Dibiayai Oleh:
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat
Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Kontrak Penelitian
Nomor : 037/A5/SPKP/LPPM/UNPAM/II/2019
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
NOVEMBER, 2019
RINGKASAN
Penyedian listrik yang ramah lingkungan sangat baik sekali untuk mengurangi
polusi, salah satunya adalah pembangkit listrik dengan memanfaatkan sinar
matahari yang dikenal dengan panel surya. Kesulitan timbul pada saat pengukuran
arus yang dihasilkan secara real time. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan
mengimplementasikan sebuah sistem monitoring arus dan tegangan yang
dihasilkan panel surya. Output dari panel PV yaitu parameter arus dan tegangan
masing-masing diukur oleh sensor dalam bentuk sinyal analog lalu diumpankan
pada mikrokontroller yang selanjutnya sinyal tersebut diubah menjadi bentuk
digital dan diolah menggunakan software LabView menjadi bentuk informasi grafis
dalam tampilan Graphics User Interface (GUI). Penelitian dilakukan dengan
menggunakan 2x100 wp Panel PV dimana output daya yang dihasilkan antara 40,6
- 142,6 watt dengan waktu pengambilan data selama 7 jam Hasilnya arus dan
tegangan yang dihasilkan dapat dimonitor secara langsung.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjat kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Dosen
Pemula berjudul “Sistem Monitoring Output Panel PV Menggunakan
LabView”.
Penulis menyadari bahwa penulisan Penelitian Dosen Pemula dengan Hibah
Ristekdikti ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. HC. Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya.
2. Dr. H. Dayat Hidayat, M.M. selaku Rektor Universitas Pmulang.
3. Syaiful Bakhri, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pmulang.
4. Jamal A. Rachman, B.Sc., M.Sc. selaku Kepala Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Pamulang.
5. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih atas bantuan, dorongan dan semangatnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam melakukan penulisan laporam
penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
penulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.
iv
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
RINGKASAN .............................................................................................. iii
KATA PENGHANTAR .............................................................................. V
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Batasan Masalah .................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................. 2
1.6 Jenis Penelitian Penelitian ...................................................... 3
1.7 Sistematika Penulisan………………………………………... 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Photo Voltaic ......................................................................... 5
2.1.1 Sistem On Grid ………………………………………... 4
2.1.2 Sistem Off Grid ……………………………………….. 5
2.2 Energi Surya .......................................................................... 8
2.3 Komponen Utama Pembangkit PV ......................................... 9
2.4 Konfigurasi PLTS .................................................................. 14
2.5 Mikrokontroler ....................................................................... 17
2.5.1 Modul Mikrokontroller Arduino ................................... 17
2.6 Sensor Arus ACS712 ............................................................. 21
2.7 Sensor Tegangan ................................................................... 23
2.8 LabView ................................................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram Air Penelitian ............................................................ 27
3.2 Diagram Sistem Monitoring Solar Panel .................................. 27
v
3.3 Perancangan Rill Sistem Monitoring Solar Panel .................... 28
3.4 Desain Sistem Monitoring ....................................................... 29
BAB IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Realisasi Jadwal Pelaksanaan .................................................. 30
4.2 Analisa Perancangan Sistem Monitoring Solar Panel ............... 30
4.2.1 Analisa Daya Output Solar Panel .................................. 30
4.3 Analisa Biaya PLTS .............................................................. 31
4.4 Hasil Perancangan Sistem Monitoring .................................... 31
4.5 Data Monitoring ...................................................................... 32
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 35
5.2 Saran ...................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 36
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana pengujian hasil sistem monitoring dengan menggunakan Lab
View?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian hanya membahas mengenai perancangan sistem monitoring
dengan koneksi langsung berdasar pada identifikasi masalah serta
memperhatikan faktor waktu, tenaga, dan biaya maka permasalahan dibatasi
pada hal–hal sebagai berikut.
1. PV yang digunakan yaitu tipe polikristal dengan kapasitas total 500 wP.
2. Pengambilan output data secara direct connection.
3. Inverter yang digunakan untuk penelitian yaitu sistem On Grid.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini diantaranya:
1. Menciptakan sistem monitoring yang riil terhadap output solar panel yang
dipasang.
2. Menguji kualitas output solar panel secara langsung.
3. Memahami karakteristik PV dan potensi energi matahari dikawasan
sekitar lokasi pemasangan.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan adapun manfaat yang diharapkan
pada pembuatan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
Penulis dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki, sehingga
dapat digunakan sebagai acuan awal untuk membuat modul praktikum dan
kelanjutan pengembangan penelitian.
2. Bagi Universitas Pamulang
Tersedianya lahan penelitian dibidang elektronika yang dapat
digunakan oleh mahasiswa Teknik Elektro Universitas Pamulang.
3. Bagi Pembaca
Tersedianya laporan Ilmiah mengenai PERANCANGAN SISTEM
MONITORING SOLAR PANEL MENGGUNAKAN LABVIEW.
1.6 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat implementasi dan riil dapat
2
digunakan untuk sistem pusat data UNPAM. Adapun metode yang digunakan
dalam penyusunan penelitian ini dibagi dalam tahapan sebagai berikut :
a. Studi literatur.
b. Perancangan dan perhitungan.
c. Pemasangan solar panel.
d. Pengujian dan Monitoring.
e. Pengambilan Data
f. Penyusunan laporan penelitian.
g. Tahap pengesahan
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang diterapkan dalam penelitian ini, membagi
pembahasan dalam empat bab dengan susunan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi penjelasan tentang teori–teori penunjang yang dijadikan
landasan dan rujukan dalam pembuatan penelitian. Teori penunjang disini
meliputi teori rangkaian alat, fungsi kerja komponen, arah gerak arus dan
tegangan. Sementara Software NI LabVIEW membahas fungsi dan peran
Software dalam mendukung kerja alat.
BAB III PERANCANGAN ALAT
Berisi tentang proses perencanaan komponen pada bagian hardware
akan membahas tentang masalah penempatan atau layout komponen.
BAB IV DATA DAN ANALISA
Proses dan perancangan alat praktikum Karakteristik Multivibrator dan
Counter dengan Virtual Instrumen
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan akhir dari penulisan berisi kesimpulan dan saran dari
keseluruhan proses penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. PhotoVoltaic
Energi matahari merupakan bentuk radiasi elektromagnetik yang
dipancarkan ke bumi berupa cahaya yang terdiri atas foton atau partikel
energi surya yang dikonversikan menjadi energi listrik. Energi surya yang
sampai pada permukaan bumi disebut sebagai radiasi surya global yang
diukur dengan kepadatan daya pada permukaan daerah penerima. Rata-rata
nilai dari radiasi surya atmosfir bumi adalah 1.353 W/𝑚2 yang dinyatakan
sebagai konstanta surya. Intensitas radiasi surya dipengaruhi oleh waktu
siklus perputaran bumi, kondisi cuaca meliputi kualitas dan kuantitas awan,
pergantian musim dan posisi garis lintang. Intensitas radiasi sinar matahari di
Indonesia berlangsung 4-5 jam per hari. Produksi energi surya pada suatu
daerah dapat dihitung sebagai berikut:
𝐸=𝐼𝑥𝐴 (1)
dimana,
E = Energi surya yang dihasilkan (W)
I = Isolasi/ Intensitas radiasi surya rata-rata yang diterima selama satu jam
(W/m)
A = Luas area (𝑚2 )
Energi surya yang dikonversikan menjadi energi listrik disebut juga
dengan energi photovoltaic. Penggunaan sumber energi terbarukan seperti
energi matahari dan angin dapat dilakukan untuk berbagai macam aplikasi
yang berhubungan dengan listrik yang memiliki manfaat untuk lingkungan.
Untuk aplikasi tegangan tinggi, jenis sel surya harus dipertimbangkan, yang
dibedakan menjadi tiga kelompok utama: monokristalin (konstruksi kristal
tunggal), polikristalin (semi-kristal), dan film tipis silikon amorf [1]. Sistem
tenaga surya dapat dikategorikan menjadi dua jenis: off-grid dan on-grid.
2.1.1. Sistem On Grid
Sistem on grid pada PLTS disebut juga dengan grid tie, pada
sistem ini menggunakan solar panel (panel potovoltaic) untuk
4
menghasilkan energy listrik yang ramah lingkungan dan bebas emisi
tanpa menggunakan bahan bakar . Pada sistem on grid tetap
terhubung dengan jaringan listrik yang dihasilkan oleh PLN,
sehingga penggunaan listrik pada waktu siang hari mendapatkan
pasokan energy dari 2 sumber yakni Photovoltaic dan PLN, sehingga
pemakaian energy yang digunakan terdapat dari 2 sumber
berdasarkan presentasi. Untuk pemakaian energy listrik di malam
hari photovoltaic tidak dapat digunakan dikarenakan tidak adanya
penyimpanan energy listrik, sehingga pemakaian energi listrik
sepenuhnya menggunakan energy listrik dari PLN. Pemakain sistem
on grid hanya bisa digunakan disiang hari, oleh karena itu alangkah
baiknya penggunakan beban dimaksimalkan disiang hari, sehingga
dapat menekan biaya pemakaian energy listrik. Perencanaan dan
perhitungan dalam menentukan sistem on grid harus disesuaikan
dengan kebutuhan pemakaian , sehingga dapat menekan biaya dalam
pembuatan sistem tersebut.
5
menggunakan dari energy listril dari PLN, sehingga pemakaian
energy dalam waktu 24 jam dihasilkan dari sistem photovoltaic.
Untuk memenuhi kebutuhan energy listrik maka untuk sistem off
grid dibutuhkan penambahan komponen battery untuk penyimpan
energy listrik selama Photovoltaic tidak menghasilkan energy listrik.
Perencanaan dalam sistem off grid harus mengacu tehadap beberapa
factor yakni penentuan jumlah PV dan kapasitas battery, sehingga
dapat menentukan lamanya pengisian dan lamanya pemakain
terhadap beban.
6
matahari menjadi energi listrik tanpa menggunakan bahan bakar apapun.
Sebagai fakta, teknologi photovoltaic (PV) mengeksploitasi efek fotolistrik,
melalui beberapa semikonduktor yang sesuai "didoping" menghasilkan listrik
ketika terkena radiasi matahari [14].
Keuntungan dari pembangkit PV dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pembangkit terdistribusi dimana dibutuhkan
2. Tidak ada emisi material polusi
3. Menghemat bahan bakar fosil
4. Tidak mempunyai part bergerak sehingga lebih handal
5. Biaya Operasi dan Perawatan lebih sedikit
6. Sistem Modularitas (untuk meningkatkan daya pembangkit diperlukan
perbanyakan panel) menurut kebutuhan nyata pengguna
Untuk offgrid sistem tenaga surya, listrik utama hanya disuplai dari panel PV
dan penyimpanan baterai. Sistem off-grid cocok untuk daerah terpencil yang
biasanya terisolasi dari jaringan listrik. Inverter pada sistem ini
diklasifikasikan menjadi dua jenis: grid tie inverter dan inverter normal. Yang
pertama mengubah tenaga surya langsung ke listrik utama. Sementara, yang
terakhir mengubah daya DC dari kedua PV panel dan baterai ke jaringan
lokal. Selain itu, yang terakhir juga digunakan untuk pengisian daya baterai
[2].
7
Untuk sistem tenaga surya on-grid, bangunan diumpankan dari jaringan
listrik lokal dan PV array untuk menutupi permintaan daya konsumen sendiri
dan mengurangi tagihan listrik [3].
2.2. Energi Surya
Dalam termonuklir inti matahari terjadi reaksi fusi tak henti-hentinya di
jutaan derajat; kemudian merilis besar jumlah energi dalam bentuk radiasi
elektromagnetik. Sebagian dari energi ini mencapai area luar atmosfer bumi
dengan radiasi rata-rata (solar konstan) dari sekitar 1367 W/ 𝑚2 ± 3%, nilai
yang dapat bervariasi sebagai fungsi dari jarak Bumi-ke-Matahari dan dari
aktivitas matahari (sunspot). Karena orbit eliptikal bumi yang mengitari
matahari, jarak terpendek ke matahari ada pada Desember dan Januari, dan
yang terjauh ada pada Juni dan Juli.
8
Gambar 2.5. Aliran Energi antara Matahari, Atmosfir, dan Tanah [14]
9
Beberapa panel elektrik dihubungkan secara seri merupakan sebuah
array dan beberapa array, secara elektrik terhubung dalam paralel untuk
menghasilkan daya yang dibutuhkan, merupakan generator atau bidang
photovoltaic.
10
Gambar 2.8. Photovoltaic Monocrystalline.
Dari gambar tersebut diatas dapat di uaraikan sebagai berikut:
1.Batangan kristal silikon murni
2. Irisan kristal silikon yang sangat tipis
3. Sebuah sel surya monocrystalline yang sudah jadi
4. Sebuah panel surya monocrystalline yang berisi susunan sel surya
monocrystalline. Nampak area kosong yang tidak tertutup karena
bentuk sel surya jenis ini.
2. Polycrystalline
Jenis ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dilebur /
dicairkan kemudian dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi.
Kemurnian kristal silikonnya tidak semurni pada sel surya
monocrystalline, karenanya sel surya yang dihasilkan tidak identik satu
sama lain dan efisiensinya lebih rendah, sekitar 13% - 16%.
Tampilannya nampak seperti ada motif pecahan kaca di dalamnya.
Bentuknya yang persegi, jika disusun membentuk panel surya, akan
rapat dan tidak akan ada ruangan kosong yang sia-sia seperti susunan
pada panel surya monocrystalline di atas. Proses pembuatannya lebih
mudah dibanding monocrystalline, karenanya harganya lebih murah.
Jenis ini paling banyak dipakai saat ini.
3. Thin Film Solar Cell (TFSC)
Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau
beberapa lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar.
11
Sel surya jenis ini sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel.
Jenis sel surya ini diproduksi dengan cara menambahkan satu atau
beberapa lapisan material sel surya yang tipis ke dalam lapisan dasar.
Sel surya jenis ini sangat tipis karenanya sangat ringan dan fleksibel.
a. Amorphous Silicon (a-Si) Solar Cells.
b. Cadmium Telluride (CdTe) Solar Cells
c. Copper Indium Gallium Selenide (CIGS) Solar Cells.
Teknologi produksi sel surya thin film ini masih baru, masih banyak
kemungkinan di masa mendatang. Ongkos produksi yang murah serta
bentuknya yang tipis, ringan dan fleksibel sehingga dapat dilekatkan
pada berbagai bentuk permukaan, seperti kaca, dinding gedung dan
genteng rumah.
2. Inverter
Conditioning daya dan sistem kendali dilakukan oleh inverter yang
mengubah arus searah (DC – Direct Current) menjadi bolak-balik (AC –
Alternating Current) saat ini dan kontrol kualitas output daya untuk
dikirimkan ke grid, juga dengan cara filter LC dalam inverter itu sendiri.
Adapun prinsip skema inverter sebagai berikut:
12
Gambar 2.10. Sirkuit Inverter 1 Fasa
Transistor, digunakan sebagai saklar statis, dikendalikan oleh sinyal
pembukaan – penutupan yang, dalam mode sederhana, akan menghasilkan
output gelombang persegi bolak balik. Untuk mendapatkan bentuk
gelombang sinusoidal, teknik lebih canggih yaitu Pulse Width Modulation
(PWM) digunakan atau biasa disebut Modulasi Lebar Pulsa. Teknik PWM
memungkinkan regulation dapat dicapai pada frekuensi serta pada rms
nilai gelombang keluaran.
13
sehingga titik operasi selalu sesuai dengan Titik daya maksimum
(Maximum Power Point – MPP). Untuk tujuan ini , sebuah chopper (DC-
DC Converter) yang dikendalikan disebut Maximum Power Point Tracker
( MPPT ) digunakan di dalam inverter atau pada modul terpisah. MPPT
menghitung instan dengan instan pasangan nilai "Tegangan - arus" dari
generator di mana maksimum daya yang tersedia yang dihasilkan. Mulai
dari kurva I- V generator PV. Titik maksimum transfer daya sesuai dengan
titik singgung antara karakteristik I-V untuk diberikan nilai radiasi
matahari dan hiperbola persamaan:
𝑉. 𝐼 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (1)
Sistem MPPT digunakan secara komersial mengidentifikasi titik daya
pada kurva karakteristik generator dengan menyebabkan, secara berkala,
variasi kecil beban yang menentukan penyimpangan dari nilai tegangan –
arus dan mengevaluasi jika produk baru I-V lebih tinggi atau lebih rendah
maka sebelumnya yang dipilih. Karena karakteristik yang diperlukan dari
kebutuhan performa inverter untuk pembangkit mandiri dan untuk
pembangkit grid-connected pembangkit harus memiliki karakteristik yang
berbeda:
a. Pembangkit mandiri, inverter harus mampu menyediakan sisi tegangan
AC se-konstan mungkin pada produksi generator dan permintaan beban
yang bervariasi;
b. Pada pembangkit grid-connected inverter akan mereproduksi, se-persis
mungkin, tegangan jaringan dan pada saat yang sama mencoba untuk
mengoptimalkan dan memaksimalkan keluaran energi dari panel PV.
2.4. Konfigurasi PLTS
Untuk mendayai suatu gedung atau jaringan, PLTS harus mempunyai
sistem terpadu yang memiliki modul-modul dan komponen tertentu. Sistem
tersebut harus didesain sedemikian rupa sehingga pendayaan gedung menjadi
handal. Adapun beberapa sistem pendayaan untuk sistem pembangkit PV atau
PLTS ini:
1. Sistem Stand-alone
Sistem stand-alone mengandalkan tenaga PV saja. Sistem ini dapat
terdiri hanya modul PV dan beban atau dapat mencakup baterai untuk
14
penyimpanan energi. Bila menggunakan regulator pengisi baterai, yang
mematikan modul PV saat baterai terisi penuh, dan matikan beban bila
baterai menjadi bawah batasnya. Baterai harus memiliki kapasitas yang
cukup untuk menyimpan energi yang dihasilkan pada siang hari untuk
digunakan pada malam hari dan selama periode cuaca buruk. Berikut
merupakan skematis contoh dari sistem yang berdiri sendiri;
(a) sistem PV DC sederhana tanpa baterai dan (b) sistem PV besar dengan
beban DC maupun AC.
Gambar 2.12. (a) sistem PV DC Sederhana untuk Mendayai Pompa Air tanpa
Penyimpanan Energi, (b) sistem PV kompleks termasuk Baterai, conditioner daya,
dan beban AC maupun DC [15]
2. Sistem Grid-Connected
Sistem grid-connected telah menjadi semakin populer sebagai aplikasi
yang terintegrasi. PV terhubung ke grid melalui inverter, dan tidak
memerlukan baterai karena grid dapat menerima semua listrik yang
generator PV suplai. Alternatifnya, PV digunakan sebagai pembangkit
listrik untuk grid. Sebuah sistem PV gridconnected secara skematik adalah
sebagai berikut:
15
Gambar 2.13. Representasi Skematik Sistem PV Grid-
Connected [15]
3. Sistem Hybrid
16
juga. Masalah umum dengan generator PV/diesel hybrid adalah kurangnya
pengendalian dari generator diesel. Jika baterai dipertahankan pada terlalu
tinggi keadaan pengisiannya oleh generator diesel, maka energi yang bisa
dihasilkan oleh generator PV akan terbuang. Sebaliknya, jika baterai diisi
tidak cukup, maka umur operasional pembangkit akan berkurang. Masalah
tersebut harus dihadapi jika generator PV ditambahkan dengan mesin
diesel tanpa instalasi sistem otomatis untuk starting mesin dan kendali
output.
2.5. Mikrokontroller
Mikrokontroler adalah suatu chip berupa IC (Integrated Circuit) yang
berfungsi sebagai pengontrol rangkaian elektronik biasanya dapat
menerimasinyal input, mengolahnya dan memberikan sinyal output sesuai
dengan programyang diisikan ke dalamnya. Kelebihan utama dari
mikrokontroler ialah tersedianya Ram dan peralatan I/O pendukung sehingga
ukuran board mikrokontroler menjadi sangat ringkas.[10]
17
2. IDE arduino merupakan multiplatform yang dapat dijalankan
di berbagai system operasi seperti windows,macintosh,dan
linux.
3. Modul arduino mudah digunakan sebagai sebuah platform
komputasi fisik yang sederhana serta menerapkan bahasa
pemprograman processing.
4. Modul arduino merupakan platform interaktif karena dapat
mengambil masukan dari berbagai tombol atau sensor,mampu
mengendalikan berbagai lampu,motor,dan output fisik lainya.
5. Modul arduino dapat berdiri sendiri,atau dapat melakukan
komunikasi dengan software yang berjalan di komputer seperti
flash,processing dan max MSP.
6. Penggunaan arduino menggunakan kabel yang terhubung
dengan port universal serial bus (USB), bukan port serial. Fitur
ini sangat berguna karena banyak komputer sekarang ini tidak
memiliki port serial.
7. Biaya yang digunakan dalam membeli modul Arduino cukup
murah sehingga tidak terlalu menakutkan untuk membuat
kesalahan.
8. Proyek arduino ini dikembangkan dalam dunia
pendidikan,sehingga bagi pemula akan lebih cepat dan mudah
untuk mempelajarinya.
9. Proyek Arduino memiliki banyak penguna dan komunitas di
internet yang dapat membantu setiap kesulitan yang dihadapi.
Arduino telah banyak memproduksi begitu banyak sistem dan
jenisnya beberapa diantaranya adalah arduino uno, arduino
Leonardo, arduino due, arduino mega2560, arduino mega ADK,
arduino micro, arduino duemilanove, arduino nano. Dalam
pembuatan tugas akhir ini akan digunakan salah satu produk arduino
yang dikenal dengan nama Arduino Uno.
18
Gambar 2.15. Fungsi pin Arduino Uno.[10]
Tabel 2.1. Keterangan Pin Arduino Uno.
No Parameter Keterangan
4 Pin Two Wire Terdiri dari serial data lines(SDA) dan serial
Interface(TWI) interface clock (SCL)
5 Pin Pwm Arduino mega menyediakan 8 bit output
PWM.gunakan fungsi analog write untuk
mengaktifkan pin PWM.
6 Pin serial Digunakan untuk menerima dan mengirimkan data
serial TTL (receiver(Rx),Transmiter(Tx)).pin 0 dan
1
sudah terhubung kepada pin serial USB to TTL
sesuai
dengan ATmega
19
Ic microcontroller yang digunakan pada Arduino
7 ATmega 328 Uno
8 Pin Analog Menerima input dari perangkat analog lainya
1. Vin = Masukan tegangan input bagi
9 Pin power arduino
ketika menggunakan sumber daya eksternal
2. 5v = Sumber tegangan yang dihasilkan
regulator internal board Arduino
3. 3,3 v = sumber tegangan yang dihasilkan
regulator internal board arduino.arus
maksimal pada pin ini adalah 50mA
4. GND = Pin ground regulator tegangan
board
Arduino
Pin yang digunakan untuk menerima input digital
11 Pin digital dan
member output berbentuk digital (0 dan 1 atau low
dan high)
20
Tabel 2.2. keterangan tombol pada IDE Arduino.
No Nama Fungsi
1 Verify Menguji apakah ada kesalahan atau sketch.apakah
sketch sudah benar,maka sketch tersebut akan
dikompilasi.kompilasi. kompilasi adalah proses
mengubah kode pada program kedalam kode mesin
2 Upload Mengirimkan kode mesin hasil kompilasi ke board
arduino
3 New Membuat sketch baru
4 Open Membuka sketch yang sudah ada
5 Save Menyimpan sketch
6 Serial Menampilkan data yang dikirim dan diterima melalui
monitor komunikasi serial
21
Sensor ini memiliki pembacaan dengan ketepatan yang tinggi, karena
didalamnya terdapat rangkaian low-offset linear Hall dengan satu lintasan
yang terbuat dari tembaga. Cara kerja sensor ini adalah arus yang dibaca
mengalir melalui kabel tembaga yang terdapat didalamnya yang
menghasilkan medan magnet yang di tangkap oleh integrated Hall IC dan
diubah menjadi tegangan proporsional. Ketelitian dalam pembacaan sensor
dioptimalkan dengan cara pemasangan komponen yang ada didalamnya
antara penghantar yang menghasilkan medan magnet dengan hall transducer
secara berdekatan. Persisnya, tegangan proporsional yang rendah akan
menstabilkan Bi CMOS Hall IC yang didalamnya yang telah dibuat untuk
ketelitian yang tinggi oleh pabrik. Berikut terminal list dan gambar pin out
ACS712.
22
Pada gambar 2.19. pin out terminal list diatas dapat kita lihat tata letak
posisi I/O dari sensor arus dan kegunaan dari masing-masing pin dari sensor
arus ACS712. Hambatan dalam penghantar sensor sebesar 1,2 mΩ dengan
daya yang rendah. Jalur terminal konduktif secara kelistrikan diisolasi dari
sensor leads/mengarah (pin 5 sampai pin 8). Hal ini menjadikan sensor arus
ACS712 dapat digunakan pada aplikasi-aplikasi yang membutuhkan isolasi
listrik tanpa menggunakan opto-isolator atau teknik isolasi lainnya yang
mahal. Sensor ini telah dikalibrasi oleh pabrik. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Gambar 2.19. blok diagram sensor arus ACS712 .[14]
2.7. Sensor Tegangan
Prinsip kerja modul sensor tegangan yaitu didasarkan pada prinsip
penekanan resistansi, dan dapat membuat tegangan input berkurang hingga 5
kali dari tegangan asli. Bentuk modul sensor tegangan seperti ditunjukkan
pada gambar 2.20. berikut :
23
5. Output Interface: "+" Koneksi 5 / 3.3V, "-" terhubung GND, "s"
terhubung Arduino pin A0
6. DC antarmuka masukan: red terminal positif dengan VCC, negatif
dengan GND Kalibrasi Modul Sensor Tegangan.
Prinsip kerja modul sensor tegangan ini dapat membuat tegangan input
mengurangi 5 kali dari tegangan asli. Sehingga, sensor hanya mampu
membaca tegangan maksimal 25 V bila diinginkan Arduino analog input
dengan tegangan 5 V, dan jika untuk tegangan 3,3 V, tegangan input harus
tidak lebih dari 16.5 V. Pada dasarnya pembacaan sensor hanya dirubah
dalam bentuk bilngan dari 0 sampai 1023, karena chip Arduino AVR
memiliki 10 bit, jadi resolusi simulasi modul 0,00489 V yaitu dari (5 V /
1023), dan tegangan input dari modul ini harus lebih dari 0,00489 V x 5 =
0,02445 V. Sehingga dapat dirumuskan seperti persamaan berikut:Volt =
((Vout x 0.00489) x 5).
Modul tegangan ini disusun secara parallel terhadap beban. Pada gambar
2.21. menunjukan contoh cara mengukur tegangan dengan sensor tegangan
yang dihubungkan secara paralel, seperti gambar berikut :
24
menggunakan bahasa pemrograman berbasis grafis atau blok diagram
sementara bahasa pemrograman lainnya menggunakan basis text. Program
labVIEW dikenal dengan sebutan Vi atau Virtual Instruments karena
penampilan dan operasinya dapat meniru sebuah instrumen. Pada labVIEW,
user pertama-tama membuat user interface atau front panel dengan
menggunakan control dan indikator, yang dimaksud dengan kontrol adalah
knobs, push buttons, dials dan peralatan input lainnya sedangkan yang
dimaksud dengan indikator adalah graphs, LEDs dan peralatan display
lainnya. Setelah menyusun user interface, lalu user menyusun blok diagram
yang berisi kode-kode VIs untuk mengontrol front panel. Software LabVIEW
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu :
1. front panel
front panel adalah bagian window yang berlatar belakang abu-abu serta
mengandung control dan indikator. front panel digunakan untuk
membangun sebuah VI, menjalankan program dan mendebug program.
Tampilan dari front panel dapat di lihat pada Gambar 2.1
25
Tampilan dari blok diagram dapat lihat pada Gambar 2.2.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir Penelitian
Ada beberapa poin penting pada penelitian yang akan dilakukan
diantaranya desain rancangan, perakitan, pembuatan program, implementasi,
memonitoring dan menyimpulkan data hasil monitoring, Sehingga Gambar
11 merupakan diagram alir untuk metode penelitian yang dilakukan.
Start
Studi Literatur
Rumusan
masalah
Desain rancangan
hardware dan
sistem
Tidak
Evaluasi
Ya
Pengambilan Data
Monitoring
Penulisan Laporan
End
27
jalur output solar panel. Sedangkan tegangan secara paralel dicuplik pada
jalur outputnya. Secara garis besar rancangan sistem dipaparkan sebagai
berikut
Sistem Monitoring
2
Max DC Power (at Cos Φ = 1) : 1000 W
Vmp = 35-39 volt
Inverter Suoer 1000
MPP Voltage Range : 30V to 40V
Watt Grid Tie Inverter
Voc = 42 - 45Volt
3 Microcontroller ATmega328P
Operating Voltage 5V
Input Voltage (recommended) 7-12V
Input Voltage (limit) 6-20V
Arduino Uno
Digital I/O Pins 14 (of which 6 provide PWM output)
PWM Digital I/O Pins 6
Analog Input Pins 6
DC Current per I/O Pin 20 mA
4
Kabel DC
Konektor PV
28
3.4. Desain Riil Sistem Monitoring
1. Wiring Diagram
Secara riil penelitian ini memiliki konsep yang ditampilkan pada blok
diagram dibawah ini.
Sensor Arus
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
30
Tabel 4.2 Rata-Rata Radiasi Normal Matahari per Bulan untuk Daerah
Jakarta per Periode 22 Tahun (Juli 1983 - Juni 2005) [kWh/𝑚2 /hari]
Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nop Des Rata-rata
Nilai Radiasi
2,84 2,67 3,38 3,92 4,44 4,7 4,98 5,03 4,86 4,07 3,4 3,2 3,96
(kWh/ 𝑚2 /hr
31
tegangan sesuai dengan range sensor. Berikut rangkaian pembagi tegangan
yang dibuat.
32
Tabel 4.1. Data Pengukuran
Waktu Tegangan Arus Daya
No
(Jam) (Volt) (Ampere) (Watt)
1 9:00 29 1,4 40,6
2 9:15 29 1,4 40,8
3 9:30 30 1,4 42
4 9:45 32 1,8 57,6
5 10:00 32 1,9 60,9
6 10:15 32 2,1 67,2
7 10:30 33 2,1 69,3
8 10:45 34 2,6 88,4
9 11:00 34 2,6 89,2
10 11:15 34 2,8 95
11 11:30 35 2,8 98,7
12 11:45 35 2,8 98,5
13 12:00 35 2,9 110,6
14 12:15 35 2,9 110,6
15 12:30 35 3 112,4
16 12:45 36 3 115,2
17 13:00 36 3 116,3
18 13:15 39 3,1 140,2
19 13:30 39 3,2 142,6
20 13:45 39 3,2 135
21 14:00 38 3,1 120
22 14:15 38 3,1 118,4
23 14:30 36 2,9 118,5
24 14:45 36 2,7 102,1
25 15:00 33 2,5 82,8
26 15:15 33 2,3 76,3
27 15:30 30 2,1 64
28 15:45 30 2,1 63,6
29 16:00 29 2 59
33
Panel PV menghasilkan output tegangan tertinggi sebesar 39 Volt
ketika intensitas matahari terakumulasi di pukul 13.15 – 13.45 WIB.
34
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka ada beberapa kesimpulan
yang dapat diambil, yaitu:
1. Pembacaan tegangan output dari panel PV membutuhkan rangkaian
pembagi tegangan agar sesnor dapat bekerja di range 0-25 Volt.
2. Output panel PV tidak dapat maksimal sesuai spesifikasi teknisnya
dikarenakan kualitas panel PV. Besarnya tegangan output berkisar antara
29-39 Volt, Untuk arus keluaran range antara 1,4-3,2 A dan daya output
berkisar 40,6-142,6 Watt.
3. Sistem monitoring dengan menggunakan lab view dapat berjalan dengan
baik, dimana hasil pembacaan sesuai dengan alat ukur secara langsung
dengan error sebesar 2%.
5.2. Saran
Agar sistem monitoring dapat digunakan secara fleksibel maka ada
beberapa saran untuk pengembangan diantaranya.
1. Penerapan IoT sehingga akses lebih fleksibel.
2. Penambahan sistem untuk mendeteksi kondisi solar panel yang rentan
terhadap debu.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
[12]. Water-free and energy independent cleaning system, Ecoppia - Robotic Solar
Cleaning Solution, URL: http://www.ecoppia.com/ (LastAssessed on 04 May
2018)
[13]. Mallikarjun G. Hudedmani, Gita Joshi, Umayal R M, Ashwini Revankar.
(2017) “A Comparative Study of Dust Cleaning Methods for the Solar PV
Panels.” Advanced Journal of Graduate Research 1(1): 24-29.
37
LAMPIRAN 1
38
LAMPIRAN 2
PENILAIAN AKHIR PENELITIAN
Penilai
39
LAMPIRAN 3
40
LAMPIRAN 4
Sertifikat
41
42
LAMPIRAN 4
43
44
45
46
47