APOTEKER UHAMKA
DOSEN : NUMLIL KHAIRA RUSDI
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan darah sistolik
(SBP) ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) ≥ 90 mmHg. Pada pemeriksaan yang
berulang (Pedoman tatalaksan hipertensi pada penyakitkardiovaskular 2015).
Hipertensi adalah sebuah penyakit yang secara umum didefinisikan pada tekanan darah
arteri yang meningkat secara terus-menerus (DiPiro Pharmacology 2015).
a) Hipertensi essensial
1. Hipertensi Primer/essensial
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial
(hipertensi primer). Multifaktorial meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor
genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor, resistensi insulin dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok,
stress emosi, obesitas dan lain-lain. (Farmakologi & Terapi FKUI 2007)
2. Hipertensi Sekunder
Kurang dari 10% pasien merupakan penderita hipertensi sekunder yang biasanya
disebabkan karena penyakit lain atau efek samping obat.
b) Klasifikasi hipertensi
d) Apa yang anda ketahui tentang hipertensi pada kehamilan, tatalaksananya serta
Kategori obat antihipertensi pada ibu hamil (sebutkan obat antihipertensi yang
masuk kategori A, B, C ,D dan X
Penderita hipertensi pada lansia dapat juga terjadi hipertensi sistolik yang terisolasi. Data
epidemiologi mengindikasikan bahwa morbiditas dan mortalitas kardiovaskular
berhubungan dengan SBP daripada BDP pada penderita 50 tahun keatas.
Tatalaksana
1. Centrally acting agents dan α1 blocker umumnya harus dihindari atau digunakan
dengan hati-hati pada orang tua karena sering dikaitkan dengan pusing dan
hipotensi ortostatik.
2. Diuretik, ACE inhibitor, dan ARB memberikan manfaat yang signifikan dan dapat
digunakan dengan aman pada orang tua, namun dosis awal yang lebih kecil dari
biasanya harus digunakan untuk terapi awal (Dipiro 2014).
3. Pada lansia Beta-Blocker merupakan first line untuk penderita hipertensi dengan
angina dan ACE inhibitor sangat baik untuk penderita diabetes atau gagal
jantung (Iso farmakoterapi 2008).
Alogaritma Hipertensi untuk Lansia (JNC 8)
f) Apa yang anda ketahui ttg hipotensi orthostatik? Obat-obat apa saja yang bisa
menyebabkan hipotensi orthostatik?
Hipotensi ortostatik, yaitu berkurangnya tekanan darah yang bermakna bila melakukan
perubahan posisi tubuh seperti berdiri dari posisi duduk, bangun dari posisi tidur dan
sebagainya, dapat diikuti dengan pusing dan atau hilang kesadaran.
Berkurangnya tekanan darah sistolik >20 mmHg atau tekanan darah diastolik >10 mmHg
dari posisi berbaring ke posisi berdiri lebih sering dijumpai pada lansia dengan hipertensi
sistolik, diabetes, dan yang menggunakan loop diuretik, venodilator (Nitrat, α1 bloker)
dan obat-obat psikotropik.
h) Obat antihipertensi yang harus dihindari pada pasien yang mengalami disfungsi ereksi,
kenapa?
Obat antihipertensi golongan diuretik, beta bloker, agonis alfa-2 reseptor dapat
menyebabkan efek samping disfungsi ereksi pada pria (basic pharmacology & drug notes
edisi 2017)
Mekanisme kerja obat diuretik dalam menurukan tekanan darah adalah dengan
mengurangi volume darah sehingga aliran darah ke penis berkurang dan menyebabkan
disfungsi ereksi (dipiro 2015)
k) Apa yang anda ketahui ttg resistensi antihipertensi? Penyebab dan tatalaksananya?
DEFINISI (Dipiro et al. 2014 hlm. 262)
Hipertensi resisten (HR) didefinisikan sebagai kegagalan untuk mencapai target
tekanan darah <140/90 mmHg pada populasi umum hipertensi dan <130/80 mmHg
pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal kronik (PGK) ketika pasien mematuhi
dosis optimal suatu rejimen yang tepat dari 3 obat antihipertensi, termasuk diuretik.
Definisi di atas tidak berlaku untuk pasien yang baru saja didiagnosis hipertensi dan/
atau belum menerima pengobatan yang sesuai.
PENYEBAB (Dipiro et al. 2014 hlm. 262)
1. Volume overload: Insufisiensi ginjal progresif, Intake sodium yang
berlebihan/asupan garam berlebihan, Terapi diuretik tidak adekuat.
2. Kondisi pasien terkait gaya hidup: obesitas, konsumsi alkohol berlebihan.
3. Berkaitan dengan obat: ketidakpatuhan pasien, dosis indekuat, penggunaan
beberapa obat seperti Kortikosteroid.
Hipertensi diinduksi obat:
- Obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS), kokain, amfetamin, obat terlarang lainnya -
Agen-agen simpatomimetik, hormon kontrasepsi oral, siklosporin, takrolimus
- Erythropoietin, kortikosteroid, liquorice, senyawa herbal (ephedra, ma huang)
TERAPI
1. Terapi Non Farmakologi
Penurunan berat badan, pembatasan konsumsi garam, mengurangi konsumsi
alkohol, berhenti merokok, melakukan aktivitas fisik, dan konsumsi makanan tinggi
serat, rendah lemak, kaya buah-buahan dan sayuran (Koda-Kimble et al. 2013 hlm.
298)
2. Terapi Farmakologi
Kombinasi 4 obat yang terdiri dari ACEI atau ARB dengan diuretic Thiazide, CCB, dan
β-blocker (Koda-Kimble et al. 2013 hlm. 299)
Tatalaksana
l) Apa yang anda ketahui ttg hipertensi emergensi / krisis hiperteni? Tatalaksana?
Peningkatan tekanan darah sistolik >180 mmHg atau diastolik >120 mmHg secara
mendadak. Hipertensi emergency biasanya disertai dengan kerusakan organ secara akut,
sedangkan hipertensi krisis tidak (Dipiro et al. 2014 hlm 263)
Hipertensi krisis idealnya ditangani dengan cara terapi pemeliharaan melalui
penambahan antihipertensi baru dan/atau meningkatkan dosis pengobatan yang
digunakan saat ini.
1. Pemberian dari obat oral seperti captopril, atau labetalol dengan segera diikuti
dengan observasi selama beberapa jam untuk memastikan penurunan tekanan
darah secara bertahap
2. Dosis Captopril oral 25-50mg dapat diberikan pada interval waktu 1-2 jam.
Onset aksinya 15-30 menit
3. Labetalol dapat diberikan dengan dosis 200-
400mg Sumber: Dipiro et al. 2014 hlm 263
Hipertensi emergency harus segera diberikan terapi untuk menurunkan tekanan darah guna
membatasi proses kerusakan organ. Tujuannya bukan untuk menurunkan
tekanan darah menjadi normal secara total, melainkan menurunkan tekanan darah
sekitar 25% dalam hitungan menit-jam dengan obat antihipertensi parenteral dalam
beberapa jam. Kemudian TD diturunkan ke tingkat normal menggunakan
antihipertensi oral dalam beberapa minggu.
1. Jika tekanan darah stabil, dapat diturunkan jadi 160/100mmHg untuk 2-6 jam
berikutnya.
2. Penurunan tekanan darah yang terlalu rendah dapat menyebabkan iskemia
organ atau infark. Jika tekanan darah dapat di toleransi dengan baik, penurunan
tekanan drah dapat di lanjutkan sevara bertahap setelah 24-48 jam.
Contoh obat parenteral: Fenoldopam, Labetalol
Sumber: Katzung et al. 2012 hlm 208
PENGOBATAN
1. Nitroprussida
Antihipertensi pilihan untuk mengontrol dari menit ke menit. Pada umumnya
diberikan secara infus intravena dengan laju 0,25- 10mcg/kg/menit. Onset aksi
hipotensi langsung terjadi dan menghilang 2-5 menit diskontinyu.
Efek samping : nausea, mual, berkeringat
Pemberian nitroprussida membutuhkan pengawasan tekanan intra-arteri stabil
(konstan)
2. Nicardipine
Diberikan secara intravena 5-15 mg/jam ditambah 1,25 mg/jam setelah 15 menit.
Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala, takikardia , kemerahan, nausea dan
mual
3. Labetolol
Diberikan dosis awal 20 mg injeksi IV perlahan periode 2 menit diikuti dengan injeksi
tambahan 40-80 mg selang waktu 10 menit hingga dosis total 300mg.
Efek samping : hipotensi ortostatik melalui efek bloking α, nausea, mual, berkeringat,
sakit kepala, kemerahan, dan pusing.
ALOGARITMA HIPERTENSI
HIPERLIPIDEMIA
Dislipidemia adalah peningkatan total kolestrol, LDL, Trigliserida dan penurunan HDL atau
kombinasi yang tidak normal (Pharmacotherapy Handbook Ed 9 Hal: 65).
Etiologi:
• Diabetes melitus
• Hipotiroid
Sekunder
• Sindrom nefrotik
• Gagal ginjal kronik
a) Klasifikasi dislipidemia
e) Apa yang anda ketahui tentang tatalaksana hiperlipidemia pada ibu hamil? serta
Kategori obat antihiperlipidemia pada ibu hamil (sebutkan obat antihiperlipidemia
yang masuk kategori A, B, C ,D dan X)
Pada wanita hamil kadar kolesterol (30-40 mg/dL ) dan TG (150 mg/dL )
meningkat secara progresif, terjadi sekitar minggu ke 36 sampai minggu ke 39. Tingkat TG
bisa naik sebanyak (1,70 mmol/L). Jika pasien memiliki risiko sangat tinggi, dapat
dipertimbangkan dengan penggunaan obat golongan BAR (bile acid resin).
Golongan obat lain asam nikotinat contonya Niasin tidak ada kontraindikasi dengan ibu
hamil (kategori A, C)
Terjadinya hiperlipidemia pada wanita hamil : Anormalitas lipoprotein, hiperglikemia Overproduksi TG dalam
hati dan <HDL <HDL dengan deaktifasi LPL >>VLDL, LDL, TG
Pembentukan jaringan adiposa Arterosklerosis Hiperlipidemia
Sumber: At a Glance Medicine Hal: 139, Koda Kimble 2013 Hal: 269
i) Apa yang anda ketahui ttg rhabdomiolisis? Data laboratorium untuk mengetahui
seseorang mengalami rhabdomiolisis?
Definisi
Rabdomiolisis merupakan cedera jaringan otot rangka yang berakibat terlepasnya
komponen serat otot (elektrolit, mioglobin, kreatin kinase, dan protein sarkoplasma
lainnya) ke cairan ekstrasel dan sirkulasi.
Data Lab:
1. Kadar mioglobin
2. Enzim kreatinin kinase
3. Enzim laktat dehidrogenase
4. Pemeriksaan elektrolit
j) Kapan diperlukan kombinasi antihiperlipidemia? Apa obat kombinasi yang lebih
direkomendasikan? (Katzung Edisi 12 tahun 2013)
Kapan harus dikombinasi ?
1. Jika target kolesterol LDL-nya tidak tercapai dengan terapi statin dosis tinggi atau
bagi pasien yang tidak toleran terhadap statin
2. Jika kadar VLDL meningkat signifikan selama terapi hiperkolesterolemia dengan
suatu resin
3. Ketika kadar LDL dan VLDL meningkat pada awal terapi
4. Ketika kadar LDL / VLDL tidak menjadi normal dengan satu obat
5. Ketika terdapat defisiensi HDL atau Peningkatan kadar Lp(a) bersama dengan
hiperlipidemia lainnya
Catatan : Dalam terapi kombinasi perlu digunakan dosis efektif yang terendah dan
pasien perlu dipantau secara ketat untuk melihat adanya toksisitas.
Obat yang dapat dikombinasikan ?
1. Turunan Asam Fibrat dan Resin Pengikat Asam Empedu
2. Inhibitor HMG-KoA Reduktase dan Resin Pengikat Asam Empedu
3. Niasin dan Resin Pengikat Asam Empedu
4. Niasin dan Inhibitor Reduktase
5. Inhibitor Reduktase dan Ezetimib
6. Inhibitor Reduktase dan Fenofibrat
7. Kombinasi Resin, Ezetimib, Niasin, dan Inhibitor Reduktase
8. Statin ditambah BAR atau niasin ditambah BAR
9. Ezetimibe dengan BAR atau dengan niasin
10. Kombinasi fibrat (fenofibrat, bezafibrat, dan cipofibrat) dengan statin
ISHEMIC HEART DISEASES-ANGINA
Penyakit jantung iskemik (IHD) didefinisikan sebagai kurangnya aliran darah jantung akibat
ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen ke miokardi akibat
penyempitan arteri koroner atau obstruksi (Pharmacoterapy Handbook Ed 9).
Faktor Resiko & Etiologi:
Faktor Resiko
• Diet (Hiperlipidemia)
• Diabetes Melitus
• Hipertensi
Primer • Rokok
• Stress
• Obesitas
• Kurang aktivitas
• Usia
• Jenis kelamin
Sekunder
• Ras
• Riwayat keluarga
Etiologi:
Suplai darah menurun (aterosklerosis/spasme)
Kebutuhan meningkat (Kerja Fisik)
Jenis angina yang paling umum ditemukan dan terjadi setelah kerja fisik,emosi atau
makan (berjalan setelah makan), gejala nya dada seperti diremas yang disebabkan
oleh penurunan perfusi koroner akibat obstruksi menetap yang disebabkan
aterosklerosis koroner.
6. Angina Tidak Stabil
Serangan Angina terjadi baik sewaktu istirahat maupun kerja fisik, penemuan klinis
edema pulmonari, pengeluaran mitral, suara dari dada, hipotensi, bradikardi atau
takikardi.
7. Angina Varian
Suatu serangan angina yang terjadi pada saat istirahat disebabkan spasme arteri
koroner.
b) Apa yang anda ketahui tentang PCI pada pasien angina?
30% pasien PCI setelah 6 bulan prosedur mengalami restenosis. Restenosis dapat
disebabkan oleh rekoil elastik pembuluh atau oleh hiperlasia intima, suatu penebalan
lapisan dalam(inner layer pada arteri yang diawali oleh denudasi endotel, dan ynag
mencangkup proliferasi sel sel otot polos intima dan produksi jaringan pengikat
restenosis umumnya menyebabkan iskemia jantung dan angina timbul kembali. Sehingga
perlu dilakukan PCI ulang.
c) Apa pilihan terapi pengobatan pasein angina dengan faktor risiko
2. Hiperlipid : Statin
3. Diabetes Melitus : ACE Inhibitor
4. Hipertensi : ACE Inhibitor atau ARB
Pertimbangkan aspirin 75 mg setiap hari untuk orang dengan angina stabil, dengan
mempertimbangkan risiko pendarahan dan komorbiditas.
dan mengurangi kebutuhan oksigen miokard saat istirahat dan selama berolahraga.
ES: Menghambat dan mengurangi kekuatan denyut jantung sehingga mengurangi
kerja jantung.
KI: Brakikardi berat, asma berat (selektif: atenolol, metoprolol, betaxolol) dan
sinus brakikardia, asma bronkial (non selektif: propranolol, nadolol, timolol) Dosis:
2. CCB
MK: Menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran
kalsium yang sensitive terhadap tegangan, sehingga mengurangi masuknya kalsium
ekstraseluler dalam sel. Relaksasi otot polos vaskuler menyebabkan vasodilatasi. ES:
flushing, sakit kepala, takikardi.
KI: CCB Dihidropiridin: Nifedipin (syok jantung, angina tidak stabil), Amlodipin (syok
jantung, hipotensi). CCB Non Dihidropiridin: Diltiazem (IM akut, kongesti paru),
Verapamil (syok jantung, hipotensi).
Dosis:
3. Nitrat
MK: Nitrogliserin melepaskan ion nitrit bebas yang kemudian dikonversi menjadi nitrit
oksida. Nitrat oksida akan membentuk kompleks nitrosoheme dengan guanilat siklase
dan menstimulasi enzim ini sehingga kadar cGMP meningkat. Selanjutnya cGMP akan
menyebabkan defosfolirasi myosin, sehingga terjadi relaksasi otot polos. Efek
vasodilatasi pertama ini bersifat non edhotelium-dependent. ES: Sakit kepala,
takikardia, muka kemerahan, hipotensi.
Dosis:
4. Ranolazin
MK: Pengurangan oksidasi asam lemak, yang akhirnya mengarah pada pergeseran
produksi energi miokard dari oksidasi asam lemak menjadi oksidasi glukosa.
ES: pusing, sakit kepala, konstipasi dan mual.
KI: Gangguan ginjal yang berat.
Dosis:
Tablet: 500 mg/hari; 1000 mg/hari
1 x p: 500 mg 2 x sehari
Dosis max: 1000 mg 2 x sehari.
ALOGARITMA ANGINA
STROKE ISHEMIK-TRASIENT ISCHEMIC ATTACK
Stroke adalah penurunan sistem syaraf secara tiba-tiba yang berlangsung selama 24 jam
dan diperkirakan berasal dari pembuluh darah (Dipiro 2015).
Stroke disebabkan oleh gangguan pada aliran darah ke otak baik karena penyumbatan
pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah yg menyebabkan perdarahan pada otak
dan daerah sekitarnya. (Dipiro et al, 2015)
Transient ischemic attacks (TIA) atau serangan iskemia sementara adalah ketika gejala
stroke tidak menyebabkan kerusakan permanen pada otak, keadaan ini disebut Transient
ischemic attacks (TIA). TIA merupakan gejala yang terjadi tidak lebih dari 24 jam, biasanya
kurang dari 30 menit. (Dipiro et al, 2015)
a) Jelaskan perbedaan stroke iskemik dengan stroke hemoragik (dilihat dari pengobatannya)
th
Pharmacoterapy Handbook Ed. 9 , hal. 122
b) Jelaskan pengobatan stroke iskemik akut beserta onsetnya