Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

PRAKTIKUM ILMU UKUR TAMBANG

Disusun oleh :

ASTIKA PUTRI ROSHINTA

DBD 114 004

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karuniaNya

sehingga laporan dengan judul Praktikum Ilmu Ukur Tambang ini dapat

diselesaikan dengan baik dan lancar.

Pada penyusunan Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tambang ini, penyusun

menguraikan mengenai cara pengukuran di tambang bawah tanah,alat yang

digunakan, dan cara pengolahan data pengukuran.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Hepryandi L.Dj. Usup, S.T., M.T. selaku Koordinator Mata kuliah Ilmu
Ukur Tambang;
2. Bapak Noveriady, S.T., M.T. dan Bapak Ikhwan Fajeri., S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing dalam Praktikum Ilmu Ukur Tambang.
3. Teman-teman seperjuangan kelompok 1, terima kasih atas kerja samanya.

Berkat bimbingan, saran, dan kerjasama yang baik sehingga Laporan


Praktikum Ilmu Ukur Tambang ini dapat terselesaikan.

Diharapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

penyusun khususnya. Dengan penjelasan yang dipaparkan oleh penyusun,diharapkan

pembaca dapat cara pengukuran di tambang bawah tanah,alat yang digunakan,dan

cara pengolahan data pengukuran.

Diharapkan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah

isi laporan agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini masih ada kekurangan, maka

dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan

pembuatan laporan ini selanjutnya.

Penyusun mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.

Palangkaraya, Juni 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum .......................................... 2

BAB II DASAR TEORI


2.1 Pengertian Ilmu Ukur Tambang ........................................ 3
2.2 Macam-Macam Poligon ..................................................... 4
2.3 Metode Pengukuran ........................................................... 8
2.3.1 Pembacaan Sudut Horizontal ...................................... 8
2.3.2 Pembacaan Sudut Vertikal .......................................... 10
2.4 Pengukuran Tambang Bawah Tanah
(Underground Traversing) .................................................. 10
2.4.1 Pemberian Nomor Pada Patok .................................... 11
2.4.2 Pemasangan Instrumen Pada Suatu Titik ................... 12
2.4.3 Pemilihan Lokasi Patok .............................................. 12
2.4.4 Pengukuran Sudut dan Jarak Miring........................... 13
2.4.5 Pengambilan Titik Detil .............................................. 14
2.4.6 Elevasi (Ketinggian) ................................................... 16
2.5 Instrumen dan Alat-Alat Ukur Tambang ........................... 17

BAB III METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat ............................................................. 24
3.2 Struktur Pelaksanaan Praktikum ......................................... 24
3.3 Peserta Praktikum ............................................................... 24
3.4 Alat dan Bahan ................................................................... 24
3.5 Prosedur Kerja .................................................................... 25

BAB IV HASIL PENGUKURAN


4.1 Pengolahan Data Pengukuran ............................................. 27
4.2 Hasil Perhitungan................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 PoligonTerbuka ........................................................................ 4


Gambar 2.2 Poligon Tertutup ....................................................................... 5
Gambar 2.3 Poligon Bercabang ................................................................... 5
Gambar 2.4 Poligon Kombinasi ................................................................... 5
Gambar 2.5 Poligon Tertutup Terikat Sempurna ......................................... 6
Gambar 2.6 Poligon Terbuka Terikat Sempurna.......................................... 6
Gambar 2.7 Poligon Tertutup Tidak Terikat Sempurna ............................... 7
Gambar 2.8 Bearing ..................................................................................... 8
Gambar 2.9 Azimuth .................................................................................... 9
Gambar 2.10 Pemilihan Lokasi Patok ............................................................ 13
Gambar 2.11 Pengukuran Detail Dengan Sudut Lurus .................................. 15
Gambar 2.12 Pengukuran Detail Metode Offset ............................................ 15
Gambar 2.13 Diagram Metode Instrumen dan Pita Ukur ................................ 16
Gambar 2.14 Cara Pengukuran Elevasi dengan Transit dan Pita Ukur.......... 17
Gambar 2.15 Tripod ....................................................................................... 19

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Peritungan ....................................................................... 63

v
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia pertambangan ilmu ukur tambang adalah ilmu yang sangat penting

dipelajari karena berhubungan dengan kontruksi, eksplorasi dan eksploitasi dalam

dunia pertambangan. Ilmu ukur tambang itu sendiri erat kaitannya dengan awal

bukaan tambang.

Ilmu ukur tambang (Underground Surveying) adalah suatu kegiatan kerja yang

harus dilakukan dalam beberapa pekerjaan tambang bawah tanah (undergroung

mining) untuk mengetahui dan memperoleh data tentang kedudukan lubang bukaan

terhadap peta topography yang ada, gambaran lubang-lubang tambang (peta

tambang), dan kemajuan arah penggalian serta besar tonase penggalian di dalam

stope.

Survey dalam ilmu ukur tambang adalah suatu teknik pengambilan data yang

dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari suatu objek ke objek

lainnya. Definisi arti kata surveying mengacu pada pengumpulan data yang

berhubungan dengan perekaman bentuk permukaan bumi dan umumnya

direpresentasikan sebagai peta , dalam bentuk datar atau digital.

Sedangkan pengukuran memberikan arti pada peralatan dan metode yang

berhubungan dengan pelaksanaan surveying seperti yang didefenisikan sebelumnya.

Jadi, surveying adalah yang berhubungan dengan segala sesuatu dari bidang tanah

hingga penentuan bentuk dan ukuran bumi, sedangkan pengukuran adalah yang

berhubungan dengan penggunaan peralatan dari pita ukur hingga pengukuran jarak

elektro magnetik atau dengan teknik teknik satelit.

Untuk memperoleh hasil pengukuran yang baik maka diperlukan metode

pengukuran yang tepat serta peralatan ukur yang tepat pula. Peralatan yang

digunakan dalam pengukuran merupakan theodolit, total station, waterpass dan

sebagainya dapat menghasilkan data dan ukuran yang dapat

dipertanggungjawabkan.

1
2

Ilmu ukur tambang merupakan salah satu mata kuliah pada semester VI di

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Palangka Raya. Secara sederhana, mata

kuliah ini mempelajari tentang pemetaan dan cara perhitungan data pengukuran

untuk membuat peta. Oleh karena itu, mahasiswa diharuskan melaksanakan

Praktikum Ilmu Ukur Tambang, yaitu memetakan salah satu area pusat kegiatan

mahasiswa Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Palangka Raya.

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

Maksud

Praktikum Ilmu Ukur Tambang ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan

dari teori-teori dasar Ilmu Ukur Tambang yang didapatkan oleh praktikan

selama kuliah dengan mempelajari dan mengetahui mengenai kegiatan

pemetaan tambang bawah tanah yang terdiri dari tahap pengukuran di lapangan,

perhitungan hasil pengukuran, dan cara membuat peta.

Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan praktikum ilmu ukur tambang ini yaitu

sebagai berikut.

1. Mahasiswa dapat mengenal,mengetahui fungsi dan mampu menggunakan

alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ilmu ukur tambang.

2. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur kerja dan metode pengukuran yang

dilakukan pada kegiatan praktikum ilmu ukur tambang di lapangan.

3. Mahasiswa dapat menghitung dan mengolah data hasil pengukuran kegiatan

praktikum ilmu ukur tambang.

4. Mahasiswa dapat membuat peta terowongan tambang bawah tanah


berdasarkan data hasil perhitungan.

5. Mahasiswa mampu mempraktekkan teori yang dipelajari selama kuliah


secara langsung di lapangan.
3

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengertian Ilmu Ukur Tambang

Ilmu ukur tambang ialah suatu kegiatan kerja yang dilakukan dalam beberapa

pekerjaan tambang bawah tanah untuk mengetahui dan memperoleh data kedudukan

lubang bukaan terhadap peta topografi.

Ilmu ukur tanah ialah suatu ilmu yang mempelajari sebagian bentuk permukaan

bumi, bentuk mana dilakukan dengan cara mengukur tanah. Proses perhitungan dan

menggambarkan pada suatu bidang datar dengan menggunakan skala tertentu.

Ilmu ukur tambang (Underground Surveying) adalah suatu kegiatan kerja yang

harus dilakukan dalam beberapa pekerjaan tambang bawah tanah (undergroung

mining) untuk mengetahui dan memperoleh data tentang :

1. Kedudukan lubang bukaan terhadap peta topografi yang ada.

2. Gambaran lubang-lubang tambang (peta tambang).

3. Kemajuan arah penggalian serta besar tonase penggalian di dalam stope.

Peta ukur tambang ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan daerah kerja

tambang dengan batas daerah pertambangan, sehingga dapat diperoleh suatu

keterangan untuk menetapkan arah penggalian lebih lanjut, untuk menghitung

berapa besar material (ore) yang telah digali dan kemungkinan berapa banyak ore

yang akan digali, juga untuk memperoleh data dari daerah kerja tambang menurut

grafik yang mungkin dibuat, apabila diadakan suatu penambahan kerja yang efisien.

Mengenai peralatan ukur tambang ini pada umumnya tidak jauh berbeda

dengan alat-alat ukur tanah, kecuali apabila alat tersebut tidak dapat digunakan

untuk pengukuran dalam tanah (Underground Traversing) maka digunakan atau

diperlukan alat-alat khusus.

Perbedaan yang penting dari Underground Traversing dengan Surface

Traversing adalah :

3
4

- Penerangan (light) pada Underground Traversing sangat diperlukan, karena

untuk pembacaan sudut vertikal atau horizontal pembacaan benang silang

pada instrumen serta pada pembacaan alat ukur.

- Kurang begitu nyata atau teliti seperti yang dilakukan pada ukur tanah, jadi

pengulangan pembacaan perlu dilakukan untuk mencegah atau memperkecil

kesalahan.

- Daerah atau ruang pengukuran tak sebebas seperti pada ukur tanah, sehingga

lebih sulit dalam pemasangan instrumen maupun dalam pelaksanaan

pengukurannya.

- Yang digunakan dalam surveying ialah plumbob dengan tali penggantungnya

pada patok (station).

- Penggunaan rod pada underground traversing boleh dikatakan tidak

dilakukan, mengingat tinggi mine haulage tunnel agak kurang dari panjang

rod tersebut, dan sebagai pengganti rod adalah patok tadi.

2.2 Macam-Macam Poligon

Poligon dapat dibedakan berdasarkan dari :

1. Bentuk

2. Titik ikatnya.

1. Poligon Menurut Bentuknya

Poligon Terbuka

Poligon terbuka adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya merupakan

titik yang berlainan (tidak bertemu pada satu titik).

Gambar 2.1 Poligon Terbuka


5

Poligon Tertutup

Poligon tertutup atau kring adalah poligon yang titik awal dan titik akhirnya

bertemu pada satu titik yang sama.

Gambar 2.2 Poligon Tertutup

Poligon Bercabang

Poligon cabang adalah suatu poligon yang dapat mempunyai satu atau lebih

titik simpul, yaitu titik dimana cabang itu terjadi.

Gambar 2.3 Poligon Bercabang

Poligon Kombinasi

Bentuk poligon kombinasi merupakan gabungan dua atau tiga dari

bentukbentuk poligon yang ada.

Gambar 2.4 Poligon Kombinasi

2. Poligon Menurut Titik Ikatnya

Poligon Terikat Sempurna

Suatu titik dikatakan sempurna sebagai titik ikat apabila diketahui

koordinat dan jurusannya minimum 2 buah titik ikat dan tingkatnya berada

diatas titik yang akan dihasilkan.


6

1. Poligon tertutup terikat sempurna

Poligon tertutup yang terikat oleh azimuth dan koordinat.

Gambar 2.5 Poligon Tertutup Terikat Sempurna

2. Poligon terbuka terikat sempurna

Poligon terbuka yang masing-masing ujungnya terikat azimuth dan

koordinat.

Gambar 2.6 Poligon Terbuka Terikat Sempurna

Poligon Terikat Tidak Sempurna

Dikatakan titik ikat tidak sempurna apabila titik ikat tersebut diketahui

koordinatnya atau hanya jurusannya.

1. Poligon tertutup tidak terikat sempurna :

Poligon tertutup yang terikat pada koordinat atau azimuth saja.

Gambar 2.7 Poligon Terikat Tidak Sempurna


7

2. Poligon terbuka tidak terikat sempurna :

a. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth saja,

sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali.

b. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat saja,

sedangkan ujung yang lain tidak terikat sama sekali.

c. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth. Pada

poligon jenis ini ada koreksi azimuth, sedangkan koordinat titik-titik

poligon adalah koordinat lokal.

d. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh koordinat. Jenis

poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.

e. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh koordinat,

sedangkan ujung yang lain terikat azimuth. Pada poligon ini tidak ada

koreksi sudut dan koreksi koordinat.

f. Poligon terbuka yang salah satu ujungnya terikat oleh azimuth dan

koordinat saja, sedangkan ujung yang lain terikat koordinat. Jenis

poligon ini tidak ada koreksi sudut tetapi ada koreksi koordinat.

g. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan

koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth. Poligon ini

ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.

h. Poligon terbuka yang kedua ujungnya terikat oleh azimuth dan

koordinat, sedangkan ujung yang lain tidak terikat azimuth. Jenis

poligon ini ada koreksi sudut tetapi tidak ada koreksi koordinat.

Poligon Tidak Terikat atau Bebas

1. Poligon tertutup tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas) .

2. Poligon terbuka tanpa ikatan sama sekali (poligon lepas), pengukuran

seperti ini akan terjadi pada daerah-daerah yang tidak ada titik tetapnya dan

sulit melakukan pengukuran baik dengan cara astronomis maupun dengan

satelit. Poligon semacam ini dihitung dengan orientasi lokal artinya

koordinat dan azimuth awalnya dimisalkan sembarang.


8

2.3 Metode Pengukuran

A. Pembacaan Sudut Horizontal

1. Pembacaan Langsung

Teleskop disetel di belakang sasaran dengan plat pada nol menggunakan

penjepit bawah, kemudian teleskop dibalik ke depan sasaran menggunakan

penjepit atas sehingga sudut terbaca. Instrumen terbagi dari 0-360 dengan

arah ke kanan diukur searah jarum jam.

2. Defleksi

Teleskop di set di belakang sasaran dengan posisi jarum pada titik nol

menggunakan penjepit bawah kemudian teleskop dibalik ke depan sasaran

menggunakan penjepit atas dan vernier akan terbaca. Instrumen terbagi dari 0-

180 pada akhir. Sudut yang terbaca merupakan sudut defleksi/deviasi dari titik

tembak ke kiri/kanan dari salah satu titik akhir.

3. Dengan Bearing

Bearing adalah suatu sudut yang diukur ke kiri atau ke kanan antara garis

Utara (North) dan Selatan (South) dengan titik tertentu.

Nama dari bearing tersebut tergantung dari letak empat titik dari kwadran.

Contoh :

Bearing A B = N 0 E

Bearing A C = N 0

Bearing A D = N 0

Bearing A E = N 0

Gambar 2.8 Bearing

Jadi, bearing tersebut dapat dibuat dari Kutub Utara geografis ke arah

kanan atau kiri, demikian pula sebaliknya dari Kutub Selatan ke arah kanan

atau kiri.
9

4. Dengan Azimuth

Teleskop dibalik dan diset di belakang sasaran dengan setting piringan

pada azimuth terakhir subjek seperti pembacaan dari station

sebelumnya.Dengan menggunakan penjepit bawah, teleskop dibalikan ke

sasaran tembakan menggunakan penjepit atas dan bearing subjek tembakan

terbaca dari piringan. Instrumen terbagi dari 0-360 ke arah kanan/searah

jarum jam. Sesudah mengambil FS piringan yang ada dikiri dijepit dan dengan

menggunakan posisi seperti ini tanpa setting ulang kecuali harus melaksanakan

pengambilan BS pada station berikutnya.

Azimuth : Ialah suatu sudut yang ukur dari titik Utara atau Selatan ke suatu

titi tertentu menurut arah jarum jam.

Untuk mempermudah perhitung, maka umumnya titik Utara digunakan sebagai

titik awal pengukuran.

Contoh :

Azimuth 0 1 = 0

Azimuth 0 2 = 0

Azimuth 0 3 = 0

Azimuth 0 4 = 0

Gambar 2.9 Azimuth

Bearing dari suatu rintisan (traverse) adalah berurutan (berhubungan satu

dengan yang lainnya). Untuk menghitung bearing suatu urutan dari titik, ada

dua cara sederhana yang perlu diingat yaitu :

a). Sudut diukur searah dengan perputaran jarum jam, azimuth dari arah yang

baru adalah azimuth mula-mula + sudut lurus atau angle right antara arah

tersebut -180.

b). Kalau jumlah azimuth awal + sudut lurusnya kurang dari 1800, perlu

ditambah 3600 dulu sebelum dikurangi dengan 1800 atau dapat juga

ditambah dengan 1800 saja.


10

5. Dengan Repetisi

Teleskop yang berada pada posisi normal diset ke belakang sasaran

dengan piringan pada posisi nol memakai penjepit bawah, kemudian tanpa

loncatan dibalik kedepan sasaran tembakan menggunakan penjepit atas dan

sudut terbaca dari piringan sertambang dicatat, selanjutnya tanpa diset ulang

pembacaan ke-2 dilakukan. Pembacaan sudut dapat diulang pada saat

pembacaan ke-2 kapan saja diinginkan. Vernier dibaca pada akhir pengukuran

dan sudut ini berbeda nomor repetisinya, dimana sudut antara subjek sudut

terakhir harus sesuai dengan setting pertama. Instrumen terdiri dr 0-360 ke arah

kanan.

B. Pembacaan Sudut Vertikal

Sudut vertikal didapat dengan menghubungkan jarak miring peta untuk

menentukan jarak horizontal dan vertikal antara pojok2 pada akhir pencatatan.

Sudut vertikal diukur langsung dimana sudut yang ada diatas/bawah garis

horizontal diukur hanya 1 kali.

2.4 Pengukuran Tambang Bawah Tanah (Underground Traversing)

Perbedaan cara pengukuran di dalam tambang bawah tanah atau underground

traversing dengan pengukuran dipermukaan atau surface traversing selain

mengenai : penerangan, daerah (ruang) pengukuran dan penggunaan plumbob

seperti yang tercantum dalam bab terdahulu, juga mengenai :

1. Cara pemasangan Theodolite (transite), di mana pada perintisan di permukaan

anting-anting ditepatkan pada titik patok yang berada di bawah, tetapi untuk

perintisan tambang bawah tanah titik as dari sumbu I ditepatkan dengan plum

bob yang tergantung pada atap (roof), kecuali instrument tersebut tidak ada as

sumbu pertamanya (misal Theodolite T0), maka plum bob tersebut

dipindahkan dulu ke bawah dengan block station.

2. Data yang perlu diambil disini meliputi :

Pengukuran sudut horizontal (double)

Pengukuran sudut vertical (double)


11

Pengukuran jarak(slope distance)

Pengukuran tinggi alat

Pengukuran tinggi plum bob yang digantungkan (HS dan BI)

Kolom catatan, misalnya tinggi level dan sebagainya.

3. Harus memperhatikan gangguan aliran air, rembesan air dan sebagainya, juga

instrument yang harus dilindungi dari pengaruh rembesan air tersebut.

4. Adanya pengaruh medan magnet, misalnya pada rel, jalan-jalan kereta

dorong,pada bijih yang sifatnya magnetik (hematit, pyrolusite dan

sebagainya).

Karena pengaruh-pengaruh tersebut diatas maka sangat diperlukan ketelitian

pembacaan yang sangat hati-hati. Juga perlu dipehatikan pada daerah sekitar patok

yang akan dipasangi instrument tersebut, karena batuan dalam batuan induk (country

rock) yang tidak kuat dapat mengakibatkan kecelakaan bagi operator (surveyor) dan

istrument itu sendiri.

Perlu diperhatikan untuk tidak memasang instrument pada daerah bebatuan

lepas, daerah penirisan maupun pada pitth. Pengukur (transimen) umumnya kurang

memperhatikan hal ini, untuk pengukuran jarak pendek akan menimbulkan kesalahan

sudut tertentu.

Tim kerja (man crew) cukup tiga orang dengan pembagian tugas sebagai berikut

Satu orang mencatat data dala buku

Satu orang sebagai pengukur

Satu orang lagi sebagai pembawa pita ukur (chain man)

2.4.1 Pemberian Nomor Pada Patok

Cara pemberian nomor pada patok maupun tanda merupakan salah satu

masalah bagi pengukur dalam suatu penambangan, dimana diperlukan drift yang

parale, cross cut dan lain-lain, sehingga titik-titik yang tidak dapat berhubungan

satu sama lainnya akan mendapat pembacaan tersendiri.


12

Sistem penomoran akan memusingkan juga, bila ada selective mining untuk

suatu level yang bercabang, biasanya titik diberi nama berdasarkan urutan level

ke bawah, misalnya level 100 ft akan diberi nomor patok 101, 102, 103, dan

seterusnya, dan untuk level 200 dengan nomor 201, 202, 203 dan seterusnya.

2.4.2 Pemasangan Instrumen Pada Suatu Titik

Penempatan instrument pada bawah tanah lain dengan dipermukaan,

secara praktis penempatan instrument di bawah titik yang berada di atasnya.

Hanya pada daerah yang luas seperti rail road tunnel akan praktis untuk

menempatkan patok dilantai. Dan hal yang begitu praktis jarang ditemui.

Pada permulaan operasi memamng dirasakan kaku dan lamban tetapi

setelah sering melaksanakan akan lebih lancar. Sebelum penempatan instrument

pada underground maupun pada surface sebaiknya semua pengunci dikunci.

Plum bob digantungkan pada spad dengan tali simpul agar mudah

digeser-geser. Hal ini memungkinkan penyesuaian yang cepat bagi plumb

bob,yaitu cukup tinggi pada waktu start.instrument diletakkan di bawah bobs

dan kaki-kakinya ditekan ke bawah,sebelumnya lingkaran vertical dibuat nol

dengan tanpa pembacaan pada gelas.

2.4.3 Pemilihan Lokasi Patok

Usahakan agar titik patok diletakkan secara permanent dengan maksud

bila ada getaran titik tersebut tidak berubah, hal ini untuk menghindari kesalan

pembacaan sudut. Dalam beberapa tambang patok tersebut kadang-kadang

ditempatkan pada stull, caps atau bentuk-bentuk timbers lain yang

memungkinkan.

Jadi lokasi dari patok yang tepat betul harus diperhatikan, ini untuk

mencegah instrument terhindar dari jatuhnya batuan lepas yang disebabkan oleh

kebocoran udara atau getaran akibat ledakan.


13

Gambar berikut menunjukkan lokasi yang cocok untuk patok.

Penempatan titik a sebagai patok menyalahi aturan, karena FS 1, 2 dan 3 tidak

dapat dilihat dari suatu tempat.

4 2
FS

Gambar 2.10 Pemilihan Lokasi Patok

2.4.4 Pengukuran Sudut dan Jarak Miring

Yang perlu diperhatikan di sini adalah penerangan atau lampu dan alat

pembesar bacaan sudut (magnifaying glass atau loupe) karena dengan mata biasa

pembacaan akan kurang teliti jika sampai kemenit. Bila instrument dipasang

pengukuran sudut searah jarum jam harus diukur double atau dua kali.

1. Mulai dengan sudut titik nol


2. Eleskop diputar 1800

Maksud untuk kompensasi kesalahan pengaturan alat acceleration dan

kesalahan indeks, demikian juga untuk mengukur sudut vertical. Dalam

mengukur jarak miring harus diperhatikan urutan dari angka, titik-titik

ditepatkan pada angka dipita, dalam pemeliharaan atau penggunaan pita harus

hati-hati, misalnya jangan sekali-kali menarik pita sepanjang daerah yang akan

diukur, jika hal ini terjadi pada drift yang basah akan menyebabkan

pengumpulan pita dan juga akan kotor.

Prosedur yang baik untuk pengukuran di bawah tanah ialah :

1. Pasang alat (instrument)

2. Catat HI (tinggi instrument)

3. Catat jarak kanan dan kiri instrument


14

4. Mulai pada nol dan mengambil BS dengan jarak gerak perlahan-lahan.

5. Lepaskan penggerak atas dan bidik FS.

6. Baca dan catat HA, lepaskan penggerak bagian bawah dan putar di lingkaran

vertical ke depan operator dan baca VA.

7. Arahkan teleskop ke BS dengan menggerkkan penggerak ke bagian bawah.

8. Lepaskan penggerak bagian atas dan bidik FS.

9. Baca HA dan VA, pada sudut datar pembacaan VA untuk kedua kalinya tidak

perlu. Jika HA dibuat double, ulangi proses setelah posisi 0 dan tempatkan

teleskop dalam posisi langsung.

10. Setelah semua pengukuran regular lengkap, pembantu membawa ujung 0 dari

pita ke patok FS dan diukur SO. Sebelum memulai pengukuran instrument

harus ditempatkan kea rah patok FS.

11. Gerakkan ke patok FS dan catat HS.

Perlengkapan-perlengkapan yang perlu dibawa diantaranya ialah:

1. poket tape (10 meter)

2. pita yang dapat digulung (200-250 feet)

3. unting-unting

4. plumb bob

5. magnifying glass (loupe)

6. buku catatan data

7. pencil

8. perlengkapan-perlengkapan lain seperti lampu dan lain-lain.

2.4.5 Pengambilan Titik Detail

Yang dimaksud dengan detail ialah pengukuran titik yang dilakukan pada

perubahan arah.

Ada dua cara pembuatan detail, yaitu :

1. Metode Angle Right

Gambar 3 dan 4 menunjukkan metode sudut (angle)


15

Gambar 2.11 Pengukuran Detail dengan Sudut Lurus

Pada gambar diatas setelah menempatkan FS, operator

meletakkan papan-papan pada nol dan terjadi BS yang baru.

Pembantu mulai pada saluran patok dan memegang battery,

surveyor mengukur dengan angle right 15. Setelah sudutnya diputar, buat

tanda pada tembok dengan karbit atau crayon. Operasi ini diteruskan

samapi FS kelihatan. Jarak horisontal dipetakan pada tengah drift (pada

titik-titik tertentu). Bila lebar drift pada titik tersebut berbeda, maka

ambil bagian kanan atau kiri.

Type drift yang lain seperti pada gambar 4, yang menunjukkan

beberapa cabang yang bergabung, titik a, b, c, d, dan lain-lain diukur dan

jaraknya disambungkan. Detail dengan metode angle ini mudah dan

cepat, merupakan rencana yang lancar.

2. Metode Offset

Gambar 5 menmunjukkan metode offset ini. Sedikit sekali yang

menggunakan metode ini, bila kekurangan pekerja akan lebih

menyulitkan metode ini paling baik dengan 3 orang.

Gambar 2.12 Pengukuran Detail Metode Offset


16

Keadaan pada gambar 4 lebih baik untuk menggunakan metode

angle. Pada gambar 5 rencana pada peta panjang garis BS FS dengan

tanda jarak. Offsetnya berada pada sudut-sudut kanan garis.

2.4.6 Elevasi (Ketinggian)

Ada tiga cara untuk menentukan evaluasi atau ketinggian suatu titik pada

Tambang Bawah Tanah, yaitu :

- dengan menggunakan instrument dan pita ukur

- dengan menggunakan level watau waterpass

- dengan mengukur kedalaman suatu shart dengan pita ukur atau spesial

case.

Instrumen dan Pita Ukur

Metode ini paling sering digunakan. Denmgan pengukuran biasa HI,

BS dan sudut-sudut vertikal cocok untuk mengontrolan bawah tanah dan

dapat menarik jarak tanpa kesalahan yang besar.

Gambar 6 melukiskan diagram metode transit dan pita ukur dari pada

elevasi, rumus-rumusnya lihat pada gambar 7.

Gambar 2.13 Diagram metode instrumen dan pita ukur

Semua patok yang instrumentnya terletak dibawah titik, HI dikurangi

karena alatnya lebih rendah dari pada patok.

Untuk menutup titik itu tambahkan HI. Bila tanggul digunakan untuk

bagian muka, biasanya HS diaggap nol (kekecualian pada stopersurvey,

dimana HS menunjukkanelevasi tambang pada titik itu). Bila sudut vertikal


17

itu fositif, maka jarak vertikal bertambah (VO = SO sin VA). Rumus dasar

untuk menentukan elevasi adalah :

Elevasi FS = elevasi IS + HI + VD + HS

Untuk hampir semua patok underground dapat dituliskan sebagai berikut

(lihat gambnar 7) :

Elevasi B = elevasi A HI + SD sin VA + HS

= elevasi A HI + VD + HS

Gambar 2.14 Cara Pengukuran Elevasi dengan Transit dan Pita Ukur

2.5 Instrument dan Alat-Alat Ukur Tambang

1. Theodolite

Theodolite adalah instrument / alat yang dirancang untuk pengukuran

sudut yaitu sudut mendatar yang dinamakan dengan sudut horizontal dan sudut

tegak yang dinamakan dengan sudut vertical. Dimana sudut sudut tersebut
18

berperan dalam penentuan jarak mendatar dan jarak tegak diantara dua buah

titik lapangan.

Kontruksi Theodolite

Konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3

bagian, lihat gambar di bawah ini :

1. .Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang

menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran.

Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.

2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam

tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak

lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang

berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari jari

plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat

pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi

penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung

diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.

Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis garis pembagian skala dan

angka digoreskan di permukaannya. Garis garis tersebut sangat tipis dan

lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran

dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam

360 atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam

400 g.

3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki

penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong

yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik.

Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama

seperti plat lingkaran mendatar.


19

2. Plum Bob

Plum bob atau unting-unting merupakan suatu alat yang dipergunakan

untuk mengukur ketegakan suatu benda atau bidang. Plum bob berguna dalam

penyentringan alat ukur yang tidak memiliki alat duga optik, unting-unting ini

terdiri dari benang yang diberi pemberat. Alat ini cukup sederhana dimana

terbuat dari bahan besi dengan permukaan berwarna besi putih, kuningan dan

juga besi biasa, bentuknya biasanya berbentuk prisma dengan ujung lainnya

dibuatkan penempatan benang kaii. Namun dapat juga dijumpai dalam

berbagai bentuk lainnya dimana salah satu ujungnya tetap dibuat runcing.

Fungsinya untuk memproyeksi suatu titik secara vertikal ke bawah.

3. Tripod atau Statif

Tripod atau statif merupakan tempat dudukan alat dan untuk

menstabilkan alat seperti theodolite dan waterpass. Alat ini mempunyai 3 kaki

yang sama panjang dan dapat diubah-ubah panjangnya sesuai dengan yang

diperlukan. Tripod terdiri dari bidang level/kepala statif , sekrup pengunci, tali

pembawa, sekrup penyetal dan kaki statif.

Gambar 2.15 Tripod

4. Kompas Geologi

Kompas, klinometer, dan hand level merupakan alat-alat yang dipakai

dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur

kedudukan unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan


20

kombinasi dari ketiga fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas

disini adalah tipe Brunton dari berbagai merek.

5. Global Positioning System (GPS)

GPS adalah sistem navigasi satelit, dan terdiri dari konstalasi

(susunan/jajaran) 24 satelit dan stasiun penerima di bumi. GPS menggunakan

satelit-satelit buatan tersebut GPS. GPS Navigasi 60 adalah salah satu

Receiver GPS tipe navigasi, yang dilengkapi dengan Kompas Digital. Alat ini

punya kemampuan sebagai berikut :

1. Dapat menentukan posisi (koordinat) dalam format geografi (lintang &

bujur),koordinat pada proyeksi peta (UTM), dll

2. Dapat menentukan ketinggian suatu tempat

3. Dapat menentukan waktu, kecepatan, dan arah

4. Dapat menyimpan koordinat sebanyak 3000 titik (waypoint)

5. Dapat menyimpan koordinat secara otomatis (track) sebanyak 10000

titik

5. Rambu Ukur

Rambu Ukur berfungsi sebagai alat bantu dalam menentukan beda tinggi

dengan menggunakan pesawat sipat datar, rambu ukur biasanya terdiri dari

beberapa jenis, antara lain seperti gambar 24 di bawah ini. Rambu Interval 5

mm Rambu Interval 10 mm

Pada prakteknya pengukuran tanah yang paling penting adalah

mendirikan alat atau memasang alat dengan benar, sedangkan untuk yang

lainnya tinggal membaca angka yang telah tertera pada alat.

Tetapi jangan lupa yang sangat penting yaitu setelah memasang alat,

wajib mengukur tinggi alat. Jika alat sudah terpasang tinggal mengarahkan

loops ke target.
21

Standart pengukuran elevasi dengan sudut vertikal, bacaan pada loops terdapat

tiga benang:

1. Benang atas.

2. Benang tengah.

3. Benang bawah.

6. Pita Ukur/Meteran

Meteran juga dikenal sebagai pita ukur atau tape atau bisa disebut juga

sebagai Roll Meter ialah alat ukur panjang yang bisa digulung, dengan panjang

25 50 meter. Meteran ini sering digunakan oleh tukang bangunan atau

pengukur lebar jalan. Ketelitian pengukuran dengan rollmeter hingga 0,5 mm.

Roll Meter ini pada umumnya dibuat dari bahan plastik atau plat besi tipis.

Satuan yang dipakai dalam Roll Meter yaitu mm atau cm, feet tau inch.

Pita ukur atau Roll Meter tersedia dalam ukuran panjang 10 meter, 15 meter, 30

meter sampai 50 meter. Pita ukur umumnya dibagi pada interval 5 mm atau 10

mm.

Roll Meter juga memiliki daya muai dan daya regang. Daya muai ialah

tingkat pemuaian dikarenakan perubahan suhu udara. Dan daya regang ialah

perubahan panjang disebabkan regangan atau tarikan. Daya muai dan daya

regang meteran dipengaruhi oleh jenis Roll Meter, yang di bagi berdasarkan

bahan yang dipakai dalam pembuatannya.

Berfungsi untuk mengukur jarak atau panjang. Meteran juga berguna

untuk mengukur sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat dipakai untuk

membuat lingkaran. Pada ujung pita dilengkapi dengan pengait dan diberi

magnet agar lebih mudah ketika sedang melakukan pengukuran, dan pita tidak

lepas ketika mengukur.


22

7. Lampu Penerangan

Lampu penerangan mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda. Lampu

penerangan dapat berupa senter, lampu rumah, lampu neon dan lain-lain.

Lampu berguna memberikan penerangan pada tempat yang kurang cahaya

ataupungelap. . Dalam pengukuran tambang bawah tanah lampu sangat

diperlukan selama kegiatan pengukuran dan pengambilan data.

8. Alat Tulis

Alat tulis merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencatat, menulis,

atau menggambar hal yang diperlukan selama pengukuran dan pengambilan

data praktikum ilmu ukur tambang. Alat tulis dapat berupa buku, pensil,polpen,

penggaris,penghapus dan lain-lain.

2.6 Perhitungan Ilmu Ukur Tambang

Rumus perhitungan ilmu ukur tambang berdasarkan teori-teori yang di

dapat selama perkuliah Ilmu Ukur Tambang yaitu sebagai berikut.

Ketentuan menentukan kuadran Bearing

Jika 0 azimuth 90 maka azimuth = bearing (N-E)

Jika 90 azimuth 180 maka (180 - azimuth) = bearing (S-E)

Jika 180 azimuth 270 maka (azimuth-180) = bearing (S-W)

Jika 270 azimuth 360 maka (360 - azimuth) = bearing (N-W)

Cara Perhitungan

Perhitungan Azimuth

Bearing = 53
Azimuth ( 2-3) = ( 1-2) + AR 2-3 180

Azimuth ( 3-4) = 360 - 53 = 307


Azimuth ( 4-x) = 307 + 150 180 = 277
Azimuth ( X-3) = 277 + 175 180 = 275
Azimuth ( 6-7) = 275 + 144 180 = 239
Perhitungan Bearing
Menggunakan ketentuan kuadran Bearing
Bearing ( 3-4) = N 53 W
23

Bearing ( 4-X) = 360 - 277 = N 83 W


Bearing ( X-6) = 360 - 275 = N 65 W
Bearing ( 6-7) = 239 - 180 = S 59 W
Perhitungan Absis
Absis (X) 3-4 = HD3-4 sin VA

Absis (X) 3-4 = 100 sin 307 = - 79,86

Absis (X) 4-X = 45 sin 277 = - 44,66

Absis (X) X-6 = 90 sin 275 = - 89.66

Absis (X) 6-7 = 60 sin 239 = - 51,43

Perhitungan Ordinat
Ordinat (Y) A-S = HDA-S cos VA

Ordinat (X) 3-4 = 100 cos 307 = 60,18

Ordinat (X) 4-X = 45 cos 277 = 5,48

Ordinat (X) X-6 = 90 cos 275 = 7,84

Ordinat (X) 6-7 = 60 cos 239 = - 30,90

Perhitungan Koordinat

Koordinat X
X3-4 = X2-3 + Absis 3-4

X = 9101

X3-4 = 9101 - 79,86 = 9021,14

X4-X = 9021,14 - 44,66 = 8976,48

XX-6 = 8976,48 - 89.66 = 8886,82

X6-7 = 8886,82 - 51,43 = 8835,39

Koordinat Y
Y3-4 = Y2-3 + Ordinat 3-4

Y = 10926

Y3-4 = 10926 + 60,18 = 10986,18

Y4-X = 10986,18 + 5,48 = 10991,66

YX-6 = 10991,66 + 7,84 = 10999,5

Y6-7 = 10999,5 30,90 = 10968,6


24

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Ukur Tambang dilakukan pada hari Jumat, 5 Mei 2017 pukul

19.00 - selesai. Bertempat di salah satu area pusat kegiatan mahasiswa atau

tepatnya di depan ruang kelas dan lorong jalan penghubung antara Teknik

Informatika dan Teknik Pertambangan, Universitas Palangka Raya.

3.2 Struktur Pelaksana Praktikum

Struktur pelaksana praktikum Ilmu Ukur Tambang, Fakultas Teknik,

Universitas Palangka Raya adalah sebagai berikut :

Koordinator Praktikum : Hepryandi L. DJ.Usup, ST.,MT.

Dosen pembimbing praktkum : Noveriady, ST., MT.

Ikhwan Fajeri, ST.,MT

3.3 Peserta Praktikum

Peserta praktek adalah mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Ilmu

Ukur Tambang pada semester genap tahun 2017. Dalam praktikum Ilmu Ukur

Tambang, mahasiswa dibentuk dalam sebuah kelompok yang ditentukan oleh dosen

pembimbing. Masing-maisng kelompok terdiri dari tiga belas atau lebih orang.

3.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Ilmu Ukur Tambang adalah

sebagai berikut.

1. Theodolite

2. Plum bob (Unting-unting)

3. Tripod Theodolite

4. Kompas geologi

5. GPS (Global Positioning System)

6. Pita ukur/meteran

244
25

7. Rambu ukur

8. Lampu penerangan atau senter

9. Alat tulis

3.5 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pengukuran praktikum Ilmu Ukur Tambang yaitu sebagai berikut.

1. Menyiapkan alat dan bahan praktikum yang akan digunakan.

2. Menyiapkan alat tulis dan lembar tabel pengukuran.

3. Memperhatikan penjelelasan dari dosen pembimbing praktikum mengenai

fungsi dari bagian-bagian, cara penggunaan dan cara pengukuran tambang

bawah tanah dengan theodolite.

4. Menentukan titik yang akan diukur.

5. Memasang statif pada titik yang ditentukan.

6. Mengatur kaki statif hingga kedudukan statif dalam keadaan datar dan

seimbang, dengan melonggarkan kaki-kaki statif lalu mengencangkan sekrup

pengunci.

7. Meletakkan theodolite pada tribar plat statif dan mengatur kedudukan

theodolite sehingga kedudukannya seimbang. Dan memposisikan theodolite

sejajar dengan titik yang ditentukan dengan menggunakan unting-unting.

8. Mengkalibrasikan theodolite dengan cara :

- Mengatur nivo kotak sehingga Sumbu I benar-benar tegak/vertikal dengan

menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar di tiga sisi alat ukur.

- Mengatur nivo tabung sehingga Sumbu II benar-benar mendatar/horizontal

dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar di tiga sisi alat

ukur.

9. Melihat centering : jika paku (titik) sudah terlihat tepat di lingkaran kecil, maka

theodolite sudat tepat di atas titik.

10. Menyalakan theodolite dengan menekan tombol power .


26

11. Kemudian menyetting sudut horizontal 0 00 00 dengan mengarahkan

theodolite ke arah utara lalu menekan tombol [0 SET] dengan menggunakan

kompas dan mengunci sekrup penggerak horizontal.

12. Memutar theodolite kearah kanan / searah jarum jam sebanyak 1 kali untuk

menentukan Azimuth.

13. Mengukur elevasi dan koordinat titik dengan menggunakan GPS dan mencatat

pada tabel pengukuran.

14. Mengukur tinggi alat dengan menggunakan meteran dan mencatat pada tabel

pengukuran.

15. Menekan tombol FUNC sebanyak 2 kali untuk menyalakan lampu atau lampu

laser.

16. Meletakkan rambu ukur di patok yang ditentukan.

17. Menembak alat pada rambu ukur.

18. Menekan tombol [V/%] untuk menampilkan pembacaan sudut vertikal dan

sudut horizontal lalu catat pada tabel pengukuran.

19. Mengukur jarak dari alat ke rambu ukur.

20. Mengukur jarak dari titik tengah alat ke kiri dan kanan dinding terowongan,

lalu catat pada tabel pengukuran.

21. Mengukur tinggi dari alat ke atap terowongan menggunakan meteran atau

rambu ukur, lalu catat pada tabel pengukuran.

22. Setelah itu, memindahkan alat pada lokasi rambu yang diukur.

23. Melakukan langkah kerja no. 8 dan no.9 lalu menembakkan alat ke bawah titik

sebelumnya.

24. Melalukan langkah kerja dari no.13 sampai no. 23 hingga semua titik selesai

dilakukan pegukuran dan data pengukuran dicatat pada tabel pengukuran.


27

BAB IV
HASIL PENGUKURAN

4.1 Pengolahan Data Pengukuran

1. Perhitungan Azimuth

Angle Right = 260


Azimuth ( 2-3) = ( 1-2) + AR 2-3 180

Azimuth ( A-S) = 230 o


Azimuth ( S-1) = 230o + 179o 46 10 - 180o = 229o4610
Azimuth ( 1-2) = 229o 46 10 + 177o 51 0 - 180o = 227o3710
Azimuth ( 2-3) = 227o3710 + 93o60 - 180o = 140o4310
Azimuth ( 3-4) = 140o4310 + 266o3150 - 180o = 227o150
Azimuth ( 4-5) = 227o150 + 269o5050 - 180o = 317o550
Azimuth ( 5-6) = 317o550 + 270o5820 - 180o = 413o410 360o
= 48o410
Azimuth ( 6-7) = 48o410+181o2220-180o = 49o2630
2. Perhitungan Bearing
Perhitungan Bearing didasarkan pada ketentuan perhitungan Bearing.
Bearing ( A-S) = 230 - 180 = 50
Bearing ( S-1) = 229o4610 - 180 = 49 46 10
Bearing ( 1-2) = 227o3710 - 180 = 47 37 10
Bearing ( 2-3) = 180 - 140o4310 = 39 16 50
Bearing ( 3-4) = 227 15 0 - 180 = 47 15 00
Bearing ( 4-5) = 360 - 317 5 50 = 42 54 10
Bearing ( 5-6) = Azimuth = 48o410
Bearing ( 6-7) = Azimuth = 49o2630
3. Perhitungan HD
HDA-S = SDA-S cos VA

HDA-S = 3,1 cos 0 = 3,1 m

HDS-1 = 7,3cos 0 = 7,3 m

HD1-2 = 8,7 cos 0 = 8,7 m

HD2-3 = 9,3 cos 0 = 9,3 m

HD3-4 = 18,2 cos 0 = 18,2 m

HD4-5 = 4,9 cos 0 = 4,9 m 27

4
28

HD5-6 = 3,4 cos 0 = 3,4 m

HD6-7 = 4,5 cos 36 56 50 = 3,595 m

4. Perhitungan VD
VDA-S = SDA-S sin A-S

VDA-S = 3,1 sin 0 =0

VDS-1 = 7,3 sin 0 =0

VD1-2 = 8,7 sin 0 =0

VD2-3 = 9,3 sin 0 =0

VD3-4 = 18,2 sin 0 = 0

VD4-5 = 4,9 sin 0 =0

VD5-6 = 3,4 sin 0 =0

VD6-7 = 4,5 sin 36 56 50 = 2,705 m


5. Perhitungan Absis
Absis (X) A-S = HDA-S sin VA

Absis (X) A-S = 3,1 sin 230 = -2,375

Absis (X) S-1 = 7,3 sin 229 4610 = -5,573

Absis (X) 1-2 = 8,7 sin 227 3710 = -6.427

Absis (X) 2-3 = 9,3 sin 140 43 10 = 5,888

Absis (X) 3-4 = 18,2 sin 227 150 = -13,336

Absis (X) 4-5 = 4,9 sin 317 5 50 = -3,336

Absis (X) 5-6 = 3,4 sin 48 4 10 = 2,529

Absis (X) 6-7 = 3,596 sin 49 26 30 = 2,732

6. Perhitungan Ordinat

Ordinat (Y) A-S = HDA-S cos VA

Ordinat (Y) A-S = 3,1 cos 230 = -1,993

Ordinat (Y) S-1 = 7,3 cos 229 46 10= -4,715

Ordinat (Y) 1-2 = 8,7 cos 2273710 = -5,864

Ordinat (Y) 2-3 = 9,3 cos 140 4310 = -7,199

Ordinat (Y) 3-4 = 18,2 cos 227 150 = -21,354


29

Ordinat (Y) 4-5 = 4,9 cos 317 5 50 = 3,589

Ordinat (Y) 5-6 = 3,4 cos 48 4 10 = 2,272

Ordinat (Y) 6-7 =3,6 cos 49 28 30 = 2,338

7. Perhitungan Koordinat

Koordinat X
XS-1 = XA-S + LS-1

X = 822473

XA-S = 822473 - 2,375 = 822470,625

XS-1 = 822469,95 -5,573 = 822465,052

X1-2 = 822462,77 - 6.427 = 822458,625

X2-3 = 822454,28 + 5,888 = 822464,513

X3-4 = 822455,77 -13,365 = 822451,148

X4-5 = 822438,02 - 3,336 = 822447,812

X5-6 = 822436,93 + 2,529 = 822450,341

X6-7 = 822440,26 + 2,732 = 822453,073

Koordinat Y

YS-1 = YA-S + DS-1

Y = 9754731

YA-S = 9754731 - 1,993 = 9754729,007

YS-1 = 9754729,007 - 4,715 = 9754724,292

Y1-2 = 9754724,292 - 5,864 = 9754718,428

Y2-3 = 9754718,428 - 7,199 = 9754711,229

Y3-4 = 9754711,229 - 12,354 = 9754698,875

Y4-5 = 9754698,875 + 3,589 = 9754702,464

Y5-6 = 9754702,464 + 2,272 = 9754704,736

Y6-7 = 9754704,736 + 2,338 = 9754707,074


30

8. Perhitungan Elevasi

Z = 15 meter

Titik (PS-1) hingga titik (P6-7)

Pada titik (PA-S) hingga titik (P5-6), elevasinya bernilai sama yaitu dengan

ketinggian 15 m.

Zp1 sampai Zp7 = 15 meter

Karena titik tersebut berada di tempat yang mendatar sehingga hasil

pengukuran sudut vertikalnya bernilai 0.

Titik (P7-8)

Zp8 (elevasi floor) = Zp7 +(SD*Sin VA)

= 15 + (4,5 Sin 36 56 50)

= 17,70 meter

Zp8 (elevasi roof) = Zp8 + HS + VD + HI

= 17,70 + 2 + 2,7 + 1,45

= 23,85 meter
1

LAMPIRAN
4.2 Hasil Perhitungan

TABEL 4.1 HASIL PERHITUNGAN ILMU UKUR TAMBANG

Nomor Horizontal Vertikal HS SD VD HD


Azimuth L R YKoordinat
IS FS/ (Angle Right) FS (m) (m) (m) (m) Absis Ordinat
BS
HI Detil (O) () () (O) () () (O) () () FS FS FS FS FS FS X Y Z
9754731
822473
S 230 0 0 0
A 1 1,44 0,6 0,6 3,1 0 3,1 -2,375 -1,993 822470,625 9754729,007
1,16
1 229 46 10 179 46 10 0 0 0
S 2 1,78 0,6 0,6 7,3 0 7,3 -5,573 -4,715 822465,052 9754724,292
1,17
1 2 227 37 10 177 51 0 0 0 0
3 1,87 0,6 0,6 8,7 0 8,7 -6,427 -5,864 822458,625 9754718,428
1,13
2

3 140 43 10 93 6 0 0 0 0
2 4 1,81 0,6 0,6 9,3 0 9,3 5,888 -7,199 822464,513 9754711,229
1,15
4 227 15 0 266 31 50 0 0 0
3 5 1,57 0,6 0,6 18,2 0 18,2 -13,365 -12,354 822451,148 9754698,875
1,35
5 317 5 50 269 50 50 0 0 0
4 6 2,17 0,6 0,6 4,9 0 4,9 -3,336 3,589 822447,812 9754702,464
1,25
6 48 4 10 270 58 20 0 0 0
5 7 1,98 0,6 0,6 3,4 0 3,4 2,529 2,272 822450,341 9754704,736
1,45
7 49 26 30 181 22 20 36 56 50
6 8 2 0,6 0,6 4,5 2,71 3,6 2,732 2,338 822453,073 9754707,074
1,45

31
DAFTAR PUSTAKA

Academia. Ilmu Ukur Tambang.


http://www.academia.edu/24754945/TUGAS_ILMU_UKUR_TAMBANG
(diakses 25 Mei 2017)

Acamedia. Buku Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tambang 2009.


http://www.academia.edu/6458764/Buku_Panduan_Praktikum_Ilmu_Ukur_T
ambang_2009 (diakses 28 Mei 2017)

Anthoe. Ilmu Ukur Tambang.


http://ermantomuchlis.blogspot.co.id/2013/05/ilmu-ukur-tambang.html
(diakses 25 Mei 2017)

Azimuthcreative. Ilmu Ukur Tambang.


http://azimuthminers.blogspot.co.id/2014/05/ilmu-ukur-tambang.html
(diakses tanggal 23 Mei 2017)

Iniblogzaidan. Dasar Teori Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tambang.


http://iniblogzaidan.blogspot.co.id/2014/03/dasar-teori-laporan-praktikum-
ilmu-ukur.html (diakses tanggal 27 Mei 2017)

Anda mungkin juga menyukai