Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KHUSUS PENDALAMAN MATERI

APOTEKER UHAMKA
DOSEN : NUMLIL KHAIRA RUSDI

Klp 1 (Hipertensi), Jelaskan tentang :


a) Hipertensi essensial
b) Klasifikasi hipertensi
c) Berapa nilai Target penurunan tekanan darah (goal of
blood pressure)
d) Apa yang anda ketahui tentang hipertensi pada kehamilan,
tatalaksananya serta Kategori obat antihipertensi pada ibu
hamil (sebutkan obat antihipertensi yang masuk kategori A, B,
C ,D dan X
e) Hipertensi pada lansia, dan tatalaksananya?
f) Apa yang anda ketahui ttg hipotensi orthostatik? Obat-obat
apa saja yang bisa menyebabkan hipotensi orthostatik?
g) Obat antihipertensi apa yang perlu diperhatikan pada pasien
dengan COPD dan asma, kenapa?
h) Obat antihipertensi yang harus dihindari pada pasien
yang mengalami disfungsi ereksi, kenapa?
i) Obat antihipertensi yang harus dihindari pada pasien gout?
j) Kapan diperlukan kombinas antihipertensi? Apa obat
kombinasi yang lebih direkomendasikan?
k) Apa yang anda ketahui ttg resistensi antihipertensi?
Penyebab dan tatalaksanaknya?
l) Apa yang anda ketahui ttg hipertensi emergensi / krisis
hiperteni? Tatalaksana?

Klp 2: Hiperlipidemia. Jelaskan tentang :


a) Klasifikasi dislipidemia
b) Diagnosa dislipidemia
c) Tujuan terapi antihiperlipidemia
d) Pengobatan dislipidemia berdasarkan klasifikasinya
e) Apa yang anda ketahui tentang tatalaksana hiperlipidemia pada
ibu hamil? serta Kategori obat antihiperlipidemia pada ibu hamil
(sebutkan obat antihiperlipidemia yang masuk kategori A, B,
C ,D dan X
f) Apa yang anda ketahui tentang diabetik
dislipidemia, tatalaksana?
g) Hiperlipidemia pada lansia, dan tatalaksananya?
h) Bagaimana tatalaksana pasien hiperlipidemia dengan
hipertensi? Adakah obat antihipertensi yang mempengaruhi
nilai kolesterol?
i) Apa yang anda ketahui ttg rhabdomiolisis? Data laboratorium
untuk mengetahui seseorang mengalami rhabdomiolisis?
j) Kapan diperlukan kombinasi antihiperlipidemia? Apa
obat kombinasi yang lebih direkomendasikan?

KLP 3 : Ishemic heart diseases-angina


a) Jelaskan tipe-tipe angina dan pengobatannya
b) Apa yang anda ketahui tentang PCI pada pasien angina?
c) Apa pilihan terapi pengobatan pasein angina dengan faktor risiko:
a. Hiperlipid
b. Dm
c. hipertensi
d) Jelaskan penggunaan obat-obat dibawah ini pada pasien angina
(baca dipiro) :
1. B bloker
2. CCB
3. Nitrat
4. Ranolazin

KLP 4 : Stroke ishemik-trasient ischemic attack


a) Jelaskan perbedaan stroke iskemik dengan stroke hemoragik (dilihat
dari pengobatannya)
b) Jelaskan pengobatan stroke iskemik akut beserta onsetnya
c) Jelaskan apa yang anda ketahui tentang : ASA, tPA,
antiplatelet, antikoagulan pada pasien stroke
d) Apa yang anda ketahui tentang ES dan nilai laboratorium INR, PT
pada penggunaan obat anti platelet/antokoagulan/trombolitik pada
pasien stroke

Sumber literature UTAMA : Farmakoterapi Dipiro dan jurnal-jurnal


yang mendukung
HIPERTENSI

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah sistolik
(SBP) ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) ≥ 90 mmHg. Pada pemeriksaan yang
berulang (Pedoman tatalaksan hipertensi pada penyakitkardiovaskular 2015).

Hipertensi adalah sebuah penyakit yang secara umum didefinisikan pada tekanan darah
arteri yang meningkat secara terus-menerus (DiPiro Pharmacology 2015).
a) Hipertensi essensial
1. Hipertensi Primer/essensial
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer). Multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor
genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok,
stress emosi, obesitas dan lain-lain. (Farmakologi & Terapi FKUI 2007)
2. Hipertensi Sekunder
Kurang dari 10% pasien merupakan penderita hipertensi sekunder yang biasanya
disebabkan karena penyakit lain atau efek samping obat.

b) Klasifikasi hipertensi

Pharmacotherapy Handbook, 2015


c) Berapa nilai Target penurunan tekanan darah (goal of blood pressure) (JNC 8)

d) Apa yang anda ketahui tentang hipertensi pada kehamilan, tatalaksananya serta
Kategori obat antihipertensi pada ibu hamil (sebutkan obat antihipertensi yang
masuk kategori A, B, C ,D dan X

Source: The American College of obstetricians and Gynecologists, 2013 ;


Pharmacoteraphy Handbook ed. 9 Hal.98

 Chronic Hypertension (Hipertensi Kronik)– ibu hamil memiliki tekanan darah


yang tinggi (over 140/90) sebelum waktunya (sebelum 20 minggu) dan selanjutnya
terjadi setelah kehamilan. Hipertensi kronis didefinisikan sebagai hipertensi yang
hadir dan dapat diamati sebelum kehamilan atau yang didiagnosis sebelum minggu
ke-20 kehamilan.

Gestational Hypertension (Hipertensi Gestasional)– terjadi tekanan darah tinggi
setelah minggu ke-20 kehamilan dan akan hilang setelah melahirkan. Hipertensi
pada kehamilan yang tidak disertai proteinuria, hipertensi yang dapat terjadi hingga
12 minggu pasca persalinan.

Preeclampsia – chronic hypertension and gestational hypertension dapat
menyebabkan kondisi yang parah setelah minggu ke 20 kehamilan. Gejala nya
mencakup peningkatan tekanan darah (tekanan darah sistolik >140 mmHg atau
tekanan diastolik > 90 mmHg) dan protein dalam urin/proteinuria (≥ 300 mg/24
jam). Peningkatan tekanan darah muncul disertai dengan gejala sakit kepala,
penglihatan kabur, dan nyeri perut. Hal ini dapat membuat komplikasi serius antara
ibu dan bayi jika tidak ditindak dengan cepat.
 Tatalaksana
1. Menekan Resiko Ibu
2. Hindari Obat Membahayakan Janin
3. Laboratorium : Test Spesifik (Ekg, Echo, Opthalmology, USG Ginjal).
4. Usg, Hipertensi Kronik Dalam Kehamilan Dgn Penyulit Yakni Penyakit
Kardiovaskular Atau Penyakit Ginjal Perlu Perhatian Khusus.
5. Test Kesejahteraan Janin
6. Labetalol (terapi lini pertama) memiliki onset kerja lebih cepat daripada
metildopa, serta direkomendasikan sebagai terapi lini pertama.
7. Nifedipin (terapi lini kedua) dan Metildopa (terapi lini ketiga) dengan onset
kerja yang lama.
8. Obat antihipertensi golongan Beta-blocker seperti Metoprolol dan Nadolol juga
dapat digunakan untuk tatalaksana hipertensi pada kehamilan yang disertai
dengan penyakit jantung. Magnesium sulfat dapat ditambahkan ke dalam
regimen terapi pada wanita hamil dengan preeklamsia bila terdapat risiko tinggi
terjadinya bangkitan.
9. Obat antihipertensi golongan ACE inhibitor (misalnya captopril, lisinopril) harus
dihindari pada saat kehamilan. Hal ini disebabkan karena terdapatnya risiko
kerusakan atau kematian janin bila digunakan pada trimester kedua atau ketiga.
Selain itu, penggunaan ACE inhibitor pada trimester pertama akan meningkatkan
risiko malformasi sistem saraf pusat dan kardiovaskuler pada janin.
10. Obat antihipertensi golongan ARB (angiotensin receptor blocker), seperti
valsartan, irbesartan, candesartan, dan losartan juga tidak disarankan untuk
digunakan pada kehamilan karena mekanisme kerjanya hampir sama dengan
ACE inhibitor. Sementara itu obat antihipertensi golongan diuretika seperti HCT
tidak menyebabkan malformasi janin akan tetapi dapat menghalangi ekspansi
volume fisiologis normal sehingga tidak direkomendasikan untuk digunakan pada
kehamilan.
 Kategori obat pada kehamilan

e) Hipertensi pada lansia, dan tatalaksananya?


Biasanya terjadi pada usia > 50 tahun. Tekanan darah meningkat dengan bertambahnya
umur karena pengerasan dinding pembuluh darah. Pembuluh darah yang dindingnya
sudah mengeras mengakibatkan tekanan darah lebih tinggi dibandingkan dinding yang
lebih elastis.

Penderita hipertensi pada lansia dapat juga terjadi hipertensi sistolik yang terisolasi. Data
epidemiologi mengindikasikan bahwa morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
berhubungan dengan SBP daripada BDP pada penderita 50 tahun keatas.

 Tatalaksana
1. Centrally acting agents dan α1 blocker umumnya harus dihindari atau digunakan
dengan hati-hati pada orang tua karena sering dikaitkan dengan pusing dan
hipotensi ortostatik.
2. Diuretik, ACE inhibitor, dan ARB memberikan manfaat yang signifikan dan dapat
digunakan dengan aman pada orang tua, namun dosis awal yang lebih kecil dari
biasanya harus digunakan untuk terapi awal (Dipiro 2014).
3. Pada lansia Beta-Blocker merupakan first line untuk penderita hipertensi dengan
angina dan ACE inhibitor sangat baik untuk penderita diabetes atau gagal
jantung (Iso farmakoterapi 2008).
 Alogaritma Hipertensi untuk Lansia (JNC 8)

f) Apa yang anda ketahui ttg hipotensi orthostatik? Obat-obat apa saja yang bisa
menyebabkan hipotensi orthostatik?

Hipotensi ortostatik, yaitu berkurangnya tekanan darah yang bermakna bila melakukan
perubahan posisi tubuh seperti berdiri dari posisi duduk, bangun dari posisi tidur dan
sebagainya, dapat diikuti dengan pusing dan atau hilang kesadaran.

Berkurangnya tekanan darah sistolik >20 mmHg atau tekanan darah diastolik >10 mmHg
dari posisi berbaring ke posisi berdiri lebih sering dijumpai pada lansia dengan hipertensi
sistolik, diabetes, dan yang menggunakan loop diuretik, venodilator (Nitrat, α1 bloker)
dan obat-obat psikotropik.

 Obat obat yang dapat menyebabkan Hipotensi Orthostatik


1. Diuretik
2. Antagonis adrenergik α1
3. Kombinasi α/β-bloker
4. Golongan nitrat
5. Fosfodiesterase

Pasien hipertensi dengan resiko hipotensi ortostatik seharusnya diberikan obat


antihipertensi dimulai dengan dosis kecil, terutama untuk obat golongan diuretik, ACE
inhibitor dan ARB (Dipiro 2014).
g)Obat antihipertensi apa yang perlu diperhatikan pada pasien dengan COPD dan asma,
kenapa?

Beta bloker non selektif dapat menyebabkan terjadinya COPD dan asma karena dapat
merangsang brokospasme (dipiro 2015). Contoh obat beta bloker non selektif:
propanolol, labetolol, carvedilol, timolol

Beta bloker selektif lebih aman digunakan untuk pasien COPD dan asma tetapi pada dosis
yang lebih tinggi, beta bloker selektif kehilangan selektifitasnya pada reseptor beta-1 dan
akan memblok reseptor beta-2. (pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi 2006).
Contoh obat beta bloker selektif: atenolol, bisoprolol, metoprolol, acebutolol

h) Obat antihipertensi yang harus dihindari pada pasien yang mengalami disfungsi ereksi,
kenapa?

Obat antihipertensi golongan diuretik, beta bloker, agonis alfa-2 reseptor dapat
menyebabkan efek samping disfungsi ereksi pada pria (basic pharmacology & drug notes
edisi 2017)

Mekanisme kerja obat diuretik dalam menurukan tekanan darah adalah dengan
mengurangi volume darah sehingga aliran darah ke penis berkurang dan menyebabkan
disfungsi ereksi (dipiro 2015)

i) Obat antihipertensi yang harus dihindari pada pasien gout?


Obat antihipertensi golongan diuretik mempunyai efek samping menghambat ekskresi
asam urat dari ginjal sehingga menyebabkan hiperurisemia (Basic Pharmacology & drug
notes edisi 2017)

j) Kapan diperlukan kombinas antihipertensi? Apa obat kombinasi yang lebih


direkomendasikan?

KAPAN DIGUNAKAN? (Dipiro et al. 2014 hlm 258
 Terapi awal dengan kombinasi menggunakan dua obat antihipertensi sangat
dianjurkan untuk pasien hipertensi tahap dua dan merupakan pilihan untuk
mengobati pasien hipertensi tahap pertama. Dapat digunakan untuk mengontrol
TD pada pasien dengan complelling indication, pasien yang memerlukan dua atau
lebih antihipertensi.
 Menggunakan kombinasi obat dengan dosis rendah memberikan pengurangan
yang lebih besar pada tekanan darah dibandingkan dengan agen tunggal dengan
dosis tinggi.

REKOMENDASI OBAT (Dipiro et al. 2014 hlm 259)
1. Preferred
✓ ACEI, ARB/Diuretic
✓ ACEI, ARB/CCB
2. Acceptable
✓ CCB/ β-blocker
✓ Thiazide diuretic/potassium-sparing diuretic
3. Less effective
✓ ACE, ARB/ β-blocker

k) Apa yang anda ketahui ttg resistensi antihipertensi? Penyebab dan tatalaksananya?

DEFINISI (Dipiro et al. 2014 hlm. 262)
Hipertensi resisten (HR) didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai target
tekanan darah <140/90 mmHg pada populasi umum hipertensi dan <130/80 mmHg
pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik (PGK) ketika pasien mematuhi
dosis optimal suatu rejimen yang tepat dari 3 obat antihipertensi, termasuk diuretik.
Definisi di atas tidak berlaku untuk pasien yang baru saja didiagnosis hipertensi dan/
atau belum menerima pengobatan yang sesuai.

PENYEBAB (Dipiro et al. 2014 hlm. 262)
1. Volume overload: Insufisiensi ginjal progresif, Intake sodium yang
berlebihan/asupan garam berlebihan, Terapi diuretik tidak adekuat.
2. Kondisi pasien terkait gaya hidup: obesitas, konsumsi alkohol berlebihan.
3. Berkaitan dengan obat: ketidakpatuhan pasien, dosis indekuat, penggunaan
beberapa obat seperti Kortikosteroid.
Hipertensi diinduksi obat:
- Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), kokain, amfetamin, obat terlarang lainnya -
Agen-agen simpatomimetik, hormon kontrasepsi oral, siklosporin, takrolimus
- Erythropoietin, kortikosteroid, liquorice, senyawa herbal (ephedra, ma huang)

TERAPI
1. Terapi Non Farmakologi
Penurunan berat badan, pembatasan konsumsi garam, mengurangi konsumsi
alkohol, berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik, dan konsumsi makanan tinggi
serat, rendah lemak, kaya buah-buahan dan sayuran (Koda-Kimble et al. 2013 hlm.
298)
2. Terapi Farmakologi
Kombinasi 4 obat yang terdiri dari ACEI atau ARB dengan diuretic Thiazide, CCB, dan
β-blocker (Koda-Kimble et al. 2013 hlm. 299)
 Tatalaksana

l) Apa yang anda ketahui ttg hipertensi emergensi / krisis hiperteni? Tatalaksana?
Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastolik >120 mmHg secara
mendadak. Hipertensi emergency biasanya disertai dengan kerusakan organ secara akut,
sedangkan hipertensi krisis tidak (Dipiro et al. 2014 hlm 263)


Hipertensi krisis idealnya ditangani dengan cara terapi pemeliharaan melalui
penambahan antihipertensi baru dan/atau meningkatkan dosis pengobatan yang
digunakan saat ini.
1. Pemberian dari obat oral seperti captopril, atau labetalol dengan segera diikuti
dengan observasi selama beberapa jam untuk memastikan penurunan tekanan
darah secara bertahap
2. Dosis Captopril oral 25-50mg dapat diberikan pada interval waktu 1-2 jam.
Onset aksinya 15-30 menit
3. Labetalol dapat diberikan dengan dosis 200-
400mg Sumber: Dipiro et al. 2014 hlm 263


Hipertensi emergency harus segera diberikan terapi untuk menurunkan tekanan darah guna
membatasi proses kerusakan organ. Tujuannya bukan untuk menurunkan
tekanan darah menjadi normal secara total, melainkan menurunkan tekanan darah
sekitar 25% dalam hitungan menit-jam dengan obat antihipertensi parenteral dalam
beberapa jam. Kemudian TD diturunkan ke tingkat normal menggunakan
antihipertensi oral dalam beberapa minggu.
1. Jika tekanan darah stabil, dapat diturunkan jadi 160/100mmHg untuk 2-6 jam
berikutnya.
2. Penurunan tekanan darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan iskemia
organ atau infark. Jika tekanan darah dapat di toleransi dengan baik, penurunan
tekanan drah dapat di lanjutkan sevara bertahap setelah 24-48 jam.
Contoh obat parenteral: Fenoldopam, Labetalol
Sumber: Katzung et al. 2012 hlm 208

PENGOBATAN
1. Nitroprussida

Antihipertensi pilihan untuk mengontrol dari menit ke menit. Pada umumnya
diberikan secara infus intravena dengan laju 0,25- 10mcg/kg/menit. Onset aksi
hipotensi langsung terjadi dan menghilang 2-5 menit diskontinyu.

Efek samping : nausea, mual, berkeringat

Pemberian nitroprussida membutuhkan pengawasan tekanan intra-arteri stabil
(konstan)
2. Nicardipine

Diberikan secara intravena 5-15 mg/jam ditambah 1,25 mg/jam setelah 15 menit.

Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala, takikardia , kemerahan, nausea dan
mual
3. Labetolol

Diberikan dosis awal 20 mg injeksi IV perlahan periode 2 menit diikuti dengan injeksi
tambahan 40-80 mg selang waktu 10 menit hingga dosis total 300mg.

Efek samping : hipotensi ortostatik melalui efek bloking α, nausea, mual, berkeringat,
sakit kepala, kemerahan, dan pusing.
ALOGARITMA HIPERTENSI
HIPERLIPIDEMIA

Hiperlipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid yakni terjadinya peningkatan fraksi


lipid dan lipoprotein dalam plasma. Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah
kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, triasilgliserol (TG), serta penurunan
kolesterol HDL (WHO, 2015).

Dislipidemia adalah peningkatan total kolestrol, LDL, Trigliserida dan penurunan HDL atau
kombinasi yang tidak normal (Pharmacotherapy Handbook Ed 9 Hal: 65).
Etiologi:

• Kelainan genetik (keturunan)


Primer
• lingkungan

• Diabetes melitus
• Hipotiroid
Sekunder
• Sindrom nefrotik
• Gagal ginjal kronik

a) Klasifikasi dislipidemia

Patofisiologi Approach Dipiro 2015 Hal: 723


b) Diagnosa dislipidemia (Pharmacotherapy Handbook Ed 9 Hlm. 66)

c) Tujuan terapi antihiperlipidemia (DIPIRO 2015)


 Terapi Non Farmakologi
1. Diet
2. Penurunan BB
3. Perubahan gaya hidup
4. Aktivitas fisik/olahraga
5. Berhenti merokok
6. Konsumsi suplementasi minyak ikan mengurangi trigliserida dan K-VLDL
7. Menjaga pola makan dengan mengurangi asupan lemak untuk mengurangi kadar
kolesterol dalam tubuh.
 Terapi Farmakologi
d) Pengobatan dislipidemia berdasarkan klasifikasinya (Dipiro 2015)

e) Apa yang anda ketahui tentang tatalaksana hiperlipidemia pada ibu hamil? serta
Kategori obat antihiperlipidemia pada ibu hamil (sebutkan obat antihiperlipidemia
yang masuk kategori A, B, C ,D dan X)

 Pada wanita hamil kadar kolesterol (30-40 mg/dL ) dan TG (150 mg/dL )
meningkat secara progresif, terjadi sekitar minggu ke 36 sampai minggu ke 39. Tingkat TG
bisa naik sebanyak (1,70 mmol/L). Jika pasien memiliki risiko sangat tinggi, dapat
dipertimbangkan dengan penggunaan obat golongan BAR (bile acid resin).

 Contoh obat golongan A,B,C dan X:


 Terapi diet merupakan pengobatan utama pada wanita hamil dengan penekanan
dan pemeliharaan diet yang bergizi, seimbang sesuai kebutuhan pada saat kehamilan
(Dipiro 2014)

Statin (obat X) dikontraindikasikan, direkomendasikan colesevalam karena obat golongan B


(Medscape 2018)

Golongan obat lain asam nikotinat contonya Niasin tidak ada kontraindikasi dengan ibu
hamil (kategori A, C)

Terjadinya hiperlipidemia pada wanita hamil : Anormalitas lipoprotein, hiperglikemia Overproduksi TG dalam
 
hati dan <HDL <HDL dengan deaktifasi LPL >>VLDL, LDL, TG

 
Pembentukan jaringan adiposa Arterosklerosis Hiperlipidemia

f) Apa yang anda ketahui tentang diabetik dislipidemia, tatalaksana? (Pharmacotherapy


Handbook Ed 9 Hal: 74)
Diabetik dislipidemia yaitu ditandai dengan hipertrigliseridemia, HDL rendah, dan LDL
yang sedikit meningkat.

ATP III menganggap diabetes sebagai risiko PJK setara, dan target utamanya adalah untuk
menurunkan LDL menjadi <100 mg/dL (<2,59 mmol/L).

Bila LDL ≥130 mg/dL (>3,36 mmol/L), kebanyakan pasien membutuhkan terapi pengubahan
gaya hidup dan obat-obatan penurun LDL.

Bila LDL 100-129 mg/dL (2,59 dan 3,34 mmol/L), maka pertimbangkan pilihan terapi
sebagai berikut:
1. Kontrol glisemik yang intensif
2. Penambahkan obat untuk dislipidemia aterogenik (fibrat dan niasin). Untuk
pemakaian Niacin, utamakan bentuk sustained-release yang lebih aman.
Sedangkan untuk gol. Fibrat, Gemfibrozil merupakan obat yang paling baik.
3. Intensifkan terapi penurunan LDL; umumnya Statin menjadi pilihan utama karena
target utamanya adalah LDL (paling baik pilih Atorvastatin atau Simvastatin)
4. Bila baseline trigliserida ≥ 200 mg/dL, maka non-HDL kolesterol menjadisasaran
sekunder terapi.

g) Hiperlipidemia pada lansia, dan tatalaksananya? (PERKI 2013 Hal: 39)



Pasien lansia dengan hiperkolesterolemia memiliki faktor resiko untuk terjadi Penyakit
jantung koroner (PJK) pada usia > 65 tahun dari pada pasien yang muda. Resiko yang
ditimbulkan seperti kadar serum kolesterol akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Pada pasien lansia yang beresiko tinggi kecil kemungkinan diberikan statin, karena tidak
tercapainya potensi.

Pada wanita lansia yang menderita Penyakit jantung koroner (PJK) dapat beresiko
osteoporosis. Namun dapat diberikan Statin, yang dapat mengurangi resiko
osteoporosis, tetapi harus diimbangi dengan terapi yang dapat diberikan dengan
asupan kalsium dan olahraga yang ringan.

Secara khusus, pasien yang lebih tua lebih cenderung mengalami konstipasi (BAR),
perubahan kulit dan mata (niasin), asam urat (niasin), batu empedu (turunan asam fibrat),
dan kelainan tulang / sendi (turunan asam fibrat, statin). Terapi harus dimulai dengan
dosis rendah dan diberikan perlahan untuk meminimalkan efek samping.

Obat-obat yang tidak direkomendasikan untuk lansia, diantaranya :
 BAR
 Niasin
 Asam fibrat
 Turunan asam fibrat / statin

Obat yang direkomendasikan: Statin

h) Bagaimana tatalaksana pasien hiperlipidemia dengan hipertensi? Adakah obat


antihipertensi yang mempengaruhi nilai kolesterol?
Hiperlipedemia menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi yang diawali dengan
pembentukan aterosklerosis pada pembuluh darah.

Penderita dislipidemia yang menderita hipertensi dapat direkomendasikan obat golongan
alfa bloker

Obat golongan diuretik tidak boleh diberikan pada penderita dislipidemia yang juga
menderita hipertensi, terutama golongan thiazide karena dapat mengganggu penyerapan
kalium di usus sehingga penyerapan kilomikron dalam usus terganggu akibatnya kadar
kilomikron meningkat. Serta diuretik thiazid dapat menyebabkan hyperlipidemia.

Antihipertensi yang mempengaruhi kadar kolesterol:
1. Beta Bloker : Efek samping hyperlipidemia, meningkatkan 20-50% kadar TG dan
menurunkan HDL 10-15% (non selektif), meningkatkan 15-30% kadar TG
menurunkan HDL 5-10% (selektif).
2. Diuretik Thiazide : Meningkatkan kadar 30-50% TG dan hanya menaikan 1% HDL

Sumber: At a Glance Medicine Hal: 139, Koda Kimble 2013 Hal: 269

i) Apa yang anda ketahui ttg rhabdomiolisis? Data laboratorium untuk mengetahui
seseorang mengalami rhabdomiolisis?

Definisi
Rabdomiolisis merupakan cedera jaringan otot rangka yang berakibat terlepasnya
komponen serat otot (elektrolit, mioglobin, kreatin kinase, dan protein sarkoplasma
lainnya) ke cairan ekstrasel dan sirkulasi.

Data Lab:
1. Kadar mioglobin
2. Enzim kreatinin kinase
3. Enzim laktat dehidrogenase
4. Pemeriksaan elektrolit
j) Kapan diperlukan kombinasi antihiperlipidemia? Apa obat kombinasi yang lebih
direkomendasikan? (Katzung Edisi 12 tahun 2013)
 Kapan harus dikombinasi ?
1. Jika target kolesterol LDL-nya tidak tercapai dengan terapi statin dosis tinggi atau
bagi pasien yang tidak toleran terhadap statin
2. Jika kadar VLDL meningkat signifikan selama terapi hiperkolesterolemia dengan
suatu resin
3. Ketika kadar LDL dan VLDL meningkat pada awal terapi
4. Ketika kadar LDL / VLDL tidak menjadi normal dengan satu obat
5. Ketika terdapat defisiensi HDL atau Peningkatan kadar Lp(a) bersama dengan
hiperlipidemia lainnya

Catatan : Dalam terapi kombinasi perlu digunakan dosis efektif yang terendah dan
pasien perlu dipantau secara ketat untuk melihat adanya toksisitas.
 Obat yang dapat dikombinasikan ?
1. Turunan Asam Fibrat dan Resin Pengikat Asam Empedu
2. Inhibitor HMG-KoA Reduktase dan Resin Pengikat Asam Empedu
3. Niasin dan Resin Pengikat Asam Empedu
4. Niasin dan Inhibitor Reduktase
5. Inhibitor Reduktase dan Ezetimib
6. Inhibitor Reduktase dan Fenofibrat
7. Kombinasi Resin, Ezetimib, Niasin, dan Inhibitor Reduktase
8. Statin ditambah BAR atau niasin ditambah BAR
9. Ezetimibe dengan BAR atau dengan niasin
10. Kombinasi fibrat (fenofibrat, bezafibrat, dan cipofibrat) dengan statin
ISHEMIC HEART DISEASES-ANGINA

Penyakit jantung iskemik (IHD) didefinisikan sebagai kurangnya aliran darah jantung akibat
ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen ke miokardi akibat
penyempitan arteri koroner atau obstruksi (Pharmacoterapy Handbook Ed 9).
Faktor Resiko & Etiologi:

Faktor Resiko

• Diet (Hiperlipidemia)
• Diabetes Melitus
• Hipertensi
Primer • Rokok
• Stress
• Obesitas
• Kurang aktivitas
• Usia
• Jenis kelamin
Sekunder
• Ras
• Riwayat keluarga

 Etiologi:
Suplai darah menurun (aterosklerosis/spasme)
Kebutuhan meningkat (Kerja Fisik)

a) Jelaskan tipe-tipe angina dan pengobatannya


5. Angina Stabil

Jenis angina yang paling umum ditemukan dan terjadi setelah kerja fisik,emosi atau
makan (berjalan setelah makan), gejala nya dada seperti diremas yang disebabkan
oleh penurunan perfusi koroner akibat obstruksi menetap yang disebabkan
aterosklerosis koroner.
6. Angina Tidak Stabil

Serangan Angina terjadi baik sewaktu istirahat maupun kerja fisik, penemuan klinis
edema pulmonari, pengeluaran mitral, suara dari dada, hipotensi, bradikardi atau
takikardi.
7. Angina Varian

Suatu serangan angina yang terjadi pada saat istirahat disebabkan spasme arteri
koroner.
b) Apa yang anda ketahui tentang PCI pada pasien angina?

PCI (PERCUTAN CORONARY INTERVENTION), pertama kali digunakan pada tahun


1977, merupakan prosedur yang lebih kurang invasif. Suatu kateter penuntun dimasukan
melalui arteri vemoralis, brakialis, atau radialis, dan diposisikan dekat dengan stenosis
target. Kawat penuntun selanjutnya dimasukan kedalam lumen arteri coroner sampai
diposisikan melewati stenosis. Suatu kateter balon dimasukan melalui kawat ini, dan
selanjutnya dikembangkan pada lokasi stenosis untuk meningkankan diameter lumen. PCI
dinilai berhasil bila lumen arteri pada stenosis meningkat hingga lebih dari 50% diameter
arteri koroner normal.

30% pasien PCI setelah 6 bulan prosedur mengalami restenosis. Restenosis dapat
disebabkan oleh rekoil elastik pembuluh atau oleh hiperlasia intima, suatu penebalan
lapisan dalam(inner layer pada arteri yang diawali oleh denudasi endotel, dan ynag
mencangkup proliferasi sel sel otot polos intima dan produksi jaringan pengikat
restenosis umumnya menyebabkan iskemia jantung dan angina timbul kembali. Sehingga
perlu dilakukan PCI ulang.
c) Apa pilihan terapi pengobatan pasein angina dengan faktor risiko
2. Hiperlipid : Statin
3. Diabetes Melitus : ACE Inhibitor
4. Hipertensi : ACE Inhibitor atau ARB

Pertimbangkan aspirin 75 mg setiap hari untuk orang dengan angina stabil, dengan
mempertimbangkan risiko pendarahan dan komorbiditas.

d) Jelaskan penggunaan obat-obat dibawah ini pada pasien angina


1. Beta-Bloker
MK: Menghambat reseptor β dalam menurunkan kecepatan jantung, kontraktilitas

dan mengurangi kebutuhan oksigen miokard saat istirahat dan selama berolahraga.
ES: Menghambat dan mengurangi kekuatan denyut jantung sehingga mengurangi
kerja jantung.

KI: Brakikardi berat, asma berat (selektif: atenolol, metoprolol, betaxolol) dan
sinus brakikardia, asma bronkial (non selektif: propranolol, nadolol, timolol) Dosis:
2. CCB

MK: Menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran
kalsium yang sensitive terhadap tegangan, sehingga mengurangi masuknya kalsium
ekstraseluler dalam sel. Relaksasi otot polos vaskuler menyebabkan vasodilatasi. ES:
flushing, sakit kepala, takikardi.

KI: CCB Dihidropiridin: Nifedipin (syok jantung, angina tidak stabil), Amlodipin (syok
jantung, hipotensi). CCB Non Dihidropiridin: Diltiazem (IM akut, kongesti paru),
Verapamil (syok jantung, hipotensi).
Dosis:

3. Nitrat

MK: Nitrogliserin melepaskan ion nitrit bebas yang kemudian dikonversi menjadi nitrit
oksida. Nitrat oksida akan membentuk kompleks nitrosoheme dengan guanilat siklase
dan menstimulasi enzim ini sehingga kadar cGMP meningkat. Selanjutnya cGMP akan
menyebabkan defosfolirasi myosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Efek
vasodilatasi pertama ini bersifat non edhotelium-dependent. ES: Sakit kepala,
takikardia, muka kemerahan, hipotensi.
Dosis:

4. Ranolazin

MK: Pengurangan oksidasi asam lemak, yang akhirnya mengarah pada pergeseran
produksi energi miokard dari oksidasi asam lemak menjadi oksidasi glukosa.
ES: pusing, sakit kepala, konstipasi dan mual.
KI: Gangguan ginjal yang berat.
Dosis:
Tablet: 500 mg/hari; 1000 mg/hari
1 x p: 500 mg 2 x sehari
Dosis max: 1000 mg 2 x sehari.
ALOGARITMA ANGINA
STROKE ISHEMIK-TRASIENT ISCHEMIC ATTACK

Stroke adalah penurunan sistem syaraf secara tiba-tiba yang berlangsung selama 24 jam
dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah (Dipiro 2015).

Stroke disebabkan oleh gangguan pada aliran darah ke otak baik karena penyumbatan
pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah yg menyebabkan perdarahan pada otak
dan daerah sekitarnya. (Dipiro et al, 2015)

Transient ischemic attacks (TIA) atau serangan iskemia sementara adalah ketika gejala
stroke tidak menyebabkan kerusakan permanen pada otak, keadaan ini disebut Transient
ischemic attacks (TIA). TIA merupakan gejala yang terjadi tidak lebih dari 24 jam, biasanya
kurang dari 30 menit. (Dipiro et al, 2015)
a) Jelaskan perbedaan stroke iskemik dengan stroke hemoragik (dilihat dari pengobatannya)

th
Pharmacoterapy Handbook Ed. 9 , hal. 122
b) Jelaskan pengobatan stroke iskemik akut beserta onsetnya

Pharmacoterapy Handbook Ed. 9th, hal. 123


c) Jelaskan apa yang anda ketahui tentang : ASA, tPA, antiplatelet, antikoagulan pada pasien
stroke

ASA (acetylsalicylic acid)
Mencegah penggumpalan trombosit darah dan mencegah terbentuknya trombus yang
dapat menyumbat lumen pembuluh darah.

tPA (Tissue Plasminogen Activator)
Agen trombolitk yang ditemukan secara alami pada sel endotelial vaskular yang
terlibat dalam keseimbangan antara trombolisis dan trombogenesis. Pada tempat
trombus, ikatan antara tPA dan plasminogen pada permukaan fibrin menginduksi
perubahan konformasi yang mengubah plasminogen menjadi plasmin dan melarutkan
gumpalan darah. Agen trombolitik dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Agen spesifik-fibrin termasuk alteplase (tPA), reteplase (recombinant plasminogen
activator [R-PA]), dan tenecteplase.
2. Agen non-spesifik-fibrin termasuk streptokinase yang diindikasikan untuk infark
miokard akut, emboli paru akut, trombosis vena dalam, dan trombosis arteri. Saat
ini streptokinase kurang diminati sebagai trombolitik dibandingkan tPA karena
menyebabkan banyak fibrigenolisis
3. Agen trombolitik intravena lain termasuk reteplase, urokinase, anistreplase, dan
stafilokinase belum diuji secara intensif.
4. Desmoteplase adalah agen trombolitik lain yang didapat dari saliva kelelawar telah
menjalani uji klinis.
5. Tenecteplase adalah tPA yang dimodifikasi dengan waktu paruh lebih lama dan
lebih spesifik terhadap fibrin daripada alteplase, dan tampak menjanjikan dengan
kemampuan reperfusi lebih baik dan komplikasi perdarahan lebih sedikit.

Antiplatelet
Penghambat agregasi trombosit. Contoh: aspirin, dipiridamol, tiklopidin, clopidogrel,
absiksimab, tirofiban

Antikoagulan
Prinsip pemberian antikoagulan pada pasien stroke lebih ditujukan sebagai upaya
pencegahan rekurensi daripada perbaikan proses iskemia atau infark di otak. Pada
stroke iskemik non-kardioemboli, pemberian antikoagulan tidak dianjurkan mengingat
risiko perdarahan. Pemberian antikoagulan hanya dipertimbangkan jika pasien
mengalami hiperkoagulasi. Pada stroke iskemik non-kardioemboli, terapi hemostasis
yang diberikan hanya antiplatelet, yaitu acetylsalicylic acid (ASA). Contoh:
antikoagulan injeksi (heparin, danaparoid, lepirudin), antikoagulan oral (warfarin dan
antagonis vitamin)
d) Apa yang anda ketahui tentang ES dan nilai laboratorium INR, PT pada penggunaan obat
anti platelet/antokoagulan/trombolitik pada pasien stroke

Efek samping anti platelet
Bronkospasme, mual, muntah, nyeri, ulserasi, dan perdarahan saluran cerna,
perdarahan lain, trombositopenia.

Nilai laboratorium INR dan PT
Nilai PT (Protrombin Time) untuk menguji pembekuan darah melalui jalur ekstrinsik
dan jalur bersama yaitu faktor pembekuan VII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Selain
itu untuk memantau efek antikoagulan oral karena golongan obat tersebut
menghambat pembentukan faktor pembekuan protrombin, VII, IX, dan X.
Nilai INR (International Normalized Ratio) adalah ratio normal berstandar
international yang direkomendasikan oleh WHO yang sering digunakan untuk
pengukuran massa protrombin dan sebagai pedoman terapi antikoagulan.
Nilai normal : 0,8 – 1,2 detik
Tujuan : monitoring terapi warfarin pada pasien jantung stroke, katup jantung buatan,
terapi jangka pendek setelah operasi.

Anda mungkin juga menyukai