Anda di halaman 1dari 59

USULAN SKRIPSI

STUDI SISTEM PROTEKSI MENGGUNAKAN LINE


CURRENT DIFFERENTIAL RELAY PADA SALURAN KABEL
TEGANGAN TINGGI (SKTT) 150 KV

NYOMAN BUDI DHARMAWAN

1404405043

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2018
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Usulan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nyoman Budi Dharmawan


NIM : 1404405043
Tanda Tangan :

Tanggal :

ii
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

JUDUL : STUDI SISTEM PROTEKSI MENGGUNAKAN LINE


CURRENT DIFFERENTIAL RELAY PADA SALURAN
KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 150 KV
NAMA : NYOMAN BUDI DHARMAWAN
NIM : 1404405043
BIDANG STUDI : ENERGI DAN SISTEM TENAGA LISTRIK
PROGRAM STUDI : TEKNIK ELEKTRO
PERIODE : 2017/2018

MENYETUJUI

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Wayan Gede Ariastina, ST., M.Eng.Sc., Ph.D. Anak Agung Ngurah Amrita, ST., MT.
NIP : 196904131994121001 NIP : 196807171995031001

iii
KATA PENGANTAR

Pertama-tama perkenankanlah saya memanjatkan puji syukur kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat-Nya laporan kerja praktek yang
berjudul “STUDI SISTEM PROTEKSI MENGGUNKAN LINE CURRENT
DIFFERENTIAL RELAY PADA SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI
(SKTT) 150 KV” dapat diselesaikan.
Dalam penyusunan usulan penelitian ini, penulis banyak memperoleh
petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak terutama dari Bapak Wayan Gede
Ariastina, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D.. sebagai dosen pembimbing. Sehingga pada
kesempatan ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa usulan
penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan dan
penelitian selanjutnya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan
rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian usulan
penelitian ini.

Bukit Jimbaran, Mei 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

USULAN SKRIPSI ...........................................................Error! Bookmark not defined.


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
DAFTARTABEL…………………………………………………………………v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vii
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG .................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... ix
BAB I .................................................................................Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN .............................................................Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ..............................................Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah .........................................Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian ...........................................Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat Penelitian .........................................Error! Bookmark not defined.
1.5 Ruang Lingkup ..............................................Error! Bookmark not defined.
BAB II................................................................................Error! Bookmark not defined.
KAJIAN PUSTAKA ..........................................................Error! Bookmark not defined.
2.1 Tinjauan Mutakhir .........................................Error! Bookmark not defined.
2.2 Tinjauan Pustaka ...........................................Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas (PLTDG) Pesanggaran ...... Error!
Bookmark not defined.
2.2.1.1 Prinsip Kerja PLTDG ....................Error! Bookmark not defined.
2.2.1.2 Komponen-komponen utama PLTDGError! Bookmark not
defined.
2.2.2 Definisi dan Tujuan Pemeliharaan ...........Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Perencanaan Pemeliharaan .......................Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Karakteristik Input-Output Pembangkit ...Error! Bookmark not defined.
2.2.5 Economic Dispatch ..................................Error! Bookmark not defined.
2.2.6 Algoritma Genetika ..................................Error! Bookmark not defined.
BAB III ..............................................................................Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN ...................................................Error! Bookmark not defined.

v
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................Error! Bookmark not defined.
3.2 Data ...............................................................Error! Bookmark not defined.
3.2.1 Sumber Data .............................................Error! Bookmark not defined.
3.2.2 Jenis Data .................................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Analisis Data .................................................Error! Bookmark not defined.
3.3.1 Alur Analisis ............................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN.......................................................................Error! Bookmark not defined.

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema prinsip kerja PLTDG ..........................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.2 Generator PLTDG ..........................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.3 Kurva input-output ideal suatu steam generator (Wood dan Wollenberg,
1984) ..................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.4 Pembangkit termal N yang melayani beban Pload ......... Error! Bookmark not
defined.

vii
DAFTIAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SKTT : Saluran Kabel Tegangan Tinggi


LCD : Line Current Differential
KV : Kilo Volt
FO : Fiber Optic
MFO : Marine Fuel Oil
MW : Mega Watt
AVR : Auto Voltage Regulator
DC : Direct Current
AC : Alternating Current
FIS : Fuzzy Inference System
MOM : Mean of Maximum
LOM : Largest of Maximum
SOM : Smallest of Maximum
IC : Incremental Cost
KBG : Kapasitas Beban Generator
PD : Permintaan Beban
BBB : Biaya Bahan Bakar

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Pernyataan Orisinalitas


Lembar Persetujuan Pembimbing

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengguanaan energi listrik yang semakin meningkat dan luas memliki
peran penting bagi kebutuhan sehari-hari. Terutama di daerah Kuta bagian selatan
yang merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Bali. Banyaknya
perkembangan wisata di daerah Kuta Selatan seperti pembanguan hotel, industri
dan tempat wisata, sehingga akan berpengaruh dengan pertumbuhan beban yang
semakin meningkat. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan secara kuantitas
dan kualitas yang baik dan handal dalam sistem kelistrikan, PT PLN (Persero)
UPP Jaringan Jawa dan Bali merencanakan untuk melakukan penambahan dari
Sistem Transmisi, yaitu pemasangan Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150
KV dari GIS Pesanggaran hingga GI Nusa Dua dengan kemampuan daya hantar
arus 1000 ampere. Oleh sebab itu, dibutuhkan perencanaan sistem tenaga listrik
yang tepat dan baik dalam pengoptimalan energi listrik, sistem proteksi, serta
solusi kendala – kendala lain dibidang kelistrikan.
Penyaluran daya listrik, dilakukan melalui saluran kabel tegangan tinggi
(SKTT) 150 KV. Karena kabel tersebut memiliki karakteristik listrik yang bagus
dengan menggunakan tipe XLPE sebagai isolasi kabel. Saluran transmisi bawah
tanah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dalam instalasinya, seperti
temperatur tanah, hambatan thermal dari tanah dan kedalaman penanaman kabel
serta, perlu diperhatikan factor-faktor internal kabel itu sendiri seperti isolasi
kabel dan nilai dielektrik tiap lapisan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kualitas kemapuan kabel tanam dalam menyalurkan daya listrik. Saluran transmisi
kabel bawah tanah dari GIS Pesanggaran ke GI Nusa Dua untuk pemasangan
sebelumnya, yaitu dengan panjang penghantar 1,2 km dan kedalaman penanaman
4 m. Pererencanaan pemasangan yang baru, yaitu dengan panjang penghantar
sekitar 3 km dan kedalaman penanaman 7 m. Hal ini akan mempengaruhi

1
perancangan saluran kabel tegangan tinggi yang nantinya digunakan dalam proses
penyaluran energi listrik. .
Sistem proteksi merupakan bagian penting dalam sebuah sistem kelistrikan
yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan
bagian dari sistem proteksi yang berfungsi sebagai pengaman alat maupun
pengaman sistem lainnya. Sebelumnya, sistem proteksi saluran kabel tegangan
tinggi yang lama menggunakan sistem proteksi rele jarak sebagai pengaman
saluran transmisi. Sedangkan pemasangan yang baru menggunakan sistem
proteksi rele differensial, sehingga memiliki perbedaan diantara kabel lama dan
baru dalam sistem proteksi. Setting rele differensial perlu dilakukan karena
adanya pemasangan saluran baru, guna meningkatkan stabilitas dan keandalan
sistem. Penggunaan rele differensial biasanya digunakan sebagai pengaman utama
(main protection) pada trafo, generator, gardu induk 500 KV dan saluran
transmisi. Namun, differential relay digunakan sebegai main protection pada
saluran transmisi kabel bawah tanah dan tidak bisa digunakan sebagai pengaman
cadangan. Hal ini disebabkan, karena SKTT merupakan saluran penghantar
pendek dan sehingga rele differensial lebih tepat, cepat dan selektif dalam
mengatasi gangguan yang terjadi dengan bantuan Fiber Optic sebagai komunikasi
antar rele.
Prinsip kerjanya berdasarkan keseimbangan (balance) dengan
membandingkan arus antara sisi local dan sisi remote (antar kedua GI). Sistem
bekerja dengan menjumlahkan arus yang masuk dan keluar pada daerah yang
diproteksi dalam kondisi normal. Arus yang mengalir melalui peralatan listrik
yang di proteksi bersirkulasi melalui loop pada kedua sisi di daerah kerja
differential relay tersebut. Differential relay dapat mendeteksi gangguan dengan
cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban lebih, tidak perlu koordinasi dengan
pengaman lainnya (instant) atau gangguan diluar wilayah proteksinya
(IEEEStd242-1986). Differential relay memanfaatkan saluran komunikasi digital
dengan menggunakan kabel Fiber Optic (FO) untuk memberikan sinyal atau
informasi apabila terjadi gangguan pada sistem dengan jointing antara konduktor
kabel XLPE dengan konduktor kabel Fiber Optic (FO), sehingga rele akan

2
bekerja ketika ada infomasi yang diterima (IEEE C37.94. Manfaat sistem proteksi
dan relai-relai pengaman adalah agar pemutus-pemutus daya yang tepat
dioperasikan supaya hanya bagian yang terganggu saja yang dipisahkan
secepatnya dari sistem, sehingga kerusakan peralatan listrik yang disebabkan oleh
gangguan menjadi sekecil mungkin.
Permasalahan penelitian yang dilakukan, yaitu bagaimana menentukan
sistem proteksi yang baik pada saluran kabel tegagan tinggi 150 KV, guna
menghindari dan mengatasi terjadinya gangguan hubung singkat, seperti antar
fase (3 fase atau 2 fase) atau 1 fase ketanah. Karena besarnya arus gangguan yang
terjadi akan menimbulkan panas pada kabel dan akan menyebabkan kegagalan
isolasi dan gangguan konduktor putus yang sifatnya permanen. Hal ini akan
menyebabkan kemampuan daya hantar kabel menurun dan rusak. Sehingag
kerusakan yang berisifat permanen ini akan membutuhkan waktu pemeliharaan
yang cukup lama dan akan menyebabkan pemutusan atau gangguan pada
konsumen. Karena kabel asset yang relatif mahal dan sulitnya menentukan titik
gangguan, Oleh sebab itu, dibutuhkan sistem proteksi pada saluran kabel tegangan
tinggi 150 KV yang tepat, yaitu menggunakan Line Current Differential Relay.
Sehingga kemampuan daya hantar dari saluran kabel tetap terjaga kehandalannya.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka pada penelitian ini mengangkat judul
“Studi Sistem Proteksi Menggunakan Line Current Differential Relay Pada
Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV”. Pada penelitian ini dilakukan
di GIS Pesanggaran-GI Nusa Dua dengan melakukan simulator arus gangguan
menggunakan ETAP (Electric Transient and Analysis Program), baik itu
gangguan fasa ke fasa ataupun fasa to ground dan akan memberikan perintah trip
kepada Circuit Breaker (CB) yang dibatasi kedua Current Transformator (CT)
antar GI dengan Fiber Optic (FO) sebagai alat komunikasi antar rele dari kedua
sisi. Oleh karena itu, differential relay perlu dilakukan setting yang tepat agar
memberikan keandalan pada sistem proteksi penghatar. Dalam mewujudkan
sistem tenaga listrik yang lebih terjamin dalam hal keamanan dan kehandalan
sehingga tidak membahayakan manusia dan lingkungannya, serta memperkecil
resiko kerusakan pada sistem peralatan listrik.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam
penelitian studi sistem proteksi menggunakan Relay Differential pada saluran
kabel tegangan tinggi (SKTT) 150 KV sebagai berilut :
1. Berapa besar arus hubung singkat ketika terjadi gangguan pada
Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV menggunakan
software ETAP 12.6.0 ?
2. Berapa hasil nilai setting differential relay yang tepat pada sistem
proteksi Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah mengenai penelitian Studi Sistem Proteksi
Menggunakan Differential Relay Pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT)
150 KV. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
1. Mengatahui besar arus hubung singkat pada Saluran Kabel Tegangan
Tinggi 150 KV.
2. Mampu menentukan nilai setting pengaman menggunakan rele
differensial (Differenatial Relay) pada Saluran Kabel Tengangan
Tinggi (SKTT) 150 KV.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah kita dapat mengetahui bagaimana
penggunaan rele diffferensial sebagai pengaman utama yang cepat dan selektif
agar memberikan manfaat yang lebih optimal pada saluran kabel tengang tinggi,
serta mengetahui hasil setting differential relay yang baik dan tepat pada Saluran
Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV.

4
1.5 Batasan Masalah
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, agar lebih mengarahkan
pokok pembahasan dalam penelitian Studi Sistem Proteksi Menggunakan
Differential Relay Pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV, maka
penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada sistem transmisi Saluran Kabel Tegangan
Tinggi (SKTT) 150 KV GIS Pesanggaran GI Nusa Dua.
2. Penelitian ini hanya membahas tentang sistem proteksi differential relay
pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) 150 KV sebagai main
protection.
3. Penelitian anlisis hasil setting differential relay pada saluran kabel
tegangan tinggi (SKTT) 150 KV menggunakan software ETAP 12.6.0.
4. Tidak membahas detail Fiber Optic (FO).

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Mutakhir


Adapun tinjauan pustaka memuat teori dan fakta yang digunakan dan
diambil dari sumber aslinya, dengan mencantumkan nama sumbernya. Untuk
memperkuat penelitian yang dilakukan dengan menenukan perhitungan setting
rele differensial beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya. Dan usulan
tugas akhir ini yang berjudul” Studi Sistem Proteksi Pada Saluran Kabel
Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV GIS Pesanggaran-GI Nusa Dua”. Refrensi
tersebut digunakan untuk menentukan batasan – batasan masalah yang kemudian
akan dikembangkan lebih lanjut pada penelitian ini. Adapun beberapa tinjauan
mutakhir dari refrensi tersebut dabat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Tinjauan Mutakhir

Nama
No. Judul Metode Hasil
Penulis
1 Ulul Analisi Proteksi Rele Metode Hasil Akhir dalam
Fauzan Differensial Trafo analisa penilitian ini adalah
Irohman Gardu Induk perhitungan menetukan nilai setting
(2017) Konsumen Tegangan rele differensial pada trafo
Tinggi di Gardu Induk dengan hasil studi
Semen Merah Putih perhitungan
Rembang

2 Nor Ria Analisis Penggunaa Metode Hasil Akhir dalam

6
Fitriani Rele Differensial analisa penilitian ini adalah
(2017) Sebagai Sistem perhitungan menentukan arus nominal
Proteksi trafo dan nilai setting rele
Transformator Daya differensial
16 MVA di Gardu
Induk Jajar
Demetrios Metode Hasil Akhir dalam
A.Tziouva Protection of High- observasi penilitian ini adalah
3
ras Voltage AC Cables dan studi tentang skema sistem
(2016) literatur proteksi UGC
D. A. Hasil Akhir dalam
Protection of Mixed Metode
Tziouvara penilitian ini adalah skema
Overhead and observasi
4 s and J. penggabungan antara
Underground Cable dan studi
Needs overhead line dan cable
Lines literatur
(2014) line

2.2 Tinjaun Pustaka


2.2.1 Sistem Proteksi Secara Umum
Jaringan tenaga listrik terdiri dari banyak peralatan yang berbeda jenis dan
karakteristik dan secara fisik dipisahkan oleh pemutus tenaga (PMT) seperti pada
Gambar 2.1. PMT berfungsi untuk memisahkan/menghubungkan satu bagian
jaringan dengan bagian lain, baik jaringan dalam keadaan normal maupun dalam
keadaan terganggu. Bagian-bagian jaringan tersebut dapat terdiri dari satu PMT
atau lebih. Sistem proteksi terdiri dari peralatan CT, PT, PMT, Catu daya DC /
AC, relai proteksi, tele proteksi yang diintegerasikan dalam suatu rangkaian
wiring. Disamping itu, diperlukan juga peralatan pendukung untuk kemudahan
operasi dan evaluasi seperti sistem recorder, sistem scada dan indikasi relai
(annunciator). Secara sederhana salah satu contoh sistem proteksi untuk transmisi
seperti ditunjukkan pada Gambar .2.1. Fungsi peralatan proteksi adalah untuk
mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari

7
bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih
sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar.

Gambar 2.1 Jaringan Sistem Tenaga Listrik


Sumber : PT PLN (Persero) P3B

Dalam usaha untuk meningkatkan keandalan penyediaan energy listrik,


kebutuhan sistem proteksi yang memadai tidak dapat dihindarkan. Sistem proteksi
terdiri dari peralatan CT, PT, PMT, Catu daya dc/ac, relai proteksi, teleproteksi
yang diintegrasikan dalam suatu rangkaian wiring. Disamping itu diperlukan juga
peralatan pendukung untuk kemudahan operasi dan evaluasi seperti sistem
recorder, sistem scada dan indikasi relai (announciator). Secara sederhana salah
satu contoh sistem proteksi untuk jaringan seperti ditunjukan pada gambar 2.1.
Fungsi peralatan proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan
memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari bagianlain yang masih sehat
serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat dari kerusakan atau
kerugian yang lebih besar.

2.2.2 Sistem Proteksi Penghantar


2.2.2.1 Peralatan Proteksi
Jaringan tenaga listrik secara garis besar terdiri dari pusat pembangkit,
jaringan transmisi (gardu induk dan saluran transmisi) dan jaringan distribusi.
Dalam usaha untuk meningkatkan keandalan penyediaan energi listrik, kebutuhan
sistem proteksi yang memadai tidak dapat dihindarkan

8
Gambar 2.2 Sistem Proteksi
Sumber : PT PLN (Persero) P3B

2.2.3 Persyaratan Sistem Proteksi


2.2.3.1 Sensitif
Rele mampu merasakan gangguan sekecil apapun. Suatu relai proteksi
bertugas mengamankan suatu alat atau suatu bagian tertentu dari suatu sistem
tenaga listrik, alat, atau bagian sistem yang termasuk dalam jangkauan
pengamanannya. Relai proteksi mendeteksi adanya gangguan yang terjadi di
daerah pengamanannya dan harus cukup sensitif untuk mendeteksi gangguan
tersebut dengan rangsangan minimum dan bila perlu hanya mentripkan pemutus
tenaga (PMT) untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu, sedangkan
bagian sistem yang sehat dalam hal ini tidak boleh terbuka.

2.2.3.2 Andal
Rele akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan bekerja
bila tidak diperlukan (security). Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak
pernah terganggu relai proteksi tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin
bertahun-tahun, tetapi relai proteksi bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja,

9
sebab apabila relai gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah
pada peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya relai lai sehingga
daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga
keandalannya, maka relai proteksi harus dilakukan pengujian secara periodik.

2.2.3.3 Selektif
Rele mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja. Selektivitas dari
relai proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam mengadakan
pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih
kecil. Relai proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau
gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada
kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi di luar daerah
pengamanannya.

2.2.3.4 Cepat
Rele mampu bekerja secepat-cepatnya. Makin cepat relai proteksi bekerja,
tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat
memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan
dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar
kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan. Gangguan pada sistem tenaga listrik
dapat terjadi di sisi pembangkit, jaringan dan distribusi.

2.2.4 Fungsi sistem proteksi

1. Mencegah kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik


akibat terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak
normal.
2. Mengurangi kerusakan peralatan-peralatan pada sistem tenaga listrik
akibat terjadinya gangguan atau kondisi operasi sistem yang tidak
normal.

10
3. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak
melebar pada sistem yang lebih luas.
4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi
kepada konsumen.
5. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga
listrik.

2.2.5 Tujuan Utama Sistem Proteksi


Tujuan dari proteksi transmisi tenaga listrik ini adalah agar proses
penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant)
hingga saluran distribusi listrik (sucstation distribution) dapat disalurkan sampai
pada pengguna listrik yang aman. Proteksi transmisi ini di terapkan agar jika
terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak
mengalami kerusakan, mendeteksi kondisi abnormal pada sistem tenaga listrik,
memerintahkan trip pada PMT dan memisahkan peralatan yang terganggu dari
sistem yang sehat, sehingga sistem dapat terus berfungsi.

2.2.6 Pertimbangan Pemilihan Proteksi


Dasar pemilihan proteksi sistem tenaga listrik dan sistem proteksi adalah
sebagai berikut
1. Mengurangi kerusakan pada peralatan yang terganggu dan peralatan
2. yang berdekatan dengan titik gangguan
3. Mengurangi gangguan meluas
4. Meminimalisasi durasi gangguan
5. Meminimalisasi bahaya pada manusia
6. Memaksimalkan ketersediaan listrik untuk konsumen

2.2.7 Daerah sistem proteksi


Di dalam sistem proteksi tenaga listrik, seluruh komponen harus
diamankan dengan tetap menekankan selektivitas kerja peralatan/Relay pengaman

11
Untuk mencapai hal ini, sistem tenaga listrik dibagi menjadi daerah-daerah (zona)
pengaman seperti terlihat pada gambar 2.3 berikut ini

Gambar 2.3 Daerah Sistem Proteksi


Sumber : Mochamad Dwi Kuncahyo 2017

2.3 Pengertian Secara Umum


2.3.1 Definisi dan Tujuan Sistem Trasmisi Saluran Kabel Tegangan Tinggi
(SKTT) 150 KV
Berdasarkan letaknya, Kabel Tegangan tinggi dibedakan menjadi Kabel
Tanah Tegangan Tinggi. Pemeliharaan dapat dilakukan dalam keadaan beroperasi
maupun dalam keadaan padam tergantung kebutuhan dan kondisi sistem. Saluran
kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang menyalurkan
energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah. Kategori saluran
seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota, karena berada didalam
tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga tidak mudah terjadi
gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun tetap memiliki
kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi serta sulitnya
menentukan titik gangguan dan perbaikan.

12
Gambar 2.4 Jalur Kabel SKTT 150 KV Gis Pesanggaran-Nusa Dua
Sumber: PT PLN APP Bali 2016

Tabel 2.2 Data Kabel Penghantar GIS Pesanggaran-GI Nusa Dua

2.3.2. Berdasarkan jenis kabel yang digunakan:

 Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak


(oil paper impregnated).
 Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:
Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.
 Pertimbangan fabrikasi.
 Pertimbangan pemasangan di lapangan.

13
2.3.3 Tujuan Saluran Transmisi menggunakan kabel bawah tanah, dengan
beberapa pertimbangan :
 Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan
banyak gedung-gedung tinggi.
 ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena
sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
 Pertimbangan keamanan dan estetika.
 Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

2.3.4 Kelemahan Kabel SKTT 150 KV:


 Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
 Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan
penanganan yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak,
misal : pemerintah kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah,
PDAM, Telkom, Perum Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan
lain-lain.

2.3.5 Penyebab gangguan dari dalam antara lain adalah:


Tegangan lebih dan arus tak normal (termasuk didalamnya gangguan
hubung singkat
1. Pemasangan tidak baik
2. Penuaan
3. Beban lebih
4. Kegagalan kerja peralatan pengaman

Konstruksi dan Material yang dipakai pada Kabel Tanah Kabel tanah
sebenarnya berfungsi sama seperti konduktor lainnya hanya saja konstruksi dan
material yang dipakai yang dipakai untuk melapisi inti (penghantar) berbeda
dengan kabel pada umumnya. Konstruksi kabel tanah dapat dilihat pada gambar
2.5. Gangguan dan Klasifikasi Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan
pada sistem kelistrikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak
berjalan dengan normal yang mengakibatkan aliran arus listrik menjadi terganggu

14
ataupun tidak seimbang dari sistem tenaga listrik. Tujuan dilakukan analisan
gangguan adalah:

- Penyelidikan terhadap unjuk kerja rele proteksi


- Untuk mengetahui rating maksimum dari pemutus tenaga
- Untuk mengetahui distribusi arus gangguan dan tegangan sistem pada
saat terjadinya gangguan.

-
- Gambar 2.5 Bagian Kabel SKTT 150 KV
- Sumber: Demetrios A. Tziouvaras 2016
A. Saluran Transmisi ditinjau dari panjang saluran
Saluran transmisi ditinjau dari panjang salurannya terbagi menjadi tiga, yaitu
saluran pendek, saluran menengah dan saluran panjang. Saluran Pendek (< 80 km)
Disebut saluran pendek apabila unsur kapasitansi dan konduktansi ke tanah bisa
diabaikan karena relative kecil. Diagram pengganti saluran pendek terlihat pada
Gambar 1.

Gambar Diagaram Pengganti Saluran Pendek

Vs = tegangan pada ujung kirim


Is = arus pada ujung kirim
VR = tegangan pada ujung terima
IR = arus pada ujung terima
Z = R + jX impedasi saluran

Maka relasi tegangan dan arus,


Vs = VR + ZIR
S = IR

15
2.4 Gangguan Sistem dan Non Sistem
2.4.1 Gangguan Sistem
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik
(sisi primer) seperti pada generator, transformator, SUTT, SKTT dan lain
sebagainya. Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen
dan gangguan temporer. Gangguan temporer adalah gangguan yang hilang dengan
sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash
over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali,
secara manual atau otomatis dengan Auto Recloser. Gangguan permanen adalah
gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan
diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus. Gangguan sistem dapat
bersifat controllable (dalam pengendalian O&M) dan uncontrollable (diluar
pengendalian O&M). Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem
tenaga listrik seperti pada generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya.
Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan
gangguan temporer. Gangguan temporer adalah gangguan yang hilang dengan
sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash
over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali,
secara manual atau otomatis dengan AutoRecloser. Gangguan permanen adalah
gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan
diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.

2.4.2 Gangguan Non Sistem


PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada
sistem, dapat saja PMT terbuka oleh karena relai yang bekerja sendiri atau kabel
kontrol yang terluka atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya. Gangguan
seperti ini disebut gangguan bukan pada sistem, selanjutnya disebut gangguan
non–sistem (sisi sekunder).

A. Jenis gangguan non-sistem antara lain :


- Kerusakan komponen relai,

16
- Kabel kontrol terhubung singkat,
- Interferensi / induksi pada kabel kontrol.

B. Dalam sebuah penghantar, relai yang biasa digunakan adalah:


- Pengaman utama: Relai jarak, Line current differential relay, relai
diferensial kawat pilot, relai pembanding fase, relai pengaman
pembanding arah
Pengaman cadangan: Relai arus lebih, relai gangguan tanah, relai arus lebih
berarah, relai gangguan tanah berarah, relai gangguan tanah selektif, relai
kegagalan pemutu tenaga.

2.4.3 Klasifikasi dari gangguan pada sistem tenaga listrik


2.4.3.1 Gangguan Berdaasarkan Kesimetrisan
Gangguan Asismetris, yaitu ganggua yang mengakibatkan arus yang
mengalis pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang. Gangguan Simetris,
merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasa sehingga arus pada tiap fasa
tetap seimbang walaupun pada saat terjadi gangguan.

2.4.3.2 Berdasarkan Lama Terjadi Gangguan


Gangguan transient (temporer), yaitu gangguan yang hilang dengan
sendirinya apabila pengaman ataupun pemutus tenaga terbuka pada saluran pada
waktu yang singkat dan setelah itu dihubungkan kembali. Gangguan Permanen,
merupakan gangguan yang tetap ada apabila pengaman ataupun pemutus tenaga
terbuka pada saluran pada waktu yang singkat dan setelah itu dihubungkan
kembali.

2.5 Gangguan Sistem Saluran Transmisi


2.5.1 Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit)
Sistem tenaga yang besar, dengan wilayah yang luas, sangat rentan dengan
kemungkinan terjadinya kerusakan peralatan akibat suatu gangguan hubung
singkat, baik yang bersifat temporer, seperti penghantar udara terkena ranting
patah atau layang-layang. Juga yang bersifat permanen seperti kawat penghantar

17
yang putus atau juga petir dan proses switching (manuver jaringan) yang
menimbulkan tegangan berlebih yang bisa menyebabkan terjadinya flashover
pada isolator. Karena begitu banyaknya kemungkinan gangguan hubung singkat
yang mungkin mengakibatkan kerusakan pada peralatan, maka perlu dilakukan
analisa hubung singkat dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kemampuan memutus (breaking capacity) dari
suatu alat pengaman (CB)
2. Untuk menentukan setting rele pengaman yang harus dipasang agar
peralatan pengaman tersebut bekerja secara optimal.
Gangguan tidak simetris pada saluran transmisi tiga fasa dapat disebabkan oleh
hubung singkat, perbedaan impedansi akibat pembebanan yang tidak sama, dan
penghantar terbuka (open circuit).

2.5.2 Komponen Simetris


Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama sistem yang
tidak seimbang, misalnya saat terjadi hubung singkat tiga phasa, dua phasa dan
satu phasa ke tanah. Dimana sebuah sistem tak seimbang diubah menjadi tiga
rangkaian persamaan yaitu rangkaian urutan positif, urutan negatif, dan urutan
nol. Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga phasa
dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang
komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):

1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,

terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o, dan

mempunyai urutan phasa yang sama seperti fasor aslinya.

2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,

terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o, dan

mempunyai urutan phasa yang berlawanan dengan fasor aslinya.

3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan

18
2.5.3 Gangguan Berdasarkan kesimetrisan
A. Gangguan asimetris, merupakan gangguan yang mengakibatkan tegangan
dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang,
gangguan ini terdiri dari:
 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
disebabkan karena salah satu fasa terhubung singkat ke tanah atau
ground.
 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa, yakni gangguan yang disebabkan
karena fasa dan fasa antar kedua fasa terhubung singkat dan tidak
terhubung ke tanah.
 Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
terjadi ketika kedua fasa terhubung singkat ke tanah.

B. Gangguan simetris,
Merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya sehingga arus
maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah gangguan terjadi.
Gangguan ini terdiri dari:
 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa, yakni gangguan yang terjadi
ketika ketiga fasa saling terhubung singkat.
 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
terjadi ketika ketiga fasa terhubung singkat ke tanah. Semua gangguan
hubung singkat diatas, arus gangguannya dihitung dengan
menggunakan rumus dasar yaitu :
𝑉
I= ……………………………………………………….
𝑍
Dimana :
I = Arus (A)
V = Tegangan sumber (V)
Z = Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh impedansi di
dalam jaringan dari sumber tegangan sampai titik gangguan
(Ohm)

19
Gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa dan satu fasa ke tanah adalah
impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu sendiri, dan
tegangan yang memasok arus ke titik gangguan. Impedansi yang terbentuk dapat
ditunjukkan seperti berikut :

Z untuk gangguan tiga fasa, Z = Z1


Z untuk gangguan dua fasa, Z = Z1 + Z2
Z untuk gangguan satu fasa, Z = Z1 + Z2 + Z0
Dimana :
Z1 = Impedansi urutan positif (Ohm)
Z2 = Impedansi urutan negatif (Ohm)
Z0 = Impedansi urutan nol (Ohm)

2.5.4 Hubung singkat dua fasa


Hubung singkat dua fasa atau yang biasa disebut hubung singkat fasa ke
fasa adalah kondisi dimana antara fasa ke fasa saling terhubung singkat. Pada
gangguan hubung singkat fasa ke fasa, arus saluran tidak mengandung komponen
urutan nol dikarenakan tidak ada gangguan yang terhubung ke tanah. Gangguan
hubung singkat dua fasa ini dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.1 Gangguan hubung singkat dua fasa atau fasa ke fasa

20
Rumus yang dapat digunakan dalam menghitung arus hubung singkat dua fasa yaitu

𝑉𝑓
I2fasa =
𝑍1+𝑍2

Dimana :
Vf : Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan (V)
Z1 : Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan (Ω)
Z2 : Impedansi urutan positif negatif dilihat dari titik gangguan (Ω)

2.5.5 Hubung singkat dua fasa ke tanah


Gangguan dua fasa ke tanah terjadi ketika dua buah fasa dari sistem tenaga listrik
terhubung singkat ke tanah. Gangguan dua fasa ke tanah dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :

Gambar 2.2 Gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah

Untuk mencari nilai dari arus hubung singkat dua fasa ke tanah dapat
menggunakan rumus dibawah ini :

𝑉𝑓
I2 fasa ke tanah = 𝑧2.𝑧0
𝑧1+𝑧2+𝑧0

Dimana :
Vf : Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan (V)
Z0 : Impedansi urutan nol dilihat dari titik gangguan (Ω)
Z1 : Impedansi urutan positif dilihatdari titik gangguan (Ω)

21
2.5.6 Hubung singkat tiga fasa
Gangguan hubung singkat tiga fasa termasuk dalam klasifikasi gangguan
simetris, dimana arus maupun tegangan stiap fasanya tetap seimbang setelah gangguan
terjadi. Sehingga pada sistem seperti ini dapat dianalisa hanya dengan menggunakan
urutan positif saja. Gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dilihat seperti pada gambar
dibawah ini :

Gambar 2.3 Gangguan hubung singkat tiga fasa

Untuk mencari nilai arus hubung singkat pada gangguan hubung singkat tiga fasa
ini dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝑉𝑓
I3 fasa =
𝑍1
Dimana :
Vf : Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan (V)
Z1 : Impedansi urutan positif dilihatdari titik gangguan (Ω)

2.5.7 Hubung singkat tiga fasa ke tanah


Gangguan tiga fasa ke tanah terjadi ketika ketiga fasa dari sistem tenaga
listrik terhubung singkat ke tanah. Gangguan tiga fasa ke tanah dapat dilihat pada
gambar dibawah ini (kondisi nomor 5) :

Gambar 2.4 Gangguan hubung singkat tiga fasa ke tanah

22
2.5.8 Hubung singkat satu fasa ke tanah
Gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik merupakan
gangguan asimetris sehingga memerlukan metode komponen simetris untuk
menganalisa tegangan dan arus pada saat terjadi gangguan. Gangguan yang terjadi
dapat dianalisa dengan menghubung-singkatkan semua sumber tegangan yang ada
pada sistem dan mengganti titik (node) gangguan dengan sebuah sumber tegangan
yang besarnya sama dengan tegangan sesaat sebelum terjadinya gangguan di titik
gangguan tersebut. Dengan menggunakan metode ini sistem tiga fasa tidak
seimbang dapat direpresentasikan dengan menggunakan teori komponen simetris
yaitu berdasarkan komponen urutan positif, komponen urutan negatif, dan
komponen urutan nol. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dapat ditunjukkan
seperti pada gambar dibawah ini

Gambar 2.5 Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah

Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
singkat satu fasa ke tanah s menggunakan rumus
3 𝑋 𝑉𝑝ℎ
I1 fasa ke tanah =
𝑍1𝑒𝑞+𝑍2𝑒𝑞+𝑍0𝑒𝑞
Dimana :

I1 fasa = Arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (A)

Vph = tegangan fasa-netral sistem (V)


Z1eq = Impedansi urutan positif (Ohm)
Z0eq = Impedansi urutan nol (Ohm)

23
2.6 Impedansi Saluran
Pada sistem tenaga listrik ada beberapa parameter yang digunakan untuk
menghitung atau mencari nilai dari impedansi (Z) saluran, yaitu nilai resistansi
(R) dan reaktansi (X) dimana nilai dari reaktansi bisa didapat dari 2 parameter
juga yaitu nilai kapasitansi dan induktansi. Oleh karena itu, impedansi dapat
dijabarkan dalam persamaan 1.

Z = R + jX (Ω) (1)……………………………………………………(2.4)

2.6.1 Resistansi Saluran


Resistansi merupakan nilai tahanan dari sebuah penghantar dan merupakan
penyebab utama rugi rugi daya pada saluran transmisi (dapat dilihat pada
persamaan 2.5)
𝑃 ( 𝑅𝑢𝑔𝑖−𝑟𝑢𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟)
R= ……………………....(2.5)
(𝐼)2

Rumus untuk mencari nilai resistansi dari suatu penghantar dijelaskan pada persamaan
2.6.


R=𝜌 ……………………………………………………………...(2.6)
𝐴

Dimana:

𝜌 = resistivitas penghantar
ℓ = panjang
A = luas penampang

2.6.2 Reaktansi Saluran


Reaktansi saluran yaitu nilai tahanan yang didapat dari nilai induktansi dan
kapasitansi penghantar yang ada di saluran. Rumus untuk mencari nilai reaktansi
dijelaskan pada persamaan 2.7 dan 2.8

…………………………………………………………...(2.7)

………………………………………………………..(2.8)

24
Dimana,
XL = reaktansi induktif (Ω)
f = frekuensi (Hz)
XC = reaktansi kapasitif (Ω)
L = induktansi (H)
ω = 2 π f = kecepatan sudut
C = kapasitansi (F)

2.7 Circuit Breaker


2.7.1 Pengertian Circuit Breaker (CB)
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20
disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
peralatan saklar / switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup, mengalirkan
(dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban dalam spesifik kondisi
abnormal / gangguan seperti kondisi short circuit / hubung singkat. Switchgear
adalah peralatan pemutus tenaga listrik atau lebih dikenal yaitu disebut Circuit
Breaker ,berfungsi untuk menghubungkan dan melepas beban di jaringan listrik
serta mengamankan atau melindungi peralatan yang terhubung di rangkaian beban
bila terjadi gangguan pada sistim yang dilayani Dengan demikian maka suatu
switchgear harus dilengkapi dengan peralatan rele proteksi dan sistem interlock
yang bisa membuka secara otomatis saat terjadi gangguan sehingga kerusakan
lebih lanjut dapat dihindari Pada umumnya switchgear di Unit Pembakit Listrik /
Power Station adalah tipe busbar tunggal / single busbar type atau metal clad
dimana circuit breaker ditempatkan dalam bilik tertutup yang dinamakan
Cubicle.Circuit Breaker yang berada di dalam cubicle harus dapat dikeluarkan (
rack out ) dan dimasukkan kembali ( rack in ) terutama untuk keperluan
pemeliharaan Tegangan kerja dari switchgear tergantung dari kapasitas Unit
Pembangkit dan tegangan kerja peralatan bantunya, pada umumnya tegangan
kerja yang digunakan antara 3.3kV sampai 11kV

25
Dari uraian tersebut diatas maka switchgear berfungsi sebagai berikut :
Saat kondisi normal
1. Menghubungkan rangkaian listrik
2. Membaca parameter listrik
3. Mengatur penyaluran listrik
4. Mendeteksi parameter listrik

Saat kondisi gangguan


1. Memutus rangkaian listrik
2. Membaca parameter listrik
3. Mengamankan komponen rangkaian listrik.

Circuit Breaker (CB) merupakan suatau alat listrik yang berfungsi untuk
melindungi sistem tenaga listrik apabila terjadi kesalahan atau gangguan pada
sistem tersebut, terjadinya kesalahan pada sistem akan menimbulkan berbagai
efek seperti efek termis, efek magnetis dan dinamis stability. Fungsi utamanya
adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi
berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan (
hubung singkat ) pada jaringan atau peralatann lain.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Circuit Breaker (CB) agar dapat
melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut :
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus menerus.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun
terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu
sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, sehingga tidak
membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu
sendiri.

26
Setiap Circuit Breaker dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan suatu CB, yaitu :
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu
akan dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum continue yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus
ini tergantung pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban
dimana pemutus daya tersebut terpasang.
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini
berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.
5.Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain
disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.

Gambar-2.1. Macam-macam Circuit Breaker


Sumber: Rahman Sutiyono 2014

2.7 Trafo Arus


2.7.1 Pengertian Trafo Arus

27
CT (Current Transformer) merupakan trafo yang menghasilkan arus di
sekunder dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus primernya. CT umumnya
terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh konduktor kawat tembaga. CT
(Current Transformer) itu sendiri dalam penggunaannya dapat digunakan sebagai
pengukuran arus, pengukuran daya dan energi, dan sebagai sistem proteksi rele.
Tetapi dalam penelitian ini, CT (Current Transformer) lebih digunakan sebagai
pengukuran arus. Dalam penggunaannya di lapangan, CT (Current Transformer)
lebih digunakan secara analog. Pada pembacaan analog, tidak semua orang awam
dapat mengerti dalam pembacaannya. Terlebih lagi terdapat skala untuk
menentukan berapa besaran yang terbaca. Dengan seiring kemajuan teknologi
masa kini, dalam penelitian ini CT (Current Transformer) yang bekerja secara
analog dalam pembacaannya dikonversikan menjadi tampilan digital. Tampilan
secara digital memiliki kelebihan antara lain mudah dalam pembacaan dan lebih
mudah dalam penggembangan penggunaannya karena datanya sudah dalam
bentuk digital.

Gambar 2.6 Current Transformator


Sumber: Dimas Adityawarman, 2014

Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk


melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi tenaga listrik disisi primer
(TET, TT dan TM) yang berskala besar dengan melakukan transformasi dari
besaran arus yang besar menjadi besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti
untuk keperluan pengukuran dan proteksi. Pada dasarnya prinsip kerja

28
transformator arus sama dengan transformator daya. Jika pada kumparan primer
mengalir arus I1, maka pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet sebesar
N1.I1.Gaya gerak magnet ini memproduksi fluks pada inti, kemudian
membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder. Jika terminal
kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I2,
arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N1.I1 pada kumparan sekunder.

Gambar 2.7 Rangkaian pada CT


Sumber: PT PLN APP Pulogadung 2014

2.7.2 Perhitungan Rasio CT


Arus Perhitungan rasio CT Untuk menghitung rasio CT, terlebih dahulu
menghitung arus rating sebagai batas pemilihan rasio CT. Perhitungan arus rating
menggunakan rumus:

𝐼𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 = 110% × 𝐼𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙…….............................................................................(2.9)

………………………………………………………...(2.10)
Inominal
Dimana:
In = Arus Nominal (A)
S = Daya tersalur (MVA)
V = Tegangan pada sisi primer dan sekunder (Kv)

29
In atau arus nominal merupakan arus yang mengalir pada masing-masing
jaringan (tegangan tinggi dan tegangan rendah).

2.7.4 Arus Restrain (penahan)


Arus restrain didapat dengan cara mengakumulasikan arus sekunder CT1 dan
CT2 lalu dibagi dengan 2. Rumus untuk mencari arus restrain :
Ir = I1 +I2 ...................................................................................... 2.13
2
Dimana:
Ir = Arus Penahan (A)
I1= Arus Sekunder pada CT1 (A)
I2= Arus Sekunder pada CT2 (A)

2.7.5 Pecent Slope ( Kecuraman)


Untuk mengetahui slope didapatkan dari arus differensial di bagi dengan arus
restrain. Dari Slope 1 dapat diketahui arus differensial dan arus restrain saat kondisi
normal dan untuk memastikan rele dapat bekerja saat ada gangguan internal dengan arus
gangguan kecil. Untuk slope 2 dapat berguna agar rele tidak bekerja saat terjadi gangguan
eksternal dengan arus gangguan besar sekalipun.

……………………………………………………………….(2.14)

…………………………………………………………....(2.15)

Dengan :
Slope1 : Setting kecuraman 1
Slope2 : Setting kecuraman 2
Id : Arus Differensial (A)
Ir : Arus Restrain (A)

Line Current Differential RelayMenyampaikan arus differensial adalah salah


satu metode untuk membandingkan arus yang mengalir pada lineyang sama.

30
Hasilnya tergambar dalam skema proteksi sederhana dengan tingkat sensitifitas
yang tinggi dan kecepatan, keserentakan, melakukan trippingpada kedua jalur
dengan tingkat tinggi. Perbedaan skema tidak dipengaruhi oleh efek eksternal
seperti faults, load dan power swings. Perbedaan arus dapat dihitung dengan
metode yang berbeda seperti :1.Magnitude Comparison2.Phase Comparison
3.Phasor Comparison (magnitude and angle)4.Charge Comparison5.Combination
of theseTanpa memperhatikan metode yang digunakan, semua linedifferential
relaysberoperasi pada arus yang berbeda yang dibandingkan antara arus
yang masuk dengan arus yang keluar. Untuk kesalahan internal, arus akan
mengalir pada kedua line.Arus
27local ILakan secara praktis berada dalam fasa dengan arus remoteIR. Perbedaan
fasa kecil antara dua arus disebabkan karena perbedaan derajat sumber pada
localdan remote end. Untuk kesalahan eksternal atau load, arus akan mengalir
pada satu terminal dan keluar pada terminal lainnya. Arus lokal ILakan
180oout of phasedengan arus remoteIRdan besarnya akan sebgaian besar sama,
yang membedakan hanya dari kesalahan pengukuran transformer.
Rumus menghitung beban total: Bt = B.Ln
Dimana:
Bt = beban total
B = beban
Ln = panjang kabel
1
Rumus menghitung reaktansi capasitas : Xc = Bt

Dimana Xc : reaktansi

rinsip Kerja Line Current Differential Relay Relay diferensial arus


membandingkan arus yang melalui satu titik (Hukum Kirchoff). Pada
keadaan tanpa gangguan atau gangguan eksternal ΣI = 0 Pada keadaan gangguan
internal ΣI ≠ 0 Dipasang pada asing-masing ujung saluran dan merupakan unit
protection.Unit Protection :-Daerah pengamanan adalah di dalam daerah yang
dilingkupi CT (Current Transformator) yang tersambung ke relay differensial.-

31
Bekerja seketika.-Tidak perlu dikoordinasikan dengan pengaman lain.-Merupakan
pengaman utama dan tidak berlaku sebagai pengaman cadangan.
28 Prinsip pengukuran Line Current Differentialadalah Circulating
Currentatau Balanced Voltage. Karena ujung-ujung saluran transmisi
dipisahkan oleh jarak yang jauh maka masing-masing sisi dihubungkan dengan
:-kabel pilot-saluran telekomunikasi : microwave, fiber optic
Tanpa gangguan atau gangguan eksternal IA+ IB = 0
Keadaan gangguan internal IA+IB ≠ 0 (IF)
𝐾𝑉 103
Rumus menghitung arus charging primary : Ic =
√3 𝑋𝑐
Dimana :
Ic = arus charging
Kv =
tegangan
nominal
Xc = reaktans

𝐼𝑐
Rumus menghitung arus charging secondary Ics = 𝐶𝑇
Dimana :
Ics = arus charging sekunder
Ic = arus charging
CT
= trafo arus
Fiber Optic

Gambar 3.6 Circulating Current usingFiber Optic


Gambar di atas merupakan sirkulasi arus pada fiber optic pada kondisi
normal. Arus mengalir dari sumber dan masuk pada relay A. Arus yang mengalir
padatransmitterRelay A (Tx)akan dialirkan melalui fiber optic ke
receiver(Rx) pada relay B. begitu pula sebaliknya apabila arus mengalir pada

32
relay B, arus akan di alirkan dari transmitter relay B ke receiver relay A.Arus
yang mengalir pada (1) berupa arus analog, sedangkan arus yang mengalir
pada (2) berupa arus digital. Dalam analog arus akan dijumlah
berdasarkan polaritas arus
2.8 Rele Differensial
2.8.1 Relai Differensial Penghantar
Relay differensial merupakan suatu Relay yang prinsip kerjanya berdasarkan
kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator
arus (CT) terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang
diamankan. Penggunaan Relay differensial sebagai Relay pengaman, antara lain
pada generator, transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relay
differensial digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada
transformator daya yang berguna untuk mengamankan belitan transformator bila
terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat.
Penggunaan relai diferensial penghantar sebagai proteksi transmisi saat ini bukan
lagi proteksi yang bernilai mahal dibandingkan dengan penggunaan relai jarak
sebagai pengaman utama. Penggunaan relai diferensial penghantar pada beberapa
utility bukan hanya untuk penghantar pendek, juga digunakan pada penghantar
sedang maupun pada penghantar panjang. Penggunaan relai diferensial
penghantar semakin meluas karena proteksi relai diferensial penghantar tidak
terpengaruh oleh pengaruh eksternal seperti SIR, perubahan beban, swing pada
sistem, memiliki sensitifitas yang tinggi, dan kemudahan dalam pengaplikasian.
Desain proteksi diferensial penghantar, kriteria seting proteksi, serta koordinasi
relai diferensial penghantar dengan relai proteksi penghantar lain.

2.8.2 Prinsip Kerja Relai Diferensial Penghantar


Relai diferensial bekerja dengan menjumlahkan arus yang masuk dan arus
keluar pada daerah yang diproteksi. Relai differensial dapat diaplikasikan pada
setiap seksi rangkaian dan secara meluas digunakan untuk mendeteksi dan
memisahkan rangkaian saat terjadi gangguan internal pada motor, generator,
saluran udara atau saluran kabel, transformator dan busbar. Relai ini mendeteksi

33
gangguan dengan cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban lebih atau gangguan
diluar wilayah proteksinya. (IEEE Std 242-1986).

Gambar 2.8 Prinsip Kerja Skema Rele Differensial


Sumber : PT PLN Persero P3B Jawa-Bali

Dalam keadaan normal arus akan mengalir dari A ke B atau sebaliknya


tergantung pada kondisi pembangkitan dan beban di A maupun di B. Pada kondisi
normal ataupun terdapat gangguan di luar daerah pengamannannya, arus sekunder
Ip dan Is akan mempunyai nilai yang sama tetapi arah vector yang berlawanan :

→ →
Idiff = 𝐼𝑝-𝐼𝑠 = 0….……………………………………………………(2.16)

Dalam hal ini relai tidak bekerja karena tidak ada arus yang melalui relai.
Jika terjadi gangguan pada peralatan yang diamankan maka akan mengalir arus
gangguan menuju ke titik gangguan. Bila sebelum gangguan arus mengalir dari A
ke B, maka saat terjadi gangguan arus yang mengalir pada CT B berbalik 180
derajat, dengan demikian arus yang mengalir pada relai diferensial merupakan
penjumlahan vektor :

→ →
Idiff = 𝐼𝑝+𝐼𝑠 = 0………………………………………………………(2.17)

Dimana:

34
Id = Arus Diferensial (A)
Ip = Arus Sisi Masuk (A)
Is = Arus Sisi Keluar (A)

Karena adanya arus Id yang besar mengalir melaui relai diferensial, maka
relai tersebut akan bekerja. Pada umumnya relai diferensial arus sama dengan
relai diferensial lainnya yang membedakannya adalah daerah yang diamankan
cukup panjang sehingga disyaratkan beberapa hal sebagai berikut:

- Sarana komunikasi antara ujung-ujung saluran (kabel pilot, microwave,


fiber optic)
- Relai sejenis pada setiap ujung saluran
-

Gambar 2.9 Rele Differensial pada Saluran Transmisi


Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali

2.8.3 Kelebihan Line current differential


1. Tidak terpengaruh oleh swing pada sistem
2. Memiliki sensitifitas yang tinggi, khususnya pada gangguan high
resistant
3. Mudah dalam pengaplikasian
4. Tidak menimbulkan reversal fault current

2.8.4 Kekurangan Line current differential


1. Tergantung pada media komunikasi

35
2. Relatif mahal (investasi komunikasi)
3. Tidak fleksibel dalam hal penggantian relai (jika relai mengalami
kerusakan)

2.8.5 Persyaratan LCD


Hal yang penting dalam LCD
1. Memiliki parameter addressing
2. Minimum baud rate 64 kbps
3. Time communcationdelay tolerance 15 ms
4. Bit Error Rate (BER) adalah10^-6

2.8.6 Persyaratan saluran komunikasi untuk LCD


1. Channel availability
2. Sampelper cycle
3. Latency 5-10 ms (CIGRE JWG 34/35.11, Protection Using
Telecommunications,August2001)

2.8.7 Desain Relai Diferensial Penghantar


Dalam pemilihan jenis proteksi penghantar dibutuhkan pertimbangan agar
relai proteksi yang digunakan beroperasi dengan tepat dalam mengamankan
saluran transmisi. Kebutuhan akan relai proteksi penghantar dapat dibagi
berdasarkan jenis saluran maupun panjang penghantar yang digunakan. Sampai
saat ini, aplikasi relai diferensial penghantar di lingkup PT PLN (Persero) P3B
Jawa Bali dikhususkan pada penghantar pendek dan saluran kabel. Saluran
pendek menghasilkan perbedaan arus dan perbedaan drop tegangan yang kecil
antara kedua ujung saluran sehingga jarak antara kedua ujung saluran tidak jauh
berbeda. Penggunaan relai jarak untuk saluran pendek tidak selektif untuk
membedakan gangguan di dalam saluran karena faktor resistansi gangguan.
Penggunaan relai diferensial pada penghantar pendek bertujuan untuk
menanggulangi permasalahan selektifitas yang sulit dicapai apabila menggunakan
relai jarak.

2.8.8 Konfigurasi proteksi diferensial penghantar 150 kV dan 70 kV

36
CT yang digunakan untuk sistem proteksi penghantar harus mempunyai
core terpisah antara proteksi utama dan cadangan.89 Klas dan kapasitas (burdern)
CT untuk proteksi disesuaikan degan kebutuhan sistem proteksi yang
bersangkutan. Jumlah core terdiri atas 4 core CT yakni untuk proteksi utama,
proteksi cadangan, buspro dan busbar check zone. Untuk meter bukan transaksi
dapat ditap melalui auxiliary CT dari proteksi cadangan. Komponen Penyusun
Proteksi Differensial Penghantar 150 kV dan 70 kV Pada sistem tegangan 150 kV
dan 70 kV, proteksi relai diferensial penghantar digunakan pada SUTT saluran
pendek, yang terdiri atas:
1. Proteksi utama : relai diferensial penghantar
2. Proteksi cadangan : relai jarak dan relai arus lebih

Penggunaan relai relai jarak sebagai proteksi cadangan jauh penghantar


yang mencakup jangkauan zone-2 dan zone-3, sedangkan relai arus lebih sebagai
proteksi cadangan lokal dengan waktu tunda di atas waktu kerja zone 2 dengan
karakteristik standard inverse (SI). Relai jarak dan relai arus lebih dipasang
terpisah secara hardware dengan proteksi utama, atau dapat digabungkan pada
proteksi utama jika proteksi utama menggunakan dua hardware terpisah. Pada
SUTT 150kV dan 70kV dengan panjang saluran sedang dan saluran panjang tidak
ada batasan untuk pemakaian relai jarak, maka penggunaan proteksi relai
diferensial penghantar adalah optional. Konfigurasi proteksi diferensial
penghantar pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) di sistem 150 kV dan 70
kV Pada sistem tegangan 150kV dan 70 kV, proteksi relai diferensial penghantar
digunakan pada SKTT dengan panjang saluran pendek, saluran sedang dan
saluran panjang yang terdiri atas :
A. Opsi 1 Kondisi ideal
1. Proteksi Utama : relai diferensial penghantar
2. Proteksi Cadangan : relai jarak dan relai arus lebih

Penggunaan relai jarak sebagai remote backup, jika ada gangguan di


Gardu Induk di depan SKTT diharapkan waktu clearing time lebih cepat ( waktu
zone 2 : 0.4 – 0.8 detik).

37
B. Opsi 2 Kondisi minimum
1. Proteksi Utama : Relai diferensial penghantar
2. Proteksi Cadangan : Relai arus lebih

Kondisi ini tidak menyediakan relai jarak sebagai remote backup, dengan
pertimbangan kemungkinan terjadinya gangguan temporer 91 sangat kecil pada
SKTT, tetapi untuk kondisi ini clearing time lebih lambat dari opsi 1
(menggunakan remote backup relai jarak). Konfigurasi proteksi diferensial
penghantar pada proteksi saluran kombinasi SUTT dan SKTT atau saluran hybrid
Untuk saluran hybrid dengan panjang saluran pendek, saluran sedang dan saluran
panjang yang terdiri atas :

1. Proteksi utama : relai diferensial penghantar


2. Proteksi cadangan : relai jarak dan relai arus lebih

2.9 Setting Proteksi Relai Diferensial Penghantar


Peran saluran transmisi tegangan tinggi sangat penting sebagai backbone
sistem secara keseluruhan, oleh karena itu dibutuhkan sistem proteksi transmisi
yang selektif, sensitif dan dapat bekerja dengan cepat dalam mengamankan
gangguan. Untuk mencapai sensistifitas yang tinggi, relai dapat diseting agar
dapat mendeteksi semua gangguan pada transmisi atau diseting lebih sensitif,
dengan ini dependability sistem proteksi juga meningkat, tetapi hal ini dapat
menurunkan security sistem proteksi. Penurunan security dapat berdampak pada
tripnya relai pada saat ada kesalahan pada CT ketika gangguan eksternal yang
tinggi. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan pemilihan nilai
seting yang tepat agar sistem proteksi transmisi dapat bekerja selektif, sensitif dan
dapat bekerja dengan cepat dalam mengamankan gangguan. Berikut tipikal setting
relai diferensial penghantar:

A. Setting Relai Diferensial Arus


1. Seting arus pickup

38
Setting arus pickup atau I diff merupakan elemen setting relai diferensial
yang menentukan arus kerja minimum (pickup). Seting arus pickup untuk
gangguan fasa – fasa. Arus seting elemen diferensial harus lebih kecil dari arus
gangguan minimum yang mungkin terjadi, tetapi harus lebih besar dari arus
charging. Dalam implemenasi setting umumnya setting I diff sebagai berikut :

` ……………………………………………(2.18)
Dimana:
Ic : Arus charging ( Amp)
I diff : Arus pickup/ diferensial (Amp)
If min : Arus gangguan minimum (Amp)
In : Arus nominal relai (Amp)

2. Setting arus pickup untuk gangguan fasa – tanah


Elemen seting zero sequence diferensial (3I0) untuk mendeteksi arus
gangguan fasa – tanah dengan tahanan gangguan yang tinggi. Umumnya nilai
seting 3I0 antara 30 – 50 % dari arus gangguan minimum.

………………………………….(2.19)
Dimana:
If min : Arus gangguan minimum (Amp)
CT Rasio : Rasio CT (Amp)
3I0 : Zero sequence Diferensial (Amp)

Setting Idiff untuk gangguan fasa – tanah disesuaikan dengan rekomendasi


pabrikan.

3. Waktu kerja
Waktu kerja relai diferensial adalah instant

39
4. Setting Karakteristik relai
Untuk meningkatkan faktor security, relai diferensial dilengkapi dengan
karakteristik kurva kecuraman (slope). Daerah operasi relai berada di atas
slope karakterisitik kurvanya sedangkan daerah blok berada di bawahnya.

Gambar 2.10 Karakteristik relai diferensial

Karakteristik kerja relai diferensial umumnya terdiri atas dua slope yang
fungsinya sebagai berikut :
- Setting slope 1 untuk memastikan relai bekerja pada saat gangguan
internal dan mengantisipasi kesalahan perbandingan arus diferensial akibat
mismatch CT. Faktor kesalahan tersebut sebagai berikut :
- Kesalahan Transformator Arus : 10 %
Akurasi relai : 5 %
Faktor Keamanan : 5 %
Oleh karena itu seting slope 1 dipilih = 20 – 30 %
- Setting slope 2 untuk mengantisipasi kesalahan yang cukup besar pada CT
akibat kondisi saturasi saat terjadi arus gangguan eksternal yang cukup
besar. Seting slope 2 dipilih = 40 % - 80 %.

5. Setting Channel Propagation Delay


Relai diferensial penghantar teknologi baru pada dasarnya memiliki fungsi
yang sama dengan relai elektromekanik, hal mendasar yang membedakan

40
keduanya adalah link komunikasi yang digunakan. Pada relai diferensial jenis
numerik, data pengukuran dibuat dalam sample dan ditransmisikan melalui
media komunikasi digital dengan format digital, hal ini menyebabkan adanya
time delay pada masing – masing sisi. Time delay komunikasi tersebut dibaca
oleh relai proteksi sebagai pergeseran fasa pada sample arus antara relai lokal
dan remote. Besarnya pergeseran fasa tersebut sebanding dengan channel
delay.

6. Setting Relay Address


Untuk komunikasi relai diferensial penghantar menggunakan jalur routing
fiber optic, penentuan Relay address harus menjadi pertimbangan khusus.
Pemilihan Relay address yang tepat untuk menghindari mal operasi relai
diferensial khususnya relai diferensial dengan tipe yang sama dalam satu
routing komunikasi.

2.9.1 Pertimbangan Lain Terkait Sistem Proteksi Diferensial Penghantar


2.9.1.1 Media Komunikasi
Media komukasi yang digunakan sebagai berikut :
- PLC (Power Line Carrier) digunakan untuk relai jarak, directional
comparison Relay, phase comparison Relay.
- Fiber Optic digunakan untuk relai jarak, directional comparison Relay,
phase comparison Relay, current differential Relay.
- Microwave digunakan untuk relai jarak, directional comparison Relay,
phase comparison Relay, current differential Relay.
- Kabel Pilot digunakan untuk relai pilot diferensial.

Untuk komunikasi data digital antara kedua relai diferensial penghantar,


umumnya digunakan komunikasi fiber optic dengan koneksi direct optic (untuk
jarak dekat) atau menggunakan link optic komersial. Kecepatan koneksi normal
yang digunakan adalah di atas 64 kbit/s. Saat ini PLN sudah menggunakan
komunikasi untuk relai diferensial dengan media fiber optik Optical Ground Wire

41
(OPGW) atau All Dielectric Self Supporting (ADSS) dan kabel pilot, dimana
masing -masing mempunyai keunggulan dan kelemahan.

2.9.1.2 Konfigurasi jalur komunikasi relai diferensial arus pada sistem


150kV dan 70 kV
Untuk jaringan 150kV dan 70 kV jaringan telekomunikasi relai diferensial
arus melalui media fiber optic (OPGW) point-to-point, sementara untuk data dan
suara melalui media fiber optic (OPGW atau ADSS).

Gambar 2.11 Konfigurasi jalur komunikasi proteksi penghantar 150kV dan 70kV
Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali
Untuk sistem tegangan 150kV dan 70 kV dengan konfigurasi Double busbar,
tidak ada jalur komunikasi DTT, sementara untuk sistem tegangan 150kV dan 70
kV dengan konfigurasi satu setengah PMT, tersedia media komunikasi untuk
DTT, sebagai berikut :

Gambar 2.12 Konfigurasi jalur komunikasi proteksi penghantar 150kV dan 70kV dengan
konfigurasi busbar satu setengah PMT
Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali

2.9.1.3 Konfigurasi jalur komunikasi relai diferensial arus pada Gas


Insulation Substation (GIS)

Pada GIS di sistem tegangan 150 kV dan 70 kV desain komunikasi yang


digunakan seperti desain pada gardu induk konvensional kecuali penambahan
jalur komunikasi untuk DTT SF6-Low.

42
Gambar 2.14 Konfigurasi jalur komunikasi proteksi penghantar 150kV dan 70kV pada GIS
Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali

Gambar 2.15 Konfigurasi jalur komunikasi proteksi penghantar 1 50kV pada GIS dengan
konfigurasi busbar satu setengah PMT
Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali
2.9.1.4 Panel proteksi penghantar pada sistem tegangan 150kV dan 70 kV

Gambar 2.16 Panel proteksi penghantar pada sistem tegangan 150 kV dan 70 Kv

Untuk relai autorecloser dapat dipasang di dalam relai pengaman utama


atau terpasang terpisah dari relai pengaman utama dan diletakkan pada panel yang
sama.

43
Software ETAP (Electric Transient and Analysis Program)

ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan suatu perangkat


lunak yang mendukung sistem tenaga listrik. Perangkat ini mampu bekerja dalam
keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-
time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang
terdapat di dalamnya pun bermacam-macam antara lain fitur yang digunakan
untuk menganalisa pembangkitan tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem
distribusi tenaga listrik.ETAP ini awalnya dibuat dan dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas kearnanan fasiitas nuklir di Arnerika Serikat yang
selanjutnya dikembangkan menjadi sistem monitor manajemen energi secara real
time, simulasi, kontrol, dan optimasi sistem tenaga listrik, (Awaluddin, 2007).
ETAP dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik dalam bentuk
diagram satu garis (one line diagram) dan jalur sistem pentanahan untuk berbagai
bentuk analisis, antara lain: aiiran daya, hubung singkat, starting motor, trancient
stability, koordinasi relay proteksi dan sistem harmonisasi. Proyek sistem tenaga
listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian yang dapat diedit langsung dari
diagram satu garis dan atau jalur sistem pentanahan. Untuk kemudahan hasil
perhitungan analisis dapat ditampilkan pada diagram satu garis.

Etap Power Station memungkinkan anda untuk bekerja secara langsung


dengan tampilan gambar single line diagram/diagram satu garis . Program ini
dirancang sesuai dengan tiga konsep utama:

1. Virtual Reality Operasi


Sistem operational yang ada pada program sangat mirip dengan sistem operasi
pada kondisi real nya. Misalnya, ketika Anda membuka atau menutup sebuah
sirkuit breaker, menempatkan suatu elemen pada sistem, mengubah status operasi
suatu motor, dan utnuk kondisi de-energized pada suatu elemen dan sub-elemen
sistem ditunjukkan pada gambar single line diagram dengan warna abu-abu.

2. Total Integration Data


Etap Power Station menggabungkan informasi sistem elektrikal, sistem logika,
sistem mekanik, dan data fisik dari suatu elemen yang dimasukkan dalam sistem
database yang sama. Misalnya, untuk elemen subuah kabel, tidak hanya berisikan
data kelistrikan dan tentang dimensi fisik nya, tapi juga memberikan informasi
melalui raceways yang di lewati oleh kabel tersebut. Dengan demikian, data untuk
satu kabel dapat digunakan untuk dalam menganalisa aliran beban (load flow
analysis) dan analisa hubung singkat (short-circuit analysis) -yang membutuhkan
parameter listrik dan parameter koneksi- serta perhitungan ampacity derating
suatu kabel -yang memerlukan data fisik routing-.

3. Simplicity in Data Entry

44
Etap Power Station memiliki data yang detail untuk setiap elemen yang
digunakan. Dengan menggunakan editor data, dapat mempercepat proses entri
data suatu elemen. Data-data yang ada pada program ini telah di masukkan sesuai
dengan data-data yang ada di lapangan untuk berbagai jenis analisa atau desain.

ETAP Power Station dapat melakukan penggambaran single line diagram secara
grafis dan mengadakan beberapa analisa/studi yakni Load Flow (aliran daya),
Short Circuit (hubung singkat), motor starting, harmonisa, transient stability,
protective device coordination, dan cable derating. ETAP PowerStation juga
menyediakan fasilitas Library yang akan mempermudah desain suatu sistem
kelistrikan. Library ini dapat diedit atau dapat ditambahkan dengan informasi
peralatan bila perlu.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan ETAP PowerStation
adalah :

• One Line Diagram, menunjukkan hubungan antar komponen/peralatan listrik


sehingga membentuk suatu sistem kelistrikan.
• Library, informasi mengenai semua peralatan yang akan dipakai dalam sistem
kelistrikan. Data elektris maupun mekanis dari peralatan yang detail/lengkap
dapat mempermudah dan memperbaiki hasil simulasi/analisa.
• Standar yang dipakai, biasanya mengacu pada standar IEC atau ANSII,
frekuensi sistem dan metode – metode yang dipakai.
• Study Case, berisikan parameter – parameter yang berhubungan dengan metode
studi yang akan dilakukan dan format hasil analisa.

45
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Tempat pelaksana penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) APP Bali
Gardu Induk Kapal dan dilaksanakan dari bulan April 2018 untuk mendapatan
data-data yang diperlukan dalam menulis Tugas Akhir ini.

3.2 Data Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan data-data yang mendukung
pelaksanaan dari proses penelitian yang dilakukan. Adapun hal-hal yang
menyangkut data-data tersebut adalah sumber data, jenis data, dan metode
pengumpulan data.

46
3.2.1 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam pembahasan usulan tugas akhir ini berupa data
sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) APP Bali Gardu Induk Kapal dan
studi literatur yang berkaitan dengan pembahasan.

3.2.2 Jenis Data Penelitian


Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari PT. PLN (Persero) APP Bali Gardu Induk Kapal, antara lain :
1. Data Single line diagram GIS Pesanggaran- GI Nusa Dua
2. Data penghantar sistem SKTT Bali GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua
3. Data nilai CT yang terpasang.
4. Data panjang saluran kabel GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua.
5. Data parameter rele differensial
6. Jenis dan merk rele differensial yang digunakan pada GIS Pesanggaran – GI
Nusa Dua.

47
3.2.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan tugas akhir ini yang digunakan
adalah berdasarkan metode-metode sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode pengumpulan data-data teknis saluran transmisi 150kV Bali, data teknis
saluran di GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua dan menentukan nilai setting rele
differensial, yang didapat dari PT. PLN (Persero) APP Bali Gardu Induk Kapal.
2. Penelaahan Kepustakaan
Penelaahan kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan sistem proteksi rele
differensial pada sistem Saluran Kabel Tengangan Tinggi 150 kV GIS
Pesanggaran–GI Nusa Dua.
3. Metode menggunakan Aplikasi ETAP
Metode ini digunakan untuk membuat skema saat kondisi gangguan hubungan
singkat dan saat kondisi normal

3.3 Tahapan Penelitian


Beberapa tahapan penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data yang
akan diperoses didalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan surat untuk memperoleh data di PT. PLN (Persero) APP Bali Gardu
Induk Kapal.
2. Memperoleh persetujuan dari Pimpinan PT. PLN (Persero) APP Gardu Induk
Kapal dan memulai proses pengambilan data-data yang diperlukan.
3. Mengumpulkan data-data tentang setting rele differensial, data kabel SKTT,
single line diagram GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua
4. Konsultasi di kantor PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Proyek Jaringan Jawa
Bagian Timur dan Bali 3 mengenai perencanaan pemasangan Saluran Kabel
Tegangan Tinggi 150 KV di GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua.

48
3.4 Analisis Data
Analisa dalam penelitian tugas akhir ini dilakukan dalam beberapa tahapan
sebagai berikut :
1. Metode pengumpulan data-data Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150 kV, Data
penghantar sistem SKTT 150 kV Bali yang akan terhubung dengan GIS
Pesanggaran – GI Nusa Dua.
2. Perhitungan nilai CT yang terpasang.
3. Analisa besar arus hubung singkat GIS Pesanggaran–GI Nusa Dua dengan
menggunakan software ETAP 12.6.0 dan perhitungan analisa saat pengoperasian
SKTT pada GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua
4. Perhitungan menentukan nilai setting rele differensial untuk area pengaman pada
Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150 KV GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua
menggunakan perhitungan analisa.
5. Menampilkan hasil simulator dan perhitungan nilai setting rele differensial zone
pengaman pada GIS Pesanggaran–GI Nusa Dua

49
3.5 Alur Analisis
Alur analisis (flowchart) yang digunakan dalam penulisan usulan tugas akhir
ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

Mulai

1. Data Single line diagram GIS Pesanggaran- GI


Nusa Dua
2. Data penghantar sistem SKTT Bali GIS
Pesanggaran – GI Nusa Dua
3. Data nilai CT yang terpasang.
4. Jenis karakteristik rele differensial yang digunakan
pada GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua.

Analisis gangguan hubung singkat pada sistem transmisi SKTT 150 kV GIS
Pesanggaran-GI Nusa Dua menggunakan software ETAP 12.6.0

Perhitungan setting rele differensial pada zone proteksi GIS Pesanggaran-


GI Nusa Dua

Hasil nilai dari setting rele differensial di zone pengaman SKTT 150 KV
GIS Pesanggaran-GI Nusa Dua

Analisis hasil setting rele differensial di zone pengaman SKTT 150 KV GIS
Pesanggaran-GI Nusa Dua menggunakan software ETAP 12.6.0

Selesai

Gambar 3.1 Alur analisis penulisan usulan tugas akhir

50

Anda mungkin juga menyukai