MEDAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan bimbingan-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. dengan baik. Bersama ini perkenankanlah saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Rektor Universitas Prima Indonesia Prof. Dr. Chrismis Novalinda Ginting, M.Kes
2. Kepada Dekan FKKGIK Prof. dr. Gusbakti Rusip, M.Sc., Sp.KKLP., AIFM., AIFO-K., PKK
Semoga Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan
dalam menyelesaikan laporan penelitian ini. Kami sadar bahwa laporan penelitian ini jauh dari kata
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis ....................................................................... 4
1.5.2 Manfaat Aplikatif ................................................................. 4
BAB 5 PEMBAHASAN 29
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Gambar Halaman
Lampiran
3 Jadwal Penelitian
4 Anggaran Penelitian
Abstract
Radiography has an important role in dentistry as additional diagnostic information for case
management, starting from establishing a diagnosis, planning treatment and determining
prognosis. In generalized abnormalities or changes such as systemic disease manifestations in
the jaw, tumor expansion, generalized periodontal disease, extraoral radiographic techniques
such as panoramic radiography are the most frequently chosen techniques. As for the
examination of teeth, periapical tissue abnormalities and periodontal tissue abnormalities,
intraoral radiographs such as periapical radiographs were used. The alveolar processes are the
bones that form and support the tooth sockets (alveoli). Alveolar bone is the main support for
teeth and is a type of bone designed to accommodate teeth. In humans, the alveolar bone is
found in the mandible and maxilla. Alveolar bone lies after the periodontal tissues and the
margins of the alveolar crest are usually parallel to the amelocemental junctions at a constant
distance (1-2mm), but the relationship varies according to tooth alignment and root surface
contour. The aim of this study was to determine the accuracy of bitewing, periapical and
panoramic radiographs in the assessment of alveolar bone loss. The benefit of this study is that
it is expected to be a consideration in selecting the right type of radiograph for periodontal
examination according to indications so as to minimize the amount of radiation dose received.
The results of this study are the conclusion of this study is that the accuracy of bitewing
radiographs has the highest value, while the accuracy of panoramic radiographs has the lowest
value with a percentage ratio of accuracy between bitewing: periapical: panoramic is 90: 85: 70.
BAB 1
PENDAHULUA
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Periodontitis
Periodontitis adalah seperangkat peradangan penyakit yang mempengaruhi
periodontium yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Periodontitis
melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi jika tidak diobati
dapat menyebabkan melonggarnya jaringan periodontium serta terjadinya kehilangan
gigi. 8
Periodontitis merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yang
melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu
proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat, dan
bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan
terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta
jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut.
Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi gingiva,
pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar
sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.
Periodontitis kronis didefinisikan sebagai penyakit infeksi dikarenakan
inflamasi pada jaringan lunak dari gigi, kehilangan jaringan ikat secara progresif dan
kehilangan tulang. Definisi ini menggaris bawahi tentang tanda-tanda klinis dan
etiologi dari penyakit, susunan mikrobial plak, inflamasi periodontal dan hilangnya
jaringan ikat serta hilangnya tulang alveolar.8
Persiapan alat : 12
1. Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan
kedalam tempatnya.
2. Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.
3. Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.
4. Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan
tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat diposisikan.
Persiapan pasien :
1. Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting,
aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.
2. Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien
dan jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.
3. Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak
ada yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.
4. Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
memegang handel agar tetap seimbang.
5. Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge
6. Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke
palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.
7. Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu
dalam saat penyinaran.12
Persiapan operator : 11
1. Operator memakai pakaian pelindung.
2. Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari
Sumber x-ray ketika waktu penyinaran.
3. Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan
tidak ada pergerakan.
4. Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala
pada tempatnya.
Tulang Alveolar
Proses Resorpsi
Tulang Alveolar
Periodontitis
Indikasi
Teknik radiografi
Keuntungan dan kerugian
2.8 Kerangka Konsep
Tengkorak Kering
Pengukuran Kehilangan
Tulang Alveolar
Dibandingkan dengan
Pemeriksaan Klinis
Perbedaan Keakuratan
Radiografi Bitewing,
Periapikal dan Panoramik
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah radiograf tengkorak menggunakan
radiografi bitewing, periapikal dan panoramik.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah radiograf tengkorak menggunakan
radiografi bitewing, periapikal dan panoramik yang diperoleh dengan rumus.
Rumus
2. Z1−α/2 + Z1−β/2
𝑛 = 𝜎 2� �
(µ20 −aµ )2
maka
2. 0,892( 1,96 + 1,28 )2
𝑛=
1,252
𝑛 = 10,64
3.4.1 Variabel
1. Variabel bebas : Teknik radiografi bitewing, periapikal dan panoramik.
2. Variabel terikat : Kehilangan tulang alveolar yang diukur pada radiograf
bitewing, periapikal dan panoramik.
3.4.2 Definisi Operasional
A.B. C.
C. .
D.
Gambar 8. Cara pengukuran kehilangan tulang alveolar A. Pada tulang
B. Pada radiograf bitewing . C. Pada radiograf periapikal .
D. Pada radiograf panoramik.
HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASA
Penelitian ini menggunakan teknik intraoral yaitu bitewing dan periapikal, dan
teknik ekstra oral yaitu panoramik. Pengambilan sampel pada penelitian ini
berjumlah 33 radiograf dimana masing masing teknik radiografi dilakukan sebanyak
11 kali pengambilan radiografi. Penelitian ini mengukur kehilangan tulang alveolar
pada bagian distoaproksimal gigi molar dua kanan rahang bawah yang diukur dari
cemento enamel junction ke alveolar bone crest.
Pada penelitian ini kehilangan tulang alveolar bagian distoaproksimal gigi
molar dua kanan rahang bawah didapatkan hasil sebesar 2 mm. Pada penelitian ini,
dengan menggunakan radiografi bitewing didapatkan hasil rata-rata sebesar 2,2 mm.
Sedangkan dengan menggunakan radiografi periapikal didapatkan hasil rata-rata
sebesar 2,3 mm. Berdasarkan hal tersebut pengukuran dengan radiografi bitewing
mendapatkan nilai yang lebih akurat. Hal ini sesuai dengan penelitian Hachem et al
yang mengukur kehilangan tulang alveolar menggunakan radiografi bitewing dan
periapikal yang mendapatkan hasil bahwa radiografi bitewing memiliki nilai
keakuratan lebih mendekati pengukuran sebenarnya daripada menggunakan
radiografi periapikal dengan hasil sebesar 0,3 mm lebih kecil daripada menggunakan
radiografi periapikal.14
Hal ini berbeda dengan penelitian Pecoraro et al yang membandingkan
kehilangan tulang alveolar diukur dengan menggunakan teknik radiograf periapikal
dan bitewing secara konvesional dan digital didapatkan hasil bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kedua teknik radiograf baik secara konvensional
maupun secara digital dengan nilai perbandingan antar kedua pengukuran radiografi
digital dan konvensional berkisar antara 0,70 sampai 0,95 mm.15
Hasil dari radiografi bitewing lebih akurat untuk pengukuran kehilangan
tulang alveolar karena sudut proyeksi dilewatkan langsung pada daerah
interproksimal. Pemeriksaan ini juga efektif untuk mendeteksi adanya kalkulus pada
area interproksimal. Sumbu panjang reseptor bitewing biasanya diletakkan secara
horizontal, tetapi juga dapat diletakkan secara vertikal. 17 Hal ini sesuai dengan Corbet
et al yang menyatakan bahwa teknik radiografi bitewing vertikal dimana film
diletakkan tegak lurus keaksis panjang gigi dengan sudut 900 dapat sangat bermanfaat
untuk melihat bagaimana keadaan tulang alveolar dan kehilangan tulang alveolar.
Sedangkan untuk teknik radiografi periapikal harus menggunakan full mouth survei
dengan teknik proyeksi long cone paraleling untuk dapat menjadi standart utama
dalam penentuan diagnosis penyakit periodontal dan rencana perawatannnya.18
Hasil penelitian dengan menggunakan radiografi panoramik didapatkan hasil
sebesar 2,6 mm, hal ini menunjukkan bahwa radiografi panoramik memiliki nilai
keakuratan kurang dari radiografi bitewing. Hal ini sesuai dengan penelitian
Semenoff et al yang mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan nilai pengukuran
yang signifikan antara pengukuran dengan teknik radiograf bitewing dibandingkan
dengan panoramik. Pada kategori 0-2 mm (absence of bone loss) didapatkan nilai
pengukuran untuk radiografi bitewing memiliki nilai rata-rata sebesar 1,90 mm,
sedangkan radiografi panoramik memiliki nilai rata-rata sebesar 2,50 mm.16
Hasil penelitian dengan menggunakan radiografi periapikal didapatkan hasil
sebesar 2,3 mm, hal ini menunjukkan bahwa radiografi periapikal memiliki nilai
keakuratan yang lebih baik daripada radiografi panoramik. Hal ini sesuai dengan
penelitian Rand et all yang mengukur marginal bone level menggunakan teknik
radiografi periapikal dan panoramik, dalam lima kali pengukuran didapatkan hasil
bahwa pengukuran periapikal memiliki nilai pengukuran yang lebih stabil
dibandingkan dengan pengukuran secara panoramik.19 Sesuai dengan penelitian
Semenoff et al yang mengkategorikan pengukuran berdasarkan derajat keparahannya,
mendapatkan hasil bahwa teknik radiografi periapikal lebih akurat dibandingkan
dengan teknik radiografi panoramik.16
Hasil dari radiografi panoramik kurang akurat untuk mengukur kehilangan
tulang alveolar dibandingkan dengan teknik radiografi intra oral seperti bitewing dan
periapikal, karena pada radiografi panoramik menggunakan metode Intensifying
screen, indirect action film dan jarak dari objek ke film yang lebih besar
dibandingkan radiografi periapikal.Sinar X-ray pada radiografi panoramik diarahkan
secara oblique melalui film dibandingkan dengan pengambilan melalui sudut yang
tepat, faktor-faktor pada pengaturan film dapat mengakibatkan terjadinya distorsi
bentuk. Pada radiografi periapikal distorsi bentuk dapat diminimalisasi dengan
pengaturan film dan sudut dari cone yang tepat.20 Pada radiografi panoramik
pengaturan posisi film hanya dapat dilakukan pada kepala pasien saja hal ini sesuai
dengan Pepelassi et all yang menyatakan bahwa walaupun radiografi panoramik tidak
dapat menentukan seberapa akurat kehilangan tulang alveolar tetapi radiografi
panoramik dapat melihat kehilangan tulang alveolar secara lebih luas dibandingkan
dengan radiografi intra oral yang hanya melihat kehilangan tulang alveolar hanya
pada sebagian regio, sehingga radiografi panoramik dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar kerusakan tulang alveolar pada rongga mulut.21
BAB 6
KESIMPULAN DAN
SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah keakuratan radiografi bitewing memiliki
nilai yang paling tinggi, sedangkan keakuratan radiografi panoramik memiliki nilai
yang paling rendah dengan perbandingan persentase keakuratan diantara bitewing :
periapikal : panoramik adalah 90 : 85 : 70
6.2 Saran
1. Diharapkan pada penelitian berikutnya dapat menggunakan teknik
radiografi yang lebih akurat seperti menggunakan radiogradi CBCT atau CT scan.
2. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengukuran pada
regio yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA