dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data penelitian
dalam proyek akhir ini sebagai berikut:
3.2.1 Study Literatur
Study Literatur dilakukan dengan cara membaca atau mempelajari buku
seperti SKDIR 0520, jurnal, artikel, maupun tugas akhir peneliti lain yang
berkaitan dengan teori atau pembahasan yang terkait dengan sistem proteksi
over current relay dan ground fault relay guna mendukung keberhasilan
penelitian dalam proyek akhir ini.
3.2.2 Observasi
Pengumpulan data untuk penelitian dalam Tugas Akhir dilakukan dengan
mengobservasi dan melakukan pengujian langsung ke lapangan di PT. PLN
(Persero) GIS Kebon Jeruk dan PT.PLN (Persero) Area Kebon Jeruk dengan
menanyakan secara langsung ke bagian pemeliharaan untuk mendapatkan
data yang diperlukan.
3.2.3 Wawancara atau Diskusi
Peneliti melakukan wawancara dan konsultasi langsung dengan dosen
pembimbing proyek akhir dan pegawai PT. PLN (Persero) tepatnya dengan
Supervisor dan Operator GIS Kebon Jeruk untuk mendapatkan informasi
mengenai penulisan proyek akhir.
3.2.4 Dokumentasi
Penulis mendokumentasikan data dan gambar yang didapat dari kantor PT.
PLN (Persero) GIS Kembangan untuk dihitung dan dianalisa oleh penulis.

3.3 Metode Analisis Data

Metode Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis statistik deskriptif. Dalam penelitian ini akan dilakukan pengkajian
terhadap data-data teknis yang diambil dari PT. PLN (Persero) GIS Kebon Jeruk.

20
Data yang diperoleh merupakan data yang berbentuk angka, sehingga untuk
mengolahnya perlu dilakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan –
persamaan tertentu.
Metode analisis data yang diterapkan dalam penelitian proyek akhir ini
diantaranya:

3.3.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini diambil di


PT.PLN (Persero) GIS Kebon Jeruk . Data yang diambil yaitu :
a. Gambar single line diagram sisi 150 KV GIS Kebon Jeruk
b. Gambar single line diagram sisi 20 KV GIS Kebon Jeruk
c. Spesifikasi Trafo 2 60MVA GIS Kebon Jeruk
d. Spesifikasi impedansi kabel penyulang kopyor
e. Data jarak panjang penyulang ke gardu hubung
f. Data CT pada incoming trafo 2 GIS Kebon Jeruk
g. Data CT pada penyulang kopyor GIS Kebon Jeruk
h. Data relay penyulang kopyor dan incoming trafo 2

3.3.2 Pengolahan Data


Dari data yang didapat selanjutnya akan dianalisa untuk mencari
setting kordinasi relay OCR dan GFR sesuai standar acuan yang
digunakan PLN yaitu:

A. Menghitung Arus Gangguan Hubung Singkat


Sebelum menentukan arus hubung singkat, ada beberapa
tahapan – tahapan perhitungan.
• Menghitung Impedansi Sumber
Mencari nilai impedansi sumber yang pertama dilakukan mencari
impedansi sisi 150kV setelah itu mencari impedansi disisi 20kV.
Yang dapat di lakukan dengan rumus :

21
MV Asc = V x √3 x Isc

Keterangan :
Mv Asc = Mva Short Circuit
V = Tegangan Sumber
Isc = Arus Hubung Singkat

• Menghitung Impedansi Sumber Sisi 150 & 20 KV


Setelah hasil nilai MVAsc diketahui maka dilanjutkan dengan
menghitung nilai impedansi sumber di sisi 150 & 20 KV. Dengan
persamaan : Pada sisi primer :
[𝐾𝑉 𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝐾𝑉]2
Xs sisi 150 KV =
𝑀𝑣 𝐴𝑠𝑐

Pada sisi sekunder :

[ 𝐾𝑉 𝑠𝑖𝑠𝑖 20 𝐾𝑉]2
Xs sisi 20 KV = [𝐾𝑉 𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝐾𝑉]2 𝑋 𝑆𝑖𝑠𝑖 150 𝐾𝑉

• Menghitung Reaktansi Transformator


Untuk menghitung nilai reaktansi transformator dapat dilihat
berdasarkan spesifikasi transformator yang berada pada gardu
induk dengan menggunakan persamaan :
[ 𝐾𝑉 𝑠𝑖𝑠𝑖 20 𝐾𝑉]2
Xt (100%) = 𝑀𝑉𝐴 𝑇𝑟𝑎𝑓𝑜

Setelah diperoleh nilai (Xt) pada kondisi 100%, maka nilai


reaktansi transformator untuk urutan positif dan negatif serta
urutan nol bisa dicari menggunakan persamaan rumus seperti
dibawah ini :
• Urutan Positif dan Urutan Negatif (Xt1 = Xt2)
Untuk mencari nilai reaktansi transformator bisa melihat nilai
impedansi pada datasheet/nameplate transformator, pada
transformator .
Xt1 = Impedansi Transformator x Xt (100%)

• Perhitungan Impedansi Ekivalen Urutan Positif & Negatif Untuk


menentukan besarnya nilai impedansi ekivalen urutan positif dan
negatif (Z1eq = Z1Eeq) dapat menggunakan persamaan rumus :
22
Z1eq = XS (20KV) + Xt1 + Z1 Penyulang

Dimana :
XS (20KV): Impedansi Sumber 20 KV
Xt1 : Reaktansi Transformator Uruta Positif & Negatif
Z1 : Impedansi Urutan +- Penghantar (Sesuai Lokasi)

• Perhitungan Arus Hubung Singkat 3 Fasa


Untuk mencari nilai arus hubung singkat 3 phase bisa
menggunakan rumus persamaan sebagai berikut :

𝑉𝐼𝑛
Isc 3 Fasa =𝑍1 𝑒𝑞

Dimana :
Vln = Tegangan fasa netral 20KV
Z1eq = Impedansi ekivalen Urutan +- (sesuai lokasi gangguan)

B. Menghitung Setting OCR


Setelah mengetahui nilai arus hubung singkat menggunakan
rumus persamaan diatas, selanjutnya nilai setting OCR dan GFR pada
incoming dan penyulang dapat ditentukan. Maka nilai setting OCR
dan GFR antara penyulang dan incoming yaitu :
• Mencari arus nominal (In) transformator incoming OCR :
𝐾𝑉𝐴
I Nominal (20 KV) =𝐾𝑉 𝑥
√3

• Mencari arus primer pada sisi incoming dan penyulang untuk relay
OCR :
Iset Primer = 1.1 X In………………………………………...(3.12)

• Mencari arus sekunder pada sisi incoming dan penyulang untuk


relay OCR sisi incoming :
1
I set skunder = I set primer x 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇

23
• Mencari TMS (Time Multiplier Setting) atau setting waktu untuk
OCR :
𝐼 𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡 0,02
𝑡𝑥( ) −1
𝐼 𝑠𝑒𝑡
TMS (Si) = 0,14

Dimana :
t : Waktu kerja yang diinginkan
I fault : Arus Gangguan 3 fasa
I set : Setting OCR disisi primer

• Time Test Rele OCR Pada Penyulang dan incoming


0,14
T(Si) = 𝐼 𝑓𝑎𝑢𝑙𝑡 0,02 𝑋 𝑇𝑀𝑆
𝑡𝑥 ( ) −1
𝐼 𝑠𝑒𝑡

Dimana :

TMS : Time Multiplier Setting


I hs : Arus Hubung Singkat
I set : Setting Arus Primer OCR

3. Analisa Data
Dari data yang sudah terkumpul dan diolah menggunakan
persamaan – persamaan yang berlaku, setelah itu data tersebut
dirancang dan disimulasikan hasilnya dengan menggunakan aplikasi
Etap. Pada percobaan dengan aplikasi Etap nantinya akan diuji arus
hubung singkat pada titik lokasi 0%,1%,25%,50%,100% lalu
dilakukan pengujian relay OCR/GFR dengan disimulasikan pada jarak
tersebut.

BAB IV
JADWAL PENELITIAN DAN USULAN BIAYA

4.1 Jadwal Penelitian

24
Jadwal penilitian merupakan susunan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
untuk meyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana akan terlampir dalam lampiran

4.2 Usulan Biaya

Usulan biaya Tugas Akhir ini dapat diperkirakan dengan komposisi seperti berikut
:

NO. KOMPONEN PERSEN BIAYA


1 Biaya oprasional 45%
2 Pengadaan bahan dan iteratur 35%
3 laporan 30%
TOTAL 100%

25
Bulan
N0 Kegiatan

1 Studi
literatur

2 BAB I

3 BAB II
4 BAB III

5 Bimbingan
sebelum
seminar 1
6 Pendaftaran
seminar 1
Semniar 1
8 Pengambilan
data
9 Penyusunan
BAB IV
10 Penyusunan
BAB V
11 Bimbinga
sebelum
seminar 2
12 Seminar 2

13 Penyusunan
laporan
tugas akhir
14 Pendaftaran
SUS
(kelayakan
sidang)
15 Penyerahan
draft buku
TA ke
Ka.Prodi
16 Yudisium

17 Penyerahan
buku TA
final

26
RINCIAN USULAN BIAYA
PERINCIAN BIAYA
NO BIAYA KETERANGAN
BUAYA SATUAN
Biaya
1 oprasional Rp. 150.000 Rp. 150.000
(Transportasi)
Biaya
pengadaan
2 Rp. 300
bahan literatur
(Print out )
Laporan
3 (fotocopy ) Rp.150

Evaluasi &
4
Disemilasi
Total

27

Anda mungkin juga menyukai