Anda di halaman 1dari 33

SEKOLAH TINGGI TEKNIK - PLN

ANALISIS RUGI DAYA PADA JARINGAN TEGANGAN RENDAH


GARDU DISTRIBUSI PJ 154P DI PT PLN(PERSERO)
DISTRIBUSI BANTEN AREA CIKOKOL

PROPOSAL SKRIPSI

DISUSUN OLEH :
YURA ANUGRAH MURSYD
NIM : 2015-11-133

PROGRAM STUDI SARJANA


TEKNIK ELEKTRO
JAKARTA, 2019
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL .....................................................i


DAFTAR ISI ...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................vi

BAB I Pendahuluan ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................2

1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................2

1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................2

1.5 Batasan Masalah .............................................................................2

1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................2

BAB II RUGI DAYA .................................................................................. 4

2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................... 4

2.2 Jaringan Tegangan Menengah ...................................................... 5

2.2.1 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah ............................... 5

2.2.2 Konfigurasi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah .............. 5

2.2.3 Sistem Saluran Distribusi Tegangan Menengah ...................... 9

2.3 Gardu Distribusi ........................................................................... 10

2.3.1 Gardu Beton .......................................................................... 10

2.3.2 Gardu Kios ............................................................................ 10

2.3.3 Gardu Tiang .......................................................................... 11

2.4 Jaringan Tegangan Rendah ......................................................... 12

2.4.1 Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah .................................. 13

ii
2.4.2 Sistem Saluran Distribusi Tegangan Rendah .......................... 13

2.4.3 Rak TR .................................................................................. 14

2.5 Operasi Sistem Jaringan Distribusi ............................................. 14

2.6 Operasi Sistem Distribusi Jaringan Tegangan Rendah ............... 16

2.6.1 Sistem Y dan Sistem Delta .................................................... 16

2.6.2 Operasi Sistem Jaringan Tegangan Rendah Pada Pembebanan


Seimbang ............................................................................. 17

2.6.2.1 Beban Seimbang Terhubung Delta ............................ 17

2.6.2.2 Beban Seimbang Terhubung Y .................................. 18

2.6.3 Operasi Sistem Jaringan Tegangan Rendah Pada Pembebanan


Tidak Seimbang .................................................................... 18

2.7 Rugi-Rugi Pada Jaringan Tegangan Rendah ............................... 19

2.7.1 Rugi-Rugi Pada Penghantar Fasa .......................................... 19

2.7.2 Rugi-Rugi Daya Akibat Beban Tidak Seimbang ...................... 20

2.7.3 Rugi Rugi Pada Sambungan Tidak Baik ................................. 21

2.8 Metode Perhitungan Untuk Menghitung Arus Beban dan Arus


Saluran .......................................................................................... 21

2.9 Perhitungan Rugi-Rugi Daya Pada Saluran Tegangan Rendah


Pada Kondisi Beban Tidak Seimbang .......................................... 23

BAB III Metode Penelitian ...................................................................... 25

3.1 Analisa Kebutuhan ....................................................................... 25

3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 25

3.2 Perancangan Penelitian ................................................................ 25

3.2.1 Studi Pustaka ........................................................................ 25

3.2.2 Survei Lapangan dan Pengambilan Data ................................ 26

3.2.3 Wawancara ............................................................................ 26

3.3 Teknik analisa ............................................................................... 27

3.4 Jadwal Penelitian .......................................................................... 27

iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29

DAFTAR RIWAYAT ................................................................................. 30

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian .................................................................. 27

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jaringan Distribusi Radial ..................................... 6


Gambar 2.2 Jaringan Distribusi Loop........................................ 7
Gambar 2.3 Jaringan Distribusi Spindel .................................... 8
Gambar 2.4 Jaringan Distribusi Kluster .................................... 9
Gambar 2.5 Gardu Beton ......................................................... 10
Gambar 2.6 Gardu Kios ........................................................... 11
Gambar 2.7 Gardu Cantol ........................................................ 12
Gambar 2.8 Gardu Tiang ......................................................... 12
Gambar 2.9 Sistem Y dan Sistem Delta .................................... 16
Gambar 2.10 Vektor Diagram Arus Kondisi Seimbang .............. 17
Gambar 2.11 Vektor Diagram Arus Kondisi Tidak Seimbang ..... 19
Gambar 2.12 Pengaruh Arus Netral Dalam Sistem Distribusi .... 20
Gambar 2.13 Distribusi Besarnya Arus dan Tegangan .............. 22
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian ............................................. 27

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyediaan tenaga listrik yang terus menerus dan stabil merupakan syarat
mutlak yang harus dipenuhi dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik. Dalam
memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, terjadi pembagian beban-beban yang
pada awalnya merata tetapi karena perbedaan waktu penyalaan, maka beban-
beban tersebut menimbulkan ketidakseimbangan beban yang berdampak pada
penyediaan tenaga listrik. Berdasarkan informasi dari PT.PLN (Persero), sebagian
besar rugi-rugi energi listrik terdapat pada jaringan distribusi. Oleh karena itu rugi-
rugi pada sistem jaringan distibusi tersebut perlu diperhitungkan lebih teliti.
Untuk memperluas sistem jaringan distribusi, salah satu kriteria yang perlu
dipenuhi adalah efisiensi yang besar, tanpa mengabaikan aspek ekonomi.
Efisiensi yang baik akan dicapai apabila rugi-rugi energi dapat ditekan sekecil
mungkin. Untuk menentukan rugi-rugi energi (KWh) suatu sistem tenaga listrik
pada dasarnya memerlukan data dan pengukuran lapangan yang banyak, yang
pada kenyataannya sulit diperoleh dan dilaksanakan.
Rugi-rugi pada sistem jaringan distribusi menjadi salah satu pertimbangan,
baik dalam perencanaan maupun pengoperasian, karena mempengaruhi biaya
investasi. Kehilangan energi perlu diprediksi dan diantisipasi agar terjadi dalam
batas normal dan wajar. Kerugian atau daya yang hilang dapat menyebabkan
penyampaian aliran listrik terhadap konsumen menjadi tidak terpenuhi dengan
standar yang telah ditetapkan. Berdasarkan SPLN No. 72 tahun 1987, besarnya
nilai rugi daya yang diperlukan untuk menentukan keandalan pada sistem adalah
10%. Apabila melebihi standar yang diijinkan maka akan menyebabkan kerugian
bagi konsumen serta penyalur tenaga listrik. Mengingat pentingnya informasi
mengani besarnya rugi-rugi pada suatu jaringan distribusi yang dipergunakan
dalam perncanaan pengembangan jaringan, maka studi mengenai rugi-rugi daya
pada saluran jaringan tegangan Menengah perlu dilakukan. Dalam penelitian ini
akan dibahas mengenai usaha perhitungan rugi-rugi daya (KWh) suatu jaringan

1
tegangan menengah penyulang Dewasa pada Gardu Induk Cikupa agar diketahui
berapa besar rugi yang diakibatkan.

1.2 Permasalahan Penelitian


1.2.1 Identifikasi masalah
Rugi rugi adalah suatu kondisi dimana jumlah daya yang disalurkan tidak
sesuai dengan daya yang diterima pada sisi penerima seperti rugi- rugi daya dan
jatuh tegangan. Terjadinya rgi-rugi daya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
beban pelanggan, jauhnya daerah penyaluran tenaga listrik dari sumber dan
impedansi saluran tersebut.
Dengan adanya perhitungan rugi daya ini, besar rugi daya yang terjadi dapat
diketahui dan juga dari pihak penyedia tenaga listrik sendiri (khusunya PLN Area
Cikupa) dapat meminimalisir rugi-rugi daya yang terjadi.

1.2.2 Ruang Lingkup Masalah


Mengingat pembahasan tentang Susut pada jaringan tegangan menengah
sangatlah luas maka penulisan skripsi ini dibatasi sebgaia berikut:
1. Menghitung rugi daya dan jatuh tegangan pada penyulang Dewasa
dengan metode pendekatan untuk beban berkelompok.
2. Mengetahui besar rugi daya pada Penyulang Dewasa.
3. Tidak menghitung rugi-rugi akibat arus listrik yang mengalir ke
penghantar netral transformator.

1.2.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang menyebabkan terjadinya rugi daya pada Penyulang Dewasa
Area Cikupa?
2. Apakah rugi daya pada penyulang Dewasa masih berada dalam batas
toleransi PT.PLN (Persero)?
3. Bagaimana perhitungan rugi daya pada penyulang Dewasa Area
Cikupa?

2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitan
1.3.1 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui besarnya rugi daya pada Penyulang Dewasa Area
Cikupa.
2. Untuk mengetahui pengaruh yang terjadi akibat adanya rugi daya.

1.3.2 Manfaat penelitian


Manfaat dari Skripsi ini untuk pembaca adalah supaya dapat meningkatkan
pemahaman, pengetahuan, dan wawasan dalam bidang distibusi mengenai rugi-
rugi daya pada jaringan tegangan menengah 20kV dengan cara perhitungan.

1.4 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan penelitian ini dibagi dibagi lima bab dengan sistematika
sebagai berikut. BAB I berisi Pendahuluan, dalam bab ini akan dikemukakan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II berisi Landasan Teori, dalam
bab ini akan dikemukakan landasan teori yang diperoleh melalui buku-buku
relevan dan kerangka berpikir. BAB III berisi penjelasan karakteristik utama dari
penelitian dan perencanaan penulisan skripsi Rugi – rugi daya pada gardu
distribusi. BAB IV berisi tentang hasil pembahasan yang berisikan rugi-rugi daya
(Plosses) serta pembahasannya. Bab V berisi simpulan dan saran, dalam bab ini
akan dikemukakan simpulan penelitian dan saran yang berkaitan dengan
penelitian dan pembahasan yang telah dilkukan di bab-bab sebelumnya.

3
BAB II
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

2.1 Tinjauan Pustaka


PT.PLN (Persero) adalah penyedia listrik yang ada di Indonesia. Dalam
penyaluran daya listrik, tidak seluruhnya dapat disalurkan kepada konsumen,
karena akan hilang dalam bentuk rugi-rugi energi. Rugi-rugi pada sistem distribusi
tenaga listrik yang biasanya diukur pada kurun waktu tertentu, merupakan salah
satu ukuran efisien atau tidaknya suatu pengoperasian sistem tenaga listrik.
Sistem distribusi tenaga listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang
beroperasi pada Jarig
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik kapasitas besar bekerja
pada kondisi Tegangan Menengah (TM), kemudian dinaikkan tegangannya oleh
trafo tenaga di gardu induk dekat pusat listrik Tegangan Tinggi (TT) atau
Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang disalurkan melalui saluran transmisi ke gardu
induk. Tujuan menaikkan tegangan adalah agar daya yang disalurkan lebih besar,
jarak penyaluran lebih jauh, dan untuk memperkecil kerugian daya listrik pada
saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan
kuadrat arus yang mengalir. Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya
diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga
akan semakin kecil.
Tegangan pada saluran transmisi, diturunkan menjadi tegangan menengah
oleh transformator penurun tegangan di gardu induk, yang kemudian disalurkan
melalui saluran distribusi primer atau Jaringan Tegangan Menengah (JTM). JTM
untuk sistem jaringan distribusi PT.PLN (Persero) adalah 20 kV. Selanjutnya
tenaga listrik oleh saluran distribusi TR disalurkan ke konsumen-konsumen.
Secara umum sistem distribusi dapat dibagi menjadi 3 sistem (subsistem),
yaitu:
1. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
2. Gardu Distribusi
3. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

4
2.2 Jaringan Tegangan Menengah
Struktur jaringan yang berkembang di suatu daerah merupakan kompromi
antara alasan-alasan teknis di satu pihak dan ekonomis penggunaan di mana
dipersyaratkan batas-batas keandalan, dan stabilitas dari kelangsungan
pelayanan.
Dari segi keandalan yang ingin dicapai, ada 2 pilihan struktur jaringan :
1. jaringan dengan satu sumber pengisian : cara penyaluran ini merupakan
yang paling sederhana. Gangguan yang timbul akan mengakibatkan
pemadaman.
2. Jaringan dengan beberapa sumber pengisian : keandalannya lebih
tinggi. Dilihat dari segi ekonomis investasinya lebih mahal karena
menggunakan perlengkapan penyaluran yang lebih banyak. Pemadaman
akibat gangguan dapat ditiadakan atau setidak-setidaknya dapat
dikurangi.

Selain itu struktur jaringan juga ditentukan oleh aspek-aspek lainnya seperti:
1. Aspek pembumian sistem netral :
a. Netral diisolasikan (undergrounded) atau sistem dengan netral tidak
dibumikan, misalnya JTM lama di Jakarta (6,7 dan 12 kV).
b. Netral dibumikan (grounded).
c. Melalui tahanan (resistance grounding) contohnya JTM 20 kV di Jakarta
(low resistance grounding).
d. Melalui impedansi (impedance grounding).
e. Secara langsung (solidly grounding) : JTM Sukabumi (20kV) yang
disebut sebagai solid-multi grounded system, dan juga pada JTR.
f. Dengan kumparan Peterson : tidak lazim digunakan untuk Jaringan
Tegangan Menengah (JTM).
2. Aspek macam jaringan atau saluran yang digunakan, dengan saluran udara
bawah tanah.
3. Aspek jumlah fasa saluran :
a. Saluran fasa tunggal.
b. Saluran fasa-tiga.

5
c. Saluran fasa-tiga dengan tiga kawat.
d. Saluran fasa-tiga dengan empat kawat.
e. Saluran fasa-tiga satu kawat tanah.

Saluran distribusi dalam pelaksanaannya dapat berupa saluran udara


(over-headed) maupun dengan saluran bawah tanah. Biasanya digunakan saluran
udara, namun demikian untuk kepadatan beban yang besar, seperti di kota-kota
atau daerah-daerah metropolitan digunakan saluran bawah tanah. Pilihan antara
saluran udara atau saluran bawah tanah tergantung pada sejumlah faktor yang
sangat berlainan, antara lain pentingnya kelangsungan pelayanan, arah
perkembangan daerah, biaya pemeliharaan tahunan yang komparatif, biaya modal
dan umur manfaat (ekonomis) sistem tersebut.

2.2.1 Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah


Berdasarkan konstruksinya, jaringan distribusi primer terbagi kedalam dua
jenis, yaitu saluran udara tegangan menengah (SUTM) dan saluran kabel
tegangan menengah (SKTM).
a. Saluran Udara Tengangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai
konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang
sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan
Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia. Ciri utama jaringan
ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan
isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang,
dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan
keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus
dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut antar Fase atau
dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan
manusia.
Saluran ini merupakan jaringan kawat tanpa isolasi yang terentang
diudara yang disangga oleh tiang penyangga. Secara umum, SUTM
digunakan pada daerah dengan kepadatan beban rendah seperti

6
pedesaan dan kota-kota kecil. SUTM memiliki jangkauan pelayanan
yang luas, murah dan mudah dibangun, tetapi tingkat keandalan
penyaluran relatif rendah dan tingkat perawatannya tinggi. Jaringan
SUTM dapat dibangun dengan sistem fasa tiga atau fasa tunggal.
Saluran pada SUTM sendiri terjadi menjadi dua jenis yaitu :
1. Saluran kawat udara, yaitu SUTM yang konduktornya tanpa
isolasi pembungkus.
2. Saluran kabel udara, yaitu SUTM yang konduktornya terbungkus
isolasi.

b. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)


Konstruksi SKTM ini adalah konstruksi yang aman dan andal untuk
mendistribusikan tenaga listrik Tegangan Menengah, tetapi relatif lebih
mahal untuk penyaluran daya yang sama. Keadaan ini dimungkinkan
dengan konstruksi isolasi penghantar per fase dan pelindung mekanis
yang dipersyaratkan. Pada rentang biaya yang diperlukan, konstruksi
ditanam langsung lebih murah bila dibandingkan dengan penggunaan
konduit atau bahkan tunneling (terowongan beton).
Saluran ini merupakan jaringan kabel yang berisolasi yang ditanam
didalam tanah sepanjang jaringan. Secara umum, SKTM digunakan
pada daerah dengan kepadatan beban tinggi seperti perkotaan.
Jaringan penghantar SKTM menggunakan kabel berinti tunggal atau
berinti tiga, dan memiliki tingkat keandalan penyaluran yang tinggi.
Secara garis besar, yang termasuk dalam kelompok SKTM adalah :
1. SKTM bawah tanah – underground MV Cable.
2. SKTM laut – Submarine MV Cable

2.2.2 Konfigurasi Jaringan Distribusi Tegangan Menengah


Berdasarkan kofigurasi jaringan, maka sistem jaringan distribusi dapat
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu sistem jaringan distribusi radial, loop
dan spindel.

7
1. Sistem Jaringan Distribusi Radial
Sistem distribusi dengan pola Radial adalah sistem distribusi yang
paling sederhana dan banyak digunakan. Dinamakan radial karena
saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber
dari jaringan itu dan dicabang-dicabangkan ke titik-titik beban yang
dilayani, Seperti yang terlihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Jaringan Distribusi Radial


(Sumber : Jurnal Teknik elektro UMY)

Catu daya berasalh dari satu titik sumber dan karena adanya
pencabangan-pencabangan tersebut, maka arus beban yang mengalir
disepanjang saluran menjadi tidak sama karena arus yang paling besar
mengalir pada jaringan yang paling dekat dengan gardu induk. Sehingga
saluran yang paling dekat dengan gardu induk ini ukuran penampangnya
relatif besar dan saluran cabang-cabangnya makin keujung dengan arus
beban yang lebih kecil mempuyai ukuran konduktornya lebih kecil pula.
Spesifikasi dari jaringan bentuk radial ini adalah :
a. Bentuknya sederhana dibandingkan dengan bentuk konstruksi yang lain
b. Biaya investasinya paling murah, karena saluran yang menuju ke tiap
beban hanya tersedia satu jalur.
c. Kualitas pelayanan dayanya relatif jelek, karena rugi tegangan dan rugi
daya yang terjadi pada saluran relatif besar.

8
d. Kontinuitas pelayanan daya kurang terjamin sebab antara titik sumber
dan titik beban hanya ada satu alternatif saluran sehingga bila saluran
tersebut mengalami gangguan maka akan mengalami “black out” secara
total.

Untuk melokalisir gangguan pada bentuk radial ini biasanya dilengkapi


dengan peralatan pengaman, fungsinya untuk membatasi daerah yang mengalami
pemadaman total, yaitu daerah saluran sesudah atau di belakang titik gangguan
selama gangguan belum teratasi.

2. Sistem Jaringan Distribusi Loop


Jaringan ini merupakan bentuk tertutup, disebut juga bentuk jaringan
ring (lingkaran). Pada titik beban terdapat dua alternative saluran berasal
lebih dari satu sumber. Susunan rangkaian saluran membentuk ring, seperti
terlihat pada gambar 2.2 yang memungkinkan titik beban terlayani dari dua
arah saluran, sehingga kontinuitas pelayanan lebih terjamin serta kualitas
dayanya menjadi lebih baik, karena drop tegangan dan rugi daya pada
saluran menjadi lebih kecil.

Gambar 2.2 Sistem jaringan distribusi Loop


(Sumber : Jurnal Teknik Elektro UMY)

9
3. Sistem Jaringan Distribusi Spindel
Jaringan distribusi spindel (dapat dilihat di Gambar 2.3) merupakan
saluran kabel tanah tegangan menengah (SKTM) yang penerapannya
sangat cocok di kota-kota besar. Tipe ini memanfaatkan dua komponen
pendukung utama, yaitu gardu induk dan gardu hubung. Merupakan pola
khusus yang ditandai dengan ciri adanya sejumlah kabel keluar dari suatu
gardu induk yang disebut gardu hubung. Pada tipe spindle tidak terdapat
percabangan, sehingga semua saluran dipasang sedemikian rupa agar
dapat mencapai gardu hubung secara langsung. Selain saluran utama,
juga terdapat sebuah saluran cadangan yang biasa disebut saluran
express, berfungsi sebagai cadangan apabila terjadi gangguan pada
saluran utama.

Gambar 2.3 Sistem jaringan distribusi Spindel


(Sumber : Jurnal Teknik Elektro UMY)

Sistem ini biasanya menggunakan kabel tanah dan mempunyai


kontinuitas pelayanan yang baik, karena gangguan yang terjadi dapat
dilokalisir dan beban dari yang terganggu dapat dipindahkan ke express
feeder yang selalu dalam keadaan stand by. Di samping itu mutu tegangan
cukup baik, karena panjang kabel dan jumlah gardu sudah ditentukan

10
sehingga jatuh tegangan tidak akan melampaui batas-batas yang bisa
diterima oleh konsumen. Jaringan distribusi sistem spindle ini banyak
dipakai di kota-kota besar yang kerapatan bebannya mencapai beberapa
MW/km2

2.2.3 Sistem Saluran Distribusi Tegangan Menengah


Pada umumnya dalam saluran distribusi menggunakan arus bolak
balik(ABB) tiga fasa. Saluran distribusi primer yaitu jaringan tegangan menengah,
biasanya menggunakan sistem tiga fasa tiga kawat, sedangkan saluran distribusi
sekunder, yaitu jaringan tegangan rendah menggunakan tiga fasa empat kawat.
Sistem tiga fasa tiga kawat banyak dipakai pada saluran distribusi primer,yaitu
pada penggunaan tegangan menengah (TM) bahkan sistem ini sering digunakan
untuk saluran tegangan tinggi (TT) dan tegangan ekstra tinggi (TET).
Beban dapat berbentuk bintang ataupun delta dengan masing-masing fasa
diberi tanda, yaitu R, S, T. Beban dapat juga dipasang antar fasa dan fasa, akan
tetapi hal ini akan banyak berpengaruh pada keseimbangan sistem secara
menyeluruh. Pada beban seimbang maka jumlah seluruh daya adalah sama
dengan tiga kali daya tiap fasa, beigtu pula rugi-rugi keseluruhan adalah tiga kali
rugi-rugi fasa.

2.3 Gardu Distribusi


Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator dan trafo yang
berfungsi sebagai pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu fasa atau
tiga fasa degan kapasitas antara 400-5000 KVA. Selain trafo terdapat juga
peralatan penunjang lainnya, yaitu arrester, fuse (pelebur) serta panel tegangan
rendah.

2.3.1 Gardu Beton


Gardu beton adalah gardu yang bangunannya secara keseluruhan terbuat
dari beton. Kapasitas trado yang dipasang lebih besar bila dibandingkan dengan
gardu jenis lainnya. Jumlah trafo yang ditampung pada gardu ini dapat lebih dari
satu buah yang mana hal ini tergantung kebutuhan dan lokasi yang ada.

11
Gambar 2.5 Gardu Beton
(Sumber : Modul Standar Konstruksi Jaringan Distribusi PT PLN Persero Distribusi
Jawa Timur)
2.3.2 Gardu Kios
Gardu Kios adalah gardu distribusi yang dibangun untuk
kepentingan yang mendesak sehingga dapat dianggap sebagai gardu
sementara sampai ada gardu permanen yang misalanya gardu beton.
Bangunannya terbuat dari bahan metal dengan bentuk menyerupai kios
dan fasilitas yang dapat dipasang adalah :
1. Sebuah pemisah untuk kabel masuk dari gardu induk.
2. Sebuah pemutus arus untuk kabel keluar.
3. Sebuah pengaman trafo.
4. Sebuah transformator
5. Satu set perlengkapan tegangan rendah.

12
Gambar 2.6 Gardu Kios
(Sumber : Jurnal Teknik Elektro Politeknik negeri Sriwijaya)

2.3.3 Gardu Tiang


Gardu ini merupakan gardu distribusi yang dipasang di tiang
jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu :
1. Gardu cantol yang dicantolkan pada tiang.
2. Gardu yang menggunakan platform trafo pada gardu cantol
dapat berupa trafo satu fasa atau satu buah trafo tiga fasa.
Pada gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa, gardu
jenis ini telah dilengkapi pengaman yang berupa pelebur (fuse) TM
dan pemutus (circuit breaker) TR. Gardu tiang sangar cocok
digunakan untuk beban-beban daerah yang sangat padat seperti
perumahan-perumahan, pertokoan, dan lain-lain. Kapasitas gardu
tiang lebih kecil dibandingkan dengan gardu beton maupun gardu
kios. Kapasitas gardu tiang biasanya dibatasi sampai 250-40 KVA.

13
Gambar 2.7 Gardu cantol
(Sumber : Modul diklat PT.PLN Persero Wilayah Maluku Oleh Wisbar
Hidayat)

Gambar 2.8 Gardu tiang


(Sumber : Artikel Sistem Tenaga Listrik Ezkhel Energy)

1.4 Operasi Sistem Jaringan Distribusi


Suatu sistem distribusi tenaga listrik dituntut dapat memenuhi syarat
dasar kebutuhan layanan (service requirement) kepada konsumennya,
yaitu :
1. Menjamin kualitas tegangan listrik yang disalurkan ke
konsumen.

14
2. Memberikan suplai daya yang tinggi dimana sistem dapat
melayani beban secara efektif.
Waktu layanan yang tinggi dimana sistem dapat melayani beban
secara efketif.
Beberapa parameter yang harus diperhatikan dalam suatu sistem
sitribusi antara lain adalah:
1. Kualitas tegangan
Suatu sistem distribusi tenaga listrik, khususnya yang memiliki
konfigurasi radial, pembagian beban cenderung tidak seimbang,
sehingga pada ujung-ujung saluran distribusi sering terjadi drop
tegangan. Pada PT PLN (Persero) besarnya drop tegangan tidak
bleh lebih dari 5% dari tegangan normal. Rekonfigurasi jaringan
adalah salah satu cara untuk meminimumkan drop tegangan pada
saluran. Dimana pembebanan pada suatu sistem akan diatur ulang,
guna menjaga kualitas tegangan pada masing-masing saluran.
2. Rugi-rugi daya pada sistem
Beban disetiap gardu distribusi selalu berubah-ubah terhadap
waktu, maka rugi-rugi daya dalam jaringan juga berubah setiap
waktu. Ada gardu distribusi yang beban siang rendah tetapi pada
saat malam hari tinggi yaitu gardu distribusi yang bebannya meliputi
daerah perumahan. Sebaliknya gardu distribusi yang melayani
pelanggan bisnis dan industry bebannya tinggi pada saat siang hari
dan rendah saat malam hari. Mengingat hal itu maka rekonfigurasi
jaringan dapat dilakukan untuk mengurangi rugi-rugi daya dan juga
dapat dimanfaatkan untuk manuver beban. Pad kondisi gangguan
rekonfigurasi jaringan dapat berfungsi untuk meminimalisir daerah
yang padam atau mengisolasi daerah yang tekena gangguan.
3. Keandalan
Kualitas tinggi energi listrik yang diterima konsumen sangat
dipengaruhi oleh keandalan ssitem pendistribusiannya. Keandalan
menggambarkan suatu ukuran tingkat ketersediaan/ pelayanan
penyediaan tenaga listrik dari sistem ke pelanggan/konsumen.

15
Keandalan sistem ditribusi tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh
konfigurasi sistem, alat pengaman yang dipasang dan sistem
proteksinya. Oleh sebab itu konfigurasi yang tepat, peralatan yang
handal serta pengoperasian sistem yang otomatis akan
memberikan unjuk kerja keras sistem ditribusi yang baik.

1.6 Rugi Rugi Pada Jaringan Tegangan Menengah


2.7.1 Rugi Rugi Pada Penghantar Fasa
Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar maka pada
penghantar tersebut akan terjadi rugi-rugi daya, arus yang mengalir
menimbulkan panas karena pada penghantar tersebut terdapat resistansi.
Rugi-rugi dengan beban terpusat diujung dirumusukan :

∆V = I (R cosφ + X sinφ) ..........................................................................(2.14)


∆P = I2 R ℓ ................................................................................................(2.15)
Dimana : I = Arus yang mengalir pada penghantar (ampere)
R = Tahanan penghantar (ohm/km)
X = Reaktansi penghantar (ohm/km)
ℓ = panjang penghantar (km)

2.7.2 Rugi Rugi Daya Akibat Beban Tidak Seimbang


Akibat pembebanan didtiap fasa yang tidak seimbang, maka akan
mengalir arus pada saluran netral. Jika di saluran netral terdapat nilai tahanan
dan dialiri arus, maka saluran netral akan bertegangan yang menyebabkan
tegangan pada transformator menjadi tidak seimbang.
Arus yang mengalir disepanjang saluran netral akan menyebabkan
rugi-rugi daya sebesar :
∆P = I2NRN ............................................................................................... (2.16)

16
Gambar 2.12 Pengaruh arus netral dalam sistem distribusi
(Sumber : Jurnal Teknik Elektro Vol.6 no.1 oleh Julius Sentosa Setiadji)

Adanya arus yang mengalir di saluran netral, idealnya arus yang


mengalir disepanjang saluran netral adalah nol tetapi karena pengaruh dari
beban yang tidak seimbang maka saluran netral akan berarus sehingga arus
yang melalui saluran ini sebagian berubah menjadi panas yang disiapkan ke
lingkungan sekitar sebagai rugi-rugi daya, besarnya arus yang mengalir
sepanjang kawat netral akan menyebabkan rugi daya disepanjang saluran
netral. Walaupun terdapat pentanahan netral, sesekali pentanahan netral
tidak mampu membuang arus netral yang cukup besar akibat dari beban yang
tidak seimbang.
Pengaruh arus netral ini harus dilihat secara seksama karena dapat
mengakibatkan kerugian yang sangat besar. Sekaligus penanggulannya, yaitu
dengan meminimalisir arus netral di gardu-gardu distribusi agar dapat
mengurangi kerugian lebih lanjut.

2.7.3 Rugi Rugi Pada Sambungan Tidak Baik


Rugi rugi ini terjadi karena disepanjang jaringan tegangan rendah
terdapat beberapa sambungan, antara lain :
1. Sambungan antara kabel opstyg dan kabel TIC-AI.
2. Sambungan saluran jaringan tegangan rendah dengan kabel TIC-
AI.
3. Percabangan saluran jaringan tegangan menengah.

17
4. Percabangan untuk sambungan pelayanan.
Besarnya rugi-rugi daya pada sambungan dirumuskan :
∆P = I2 R .................................................................................................. (2.17)
Dimana : ∆P = Losses yang timbul pada konektor (watt)
I = Arus yang mengalir melalui konektro (ampere)
R = Tahanan konektor (ohm)
Sambungan tidak baik juga dapat mengakibatkan adanya kehilangan
kontak , sehubungan antar kawat tidak rapat sehingga terdapat celah udara
yang seharusnya kedap udara sehingga menyebabkan alat cepat rusak.

1.7 Metode Perhitungan Untuk Menghitung Arus Beban dan Arus


Saluran
Untuk mendapatkan persamaan arus beban dan arus saluran
menggunakan rumus daya, sehingga persamaan arusnya didapat sebagai
berikut :
P3∅ = |𝑉𝑙𝑙 | × |𝐼𝑙 | × √3𝑐𝑜𝑠𝜑 ...................................................................... (2.18)
P1∅ = |𝑉𝑙𝑙 | × |𝐼𝑙 | × 𝑐𝑜𝑠𝜑 .......................................................................... (2.19)
𝑃1∅ 𝑃1∅
= |𝑉𝑙𝑙 | × |𝐼𝑙 |, karena 𝑐𝑜𝑠𝜑 = 𝑆1 ∅
𝑐𝑜𝑠𝜑

Maka, |𝑆1 ∅| = |𝑉𝑖𝑛 | × |𝐼𝑙 | ......................................................................... (2.20)


Untuk mendapatkan nilai arus maka didapat dari persamaan (3.12) adalah:
|𝑆1 ∅|
|𝐼𝑙 |b-n = ............................................................................................ (2.21)
|𝑉𝑖𝑛 |𝑛

Pada sistem distribusi, tegangan pada sisi kirim selalu lebih tingi daripada
tegangan pada sisi terimanya, terlebih lagi tegangan ujung jaringan. Begitu
juga arus pada tiap segmennya. Arus yang dekat dengan sisi kirim akan lebih
besar daripada arus pada segmen yang lebih jauh dari sisi kirimnya.

18
Gambar 2.13 Distribusi Besarnya Arus dan Tegangan
(sumber : Jurnal teknik elektro Inna Annisa Ambarwati)

Dengan demikian, maka hubungan arus dari gambar diatas dapat


dinyatakan bahwa :
𝐼1 = 𝐼1 ′ + 𝐼2
𝐼2 = 𝐼2′ +. . … + 𝐼𝑛−1
𝐼3 = 𝐼𝑛−1 + 𝐼𝑛
𝐼𝑛 = 𝐼𝑛′
Jadi, nilai arusnya :
𝐼𝑛 = 𝐼𝑛′ .....................................................................................................(2.22)

𝐼𝑛−1 = 𝐼𝑛−1 + 𝐼𝑛 .........................................................................................(2.23)
𝐼2 = 𝐼2′ +…..𝐼𝑛−1

+ 𝐼𝑛′ .................................................................................(2.24)
𝐼1 = 𝐼1′ + 𝐼2 +…..+𝐼𝑛−1

+ 𝐼𝑛′ .....................................................................(2.25)
Sedangkan untuk mendapatkan nilai tegangan dapat dinyatakan
sebagai berikut :
𝑉𝑛 = |𝑉𝑖𝑛 |
𝑉3 = 𝑉𝑛 + (𝐼𝑛 × 𝑍)
𝑉2 = 𝑉3 + (𝐼𝑛−1 × 𝑍)
𝑉1 = 𝑉2 + (𝐼2 × 𝑍)
Maka nilai tegangannya :
𝑉𝑖𝑛−𝑛 = 𝑉𝑖𝑛 + ∆𝑉𝑠 ..................................................................................... (2.26)
𝑉𝑖𝑛−𝑛 = 𝑉𝑖𝑛 + (𝐼𝑏 × 𝑍) .............................................................................. (2.27)
Catatan : 𝑍 = 𝑅 + 𝑗𝑋
Dimana: P1∅ = Daya terpasang pada pelanggan (watt)
𝐼𝑏 = Arus yang mengalir pada beban (ampere)

19
𝐼𝑠 = Arus yang mengalir pada saluran (ampere)
𝑅 = Tahanan penghantar (ohm/km)
𝑋 = Reaktansi penghantar (ohm/km)
𝑍 = Impedansi penghantar (ohm/km)
𝑐𝑜𝑠𝜑 = Faktor daya beban
n = tiang ke-n yang ada pada jaringan

20
BAB III
METODE PERHITUNGAN RUGI DAYA

3.1 Analisa kebutuhan


Analisa kebutuhan diperlukan dalam penelitian ini untuk dapat memperoleh
informasi awal dalam melakukan penelitian. Hal ini perlu dilakukan agar penelitian
yang dikembangkan dapat sesuai dengan kebutuhan lapangan. Pada penelitian
ini, penulis menggunakan jenis penelitian kuantitatif, karena jenis data dapat
dihitung secara langsung, yang dapat berupa informasi atau penjelasan yang
dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka (Sugiyono, 2012). Penelitian
kuantitatif digunakan apabila masalah merupakan penyimpangan antara yang
seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan dengan pelaksanaan, anara
praktek dan teori, dan antara rencana dengan pelaksanaan. Dimana dalam hal ini,
suatu asset yang nantinya akan dikelola adalah saluran udara tegangan
menengah jaringan distribusi sistem tenaga listrik. Kondisi lapangan tentunya
membutuhkan adanya suatu manajemen pemeliharaan yang dapat mengelola
aset tersebut agar dapat optimal dan andal.

3.2 Perancangan Penelitian


Untuk membantu dalam penyusunan penelitian ini, maka perlu adanya
susunan kerangka kerja. Perancangan penelitian ini merupakan salah satu fase
dalam evaluasi besar rugi daya yang terjadi pada gardu distribusi penyulang
Dewasa GI Tigaraksa, dimana hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran
secara umum mengenai evaluasi sistem kelistrikan PT.PLN (Persero).

3.2.1 Studi Pustaka


Pada metode ini data penelitian diambil sari sumber-sumber
penelitian seperti teori-teori dan juga beberapa rumus-rumus yang
mendukung tentang penelitian ini. Jurnal ilmiah, buku-buku, dan laporan
penelitian adalah literatur yang digunakan untuk mendapatkan bahan
referensi dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini seperti yang terlihat
pada daftar pustaka.

21
3.2.2 Wawancara
Metode wawancara ini yaitu pengumpulan data dengan melakukan
Tanya jawab langsung pegawai jaringan di lingkungan PT.PLN (Persero)
Distribusi Area Cikupa berupa data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan
skripsi ini . Berikut adalah rancangan penelitian yang akan dilakukan dalam
penelitian :

Mulai

Studi Literatur

Survei lapangan dan


pengambilan data

Perhitungan rugi-rugi daya pada


saluran tegangan menengah
penyulang Dewasa di PT.PLN
(Persero) Area Cikupa

Tidak
Nilai Rugi-Rugi Daya
pada penyulang
Dewasa

Ya

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Perancangan Penelitian

22
3.3 Teknik Analisis
3.3.1 Losses Jaringan Distribusi
Losses pada jaringan distribusi adalah perbedaan antara energy listrik
yang disalurkan (Ns) dengan energy listrik yang terpakai (Ni).

𝑁𝑠 −𝑁𝑖
Losses = × 100 % ........................................................................... (3.1)
𝑁𝑠

3.3.1.1 Penyebab Terjadinya Losses


(1) Terjadi rugi-rugi pada saluran (penghantar)
∆𝑉 = 𝐼(𝑟. 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑥. 𝑠𝑖𝑛𝜑)𝐿 ....................................... (3.2)
∆𝑃 = 𝐼 2 . 𝑟. 𝐿 .............................................................. (3.3)
Dimana :
I = Arusnya yang mengalir pada penghantar
r = Tahanan pada penghantar per km
x = Reaktansi pada penghantar per km
cosφ = Faktor daya beban
L = Panjang Penghantar

(2) Kesalahan pada pengukuran


Kesalahan pada pengukuran bias disebabkan oleh
beberapa hal, seperti : kesalahan baca stan kWh meter
(deviasi error), kesalhan pada rasio trafo ukur (Current
Transformator & Potential Transformator), rafo ukur
rusak (belitan hubung singkat ini rusak), trafo ukur jenuh
dan salah pada rating plate.

(3) Beban tidak seimbang dan kawat netral mengalir arus


Pada kondisi beban tidak seimbang, maka arus
netral tidak akan nol. Sedangkan pada kondisi ideal
pada netral seharusnya “nol”. Apabila ada nilai tahanan
pada kawat pentanahan netral, maka pada kawat netral

23
akan bertegangan. Besarnya arus yang mengalir
sepanjang kawat netral akan menyebabkan rugi daya di
sepanjang kawat netral
.
(4) Kontak pada sambungan tidak baik.
(5) Pencurian listrik dan kebocoran listrik.
(6) Variasi tegangan pelayanan.

3.3.1.2 Rugi Tegangan


(1) Perhitungan Rugi Tegangan
∆𝑉 = 𝐼(𝑟. 𝑐𝑜𝑠𝜑 + 𝑠𝑖𝑛𝜑). 𝐿 .........................................(3.4)
(2) Memperbaiki Faktor Daya Jaringan
Beban listrik seperti motor, trafo, dan lain-lain menyerap
arus magnet sehingga menyebabkan arus ketinggalan
terhadap tegangan dengan sudut φ.

24
DAFTAR PUSTAKA

[1] Kadir, Abdul. 2000. Distribusi dan Utilisasi Tenaga Listrik. Jakarta : UI – Press

[2] Basri, Hasan. 1997. Sistem Distribusi Daya Listrik, Penerbit ISTN, Jakarta :
sistem pendistribusian daya listrik dan pembangkit hingga ke konsumen.

[3] Wahyudi, Sarimun. 2011. Teori Tentang Jaringan Distribusi, Gardu Distribusi,
Dasar Dasar Listrik, Pemeliharaan JTM, JTR, Gardu Distribusi dan APP.

[4] Sudirham, Sudaryatno. 1991. Pengaruh Ketidakseimbangan Arus Terhadap


Susut Daya pada saluran. Bandung : ITB, Tim Pelaksana Kerja sama PLN-ITB

25
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Personal

NIM : 2015-11-133

Nama : Yura Anugrah Mursyd

Tempat/Tgl. Lahir : Taliwang, 25 Mei 1997

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Program Studi : S1

Alamat Rumah : Jl. Panto Daeng Gg.8 no. 1 RT 03/RW 07 Sumbawa Besar

26
Email : yura_akatsuki@yahoo.com

Pendidikan

Jenjang Nama Lembaga Jurusan Tahun Lulus


SD SDN Kerato - 2009
SMP SMPN 1 Sumbawa Besar - 2012
SMA SMAN 1 Sumbawa Besar - 2015

27

Anda mungkin juga menyukai