Tugas Akhir
Disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma IV
oleh
Fitri Nurasiah
215441916
Kata Kunci : Single axis solar tracker, Metode Hybrid, Efisiensi Panel Surya, IoT
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT. Yang selalu
melimpahkan nikmat, rahmat serta hidayah-Nya sehingga laporan teknik tugas
akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW., kepada keluarganya, para sahabatnya dan umatnya hingga akhir
zaman.
Laporan teknik tugas akhir ini berjudul “Peningkatan Efisiensi Solar
Tracker Single Axis menggunakan Gabungan Metode Sensor LDR dan
Algoritma Posisi Matahari serta Pemanfaatan IOT pada Data Sistem” dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma IV Politeknik
Manufaktur Bandung. Penulis mengucapkan terima kasih kepda pihak-pihak yang
telah membantu, baik secara moril, materil, maupun sumbangan pikiran, khusunya
kepada:
1. Suharyadi Pancono, Dipl.Ing.HTL., M.T. dan Gungun Maulana, S.Pd.,
M.T. selaku pembimbing tugas akhir yang telah membimbing penulis
dalam setiap proses penyelesaian tugas akhir ini,
2. Ibu, ibu, ibu dan Bapak yang tiada lelah mengingatkan dengan penuh
kesabaran, memberikan dukungan, semangat dan do’a untuk
keberhasilan penulis dalam menyelesaikan proyek akhir ini,
3. Rekan-rekan mahasiswa 4AEA 2018 yang telah memberikan bantuan
dalam menjalani proses penyelesaian tugas akhir ini, dan
4. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan segala bantuan serta
masukan dalam penulisan tugas akhir ini, khususnya Tim Pengejar
Matahari.
Saran dan kritik yang mengarah pada perbaikan dan pengembangan laporan
teknik tugas akhir ini sangat penulis harapkan. Semoga laporan teknik tugas akhir
ini dapat menginformasikan hasil dari tugas akhir yang dikerjakan dan mampu
memberikan tambahan ilmu serta wawasan kepada pembaca.
Bandung, Agustus 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
iv
4.6 Pengujian Pembacaan Sensor Tegangan dan Sensor Arus pada
Antarmuka ......................................................................................................... 43
BAB V PENUTUP................................................................................................54
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 54
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Pengujian panel surya dengan 3 metode........................................... 7
Gambar 2. 2 Garis bujur pergerakan matahari setiap jam ..................................... 7
Gambar 2. 3 Gerak semu matahari ........................................................................ 8
Gambar 2. 4 Konfigurasi solar tracker loop tertutup [17] ..................................... 9
Gambar 2. 5 Konfigurasi solar tracker loop terbuka [17].................................... 10
Gambar 2. 6 Jenis-jenis solar tracker [17] ........................................................... 11
Gambar 2. 7 Parameter Algoritma Posisi Matahari [24] .................................... 11
Gambar 2. 8 Sudut Kemiringan ........................................................................... 14
Gambar 2. 9 Koneksi sensor LDR dengan mikrokontroler [26] ......................... 15
Gambar 2. 10 State of Charge dan Depth of Discharge ...................................... 17
Gambar 2. 11 State of Charge vs Tegangan Baterai [31] .................................... 17
vi
Gambar 3. 18 Bagian solar cell ........................................................................... 34
Gambar 3. 19 Penempatan sensor LDR [30] ....................................................... 34
Gambar 3. 20 Tampilan awal Blynk .................................................................... 38
Gambar 3. 21 Deklarasi pin pada fitur ................................................................ 39
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 spesifikasi umum sistem single axis solar tracker ............................... 21
Tabel 3. 2 Spesifikasi sistem mekanik ................................................................. 22
Tabel 3. 3 Spesifikasi sistem elektrik ................................................................... 22
Tabel 3. 4 Spesifikasi sistem informatik .............................................................. 23
Tabel 3. 5 List fitur pada antarmuka .................................................................... 31
Tabel 3. 6 Modul-modul yang digunakan pada sistem......................................... 35
Tabel 3. 7 Fitur dan fungsi ................................................................................... 38
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan efisiensi konversi daya menggunakan material atau proses manufaktur yang
baru dari panel surya nampaknya begitu terbatas, berkisar 15-19%. Konversi daya dari panel surya
dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknologi solar tracker [1]. Solar tracker merupakan
panel surya otomatis yang mengikuti posisi matahari untuk meningkatkan efisiensi konversi daya
[5] [6]. Matahari sebagai objek yang bergerak [7] dapat diikuti dengan mengindera perubahan arah
cahaya yang dipancarkannya [6]. Daya maksimal akan didapat jika sudut sinar matahari tegak
lurus terhadap permukaan panel surya [2] [3] [4].
Banyak penelitian yang menunjukkan dengan menggunakan solar tracker keluaran daya dari
panel surya dapat meningkat berkisar 30-60% [4]. Berdasarkan [1] panel surya dengan
menggunakan sistem solar tracker keluaran daya yang dihasilkan meningkat sebesar 25-37%.
Keluaran daya yang dihasilkan tergantung pada musim sehingga pada penelitian [3] solar panel
dengan sistem solar tracker menunjukkan penambahan sebesar 40% dari energi panas yang
dihasilkan. Hasil pengukuran [6] menunjukkan kenaikan tegangan sel surya mencapai 11,53% dan
pada pengujian [8] kenaikan tegangan yang didapat sebesar 10,29%, kedua penelitian
dibandingkan dengan panel surya statis. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan [9] daya yang
dihasilkan dengan menggunakan sistem statis sebesar 6,93 W, sedangkan system tracking
menghasilkan daya sebesar 10,97 W maka energi yang dihasilkan mengalami peningkatan sebesar
36,45%.
Maka dari itu, dirancang panel surya menggunakan sistem pelacak surya (solar tracking system).
Sistem ini bekerja untuk menyesuaikan posisi sudut panel surya terhadap matahari karena posisi
matahari selalu berubah setiap waktu dan musimnya [6] [7]. Penyerapan energi matahari paling
baik dilakukan jika panel surya tegak lurus terhadap matahari, sehingga menjaga efisiensi panel
surya [6] [3] [4] [10]. Pergerakan utama dari panel surya didapatkan dengan menggunakan
algoritma posisi matahari yang menghitung posisi matahari pada koordinat sistem tertentu [11].
Selain itu, terdapat pergerakan sekunder yang digunakan untuk memastikan panel surya berada di
posisi optimum matahari, menggunakan sensor cahaya atau LDR (Light Dependent Resistors) [6]
[7] [4] [12]. Selain itu, kinerja panel surya juga dapat diketahui secara langsung dan dapat diakses
dimanapun baik menggunakan PC maupun smartphone, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
pengukuran secara langsung parameter seperti tegangan, arus, dan daya [13]. Metode yang
mendukung pengiriman data yang dapat dikirimkan dan diolah secara wireless menggunakan
1
sebuah aplikasi android yaitu Blynk dengan tampilan berupa grafik dan akuisisi data dengan
Internet of Things (IoT) untuk menyajikan data dan mengoptimalkan penyerapan energi surya [14].
Untuk itu, dibuatlah sebuah alat “PENINGKATAN EFISIENSI SOLAR TRACKER SINGLE AXIS
MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE SENSOR LDR DAN ALGORITMA POSISI
MATAHARI SERTA PEMANFAATAN IOT PADA DATA SISTEM” yang diharapkan dengan
menganalisa metode hybrid dan metode sensor LDR/continuous tracking dapat diketahui metode
yang paling efisien. Dengan demikian, solar tracker ini akan memberikan kontribusi terhadap
pengembangan energi terbarukan yang dihasilkan dari sinar matahari sebagai sumber energi yang
ramah lingkungan.
2
f. perangkat keras untuk akuisisi data menggunakan Arduino Mega 2560 dengan perangkat
lunak Blynk sebagai antarmuka,
g. pengujian dilakukan di luar ruangan atau tempat terbuka pada saat cuaca cerah/ tidak
hujan,
h. lokasi pengujian kantin teori Polman Bandung,
i. dilakukan pengaturan sudut inklinasi (kemiringan panel) secara berkala,
j. sistem selalu terhubung ke internet,
k. posisi solar tracker sudah ditentukan yaitu titik 0 azimuth di sebelah utara,
l. parameter yang dimonitoring berupa tegangan dan arus yang dihasilkan oleh panel surya
serta pengisian baterai, dan
m. fokus pengerjaan adalah membandingkan metode hybrid dan metode sensor LDR untuk
melacak posisi matahari, serta pengolahan data mengenai daya yang dihasilkan panel
surya, konsumsi daya dan pengisian baterai, sehingga data informasi tersebut dapat
ditampilkan pada sebuah antarmuka berbasis IoT.
3
BAB II KAJIAN PUSTAKA, berisi tentang penelitian-penilitian terdahulu yang dijadikan
sebagai acuan dari penelitian tentang sistem dual axis solar tracker ini, serta dijelaskan kelebihan
yang dibuat pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu. Selain itu pada bab ini
juga dijelaskan tentang teori penunjang yang menjelaskan beberapa istilah dan ilmu yang
digunakan atau berkaitan dengan penelitian sistem dual axis solar tracker.
BAB III PERANCANGAN SISTEM, berisi langkah-langkah penyelesaian penelitian, termasuk
perencanaan penggunaan perangkat keras mekanik, elektrik, dan perangkat lunak.
BAB IV HASIL IMPLEMENTASI, berisi hasil pengujian sensor, dan pengujian sistem yang
berkaitan dengan tuntutan yang harus dipenuhi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan yang diperoleh dari pengerjaan Tugas
Akhir yang telah dilakukan dan saran untuk pembaca, khususnya untuk peniliti yang akan meneliti
lebih lanjut tentang sistem single axis solar tracker.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab tinjauan pustaka ini akan menjelaskan berbagai dasar teori yang digunakan pada
penelitian peningkatan efisiensi solar tracker, serta yang sudah dilakukan sebelumnya.
2.1.1 Sistem Tracker dan Otomatisasi pada Panel Surya Dual Axis untuk
Mengoptimalkan Pengisian Tenaga Listrik
Penelitian yang dilakukan oleh Ikhma Martika ini berjudul “Sistem Tracker dan
Otomatisasi pada Panel Surya Dual Axis untuk Mengoptimalkan Pengisian Tenaga Listrik”.
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018. Hasil dari penelitian ini adalah:
Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian untuk sistem berikutnya yaitu:
a. Tipe pelacak yang digunakan Dual Axis Solar Tracker
b. Mikrokontroler Arduino Mega 2560 sebagai main controller.
c. Metode yang digunakan yaitu metode sensor LDR.
d. Menggunakan motor servo standar 180o.
e. LabVIEW sebagai perangkat lunak.
f. Kesalahan pembacaan sensor sebesar 1.91%.
g. Dapat melakukan charging dan discharging secara otomatis.
h. Hasil penilitian menunjukkan bahwa sistem ini mampu meningkatkan keefektifan hingga
33,302% dibandingkan sistem statis dan tracker tanpa filter.
Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian untuk pengembangan sistem sebagai
berikut.
a. Pengembangan mekanik dengan menggunakan aktuator motor servo dengan spesifikasi
lebih besar.
b. sistem solar tracker dual axis dapat dikontrol secara jarak jauh.
c. Sistem monitoring berbasis internet (IoT).
5
2.1.2 Pengembangan Solar Tracker Single Axis berbasis Arduino untuk Meningkatkan
Perolehan Energi Matahari
Penelitian yang dilakukan oleh Suka Handaja Budi pada tahun 2015 yang berjudul
“Pengembangan Solar Tracker Single Axis berbasis Arduino untuk Meningkatkan Perolehan
Energi Matahari”.
Berikut ini sistem yang digunakan dan hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut.
a. Tipe pelacak yang digunakan vertical single axis tracker dengan posisi solar panel tegak
lurus terhadap matahari dengan berdasarkan waktu yang memiliki waktu tunda 5 menit.
b. Metode yang digunakan yaitu metode sensor LDR.
c. Panel surya yang digunakan yaitu panel surya 100Wp.
d. Pengujian dilakukan menggunakan dua buah alat dengan spesifikasi yang sama.
e. Peningkatan energi sebesar 30,7% dibandingkan dengan panel surya statis.
f. Pengukuran menggunakan open circuit atau tanpa beban.
Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian untuk sistem berikutnya yaitu:
a. Dilakukan pengembangan dalam hal pengukuran dan penggunaan energi yang dihasilkan
oleh panel surya sehingga peningkatan tegangan rata-rata dapat dilihat.
Penelitian yang dilakukan Rafid Adnan, M. Rezwanul M., dan Anisul Haque pada
tahun 2017 mengenai pelacak matahari single axis. Berikut ini sistem yang digunakan dan hasil
yang diperoleh dari penelitian tersebut.
6
Gambar 2. 1 Pengujian panel surya dengan 3 metode
Selain berputar terhadap sumbunya (rotasi), bumi juga bergerak mengelilingi matahari
(revolusi) tetapi sumbu rotasi bumi ini tidak sejajar terhadap sumbu revolusi, melainkan sedikit
miring sebesar 23,5°. Miringnya sumbu rotasi bumi ini akibatnya matahari tidak selalu terlihat
7
di atas khatulistiwa murni, matahari akan terlihat berada di bagian utara dan selatan bumi.
Selama setengah tahun, matahari lebih banyak menerangi bumi bagian utara dan setengah
tahun berikutnya matahari lebih banyak menerangi bumi bagian selatan.
Matahari akan tampak bergerak dari khatulistiwa (ekuator) antara 23,5° lintang utara dan
lintang selatan. Pada tanggal 21 maret – 21 juni matahari bergeser dari khatulistiwa menuju ke
utara dan akan berbalik arah setelah mencapai 23,5° lintang utara dan kembali bergerak menuju
khatulistiwa. Tanggal 23 september matahari tepat diatas khatulistiwa kemudian bergerak
menuju selatan sampai 23,5° lintang selatan pada tanggal 22 desember setelah itu matahari
bergeser mendekati khatulistiwa. Siklus ini berlangsung terus menerus setiap tahun [15].
8
terlalu kompleks dan tidak menggunakan hardware tertentu sehingga memungkinkan
tidak adanya kekurangan. Efisiensi solar tracker jenis ini sebesar 2% [17].
2) Solar tracker aktif merupakan jenis solar tarcker yang biasa disebut continuous tracker
yang menggunakan sensor untuk mengindera posisi matahari dan menggunakan motor
listrik untuk mengubah posisi panel agar panel tegak lurus terhadap sinar matahari [16].
b. Berdasarkan Jumlah Sumbu
1) Solar tracker satu sumbu merupakan jenis solar tracker yang dapat bergerak secara
rotasi dan dapat bergerak lurus hampir semua arah jika digunakan sebuah sistem
kontrol. Terdapat beberapa konfigurasi dari jenis ini diantaranya horizontal (HSAT),
horizontal dengan modul kemiringan (HTSAT), vertikal (VSAT), kemiringan/tilted
(TSAT), dan polar aligned (PSAT) [18].
2) Solar tracker dua sumbu merupakan jenis solar tracker yang terdiri dari 2 sumbu
sehingga memungkinkan pergerakan pada sumbu elevasi dan azimuth atau secara
vertikal dan horizontal. Jenis ini lebih efisien dibandingkan solar tracker satu sumbu.
Solar tracker jenis ini memiliki efisiensi yang besar yaitu diantara 20-50%.
c. Berdasarkan Strategi Kontrol
1) Solar tracker loop tertutup merupakan sistem yang berdasarkan pada feedback yang
dihasilkan oleh sensor LDR sebagai pendeteksi kesesuaian posisi panel terhadap sinar
matahari seperti yang ditunjukan pada Gambar 2. 4. Pada literatur [19] menyatakan
bahwa sistem loop tertutup merupakan sistem yang fleksibel dan dapat meningkatkan
pelacakan menggunakan algoritma.
2) Solar tracker loop terbuka merupakan sistem yang menggunakan kontroler sebagai
input data dan algoritma tanpa ada feedback dari sensor cahaya maupun posisi. Sistem
ini merupakan sistem yang mudah dan murah untuk diimplementasikan jika
9
dibandingkan dengan solar tracker loop tertutup namun sistem ini membutuhkan input
algoritma [17]. Pada Gambar 2. 5 menunjukan konfigurasi solar tracker loop terbuka
dimana input berupa waktu dan tanggal. Kemudian dilakukan proses perhitungan pada
mikroprosesor sehingga dapat memberikan input berupa sudut untuk menggerakan
motor.
10
Gambar 2. 6 Jenis-jenis solar tracker [17]
12
dimana,
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐿𝑇 = 𝑗𝑎𝑚 + 60
Berdasarkan ISO19115 referensi sudut azimuth (titik nol) yaitu di arah Timur.
2.2.4 Tilt Angle ()
Tilt Angle () atau sudut kemiringan merupakan sudut yang dibentuk antara panel
dengan bidang horizontal pada arah Utara dan Selatan. Besarnya sudut kemiringan antara 0o
13
180o [25]. Ketika tipe solar tracking yang dibuat VSAT maka sudut kemiringan harus
diatur kemiringannya secara berkala dengan menggunakan persamaan berikut.
𝛽 = 𝜑 − 𝛿 [25]
dimana,
𝜑 = 𝑙𝑎𝑡𝑖𝑡𝑢𝑑𝑒 𝑙𝑜𝑘𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
𝛿 = 𝑑𝑒𝑘𝑙𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 8
Namun, ketika panel surya tipe VSAT dengan pengaturan yang berkelanjutan, maka
sudut kemiringan dapat dihitung dengan persamaan berikut.
tan 𝛽 = tan 𝜃𝑠 | cos 𝛾𝑠 | [25]
2.2.5 Mode Sleep pada Mikrokontroler
Ketika mikrokontroler beroperasi membutuhkan daya yang cukup banyak. Untuk
mengurangi konsumsi daya agar sistem yang dibuat lebih efisien, Arduino menyediakan mode
sleep. Mode ini digunakan untuk mengurangi konsumsi daya MCU (Microcontroller Unit)
sehingga mikrokontroler hanya mengonsumsi daya ketika diaktifkan saja. Berikut ini mode
sleep yang terdapat dalam Mikrokontroler khususnya Arduino Mega 2560.
14
eksternal. Selain itu, dua sambungan alamat serial interface, timer/counter2, dan
watchdog timer yang tetap beroperasi. Watchdog timer pada mode ini merupakan timer
yang digunakan untuk mengaktifkan kembali mikrokontroler dari mode sleep.
15
Konfigurasi sensor yang digunakan yaitu berdasarkan pembagian tegangan. Ketika
input cahaya semakin terang maka input tegangan ke mikrokontroler semakin besar.
16
relative datar dan tidak curam pada bagian akhir, sebaiknya batasan tersebut tidak dilanggar
untuk menjaga umur baterai.
State of Charge (SoC) adalah perbandingan antara sisa muatan yang masih dapat
digunakan dengan muatan pada kapasitas penuh. SoC biasanya dinyatakan dalam persen.
Baterai penuh ditunjukan dengan angka 100%, 50% untuk setengah penuh, 0%muatan habis
(complete charge). Berikut ini perbandingan nilai SoC dengan tegangan baterai yang
ditunjukan pada Gambar 2. 11.
12.8
12.6
12.4
12.2
12
11.8
11.6
11.4
11.2
11
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10
State of Charge (%)
17
BAB III
PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini akan dibahas mengenai rancangan gambaran umum sistem single axis solar
tracker yang meliputi diagram alir dan uraiannya. Sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu
rancangan gambaran umum sistem pengisian tenaga listrik dari tenaga surya.
18
Selain itu, pada sistem juga akan dipasang dua buah sensor LDR yang mempunyai spesifikasi
yang sama yang akan diletakkan pada bagian timur dan barat. Sensor tersebut dikonfigurasi dengan
cara sensor LDR 1 dan sensor LDR 2 digunakan untuk melacak matahari secara horizontal. Ketika
posisi matahari berubah, intensitas cahaya yang diterima oleh sensor-sensor berbeda, kemudian
sensor yang menerima intensitas cahaya yang lebih banyak akan diolah mikrokontroler. Maka
sistem akan menggerakan motor servo yang diletakkan pada sumbu azimuth ke arah sensor yang
mempunyai nilai intensitas cahaya yang lebih besar secara otomatis.
Setelah panel surya tegak lurus terhadap sinar matahari maka selanjutnya sel surya akan
mengisi daya baterai. Pengisian daya baterai akan dibaca oleh sesnsor tegangan secara periodik,
dan akan ditampilkan di halaman antarmuka secara berkala. Ketika baterai penuh maka sistem
akan mati secara otomatis. Sebaliknya saat baterai kosong maka sistem akan melakukan pengisian
daya pada baterai secara otomatis.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode sebagai acuan untuk menintegrasikan semua
sistem. Metode yang digunakan adalah VDI 2221. Metode ini merupakan salah satu pendekatan
sistematik terhadap desain untuk sistem produk teknik.
19
Gambar 3. 2 Skema Langkah Kerja VDI 2221
Pada Gambar 3. 2 terdapat skema langkah kerja dari VDI 2221. Secara keseluruhan langkah
kerja yang terdapat dalam VDI 2221 terdiri dari tujuh tahap, yang dikelompokkan menjadi empat
fase. Fase pertama yaitu penjabaran tugas (Clarification of Task) meliputi informasi mengenai
permasalahan dan kendala-kendala yang dihadapi. Kemudian disusun suatu daftar persyaratan
mengenai rancangan yang akan dibuat. Fase kedua yaitu penentuan konsep rancangan (Conceptual
Design) meliputi tiga langkah kerja, pertama menentukan fungsi dan strukturnya, kedua mencari
prinsip solusi dan strukturnya, dan ketiga menguraikan menjadi varian yang dapat di realisasikan.
Fase ketiga yaitu perancangan wujud (Embodiment System) yang dimulai dengan menguraikan
rancangan ke dalam modul-modul yang diikuti oleh desain awal dan desain jadi. Fase keempat
yaitu perancangan rinci (Detail Design). Fase ini merupakan proses perancangan dalam bentuk
gambar yang meliputi gambar yang tersusun dan gambar detail termasuk daftar komponen,
spesifikasi bahan, toleransi dan lain sebagainya
20
3.2 Penerapan VDI 2221
Berdasarkan Gambar 3. 2 Skema VDI 2221, terdapat 4 fase dalam pembuatan sistem produk
teknik diantaranya klarifikasi tugas, konsep rancangan, perancangan wujud, dan perancangan rinci
yang akan digunakan sebagai pendekatan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai solar
tracking system. Berikut ini tahap-tahap yan gdilakuka dalam penelitian yang dilakukan.
Selain adanya spesifikasi secara umum, pada pembuatan alat ini juga terdapat spesifikasi
secara rinci untuk tiga subsistem yang dibuat. Berikut ini spesifikasi secara rinci ketiga subsistem
yang akan diterapkan pada alat yang dibuat.
21
3.2.1.1 Sistem mekanik
Secara umum sistem mekanik yang akan dibuat yaitu solar tracking satu sumbu tipe VSAT
yang hanya dapat mengikuti posisi matahari pada sumbu azimuth dengan sudut maksimal 180o.
Tabel 3. 2 menunjukan spesifikasi untuk sistem mekanik yang akan dibuat.
Tabel 3. 2 Spesifikasi sistem mekanik
Panel Surya 10Wp Polycrystalline 25 x 300 x 350
Kerangka Alumunium hollow 20 x 20
Cover body Acrylic 5mm
Bearing Pillow block standar
Pivot Bracket 62 x 105 x 170
Aktuator Motor Servo 20kg 180 degree
22
3.2.1.3 Sistem informatik
Adapun untuk sistem informatik yang akan dibuat untuk menunjang alat ini yaitu memiliki
spesifikasi yang ditunjukan pada Tabel 3. 4.
Tabel 3. 4 Spesifikasi sistem informatik
Platform Blynk
Parameter yang dimonitoring Tegangan akumulator, tegangan panel, dan arus panel
Koneksi Wi-Fi
Mode Auto dan manual
Pada metode hybrid sistem tracking cahaya mendapatkan input berupa waktu dan letak
geografis tempat dipasangnya panel, kemudian mikrokontroler melakukan penghitungan dari
algoritma posisi matahari. Mengacu pada model untuk konfigurasi dan representasi blok
diagram, mikrokontroler akan memberikan input berupa sudut azimuth sehingga motor servo
akan bergerak dari Timur ke Barat sesuai dengan nilai sudut yang diberikan, jika intensitas
cahaya pada kedua sensor LDR berbeda maka motor servo akan bergerak ke arah sensor LDR
yang intensitasnya lebih besar hingga kedua sensor LDR menerima radiasi matahari dengan
jumlah yang sama.
23
Pada metode sensor LDR sistem tracking cahaya terdiri dari motor servo dan sensor cahaya
secara langsung. Mengacu pada model untuk konfigurasi dan representasi blok diagram, dua
buah sensor LDR yang berfungsi sebagai input yang menunjukan posisi panel. Jika intensitas
cahaya pada kedua sensor berbeda maka panel surya akan bergerak dari Timur ke Barat maupun
sebaliknya tergantung pada nilai kedua sensor tersebut. Motor akan bergerak mengikuti sumber
cahaya hingga masing-masing sensor menerima intensitas cahaya matahari dengan jumlah yang
sama.
Gambar 3. 5 menunjukkan konstruksi mekanik solar tracker single axis yang berfungsi
sebagai media untuk melacak posisi matahari pada sumbu azimuth. Alat ini memiliki 5 bagian
yaitu bagian frame, bagian bottom compartment, bagian top compartment, bagian pivot, dan
bagian solar cell serta dua buah sensor LDR yang ditempatkan pada ujung panel surya. Dengan
konstruksi seperti Gambar 3. 5 akan menghasilkan alat yang dapat diadjust secara berkala
kemiringannya pada bagian solar cell dan pada bagian top compartment terdapat motor servo
yang memungkinkan alat bergerak secara otomatis pada sumbu azimuth. Pada alat ini terdapat
dua buah sensor LDR pada bagian atas solar cell untuk memastikan panel surya tegak lurus
dengan sinar matahari.
24
3.2.3.2 Sistem Elektrik
Rangkaian eletrik yang dibuat terpusat dalam satu Motherboard. Motherboard ini
menjadi tempat terpasangnya mikrokontroler, sensor, dan modul lainnya. rancangan dari
sistem elektrik yang ditampilkan secara terpisah agar data pin atau wiring yang dibuat tampak
jelas. Perancangan dari sistem elektrik ditunjukan pada
Gambar 3. 6.
Daya keluaran dari panel surya DC akan dibaca sensor baik sensor arus dan sensor
tegangan. Kemudian data pembacaan tersebut akan diolah oleh mikrokontroler untuk
ditampilkan pada antarmuka. Sedangkan output panel surya akan diinputkan langsung ke
akumulator melewati rangkaian auto charging untuk melakukan proses pengisian baterai.
Daya yang tersimpan dalam akumulator juga digunakan sebagai sumber tegangan untuk
keseluruhan sistem dan penggerak aktuator.
Sinyal listrik
Sinyal Komunikasi (Monitoring & Kontrol)
Berikut ini seluruh rancangan schematic dipisah menjadi 3 bagian. Pertama Desain
schematic SD Card, Real Time Clock (RTC), dan motor servo yang ditunjukan oleh Gambar
25
3. 7. Kedua Desain schematic panel, akumulator dan sensor-sensor yaitu ada sensor tegangan
panel, sensor arus panel dan sensor tegangan akumulator yang ditunjukan oleh Gambar 3. 8.
a. Desain schematic SD Card, Real Time Clock (RTC), dan motor servo
Gambar 3. 7 Desain schematic SD Card, Real Time Clock (RTC), dan motor servo
26
Schematic motherboard terdiri dari 2 buah sensor tegangan, sensor arus, voltage
regulator, real time clock (RTC), sensor cahaya, charger module, dan motor servo.
Gambar 3. 8 merupakan gambar dari sambungan 2 buah sensor tegangan dan sensor
arus yang disambungkan pada komponen yang akan diukur baik tegangan maupun arusnya
serta terhubung pada pin analog mikrokontroler agar dapat diolah nilai tegangan atau arus yang
terbaca. modul auto charge digunakan untuk mengontrol pengisian baterai. Jika akumulator
terisi penuh maka secara otomatis modul ini akan melakukan switching sehingga pengisian
terhenti. Dan begitu pun sebaliknya jika akumulator berada dibatas minimum yang sudah
ditentukan maka dengan otomatis akan mengisi kembali.
LDR_SENSOR
Gambar 3. 9 Desain schematic Arduino Mega 2560, nodeMCU, dan sensor LDR
Ketiga desain schematic Arduino Mega 2560, nodeMCU, dan sensor LDR yang
ditunjukan oleh Gambar 3. 9. Pada Gambar 3. 9 menunjukan pemanfaatan karakteristik
sensor LDR yang nilai resistansinya dapat berubah terhadap perubahan intensitas cahaya yang
mengenainya yaitu digunakan sebagai sensor cahaya. Gambar 3. 9 menunjukkan penggunaan
27
rangkaian pembagi tegangan, sensor LDR dijadikan sensor yang memastikan panel surya tegak
lurus terhadap sinar matahari.
28
Jika mode manual yang dipilih, pengguna dapat menggerakan panel berotasi pada sumbu
azimuth, dan pembacaan sensor masih dilakukan oleh sensor. Mode manual baik pada metode
hybrid maupun pada metode sensor LDR memiliki cara kerja yang sama.
Mulai A
Baca tegangan
akumulator dan
panel surya Motor servo
Auto 0 ? Tidak Manual 1 ? Tidak pada posisi 90
derajat
Baca arus panel
surya
Ya Ya
Baca sensor 1 2
LDR
Perintah
mode dari Kirim data
master sensor ke master
melalui port I2C
Selesai
29
1
Perhitungan
algoritma posisi
matahari 2
Nilai
azimuth Menerima data azimuth
dari master melalui
port I2C
Motor bergerak
Motor bergerak
CW? Tidak
CCW
Tidak
Ya
LDR1 = LDR2 ?
Motor bergerak
CW
Ya
3 3
Gambar 3. 11 Diagram alir mode auto dan mode manual pada metode hybrid
Pada sistem ini, digunakan dua metode yaitu metode hybrid dan metode sensor LDR.
Metode hybrid menggabungkan metode algoritma posisi matahari (SPA) dan metode sensor
LDR sebagai metode untuk melacak posisi matahari sehingga panel surya secara otomatis
bergerak mengikuti matahari dan selanjutnya membandingkan intensitas cahaya menggunakan
sensor LDR. Sedangkan metode sensor LDR hanya menggunakan sensor LDR untuk
memastikan posisi panel surya tegak lurus terhadap sinar matahari seperti yang ditunjukan
pada Gambar 3. 12. Untuk metode hybrid input berupa data waktu, tanggal, dan lokasi
pengamatan algoritma posisi matahari sehingga algoritma posisi matahari dapat dihitung.
1
Motor bergerak
30
Sedangkan skema komunikasi yang akan dibuat untuk menghubungkan kontroler dengan
antarmuka. Berikut ini rancangan komunikasi data yang dibuat.
Internet Wi-Fi
Android Blynk NodeMCU
I2C
Arduino
Mega 2560
31
Penampil nilai (Vaki, Untuk menampilkan nilai tegangan pada akumulator,
3
Vpanel, dan Ipanel) tegangan panel surya dan arus panel surya
Untuk menampilkan nilai dari sudut azimuth (hanya
4 Penampil sudut azimuth
untuk metode hybrid)
Untuk menampilkan nilai tegangan pada akumulator,
Grafik (Vaki, Vpanel,
5 tegangan panel surya dan arus panel surya selama
dan Ipanel)
waktu tertentu
Untuk mengumpulkan data-data pembacaan sensor
6 Report
yang dapat dikirim ke email pengguna secara berkala
32
Kedua yaitu bagian bottom compartment yang ditunjukkan Gambar 3. 15 yaitu yang
berfungsi sebagai base dari alat. Bagian ini juga dapat dijadikan tempat penyimpanan
perangkap jika alat akan digunakan untuk perangkap serangga.
33
Gambar 3. 17 Bagian pivot
Kelima yaitu bagian solar cell yang ditunjukan oleh Gambar 3. 18. Bagian ini
merupakan tempat disimpannya panel surya dan bagian yang berfungsi untuk mengatur
kemiringan dari panel surya. Selain itu pada bagian ini merupakan tempat diletakannya dua
buah sensor LDR yang diberi sekat diantara kedua sensor tersebut agar diperoleh perbedaan
intensitas dan untuk memastikan panel surya tegak lurus terhadap cahaya matahari [30] yang
ditunjukan pada gambar Gambar 3. 19.
35
Modul ini digunakan untuk
Reak time clock memberikan informasi waktu
7
DS1307 pada proses perhitungan
algoritma posisi matahari
36
return vdata;
}
ldrData getLDR()
{
ldrData lData;
lData.left = analogRead(pinArduino.ldrLeft);
lData.right = analogRead(pinArduino.ldrRight);
return lData;
}
b. Program komunikasi data dengan Blynk
Program ini merupakan program untuk meberikan fungsi pda tombol yang dibuat
pada Blynk. Berikut ini cara mendeklarasikan tombol pada Blynk agar diberi fungsi
tertentu.
BLYNK_WRITE(V3)
{
int val = param.asInt();
if (val == 1)
.
.
}
Program “BLYNK_WRITE(V3)” digunakan untuk memberikan alamat dari tombol
yang digunakan pada Blynk. Pada Blynk pin yang digunakan berupa pin virtual dan
untuk setiap tombol harus terhubung pada pin virtual yang berbeda.
Sedangkan komunikasi data yang digunakan untuk menghubungkan Arduino Mega 2560
dan nodeMCU menggunakan I2C dengan nodeMCU sebagai master dan Arduino Mega 2560
sebagai slave.
Pada subsistem antarmuka dibuat pada aplikasi Blynk dengan fitur yang sudah ditentukan
pada pembahasan sebelumnya. Berikut ini tata cara pembuatan antarmuka menggunakan
Blynk.
1. Menginstal aplikasi Blynk pada smartphone (tersedia di play store)
2. Membuat akun Blynk
3. Buat project baru dengan mengklik Creat New Project
37
4. Beri nama project yang akan dibuat dan pilih device yang akan digunakan (untuk alat
ini pilih nodeMCU dengan koneksi Wi-Fi)
5. Klik Create untuk membuat project
6. Selanjutnya server akan mengirimkan Auth Token pada email untuk menghubungkan
nodeMCU dengan project yang dibuat
7. Berikut ini tampilan awal untuk merancang antarmuka
Widget box
Report
Penampil nilai
38
Gambar 3. 21 Deklarasi pin pada fitur
11. Tunggu hingga device terhubung dengan aplikasi ditandai dengan fitur
39
BAB IV
HASIL IMPLEMENTASI
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan dari rancangan yang telah dibuat
dan dijelaskan pada Bab III. Pada alat ini digunakan aluminium hollow sebagai kerangka dan
material acrylic berfungsi sebagai cover dari kerangka tersebut. Alat ini memiliki 5 bagian yaitu
bagian frame, bagian bottom compartment, bagian top compartment, bagian pivot, dan bagian
solar cell. Terdapat dua buah sensor LDR yang diletakkan pada posisi selatan solar cell. Pada
bagian top compartment diletakkan sebuah aktuator plant untuk menggerakan panel berputar pada
sumbu azimuth. Selain itu, bagian top compartment juga sebagai tempat untuk meletakkan
akumulator dan motherboard dari sistem yang dibuat.
Panel surya
Pivot
Top Compartment
Frame
Bottom Compartment
40
Tabel 4. 1 Pengujian Pembacaan Sensor Tegangan
No Vin(Volt) Vreadsensor (V) Error (%)
1 5.066 5.162 1.89
2 12.054 12.378 2.69
3 15.059 15.482 2.81
4 20.046 20.587 2.70
Rata-rata (%) 2.52
41
Hasil pengujian menunjukan arus yang dibutuhkan kontroler setelah dipasang mode sleep
lebih kecil dibandingkan sebelum dipasang. Dari Tabel 4. 3 menunjukan penggunaan mode sleep
mode standby membutuhkan arus yang lebih kecil dibandingkan ketika beroperasi dan
pengurangannya pun lebih besar dibandingkan mode lainnya sehingga program yang dipakai untuk
menunjang alat yang dibuat adalah mode sleep mode standby.
4.4 Pengujian Sleep Mode Mikrokontroler
Mikrokontroler sebagai salah satu pengguna daya dari akumulator. Oleh Karena itu,
dilakukan pengujian besarnya konsumsi daya yang dibutuhkan oleh sebuah mikrokontroler agar
konsumsi daya yang dibutuhkan sistem lebih kecil daripada daya yang dihasilkan. Pada pengujian
ini digunakan Arduino Mega 2560 dan nodeMCU yang merupakan mikrokontroler yang
digunakan pada sistem yang dibuat. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan input tegangan
pada pin 5V sebesar 5V dan input sebesar 6.5V pada pin Vin pada Arduino Mega 2560. Sedangkan
pada nodeMCU dengan memberikan input tegangan sebesar 5V pada pin Vin.
Tabel 4. 4 Pengujian sleep mode pada Arduino Mega 2560
Input (V) Pin work Sleep
5 5V 77.7mA 27.7 mA
6.5 Vin 90mA 28.3mA
Pada Tabel 4. 4 menunjukan bahwa arus yang dibutuhkan Arduino Mega2560 ketika sistem
beroperasi dan pada saat mode sleep memiliki perbedaan nilai sebesar 50mA. Sedangkan ketika
Arduino diberikan input 6.5V pada pin Vin arus yang dibutuhkan saat beroperasi lebih besar yaitu
90mA.
Tabel 4. 5 Pengujian deep sleep mode pada nodeMCU
Input Pin work Sleep
5V Vin 70mA 5mA
Sedangkan untuk nodeMCU arus yang dibutuhkan ketika beroperasi yaitu sebesar 70mA
dan ketika deep sleep mode sebesar 5mA.
4.5 Pengujian Sensor LDR
Pengujian sensor LDR ini dilakukan untuk mengetahui nilai resistansi pada masing-masing
LDR dan untuk menentukan batas maksimal perbedaan nilai resistansinya. Pengujian dilakukan
dengan menguji sensor LDR secara langsung pada kondisi siang hari dengan melihat nilai
resistansi pada Serial Monitor visual studio code. Nilai perbedaan ini diinput secara manual pada
program yang dibuat hingga didapat batas maksimal perbedaan nilai kedua sensor.
42
4.6 Pengujian Pembacaan Sensor Tegangan dan Sensor Arus pada Antarmuka
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya presentase kesalahan dari sensor yang
digunakan, mengingat pada pengujian 4.1 dan 4.3 pada tiap sensor memiliki nilai error. Oleh
karena itu, dilakukan perbandingan antara data hasil pengukuran menggunakan multimeter digital
dan data yang dikumpulkan oleh antarmuka. Tabel 4. 6 merupakan data yang diambil dari salah
satu metode yaitu metode sensor LDR. Pengujian ini dilakukan pada pukul 07:00 s.d. 14:00, 08
Agustus 2019 tempat di kantin teori Polman Bandung.
Tabel 4. 6 Data Perbandingan pengukuran MMDG dan Antarmuka
Pengukuran oleh
Pengukuran MMDG Error
Antarmuka
Vaki Vpanel Ipanel Vaki Vpanel Ipanel Vaki Vpanel Ipanel
Pukul
(V) (V) (A) (V) (V) (A) (%) (%) (%)
07:00 12.16 13.01 0.15 11.91 12.93 0.32 2.06 0.61 113.33
07:30 12.49 13.34 0.3 12.13 12.93 0.51 2.88 3.07 70.00
08:00 12.6 13.5 0.36 12.35 13.42 0.46 1.98 0.59 27.78
08:30 12.69 13.6 0.43 12.37 13.25 0.24 2.52 2.57 44.19
09:00 12.76 13.72 0.47 12.59 13.42 0.59 1.33 2.19 25.53
09:30 12.83 13.77 0.49 12.69 13.59 0.59 1.09 1.31 20.41
10:00 12.88 13.82 0.53 12.76 13.89 0.67 0.93 0.51 26.42
10:30 13 14.03 0.53 12.91 13.89 0.75 0.69 1.00 41.51
11:00 13.13 14.23 0.56 13.01 14.01 0.67 0.91 1.55 19.64
11:30 13.23 14.25 0.55 13.2 14.06 0.67 0.23 1.33 21.82
12:00 13.33 14.28 0.57 13.28 14.18 0.72 0.38 0.70 26.32
12:30 13.6 14.6 0.57 13.55 14.43 0.64 0.37 1.16 12.28
13:00 12.61 20.73 0.5 12.45 20.34 0.22 1.27 1.88 56.00
13:30 12.56 20.33 0.4 11.98 21.1 0.03 4.62 3.79 92.50
14:00 12.52 19.73 0.16 12.2 19.56 0.19 2.56 0.86 18.75
Rata-rata error (%) 1.59 1.54 41.10
Dari hasil pengujian tersebut menunjukan persentase error pada pembacaan oleh antarmuka
pada sensor tegangan 1.59% untuk tegangan pada akumulator, 1.54% untuk tegangan pada panel
surya, dan 41.1% untuk arus pada panel surya. Persentase error sensor arus terbesar terjadi pada
pukul 13:00 dan seterusnya karena kondisi akumulator terisi penuh sehingga sensor arus membaca
pada kondisi open circuit (tanpa adanya beban) sedangkan pengukuran MMDG dilakukan dengan
adanya beban yaitu akumulator.
4.7 Pengujian Solar Tracker Sumber Terpisah
Pengujian dilakukan dengan cara memisahkan sumber yang digunakan oleh sistem dan
sumber yang dihasilkan oleh panel surya. Sumber yang digunakan oleh sistem berasal dari power
43
supply yang diatur outputnya hingga 12V. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui energi yang
dihasilkan tanpa dikurangi oleh konsumsi daya sistem. Pada pengujian ini dibandingkan 3 metode
yaitu metode hybrid, metode sensor LDR, dan metode statis (diam). Pengujian dilakukan pada
tanggal 25 Agustus 2019 dari pukul 07.00 hingga 17.00 berlokasi di Kantin Teori Polman
Bandung. Pada pengujian ini digunakan 3 buah panel surya yang ditunjukan pada Gambar 4. 2
yang terdiri dari 2 buah panel surya dengan sistem tracker dan 1 panel surya diletakan pada posisi
maksimal yaitu menghadap utara.
Gambar 4. 2 Pengujian Metode Hybrid, Metode sensor LDR, dan Metode Statis
Gambar 4. 3 menunjukan pengukuran yang dilakukan pada pengujian sistem terpisah. Pada
pengujian ini diukur beberapa parameter diantaranta output tegangan dari panel surya, arus panel
surya, dan tegangan pada akumulator seperti yang ditunjukan pada Gambar 4. 3. Sedangkan
untuk mengukur konsumsi daya pada sistem dilakukan dengan cara mengukur arus pada sistem
elektrik secara seri seperti pada Gambar 4. 4. Pada pengujian ini digunakan tang ampere untuk
mengukur arus yang dibutuhkan oleh sistem. Sistem yang diukur pada pengujian konsumsi daya
ini yaitu mulai dari step down atau penurun tegangan, mikrokontroler, motor servo, hingga sensor-
sensor yang digunakan pada penelitian ini.
44
Gambar 4. 3 Skema pengujian pengecasan akumulator
Kondisi 2
45
- tegangan yang terbaca pada V1 = ±20V
ketika SoC maksimum dan kondisi
matahari cerah dan tidak tertutup awan
- perbedaan tegangan V1 dan V2 = > 1V
kondisi matahari cerah dan tidak tertutup
awan
Sedangkan pada metode statis sampai pengujian selesai akumulator belum terisi penuh.
Gambar 4. 5 Daya Keluaran Panel Surya dengan Metode Hybrid, Metode sensor LDR, dan
Metode Statis
Selain itu pada pengujian ini didapatkan juga konsumsi daya yang dibutuhkan oleh kedua
metode yang membutuhkan daya untuk menggerakan panel surya yaitu metode hybrid dan metode
sensor LDR. Pada Gambar 4. 6 menunjukan bahwa daya yang dibutuhkan metode hybrid lebih
sedikit dibandingkan metode sensor LDR. Karena pada metode hybrid pergerakan panel surya
dilakukan secara periodik yaitu setiap 1 jam sekali (dipasang mode sleep), sedangkan pada metode
sensor LDR panel surya bergerak jika nilai instensitas cahaya pada kedua sensor LDR berbeda
atau pada metode ini panel surya bergerak terus-menerus dan berhenti apabila nilai intensitas
cahaya pada kedua sensor LDR sama.
46
Perbandingan Konsumsi Daya Metode Hybrid dan
Metode sensor LDR
4.5
4 3.843.843.963.843.843.84
Daya Sistem (Watt)
3.5 3.483.363.363.48 3.6
3.24 3.24
3 3 3 3.12 3 3.12
2.5 2.52 2.4 2.64
2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.52 2.4 2.4
2 2.16 2.16 2.041.92 2.16
1.92 1.92 1.92
1.5 1.56 1.56 1.56 1.56 1.56
1
0.5
0
Waktu
Gambar 4. 6 Konsumsi daya pada Metode Hybrid dan Metode Sensor LDR
Berikut ini Tabel 4. 8 menunjukan perbandingan hasil pengujian yang telah dilakukan
untuk membandingkan 3 metode agar memudahkan dalam proses analisis. Dimana pengujian
dilakukan dengan memisahkan catu daya yang dipakai oleh sistem elektrik dan sistem pengecasan.
Tabel 4. 8 Perbandingan Metode Hybrid, sensor LDR, dan Statis dengan sumber terpisah
Parameter Metode Hybrid Metode sensor LDR Metode Statis
Waktu pengecasan Lambat Cepat Lebih lambat
Rata-rata I sistem (A) 0.17 0.28 0
Daya sistem (Watt) 43.32 69.72 0
47
Gambar 4. 7 Pengujian panel surya
48
Tabel 4. 9 merupakan hasil pengujian hari pertama dan Tabel 4. 10 merupakan hasil
pengujian hari kedua. Pada Tabel 4. 9 pada pengukuran pertama yaitu pukul 07.30 nilai tegangan
dengan metode hybrid mengalami kenaikan sebesar 0.241 Volt, sedangkan metode sensor LDR
tegangan pada aki berkurang sebesar 0.06 Volt. Namun pukul 08:00 menunjukan peningkatan
tegangan pada akumulator dengan metode sensor LDR lebih besar dibandingkan dengan metode
hybrid. Pukul 09:00 tegangan pada metode hybrid berkurang dari 13.3 Volt menjadi 12.6 Volt
karena kondisi akumulator sudah terisi penuh sesuai dengan SoC yang sudah diatur pada rangkaian
auto charge. Pada pengujian hari pertama peningkatan tegangan tidak dapat dibandingkan secara
spesifik karena kondisi akumulator dengan metode hybrid sudah terisi penuh sehingga proses
charging terhenti, sedangkan pada akumulator metode sensor LDR belum terisi penuh sehingga
masih melakukan proses charging.
Tabel 4. 10 Hasil pengukuran menggunakan multimeter hari ke-2
Metode Hybrid Metode LDR/ Continuous Tracking Cuaca
Vaki Vpanel Ipanel Daya Vaki Vpanel Ipanel Daya (pengamatan
Pukul
(V) (V) (A) (Watt) (V) (V) (A) (Watt) objektif)
07:00 12.34 13.4 0.31 4.15 12.44 13.29 0.24 3.19 Cerah
07:30 12.75 13.75 0.33 4.54 12.49 13.35 0.28 3.74 Cerah
08:00 13.22 14.26 0.41 5.85 12.59 13.49 0.37 4.99 Cerah
08:30 13.5 14.57 0.49 7.14 12.72 13.65 0.44 6.01 Cerah
09:00 13.78 14.87 0.48 7.14 12.82 13.67 0.53 7.25 Cerah
09:30 13.93 15.16 0.58 8.79 12.92 13.87 0.51 7.07 Cerah
10:00 12.66 20.98 0.64 13.43 13.01 13.98 0.55 7.69 Cerah
10:30 12.61 20.81 0.63 13.11 13.1 14.05 0.56 7.87 Cerah
11:00 12.6 20.74 0.63 13.07 13.19 14.15 0.56 7.92 Cerah
11:30 12.56 20.54 0.64 13.15 13.33 14.27 0.58 8.28 Cerah
12:00 12.55 20.45 0.65 13.29 13.46 14.43 0.58 8.37 Cerah
12:30 12.52 20.59 0.65 13.38 12.61 20.52 0.57 11.70 Cerah
13:00 12.51 20.42 0.65 13.27 12.58 20.32 0.57 11.58 Cerah
13:30 12.5 20.33 0.63 12.81 12.54 20.22 0.57 11.53 Cerah
Cerah
14:00 12.49 20.28 0.58 11.76 12.53 20.17 0.52 10.49
berawan
Cerah
14:30 12.48 20.24 0.49 9.92 12.51 20.16 0.42 8.47
berawan
15:00 12.46 20.6 0.38 7.83 12.47 20.55 0.34 6.99 Cerah
15:30 12.45 20.39 0.31 6.32 12.46 20.3 0.26 5.28 Cerah
16:00 12.44 20.57 0.24 4.94 12.43 20.27 0.2 4.05 Cerah
16:30 12.42 19.49 0.086 1.68 12.4 19.24 0.07 1.35 Cerah
17:00 12.41 17.84 0.018 0.32 12.4 17.57 0.03 0.53 Cerah
Total daya (watt) 185.88 144.32
49
Pengujian hari kedua perbedaan tegangan awal akumulator pada kedua metode tidak terlalu
besar. Pada akumulator metode hybrid tegangan awal sebesar 12.34 Volt dan pada metode sensor
LDR sebesar 12.44 Volt. Pada pengujian ini menunjukan perbedaan peningkatan tegangan
akumulator pada kedua metode. Pukul 07:30 metode hybrid mengalami peningkatan sebesar 0.41
Volt sedangkan metode sensor LDR mengalami peningkatan sebesar 0.05. Pada pukul 08:00
menunjukan bahwa peningkatan tegangan pada metode hybrid lebih besar 0.37 Volt dibandingkan
metode sensor LDR. Pada pengujian ini peningkatan tegangan terlihat lebih spesifik karena pada
pukul 10:00 tegangan akumulator dengan metode hybrid sudah terisi penuh dibuktikan dengan
lampu indikator pada autocharge mati dan tegangan yang terukur pada panel surya sebesar 20.98
Volt. Sedangkan tegangan akumulator dengan metode sensor LDR baru terisi penuh pada pukul
12:30. Hal ini menunjukan peningkatan tegangan pada metode hybrid lebih besar sehingga waktu
pengisian akumulator lebih cepat.
Baik pengujian hari pertama maupun pengujian hari kedua, pada pengukuran output arus
dari panel surya diukur dengan menghubungkan panel surya pada beban sehingga nilai arus dapat
terbaca.
Berikut ini Tabel 4. 11 yang menunjukan hasil pengujian yang dilakukan pada hari kedua,
dimana metode hybrid akan lebih cocok apabila digunakan untuk sistem yang apabila catu daya
yang digunakan oleh sistem elektrik dan sistem pengecasan disatukan. Hal ini dibuktikan dengan
total daya yang dihasilkan dan proses pengecasan yang lebih cepat dibandingkan metode sensor
LDR.
Tabel 4. 11 Hasil pengujian perbandingan Metode Hybrid dan Metode sensor LDR dengan
sumber sama
Parameter Metode Hybrid Metode sensor LDR
Total daya panel (Watt) 185.88 144.32
Waktu pengecasan Cepat Lambat
Rata-rata Arus panel (A) 0.47 0.42
8.00
6.00
Metode Hybrid
4.00 Metode LDR
2.00
0.00
Waktu
Gambar 4. 8 Grafik perbandingan pengujian output daya panel surya (hari pertama)
51
Perbandingan Output Daya dengan Waktu pada
Metode Hybrid dan
Metode Sensor LDR
16.00
14.00
12.00
Daya (W)
10.00
8.00
6.00 Metode Hybrid
4.00 Metode LDR
2.00
0.00
Waktu
Gambar 4. 9 Grafik perbandingan pengujian output daya panel surya (hari kedua)
52
Gambar 4. 10 Antarmuka metode sensor LDR dan metode hybrid
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan pada sistem single axis solar tracker yang
dibuat dan selama proses penyusunan karya tulis ini, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut.
1. Sistem mekanik pada sistem single axis solar tracker yang telah dibuat menggunakan
sel surya polycrystalline dengan daya 10Wp, aluminium hollow sebagai kerangka
sistem dan poros sebagai sebagai elemen transmisi dari aktuator yaitu motor servo.
2. Sistem yang dibuat dapat dilakukan pengujian baik secara sumber yang disatukan untuk
keseluruhan sistem (sistem elektrik dan sistem pengecasan) maupun sumber yang
terpisah yaitu sumber untuk sistem elektrik dan sumber untuk pengecasan.
3. Sistem single axis solar tracker yang telah dibuat dapat menggerakan panel surya
sehingga dapat mengikuti pergerakan matahari secara otomatis pada sudut azimuth.
4. Sistem yang telah dibuat dapat membandingkan tiga metode yaitu metode hybrid,
metode sensor LDR dan metode statis.
5. Sistem dapat melakukan charging dan discharging secara otomatis.
6. Penerapan metode hybrid menghasilkan 22.29% daya lebih banyak dibandingkan
metode sensor LDR (hari pertama) dan juga menghasilkan 22.36% daya lebih banyak
pada hari kedua apabila pengujian dilakukan dengan menggabungkan sumber yang
digunakan untuk sistem elektrik dan sistem pengecasan.
7. Pada pengujian perbandingan 3 metode yaitu metode hybrid, metode sensor LDR, dan
metode statis dengan memisahkan sumber elektrik dan sumber pada sistem pengecasan
menghasilkan perbandingan yang berbeda. Pada pengujian ini metode sensor LDR
menghasilkan proses pengecasan lebih cepat dibandingkan metode hybrid dan metode
statis. Pengujian ini juga menghasilkan konsumsi daya yang digunakan pada tiap
metode, dimana metode sensor LDR lebih banyak menggunakan daya dibandingkan
metode hybrid. Sehingga apabila ingin didapatkan output daya yang besar maka
digunakan metode sensor LDR dan apabila ingin didapatkan sistem dengan konsumsi
daya yang lebih sedikit maka dapat digunakan metode hybrid.
8. Data tegangan akumulator, tegangan panel surya, dan arus panel surya dapat
dimonitoring secara wireless menggunakan smartphone dengan aplikasi Blynk.
54
5.2 Saran
Berikut ini saran untuk perbaikan kekurangan pada Tugas Akhir ini agar dapat dilakukan
pengembangan yang lebih baik dan bermanfaat.
1. Pengembangan pada sistem mekanik dengan membuat sistem dual axis solar tracker
dengan memerhatikan konstruksi mekanik agar tidak banyak mengonsumsi daya yang
dihasilkan.
2. Mengurangi spesifikasi sistem elektrik yang digunakan dengan mendata kembali
kebutuhan-kebutuhan IO pada sistem.
55
DAFTAR PUSTAKA
[1] B. J. Huang, Y. C. Huang, G. Y. Chen, P. C. Hsu and K. Li, "Improving Solar PV System
Efficiency Using One-Axis 3-Position Sun Tracking," in The PV Asia Pacific Conference,
Singapore, 2013.
[2] S. A. S. Eldin, M. S. A. Elhady and H. A. Kandil, "Feasibility of Solar Tracking Systems for
PV Panels in Hot and Cold," Renewable Energy an International Journal, vol. 85, p. 228,
2016.
[3] A. I. M. A., K. S., S. D. and V. H. L., "Solar Tracker for Enhancement of The Thermal
Efficiency of Solar Water Heating System," Renewable Energy, vol. 119, no. -, pp. 79-80,
2018.
[4] N. T., S. V. and M. R. P. M., "Maximum Power Point Solar Tracker Using LDR and Zigbee
Module," International Journal of Advanced Research in Computer Science and Electronics
Engineering (IJARCSEE), vol. 1, no. 8, pp. 2-4, 2012.
[5] D. Appleyard, "Solar Trackers: Facing the Sun," Renewable Energy World Magazine: Ralph
Boon, UK, 2009.
[6] S. Roni and Wildian, "Rancang Bangun Solar Tracker Berbasis Mikrokontroler
ATMega8535 dengan Sensor LDR dan penampil LCD," Jurnal Fisika Unand, vol. 4, no. 2,
p. 2, 2013.
[7] S. J. Hamilton, "Sun-Tracking Solar Cell Array System (Tesis)," Department of Computer
Science and Electrical Engineering, University of Queensland, 1999.
[8] R. O. M., H. W. and I. P., "Sun Tracking pada Panel Surya untuk Optimalisasi Pengisian
Catu Daya," Journal of Control and network Systems, vol. 4, no. 1, pp. 1-2, 10, 2015.
[9] I. Martika, "Sistem Tracker Dan Otomatisasi Pada Panel Surya Dual Axis Untuk
Mengoptimalkan Pengisian Tenaga Listrik Dari Panas Matahari. (Skripsi)," Program Studi
Teknik Mesin dan Manufaktur, Polman Bandung, Bandung, 2018.
56
[10] R. R. A. Siregar, N. Wardana and Luqman, "Sistem Monitoring Kinerja Panel Listrik Tenaga
Surya menggunakan Arduino UNO," JETri, vol. 14, no. 2, p. 81, 2017.
[11] A. R, K. A. A. and E.-L. H. A.-A. A., "Sun Position Algorithm for Sun Tracking
Applications," in 40th Annual Conference of the IEEE Industrial Electronics Society, 2014.
[12] A. Najmurrokhman and M. Fajrin, "Perancangan Prototipe Sistem Penjejak Matahari untuk
Mengoptimalkan Penyerapan Energi Surya pada Solar Cell," in Conference Paper, 2010.
[15] Ramlawati, H. L, S. Saenab and S. R. Yunus, Sistem Tata Surya, Kemendikbud, 2017.
[16] I. Winarno and F. Wulandari, "Solar Tracking System Single-axis pada Solar Sel untuk
mengoptimalkan Daya dengan Metode Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS),"
Jurnal UMJ, pp. 1-10, 2017.
[18] V. Poulek, "Testing the new Solar Tracker with Shape Memory Alloy Actors," in
Proceedings of the 24th IEEE photovoltaic specialists conference, Waikoloa, HI, USA,
1994.
[19] N. Helwa, A. Bahgat, A. Shafee and E. Shenawy, "Maximum Collectable Solar Energy by
Different Solar Tracking Systems," Energy Sources, vol. 22, no. 1, pp. 23-34, 2000.
57
[21] R. Zogbi and D. Laplace, "Design and Construction of a sun Tracker," Sol Energy, vol. 33,
pp. 369-72, 1984.
[22] D. W, U. J and G. Smestad, "Characterization of Solar Cells and Modules Under Actual
Operating Conditions," in Proceedings of the WREC-IV world renewable energy congress,
1996.
[23] I. R. and A. A., "Solar Position Algorithm for Solar Radiation Applications," in Corrigendum
Solar Energy of Elsevier, 2007.
[26] C. Lawless and E. KaerrFelt, "Sun FOllowing Solar Panel," KTH Vetenskap Och Konst,
Stockholm, Sweden, 2018.
[28] T. P.-P. Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
[29] H. N. Amadi and S. Gutierrez, "Design and Performance Evaluation of a Dual-Axis Solar
Tracking System for Rural Applications," European Journal of Electrical and Computer
Engineering, vol. 3, pp. 1-6, 2019.
[30] B. S. R. Tarigan, "Rancang Bangun Sistem Pengecasan Baterai dari Solar Cell
Memanfaatkan Stirling Engine Berbasis Atmega328, Skripsi," Repositori Institusi USU,
Medan, 2017.
58
[31] NN, "PVeducation," Solar Electric Education, Januari 2014. [Online]. Available:
https://pveducation.com/solar-concepts/battery-state-of-charge-vs-open-circuit-battery-
voltage/. [Accessed 20 Agustus 2019].
[32] P. J, "Design of one axis three position solar tracking system for paraboloidal dish solar
collector," in Conference Committee Members of Recent Advances In Nano Science and,
2015.
[34] D. C. W., Electronic Instrumentation and Measurement Technique, Prentice Hallof India,
1978.
[35] N. Nam, "Solar Tracking System," Helsinki Metropolia University of Applied Science, 2016.
[36] S. H. Budi, "Pengembangan Solar Tracker Single Axis berbasis Arduino untuk
Meningkatkan Perolehan Energi Matahari," ESDM, vol. 7, pp. 82-86, 2015.
[37] G. Prinsloo and R. Dobson, Solar Tracking, Stellenbosch, South Africa: Solarbooks, 2015.
[38] M. A. Hanafi, “Sistem Kendali Penjejak Matahari Berbasis RTC (Real Time Clock) dengan
2 DOF pada Panel Surya,” Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015.
[40] A. H. M, "Sistem Kendali Penjejak Matahari Berbasis RTC (Real Time Clock) dengan 2
DOF pada Panel Surya," Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2015.
59
LAMPIRAN
60
LAMPIRAN A
Desain Mekanik
7 6 5 4 3 2 1
NO PERUBAHAN TANGGAL NAMA NO PERUBAHAN TANGGAL NAMA
- - - - - - - -
E E
16
4
5
7 12 4 M6 NORMAL WASHER 17 1. 12.5 x 1.6 0.129 - 7070288 -
D D
1 HEX NUT M12 16 1. M12 0.002 - 7040180 -
NO. ASSY. : -
- - - - - - -
E
5 E
3 2
D D
8 1
4
6
C C
7 HEX. SOCKET BUTTON 9 1. M6 x 10 0.451 - STD -
HEAD SCREW
4 HEX. NUT M6 8 1. - 0.403 - 7040132 -
A FRAME
SOLAR TRACKING INSECT TRAP
1:5 DIPERIKSA
DISAHKAN
-
-
-
-
A
- - - - - - -
E E
D D
C C
1
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
B B
A BOTTOM COMPARTMENT
SOLAR TRACKING INSECT TRAP
1:5 DIPERIKSA
DISAHKAN
-
-
-
-
A
- - - - - - -
2. 2.1.
E
MEDIUM TOLERANCE MEDIUM TOLERANCE t=5 E
55
SECTION A-A 5
20
247
100
A
55
D D
A 270
55
270
270 2.2.
MEDIUM TOLERANCE
30
10
2
C 7 C
247
100
25
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
73
t=5
1
5
5
B 55 B
QTY PART NAME POS MTL. CODE OVERALL SIZE WEIGHT RAW MTL. SIZE ID NUMBER F
> 0 6 30 120 400 1000 PENGERJAAN LANJUT NO ORDER PROYEKSI
< 6 30 120 400 1000 2000
TOL ±0.1 ±0.2 ±0.3 ±0.5 ±0.8 ±1.2
- -
NAMA SKALA DIGAMBAR 18-Jun-19 READYA
A BOTTOM COMPARTMENT
SOLAR TRACKING INSECT TRAP
1:5 DIPERIKSA
DISAHKAN
-
-
-
-
A
NO. ASSY. : -
- - - - - - -
E 4 E
2
6
D 3 D
1
5
C C
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
A TOP COMPARTMENT
SOLAR TRACKING INSECT TRAP
1:5 DIPERIKSA
DISAHKAN
-
-
-
-
A
- - - - - - -
E E
1
D D
3 7
C C
A PIVOT ASSEMBLY
SOLAR TRACKING INSECT TRAP
1:5 DIPERIKSA
DISAHKAN
-
-
-
-
A
- - - - - - -
E E
D D
4
3
2
C C
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
- - - - - - -
E E
D D
C C
3 2
DILARANG MEMFOTOKOPI, MEMPERBANYAK, MENYALIN, MEMINDAHTANGANKAN
GAMBAR INI TANPA IZIN TERTULIS DARI POLITEKNIK MANUFAKTUR BANDUNG
A PHOTOSENSOR COVER
SOLAR TRACKING INSECT TRAP
1:1 DIPERIKSA
DISAHKAN
-
-
-
-
A
VS_ACCU
1N5400 5V
VOL_ACCU
47
48
ACCU_+12V 1 A2 1
6
SOLAR_PANEL-2 VCC IC1
12V_TO_7V -17V 1 2 GND 2
OUT
DC-DC-STEP-DOWN-LM2596 2 3 JP2 JP1
GND
+5V
+5V
+5V
+3V3
+VIN
1 49 1 1
RESET (AD0)PA0
50 SDA 2 2 GND MICROSD_CARD
5V (AD1)PA1
VOLTAGE-SENSOR-PS 46 51 SCL 3 3 SCL 1
IN+ OUT+ AREF (AD2)PA2
ACCU_+12V 52 4 4 N_D5 2
ACCU-1 (AD3)PA3
76 53 5 5 N_D7 3
PL0(ICP4) (AD4)PA4
VS_PS 75 54 6 6 N_D6 4
ACCU-2 VOL_PS PL1(ICP5) (AD5)PA5
1 A1 1 74 55 7 7 5V 5
IN- OUT- GND VCC PL2(T5) (AD6)PA6
LED- 1 2 GND 2 73 56 N_D5 8 8 GND 6
OUT PL3(OC5A) (AD7)PA7
-17V 2 3 72 N_D6 9 9
GND PL4(OC5B)
71 80 N_D710 10 GND
PL5(OC5C) (SS/PCINT0)PB0
SW1 70 79 N_D811 11
PL6 (SCK/PCINT1)PB1
1 ACCU_+12V CURRENT_SENSOR_SPS 69 78 12 12
PL7 (MOSI/PCINT2)PB2
2 +ACCU 77 13 13
(MISO/PCINT3)PB3
3 15 41 GND 14 14 GND
PK0(ADC8/PCINT16) (OC2A/PCINT4)PB4
CURRENT_SPS 16 42 D9 15 15 5V
PK1(ADC9/PCINT17) (OC1A/PCINT5)PB5
CUR_PS
P1.1 15V 1 17 43 D10
IN+ VCC PK2(ADC10/PCINT18) (OC1B/PCINT6)PB6
LED- 1 OUT
2A0 2 D0 18
PK3(ADC11/PCINT19) (OC0A/OC1C/PCINT7)PB7
44
+12V 2 P1.2 3GND 3 A12 19
IN- GND PK4(ADC12/PCINT20)
A13 20 64
PK5(ADC13/PCINT21) (A8)PC0
LAMPU+ A14 21 63 LDR_SENSOR
LAMPU-1 PK6(ADC14/PCINT22) (A9)PC1
A15 22 62 5V R1 1
PK7(ADC15/PCINT23) (A10)PC2
61 A12 2
LAMPU-2 -12V (A11)PC3
29 60 3
1N4004
PJ0(RXD3/PCINT9) (A12)PC4 1k
R2
30 59 A13 4
PJ1(TXD3/PCINT10) (A13)PC5
K1 LAMPU+ CHARGE_PS 58 5
220 PSU
(A14)PC6 1k
R3
D2
5V A14
1
PH0(RXD2) (A15)PC7
2
ACCU_+12V 28 Arduino 7 D10 1
PH1(TXD2) 1k
R4
37 23 SCL 8 2
SpiceOrder 1
D0 38 24 SDA GND 3
PH4(OC4B) (SDA/INT1)PD1 1k
ACCU_+12V Charger auto ON/OFF 39 25
PH5(OC4C) (RXD1/INT2)PD2
40 26
PH6(OC2B) (TXD1/INT3)PD3
65 GND
(T0)PD7
68 MOTOR-2
5V PG0(WR)
5V 67 31 RTC-EEPROM-BATTERY D9 1
PG1(RD) (RXD0/PCIN8)PE0
NAN-TRONIK
66 32 7V 2
PG2(ALE) (TXD0)PE1
35 36 3
SpiceOrder 2
11 J1.2
5V J2.3
LED1
GND
GND
GND
GND
GND
PF7(ADC7/TDI)
4 4
ACCU_+12V
1
2
45
81
82
GND
-12V
kontrolLampuOtomatis(resTime.jam); }
void setup()
{
blykInit(auth, ssid, pass);
komdatInit(pinArduino.SDA, pinArduino.SCL);
}
void loop()
{
blykRun();
delay(100);
}