Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

I. GARDU INDUK

1. Pengertian Gardu Induk


2. Diagram Kutub Tunggal
3. Peralatan Gardu Induk

II. TRANSMISI

1. Fungsi Transmisi
2. Menara Transmisi
3. Penghantar dan Perlengkapannya
4. Keandalan dan Tingkat Jaminan
5. Pemeliharaan Transmisi

I. PENGERTIAN GARDU INDUK

Gardu induk adalah suatu instalasi listrik mulai TET (Tegangan Ekstra Tinggi), TT (Tegangan Tinggi)
& TM (Tegangan Menengah). Biasanya terdiri atas bangunan gedung dan peralatan listrik.
1.1. Fungsi Gardu Induk Pada Sistem Tenaga Listrik

Gardu induk berfungsi menerima dan menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan
kebutuhan tegangan (TET, TT, TM dan TR).
Daya listrik yang mengumpulkan di gardu induk berasal dari pusat pembangkit listrik
ataupun dari gardu induk yang berkapasitas daya besar. Fungsi gardu induk tersebut
membuat peranan dan tanggung jawab yang besar terhadap sistem pelayanan listrik pada
konsumen.

1.2. Klasifikasi Gardu Induk

Gardu induk dapat diklasifikasikan menurut sistem pelayanan, pemasangan, fungsi dan jenis
peralatannya. Beberapa gardu induk yang penting dijelaskan sebagai berikut :

1.2.1. Klasifikasi Gardu Induk menurut tegangannya

- Gardu induk transmisi yang ada di PLN adalah tegangan ekstra tinggi 500 kV,
tegangan tinggi 150 kV, tegangan tinggi 70 kV dan tegangan tinggi 30 kV. Yang
ada diluar PLN adalah tegangan ekstra tinggi 275 kV (PT. Inalum Sumatera Utara)
dan tegangan tinggi 115 kV (PT. CALTEX Pekan Baru)
- Gardu induk distribusi menerima tenaga dari gardu induk transmisi dengan
menurunkan tegangannya melalui trafo tenaga menjadi tegangan menengah (20
kV, 12 kV atau 6 kV) untuk kemudian tegangan tersebut diturunkan kembali
menjadi tegangan rendah (127/220 Volt atau 220/380 Volt) sesuai dengan
kebutuhan
- Klasifikasi gardu induk menurut penempatan peralatan

1.3. JENIS GARDU INDUK

- Gardu Induk Pasangan Dalam (Indoor Substation)

Adalah suatu gardu dimana ruang kontrol, peralatan Gardu Induk seperti : ril,
pemisah, pemutus tenaga, trafo tenaga, CT, PT, Arrester, Isolator dan sebagainya
dipasang dalam suatu ruangan/bangunan yang tertutup.
- Gardu Induk Pasangan Luar (Out Door Substation)

Semua peralatan Gardu Induk seperti serandang, ril pemisah, pemutus tenaga,
CT, PT, Arrester, Isolator dan sebagainnya di pasang diluar (udara terbuka) kecuali
ruang kontrol alat pengukur dan alat-alat bantu biasanya diletakkan di dalam
bangunan gedung.

- Gardu Induk Sebagian Pasangan Luar (Combine Out Door Substation)


Biasanya sebagian peralatan Gardu Induk dipasang dalam ruangan tertutup dan
yang lainnya dipasang diluar dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi.

- Gardu Induk Pasangan Bawah Tanah (Underground Substation)

Gardu Induk jenis ini biasanya dipasang dalam kota dimana diatas tanah sudah
tidak mungkin lagi dipasang gardu induk, juga harus dipertimbangkan faktor
situasi dan kondisi.

- Gardu Induk Pasangan Sebagian Bawah Tanah (Semi Underground Substation)

Biasanya dipasang pada underground power station dimana sebagian peralatan


Gardu Induk biasanya trafo tenaga dan bus duct sedangkan peralatan lainnya
ada dua macam yaitu Underground Control Room & Main Control Room
(bangunan diatas tanah).

- Gardu Induk Mobil (Mobile Station)

Peralatan Gardu Induk diletakkan diatas trailer, sehingga bisa dipindahkan ke


tempat yang membutuhkan, biasanya dipakai dalam keadaan darurat dan
sementara waktu.

1.3.1. Menurut Isolasi Yang Dipakai

- Gardu Induk Isolasi Udara

Gardu Induk yang menggunakan udara guna mengisolasi bagian-bagian


bertegangan baik antara fasa maupun dengan tanah.

- Gardu Induk Isolasi Gas

Gardu Induk yang menggunakan gas untuk mengisolasi bagian-bagian


bertegangan antara fasa maupun dengan badan/tanah. Umumnya Gardu Induk
ini menggunakan gas SF tekanan rendah (5 kg/cm).
II. Diagram Kutub Tunggal (Single Line Diagram)

Diagram kutub tunggal adalah suatu diagram listrik pada gardu induk yang berisi penjelasan
secara umum tentang Gardu Induk tersebut.

1. Simbol Listrik
Simbol listrik dipergunakan untuk memberi keterangan tentang peralatan yang ada di
Gardu Induk. Secar umum seperti di bawah ini :

Satu ril (single busbar)

Dua ril (double busbar)

Tiga ril (triple busbar)

Pemisah (disconecting switch)

Pemisah tenaga (circuit breaker)

Trafo tenaga (power transformator)

Pemisah tanah (grounding switch)

Trafo tegangan untuk alat pengaman


(potensial transformer for instrumentationi.
e. measurement and protection)

Trafo arus untuk alat pengaman dan alat ukur


(current transformer for instrumentation i.
e. measurement and protection)

Wave trap
Arrester

Peterson coil

Neutral grounding resistor

Reaktor

Capasitor

2. Penggunaan Diagram Kutub Tunggal sesuai dengan fungsi dari Gardu Induk

Diagram kutub tunggal menggambarkan instalasi dari gardu induk tersebut secara
umum. Suatu gardu induk harus dapat menggambarkan secara jelas peralatan utama
yang ada pada Gardu Induk tersebut seperti ril, pemisah, pemutus tenaga, pemisah
tanah, CT, PT, arrester, trafo tenaga dan sebagainya.

- Satu Ril Pengumpulan Daya (Single Busbar)

Adalah tipe Gardu Induk dengan satu ril pengumpulan daya. Biasanya daya yang
disalurkan relatif kecil. Tegangan kerja biasanya TT (70 kV atau 30 kV), TM (20 kV,
12 kV atau 6 kV). Bila gangguan pada ril maka semua instalasi pada Gardu Induk
tersebut akan terganggu. Secara sederhana satu ril pengumpul daya (single
busbar) dapat terlihat pada gambar 1.a. dan secara detailnya pada gambar 1.b.
Gambar 1.a. Diagram Kutub Tunggal Ril Pengumpul Daya Tunggal (Single Busbar)
secara sederhana.

Keterangan Gambar 1.b.

Tegangan kerja (Operating Voltage) adalah 7 kV. Penghantar I dan penghantar II


berhubungan dengan Gardu Induk lainnya. Setiap penghantar dilengkapi oleh CT,
PT, LA dan DSG. Ril 70 kV dilengkapi dengan PT dan LA. Pada trafo tenaga 5 MVA,
70 kV/12kV, Z=5%. Pada primer dan sekunder dilengkapi dengan CT dan PT. Pada
ril 12 kV dilengkapi dengan CT, PT, LA dan DSG.

- Ril Pengumpul Daya Ganda (Double Busbar)


Adalah tipe Gardu Induk dengan dua pengumpul daya (Double Busbar). Biasanya
daya yang terkumpul dan disalurkan lebih besar daripada single busbar. Juga bila
terjadi gangguan pada suatu ril, kita dapat memindahkan beban/sumber kerja
dari ril yang terganggu ke ril yang normal.
Untuk itu kita harus mempergunakan Bus Tie atau penggandeng ril untuk
memindahkannya. Dengan lain perkataan ril pengumpul daya sama (double
busbar) mempunyai kapasitas yang lebih besar dan lebih handal dibandingkan
dengan ril pengumpul daya (single busbar.
Tegangan kerja yang dipakai biasanya 150 kV,70 kV, 30 kV(untuk tegangan tinggi)
dan 20 kV,12 kV, 6 kV (untuk tegangan menengah). Secara umum ril
pengumpulan ganda (double busbar) bisa dilihat pada gambar 2.a. dan 2.b.
Dibawah ini digambarkan contoh diagram kutub tunggal dengan busbar ganda
sederhana yang banyak dipakai di Gradu Induk PLN tegangan 150 kV dan 70 kV.
Gambar 1.b Diagram kutub tunggal rii Pengumpulan Daya Tunggal (singgel busbar)
secara detail

Gambar 2.a. Diagram kutub Tunggal RII Pengumpulan daya Ganda ( Double Busbar)
Secara sederhana.
Gambar 2.b. Ril Pengumpul daya Ganda (Double busbar) Secara Detail

Pada Gambar 2.b. digambarkan diagram kutub tunggal pembangkit dan gardu induk.Tegangan kerja ril
Gardu Induk adalah 70 kV. Pada ril 70 kV terdapat 4 (empat) penghantar 70 kV yang dilengkapi dengan
CT. PT. Arrester dan pemisah tanah.

2 (dua) trafo generator (step up), 6,3 kV/ 70 kV, 31 MVA, z = 5% dengan hubungan DY.

2 (dua) Trafo distribusi 70 kV/ 20 kV, 10 MVA, z= 5% dengan hubungan YY.


2 (dua) Trafo start 20 kV/ 6,3 kV, 3,2 MVA, z=5% dengan hubungan YD.

Selain itu masih ada 4 (empat) buah trafo 6,3 kV/500 V, 2 MVA, z= 5% dan trafo 4000 KVA, 500 V/200v
sebanyak 4 (empat) buah.

Untuk diagram kutub tunggal gardu induk dengan ril pengumpulan ganda (double busbar), posisi pada
sistem 70 kV adalah :

 Generator I // ril A
 Penghantar I // ril A
 Penghantar II // ril B
 Trafo 10 MVA I // ril B
 Trafo 10 MVA II // ril B
 Penghantar ril 70 kV //
 PTA. PTB //
 Generator II //
 Penghantar III // ril A
 Penghantar IV // ril B
- Ril Pengumpul Daya 3 (tiga) ril (Triple Busbars.
Biasanya digunakan pada tegangan menengah (20kV, 12 kV, 6 kV). Ril pengumpul daya ada 3 (tiga) ril
sehingga dalam pengoprasiannya tentu saja lebih handal dari single busbar maupun double busbar.
Secara umum diagram kutub tunggal ril pengumpul daya 3 (tiga) ril (triple busbar) dapat dilihat pada
gambar 3. Pada gambar 3 terlihat bahwa kita mempunyai 3 ril, 2 penghantar keluar/ masuk
(incoming feeder/ outgoing feeder dan penggandeng bus (bus coupler for triple busbars)).
Pada keadaan sebenarnya kita mempunyai beberapa penghantar dan kita bias lebih handal, efektif
dan efisien karena jumlah ril ada 3 (tiga) ril.
- One and Half Circuit Breaker (Ril pengumpul daya dngan satu setengah pemutus tenaga).
One and Half Circuit Breaker biasanya dipakai pada Gardu Induk diatas 70 kV misalnya :115 kV, 150
kV, 275 kV, dan 500 kV. Pada Gardu Induk dengan One Half Circuit Breaker kita tidak memerlukan
penggandeng Ril (Bus Coupler). Tetapi kita memakai 3 pemutus tenaga dan 6 pemisah untuk memilih
bus yang akan kita pakai. Oleh karena itu kita menamakan One and Half Circuit Breaker.
One and Half Circuit Breaker lebih handal dan biasanya relative besar. Secara umum single line
diagram dari One and Half Circuit Breaker bias kita lihat padagambar 4.a dan 4.b.
3. PELARATAN UTAMA GARDU INDUK
Gardu induk yang memiliki peralatan-peralatan utama tegangan tinggi yang ditempatkan secara
kelompok sesuai desain keperluan setempat dari pada gardu induk tersebut. Peralatan-peralatan
utama yang terdapat disuatu gardu induk pada umumnya terdiri dari antara lain :
 Transformator (Trafo) yang terdiri dari :
1. Transformator tenaga (Daya)
2. Transformator Instrument terdiri dari :
- Transformator pengukur tegangan
- Transformator pengukur arus
 Pemutus tenaga (PMT)
 Pemisah (PMS)
 Busbar/ rel daya
 Isolator-isolator
 Lightning Arrester
 Reaktor (X1)
 Peralatan sistem pentanahan
 Peralatan Komunikasi Power Line Carrier (PLC)
Dan berbagai peralatan-peralatan bantu lainnya pada gardu induk peralatan-peralatan tegangan
tinggi diatas umumnya dipakai PLN pada umumnya adalah peralatan pada tingkat tegangan yang
telah distandarkan yakni antara lain :
 Tegangan Extra Tinggi : 500 kV
 Tegangan Tinggi : 70 kV – 150 kV
 Tegangan Menengah : 6 kV, 20 kV & 30 kV
Pengoprasian peralatan diatas mengikuti suatu tata cara operasi yang telah ditetapkan oleh PLN
untuk operator, sedangkan untuk pemeliharaan peralatan diatas ditangani oleh tenaga / regu
pemeliharaan peralatan.

TRANSFORMATOR
Trafo dibagi atasdua bagian yaitu trafo tenaga (power transformer) dan trafo instrument (Intrument
Transformer). Trafo tenaga gunanya untuk menyalurkan daya listrik pada tegangan yang berbeda
sesuai dengan kebutuhan, biasa step up / step down. Trafo instrument gunanya untuk mengukur,
memonitor dan mengamankan kebesaran listrik ( Volt, k Volt, Ampere, k Amp) pada sisi primer.

Transformator Daya
Bagian utama Transformator
- Inti Besi
Berfungsi untuk menampung fluksi yang ditimbulkan arus listrik ada pada belitan kumparan trafo
.

- Kumparan Trafo
Lilitan-lilitan kawat berisolasi akan membentuk kumparan dimana lilitan kumparan tersebut di
isolasi terhadap inti besi maupun terhadap kumparan lainnya dengan padat tipis seperti karton,
pertinax dan lain-lain.

Trafo biasanya terdiri dari 2 belitan atau 3 belitan kumparan yakni belitan primer, belitan sekunder,
dan tersier. Kumparan adalah sebagai transformasi tegangan dan arus terdiri dari sisi primer trafo ke
sisi sekunder trafo dank e sisi tertier trafo (bila trafo 3 belitan).

TRAFO INSTRUMENT (TRAFO ARUS)


Trafo intrumen gunanya untuk mengukur, mengamankan dan memonitor kebesaran listrik pada sisi
primer. Terdiri atas trafo tegangan (PT) dan trafo arus (CT)
a. Trafo arus pengaman dipakai pada rele, tripevil, pilot wive dan sebagainya.
b. Trafo arus pengukur dipakai Amper meter, watt meter, dan sebagainya. Sedangkan kesalahan
sudut pasa kurang penting. Hal ini perlu diperhatikan mengingat pemakaian trafo arus semakin
banyak dipakai dengan penyetelan waktu hanya beberapa mill sec.

ISTILAH DAN DEFINISI


1. Trafo instrument adalah trafo yang dipakai berhubungan dengan instrument pengukur, rele
pengaman dan rangkaian kontrol. Yang termasuk trafo instrument adalah trafo arus (CT) dan
trafo tegangan (PT).
2. Trafo arus (CT) adalah trafo instrument yang dipakai untuk ampere meter, rele arus lebih dan
sebagainya. Trafo arus menurunkan harga arus yang lebih tinggi menjadi lebih rendah.

I1 : I2 = W2 : W1

Perbandingan arus adalah selalu sebanding pada tiap keadaan arus primer dalam batasan sudut
Phase yang ditentukan harga VA trafo arus adalah sangat kecil dibandingkan dengan trafo tenaga
(power transformer).
3. Harga Arus Primer : harga arus primer ditentukan oleh pihak pabrik.
4. Kenyataan ratio transformasi adalah perbandingan yang sebenanya antara arus primer dan
sekunder.
5. Harga ratio transformasi adalah perbandingan harga arus primer dan arus sekunder.
6. Kesalahan arus (current error) adalah presentasi kesalahan pada arus sekunder.

Kesalahan arus = (Kn. Is – Ip) x 100%


Ip
Kn = Perbandingan Transformator
Is = Arus Sekunder
Ip = Arus Primer

7. Burder adalah inpendasi rangkaian sekunder dalam ohm dan faktor kerja (cos 0) dapat
dinyatakan sebagai beban nyata dan batas kemumpunan pada sisi sekunder (dalam VA)
8. Batas limit ketelitian arus primer adalah harga tertinggi arus primer yang ditentukan oleh pabrik
CT (trafo arus) sampai limit yang diizinkan.
9. Jumlah kesalahan (composite error) adalah perbedaan harga ( Kn. Is-Ip) di integrasikan lebih dari
1 cycle pada kondisi yang tetap.

Composite error

T = dalam detik
10. Ketelitian (accuracy class)
Pada trafo arus ditentukan dengan memperhatikan limit dari ratio error dan kesalahan sudut
phasa.
11. Kesalahan sudut Phasa
Adalah perbedaan antara arus primer dan arus sekunder (vektor) jadi pada keadaan normal
sudut pasa adalaha nol.
12. Burder
Burder adalah batas kemampuan trafo arus dinyatakan dalam VA pada arus tertengtu dan factor
beban tertentu Jasdi Buerder menyatakan kemampuan trafo arus dalam memikul beban pada
sisi sekunder. Biasanya kita nyatakan dengan contoh 0,5 ohm atau 12,5 VA pada 5 A
Zb = P/12 ohm , dimana P = VA burder
Bila factor beban adalah cos ɸ
Rb = Z b cos ɸ

Xb =

Kontruksi dari trafo arus

Type Kontruksi

Type Cincin (ring (window type) Type cor-coran cost resign ) mounted cast resign type) gambar
12.c
2. TRANSIMISI

SALURAN TRANSMISI

2.1 FUNGSI
Fungsi utama dari sistem transmisi adalah menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit
yang letaknya tersebar ke pusat-pusat beban melalui gardu-gardu induk.
2.2 MENARA TRANSMISI
Dalam mendisain dan membyang suatu saluran transmisi ini ada berbagai kegiatan, seperti :
- Persiapan Perencanaan
- Pekerjaan Pondasi Menara
- Pekerjaan Pembuatan Menara
- Perakitan Menara
- Pengadaan kawat penghantar, perkakas, alat-alat tambahan
- Penarikan kawat
1. Persiapan Perencanaan
Persiapan perencanaan meliputi :
1.1 Rancangan Jalur
1.2 Survey lapangan
Jalan masuk lokasi
Pembersihan jalur
Survey Topografis/ survey profil
1.3 Menggambar profil memanjang dan melintang
1.4 Analisa andongan dan tarikan kawat penghantar
1.5 Pembuatan bingkai andongan
1.6 Rencana lokasi/ letak/ posisi menara
1.7 Analisa beban mekanis untuk menara
1.8 Menentukan/ memilih/ mencari lokasi menara
1.9 Penelitian tanah
Penelitian di lapangan dan pemeriksaan laboratorium
1.10 Pembebasan tanah
Pendataan tanah, lintasan jalan besar/kereta api, perumahan dan perkebunan

2. Pekerjaan pondasi menara


Pekerjaan pondasi menara meliputi :
2.1 Rencana pondasi
2.2 Bahan bangunan
2.3 Pemasangan alas kaki menara
2.4 Pekerjaan beton

3. Pekerjaan pembuatan menara


Pekerjaan pembuatan menara meliputi :
3.1 Rencana menara
Penentuan tarikan kawat penghantar, jumlah penghantar, bentuk dan ukuran
menara serta pemilihan bahan/material menara.
3.2 Pembuatan Menara
Desain jenis menara
Pembuatan model type menara
Uji coba
Pabrikasi
Transport ke lokasi
4. Perakitan Menara
Perakitan menara meliputi :
4.1 Pekerjaan persiapan
4.2 Pengenalan/ pemilihan peralatan kerja
4.3 Merakit, pentanahan, pemasangan isolator

5. Pengadaan Kawat Penghantar, Perkakas, Alat-Alat Tambahan


Pengadaan kawat penghantar, perkakas, alat-alat tambahan meliputi :
5.1 Kawat penghantar
5.2 Kawat tanah
5.3 Isolator
5.4 Fittings, dsb

6. Penarikan Kawat
Penarikan Kawat meliputi :
6.1 Pekerjaan persiapan
6.2 Batasan-batasan
6.3 Cara penarikan kawat
6.4 Pemilihan alat kerja penarikan kawat
6.5 Perlakuan kawat penghantar/ tanah
6.6 Persyaratan peralatan kerja bergerak
6.7 Urutan/ pola kerja penarikan kawat
6.8 Komunikasi
Data-data yang diperlukan untuk mendisain saluran transmisi adalah sebagai berikut :
- Suhu
Yakni suhu maksimum, minimum dan rata-rata sekitar. Suhu mempengaruhi desain
konduktor dalam hal arus pengenal dan andongan.
- Kecepatan angin
Data ini diperlukan untuk desain struktur menara dan konduktor

- Data gempa
Untuk desain menara dan pondasi
- Curah hujan
penting dalam kaitannya dengan
 Untuk kerja isolator dan pencucian alami
 Corona
 Interferensi radio dan tv
 Banjir
- Kelembaban dan kepadatan udara
Dapat mempengaruhi desain isolator
- Radiasi matahari
Untuk menentukan pengenal konduktor, disamping berguna juga untuk desain komposisi
isolator yang mungkin bisa dipengaruhi oleh radiasi yang kuat.
- Petir
Dapat mempengaruhi tingkat isolasi dan pengaturan kawat tanah agar diperoleh untuk kerja
yang memuaskan.
- Material
Penggunaan material yang mudah berkarat dan terkena polusi dapat mempengaruhi semua
saluran semua komponen saluran terutama dalam pemilihan konduktor.

PENGGUNAAN MENARA
Pada umumnya transmisi menggunakan menara, namun demikian tiang juga bias digunakan
untuk tegangan sampai 132 kV. Contoh-contoh tiang tersebut seperti terlihat pada gambar
dibawah ini :

TEGANGAN MENENGAH

Bentangan angin (wind span)


Bentagan angin adalah setengah jumlah 2 jarak gawang yang berurutan :

= L1 + L2
2

Bentang titik berat (weight span)


Bentang titik berat yakni jarak antara dua titik andongan terendah berturut yang diukur pada
suhu minimum. Seperti yang terlihat gambar di bawah ini :

Menghitung andongan
- Untuk tiang yang tingginya sama :
d = WL2
8T

Dimana :
d = andongan (m)
w = berat penghantar (kg/m)
L = jarak gawang (m)
T = kuat tarikan penghantar (kg)
- Untuk tiang yang tingginya berbeda :
d = Wx2
2T
Dimana :
d = andongan diukur dari tiang pendek (m)
x = jarak tiang pendek ke andongan (m), dihitung dari :
d= L -h.T
2 W.L
h = selisih panjang tiang (m)
- Faktor keamanan
Seringkali faktor keamanan diperhitungkan, biasanya dipilih 2 – 5. Jika kuat tarik maksimum
suatu kawat 2500 kg/cm2, maka tarikannya harus dibuat lebih rendah dari harga tersebut,
jika diambil faktor keamanan 5, berarti tarikan maksimum yang di ijinkan pada kawat
tersebut tidak boleh lebih dari 500 kg/cm 2 .
Menara digunakan jika saluran tersebut berjarak gawang lebar, banyak tiupan angin dan
diameter penghantar besar. Menara sangat banyak macamnya, dari sirkit tunggal sampai
sirkit ganda atau lebih.
Contoh-contoh jenis menara adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
Jarak Gawang dan Andongan
Jika jarak gawang pendek, andongannya kecil dan menaranya rendah, jadi lebih banyak
menara yang diperlukan untuk jarak tertentu. Jika jarak gawang cukup jauh, andongannya
besar, menaranya lebih tinggi tetapi jumlahnya lebih sedikit. Jika biaya menara,penghantar,
isolator, pondasi dan lain-lain diperhitungkan dan digambarkan sebagai kurva jarak gawang,
maka diperoleh gambar seperti berikut ini :

- Pengaruh angin
Pengaruh angin merupakan factor yang harus dierhitungkan, sehingga berta atau “W” pada
perhitungan andongan merupakan resultante dari gaya berat ke bawah dan gaya dorong ke
samping seperti contoh yang terlihat pada gambar di bawah ini :
2.3 GAYA PADA MENARA
Untuk menara pada jalur lurus atau menara sudut devisi yang kecil arah angin dapat
menyebabkan tekanan beban pondasi berubah keatas, sehingga semua pondasi harus
mampu menahan beban berikut:
Menara gantung (suspension) : untuk jalur yang lurus dengan deviasi maks 2 o
Sudut 10o : untuk sudut maks 10o atau jarak gawang yang sangatlebar.
o
Sudut 30 : untuk sudut maks 30o
o
Sudut 60 : untuk sudut maks 60o
Sudut 90o : untuk sudut maks 90o
Ujung : untuk beban/tarikan hanya dari satu sisi menara

Lihat gambar dibawah ini :

2.4 PONDASI
Untuk menara dengan sudut deviasi yang besar, tekanan beban pondasi tidak akan terbalik
sehingga daya tekan pada pondasi akan berupa daya tekan dan daya angkatnya pun tetap
berupa daya angkat. Pengecekan juga harus dilakukan untuk memastikan agar apabila ada
kawat transmisi yang putus tidak menyebabkan daya tekan pondasi terbalik.

Dibawah ini diperlihatkan jenis-jenis gambar pondasi :


Untuk tanah rawa, bentuk pilarnya dibuat khusus.
- Tanah dibor, diberi selungkup baja dan dicor dengan beton, kemudian selungkup aja dicabut
kembali
- Pilar ditanam miring untuk menahan daya angkat
- Untuk satu menara bias diperlukan beberapa pilar tergantung kapasitas beban
- Pilar dapat pra-cetak dalam bentuk silinder, persegi atau segia-delapan dan ditanam ke
tanah
- Pada tanah keras atau kering, digunakan pondasi angker.

Lihat gambar dibawah ini :

2.5 PENGHANTAR
Penghantar yang paling sering digunakan adalah :
- All Alumunium
Biasanya digunakan pada tegangan menengah dengan jarak gawang yang pendek.
- Alumunium Alloy
Digunakan sampai pada tegangan yang lebih tinggi, dengan jarak gawang lebih lebar.
- ASCR
Digunakan sampai pada tegangan yang tertinggi dan jarak gawang yang jauh tetapi tidak
digunakan pada tempat-tempat yang mudah terjadi korosi bi-metal.
- ACSR / ACS
Adalah penghantar alumunium dngan cald steel core, untuk mencegah korosi bi-metal
antara alumunium pilin dan kawat inti.
- Tembaga
Tembaga ini sangat tahan korosi, tetapi sangat mahal, digunakan hanya pada tempat-
tempat khusus.
Dibawah ini diperlihatkan konfigurasi penghantar :
Alumunium Alloy dan ACSR harganya hamper sama dan mempunyai karakteristik
andongan/ tarikan yang sama.
ACSR/ACS harganya kira-kira 10% lebih tinggi, tetapi konduktivitasnya lebih baik.
Penghantar tembaga jauh lebih mahal lagi dan pada pemakaian transmisi hanya
digunakan pada keadaan khusus yang spesifik. Pada saat menarik penghantar,
diperhitungkan perubahan suhu setiap harinya.

Sambungan (Joints)
Sambungan tengah gawang dan sambungan ujung penghantar harus dibuat sedemikian
sehingga penghantar tidak sampai rusak. Sambungan harus dari jenis tekan (kompres)
dan mempunyai kekuatan ketahanan tarik minimal 95% dari penghantar. Persyaratan
sambungan ini tidak berlaku untuk jumper.

Korona
Korona mengakibatkan rugi daya dan gangguan komunikasi. Korona akan terjadi bila
tegangan pada permukaan penghantar melebihi batas tertentu. Gradient ini bisa
dikurangi dengan menambah luas permukaan penghantar caranya dengan menambah
jumlah penghantar per fasa (jumlah luas penampang total tidak berubah) atau dengan
perkataan lain, membuat bundle. Karena jika hanya ada satu penghantar, maka tinggi
tegangan, makin besar pengaruh korona.

Osilasi Penghantar
Ada 3 jenis osilasi pada penghantar transmisi yakni :
- Galloping
Galloping adalah osilasi dengan frekuensi yang rendah (0,1 - 0,5 cycle per detik) dan
amplitudo yang besar (2 – 4 m). Umumnya galloping jarang terjadi dan hanya terjadi
pada musim dingin dengan suhu dibawah 0o dan bola-bola salju serta tiupan angin
dari samping saluran. Kerusakan mekanis yang diakibatkan galloping cukup serius
baik penghantar, isolator maupun perlengkapan bantu lainnya. Untuk mencegah
jangan sampai penghantar-penghantar yang ditempatkan pada satu bidang vertical
saling beradu, maka penghantar yang ditengah digeser ke luar sejauh 1,5 m.
- Osilasi Sub-penghantar
Osilasi Sub-penghantar dapat terjadi pada saat angin bertiup dengan kecepatan
sedang dari samping penghantar dan terjadi pada sub-span yang dibatasi oleh
spacer antara sub-penghantar dalam bundle. Frekuensi osilasi sebesar 0,7 – 3 cycle
per detik dan amplitudo bberapa puluh cm. osilasi sub-penghantar jauh lebih sering
terjadi dari pada galloping dan sulit untuk mencegahnya serta dapat menyebabkan
kerusakan yang serius pada penghantar di spacer-grip.
- Vibrasi Aeolian
Vibrasi Aeoliam bisa terjadi hanya karena tiupan angin sepoi-sepoi atau perbedaan
suhu pada penghanta. Osilasi terjadi dengan frekuensi 4 – 60 cycle per detik dan
amplitudon beberapa cm. Osilasi seperti ini paling sering terjadi dan pencegahannya
cukup dengan memakai damper standard.

2.6 ISOLATOR
Umumnya spesifikasi isolator ditentukan oleh karakteristik listrik, mekanis dan saluran atau
sistem terkait.
Karakteristik listrik dispesifikasikan sebagai berikut :
- Ketahanan terhadap frekuensi kerja
- Ketahanan terhadap impuls petir
- Ketahanan hubung surja
- Ketahanan terhadap polusi
- Radio interfrensi
Sedangkan persyaratan mekanisnya adalah :
- Kuat tarik (string insulator)
- Daya topang
Rating persyaratan tersebut ditentukan oleh :
- Faktor keamanan (biasanya 3 atau lebih)
- Bentangan angin
- Bentangan titik berat
- Daya angkat
- Kuat tarik penghantar

Polusi
Karena Indonesia mempunyai curah hujan yang cukup besar, polusi tidak merupakan ancaman
serius. Cara penanggulangan untuk daerah yang berpolusi berat adalah :
- Melapisi dengan silikon
- Memperpanjang jarak rambat
- Pemeliharaan (pencucian) rutin
Jika keadaan lapangan terkena polusi baik dari industry maupun dari laut, perlu diperhatian jarak
rambat yang cukup. Pencucian dalam keadaan bertegangan atau pelapisan merupakan
penyelesaian yang mahal jadi lebih baik dihindari dengan tingkat isolasi yang memadai tetapi jika
polusinya sangat berat, bias juga dibuat pasangan dalam (seperti metal-clad switchear).
Isolator dan bushing yang vertikal pada keadaan basah sangat mudah terjadi loncatan (flashcver)
melalui tali air yang menetes. Hal ini diperburuk lagi dengan penghantar yang dihubungkan pada
isolator yang vertical, karena penghantar tersebut dapat menjadi kolektor air. Sebaliknya isolator
atau bushing yang sedikit miring dari vertikal mempunyai ketahanan yang jelek terhadap basah
karena air dapat mengumpul dan tertada pada salah satu sisi. Semakin panjang Isolator, semakin
besar masalahnya.

Koordinasi Isolasi
Koordinasi isolasi adalah pemilihan kuat listrik dari peralatan serta pemakaian, sehubungan
dengan tegangan dapat timbul pada sistem dimana peralatan tersebut akan dipasang serta
memperhitungkan karakteristik peralatan proteksi yang ada, sedemikian sehingga akibat stress
tegangan pada peralatan yang menyebabkan kerusakan pada isolator peralatan atau
mempengaruhi kontinoitas pelayanan kemungkinan berkurang sampai ke tingkat yang secara
operasional dan ekonomi dapat diterima.
Karena kegagalan isolasi merupakan hal yang tak terelakkan, maka perlu disusun sebagai berikut:
a. Keamanan personil
b. Kerusakan permanen pembangkit
c. Keamanan sistem
d. Pelayanan konsumen
e. Pelayanan sirkit (circuit outage)
Dalam rangka menyiapkan kebijaksanaan koordinasi isolasi diperlukan pengumpulan sejumlah
data. Data yang diperlukan tersebut antar lain :
a. Karakteristik sistem
i. Tegangan kerja
Adalah tegangan sistem tertinggi (bukan tegangan nominal) merupakan parameter yang
penting untuk menentukan julat pilihan.
ii. Sistem pentanahan
Sistem pentanahan langsung melalui tahanan atau melalui rektansi dll
iii. Konfigurasi sirkit
Saluran udara, kabel, transformator, reaktor dll
iv. Karakteristik pemutus tenaga
Bebas hantaman balik, jumlah operasi yang diperkenankan antar inspeksi.
b. Karakteristik lingkungan
- Pasangan dalam, pasangan luar
- Aktifitas petir
- Polusi
- Curah hujan
- Data angin

c. Karakteristik isolator
- Isolasi udara, minyak, gas SFG dll
- Jenis pulih sendiri (self restoring) atau tidak pulih sendiri

Evalusi Data
Isolasi harus tahan terhadap :
i. Tegangan frekuensi kerja keadaan ajen
ii. Tegangan lebih frekuensi kerja sementara
iii. Tegangan impuls – petir, surja hubungan
Tegangan Frekuensi Kerja Keadaan Ajeng
Tingkat isolasi tergantung pada tegangan kerja sistem tertinggi dan bukan tegangan nominalnya.
Contoh :
Untuk sistem 500 kV, tegangan tertinggi adalah 525 kV. Tingkat isolasi untuk pasangan luar
ditentukan oleh kemampuannya menahan tegangan frekuensi kerja keadaan ajeng yang
dikombinasikan dengan keadaan hujan lebat atau kelembaban yang tinggi dengan polusi yang
berat.

Tegangan Lebih Sementara


Tegangan lebih sementara adalah osilasi fasa akibat switch atau tegangan lebih fasa-fasa yang
terjadi pada tempat tertentu dan relatif cukup lama serta tidak direndam atau hanya direndam
sedikit.
Penyebab utama terjadinya tegangan lebih sementara adalah pada saat terjadi gangguan satu
fasa ke tanah dan tegangan frekuensi kerja pada fasa yang sehat naik. Tegangan yang naik bisa
dihitung dengan mengetahui perbandingan X0/X1 dan R0/X1. Jika perbandingan ini masing-
masing <3 dan < 1 dan jika ditanahkan langsung maka kenaikan tegangan pada fasa yang sehat
tidak lebih dari 1,4 pu (1pu – tegangan maks fasa – tanah pada kondisi ajeng ).
Penyebab lain terjadinya tegangan lebih sementara adalah :
- Rejection beban
Akibat suplay arus kapasitif melalui rekantasi induktif yang besar, misalnya generator kecil
dihubungkan ke kabel yang sangat panjang.
- Jenuhnya sirkit (iron circuits) yang menyebabkan feroresonance dan penguatan tegangan
harmonik.
- Pentanahan yang tidak memadai.
Sebagai ancer-ancer pada sirkit yang normal tegangan lebih sementaratidak lebih besar dari :
 1,4 pu untuk sistem yang ditanahkan langsung
 1,7 pu untuk sistem yang ditanahkan melalui tanah
 2 pu untuk sistem yang ditanahkan melalui reaktansi
TABEL
Jarak Bebas (minimum) Antara Penghantar
SUTT dan SUTET dengan tanah benda lain

SUTET 500 kV
SUTT 66 kV SUTT 150 kV
No. Lokasi Sirkit Ganda Sirkit Tunggal
(m) (m)
(m) (m)

1 Lapangan terbuka pada daerah luar kota 6,5 7,5 10 11

2 Jalan raya 8 9 15 15

3 Pohon pohon pada umumumnya 3,5 4,5 8,5 8,5

4 Bangaunan tidak tahan api dan lapangan olahraga 12,5 13,5 14 15

5 Bagian bangunan yang tahan api 3,5 4,5 8,5 8,5

SUTT lainya penghantar udara tegangan rendah, jaringan


6 3 4 8,5 8,5
telekomonikasi dan kereta gantung

7 Rel kereta biasa 8 9 15 15

Jembatan besi rangka, besi penahan penghantar kreta listrik


8 3 4 8,5 8,5
terdekat dan sebagainya

Titik tertinggi tiang kapal pada kedudukan air pasang/tertinggi


9 3 4 8,5 8,5
ppada lalulintas air
Keterangan :
Penampang melintang ruang bebas SUTT 66 kV pada tengah gawang (menara tidak
ditinggikan)
Penampang melintang ruang bebas SUTET 500 kV sirkit ganda pada tengah gawang (menara
tidak ditinggikan)
Penampang melintang ruang bebas SUTET 500 kV sirkit tunggal pada tengah gawang
(menara tidak ditinggikan)
Penampang melintang ruang bebas SUTT 150 kV pada tengah gawang (menara tidak
ditinggikan)
Penampang melintang ruang bebas SUTT 66 kV pada menara tidak ditinggikan
1. Penampang melintang ruang bebas SUTT 66/150 kV pada tengah gawang (menara
ditinggikan) Yang meliuntasi daerah yang banyak pohon
2. C : jarak bebas minimum

2.5.PEMELIHARAAN SALURAN TRANSMISI


A.PEMELIHARAAN

Jaringan transmisi salah satu unit dari suatu sistem tenaga listrik merupakan suatu asset PLN
yang perlu untuk diperhatikan penampilannya dalam sistem dimana kita dapat membayangkan
seandainya jaringan transmisi mempunyai penampilannya yang buruk tidak terjualnya KWH
merupakan suatu kerugian yang harus diderita dan ini merupakan hal yang sepele.
Untuk itu jaringan transmisi perlu dipelihara dengan semestinya, pemeliharaan pada hakekatnya
merupakan suatu pekerjaan untuk mendapatkan suatu kepastian atau jaminan bahwa suatu
sistem atau peralatan akan berfungsi secara optimal, akan meningkatan umur teknisnya akan
amat baik bagi personel maupun bagi masyarakat umum sesuai dengan apa yang termasuk
dalam pengertian dari pemeliharaan. Tujuan pemeliharaan adalah :
a. Untuk mendapatkan jaminan bahwa sistem / peralatan dapat bekerja secara optimal.
b. Untuk mendapatkan jaminan bahwa mutu dan kehandalan penyaluran tenaga listrik akan
mempunyai nilai yang tinggi.
c. Untuk mendapatkan jaminan bahwa umur teknis peralatan / sistem dapat meningkat lebih
lama, sehingga penggantian peralatan yang tidak direncanakan dapat ditekan.
d. Mendapatkan jaminan bahwa sistem akan aman baik bagi personel maupun bagi
masyarakat umum.

Adapun peralatan jaringan transmisi yang perlu diperhatikan oleh regu pemeliharaan
diantaranya adalah :
1. Konduktor
2. Isolator
3. Tower
4. Pondasi
Untuk mengetahui bagaimana kondisi suatu peralatan perlu adanya suatu tim petugas patrol
yang dapat memusatkan perhatiannya untuk memeriksa bagian peralatan yang dipatrolinya
secara kontinue, kondisi mengakibatkan gangguan dapat segera teratasi dengan baik sebelum
gangguan terjadi, tindakan penggantian peralatan atau perbaikan peralatan yang rusak atau
kurang baik dapat dilaksanakan oleh regu revisi.
Petugas ronda (patroli) untuk jaringan transmisi dapat dibuat dua regu yaitu :
I. PETUGAS RONDA LINE (JARINGAN)
Petugas ini perlu memeriksa keadaan seperti :
- Kemungkinan adanya urat kawat (penghantar) yang rusak, putus atau mekar.
- Kemungkinan adanya benda asing pada jaringan seperti layangan, ranting, dsb.
- Kemungkinan adanya pohon-pohon yang melampaui batas-batas tegangan yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
- Kemungkinan adanya ikatan penghantar pada isolator yang rusak.
- Kemungkinan adanya isolator yang retak dan pecah.
- Kemungkinan adanya perubahan andongan sehingga batas aman tegangan yang sesuai
dengan peraturan tidak dapat terpenuhi.
- dll
II. PETUGAS RONDA TOWER (MENARA)
Petugas ini perlu memeriksa keadaan :
- Kemungkinan adanya kerusakan pada bagian menara yang disebabkan oleh alam atau
manusia yang tidak bertanggung jawab.
- Kemungkinan adanya batang-batang baja yang hilang atau terlepas.
- Kemungkinan adanya baut-baut yang terlepas.
- Kemungkinan adanya penghantar pentanahan yang terputus.

Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut dilakukan secara visual yaitu dengan cara melihat langsung
keadaan yang diamati atau bila perlu menggunakan teropong (keker) dan disertai dengan
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan trace seperti pemangkasan jalan patrol, memotong dahan
dan ranting yang dapat membahayakan, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja
pemeliharaan jaringan transmisi terdapat berapa hal yang perlu diperhatikan yang diantaranya
adalah :
1. Rencana kerja pemeliharaan yang wajar (Time Schedule)
2. Peralatan kerja yang dibutuhkan (Tool)
3. Material yang diperlukan (Part)
4. Tenaga kerja yang dibutuhkan
5. K3
6. Peraturan-peraturan pemerintah/Daerah

PERSYARATAN UMUM PETUGAS PEMELIHARAAN


Persyaratan umum untuk petugas pemeliharaan jaringan transmisi dapat berbeda dalam dua
macam yaitu :
1. Persyaratan umum untuk kepala regu (kelompok)
2. Persyaratan umum untuk anggota regu pemeliharaan jaringan.

I. Persyaratan umum untuk kepala regu pemeliharaan jaringan transmisi


- Mempunyai fisik tubuh sehat dan kuat
- Menguasai tugas-tugas yang akan dan harus dikerjakan
- Dapat mengkoordinir anggota regu pemeliharaan
- Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar atas tugasnya dan keselamatan anggotanya
II. Persyaratan umum untuk anggota regu pemeliharaan jaringan.
- Mempunyai fisik yang sehat dan kuat
- Taat pada atasan/kepala regu
- Cukup tahu dalam tugas dan pekerjaannya
- Dapat ikut aktif membantu kepala regu

B. TOWER (MENARA BAJA)


Jenis Tower :
a. Strain Tower (Tension Tower)
Tower jenis ini dipergunakan sebagai jenis tower pemegang dimana koduktor pada tower ini
diputuskan kemudian disambung dengan jumper adapun gaya mekanik yang diderita oleh
tower ini terjadi dua arah yang berlawanan.
b. Suspension Tower
Tower ini dipergunakan sebagai penggantung konduktor dimana konduktor pada gaya tower
ini hanya memikul beban yang disebabkan konduktor yang arahnya kebawah dan pada
tower ini konduktor tidak dipotong.
- Line Tower
Tower yang dipasang pada line yang lurus (O) untuk keperluan ini dapat dipergunakan
tower jenis tension atau suspension.
- Angle Tower
Tower jenis ini dipergunakan untuk jalur yang berbelok antara 0 - 60 tetapi dapat juga
sampai 90 untuk keadaan khusus.
Penggunaan tower jenis suspension hanya digunakan untuk jalur yang mempunyai
belokan 0 – 5 sedangkan penggunaan tower tension dapat digunakan untuk jalur yang
mempunyai belokan 0 – 60.
- Terminal Tower
Tower ini digunakan sebagai tower terakhir (ujung) yang ditempatkan dekat lokasi GI.
Untuk keperluan ini digunakan tower jenis tension. Dimana gaya yang bekerja pada
tower ini adalah beban tarikan dari satu arah dan untuk penempatan tower ini perlu
diusahakan agar tidak berbelok (O2) artinya harus tegak lurus dengan gelagarnya.
Namun kadang-kadang terminal tower tidak bisa dihindarkan untuk berbelok untuk ini
maksimal 1 – 5 bila lebih besar dari ini perlu dipasang khusus namun tidak bolehlebih
dari 50. Penggunaan Tower antara Bandung-Cirebon-Unggaran digunakan sbb :

Sudut Belok Jenis Tower Keterangan

0–2 A Suspension
5 AR Strain
0 – 10 B Strain
0 – 30 C Strain
0 – 45 D Strain
0 – 60 E Strain
0 – 45 F Strain Terminal
0 – Taff Deviasion F/90 Tower Khusus Percabangan

Model Tower
a. Piramide Tower
b. Portal Tower
c. Guyed Tower
d. Delta Tower

Ketinggian Tower
Ketinggian tower yang diperlukan tergantung pada besar kecilnya span jaringan yang
digunakan, span semakin lebar tower akan semakin tinggi, namun untuk tower 500 kV di
Indonesia dibatasi +18 meter dimana ketinggian tower normal 35 m ketinggian tower
yang diperlukan dapat dilihat dari rumus :

H=F+S

Dimana :
H : Tinggi Tower
F : Ground Clerence (Untuk Indonesia 15 M)
S : Sagging (jarak antara horizontal kawat dengan titik
terendah lendutan kawat).

Besarnya sagging ditentukan oleh tiga faktor :


a. Span (C)
b. Tarikan Kawat (T)
c. Berat Kondukor (P)

Dimana Besarnya SAG adalah :

S = C2 . P

8.T

Span rata-rata adalah 500 m, namun karena dalam pemasangan tidak mungkin selalu
500 m, berhubungan dengan tanah yang tidak lurus dan datar, maka tinggu tiang pun
tidak selalu 35 m di Indonesai perubahan ketinggian tiang pun tidak selalu 35 m di
Indonesia perubahan ketinggian tiang sebesar 3m sehingga tinggi tower menjadi
demikian.

Type Tower

-3 0 +3 +6 +9 +12 +15 +18

A 32 35 38 41 44 47 50 53

AR 32 35 38 41 44 47 50 53

B 32 35 38 41 - - - -

C 32 35 38 41 - - - -

- - -
D 32 35 38 41 - - - -

E 32 35 38 41 - - - -

F 32 35 38 41 - - - -

F/90 - 35 38 41 -

Bagian Dari Menara

a. Puncak Menara (God Head)

b. Badan Tower (Body Tower)

c. Lengan Pemikul (Cross Arm)

d. Tambahan Badan Menara (Extensi Body Tower)

e. Rangka Miring (Diagonal)

f. Rangka Menyudut didalam (spider)

g. Baut Panjat (Step Bolt)

h. Rangka Mendatar (Leveler)

i. Washer, nut, ring, lock nut

Anda mungkin juga menyukai