Anda di halaman 1dari 49

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS KOORDINASI DAN KINERJA DIRECTIONAL OVER

CURRENT RELAY PADA PENGHANTAR 30 KV KALIBAKAL –

KETENGER GI KALIBAKAL

Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana


Teknik di Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:

Bahaudin Al-Azka
H1A018050

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN/PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PURBALINGGA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR TABEL...................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4

1.3 Batasan Masalah............................................................................................4

1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................5

1.5 Manfaat Penelitan..........................................................................................5

1.6 Hipotesa Penelitian........................................................................................6

1.7 Sistematika Penulisan....................................................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................9

2.1 Peneliti Terdahulu..........................................................................................9

2.2 Sistem Transmisi.........................................................................................12

2.3 Profil GI 150 kV Kalibakal.........................................................................13

2.4 Profil PLTA Ketenger..................................................................................14

2.5 Single Line Diagram PLTA Ketenger..........................................................15

2.6 Single Line Diagram GI Kalibakal 150 kV.................................................16

ii
iii

2.7 Peralatan – Peralatan yang ada di Penghantar GI Kalibakal – PLTA

Ketenger...................................................................................................17

2.8 Sistem Proteksi............................................................................................22

2.9 Fungsi dan Syarat Sistem Proteksi..............................................................22

2.10 Sistem Proteksi pada saluran Transmisi PLTA Ketenger – GI Kalibakal

dengan ETAP 12.6.0.................................................................................23

2.11 Relai Arus Lebih (Over Current Relay).....................................................24

2.12 Relai Arus Lebih Berarah (Directional Over Current Relay)....................31

2.13 Komponen Simetris...................................................................................35

2.14 Software Electrical Transient Analysis Program (ETAP) 12.6.0..............37

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN.................................................................38

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian......................................................................38

3.2 Alat dan Bahan............................................................................................38

3.3 Metode Penelitian........................................................................................39

3.4 Diagram Alur Penelitian..............................................................................41

3.5 Jadwal Penelitian.........................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................43
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu berdasarkan metode...............................................10

Tabel 3.1 Penelitian terdahulu berdasarkan metode...............................................42


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PLTA Ketenger adalah salah satu pembangkit listrik peninggalan Belanda

di Indonesia. PLTA Ketenger terletak di daerah Melung, Kecamatan Baturaden,

Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. PLTA Ketenger ini memenuhi

kebutuhan listrik bagi konsumen di daerah Purwokerto, Purbalingga, Kebumen,

dan Karanganyar. Penyaluran energi listrik menggunakan saluran transmisi

dengan tegangan nominal 30 kV. Pada awal pembuatan hanya terdapat 2

generator. Masing-masing dapat membangkitkan listrik sebesar 3,52 MW. Pada

tahun 1999 dibangun generator ke-3 yang menghasilkan listrik 1,05 MW.

Penambahan generator unit 4 dilakukan pada tahun 2008 dengan kapasitas 0,5

MW. [1]

Sistem transmisi adalah suatu sistem penyaluran energi listrik dari satu

tempat ke tempat lain, seperti dari stasiun pembangkit ke GI (Gardu Induk).

Pemakaian sistem transmisi didasarkan atas besarnya daya yang harus disalurkan

dari pusat-pusat pembangkit ke pusat beban. Sistem transmisi memegang peranan

yang sangat penting dalam proses penyaluran daya. Saluran transmisi mempunyai

resiko paling besar bila mengalami gangguan. Kontinuitas penyaluran beban akan

terganggu jika terjadi gangguan di saluran transmisi. Terputusnya penyaluran

listrik dari pusat pembangkitkan ke beban tentu sangat rnerugikan bagi pelanggan

terutama industri. Gangguan penyediaan listrik tidak dikehendaki oleh siapapun,

1
2

tetapi ada kalanya gangguan tersebut tidak bisa dihindari. Oleh karena itu

diperlukan usaha untuk mengurangi akibat gangguan tersebut atau memisahkan

bagian yang terganggu dari sistem.

Pada jaringan transmisi sering terjadi berbagai macam jenis gangguan,

antara lain gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah, gangguan hubung

singkat phasa ke phasa, gangguan antar phasa ke tanah, dan gangguan simestris.

Gangguan hubung singkat adalah suatu keadaan ketidaknormalan yang terjadi

pada sistem jaringan transmisi listrik. Ketidaknormalan tersebut mengakibatkan

mengalirnya arus yang tidak seimbang dalam sitem jaringan transmisi tiga phasa.

Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian yang

serius dalam perencanaannya. Relai merupakan salah satu bagian penting dalam

sistem pengaman saluran transmisi. Relai harus mempunyai kemampuan

mendeteksi adanya gangguan pada suatu keadaan. Dengan demikian sistem yang

terproteksi dapat memishakna diri dari sistem yang lain sehingga meminimalisir

kerusakan pada bagian yang terganggu dan mencegah meluas ke saluran yang

tidak terganggu. [2]

DOCR (Directional Overcurrent Relay) merupakan salah satu proteksi

yang terdapat pada saluran transmisi GI Kalibakal – PLTA Ketenger. Relai DOCR

digunakan sebagai proteksi utama pada saluran transmisi GI Kalibakal – PLTA

Ketenger. Proteksi akan bekerja bila terdeteksi adanya gangguan pada daerah

kerjanya. Relai ini dapat merasakan gangguan arus lebih yang terjadi pada suatu

saluran tetapi mempunyai arah tertentu.


3

Saluran transmisi GI Kalibakal – PLTA Ketenger terdiri dari 2

penghantar, 4 DOCR, 4 CT, 4 PT, dan 4 PMT. Relai bekerja sesuai daerah

proteksinya. Jika terjadi hubung singkat di daerah penghantar 1 Kalibakal, maka

relai DOCR pada penghantar 1 Kalibakal akan bekerja. Jika terjadi hubung

singkat di daerah penghantar 2 Ketenger, maka relai DOCR pada proteksi

penghantar 2 Ketenger akan bekerja.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dilakukan dengan menganalisis

kinerja DOCR pada penghantar GI Kalibakal – PLTA Ketenger. Penelitian ini

menggunakan alat bantu berupa Software Electrical Transient Analyzer Program

(ETAP) 12.6.0. ETAP digunakan untuk menganalisis gangguan hubung singkat,

melakukan setting relai dan melakukan simulasi keandalan sistem proteksi.

Analisis ini dilakukan agar dapat membandingkan keandalan sistem proteksi di

lapangan dengan analisa di software ETAP.

Tugas Akhir sendiri merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi

mahasiswa Program Studi S1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Jenderal Soedirman. Dalam Tugas Akhir yang dilaksanakan, mahasiswa akan

melakukan penelitian, menganalisis suatu masalah yang terjadi, mampu

memahami tujuan dari analisis serta mendapatkan hasil dari penelitian yang telah

dilakukan. Judul penelitian dalam laporan tugas akhir ini adalah ANALISIS

KOORDINASI DAN KINERJA DIRECTIONAL OVER CURRENT RELAY

PADA PENGHANTAR 30 KV KALIBAKAL–KETENGER GI KALIBAKAL.


4

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana analisis dan perhitungan gangguan arus hubung singkat pada

penghantar PLTA Ketenger – GI Kalibakal?

2. Apakah setting proteksi DOCR saat terjadi gangguan petir 2 kali dalam bu-

lan Desember pada penghantar PLTA Ketenger – GI Kalibakal dalam zona

proteksinya dapat bekerja dengan baik atau tidak?

3. Bagaimana hasil simulasi koordinasi sistem proteksi DOCR pada penghan-

tar PLTA Ketenger – GI Kalibakal ketika terjadi gangguan arus hubung

singkat pada zona proteksinya?

4. Berdasarkan hasil analisis dan simulasi sistem, solusi apakah yang dapat

diterapkan pada relai DOCR agar berfungsi dengan baik dalam melakukan

koordinasi proteksi pada penghantar PLTA Ketenger – GI Kalibakal?

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan tidak meluas, maka akan diambil batasan masalah

sebagai berikut.

1. Penelitian dilakukan di saluran transmisi 30 kV PLTA Ketenger – GI

Kalibakal.

2. Peralatan proteksi yang dibahas adalah relai yang memproteksi daerah

transmisi 30 kV PLTA Ketenger – GI Kalibakal.

3. Daerah proteksi relai yang dibahas adalah daerah proteksi DOCR.

4. Gangguan yang dibahas adalah gangguan hubung singkat 2 fasa dan 3

fasa.
5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya Tugas Akhir yang dilaksanakan di PT PLN

(Persero) UIT JBT UPT Purwokerto, ULTG Purwokerto – GI 150 kV Kalibakal

adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis gangguan arus hubung singkat pada penghantar PLTA

Ketenger – GI Kalibakal.

2. Menganalisis dan mengetahui setting proteksi pada saluran

penghantar transmisi 30 kV PLTA Ketenger – GI Kalibakal.

3. Menyimulasikan koordinasi sistem proteksi DOCR pada penghantar

PLTA Ketenger – GI Kalibakal ketika terjadi gangguan arus hubung

singkat pada aplikasi ETAP.

4. Menerapkan hasil analisis pada simulasi sistem relai DOCR agar

berfungsi dengan baik dalam melakukan koordinasi proteksi pada

penghantar PLTA Ketenger – GI Kalibakal.

1.5 Manfaat Penelitan

Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan Tugas Akhir ini antara lain :

1. Manfaat bagi Mahasiswa

a. Penerapan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah secara aplikatif.

b. Kesempatan dalam memahami ilmu dalam prakteknya di lapangan

kerja.

c. Mengetahui tentang sistem transmisi listrik dan sistem kerja relai

DOCR pada proteksi penghantar GI Kalibakal – PLTA Ketenger.


6

d. Memberikan pengetahuan dan analisa kinerja relai DOCR akibat

gangguan pada saluran transmisi 30 kV PLTA Ketenger – GI

Kalibakal.

2. Manfaat bagi Universitas

a. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengetahui teknik-

teknik kerja secara professional.

b. Sebagai sarana Universitas untuk memantau kemampuan maha-

siswanya dalam melakukan penelitian permasalahan di lapangan kerja.

c. Laporan Tugas Akhir ini dapat dijadikan sebagai sarana tambahan ref-

erensi di perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman mengenai per-

masalahan yang terkait dengan penulisan Tugas Akhir ini.

3. Manfaat bagi perusahaan

a. Memberikan gambaran simulasi dan analisa kinerja relai DOCR akibat

gangguan pada saluran transmisi 30 kV PLTA Ketenger-GI Kalibakal.

b. Memberikan perhitungan setting DOCR.

c. Memberikan alternatif pemecahan masalah yang terjadi pada saluran

transmisi 30 kV PLTA Ketenger-GI Kalibakal.

1.6 Hipotesa Penelitian

Adapun hipotesa awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

A. Hipotesis Alternatif (Ha)

1. Analisis perhitungan dapat mencari nilai arus hubung singkat GI Kalibakal

– PLTA Ketenger dan sebaliknya.


7

2. Perhitungan setting DOCR dapat menjadi saran yang lebih baik untuk

saluran transmisi 30 kV GI Kalibakal – PLTA Ketenger.

3. Terdapat pengaruh cuaca hujan beserta petir terhadap penghantar GI

Kalibakal – PLTA Ketenger.

B. Hipotesis Nol (Ho)

1. Analisis perhitungan tidak dapat mencari nilai arus hubung singkat GI

Kalibakal – PLTA Ketenger dan sebaliknya.

2. Perhitungan setting DOCR tidak menjadi saran yang lebih baik untuk salu-

ran transmisi 30 kV GI Kalibakal – PLTA Ketenger.

3. Tidak ada pengaruh cuaca hujan beserta petir terhadap penghantar GI

Kalibakal – PLTA Ketenger.

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, dibuat sistematika penulisan

sebagai berikut.

BAB I : Pendahuluan

Bab 1 dalam laporan ini membahas mengenai latar belakang penelitian,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian

dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Bab 2 dalam laporan ini berisi tentang penelitian terdahulu yang disertai

dengan teori-teori yang berkaitan dengan sistem tenaga listrik, sistem

proteksi, gangguan hubung singkat pada penghantar dan penjelasan


8

singkat mengenai software ETAP 12.6.0 yang akan digunakan sebagai

metode penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab 3 dalam laporan ini menjelaskan tentang metode-metode penelitian

atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian

ini.

BAB IV : Hasil dan Pembahasan

Bab 4 dalam laporan ini berisi perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan

dalam analisis setting DOCR. Pada bab ini juga terdapat hasil simulasi

sistem proteksi menggunakan ETAP 12.6.0 yang dapat menentukan nilai

setting DOCR.

BAB V : Penutup

Bab 5 dalam laporan ini membahas mengenai kesimpulan dan saran.


9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peneliti Terdahulu

Karya ilmiah sejenis yang digunakan sebagai rujukan dalam penulisan

tugas akhir ini, yaitu :

1. Rahmat Hidayat. (2019). Perancangan Sistem Proteksi Relai Arus Lebih

Direksional Pada Sistem IEEE 8 Bus

Penelitian ini dilakukan oleh Rahmat Hidayat mengenai perancangan

sistem proteksi menggunakan relai DOCR. Penelitian ini

mempertimbangkan prioritas relai mana saja yang harus bekerja dalam

memproteksi masing-masing bus pada sistem. Perancangan ini

menghasilkan sistem proteksi yang bekerja dengan sesuai. Dengan

dilakukan analisis hubung singkat maka dapat menyesuaikan karakteristik

relai terhadap arah arus yang mengalir pada sistem serta melakukan

perhitungan nilai yang tepat pada parameter TMS [3].

2. Muhammad Reza Adzani. (2016). Analisis Evaluasi Setting Relay DOCR

(Directional Overcurrent Relay) sebagai proteksi pada PT. Linde Indonesia

Situs Gresik Jawa Timur

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Reza Adzani membahas

mengenai proses resetting pada koordinasi proteksi di PT. Linde Indonesia

Situs Gresik ini dengan menambahkan relai DOCR yang diatur dengan

waktu yang cepat. Resetting ini berfungsi untuk membuat sistem menjadi
10

lebih stabil dan lebih selektif dalam melindungi pada daerah yang

bergangguan [4].

3. Novie Elok Setiawati. (2016). Koordinasi Proteksi Directional

Overcurrent Relay dengan Mempertimbangkan Gangguan Arah Arus di

Pabrik PT. Petrokimia Gresik

Penelitian yang dilakukan oleh Novie Elok Setiawati membahas mengenai

analisis hubung singkat minimum dan maksimum di setiap arus kontribusi

yang menuju ke bus, lalu menemukan resetting untuk relai yang tepat.

Penelitian menunjukkan bahwa pada setting relai exsisting

memperlihatkan ada beberapa relai yang koordinasinya kurang baik [5].

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu berdasarkan metode

No Nama Penulis Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Rahmat Hi- Perancangan Metode analisis Perancangan ini

dayat Sistem Proteksi data dengan menghasilkan sistem

Relai Arus Lebih perhitungan proteksi yang bekerja

Direksional Pada matematis, dan dengan sesuai, yang

Sistem IEEE 8 Bus menggunakan alat mana didapat dengan

bantu aplikasi menyesuaikan

ETAP 12.6.0 karakteristik relai

terhadap arah arus yang

mengalir pada sistem

serta melakukan

perhitungan nilai yang

tepat pada parameter


11

TMS.

2 Muhammad Analisis Evaluasi Metode analisis Proses resetting pada

Reza Adzani Setting Relay data dengan koordinasi proteksi di

DOCR perhitungan PT Linde Indonesia

(Directional matematis, dan Gresik ini dengan

Overcurrent Relay) menggunakan alat menambahkan DOCR

sebagai proteksi bantu aplikasi yang disetting dengan

pada PT. Linde ETAP 12.6.0 waktu yang cepat.

Indonesia Situs Waktu yang time delay

Gresik Jawa TImur yang digunakan untuk

menyeting DOCR disini

adalah seketika atau 0,1

s. Pada kondisi existing

dapat diambil contoh

yaitu pada relai F-15

ketika gangguan berada

pada bus-0213 yang

bekerja dengan meng-

gunakan time delay

sebesar 0,3.

3 Novie Elok Koordinasi Pro- Menggunakan Hasil perhitungan


Setiawati
teksi Directional metode resetting diperoleh :

Overcurrent Relay koordinasi pro- 1. Saat kondisi existing


di bus yang sama
dengan Memper- teksi, analisa dipasang relai arus
lebih (OCR) dengan
timbangkan Gang- hubung singkat setting waktu 0.3 s
maka dengan
12

guan Arah Arus di serta koordinasi adanya penambahan


relai arah arus lebih
Pabrik PT. dalam bentuk (DOCR) dengan
setting waktu 0.1
Petrokimia Gresik kurva time current 2. Nilai arus hubung
singkat terkecil
characteristic yaitu gangguan 1
fasa sebesar 1220 A.
(TCC) serta disim-

ulasikan menggu-

nakan software

ETAP.

2.2 Sistem Transmisi

Sistem transmisi merupakan sebuah sistem yang menyalurkan listrik dari

pembangkit ke GI. Sistem ini menyalurkan daya yang besar dengan tegangan

tinggi. Hal ini dilakukan agar mengurangi adanya jatuh tegangan akibat losses.

Biasanya sistem transmisi memiliki jarak yang cukup jauh dari pembangkit ke GI.

Sistem transmisi dapat dibedakan menjadi sistem transmisi tegangan

tinggi, sistem transmisi tegangan ekstra tinggi, dan sistem transmisi ultra tinggi.

Besarnya tegangan nominal saluran transmisi tegangan tinggi ataupun ekstra

tinggi berbeda-beda untuk setiap negara dan wilayah tergantung kemajuan

tekniknya. Di Indonesia tegangan tinggi yang digunakan adalah 30 kV dan 150

kV, sedangkan tegangan ekstra tinggi adalah tegangan 500 kV yang

terinterkoneksi antara Jawa dan Bali. [2]

Pada saluran transmisi GI Kalibakal – PLTA Ketenger tegangan yang

digunakan sebesar 30 kV karena jarak yang relatif pendek yaitu sekitar 12,5 km.
13

Saluran transmisi yang kompleks yaitu saluran yang mempunyai karakteristik

berubah-ubah secara dinamis sesuai keadaan sistem itu sendiri. Sistem transmisi

GI Kalibakal – PLTA Ketenger memiliki banyak komponen seperti kawat

transmisi, relai pengaman, PMT, CT, PT, dan lain-lain. Bagian komponen yang

paling sering terkena gangguan ada pada kawat transmisi (70% s.d. 80% dari

seluruh gangguan). Hal ini disebabkan karena Sebagian besar bagian sistem dari

SUTT adalah kawat penghantar yang terbentang dan dalam keadaan berbeban di

udara. Kondisi iklim dan udara juga mempengaruhi banyaknya gangguan pada

kawat penghantar. [6]

2.3 Profil GI 150 kV Kalibakal

GI Kalibakal 150 kV merupakan salah satu GI yang terdapat di Provinsi

Jawa Tengah. Terletak di desa Berkoh, Kecamatan Purwokerto Selatan,

Kabupaten Banyumas, tepatnya di Jalan Jenderal Soedirman nomor 914

Purwokerto. GI Kalibakal 150 kV dibangun pada tahun 1974 dengan bantuan

Amerika Serikat dan dilaksanakan oleh PLN Region Jawa Tengah dan DIY

(RJTD) dengan kontraktor IRBY Construction Company USA. GI Kalibakal 150

kV baru dioperasikan pada tahun 1978. GI Kalibakal 150 kV dibangun diatas

tanah seluas 30.800 m2 dengan luas bangunan 238,65 m2. Gedung kontrol

dibangun dengan dua lantai yang terdiri dari ruang panel kontrol, kantor,

switchyard 150 kV, 30 kV, dan 20 kV, baterai, dapur, ruang millennial corner,

kamar mandi dan mushola.


14

GI Kalibakal 150 kV berada dalam wilayah kerja UPT Purwokerto dengan

kerja dan Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA) diawasi dan

dilakukan oleh UPT Purwokerto.

GI Kalibakal 150 kV memiliki 3 buah transformator Pemakai Sendiri

(PS) yang tersusun atas 2 buah transformator distribusi 1 fasa yang disusun

dengan menggunakan hubungan belitan delta-wye sehingga menjadi transformator

3 fasa. [6]

2.4 Profil PLTA Ketenger

PLTA Ketenger merupakan unit pembangkit yang termasuk dalam Unit

Pembangkit Mrica (UP Mrica). Sebagai salah satu Unit Pembangkit di PT.

Indonesia Power, UP Mrica berperan penting dalam menyuplai listrik di Jawa,

Madura, dan Bali. PLTA Ketenger berada di Desa Ketenger, Kecamatan

Baturaden, Purwokerto.

Sumber tenaga air PLTA Ketenger berasal dari sungai Banjaran yang

memiliki luas sekitar 4 hektar. PLTA Ketenger terdiri dari 2 unit yang memiliki

kapasitas 3.2 MW, 1 unit kapasitas 1 MW, dan 1 unit berkapasitas 0.4 MW.

Kapasitas total PLTA Ketenger ini adalah 8.5 MW. Keunggulan pembangkit

Ketenger ini yaitu tidak menghasilkan emisi gas buang ataupun limbah.

PLTA Ketenger memanfaatkan potensial (tinggi jatuh muka air) untuk

menggerakan turbin generator 4 unitnya dan menghasilkan energi listrik.

Kelebihan dari pembangkit Ketenger ini adalah biaya operasinya yang rendah dan

biaya pemeliharaan yang rendah.


15

2.5 Single Line Diagram PLTA Ketenger

Gambar 2.1 Single Line Diagram PLTA Ketenger

Berdasarkan gambar, PLTA Ketenger memiliki konfigurasi sebagai

berikut :

1. Daerah Penghantar Ketenger 1 memiliki 1 generator Oerlikon berkapasitas

4 MVA 6.3 kV yang dihubungkan ke Generator Transformator 1

berkapasitas 4.4 MVA 6.3/33.0 kV dan 1 generator Oerlikon berkapsitas 4

MVA 6.3 kV yang duhubungkan ke Generator Transformator berkapastias

6.4 MVA 6.0/30.0 kV.

2. Daerah Penghantar Ketenger 2 memiliki 1 generator AVK Germany

berkapasitas 1.25 MVA 6.3 kV dan 1 generator Shaoyang berkapsitas 0.6


16

MVA 6.3 kV yang duhubungkan ke Generator Transformator 3&4

berkapastias 2 MVA 6.3/33.6 kV.

2.6 Single Line Diagram GI Kalibakal 150 kV

Gambar 2.2 Single Line Diagram GI Kalibakal

Berdasarkan pada gambar dibawah ini, GI 150kV Kalibakal memiliki

konfigurasi sebagaí berikut : [6]

1. Langsiran 150kV yang memiliki 5 buah bay Transformator tenaga, 4 buah

bay transmisi (2 bay transmisi ke arah Rawalo dan 2 bay transmisi ke arah

Bumiayu) dan 1 buah bay kopel).

2. Langsiran 30kV memiliki 2 buah bay incoming dan 2 buah bay transmisi

(Ketenger 1 dan 2).

3. Langsiran 20kV memiliki 1 buah bay kopel, 3 buah bay incoming, dan 13

buah bay feeder.


17

2.7 Peralatan – Peralatan yang ada di Penghantar GI Kalibakal – PLTA

Ketenger

Pada penghantar GI Kalibakal – PLTA Ketenger, terdapat peralatan listrik

yang tersusun atas beberapa konfigurasi. Fungsi dari peralatan listrik ini adalah

untuk menyalurkan dan mengamankan dari gangguan arus hubung singkat.

Berikut ini adalah jenis-jenis peralatan yang ada di penghantar GI Kalibakal –

PLTA Ketenger. [6]

1. Transformator Daya

Trafo merupakan peralatan statis dimana rangkaian magnetik dan

belitan yang terdiri dari 2 atau lebih belitan, secara induksi

elektromagnetik, mentransformasikan daya (arus dan tegangan) sistem AC

ke sistem arus dan tegangan lain pada frekuensi yang sama. Trafo

menggunakan prinsip elektromagnetik yaitu hukum hukum ampere dan

induksi faraday, dimana perubahan arus atau medan listrik dapat

membangkitkan medan magnet dan perubahan medan magnet / fluks

medan magnet dapat membangkitkan tegangan induksi.

Arus AC yang mengalir pada belitan primer membangkitkan flux

magnet yang mengalir melalui inti besi yang terdapat diantara dua belitan.

Flux magnet tersebut menginduksi belitan sekunder sehingga pada ujung

belitan sekunder akan terdapat beda potensial / tegangan induksi.


18

Gambar 2.3 Transformator Daya GI Kalibakal

2. Potential Transformer (PT)

Potential Transformer (PT) adalah peralatan yang

mentransformasikan tegangan sitem yang lebih tinggi ke suatu tegangan

sistem yang lebih rendah. PT biasanya digunakan untuk keperluan

peralatan indikator dan alat ukur untuk inspeksi. Relai tidak bisa membaca

tegangan pada arus yang besar, untuk itu PT juga digunakan untuk

membantu relai bekerja membaca tegangan pada arus kecil. Trafo

tegangan memiliki prinsip yang sama seperti trafo tenaga tetapi rancangan

trafo tegangan berbeda. Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA) karena

digunakan pada alat-alat ukur, relai dan peralatan indikasi yang konsumsi

dayanya kecil. PT juga harus memiliki ketelitian yang tinggi agar tidak

terjadi kesalahan saat pembacaan tegangan pada relai.


19

PT memiliki fungsi mentransformasikan besaran tegangan sistem

dari yang tinggi ke besaran tegangan yang lebih rendah sehingga dapat

digunakan untuk peraltan proteksi. PT juga dapat mengisolasi bagian

primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian sekunder yang

tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistem proteksi dan

pengukuran peralatan dibagian primer.

Gambar 2.4 Potential Transformer GI Kalibakal

3. Current Transformer (CT)

Tafo Arus (CT) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan

pengukuran besaran arus pada instalasi tenaga listrik disisi primer (TET,

TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari

besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan

teliti untuk keperluan pengukuran dan proteksi.

CT memiliki beberapa fungsi, diantaranya :


20

a. Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran

primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran

sistem metering dan proteksi.

b. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer,

sebagai pengamanan terhadap manusia atau operator yang

melakukan pengukuran.

c. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 A dan 5 A.

Gambar 2.5 Current Transformer Phase R S T GI Kalibakal

4. Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT)

PMT merupakan alat yang berfungsi untuk membuka dan menutup

aliran listrik dalam keadaan berbeban atau tidak berbeban, termasuk

memutus pada saat terjadi gangguan hubung singkat. Kontak penghubung

PMT dilengkapi dengan media peredam busur api. Berikut ini adalah

gambar spesifikasi PMT yang digunakan pada Bay Transformator 4.


21

Gambar 2.6 Kontruksi Circuit Breaker GI Kalibakal

5. Busbar

Busbar adalah penghantar arus listrik yang terbuat dari tembaga

atau logam lainnya seperti alumunium, namun keumuman banyak

digunakan tembaga. Karena Busbar memiliki fungsi yang sama dengan

kabel sebagai penghubung. Maka Busbar memiliki kemampuan hantar

arus, sesuai dengan dimensinya. Pada Bay Transformator 4, terdapat

Busbar 150 kV dan Busbar 20 kV.

6. Penghantar

Kabel listrik adalah media untuk menghantarkan arus listrik. Kabel

listrik terdiri dari bahan isolator dan konduktor. Konduktor terbuat dari

bahan tembaga ataupun aluminium. Jenis penghantar yang digunakan untuk

kabel listrik tegangan tinggi adalah penghantar dari kawat-kawat

aluminium. Pada penghantar GI Kalibakal – PLTA Ketenger menggunakan

penghantar jenis ACSR 95/15 mm2 dan memproteksi saluran transmisi

dengan jarak 12,620 km.


22

2.8 Sistem Proteksi

Peranan proteksi didalan sistem tenaga listrik adalah untuk

mengamankan peralatan/sistem sehinga kerugian akiat gangguan dapat dihindari

sekecil mungkin dengan cara sebagai berikut : [7]

1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal yang dapat

membahayakan sistem.

2. Melepas bagian sistem yang terganggu secepat mungkin sehingga

kerusakan dapat dikurangi sekecil mungkin dan bagian sistem lainnya

tetap dapat bekerja.

2.9 Fungsi dan Syarat Sistem Proteksi

Fungsi sistem proteksi yaitu dipergunakan untuk mengamankan semua

komponen yang terlibat didalamnya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan

akibat gangguan. Apabila terjadi suatu keadaan yang tidak normal pada sistem

tenaga listrik, maka diperlukan suatu upaya kerja untuk mengisolir keadaan tidak

normal tersebut secara sesaat. Peralatan pengaman yang dipasang pada sistem

tenaga listrik mempunyai 3 macam fungsi , yaitu: [8]

1. Merasakan, mengukur, dan menentukan bagian sistem yang

terganggu serta memisahkan secepat mungkin.

2. Mengurangi kerusakan yang lebih parah dari peralatan yang

terganggu.
23

3. Mengurangi pengaruh gangguan terhadap bagian sistem yang lain

yang tidak terganggu didalam sistem tersebut, serta dapat beroprasi

normal, juga untuk mencegah meluasnya gangguan.

2.10 Sistem Proteksi pada saluran Transmisi PLTA Ketenger – GI Kalibakal

dengan ETAP 12.6.0

Gambar 2.7 Sistem Proteksi Transmisi PLTA Ketenger – GI Kalibakal

Pada gambar diatas, terlihat saluran transmisi PLTA Ketenger – GI

Kalibakal, terdapat sisi PLTA Ketenger, sisi transmisi, dan sisi GI Kalibakal.

Penghantar transmisi PLTA Ketenger – GI Kalibakal dibagi penghantar Ketenger

1 dan penghantar Ketenger 2.

Pada penghantar Ketenger 1 terdapat generator 1 dan generator 2 dengan

masing-masing memiliki rating 6.3 kV dan 4 MVA yang dihubungkan dengan

Transformator step up 34.5 kV dan 4.4 MVA. Generator 1 dan 2 disalurkan ke


24

Transformator Daya 1 GI Kalibakal lewat saluran Penghantar Ketenger 1. Pada

daerah Penghantar Ketenger 1 diproteksi dengan relay DOCR di ujung Ketenger

dan Kalibakal untuk memproteksi adanya hubung singkat. Untuk penelitian kali

ini, penyulang KBL-1 dan KBL-3 menjadi beban untuk Transformator Daya 1

KBL untuk dianalisis lebih lanjut.

Pada Penghantar Ketenger 2 terdapat Generator 3 dan 4 yang memiliki

rating 6.3 kV 1.25 MVA dan 6.3 kV 0.5 MVA yang dihubungkan dengan

Transformator step up 33.6 kV dan 2 MVA. Generator 3 dan 4 disalurkan ke

Transformator 2 GI Kalibakal lewat sauran Penghantar Ketenger 2. Pada daerah

Penghantar Ketenger 1 diproteksi dengan relay DOCR di ujung Ketenger dan

Kalibakal untuk memproteksi adanya hubung singkat. Untuk penelitian kali ini,

penyulang KBL-2 dan KBL-4 menjadi beban untuk Transformator Daya 2 KBL

untuk dianalisis lebih lanjut.

2.11 Relai Arus Lebih (Over Current Relay)

Relai Arus lebih (Over Current Relay) adalah relai yang bekerja terhadap

arus lebih. Relai ini akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai settingnya

(Iset). Prinsip kerja dari relai arus lebih ini sendiri adalah relai arus lebih atau over

current relay bekerja dengan cara menganalisa input berupa besaran arus yang

kemudian hasil arus yang lewat akan dibandingkan dengan nilai setting, apabila

nilai arus yang terbaca oleh relai melebihi nilai setting maka relai akan mengirim

perintah trip kepada circuit breaker untuk memutus daya setelah tunda waktu

yang diterapkan pada setting. [9]


25

Pada dasarnya prinsip kerja relai ini mendeteksi besaran arus yang

melalui suatu jaringan dengan bantuan transformator arus. Relai ini juga akan

bekerja jika arus yang melebihi batas setting memenuhi waktu setting yang telah

ditentukan. Berikut adalah macam-macam karakteristik relai arus lebih : [10]

a. Relai Waktu Seketika (Instantaneous)

Relai arus lebih dengan karakteristik waktu kerja seketika

bekerja dengan jangka waktu relai yang dimulai saat relai arus lebih

sensing sampai selesainya kerja relai sangat singkat yaitu memiliki

waktu (20-100 ms), yaitu tanpa penundaan waktu. Relai ini pada

umumnya dikombinasikan dengan relai arus lebih dengan

karakteristik waktu tertentu (definite time) atau waktu terbalik

(inverse time). Karakteristik relai ini dapat dilihat pada gambar

berikut : [11]

Gambar 2.8 Karakteristik Relai Waktu Seketika [8]

b. Relai Arus Lebih Waktu Tertentu (definite time)

Relai arus lebih yang menggunakan karakteristik waktu

tertentu adalah ketika jangka waktu respon oleh relai terhadap nilai
26

arus pick up sampai selesai kerja relai tidak bergantung berdasarkan

besar arus yang melewati relai tersebut. Relai dalam keadaan ini

bekerja berdasarkan waktu tunda yang telah ditentukan sebelumnya

dan tidak tergantung pada perbedaan besarnya arus. [11]

Gambar 2.9 Karakteristik Relai Arus Lebih Waktu Tertentu [8]

c. Rele Arus lebih Lebih Waktu Terbalik (Invers Time)

Relai dangan karakteristik waktu terbalik adalah jika jangka

waktu dari relai dan arus pick up dari operasi dengan besarnya nilai

yang berbanding terbalik dengan arus yang ada. Relai ini bekerja

dengan waktu operasi berbanding terbalik terhadap besarnya arus

yang terukur oleh relai. Relai ini mempunyai karakteristik kerja yang

dipengaruhi baik oleh waktu maupun arus. Sehingga ketikan arus

gangguan hubung singkat semakin besar maka waktu yang

dibutuhkan untuk membuka atau memutus circuit breaker menjadi

semakin cepat dan ketika arus gangguan bernilai kecil maka waktu

yang dibutuhkan relai untuk beroperasi untuk membuka atau

memutus circuit breaker semakin lama. [11]


27

Gambar 2.10 Karakteristik relai waktu berbanding terbalik [8]

Setting dari relai ini dapat dihitung dengan cara : [12]

I set =1.05 x I n (2.1)

t set =t f +∆ t (2.2)

Dimana :

I set = Setting arus relai

I n = Arus nominal trafo

tf = Setting waktu OCR yang terdapat pada feeder,

umumnya di set pada wktu 0.3 – 0.5 detik.

∆ t = Selisih waktu yang diberikan untuk kerja relai.

Waktu kerja relai ini tidak perlu dikoordinasikan dengan relai

lain, sehingga waktu kerjanya dapat disetel sesingkat mungkin. Tetapi

untuk menghindari kesalahan kerja maka ditetapkan setting sebesar

0,3 – 0,5 detik.


28

Untuk karakteristik relai DOCR yang digunakan pada GI

Kalibakal – Ketenger menggunakan Standard Inverse Time. Setting

waktunya dapat deketahui dengan rumus berikut : [12]

0 ,14
t= x Tms

(( ) )
0 ,02
I fault (2.3)
−1
I set

(( ) )
0 , 02
I fault
−1 (2.4)
I set
Tms= t
0 , 14

Dimana :

Tms : Setting pengaturan waktu kerja relai

I fault : Arus gangguan hubung singkat

t : Waktu kerja yang diinginkan

Untuk setting arus dari relai arus lebih dapat dihitung berdasarkan arus

beban yang mengalir di penyulang ataupun di incoming trafo, maka dari itu : [12]

a. Untuk relai arus lebih yang terpasang di penyulang dihitung

berdasarkan arus beban maksimum yang mengalir di penyulang

tersebut.

b. Untuk relai arus lebih di incoming trafo, dapat dihitung

berdasarkan arus nominal trafo itu sendiri.

Relai arus lebih ini tidak hanya dialiri oleh arus fasa saja tetapi juga

dialiri oleh arus beban, sehingga I set > I beban. Relai inverse biasa di-set sebesar
29

1,05 – 1,1 x I beban, sedangkan untuk relai definite di-set sebesar 1,2 – 1,3 x I beban .

[12]

Cara penentuan setting relai yang terpasang dengan data yang sudah

didapat pada praktiknya adalah : [12]

1. I set didapat menggunakan rumus 1,05 x I n atau 1,2 x I n tergantung

jenis relai yang digunakan.

2. Menghitung setting arus yang mengalir di sekunder CT (Is) serta

tap DOCR :

I set (2.5)
Is=
CTp

Is (2.6)
Tap=
¿

Dimana :

I set = Setting arus relai

CTp = Rasio CT

¿ = Arus nominal trafo

3. Menentukan Tms menggunakan berdasarkan arus gangguan

hubung singkat dengan rumus berikut :

(( ) )
0 , 02
I fault
−1 (2.7)
I set
Tms= t
0 , 14

Dimana :

Tms : Setting pengaturan waktu kerja relai


30

I fault : Arus gangguan hubung singkat

t : Waktu kerja yang diinginkan

4. Setting waktu kerja relai berdasarkan arus gangguan hubung

singkat dan tap yang tersedia dihitung dengan rumus berikut :

0 ,14 (2.8)
t= x tms

(( ) )
0 ,02
I fault
−1
I set

Dimana :

Tms : Setting pengaturan waktu kerja relai

I fault : Arus gangguan hubung singkat

t : Waktu kerja yang diinginkan

5. Menghitung arus yang mengalir di sekunder berdasarkan arus

hubung singkat, setelah itu membandingkannya dengan arus

setting sekunder :

I fault (2.9)
Is2=
CTp

Dimana :

I fault = Setting arus relai

CTp = Rasio CT

¿ = Arus nominal trafo

Is2 = Arus sekunder berdasarkan I fault


31

2.12 Relai Arus Lebih Berarah (Directional Over Current Relay)

Prinsip kerja antara relai arah arus lebih dan relai arus lebih tidak jauh

beda, yang membedakan antara kedua jenis relai ini adalah adanya parameter atau

fungsi yang terdapat didalam pengoperasian relai arah arus lebih. Relai ini

berfungsi untuk memproteksi saluran transmisi terhadap arus lebih yang

disebabkan oleh gangguan hubung singkat 2 fasa / 3 fasa tetapi hanya bekerja

untuk arah tertentu. Relai arus lebih berarah mempunyai arah tertentu yang

bekerja adanya besaran arus dan tegangan yang dapat membedakan arah arus

gangguan. Relai ini mempunyai dua buah parameter ukur yaitu tegangan dan arus

yang masuk ke dalam relai untuk membedakan arah arus ke depan atau arah arus

ke belakang. [11]

Prinsip kerjanya relai ini berdasarkan adanya sumber arus dari CT dan

sumber tegangan dari PT. Relai ini terpasang pada jaringan tegangan tinggi,

tegangan menengah, juga pada pengaman transformator tenaga, dan berfungsi

untuk mengamankan peralatan listrik akibat adanya gangguan fasa-fasa. Untuk

membedakan arah tersebut maka salah satu fasa dari arus harus dibandingkan

dengan tegangan pada fasa yang lain.


32

Gambar 2.11 Kontruksi dan prinsip kerja DOCR [12]

Berdasarkan gambar , relai pada gambar tersebut berfungsi untuk

mendeteksi arus gangguan yang menuju ke F1. Misalkan dalam kondisi normal

arus mengalir kearah F1, maka komponen arah bekerja menutup kontak D,

sedangkan element kerja belum bekerja dan kontak I terbuka. Jika terjadi

gangguan hubung singkat di F1, maka element kerja akan bekerja menutup

kontak I dan mentripkan PMT.

Pada saluran transmisi GI Kalibakal – PLTA Ketenger relai yang

digunakan adalah DOCR dari Westinghouse type CR. Directional unitnya adalah

type induction-cup dan over-current unitnya type induction disc yang karakteristik

waktu kerjanya forward dan inverse. Relai arus lebih berarah mempunyai dua

element, yaitu :

Gambar 2.12 Elemen Arah dan Elemen Kerja DOCR [12]

1. Element arah (Directional element, directional unit), berfungsi untuk

menentukan arah kerja relai.

2. Element kerja (Operating element, Over-current unit), berfungsi

untuk mendeteksi besaran arus gangguan.


33

1. Lilitan tegangan

2. Lilitan arus

3. Kontak pengontrol arah

4. Silinder induksi

5. Lilitan utama

6. Shadding coil

7. Piringan induksi

Berdasarkan gambar , bagian-bagian relai tersebut dibagi menjadi dua,

yaitu :

1. Elemen Arah

Elektromagnet terdiri atas dua lilitan tegangan yang dihubungkan

secara seri dan dipasang saling berlawanan, arus pada lilitan ini

menghasilkan ɸ1 , ɸ2 akan mempunyai sudut fasa sebesar 90⁰

tertinggal (lagging) terhadap tegangan. Dua lilitan arus yang juga

dihubung seri dipasang diameternya saling berlawanan. Arus pada

lilitan ini menghasilkan ɸ2 yang berhimpit dengan I(E).

Persamaan kopel : [12]

T =ɸ1 . ɸ2 . Sinθ (2.10)

Dimana :

T = Torsi
34

ɸ1 = Fluks kerja yang ditimbulkan oleh V

ɸ2 = Fluks referensi yang ditimbulkan oleh I

θ = Sudut relai

Karena ɸ1 sebanding dengan V, dan ɸ2 sebanding dengan I maka :

[12]

T =V . I .Cosθ (2.11)

T =V . I . sin(90−θ) (2.12)

Dimana :

T = Torsi

θ = Sudut relai

Gambar 2.13 Vektor Diagram [12]

2. Elemen Kerja

Terdiri atas lilitan utama yang dapat di-tap, untuk pengaturan setting

dipasang pada kaki tengah elektromagnetik berbentuk E yang

menghasilkan fluks utama, dan shadding coil yang menyebabkan


35

fluks utama dan menimbulkan torsi putar. Karena shadding coil

dikontrol oleh kontak D, maka elemen kerja hanya bekerja bila arah

gangguan adalah benar.

Sebagai pengaman hubung singkat antar fasa relai arus lebih

berarah dapat dihubungkan seperti pada gambar .

Gambar 2.14 Penyambungan arus dan tegangan DOCR untuk gangguan antar

fasa [12]

2.13 Komponen Simetris

Komponen simetris digunakan untuk menganalisa gangguan-gangguan

yang tidak simetris didalam suatu sistem kelistrikan. Sesuai dengan teori

Fostesque jika terjadi ketidakseimbangan dalam sistem tenaga listrik 3 fasa maka

akan selalu dapat diuraikan kembali menjadi tiga buah sistem simetris yang

masing-masing sistem terdiri dari tiga vector. Ketiga sistem simetris yang

merupakan hasil uraian teori tersebut antara lain : [12]

1. Komponen urutan positif (Positive Sequence Component)


36

Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, satu dengan yang lainnya

terpisah sebesar 120⁰, dan mempunyai urutan fasa yang sama seperti

fasor aslinya.

2. Komponen urutan negatif (Negative Sequence Component)

Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya, terpisah satu dengan yang

lainnya dalam fasa sebesar 120⁰, dan mempunyai urutan fasa yang

berkebalikan dengan fasor aslinya.

3. Komponent urutan nol (Zero Sequence Component)

Terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan dengan pergeseran

fasa nol antara fasa yang satu dengan yang lain.

Untuk menganalisis gangguan hubung singkat, digunakan rumus berikut:

[12]

1. Rumus analisis gangguan hubung singkat 3 fasa :

E
I HS 3 ɸ= (2.13)
Z+ ¿+ Z ¿
f

2. Rumus gangguan hubung singkat 2 fasa :

E √3 (2.14)
I HS 2 ɸ=
Z+¿+ Z +Z ¿ ¿
f −¿

Dimana :

E = Tegangan fasa

Z+ ¿¿ = Impedansi urutan positif rangkaian dalam Ohm

Zf = Impedansi gangguan dalam Ohm


37

Z−¿¿ = Impedansi urutan negatif rangkaian dalam Ohm

Z0 = Impedansi urutan nol rangkaian dalam Ohm

2.14 Software Electrical Transient Analysis Program (ETAP) 12.6.0

ETAP ( Electrical Transient Analysis Program ) merupakan sebuah

software yang berfungsi sebagai penganalisis sebuah sistem kelistrikan secara

rinci. ETAP 12.6.0 ini mampu bekerja secara offline untuk menganalisis load flow,

short circuit, harmonic, maupun pengaman pada motor. Bahkan ETAP 12.6.0

dapat bekerja secara online dan menganalisis data secara real time (seperti

SCADA).

ETAP Power Station memungkinkan pengguna bekerja atau menganalisis

banyak hal hanya dengan diagram satu garis, diantaranya menganalisis load flow,

short circuit,harmonic, maupun pengaman pada motor. Software ini dirancang

dengan tiga konsep utama, yaitu: virtual reality operation, total integration data,

dan simplicity in data entry. Dalam ETAP 12.6.0 ini terdapat beberapa standar

baku seperti: standar yang digunakan plant (ANSI atau IEC), frekuensi, maupun

jenis-jenis elemennya (elemen AC, instrumen, maupun elemen DC) terutama pada

lingkungan industri dimana sistem tersebut harus jelas dari suplai sampai beban.

[13]
38

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Koordinasi dan Kinerja

Directional Over Current Relay pada Penghantar 30 kV Kalibakal – Ketenger GI

Kalibakal“ dilaksanakan selama 5 bulan sejak tanggal 14 Januari 2022 hingga Mei

2022, bertempat di GI Kalibakal Purwokerto PT. PLN (Persero) P3BJB RJTD

UPT Purwokerto yang berlamat di JL Jenderal Sudirman Timur, No. 914, Berkoh,

Purwokerto Selatan, Sarwodadi, Berkoh, Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa

Tengah 53146.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama proses penelitian adalah sebagai

berikut.

Alat :

1. Laptop Lenovo Ideapad S145 dengan sistem operasi Microsoft Windows

10 64-Bit. Processor yang digunakan AMD A9, CPU 3.1Ghz, RAM

4000MB dan SSD 512GB.

2. Software Etap 12.6.0 sebagai alat bantu untuk melakukan simulasi Load

Flow dan gangguan arus hubung singkat.

3. Software Microsoft Word 2020.

4. Software Microsoft Excel 2020.


39

Bahan :

1. Data name plate transformator tenaga PLTA Ketenger dan GI Kalibakal.

2. Data name plate generator PLTA Ketenger.

3. Data karakteristik name plate CT dan PMT.

4. Data setting DOCR yang terpasang di Penghantar Transmisi 30 kV PLTA

Ketenger – GI Kalibakal.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian tugas akhir ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan dan Studi Pustaka

Tahap awal penelitian dimulai dengan penelitian di GI Kalibakal 150 kV

selama sebulan. Selama penelitian ini penulis menentukan topik dengan

data gangguan yang tersedia. Setelah itu melakukan penelitian di PLTA

Ketenger selama beberapa hari untuk melengkapi data yang kurang. Sete-

lah membuat proposal permintaan data dilanjutkan dengan penelitian ob-

jek dan memeriksa kelengkapan data. Setelah itu mencari referensi untuk

topik penelitian yang diambil dengan cara mengumpulkan referensi-

refernsi berupa jurnal buku, artikel internet, dan penelitian-penelitian ter-

dahulu. Referensi dijadikan sebagai acuan dalam penulisan dan pengerjaan

Tugas Akhir.

2. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dari GI Kalibakal dan PLTA

Ketenger. Data yang dikumpulkan berupa data karakteristik name plate,


40

data setting DOCR, dan data gangguan. Tahap ini bertujuan untuk mem-

permudah dalam praktik simulasi menggunakan ETAP 12.6.0.

3. Tahap Simulasi dengan ETAP 12.6.0

Pada tahap ini penulis merancang simulasi pada aplikasi ETAP 12.6.0

berdasarkan data yang sebenarnya pada lapangan. Setelah menerapkan

peralatan dan data yang sebenernya, selanjutnya dilakukan analisis Load

Flow dan analisis kinerja relai pada saat hubung singkat. Tahap ini

bertujuan untuk membandingkan kinerja relai pada data yang sebenarnya

dengan analisis manual.

4. Tahap Analisis Hubung Singkat dan Setting DOCR

Pada tahap ini dilakukan perhitungan manual untuk menentukan nilai

hubung singkat menggunakan rumus pada persamaan (2.13) dan (2.14).

Setelah itu dilakukan perhitungan manual untuk setting DOCR menggu-

nakan rumus dengan persamaan (2.1), (2.2), (2.3), (2.4), (2.5), (2.6), (2.7),

(2.8), dan (2.9). Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengetahui kinerja

yang lebih baik dari setting DOCR secara manual yang lalu disimulasikan

melalui ETAP 12.6.0.

5. Tahap Penulisan Tugas Akhir

Tahap akhir dari penelitian ini adalah menulis hasil dari analisis yang telah

dilakukan pada tahap sebelumnya ke dalam Tugas Akhir. Simulasi dari

software ETAP 12.6.0 juga ditulis dan dijelaskan kedalam Tugas Akhir.
41

3.4 Diagram Alur Penelitian


42

3.5 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 20 minggu atau 5 bulan sejak tanggal

14 Januari 2022 hingga Mei 2022 dengan rincian jadwal kegiatan yang dapat

dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tahap Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV


No.
Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap
1
Persiapan
Tahap
2 Pengumpulan
Data
Tahap
3 Analisis dan
Evaluasi
4 Tahap Akhir
Tabel 3.2 Penelitian terdahulu berdasarkan metode
43

DAFTAR PUSTAKA

[1] S. N. Purnomo, W. Widiyanto dan P. Arifiananda, “OPTIMASI SISTEM

OPERASI KOLAM TANDO HARIAN MUNTU PLTA KETENGER,”

Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil 9, pp. 1-5, 2015.

[2] J. Pramono, M. Candra dan Zamrudi, “Transmission of Electrical Energy

(Transmisi Tenaga Listrik),” pp. 1-11, 2010.

[3] R. Hidayat, “PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI RELAI ARUS LEBIH

DIREKSIONAL PADA SISTEM IEEE 8 BUS,” 2019.

[4] M. R. Adzani, “ANALISIS EVALUASI SETTING RELAY DOCR

(DIRECTIONAL OVERCURRENT RELAYS) SEBAGAI PROTEKSI

PADA PT.LINDE INDONESIA SITUS GRESIK JAWA TIMUR,” 2016.

[5] N. E. Setiawati, “KOORDINASI PROTEKSI DIRECTIONAL

OVERCURRENT RELAY DENGAN MEMPERTIMBANGKAN

GANGGUAN ARAH ARUS DI PABRIK PT. PETROKIMIA GRESIK,”

JOURNAL TEKNIK ITS, vol. 5, pp. 1-6, 2016.

[6] P. P. (Persero), BUKU PEDOMAN PEMELIHARAAN PRIMER GI

KEPDIR 0520-2.KDIR.2014, Jakarta:Indonesia, 2014.

[7] H. Haskarya, “KOORDINASI PROTEKSI SALURAN UDARA

TEGANGAN TINGGI PADA GARDU INDUK MLIWANG– TUBAN

AKIBAT PENAMBAHAN PENGHANTAR PLTU TANJUNG AWAR-


44

AWAR,” pp. 1-10, 2016.

[8] E. Dermawan dan D. Nugroho, “Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan

Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kV

Jababeka,” Jurnal Elektum Vol. 14 No. 2, vol. 14, pp. 1-6.

[9] N. E. Setiawati, M. Pujiantara dan S. Anam, “Koordinasi Proteksi

Direcktional Overcurrent Relay dengan Mempertimbangkan Gangguan Arah

Arus di Pabrik PT. Petrokimia Gresik,” Jurnal TEKNIK ITS, vol. 5, pp. 1-5,

2016.

[10] H. Y. Kustanto, “ANALISIS OCR ( OVER CURRENT RELAY ) DAN GFR

( GROUND FAULT RELAY ) PADA TRANSFORMATOR DAYA 1 ( 60

MVA ) GARDU INDUK BANTUL 150 KV MENGGUNAKAN

PROGRAM ETAP,” Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, vol.

1, pp. 1-11, 2014.

[11] M. R. Adzani, “ANALISIS EVALUASI SETTING RELAY DOCR

(DIRECTIONAL OVERCURRENT RELAYS) SEBAGAI PROTEKSI

PADA PT. LINDE INDONESIA SITUS GRESIK JAWA TIMUR,” ITS, pp.

1-6, 2016.

[12] M. Zamzami, “ANALISI KINERJA DIRECTIONAL OVER CURRENT

RELAY (DOCR) PADA PENGHANTAR 30 KV KALIBAKAL-

KETENGER DI GARDU INDUK KALIBAKAL,” 2009.

[13] Pandapotan, “Penggunaan ETAP 12 . 6 Sebagai Software Analisis Power

Quality,” Tek. Elektro, Prodi tek. List. Negeri Jakarta, vol. 1, pp. 123-127,
45

2017.

Anda mungkin juga menyukai