DISUSUN OLEH :
VIAN PRATAMA
NIM : 2015-11-049
Identitas Peneliti
a. Nama Mahasiswa : Vian Pratama
b. NIM : 2015-11-049
c. Jurusan : S1 Teknik Elektro
d. No. HP : +6289604557717
e. Email : vianpratamaqwerty@gmail.com
Jangka Waktu Penelitian
a. Mulai tanggal : 4 Februari 2019
b. Selesai tanggal : 4 Mei 2019
c. Lokasi penelitian : PT. PLN (PERSERO) Gardu Induk Tangerang Lama
Disetujui,
Kepala Program Studi S1 Teknik Elektro
ii
DAFTAR ISI
3
2.2.7 Penyebab Gangguan.............................................................................. 23
2.2.8 Gangguan beban lebih ........................................................................... 25
2.2.9 Gangguan Pada Jaringan Distribusi 20 kV ............................................. 25
2.2.10 Setting Rele Pengaman .......................................................................... 27
2.2.11 Rele Arus Lebih ...................................................................................... 27
2.2.12 Prinsip Kerja Dan Karakteristik Pengamanannya ................................... 28
2.2.13 Konstruksi Rele Arus Lebih ...................... Error! Bookmark not defined.
2.2.14 Rele Gangguan Tanah ........................................................................... 30
2.2.15 Prinsip Kerja Rele Gangguan Tanah ...................................................... 31
2.2.16 Pemutus Tenaga .................................................................................... 31
2.3 Kerangka Pemikiran.................................................................................... 33
BAB III ....................................................................................................................... 37
GARDU INDUK TANGERANG LAMA ...................................................................... 37
3.1 Analisa Kebutuhan ......................................................................................... 37
3.2 Perancangan Penelitian ................................................................................. 38
3.3 Teknik Analisis ................................................................................................ 38
3.3.1 Gangguan Hubung Singkat ........................................................................ 38
3.3.2 Menghitung Impedansi ............................................................................... 42
3.3.3 Setting OCR ............................................................................................... 45
3.3.4 Setting GFR ................................................................................................ 47
3.4 Jadwal Penelitian ............................................................................................ 49
DAFTAR ACUAN ...................................................................................................... 50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................................... 51
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR LAMPIRAN
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV, 6 KV. Pada saat
ini, tegangan distribusi primer yang cenderung dikembangkan oleh PLN adalah 20 kV.
Tegangan pada jaringan distribusi primer diturunkan oleh gardu distribusi menjadi
tegangan rendah yang besarnya adalah 380/220 V, dan disalurkan kembali melalui
jaringan tegangan rendah kepada konsumen. Pada operasi sistem tenaga listrik sering
terjadi gangguan - gangguan yang dapat mengakibatkan terganggunya penyaluran
tenaga listrik ke konsumen. Gangguan adalah penghalang dari suatu sistem yang
sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem penyaluran tenaga listrik yang
menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam peralatan listrik
didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang
menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya.
Dalam perkembangan waktu rele proteksi ini kemudian berkembang mulai dari
penerapan sederhana menggunakan satu rele hingga beberapa rele yang diatur
secara bertingkat berdasarkan besarnya arus gangguan yang berbeda-beda sesuai
letak gangguan. Proteksi arus bertingkat ini dimaksudkan agar rele-rele tersebut bisa
8
mengatasi gangguan secara diskriminatif sesuai dengan letak gangguan. Disamping
itu factor lain yang perlu di perhatikan agar sebuah rele arus lebih dapat bekerja secara
tepat dan stabil maka perbedaan antara arus hubung singkat minimum dengan arus
beban maksimum harus cukup besar. Hal tersebut diperlukan agar rele arus lebih
tersebut tidak boleh bekerja terhadap arus beban lebih maksimum.
Salah satu hal yang terpenting dalam keandalan sistem tenaga listrik peralatan
proteksi yang melindungi dari gangguan hubung singkat. Dengan koordinasi sistem
proteksi yang baik, maka daerah yang terkena gangguan tidak meluas dan
meminimalisir waktu pemadaman listrik.
Dalam skripsi ini, dibahas mengenai pengaturan rele arus lebih dan rele
gangguan tanah pada saat terjadi kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengaman
tertentu dan jangka waktu tertentu agar tidak terjadi gangguan arus hubung singkat.
1. Bagaimana cara kerja rele arus lebih dan rele gangguan tanah ?
2. Bagaimana perhitungan koordinasi proteksi rele arus lebih atau Over Current Relay
(OCR) dengan Pemutus Tenaga (PMT) pada penyulang 20 kV saat terjadi gangguan?
3. Bagaimana penyetelan relai untuk memproteksi jaringan pada saat terjadi gangguan
pada penyulang 20kV ?
9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab : Bab satu membahas mengenai latar belakang,
identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan penelitian dan
sistematika penulisan. Bab dua membahas teori dasar dan prinsip kerja dari Rele,
sistem proteksi, jaringan distribusi serta gangguannya. Bab tiga membahas metodelogi
penelitian, analisa kebutuhan, perancangan penelitian, teknik analisis. Bab empat
berisi tentang data, pengolahan data dan analisa gangguan yang terjadi. Bab lima
merupakan simpulan dari skripsi ini.
10
BAB II
11
Perangkat proteksi adalah kumpulan atau koleksi perangkat proteksi seperti
sekering, rele dan lain-lainya di luar perangkat trafo arus, perangkat pemutus tenaga
(PMT), konduktor dan lain sebagainya3.
Pada prinsipnya rele harus cukup peka (sensitif) sehingga dapat mendeteksi
gangguan di kawasan pengamanannya, termasuk kawasan pengamanan cadangan-
jauhnya, meskipun dalam kondisi yang memberikan deviasi yang minimum.
Sebagai pengaman peralatan seperti motor, generator atau trafo, rele yang peka
dapat mendeteksi gangguan pada tingkatan yang masih dini sehingga dapat
membatasi kerusakan. Bagi peralatan seperti diatas hal ini sangat penting karena jika
gangguan itu sampai merusak besi laminasi stator atau inti trafo, maka perbaikannya
akan sangat sukar dan mahal.
Sebagai pengaman gangguan tanah pada SUTM, rele yang kurang peka
menyebabkan banyak gangguan tanah, dalam bentuk sentuhan dengan pohon yang
tertiup angin, yang tidak bisa terdeteksi. Akibatnya, busur apinya berlangsung lama
dan dapat menyambar ke fasa lain, maka rele hubung-singkat yang akan bekerja.
Gangguan sedemikian bisa terjadi berulang kali di tempat yang sama yang dapat
mengakibatkan kawat cepat putus. Sebaliknya, jika terlalu peka, rele akan terlalu sering
trip untuk gangguan yang sangat kecil yang mungkin bisa hilang sendiri atau risikonya
dapat diabaikan atau dapat diterima.
12
B. Keandalan
Terdapat 3 aspek :
1. Dependability
2. Security
Yaitu tingkat kepastian untuk tidak salah kerja (keandalan untuk tidak salah kerja).
Salah kerja adalah kerja yang semestinya tidak harus kerja, misalnya karena lokasi
gangguan di luar kawasan pengamanannya atau sama sekali tidak ada gangguan atau
kerja yang terlalu cepat atau terlalu lambat. Salah kerja mengakibatkan pemadaman
yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Jadi pada prinsipnya pengaman tidak boleh salah
kerja, dengan lain perkataan security-nya harus tinggi.
3. Availabilty
Dengan rele elektromekanis, jika rusak/tak berfungsi, tak diketahui segera. Baru
diketahui dan diperbaiki atau diganti. Disamping itu, sistem proteksi yang baik juga juga
dilengkapi dengan kemampuan mendeteksi terputusnya sirkit trip, sirkit sekunder arus,
dan sirkit sekunder tegangan serta hilangnya tegangan serta hilangnya tegangan
searah (DC voltage), dan memberikan alarm sehingga bisa diperbaiki, sebelum
kegagalan proteksi dalam gangguan yang sesungguhnya, benar-benar terjadi. Jadi
availability dan keandalannya tinggi.
13
C. Selektifitas
Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu sekecil mungkin
yaitu hanya seksi atau peralatan yang terganggu saja yang termasuk dalam kawasan
pengamanan utamanya. Pengamanan sedemikian disebut pengaman yang selektif.
2. Gangguan terletak di seksi berikutnya dimana ia harus bekerja dengan waktu tunda
(sebagai pengaman cadangan) atau menahan diri untuk tidak trip.
3. Gangguannya diluar daerah pengamanannya, atau sama sekali tidak ada gangguan,
dimana ia tidak harus bekerja sama sekali.
Untuk itu rele-rele, yang didalam sistem terletak secara seri, di koordinir dengan
mengatur peningkatan waktu (time grading) atau peningkatan setting arus (current
grading), atau gabungan dari keduanya.
14
D. Kecepatan
1. Menghindari kerusakan secara thermis pada peralatan yang dilalui arus gangguan
serta membatasi kerusakan pada alat yang terganggu.
3. Membatasi ionisasi (busur api) pada gangguan disaluran udara yang akan berarti
memperbesar kemungkinan berhasilnya penutupan balik PMT (reclosing) dan
mempersingkat dead timenya (interval waktu antara buka dan tutup).
1. Sensitif
Rele harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan tersebut dengan rangsangan
minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus tenaga untuk memisahkan bagian
sistem yang terganggu, sedang pada bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak
boleh dibuka.
15
2. Selektif
Selektifitas pada rele proteki adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam
mengadakan pengamanan. Rele proteksi hanya akan berkerja selama kondisi tidak
normal atau gangguan yang terjadi didaerah pengamanannya dan tidak akan bekerja
pada kondisi normal atau pada keadaan gangguan diluar daerah pengamanannya.
3. Cepat
Semakin cepat rele proteksi bekerja, tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan
akibat gangguan, tetapi dapat memperkecil kemungkinan meluasnya.
4. Handal
Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak pernah terganggu rele proteksi tidak
bekerja selama berbulan-bulan mungkin bertahun-tahun. Untuk tetap menjaga
keandalannya, maka rele proteksi harus dilkukan pengujian secara periodik.
Dengan biaya yang sekecil-kecilnya dan bentuk yang sederhana dan fleksibel, rele
proteksi mempunyai kemampuan pengamanan yang sebesar-besarnya.
16
Gambar 2.1 Sistem distribusi Tenaga Listrik
(sumber : Artikel Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Negeri Medan)
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik besar dengan
tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,150kV, 220kV atau 500kV kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan
kuadrat arus yang mengalir. Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan
kecil pula. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengan
transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem
tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer.
Dari saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk
diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu
220/380Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumen-
17
konsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting
dalam system tenaga listrik secara keseluruhan.
Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi
mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi
ini menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan
mahalnya harga perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan
yang di sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang
tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya,
bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban,
terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.
18
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
1. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan peralatan
per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
2. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu bata, pasir dan
lain-lain.
3. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV
panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan
grounding, dan lain-lain.
4. SUTR dan SKTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan
SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya.
19
dalam jaringan listrik yang menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang
seharusnya.
Hampir 40% dari gangguan yang diteliti, terjadi pada priode cuaca yang tidak
menguntungkan seperti : cuaca hujan, dingin dan salju. Gangguan distribusi terjadi
pada satu fase, dua fase atau ketiga fasenya. Hal ini sebabkan bahwa hampir sebagian
besar dari panjang saluran distribusi adalah saluran satu fase, setiap gangguan satu
fasa hanya mencakup bagian satu fase. Begitu juga bagian tiga fase, beberapa jenis
gangguan cenderung terjadi dari fase ke tanah. Gangguan yang disebabkan oleh
peralatan dan hewan cenderung terjadi dari fase ke tanah. Pohon juga dapat
menyebabkan gangguan satu fase ke tanah pada sistem tiga fase, tetapi gangguan
fase-fase lebih sering terjadi. Gangguan petir cenderung menyebabkan gangguan dua
20
atau tiga fase ke tanah pada sistem tiga fase. Gangguan-gangguan tersebut
menyebabkan terjadinya :
21
kegagalan dari fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan
dari peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi. Klasifikasi
gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi (Hutauruk, 1987 : 4) adalah :
1) Gangguan permanen
2) Gangguan temporer
Gangguan yang bersifat temporer ini apabila terjadi gangguan, maka gangguan
tersebut tidak akan lama dan dapat normal kembali. Gangguan ini dapat hilang dengan
sendirinya atau dengan memutus sesaat bagian yang terganggu dari sumber
tegangannya. Kemudian disusul dengan penutupan kembali peralatan hubungnya.
Apabila ganggguan temporer sering terjadi dapat menimbulkan kerusakan pada
peralatan dan akhirnya menimbulkan gangguan yang bersifat permanen. Salah satu
contoh gangguan yang bersifat temporer adalah gangguan akibat sentuhan pohon
yang tumbuh disekitar jaringan, akibat binatang seperti burung kelelawar, ular dan
layangan. Gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya yang disusul dengan
penutupan kembali peralatan hubungnya. Apabila ganggguan temporer sering terjadi
22
maka hal tersebut akan menimbulkan kerusakan pada peralatan dan akhirnya
menimbulkan gangguan yang bersifat permanen.
1. kesalahan mekanis
2. kesalahan thermis
23
6. konduktor putus
3. Polusi debu
Secara umum gangguan dibedakan pada dua kondisi tegangan saat terjadinya
gangguan, yaitu gangguan terjadi pada tegangan normal dan gangguan terjadi pada
tegangan lebih.
24
2. Gangguan Terjadi Pada Kondisi Tegangan Lebih
25
menjadi besar. Selama gangguan, tegangan tiga phasa menjadi tidak seimbang dan
suplai ke sirkuit tiga phasa yang berdekatan akan terpengaruhi. Arus gangguan yang
besar dapat merusak tidak hanya peralatan yang terganggu, tetapi juga instalasi yang
dilalui arus gangguan. Gangguan dalam peralatan yang penting dapat mempengaruhi
stabilitas sistem tenaga listrik. Sebagai contoh, suatu gangguan pada daerah suatu
pusat pembangkit yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem interkoneksi.
4. Sumber daya manusia yang terlatih untuk mengoperasikan dan memasang pusat
pembangkit.
26
pemakai listrik. Sedangkan gangguan angina kencang dapat juga merusak peralatan
listrik seperti robohnya tiang distribusi, tertimpanya kawat saluran karena pohon
tumbang, berayun berlebihan kawat kawat saluran sehingga bisa putus. Semua
gangguan ini dapat menyebabkan terjadinya hubung singkat antar fasa dan hubung
singkat fasa ke tanah. Permasalahan yang sering dijumpai pada sistem distribusi
antara lain pemadaman pada penyulang 20 kV, yang disebabkan oleh gangguan
hubung singkat. Jika penyetelan overcurrent rele (OCR) dan ground fault rele (GFR)
yang berada di Incoming atau di outgoing kurang baik, dapat menyebabkan
pemadaman total (black out) atau jika salah satu penyulang terkena gangguan, dapat
mengakibatkan penyulang lain yang berada pada satu bus juga ikut trip, karena
gangguan hubung singkat dapat mentripkan relai yang ada pada incoming feeder.
Pada dasarnya batas penyetelan rele arus lebih adalah rele tidak boleh bekerja
pada saat beban maksimum. Arus settingnya harus lebih besar dari arus beban
maksimumnya. Arus penyetelan pun harus memperhatikan kesalahan pick up sesuai
dengan British Standard Pick Up = 1.05 s/d 1.3 Iset
2. Setting Waktu
27
dikaitkan dengan masalah koordinasi pengamanan. Berdasarkan pada prinsip kerja
dan konstruksinya, maka rele jenis ini termasuk rele yang paIing sederhana, murah
dan mudah dalam penyetelannya.
Atau moment –instantaneous rele yang bekerja tanpa waktu tunda atau waktu
kerja sesaat. Prinsip kerjanya, apabila terdapat arus gangguan hubung singkat yang
melebihi nilai settingnya maka rele akan bekerja seketika dengan waktu yang cepat
sebesar 50-100 ms.
Atau rele definite time yang bekerja dengan waktu tunda tetap. Sehingga tidak
tergantung dengan besarnya arus gangguan. Jika arus gangguan melebihi nilai
settingnya berapapun besarnya arus gangguan maka rele akan bekerja dengan waktu
tunda yang tetap
28
sehingga semakin besar arus gangguan maka semakin cepat waktu kerja rele.
Berdasarkan karakteristik waktunya dibedakan menjadi: standar inverse, very inverse,
extremely inverse
1. Pada kondisi normal arus beban (Ib) mengalir pada SUTM / SKTM dan oleh trafo
arus besaran arus ini di transformasikan ke besaran sekunder (Ir). Arus (Ir) mengalir
pada kumparan relai tetapi karena arus ini masih lebih kecil dari pada suatu harga yang
ditetapkan (setting), maka relai tidak bekerja.
2. Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus (Ib) akan naik dan menyebabkan arus
(Ir) naik pula, apabila arus (Ir) naik melebihi suatu harga yang telah ditetapkan (diatas
29
setting), maka relai akan bekerja dan memberikan perintah trip pada tripping coil untuk
bekerja dan membuka PMT, sehingga SUTM / SKTM yang terganggu dipisahkan dari
jaringan.
30
2.2.14 Prinsip Kerja Rele Gangguan Tanah
Pada kondisi normal beban seimbang Ir, Is, It sama besar, sehingga pada kawat
netral tidak timbul arus dan rele hubung tanah tidak dialiri arus. Bila terjadi
ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat ke tanah, maka akan
timbul arus urutan nol pada kawat netral, sehingga rele hubung tanah akan bekerja.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung
singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan
kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.
31
Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan suatu PMT, yaitu:
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu
akan dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini
tergantung pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana
pemutus daya tersebut terpasang
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini
berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.
5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.
Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya maksimum 1000
meter diatas permukaan laut. Jika PMT dipasang pada lokasi yang ketinggiannya lebih
dari 1000 meter, maka tegangan operasi maksimum dari PMT tersebut harus dikoreksi
dengan faktor yang diberikan pada tabel 1.
32
Tabel 2.1 Faktor Koreksi antara Tegangan VS Lokasi
1. Identifikasi Masalah
Dimana tahapan ini, penulis mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan bahan
penelitian, serta data yang nantinya akan diterima. Serta berkonsultasi terhadap pihak
yang bersangkutan yang akan diambil data. Penulis akan bersangkutan dengan pihak
Gardu Induk Tangerang Lama.
2. Tujuan Penelitian
Dalam tahapan ini, penulis menentukan tujuan dalam penelitian. Yang tentunya sesuai
dengan objek yang akan diteliti, Sehingga penelitian lebih fokus dan tidak ada
penyimpangan masalah.
Pada tahapan ini, penulis akan membuat konsep akan susunan yang akan diteliti
nantinya.
33
4. Studi Literatur
Dalam tahapan ini penulis mencari sumber-sumber informasi, baik dari nara sumber,
buku, artikel, jurnal, dokumen-dokumen yang sesuai dengan bahasan penelitian
sehingga ditemukan data yang akurat.
5. Metode Penelitian
Di tahapan ini penulis menyusun metode dalam penulisan penelitian dalam bentuk tata
cara.
6. Observasi Lapangan
Pada tahapan ini merupakan tahapan yang paling vital dalam penelitian, karena penulis
akan mencari sumber berdasarkan kerangka pemikiran dan studi literatur yang telah
ditetapkan sebagai acuan. Dan nantinya data yang di dapat akan dikumpulkan dan
dicari mana yang terbaik dan akurat agar tercapai tujuan penelitian yang diharapkan.
7. Perhitungan
8. Analisa
Di dalam tahapan ini, penulis akan menganalisa atas hasil yang telah didapatkan dalam
tahapan-tahapan sebelumnya. Sehingga didapatkan hasil yang akurat.
34
9. Simpulan
Dalam tahapan ini, merupakan bagian akhir dari tahapan penelitian. Dimana kita harus
dapat menyimpulkan akan hasil yang telah didapatkan selama penelitian berlangsung
dan dapat dibuktikan.
35
Berikut diagram alir penelitiannya :
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi literatur
Referensi dari internet, dokumen-dokumen,
maupun dari pihak perusahaan
Metode penelitian
Menentukan waktu pengumpulan data, teknik
analisis, serta lokasi penelitian
Observasi lapangan
Mengambil data di Gardu Induk Tangerang Lama
terhadap masalah yang bersangkutan
Perhitungan Data
Perhitungan Benar
Analisa data
kesimpulan
selesai
36
BAB III
2. Melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan pihak yang terkait untuk
mengetahui kondisi nyata dari objek penelitian yang dibahas.
3. Studi analisis dan perhitungan dari data yang diperoleh dari lapangan.
37
3.2 Perancangan Penelitian
Setelah Mendapatkan data-data yang dibutuhkan, penulis melakukan observasi
lapangan secara langsung di Gardu Induk Tangerang Lama. Diadakan juga sesi tanya
jawab antara pihak yang berkaitan mengenai permasalahan yang akan diteliti dan juga
dengan dosen pembimbing. Sehingga berdasarkan data-data yang diperoleh dapat
dilakukan perhitungan gangguan dan didapatkan hasil yang akurat dan sesuai.
Dalam hal ini penulis menggunakan analisa data kuantitatif, dimana data yang
diperoleh dihitung sesuai rumus-rumus yang didapat dari studi literatur dan juga
dengan penjelasan metode deskriptif. Dimulai dari penelitian fakta-fakta yang bersifat
empiris dengan cara mempelajari suatu proses, suatu penemuan yang terjadi,
mencatat, menganalisa menafsirkan serta melaporkan dan memberikan simpulan.
(3.1)
38
Dimana :
I = Arus yang mengalir pada hambatan Z (A)
V = Tegangan sumber (V)
Z = Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh impedansi di dalam jaringan dari
sumber tegangan sampai titik gangguan (ohm)
Yang membedakan antara gangguan hubungan singkat tiga fasa, dua fasa dan satu
fasa ke tanah adalah impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu
sendiri, dan tegangan yang memasok arus ke titik gangguan. Impedansi yang tebentuk
dapat ditunjukan seperti berikut ini :
Z untuk gangguan tiga fasa, Z = Z1
Z untuk gangguan dua fasa, Z = Z1 + Z2
Z untuk gangguan satu fasa, Z = Z1 + Z2 + Z0......................................................(3.2)
Dimana:
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)
Z0 = Impedansi urutan nol. (ohm)
39
Perhitungan arus gangguan hubung singkat sangat penting untuk mempelajari
sistem tenaga listrik baik pada waktu perencanaan maupun setelah beroperasi
nantinya. Perhitungan arus hubung singkat dibutuhkan untuk :
1.Setting dan koordinasi peralatan proteksi
2.Menentukan kapasitas alat pemutus daya
3.Menentukan rating hubung singkat peralatan – peralatan yang digunakan
4.Menganalisa sistem jika ada hal – hal yang tidak baik yang terjadi pada waktu sistem
sedang beroperasi
Perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan
menggunakan rumus dasar, impedansi ekivalen mana yang dimasukkan ke dalam
rumus dasar tersebut adalah jenis gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa, atau
satu fasa ke tanah. Sehingga formula yang digunakan untuk perhitungan arus hubung
singkat tiga fasa, dua fasa, dan satu fasa ketanah berbeda.
(3.3)
Sehingga arus gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
(3.4)
Dimana :
𝐼3𝑓𝑎𝑠𝑎 = Arus gangguan hubung singkat tiga fasa (A)
Vph = Tegangan fasa - netral sistem 20kV
Z1eq = Impedansi ekivalen urutan positif (ohm)
40
2. Perhitungan arus gangguan hubung singkat dua fasa
Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
singkat dua fasa adalah :
(3.5)
Sehingga arus gangguan hubung singkat dua fasa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
𝑉𝑝ℎ−𝑝ℎ
𝐼2𝑓𝑎𝑠𝑎 = 𝑍 .....................................................................................................(3.6)
1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞
(3.8)
Sehingga arus hubung singkat satu fasa ke tanah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
3𝑥𝑉𝑝ℎ
𝐼1𝑓𝑎𝑠𝑎 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.9)
𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍2𝑒𝑞 + 𝑍0𝑒𝑞
Dimana :
I1fasa = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)
20000
Vph = Tegangan fasa - netral sistem 20 kV =
√3
41
Z1eq = Impedansi urutan positif (ohm)
Z0eq = Impedansi urutan nol (ohm)
Karena Z1eq = Z2eq, maka :
3𝑥𝑉𝑝ℎ
𝐼1𝑓𝑎𝑠𝑎 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.10)
2 𝑥 𝑍1𝑒𝑞 + 𝑍0𝑒𝑞
42
1. Impedansi Sumber
Untuk menghitung impedansi sumber di sisi bus 20 kV, maka harus dihitung
dulu impedansi sumber di bus 150 kV. Impedansi sumber di bus 150 kV diperoleh
dengan rumus :
𝑘𝑉 2
𝑋𝑠 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.11)
𝑀𝑉𝐴
Dimana :
Xs = Impedansi sumber (ohm)
𝑘𝑉 2 = Tegangan sisi primer trafo tenaga (kV)
MVA = Data hubung singkat di bus 150 kV (MVA)
Arus gangguan hubung singkat di sisi 20 kV diperoleh dengan cara
mengkonversikan dulu impedansi sumber di bus 150 kV ke sisi 20 kV. Untuk
mengkonversikan Impedansi yang terletak di sisi 150 kV ke sisi 20 kV, dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
202
𝑋𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 20𝑘𝑉) = 𝑥 𝑋𝑠 (𝑠𝑖𝑠𝑖 150 𝑘𝑉).................................................................(3.12)
1502
2. Impedansi Transformator
Pada perhitungan impedansi suatu transformator yang diambil adalah harga
reaktansinya, sedangkan tahanannya diabaikan karena harganya kecil.
Untuk mencari nilai reaktansi trafo dalam Ohm dihitung dengan cara sebagai berikut
Langkah petama mencari nilai ohm pada 100% untuk trafo pada 20 kV, yaitu dengan
menggunakan rumus :
𝑘𝑉 2
𝑋𝑡 (𝑝𝑎𝑑𝑎100%) = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . (3.13)
𝑀𝑉𝐴
Dimana :
Xt = Impedansi trafo tenaga (ohm)
kV2 = Tegangan sisi sekunder trafo tenaga (kV)
MVA = Kapasitas daya trafo tenaga (MVA)
43
3. Impedansi Penyulang
Untuk perhitungan impedansi penyulang, perhitungannya tergantung dari
besarnya impedansi per km dari penyulang yang akan dihitung, dimana besar nilainya
tergantung pada jenis penghantarnya, yaitu dari bahan apa penghantar tersebut dibuat
dan juga tergantung dari besar kecilnya penampang dan panjang penghantarnya.
Disamping itu, penghantar juga dipengaruhi perubahan temperatur dan
konfigurasi dari penyulang juga sangat mempengaruhi besarnya impedansi penyulang
tersebut. Contoh besarnya nilai impedansi suatu penyulang : Z = (R + jX)
Sehingga untuk impedansi penyulang dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
Urutan positif dan urutan negatif
Z1 = Z2 = % panjang x panjang penyulang (km) x Z1 / Z2 (ohm)..….......................(3.14)
Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positif (ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (ohm)
Urutan nol
Zo = % panjang x panjang penyulang (km) x Zo (ohm)…………...…...................(3.15)
Dimana :
Zo = Impedansi urutan nol (ohm)
44
Sehingga untuk impedansi ekivalen jaringan dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
Urutan positif dan urutan negative (Z1eq = Z2eq)
Z1eq = Z2eq = Zs1 + Zt1 + Z1 penyulang………………………….…...................(3.16)
Dimana :
Z1eq = Impedansi ekivalen jaringan urutan positif (ohm)
Z2eq = Impedansi ekivalen jaringan urutan negatif (ohm)
Zs1 = Impedansi sumber sisi 20 kV (ohm)
Zt1 = Impedansi trafo tenaga urutan positif dan negatif (ohm)
Z1 = Impedansi urutan positif dan negatif (ohm)
Urutan nol
Z0eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang………………………………..............................(3.17)
Dimana :
Z0eq = Impedansi ekivalen jaringan nol (ohm)
Zt0 = Impedansi trafo tenaga urutan nol (ohm)
RN = Tahanan tanah trafo tenaga (ohm)
Zo = Impedansi urutan nol (ohm)
20000
20kv =
√3
45
Nilai tersebut adalah nilai primer, Untuk mendapatkan nilai setelan sekunder
yang dapat disetkan pada relay OCR, maka harus dihitung dengan menggunakan
ratio trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer maupun sisi sekunder
transformator tenaga.
1
𝐼𝑠𝑒𝑡 = 𝐼𝑠𝑒𝑡 (𝑝𝑟𝑖)𝑥 … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (3.19)
𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 𝐶𝑇
Setting waktu (TMS)
Hasil perhitungan arus gangguan hubung singkat, selanjutnya digunakan untuk
menentukan nilai setelan waktu (TMS). Rumus untuk menentukan nilai setelan waktu
bermacam-macam sesuai dengan desain pabrik pembuat relay. Dalam hal ini diambil
rumus TMS dengan relay merk MC 30.
46
Gambar 3.2 Karakteristik Relay Arus Lebih
(sumber : Jurnal Over Current Relay Institut Teknologi Padang)
Untuk menentukan nilai TMS yang akan disetkan pada relay OCR sisi incoming
transformator tenaga yaitu arus hubung singkat (If) 2 fasa di Bus 20 kV, sedangkan
untuk sisi 150 kV transformator tenaga diambil arus hubung singkat (If) 2 fasa di sisi
150 kV.
47
trafo arus (CT) yang terpasang pada sisi primer maupun sisi sekunder transformator
tenaga.
Setting TMS
48
3.4 Jadwal Penelitian
Berikut adalah jadwal penelitian Analisis Proteksi OCR GFR Terhadap
Gangguan Penyulang JIAC I 20 KV di Gardu Induk Tangerang Lama :
BULAN
KEGIATAN
NO Februari Maret April Mei
Minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 Studi Literatur
Observasi
2
Lapangan
Pengumpulan
3
Data
Analisis
4
Sistem
Pembuatan
5
Laporan
49
DAFTAR ACUAN
[1] Marsudi, Djiteng. (2015). Operasi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: Balai Penerbit dan
Humas ISTN
[2] Alawiy, Muhammad Taqiyyuddin. (2006). Proteksi Sistem Tenaga Listik. Malang:
Universitas Islam Malang.
[4] Suhadi. (2008). Teknik Distribusi Tenaga Listrik. Surabaya : Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan
[5] Yudha, Hendra Marta . (2008). Rele Proteksi – Prinsip dan Aplikasi. Palembang:
Universitas Sriwijaya
[6] Gonen, Turan. 1986. Electrical Power Distribution System Engineering. New York :
McGraw-Hill Book Company
[7] Budi Utomo, Heri. Ir. 2004. Modul Perkuliahan : Proteksi Penyulang Tegangan
Menengah. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Personal
NIM : 2015-11-049
Agama : Islam
Program Studi : S1
Email : vianpratamaqwerty@gmail.com
Pendidikan
51