1404405043
Usulan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Tanggal :
ii
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
MENYETUJUI
Wayan Gede Ariastina, ST., M.Eng.Sc., Ph.D. Anak Agung Ngurah Amrita, ST., MT.
NIP : 196904131994121001 NIP : 196807171995031001
iii
KATA PENGANTAR
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................Error! Bookmark not defined.
3.2 Data ...............................................................Error! Bookmark not defined.
3.2.1 Sumber Data .............................................Error! Bookmark not defined.
3.2.2 Jenis Data .................................................Error! Bookmark not defined.
3.3 Analisis Data .................................................Error! Bookmark not defined.
3.3.1 Alur Analisis ............................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ........................................................Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN.......................................................................Error! Bookmark not defined.
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema prinsip kerja PLTDG ..........................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.2 Generator PLTDG ..........................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.3 Kurva input-output ideal suatu steam generator (Wood dan Wollenberg,
1984) ..................................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.4 Pembangkit termal N yang melayani beban Pload ......... Error! Bookmark not
defined.
vii
DAFTIAR SINGKATAN DAN LAMBANG
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
perancangan saluran kabel tegangan tinggi yang nantinya digunakan dalam proses
penyaluran energi listrik. .
Sistem proteksi merupakan bagian penting dalam sebuah sistem kelistrikan
yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan
bagian dari sistem proteksi yang berfungsi sebagai pengaman alat maupun
pengaman sistem lainnya. Sebelumnya, sistem proteksi saluran kabel tegangan
tinggi yang lama menggunakan sistem proteksi rele jarak sebagai pengaman
saluran transmisi. Sedangkan pemasangan yang baru menggunakan sistem
proteksi rele differensial, sehingga memiliki perbedaan diantara kabel lama dan
baru dalam sistem proteksi. Setting rele differensial perlu dilakukan karena
adanya pemasangan saluran baru, guna meningkatkan stabilitas dan keandalan
sistem. Penggunaan rele differensial biasanya digunakan sebagai pengaman utama
(main protection) pada trafo, generator, gardu induk 500 KV dan saluran
transmisi. Namun, differential relay digunakan sebegai main protection pada
saluran transmisi kabel bawah tanah dan tidak bisa digunakan sebagai pengaman
cadangan. Hal ini disebabkan, karena SKTT merupakan saluran penghantar
pendek dan sehingga rele differensial lebih tepat, cepat dan selektif dalam
mengatasi gangguan yang terjadi dengan bantuan Fiber Optic sebagai komunikasi
antar rele.
Prinsip kerjanya berdasarkan keseimbangan (balance) dengan
membandingkan arus antara sisi local dan sisi remote (antar kedua GI). Sistem
bekerja dengan menjumlahkan arus yang masuk dan keluar pada daerah yang
diproteksi dalam kondisi normal. Arus yang mengalir melalui peralatan listrik
yang di proteksi bersirkulasi melalui loop pada kedua sisi di daerah kerja
differential relay tersebut. Differential relay dapat mendeteksi gangguan dengan
cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban lebih, tidak perlu koordinasi dengan
pengaman lainnya (instant) atau gangguan diluar wilayah proteksinya
(IEEEStd242-1986). Differential relay memanfaatkan saluran komunikasi digital
dengan menggunakan kabel Fiber Optic (FO) untuk memberikan sinyal atau
informasi apabila terjadi gangguan pada sistem dengan jointing antara konduktor
kabel XLPE dengan konduktor kabel Fiber Optic (FO), sehingga rele akan
2
bekerja ketika ada infomasi yang diterima (IEEE C37.94. Manfaat sistem proteksi
dan relai-relai pengaman adalah agar pemutus-pemutus daya yang tepat
dioperasikan supaya hanya bagian yang terganggu saja yang dipisahkan
secepatnya dari sistem, sehingga kerusakan peralatan listrik yang disebabkan oleh
gangguan menjadi sekecil mungkin.
Permasalahan penelitian yang dilakukan, yaitu bagaimana menentukan
sistem proteksi yang baik pada saluran kabel tegagan tinggi 150 KV, guna
menghindari dan mengatasi terjadinya gangguan hubung singkat, seperti antar
fase (3 fase atau 2 fase) atau 1 fase ketanah. Karena besarnya arus gangguan yang
terjadi akan menimbulkan panas pada kabel dan akan menyebabkan kegagalan
isolasi dan gangguan konduktor putus yang sifatnya permanen. Hal ini akan
menyebabkan kemampuan daya hantar kabel menurun dan rusak. Sehingag
kerusakan yang berisifat permanen ini akan membutuhkan waktu pemeliharaan
yang cukup lama dan akan menyebabkan pemutusan atau gangguan pada
konsumen. Karena kabel asset yang relatif mahal dan sulitnya menentukan titik
gangguan, Oleh sebab itu, dibutuhkan sistem proteksi pada saluran kabel tegangan
tinggi 150 KV yang tepat, yaitu menggunakan Line Current Differential Relay.
Sehingga kemampuan daya hantar dari saluran kabel tetap terjaga kehandalannya.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka pada penelitian ini mengangkat judul
“Studi Sistem Proteksi Menggunakan Line Current Differential Relay Pada
Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV”. Pada penelitian ini dilakukan
di GIS Pesanggaran-GI Nusa Dua dengan melakukan simulator arus gangguan
menggunakan ETAP (Electric Transient and Analysis Program), baik itu
gangguan fasa ke fasa ataupun fasa to ground dan akan memberikan perintah trip
kepada Circuit Breaker (CB) yang dibatasi kedua Current Transformator (CT)
antar GI dengan Fiber Optic (FO) sebagai alat komunikasi antar rele dari kedua
sisi. Oleh karena itu, differential relay perlu dilakukan setting yang tepat agar
memberikan keandalan pada sistem proteksi penghatar. Dalam mewujudkan
sistem tenaga listrik yang lebih terjamin dalam hal keamanan dan kehandalan
sehingga tidak membahayakan manusia dan lingkungannya, serta memperkecil
resiko kerusakan pada sistem peralatan listrik.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam
penelitian studi sistem proteksi menggunakan Relay Differential pada saluran
kabel tegangan tinggi (SKTT) 150 KV sebagai berilut :
1. Berapa besar arus hubung singkat ketika terjadi gangguan pada
Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV menggunakan
software ETAP 12.6.0 ?
2. Berapa hasil nilai setting differential relay yang tepat pada sistem
proteksi Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV ?
4
1.5 Batasan Masalah
Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan, agar lebih mengarahkan
pokok pembahasan dalam penelitian Studi Sistem Proteksi Menggunakan
Differential Relay Pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 150 KV, maka
penulis membuat batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada sistem transmisi Saluran Kabel Tegangan
Tinggi (SKTT) 150 KV GIS Pesanggaran GI Nusa Dua.
2. Penelitian ini hanya membahas tentang sistem proteksi differential relay
pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) 150 KV sebagai main
protection.
3. Penelitian anlisis hasil setting differential relay pada saluran kabel
tegangan tinggi (SKTT) 150 KV menggunakan software ETAP 12.6.0.
4. Tidak membahas detail Fiber Optic (FO).
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Nama
No. Judul Metode Hasil
Penulis
1 Ulul Analisi Proteksi Rele Metode Hasil Akhir dalam
Fauzan Differensial Trafo analisa penilitian ini adalah
Irohman Gardu Induk perhitungan menetukan nilai setting
(2017) Konsumen Tegangan rele differensial pada trafo
Tinggi di Gardu Induk dengan hasil studi
Semen Merah Putih perhitungan
Rembang
6
Fitriani Rele Differensial analisa penilitian ini adalah
(2017) Sebagai Sistem perhitungan menentukan arus nominal
Proteksi trafo dan nilai setting rele
Transformator Daya differensial
16 MVA di Gardu
Induk Jajar
Demetrios Metode Hasil Akhir dalam
A.Tziouva Protection of High- observasi penilitian ini adalah
3
ras Voltage AC Cables dan studi tentang skema sistem
(2016) literatur proteksi UGC
D. A. Hasil Akhir dalam
Protection of Mixed Metode
Tziouvara penilitian ini adalah skema
Overhead and observasi
4 s and J. penggabungan antara
Underground Cable dan studi
Needs overhead line dan cable
Lines literatur
(2014) line
7
bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih
sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar.
8
Gambar 2.2 Sistem Proteksi
Sumber : PT PLN (Persero) P3B
2.2.3.2 Andal
Rele akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan tidak akan bekerja
bila tidak diperlukan (security). Dalam keadaan normal atau sistem yang tidak
pernah terganggu relai proteksi tidak bekerja selama berbulan-bulan mungkin
bertahun-tahun, tetapi relai proteksi bila diperlukan harus dan pasti dapat bekerja,
9
sebab apabila relai gagal bekerja dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah
pada peralatan yang diamankan atau mengakibatkan bekerjanya relai lai sehingga
daerah itu mengalami pemadaman yang lebih luas. Untuk tetap menjaga
keandalannya, maka relai proteksi harus dilakukan pengujian secara periodik.
2.2.3.3 Selektif
Rele mampu memisahkan jaringan yang terganggu saja. Selektivitas dari
relai proteksi adalah suatu kualitas kecermatan pemilihan dalam mengadakan
pengamanan. Bagian yang terbuka dari suatu sistem oleh karena terjadinya
gangguan harus sekecil mungkin, sehingga daerah yang terputus menjadi lebih
kecil. Relai proteksi hanya akan bekerja selama kondisi tidak normal atau
gangguan yang terjadi di daerah pengamanannya dan tidak akan bekerja pada
kondisi normal atau pada keadaan gangguan yang terjadi di luar daerah
pengamanannya.
2.2.3.4 Cepat
Rele mampu bekerja secepat-cepatnya. Makin cepat relai proteksi bekerja,
tidak hanya dapat memperkecil kemungkinan akibat gangguan, tetapi dapat
memperkecil kemungkinan meluasnya akibat yang ditimbulkan oleh gangguan.
Jaringan tenaga listrik yang terganggu harus dapat segera diketahui dan
dipisahkan dari bagian jaringan lainnya secepat mungkin dengan maksud agar
kerugian yang lebih besar dapat dihindarkan. Gangguan pada sistem tenaga listrik
dapat terjadi di sisi pembangkit, jaringan dan distribusi.
10
3. Mempersempit daerah yang terganggu sehingga gangguan tidak
melebar pada sistem yang lebih luas.
4. Memberikan pelayanan tenaga listrik dengan keandalan dan mutu tinggi
kepada konsumen.
5. Mengamankan manusia dari bahaya yang ditimbulkan oleh tenaga
listrik.
11
Untuk mencapai hal ini, sistem tenaga listrik dibagi menjadi daerah-daerah (zona)
pengaman seperti terlihat pada gambar 2.3 berikut ini
12
Gambar 2.4 Jalur Kabel SKTT 150 KV Gis Pesanggaran-Nusa Dua
Sumber: PT PLN APP Bali 2016
13
2.3.3 Tujuan Saluran Transmisi menggunakan kabel bawah tanah, dengan
beberapa pertimbangan :
Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan
banyak gedung-gedung tinggi.
ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena
sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
Pertimbangan keamanan dan estetika.
Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Konstruksi dan Material yang dipakai pada Kabel Tanah Kabel tanah
sebenarnya berfungsi sama seperti konduktor lainnya hanya saja konstruksi dan
material yang dipakai yang dipakai untuk melapisi inti (penghantar) berbeda
dengan kabel pada umumnya. Konstruksi kabel tanah dapat dilihat pada gambar
2.5. Gangguan dan Klasifikasi Gangguan pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan
pada sistem kelistrikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak
berjalan dengan normal yang mengakibatkan aliran arus listrik menjadi terganggu
14
ataupun tidak seimbang dari sistem tenaga listrik. Tujuan dilakukan analisan
gangguan adalah:
-
- Gambar 2.5 Bagian Kabel SKTT 150 KV
- Sumber: Demetrios A. Tziouvaras 2016
A. Saluran Transmisi ditinjau dari panjang saluran
Saluran transmisi ditinjau dari panjang salurannya terbagi menjadi tiga, yaitu
saluran pendek, saluran menengah dan saluran panjang. Saluran Pendek (< 80 km)
Disebut saluran pendek apabila unsur kapasitansi dan konduktansi ke tanah bisa
diabaikan karena relative kecil. Diagram pengganti saluran pendek terlihat pada
Gambar 1.
15
2.4 Gangguan Sistem dan Non Sistem
2.4.1 Gangguan Sistem
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik
(sisi primer) seperti pada generator, transformator, SUTT, SKTT dan lain
sebagainya. Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen
dan gangguan temporer. Gangguan temporer adalah gangguan yang hilang dengan
sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash
over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali,
secara manual atau otomatis dengan Auto Recloser. Gangguan permanen adalah
gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan
diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus. Gangguan sistem dapat
bersifat controllable (dalam pengendalian O&M) dan uncontrollable (diluar
pengendalian O&M). Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem
tenaga listrik seperti pada generator, trafo, SUTT, SKTT dan lain sebagainya.
Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan permanen dan
gangguan temporer. Gangguan temporer adalah gangguan yang hilang dengan
sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran petir yang menyebabkan flash
over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali,
secara manual atau otomatis dengan AutoRecloser. Gangguan permanen adalah
gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan
diperlukan perbaikan, misalnya kawat SUTT putus.
16
- Kabel kontrol terhubung singkat,
- Interferensi / induksi pada kabel kontrol.
17
yang putus atau juga petir dan proses switching (manuver jaringan) yang
menimbulkan tegangan berlebih yang bisa menyebabkan terjadinya flashover
pada isolator. Karena begitu banyaknya kemungkinan gangguan hubung singkat
yang mungkin mengakibatkan kerusakan pada peralatan, maka perlu dilakukan
analisa hubung singkat dengan tujuan sebagai berikut :
1. Untuk menentukan kemampuan memutus (breaking capacity) dari
suatu alat pengaman (CB)
2. Untuk menentukan setting rele pengaman yang harus dipasang agar
peralatan pengaman tersebut bekerja secara optimal.
Gangguan tidak simetris pada saluran transmisi tiga fasa dapat disebabkan oleh
hubung singkat, perbedaan impedansi akibat pembebanan yang tidak sama, dan
penghantar terbuka (open circuit).
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o, dan
2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya,
terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar 120o, dan
3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama besarnya dan
18
2.5.3 Gangguan Berdasarkan kesimetrisan
A. Gangguan asimetris, merupakan gangguan yang mengakibatkan tegangan
dan arus yang mengalir pada setiap fasanya menjadi tidak seimbang,
gangguan ini terdiri dari:
Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
disebabkan karena salah satu fasa terhubung singkat ke tanah atau
ground.
Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa, yakni gangguan yang disebabkan
karena fasa dan fasa antar kedua fasa terhubung singkat dan tidak
terhubung ke tanah.
Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
terjadi ketika kedua fasa terhubung singkat ke tanah.
B. Gangguan simetris,
Merupakan gangguan yang terjadi pada semua fasanya sehingga arus
maupun tegangan setiap fasanya tetap seimbang setelah gangguan terjadi.
Gangguan ini terdiri dari:
Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa, yakni gangguan yang terjadi
ketika ketiga fasa saling terhubung singkat.
Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ke Tanah, yakni gangguan yang
terjadi ketika ketiga fasa terhubung singkat ke tanah. Semua gangguan
hubung singkat diatas, arus gangguannya dihitung dengan
menggunakan rumus dasar yaitu :
𝑉
I= ……………………………………………………….
𝑍
Dimana :
I = Arus (A)
V = Tegangan sumber (V)
Z = Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh impedansi di
dalam jaringan dari sumber tegangan sampai titik gangguan
(Ohm)
19
Gangguan hubung singkat tiga fasa, dua fasa dan satu fasa ke tanah adalah
impedansi yang terbentuk sesuai dengan macam gangguan itu sendiri, dan
tegangan yang memasok arus ke titik gangguan. Impedansi yang terbentuk dapat
ditunjukkan seperti berikut :
Gambar 2.1 Gangguan hubung singkat dua fasa atau fasa ke fasa
20
Rumus yang dapat digunakan dalam menghitung arus hubung singkat dua fasa yaitu
𝑉𝑓
I2fasa =
𝑍1+𝑍2
Dimana :
Vf : Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan (V)
Z1 : Impedansi urutan positif dilihat dari titik gangguan (Ω)
Z2 : Impedansi urutan positif negatif dilihat dari titik gangguan (Ω)
Untuk mencari nilai dari arus hubung singkat dua fasa ke tanah dapat
menggunakan rumus dibawah ini :
𝑉𝑓
I2 fasa ke tanah = 𝑧2.𝑧0
𝑧1+𝑧2+𝑧0
Dimana :
Vf : Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan (V)
Z0 : Impedansi urutan nol dilihat dari titik gangguan (Ω)
Z1 : Impedansi urutan positif dilihatdari titik gangguan (Ω)
21
2.5.6 Hubung singkat tiga fasa
Gangguan hubung singkat tiga fasa termasuk dalam klasifikasi gangguan
simetris, dimana arus maupun tegangan stiap fasanya tetap seimbang setelah gangguan
terjadi. Sehingga pada sistem seperti ini dapat dianalisa hanya dengan menggunakan
urutan positif saja. Gangguan hubung singkat tiga fasa dapat dilihat seperti pada gambar
dibawah ini :
Untuk mencari nilai arus hubung singkat pada gangguan hubung singkat tiga fasa
ini dapat dicari dengan menggunakan rumus :
𝑉𝑓
I3 fasa =
𝑍1
Dimana :
Vf : Tegangan di titik gangguan sesaat sebelum terjadinya gangguan (V)
Z1 : Impedansi urutan positif dilihatdari titik gangguan (Ω)
22
2.5.8 Hubung singkat satu fasa ke tanah
Gangguan yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik merupakan
gangguan asimetris sehingga memerlukan metode komponen simetris untuk
menganalisa tegangan dan arus pada saat terjadi gangguan. Gangguan yang terjadi
dapat dianalisa dengan menghubung-singkatkan semua sumber tegangan yang ada
pada sistem dan mengganti titik (node) gangguan dengan sebuah sumber tegangan
yang besarnya sama dengan tegangan sesaat sebelum terjadinya gangguan di titik
gangguan tersebut. Dengan menggunakan metode ini sistem tiga fasa tidak
seimbang dapat direpresentasikan dengan menggunakan teori komponen simetris
yaitu berdasarkan komponen urutan positif, komponen urutan negatif, dan
komponen urutan nol. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah dapat ditunjukkan
seperti pada gambar dibawah ini
Rumus dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya arus gangguan hubung
singkat satu fasa ke tanah s menggunakan rumus
3 𝑋 𝑉𝑝ℎ
I1 fasa ke tanah =
𝑍1𝑒𝑞+𝑍2𝑒𝑞+𝑍0𝑒𝑞
Dimana :
23
2.6 Impedansi Saluran
Pada sistem tenaga listrik ada beberapa parameter yang digunakan untuk
menghitung atau mencari nilai dari impedansi (Z) saluran, yaitu nilai resistansi
(R) dan reaktansi (X) dimana nilai dari reaktansi bisa didapat dari 2 parameter
juga yaitu nilai kapasitansi dan induktansi. Oleh karena itu, impedansi dapat
dijabarkan dalam persamaan 1.
Z = R + jX (Ω) (1)……………………………………………………(2.4)
Rumus untuk mencari nilai resistansi dari suatu penghantar dijelaskan pada persamaan
2.6.
ℓ
R=𝜌 ……………………………………………………………...(2.6)
𝐴
Dimana:
𝜌 = resistivitas penghantar
ℓ = panjang
A = luas penampang
…………………………………………………………...(2.7)
………………………………………………………..(2.8)
24
Dimana,
XL = reaktansi induktif (Ω)
f = frekuensi (Hz)
XC = reaktansi kapasitif (Ω)
L = induktansi (H)
ω = 2 π f = kecepatan sudut
C = kapasitansi (F)
25
Dari uraian tersebut diatas maka switchgear berfungsi sebagai berikut :
Saat kondisi normal
1. Menghubungkan rangkaian listrik
2. Membaca parameter listrik
3. Mengatur penyaluran listrik
4. Mendeteksi parameter listrik
Circuit Breaker (CB) merupakan suatau alat listrik yang berfungsi untuk
melindungi sistem tenaga listrik apabila terjadi kesalahan atau gangguan pada
sistem tersebut, terjadinya kesalahan pada sistem akan menimbulkan berbagai
efek seperti efek termis, efek magnetis dan dinamis stability. Fungsi utamanya
adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu rangkaian listrik dalam kondisi
berbeban, serta mampu membuka atau menutup saat terjadi arus gangguan (
hubung singkat ) pada jaringan atau peralatann lain.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu Circuit Breaker (CB) agar dapat
melakukan hal-hal diatas, adalah sebagai berikut :
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus menerus.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun
terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu
sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, sehingga tidak
membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu
sendiri.
26
Setiap Circuit Breaker dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam rancangan suatu CB, yaitu :
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu
akan dipasang. Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum continue yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus
ini tergantung pada arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban
dimana pemutus daya tersebut terpasang.
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini
berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.
5.Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain
disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
27
CT (Current Transformer) merupakan trafo yang menghasilkan arus di
sekunder dimana besarnya sesuai dengan ratio dan arus primernya. CT umumnya
terdiri dari sebuah inti besi yang dililiti oleh konduktor kawat tembaga. CT
(Current Transformer) itu sendiri dalam penggunaannya dapat digunakan sebagai
pengukuran arus, pengukuran daya dan energi, dan sebagai sistem proteksi rele.
Tetapi dalam penelitian ini, CT (Current Transformer) lebih digunakan sebagai
pengukuran arus. Dalam penggunaannya di lapangan, CT (Current Transformer)
lebih digunakan secara analog. Pada pembacaan analog, tidak semua orang awam
dapat mengerti dalam pembacaannya. Terlebih lagi terdapat skala untuk
menentukan berapa besaran yang terbaca. Dengan seiring kemajuan teknologi
masa kini, dalam penelitian ini CT (Current Transformer) yang bekerja secara
analog dalam pembacaannya dikonversikan menjadi tampilan digital. Tampilan
secara digital memiliki kelebihan antara lain mudah dalam pembacaan dan lebih
mudah dalam penggembangan penggunaannya karena datanya sudah dalam
bentuk digital.
28
transformator arus sama dengan transformator daya. Jika pada kumparan primer
mengalir arus I1, maka pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet sebesar
N1.I1.Gaya gerak magnet ini memproduksi fluks pada inti, kemudian
membangkitkan gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder. Jika terminal
kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir arus I2,
arus ini menimbulkan gaya gerak magnet N1.I1 pada kumparan sekunder.
………………………………………………………...(2.10)
Inominal
Dimana:
In = Arus Nominal (A)
S = Daya tersalur (MVA)
V = Tegangan pada sisi primer dan sekunder (Kv)
29
In atau arus nominal merupakan arus yang mengalir pada masing-masing
jaringan (tegangan tinggi dan tegangan rendah).
……………………………………………………………….(2.14)
…………………………………………………………....(2.15)
Dengan :
Slope1 : Setting kecuraman 1
Slope2 : Setting kecuraman 2
Id : Arus Differensial (A)
Ir : Arus Restrain (A)
30
Hasilnya tergambar dalam skema proteksi sederhana dengan tingkat sensitifitas
yang tinggi dan kecepatan, keserentakan, melakukan trippingpada kedua jalur
dengan tingkat tinggi. Perbedaan skema tidak dipengaruhi oleh efek eksternal
seperti faults, load dan power swings. Perbedaan arus dapat dihitung dengan
metode yang berbeda seperti :1.Magnitude Comparison2.Phase Comparison
3.Phasor Comparison (magnitude and angle)4.Charge Comparison5.Combination
of theseTanpa memperhatikan metode yang digunakan, semua linedifferential
relaysberoperasi pada arus yang berbeda yang dibandingkan antara arus
yang masuk dengan arus yang keluar. Untuk kesalahan internal, arus akan
mengalir pada kedua line.Arus
27local ILakan secara praktis berada dalam fasa dengan arus remoteIR. Perbedaan
fasa kecil antara dua arus disebabkan karena perbedaan derajat sumber pada
localdan remote end. Untuk kesalahan eksternal atau load, arus akan mengalir
pada satu terminal dan keluar pada terminal lainnya. Arus lokal ILakan
180oout of phasedengan arus remoteIRdan besarnya akan sebgaian besar sama,
yang membedakan hanya dari kesalahan pengukuran transformer.
Rumus menghitung beban total: Bt = B.Ln
Dimana:
Bt = beban total
B = beban
Ln = panjang kabel
1
Rumus menghitung reaktansi capasitas : Xc = Bt
Dimana Xc : reaktansi
31
Bekerja seketika.-Tidak perlu dikoordinasikan dengan pengaman lain.-Merupakan
pengaman utama dan tidak berlaku sebagai pengaman cadangan.
28 Prinsip pengukuran Line Current Differentialadalah Circulating
Currentatau Balanced Voltage. Karena ujung-ujung saluran transmisi
dipisahkan oleh jarak yang jauh maka masing-masing sisi dihubungkan dengan
:-kabel pilot-saluran telekomunikasi : microwave, fiber optic
Tanpa gangguan atau gangguan eksternal IA+ IB = 0
Keadaan gangguan internal IA+IB ≠ 0 (IF)
𝐾𝑉 103
Rumus menghitung arus charging primary : Ic =
√3 𝑋𝑐
Dimana :
Ic = arus charging
Kv =
tegangan
nominal
Xc = reaktans
𝐼𝑐
Rumus menghitung arus charging secondary Ics = 𝐶𝑇
Dimana :
Ics = arus charging sekunder
Ic = arus charging
CT
= trafo arus
Fiber Optic
32
relay B, arus akan di alirkan dari transmitter relay B ke receiver relay A.Arus
yang mengalir pada (1) berupa arus analog, sedangkan arus yang mengalir
pada (2) berupa arus digital. Dalam analog arus akan dijumlah
berdasarkan polaritas arus
2.8 Rele Differensial
2.8.1 Relai Differensial Penghantar
Relay differensial merupakan suatu Relay yang prinsip kerjanya berdasarkan
kesimbangan (balance), yang membandingkan arus-arus sekunder transformator
arus (CT) terpasang pada terminal-terminal peralatan atau instalasi listrik yang
diamankan. Penggunaan Relay differensial sebagai Relay pengaman, antara lain
pada generator, transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relay
differensial digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada
transformator daya yang berguna untuk mengamankan belitan transformator bila
terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat selektif dan sistem kerjanya sangat cepat.
Penggunaan relai diferensial penghantar sebagai proteksi transmisi saat ini bukan
lagi proteksi yang bernilai mahal dibandingkan dengan penggunaan relai jarak
sebagai pengaman utama. Penggunaan relai diferensial penghantar pada beberapa
utility bukan hanya untuk penghantar pendek, juga digunakan pada penghantar
sedang maupun pada penghantar panjang. Penggunaan relai diferensial
penghantar semakin meluas karena proteksi relai diferensial penghantar tidak
terpengaruh oleh pengaruh eksternal seperti SIR, perubahan beban, swing pada
sistem, memiliki sensitifitas yang tinggi, dan kemudahan dalam pengaplikasian.
Desain proteksi diferensial penghantar, kriteria seting proteksi, serta koordinasi
relai diferensial penghantar dengan relai proteksi penghantar lain.
33
gangguan dengan cepat dan tidak dipengaruhi oleh beban lebih atau gangguan
diluar wilayah proteksinya. (IEEE Std 242-1986).
→ →
Idiff = 𝐼𝑝-𝐼𝑠 = 0….……………………………………………………(2.16)
Dalam hal ini relai tidak bekerja karena tidak ada arus yang melalui relai.
Jika terjadi gangguan pada peralatan yang diamankan maka akan mengalir arus
gangguan menuju ke titik gangguan. Bila sebelum gangguan arus mengalir dari A
ke B, maka saat terjadi gangguan arus yang mengalir pada CT B berbalik 180
derajat, dengan demikian arus yang mengalir pada relai diferensial merupakan
penjumlahan vektor :
→ →
Idiff = 𝐼𝑝+𝐼𝑠 = 0………………………………………………………(2.17)
Dimana:
34
Id = Arus Diferensial (A)
Ip = Arus Sisi Masuk (A)
Is = Arus Sisi Keluar (A)
Karena adanya arus Id yang besar mengalir melaui relai diferensial, maka
relai tersebut akan bekerja. Pada umumnya relai diferensial arus sama dengan
relai diferensial lainnya yang membedakannya adalah daerah yang diamankan
cukup panjang sehingga disyaratkan beberapa hal sebagai berikut:
35
2. Relatif mahal (investasi komunikasi)
3. Tidak fleksibel dalam hal penggantian relai (jika relai mengalami
kerusakan)
36
CT yang digunakan untuk sistem proteksi penghantar harus mempunyai
core terpisah antara proteksi utama dan cadangan.89 Klas dan kapasitas (burdern)
CT untuk proteksi disesuaikan degan kebutuhan sistem proteksi yang
bersangkutan. Jumlah core terdiri atas 4 core CT yakni untuk proteksi utama,
proteksi cadangan, buspro dan busbar check zone. Untuk meter bukan transaksi
dapat ditap melalui auxiliary CT dari proteksi cadangan. Komponen Penyusun
Proteksi Differensial Penghantar 150 kV dan 70 kV Pada sistem tegangan 150 kV
dan 70 kV, proteksi relai diferensial penghantar digunakan pada SUTT saluran
pendek, yang terdiri atas:
1. Proteksi utama : relai diferensial penghantar
2. Proteksi cadangan : relai jarak dan relai arus lebih
37
B. Opsi 2 Kondisi minimum
1. Proteksi Utama : Relai diferensial penghantar
2. Proteksi Cadangan : Relai arus lebih
Kondisi ini tidak menyediakan relai jarak sebagai remote backup, dengan
pertimbangan kemungkinan terjadinya gangguan temporer 91 sangat kecil pada
SKTT, tetapi untuk kondisi ini clearing time lebih lambat dari opsi 1
(menggunakan remote backup relai jarak). Konfigurasi proteksi diferensial
penghantar pada proteksi saluran kombinasi SUTT dan SKTT atau saluran hybrid
Untuk saluran hybrid dengan panjang saluran pendek, saluran sedang dan saluran
panjang yang terdiri atas :
38
Setting arus pickup atau I diff merupakan elemen setting relai diferensial
yang menentukan arus kerja minimum (pickup). Seting arus pickup untuk
gangguan fasa – fasa. Arus seting elemen diferensial harus lebih kecil dari arus
gangguan minimum yang mungkin terjadi, tetapi harus lebih besar dari arus
charging. Dalam implemenasi setting umumnya setting I diff sebagai berikut :
` ……………………………………………(2.18)
Dimana:
Ic : Arus charging ( Amp)
I diff : Arus pickup/ diferensial (Amp)
If min : Arus gangguan minimum (Amp)
In : Arus nominal relai (Amp)
………………………………….(2.19)
Dimana:
If min : Arus gangguan minimum (Amp)
CT Rasio : Rasio CT (Amp)
3I0 : Zero sequence Diferensial (Amp)
3. Waktu kerja
Waktu kerja relai diferensial adalah instant
39
4. Setting Karakteristik relai
Untuk meningkatkan faktor security, relai diferensial dilengkapi dengan
karakteristik kurva kecuraman (slope). Daerah operasi relai berada di atas
slope karakterisitik kurvanya sedangkan daerah blok berada di bawahnya.
Karakteristik kerja relai diferensial umumnya terdiri atas dua slope yang
fungsinya sebagai berikut :
- Setting slope 1 untuk memastikan relai bekerja pada saat gangguan
internal dan mengantisipasi kesalahan perbandingan arus diferensial akibat
mismatch CT. Faktor kesalahan tersebut sebagai berikut :
- Kesalahan Transformator Arus : 10 %
Akurasi relai : 5 %
Faktor Keamanan : 5 %
Oleh karena itu seting slope 1 dipilih = 20 – 30 %
- Setting slope 2 untuk mengantisipasi kesalahan yang cukup besar pada CT
akibat kondisi saturasi saat terjadi arus gangguan eksternal yang cukup
besar. Seting slope 2 dipilih = 40 % - 80 %.
40
keduanya adalah link komunikasi yang digunakan. Pada relai diferensial jenis
numerik, data pengukuran dibuat dalam sample dan ditransmisikan melalui
media komunikasi digital dengan format digital, hal ini menyebabkan adanya
time delay pada masing – masing sisi. Time delay komunikasi tersebut dibaca
oleh relai proteksi sebagai pergeseran fasa pada sample arus antara relai lokal
dan remote. Besarnya pergeseran fasa tersebut sebanding dengan channel
delay.
41
(OPGW) atau All Dielectric Self Supporting (ADSS) dan kabel pilot, dimana
masing -masing mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Gambar 2.11 Konfigurasi jalur komunikasi proteksi penghantar 150kV dan 70kV
Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali
Untuk sistem tegangan 150kV dan 70 kV dengan konfigurasi Double busbar,
tidak ada jalur komunikasi DTT, sementara untuk sistem tegangan 150kV dan 70
kV dengan konfigurasi satu setengah PMT, tersedia media komunikasi untuk
DTT, sebagai berikut :
Gambar 2.12 Konfigurasi jalur komunikasi proteksi penghantar 150kV dan 70kV dengan
konfigurasi busbar satu setengah PMT
Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali
42
Gambar 2.14 Konfigurasi jalur komunikasi proteksi penghantar 150kV dan 70kV pada GIS
Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali
Gambar 2.15 Konfigurasi jalur komunikasi proteksi penghantar 1 50kV pada GIS dengan
konfigurasi busbar satu setengah PMT
Sumber: PT PLN Persero P3B Jawa-Bali
2.9.1.4 Panel proteksi penghantar pada sistem tegangan 150kV dan 70 kV
Gambar 2.16 Panel proteksi penghantar pada sistem tegangan 150 kV dan 70 Kv
43
Software ETAP (Electric Transient and Analysis Program)
44
Etap Power Station memiliki data yang detail untuk setiap elemen yang
digunakan. Dengan menggunakan editor data, dapat mempercepat proses entri
data suatu elemen. Data-data yang ada pada program ini telah di masukkan sesuai
dengan data-data yang ada di lapangan untuk berbagai jenis analisa atau desain.
ETAP Power Station dapat melakukan penggambaran single line diagram secara
grafis dan mengadakan beberapa analisa/studi yakni Load Flow (aliran daya),
Short Circuit (hubung singkat), motor starting, harmonisa, transient stability,
protective device coordination, dan cable derating. ETAP PowerStation juga
menyediakan fasilitas Library yang akan mempermudah desain suatu sistem
kelistrikan. Library ini dapat diedit atau dapat ditambahkan dengan informasi
peralatan bila perlu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam bekerja dengan ETAP PowerStation
adalah :
45
BAB III
METODE PENELITIAN
46
3.2.1 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam pembahasan usulan tugas akhir ini berupa data
sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) APP Bali Gardu Induk Kapal dan
studi literatur yang berkaitan dengan pembahasan.
47
3.2.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penulisan tugas akhir ini yang digunakan
adalah berdasarkan metode-metode sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Metode pengumpulan data-data teknis saluran transmisi 150kV Bali, data teknis
saluran di GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua dan menentukan nilai setting rele
differensial, yang didapat dari PT. PLN (Persero) APP Bali Gardu Induk Kapal.
2. Penelaahan Kepustakaan
Penelaahan kepustakaan merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan sistem proteksi rele
differensial pada sistem Saluran Kabel Tengangan Tinggi 150 kV GIS
Pesanggaran–GI Nusa Dua.
3. Metode menggunakan Aplikasi ETAP
Metode ini digunakan untuk membuat skema saat kondisi gangguan hubungan
singkat dan saat kondisi normal
48
3.4 Analisis Data
Analisa dalam penelitian tugas akhir ini dilakukan dalam beberapa tahapan
sebagai berikut :
1. Metode pengumpulan data-data Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150 kV, Data
penghantar sistem SKTT 150 kV Bali yang akan terhubung dengan GIS
Pesanggaran – GI Nusa Dua.
2. Perhitungan nilai CT yang terpasang.
3. Analisa besar arus hubung singkat GIS Pesanggaran–GI Nusa Dua dengan
menggunakan software ETAP 12.6.0 dan perhitungan analisa saat pengoperasian
SKTT pada GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua
4. Perhitungan menentukan nilai setting rele differensial untuk area pengaman pada
Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150 KV GIS Pesanggaran – GI Nusa Dua
menggunakan perhitungan analisa.
5. Menampilkan hasil simulator dan perhitungan nilai setting rele differensial zone
pengaman pada GIS Pesanggaran–GI Nusa Dua
49
3.5 Alur Analisis
Alur analisis (flowchart) yang digunakan dalam penulisan usulan tugas akhir
ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.
Mulai
Analisis gangguan hubung singkat pada sistem transmisi SKTT 150 kV GIS
Pesanggaran-GI Nusa Dua menggunakan software ETAP 12.6.0
Hasil nilai dari setting rele differensial di zone pengaman SKTT 150 KV
GIS Pesanggaran-GI Nusa Dua
Analisis hasil setting rele differensial di zone pengaman SKTT 150 KV GIS
Pesanggaran-GI Nusa Dua menggunakan software ETAP 12.6.0
Selesai
50