Anda di halaman 1dari 67

ANALISA KADAR ANTOSIANIN TOTAL DAN UJI ANTIOKSIDAN

EKSTRAK ETANOL JANTUNG PISANG KEPOK (Musa


paradisiaca L.) DENGAN METODE KLT Dan ELISA

PROPOSAL

Oleh :

ANISA WULAN DARI


1901011299

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FALKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“Analisa Kadar Antodianin Total Dan Uji Antioksidan Ekstrak Etanol
Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Dengan Metode KLT Dan
HPLC”
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa Terima Kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta fasilitas
sehingga proposal ini dapat disusun, antara lain penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Kes, M.Sc, selaku Pembina Yayasan
Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, SE, S.Kom, M.M, M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan.
3. Dr. H. Ismail Efendi M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. apt, H. Darwin Syamsul S.Si., M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. apt, Adek Chan, S.Si, M.EM, selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. apt. Siti Fatimah Hanum, S.Si., M.Kes selaku dosen pembimbing I yang
telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama
penyusunan proposal.
7. apt. Khairani Fitri, S.Si., M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan proposal ini.
8. apt. Afriadi S.Si., M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak
memberikan kritik dan saran dalam penyusunan proposal ini.
9. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
bimbingan penulis selama pendidikan.
10. Teristimewa Buat kedua orang tua dan abang serta seluruh keluarga
tercinta yang telah memberikan dukungan baik dari segi moril, material,
dan doa sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sebagai upaya dalam penyempurnaan proposal ini.Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan
mahasiswa Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Medan, Juni 2023


Penyusun

Anisa Wulan Dari

i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 2
1.3 Hipotesis.......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian............................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian........................................................... 3
1.6 Kerangka Konsep............................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5


2.1 Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.)................ 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman............................................... 5
2.1.2 Morfologi Tanaman............................................... 6
2.1.3 Kandungan Kimia.................................................. 8
2.2 Simplisia.......................................................................... 8
2.2.1 Pengolahan Simplisia............................................. 8
2.3 Ekstraksi.......................................................................... 11
2.4 Pengertian Antosianin...................................................... 14
2.4.1 Metode Penentuan Kadar Antosianin..................... 15
2.5 Pengertian Antioksidan.................................................... 15
2.5.1 Penggolongan Antioksidan.................................... 16
2.6 Pengertian Fraksinasi....................................................... 17
2.6.1 Metode Fraksinasi.................................................. 17
2.7 Pengertian Nanopartikel.................................................. 18
2.7.1 Metode Pembuatan Nanopartikel........................... 19
2.8 Skrining Fitokimia........................................................... 20
2.8.1 Karakteristik Fitokimia.......................................... 16

BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 20


3.1 Jenis Penelitian................................................................ 20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................... 20
3.2.1 Lokasi Penelitian.................................................... 20
3.2.2 Waktu Penelitian.................................................... 20
3.3 Sampel Penelitian............................................................ 20
3.4 Alat dan Bahan Penelitian............................................... 21
3.4.1 Alat Penelitian........................................................ 21
3.4.2 Bahan Penelitian..................................................... 21

2
3.5 Prosedur Kerja................................................................. 21
3.5.1 Sampel Penelitian................................................... 21
3.5.2 Determinasi sampel Uji.......................................... 22
3.5.3 Pembuatan Simplisia.............................................. 22
3.5.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Jantung Pisang Kepok
(Musa paradisiaca L.)............................................ 22
3.6 Skrining Fitokimia........................................................... 27
3.7 Pembuatan Fraksinasi...................................................... 28
3.8 Pembuatan Nanopartikel Perak........................................ 29
3.8.1 Pembuatan Larutan AgNO3................................... 29
3.8.2 Optimasi Konsentrasi Larutan AgNO3.................. 29
3.8.3 Sintesis Nanopartikel Perak................................... 29
3.8.4 Uji PSA (Particle Size Analizer)............................ 30
3.9 Penentuan Kadar Antosianin Total Kelopak Jantung
Pisang Kepok................................................................... 30
3.9.1 Pembuatan Larutan pH 1,0 dan pH 4,5.................. 30
3.9.2 Penentuan λ Maksimum Ekstrak............................ 30
3.9.3 Penetapan Kadar Antosianin Total dengan
Metode pH Differensial.......................................... 25
3.9.4 Pengukuran dan Perhitungan Konsentrasi
Antosianin Total..................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 29

3
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian................................................. 4
Gambar 2.1. Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) (11).............. 5

4
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan Pembuatan Simplisia............................................ 32


Lampiran 2. Skema Proses Ekstraksi Jantung Pisang Kepok (Musa
paradisiaca L.)................................................................ 33
Lampiran 3. Skema pengujian skrining fitokimia................................ 34
Lampiran 4. Skema Penentuan Kadar Antosianin Total...................... 36
Lampiran 5. Skema Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode DPPH 37
Lampiran 6. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi............................. 39
Lampiran 7. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing I................... 40
Lampiran 8. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing II.................. 41

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman pisang hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan, terutama

buah pisang dan daun pisang yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sedangkan bagian lain dari tanaman ini masih terbatas pemanfaatannya, misalnya

seperti jantung pisang. Jantung pisang memiliki nilai gizi yang cukup baik, tetapi

di Indonesia masih kurang dalam pemanfaatan olahan dari jantung pisang (1).

Jantung pisang kepok merupakan bunga yang dihasilkan oleh pohon

pisang yang berfungsi untuk menghasilkan buah pisang. Kelebihan jantung pisang

adalah sebagai sumber antosianin, tanaman pisang tumbuh sepanjang tahun dan

mudah dibudidayakan. Jantung pisang kepok mengandung flavonoid dan fenolik

yang berpotensi sebagai antioksidan (2).

Antosianin merupakan golongan senyawa kimia organik yang dapat larut

dalam pelarut polar, serta bertanggung jawab dalam memberikan warna oranye,

merah, ungu, biru, hingga hitam pada tumbuhan tingkat tinggi seperti bunga,

buah-buahan, biji-bijian, sayuran dan umbi-umbian. Antosianin dalam tumbuhan

berada dalam bentuk aglikon yang dikenal sebagai antosianidin dan antosianin

dalam bentuk glikon sebagai gula yang diikat secara glikosidik membentuk ester

dengan monosakarida (3).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda atau mencegah

terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid dalam konsentrasi

yang lebih rendah dari substrat yang dapat dioksidasi. Antioksidan bereaksi

1
2

dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal bebas untuk

menimbulkan kerusakan (4). Senyawa antioksidan yang dihasilkan dari tumbuhan

seperti vitamin C, vitamin E, karoten, golongan fenol terutama polifenol dan

flavonoid diketahui berpotensi menangkal radikal bebas (5).

Menurut penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kandungan

antosianin total jantung pisang kepok sebesar 32 mg antosianin/100 gram bb, dan

meneliti kandungan antosianin total jantung pisang kepok sebesar 4,67 mg

antosianin/100 gram bb (6). Berdasarkan penelitian sebelumnya, pada uji aktivitas

antioksidan dari ekstrak etanol jantung pisang kepok (Musa paradisiaca L.)

diperoleh nilai IC50 pada ekstrak etanol jantung pisang kepok sebesar 13,11 ppm.

Hal ini menunjukkan aktivitas antioksidan yang sangat kuat (7).

Pada penelitian ini peneliti menguji aktivitas antioksidan menggunakan

metode KLT dan ELISA. Pemilihan metode KLT dikarenakan penggunaan

kromatografi lapis tipis (KLT) dapat menghasilkan pemisahan yang lebih

sempurna, kepekaan yang lebih tinggi dan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat

(8). Sedangkan pemilihan metode ELISA dikarenakan memiliki teknik pengerjaan

yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi (9).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Analisa Kadar Antosianin Total Dan Uji Antioksidan Ekstrak

Etanol Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) Dengan Metode KLT DAN

ELISA ”
3

1.1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapakah kadar total antosianin pada ekstrak etanol jantung pisang

kepok (Musa paradisiaca L.) ?

2. Berapa konsentrasi IC50 dan hasil uji KLT ekstrak etanol pada jantung

pisang kepok (Musa paradisiaca L.) ?

1.2 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Kadar total antosianin ekstrak etanol jantung pisang kepok (Musa

paradisiaca L.)

2. Konsentrasi IC50 dan hasil uji KLT ekstrak etanol pada jantung pisang

kepok (Musa paradisiaca L.).

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis penelitian diatas, maka tujuan penelitian adalah

untuk :

1. Untuk mengetahui kadar total antosianin ekstrak etanol jantung pisang

kepok (Musa paradisiaca L.)

2. Untuk mengatahui konsentrasi IC50 dan hasil uji KLT ekstrak etanol pada

jantung pisang kepok (Musa paradisiaca L.)


4

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Memberikan informasi kepada peneliti maupun pembaca tentang kadar

antosianin total pada ekstrak etanol jantung pisang kepok (Musa

paradisiaca L.)

2. Dapat menjadi bahan referensi dalam memilih metode yang efektif untuk

jantung pisang (Musa paradisiaca L.) sebagai antioksidan

1.5 Kerangka Konsep

Bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Uji Kadar Antosianin Kadar Antosianin


Menggunakan Metode pH
Differensial

Ekstrak etanol
jantung pisang
kepok (Musa
paradisiaca L)

Uji Antioksidan Nilai IC50 Menggunakan


Metode KLT dan ELISA
5

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Penelitian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.)

Jantung pisang adalah bagian pisang yang menghasilkan pertumbuhan

memanjang untuk membentuk rangkaian bunga. Rangkaian kelopak jantung

pisang terdiri atas beberapa baris bunga yang masing-masing ditutupi dengan

kelopak. Bagian ini berwarna merah keunguan. Jantung pisang sering

dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat (10).

Gambar 2.1. Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.) (11).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Dalam sistematika tumbuhan, jantung pisang kepok atau dengan nama lain

Musa paradisiaca L. dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Superdevisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

6
7

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Species : Musa paradisiaca L.

Nama Lokal : Jantung pisang kepok (12).

2.1.2 Morfologi Tanaman

Pisang adalah jenis buah yang memiliki nama latin Musa paradisiaca L

yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia) yang merupakan

salah satu tanaman holtikultura yang buahnya banyak digemari dan dikonsumsi

oleh masyarkat Indonesia khususnya (13). Pisang merupakan tanaman rakyat yang

dapat tumbuh hampir diseluruh tipe argoekosistem, hampir tidak ada daerah

Indonesia yang tidak terdapat tanaman pisang sehingga tanaman ini menduduki

posisi pertama dalam hal luas bila dibandingkan dengan taman buah lainnya (10) .

Secara morfologi, organ-organ kelopak jantung pisang diterangkan sebagai

berikut :

1. Bonggol

Bonggol adalah bagian bawah batang pisang yang menggembung berupa

umbi (13). Pada bonggol memiliki mata tunas dan menghasilkan rhizome

pendek dan akar (anakan) dekat pohon induk selanjutnya akan tumbuh

menjadi tanaman pisang. Bonggol kerap digunakan sebagai obat

tradisional (14).
8

2. Batang Pisang

Pisang aadalah tumbuhan yang unik. Batang yang sebenarnya justru

disebut umbi atau rimpang, sedangkan batang semu (palsu) kerap dianggap

sebagai batang sungguhan. Batang semu berwarna hijau, tidak bercabang

dengan ketingggian mencapai 6-7,5 meter. Batang semu terbentuk oleh

tumpang tindih padat pelepah daun yang tumbuh dari batang bawah tanah

hingga mencapai ketebalan 20-50cm (10).

3. Jantung Pisang (Bunga Pisang)

Jantung pisang adalah batang pisang yang menghasilkan pertumbuhan

memnjang untuk membentuk rangkaian bunga (10). Bunga pisang adalah

bunga yang sempurna, yang memiliki benang sari dan putik. Pada

umumnya bunga pisang mekar ditandai dengan membukanya (kelopak

bunga) pada tiap 1-2 hari sekali selama 7-10 hari (14). Kelopak jantung

pisang berwarna merah keunguan (10).

4. Buah Pisang

Buah pisang berasal dari perkembangan masing-masing bunga pisang.

Seluruh individu buah yang berkembang dari barisan bunga dalam satu

kelopak disebut sisir, sedangkan seluruh individu buah yang berkembang

dari satu rangkaian bunga disebut tandan. Buah pisang berkulit hijau pada

saat muda dan berubah menjadi kuning atau tetap hijau, namung ada juga

yang merah ketika tua (10).


9

2.1.3 Kandungan Kimia

jantung pisang kepok (Musa paradisiaca L.) mengandung flavonoid dan

fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan (15). Antioksidan yang terdapat pada

jantung pisang kepok dipercaya dapat menstabilkan radikal bebas. Kelopak

jantung pisang kepok juga mengandung senyawa Antosianin, yaitu suatu pigmen

alami berwarna merah keunguan (2).

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan alam

yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga, yaitu simplisia nabati,

simplisia hewani, dan simplisia pelicin (mineral). Simplisia nabati adalah

simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan dan eksudat tanaman

(16).

Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman

atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang

dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum belum berupa

zat kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian

hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia murni.

Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah atau

belum, tidak berupa zat kimia murni (16).

2.2.1 Pengolahan Simplisia

Cara pembuatan simplisia ada beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan

baku, sortasi basah, pencucian bahan, perajangan, pengeringan dan sortasi kering.
10

1. Pengumpulan Bahan Baku

Pengumpulan bahan baku memiliki berbagai cara tergantung pada bagian

tanaman yang digunakan. Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat

pemanenan, waktu panen dan lingkungan tempat tumbuh. Bagian tanaman

yang diambil antara lain : kulit batang, batang, kayu, daun, bunga, pucuk,

akar, rimpang, buah, biji, kulit buah dan bulbus (17).

2. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang

dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,

kerikil, rumput, batang, daun, akar yang sudah rusak, serta kotoran lain

harus dibuang (17).

3. Pencucian Bahan

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang

melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih

misalnya dari mata air, air sumur atau air PAM. Simplisia yang

mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian

agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin (17).

4. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan, pengepakan dan gilingan. Tanaman yang baru diambil jangan

langsung dirajang tetapi dijemur lebih dalam keadaan utuh selama satu
11

hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang

khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang

dikehendaki (17).

5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan

dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan simplisia

dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu

alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan

adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu

pengeringan dan luas permukaan bahan (17).

6. Sortasi Kering

Tujuan sortasi kering yaitu untuk memisahkan benda-benda asing seperti

bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran

lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini

dilakukan sebelum simplisia dibungkus kemudian disimpan (17).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari

jaringan tumbuhan maupun hewan. Sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-

bahan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan pada derajat kehalusan

tertentu. Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kering, kental,

atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati,
12

simplisia hewani atau simplisia mineral menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(18).

Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu:

1. Cara Dingin

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan cara perendaman

menggunakan pelarut organik dengan sesekali pengadukan pada suhu

ruangan. Maserasi yang dilakukan pengadukan secara terus-menerus

disebut maserasi kinetik sedangkan yang dilakukan pengulangan

penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat

pertama dan seterusnya disebut remaserasi (19).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan alat

perkolator dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian

sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses

perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara,

tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-

menerus sampai diperoleh perkolat (18) .

2. Cara panas

a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan
13

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses

pada residu pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi

sempurna (20).

b. Digesti

Digesti adalah proses maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada

temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum

dilakukan pada temperatur 40-50°C. Teknik digesti dilakukan terutama

untuk bahan-bahan simplisia dengan kandungan zat aktif yang relatif tahan

terhadap panas. Pemanasan yang cukup tinggi akan mampu mendukung

proses pelarutan zat penyari, yang dilain sisi proses pemanasan ini juga

mampu meningkatkan terjadinya difusi kedalam sel (19).

c. Sokletasi

Sokletasi adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru,

dilakukan dengan menggunakan alat khusus yaitu soklet sehingga terjadi

ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya

pendingin balik, pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin,

kemudian jatuh membasahi sampel (20).

d. Infudasi

Infudasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan dengan penyarian

menggunakan pelarut air pada temperature penangas air 96-98°C selama

waktu tertentu (20).


14

e. Dekoktasi

Dekoktasi adalah mekanisme ekstraksi yang dilakukan dengan prinsip

sebagaimana pada metode infus namun dengan waktu yang lebih lama

(bisa selama 30 menit) dan temperatur sampai pada titik didih. Simplisia

dimasukan kedalam panci lalu ditambahkan air dalam jumlah tertentu (19).

2.4 Pengertian Antosianin

Antosianin yang merupakan zat warna alami golongan flavonoid dengan

tiga atom karbon yang diikat oleh sebuah atom oksigen untuk menghubungkan

dua cincin aromatik benzene (C 6H6) di dalam struktur utamanya, berasal dari

bahasa Yunani yang berarti bunga biru. Antosianin mempunyai karakteristik

kerangka karbon (C6C3C6) dengan struktur dasar antosianin adalah 2-fenil-

benzofirilium dari garam flavilium (21) .

Antosianin merupakan salah satu pewarna alami yang dapat dijadikan

sebagai pewarna yang aman. Sebagai pewarna alami, kestabilan antosianin sangat

dipengaruhi oleh pH, suhu, cahaya, oksigen, asam askorbat, gula, enzim dan ion

logam. Pigmen ini termasuk golongan senyawa flavonoid, yang paling tersebar

luas dalam tumbuhan, penyebabnya hampir semua warna merah pada daun,

bunga, dan buah pada tumbuhan tingkat tinggi (6).

Antosianin termasuk kedalam senyawa fenolik dan memberikan warna

alami yang terdapat pada buah, bunga, daun dan sayuran. Dan terbagi kedalam

tiga bagian utama yaitu antosianidin, aglikon dan glukosida. Selain itu, senyawa

antosianin merupakan senyawa yang termasuk kedalam golongan flavonoid, yang


15

memiliki fungsi sebagai antioksidan yang diyakini dapat menyembuhkan penyakit

degeneratif (22).

2.4.1 Metode Penentuan Kadar Antosianin

Penentuan kandungan antosianin dilakukan menggunakan metode pH

differensial yang didasarkan pada perubahan struktur antosianin yang kromofor

antara pH 1,0 dan pH 4,5. Pada pH 1,0 antosianin berada pada bentuk kation

flavilium atau oxonium berwarna. Sedangkan pada pH 4,5, antosianin berada

pada bentuk karbinol atau hemiketal tak berwarna. Prinsip tersebut menghasilkan

pengukuran total kandungan antosianin cukup akurat dan tepat (23).

2.5 Pengertian Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau meredam dampak

negatif dari oksidasi yang ada dalam tubuh. Dampak negatif dari oksidasi ini

berupa radikal bebas berbentuk metabolit oksidatif yang berasal dari hasil

reaksireaksi kimia dan proses metabolit yang terjadi didalam tubuh. Antioksidan

bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya pada senyawa oksidan

sehingga dapat menghambat aktivitas senyawa oksidan (12). Antioksidan dapat

berupa enzim (misalnya superoksida dismutase, katalase, dan glutation

peroksidase), vitamin (misalnya vitamin A,C, E dan beta-karoten) dan senyawa

non enzim (misalnya flavonoid, albumin, bilirubin, seruloplasmine dan lain-lain)

(24).

Antioksidan merupakan substansi nutrisi maupun non nutrisi yang

terkandung dalam bahan pangan, yang mampu mencegah atau memperlambat

terjadinya kerusakan oksidatif dalam tubuh. Antioksidan merupakan senyawa


16

pemberi elektron (elektron donor) atau reduktan/reduktor. Antioksidan mampu

menghambat reaksi oksidasi dengan cara mengikat radikal bebas dan molekul

yang sangat reaktif sehingga kerusakan sel dapat dicegah. Senyawa ini

mempunyai berat molekul kecil tapi mampu menginaktivasi reaksi oksidasi

dengan mencegah terbentuknya radikal (24).

2.5.1 Penggolongan Antioksidan

Antioksidan berdaasarkan mekanisme kerjanya dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu:

1. Antioksidan primer

Antioksidan primer merupakan antioksidan yang berfungsi menghambat

atau memutuskan mekanisme radikal bebas pada proses autooksidasi,

dimana antioksidan ini berperan sebagai donor hidrogen dan dapat juga

berperan sebagai aseptor elektron (25).

2. Antioksidan sekunder

Antioksidan sekunder bekerja menurunkan kecepatan reaksi inisiasi

melalui berbagai mekanisme, seperti melalui ikatan logam-logam,

penangkapan oksigen, penguraian hidroperoksida melalui produk-produk

non radiasi, penyerapan radiasi ultraviolet deaktivasi single oksigen.

Contohnya asam sitrat, asam askorbat (25).

3. Antioksidan tersier

Antioksidan tersier bekerja memperbaiki kerusakan sel-sel dan jaringan

yang disebabkan oleh radikal bebas. Contohnya adalah enzim metionin,

sulfoksidan reduktase yang memperbaiki DNA (25).


17

2.6 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan tahap dalam suatu penelitian yang bertujuan

untuk mengidentifikasi atau memberikan gambaran senyawa bioaktif atau

golongan senyawa sekunder yang terkandung dalam tanaman. Metode ini

digunakan karena lebih sederhana, cepat dan hanya membutuhkan peralatan dan

reagen sederhana serta khas untuk suatu golongan senyawa memiliki batas limit

deteksi yang cukup lebar atau dapat mendeteksi pada konsentrasi yang cukup

kecil (26).

Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian

warna menggunakan suatu pereaksi tertentu sesuai dengan senyawa sekundernya.

Hal penting yang berperan dalam skrining firokimia adalah pemilihan pelarut

dengan metode ekstraksi. Pengujian fitokimia pada beberapa tanaman obat untuk

menghasilkan ekstrak tanaman dilakukan dengan menggunakan pelarut air,

methanol, etanol dan aseton (26).

2.6.1 Karakteristik Fitokimia

Untuk mengetahui karakteristik suatu senyawa dalam tumbuhan dilakukan

dengan beberapa uji, yaitu :

a. Uji Alkaloid

Ekstrak jantung pisang kepok ditimbang 0,5 gram, tambahkan 1 ml asam

klorida 2 N dan 9 ml, panaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan

dan saring. Pindahkan 3 tetes filtrat dalam tabung reaksi tambahkan 2 tetes

bouchardat. Jika terdapat endapan maka sampel mengandung alkaloid (27).

b. Uji Flavonoid
18

Ekstrak jantung pisang kepok ditimbang sebanyak 1 ml diuapkan hingga

kering kemudian sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 95%, kemudian

ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 tetes HCl pekat, jika membentuk

warna merah jingga sampai merah unggu menunjukkan adanya flavonoid (27).

c. Uji Saponin

Ditimbang 0,5 g ekstrak jantung pisang kepok, masukan kedalam tabung

reaksi lalu ditambahkan dengan 10 ml air panas, dinginkan. Kemudian kocok

kuat selama sampai semua bagian ekstrak terendam dan kemudian dikocok kuat-

kuat selama 10 menit. Jika terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang dari

10 menit, setinggi 1 cm – 10 cm, setinggi 1 cm – 10 cm. Pada penambahan 1 tetes

asam klorida 2 N, buih tidang hilang maka menunjukan adanya senyawa saponin

(27).

d. Uji Glikosida

Masukkan 0,1 ml larutan sampel dalam tabung reaksi, uapkan di atas

penangas air. Pada sisa tambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish LP. Tambahkan 2

ml asam suslfat P. Terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan,

menunjukkan ada ikatan gula (reaksi Molish) (28).

2.7 Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis merupakan suatu metode identifikasi secara

kualitatif dari suatu sampel. Prinsip dari KLT adalah adsorpsi dan pastisi.

Sebelum dilakukan penotolan sampel, fase diem, harus diaktifkan dengan cara

dipanaskan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 110 0 C selama 15 menit. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan daya absorpsi dari fase diam. Dalam pemantauan
19

KLT dilakukan juga penjenuhan pengembangan menggunakan kertas saring

dengan tujuan mencegah terjadinya penguapan pelarut (29).

2.8 Metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) yang diuji menggunakan

alat Diatek DR-200Bc ELISA Microplate Reader adalah alat pembaca plat ELISA

untuk mendeteksi kandungan biologis, kimia, atau kejadian fisik dalam sample

pada microplate. Dengan rentang panjang gelombang 400-800 nm menjadikan

alat ini solusi alat pembacaaan ELISA yang memiliki high-performance (30).

Secara garis besar ada dua jenis Teknik ELISA yaitu kompetetitif dan non

kompetitif. Teknik kompetitif menggunakan konjugat antibodi-enzim atau antigen

-enzim. Teknik non kompetitif menggunakan antibodi primer dan sekunder.

Antibodi sekunder pada Teknik nonkompetitif dikonjugasikan dengan anzim yang

berfungsi sebagai signal (9).

2.9 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis ataupun spektrofotometer ultraviolet-sinar

tampak menggunakan cahaya dengan panjang gelombang 180-380 nm pada UV

dan panjang gelombang 380-780 nm pada visible sinar tampak. Spektrofotometer

jenis ini terdiri dari was berkas tunggal (single beam) serta berkas rangkap

(double beam). Pada spektrofotometer UV-VIS, zat diukur dalam bentuk larutan.

Analit yang dapat diukur dengan spektrofotometer sinar tampak adalah analit

berwarna. Analit berwarna adalah analit yang memiliki sifat menyerap cahaya

secara alami (31).


20

2.10 Nilai IC50

IC50 (Inhibition Concentration) adalah konsentrasi suatu zat antioksidan

yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilagan karakter radikal atau konsentrasi

suatu zat antioksidan yang memberikan % penghambatan 50%. Suatu zat yang

mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai nilai IC 50 yang rendah

(32). Suatu senyawa dikatakan memiliki aktivitas antioksidan jika nilai IC 50

kurang dari 50 ppm, kelompok kuat IC50 antara 50-100 ppm, kelompok sedang

jika nilai IC50 101-150 ppm, kelompok lemah jika nilai IC50 antaran 150-200 ppm

(33).
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimental

(eksperimental research). Penelitian eksperimental adalah suatu penelitian dengan

melakukan kegiatan percobaan (eksperiment), yang bertujuan untuk mengetahui

gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu

atau eksperiment tersebut. Ciri khusus dari penelitian eksperiment adalah adanya

percobaan atau trial atau intervensi terhadap suatu variabel. Dari perlakuan

tersebut diharapkan terjadi perubahan atau pengaruh terhadap variabel yang lain.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Sediaan Semi Solid, dan

laboratorium penelitian Institut Kesehatan Helvetia Medan, Depertemen Biologi

FMIPA Universitas Sumatera Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada Juli s/d Oktober 2023.

3.3 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu tanpa

membandingkan dengan tumbuhan lain yang sama dari daerah lain. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak jantung pisang kepok (Musa

21
22

paradisiaca L.) jantung pisang kepok yang diperoleh yaitu di jalan Setia Budi

komplek Pondok Surya didepan blok 3 Helvetia Timur, Medan, Sumatera Utara.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital,

alat-alat gelas laboratorium, alat maserasi, kertas perkamen, belender, ayakan

mesh 40, cawan porselin, gelas ukur, labu ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, batang

pengaduk, pipet tetes, oven, tanur, blender, tabung volumeritrik, magnetic stirer,

vortex, autoklaf, rotary evaporator, lempeng KLT alumunium silika gel , bejana

kromatografi, spektrofotometer UV-Vis, dan Diatek DR-200Bc – ELISA

Microplate Reader.

3.4.2 Bahan Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

kelopak jantung pisang kepok (Musa Paradisiaca L.), etanol 70%, etanol p.a

aquadest, asam klorid, serbuk mg, HCl, KCL, AgNO 3, quersetin, mayer,

dragendorff, bouchardat dan DPPH.

3.5 Prosedur Kerja

3.5.1 Sampel Penelitian

Sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kelopak jantung

pisang kepok (Musa paradisiaca L.) yang berciri-ciri ukuran buahnya besar,

panjang 10-20 cm dan beratnya 80-120 gram, berbentuk oval berwarna merah

keunguan mempunyai banyak lapisan kulit.


23

3.5.2 Determinasi sampel Uji

Sebelum melakukan penelitian, kelopak jantung pisang kepok yang akan

digunakan dilakukan identifikasi tanaman terlebih dahulu. Identifikasi tanaman

bertujuan untuk menentukan nama yang tepat dalam sistem klasifikasi, sehingga

tanaman yang digunanakan dalam penelitian sesuai dengan apa yang dimaksud

oleh peneliti. Identifikasi tanaman dilakukan di laboratorium herbarium medan

Universitas Sumatera Utara.

3.5.3 Pembuatan Simplisia

Bagian jantung pisang kepok yang diambil adalah kulit luar (kelopak).

Kelopak jantung pisang kepok ditimbang sebanyak 10 kg. Kemudian disortasi

basah untuk memisahkan dari kotoran-kotoran atau bahan asing lainnya, setelah

dibersihkan kelopak jantung pisang kepok diiris tipis-tipis dengan ketebalan 3-5

mm. Lalu dikeringkan dengan cara dikeringkan didalam lemari pengering dengan

suhu 500 C hingga kering dan rapuh. Selanjutnya simplisia kering di blender dan

diayak sampai menjadi serbuk dan ditimbang, disimpan dalam wadah yang

terlindungi dari sinar matahari sebelum dilakukan proses ekstraksi.

Bobot sampel basah−bobot sampel kering


susut pengeringan= x 100 %
bobot sampel basah

3.5.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca


L.)

Metode ekstraksi yang dilakukan adalah dengan cara maserasi yaitu

dengan memasukkan 500 gram serbuk kering simplisia ke dalam botol kemudian
24

ditambahkan etanol 70% kedalam botol 3750 ml (75%) hingga serbuk simplisia

terendam. Tutup dengan alumunium foil dan didiamkan sambil diaduk sesekali

kemudian biarkan selama 5 hari. Setelah 5 hari perendaman lakukan penyaringan

menggunakan kertas saring sehingga menghasilkan filtrat dan residu. Kemudian

dilanjutkan proses perendaman menggunakan residu dan etanol 70% sebanyak

1250 ml (25%). Tutup dengan alumunium foil dan didiamkan sambil diaduk

sesekali kemudian biarkan selama 2 hari. Lalu lakukan penyaringan menggunakan

kertas saring sehingga menghasilkan filtrat, kemudian gabungkan hasil filtrat

kemudian uapkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


%Rendemen = x100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘𝑠𝑖 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

3.6 Skrining Fitokimia

Skrining fitkimia terdiri dari identifikasi alkaloid, flavonoid, saponin, dan

tanin.

a. Uji Alkaloid

Ekstrak jantung pisang kepok ditimbang 0,5 gram, tambahkan 1 ml asam

klorida 2 N dan 9 ml, panaskan diatas penangas air selama 2 menit,

didinginkan dan saring. Pindahkan 3 tetes filtrat dalam tabung reaksi

tambahkan 2 tetes bouchardat. Jika terdapat endapan maka sampel

mengandung alkaloid (27).

b. Uji Flavonoid

Ekstrak jantung pisang kepok ditimbang sebanyak 1ml diuapkan hingga

kering kemudian dilarutkan sisanya dalam 1 ml etanol 95%, kemudian


25

ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 10 tetes HCl pekat, jika

membentuk warna merah jingga sampai merah unggu menunjukkan

adanya flavonoid (27).

c. Uji Saponin

Ditimbang 1 ml ekstrak jantung pisang kepok, masukan kedalam tabung

reaksi lalu ditambahkan dengan 10 ml air panas, dinginkan. Kemudian

kocok kuat selama sampai semua bagian ekstrak terendam dan kemudian

dikocok kuat-kuat selama 10 menit. Jika terbentuk buih yang mantap

selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm – 10 cm, setinggi 1 cm –

10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih tidang hilang

maka terbentuk senyawa saponin (27).

d.Uji Senyawa Terpenoid/ steroid

0,5 gram serbuk simplisia dimaserasi dengan 10 ml n-heksan selama 1 jam

lalu saring, filtrat yang diperoleh diuapkan, sisa filtrat ditambahkan dengan 10

tetes pereaksi asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Lalu diamati

perubahan yang terjadi apabila serbuk positif mengandung steroid maka akan

ditandai dengan terbentuknya warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru

hijau (26).

3.7 Penentuan Kadar Antosianin Total Kelopak Jantung Pisang Kepok

3.7.1 Pembuatan Larutan pH 1,0 dan pH 4,5

Larutan pH 1,0. Sebanyak 0,465 gram KCl dilarutkan dengan aquades

dalam tabung volumetrik 250 ml sampai batas. Tambahkan HCl sampai pH

mencapai 1,0 ± 0,1. Larutan pH 4,5. Sebanyak 8,2 gram natrium asetat dilarutkan
26

dengan aquades dalam tabung volumetrik 250 ml sampai batas. Tambahkan

larutan HCl sampai pH 4,5 ± 0,1 (22).

3.7.2 Penentuan kadar Antosianin Total

Ekstrak ditimbang sebanyak 25 mg, dilarutkan dalam 5,0 ml etanol 70%

yang sudah ditambahkan HCl 1%. Sebanyak 1,0 ml larutan ekstrak ditambahkan

5,0 ml dalam vial 1 ditambahkan larutan dapar KCl pH 1,0 dan vial 2

ditambahkan larutan dapar natrium asetat pH 4,5 aduk hingga larut. Kemudian

dibuat larutan seri dengan cara pengenceran larutan dengan konsentrasi 5 ppm, 10

ppm, 15 ppm. Larutan didiamkan selama 30 menit – 1 jam (operating time).

Masing-masing larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal

700 nm dengan blanko pelarut metanol dapar KCl dan natrium asetat (22).

3.7.2 Analisa Data

Perhitungan absorbansi larutan sampel (A) dengan perhitungan sebagai

berikut:

A = (A510 – A700)PH1 – (A510 – A700)PH4,5

Sehingga dapat dimasukkan dalam rumus :

( A x BM x FP x 1000)
Kadar Antosianin (mg/L) =
εxL

Dimana :

A = absorbansi sampel yang telah dilarutkan


27

ε = Absortvitas molar antosianin = 26.900 L/ (mol.cm)

FP = Faktor Pengenceran

MW = Berat Molekul Sianidin-3-glukosida = 449,2 g/mol

L = Lebar Kuvet = 1 cm

1000 = Faktor g ke mg

3.8 Pengujian Antioksidan Kelopak Jantung Pisang Kepok Metode KLT


Dan ELISA

3.8.1 Tahap Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kelopak


Jantung Pisang Kepok menggunakan KLT

Tahap uji kualitatif aktivitas ekstrak etanol kelopak jantung pisang kepok

adalah sebagai berikut: fase diam berupa silica gel GF 60 dan fase gerak yang

berisi eluen N-heksan : etil asetat (8 : 2) dijenuhkan terlebih dahulu didalam

chamber. Ekstrak etanol kelopak jantung pisang kepok dilarutkan dalam etanol

70%. Selanjutnya ditotolkan pada plat KLT, dibiarkan sebentar sampai

mengering. Kemudian disemprotkan larutan DPPH 0,004% pada plat KLT,

dibiarkan selama 30 menit. Kemudian lempeng KLT dengan sinar UV 254 nm

(34). Hasil positif pada uji ini yaitu dengan terbentuknya warna kuning dengan

latar belakang ungu atau biru pada spot noda yang disemprotkan pereaksi DPPH

(35).

3.8.2 Tahap Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Ekstrak Etanol Kelopak


Jantung Pisang Kepok Menggunakan Metode ELISA

1. Pembuatan larutan DPPH


Di buat larutan DPPH 40 ppm dengan cara ditimbang 2 mg serbuk
DPPH dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL yang dilapisi dengan
alluminium foil lalu dilarutkan dengan sebagian etanol kemudian dikocok
28

hingga homogen. Setelah serbuk DPPH larut dengan sempurna cukupkan


pelarut hingga batas kemudian kocok hingga homogen (36).
2. Optimasi panjang gelombang maksimum DPPH
Penentuan panjang gelombang maksimum DPPH dilakukan
menggunakan alat DR-200Bc – ELISA Microplate Reader bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar panjang gelombang yang dapat diabsorpsi oleh
senyawa DPPH. Penentuan panjang gelombang maksimum DPPH
dilakukan dengan cara dipipet 2 ml larutan DPPH ke dalam vial
ditambahkan etanol p.a sebanyak 2 ml, lalu larutan dihomogenkan dan vial
ditutup dengan alluminium foil. Kemudian tentukan absorbansinya dengan
Diatek DR-200Bc – ELISA Microplate Reader pada panjang gelombang
400-800 nm (36).
3. pembuatan larutan uji ekstrak
Larutan uji ekstrak dibuat larutan induk 1000 ppm dengan cara
menimbang ekstrak etanol jantung pisang kepok sebanyak 10 mg
kemudian dilarutkan dengan etanol 70% sambal diaduk hingga homogen
dan dicukupkan hingga 10 ml. Agar ekstrak dapat larut dengan maksimal
pelarutan ekstrak dapat dibantu dengan getaran ultrasonik. Selanjutnya
dibuat larutan seri dengan cara dilakukan pengenceran pada larutan induk
dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm
dengan cara memipet larutan pada volume tertentu dan ditambahkan
dengan etanol p.a hingga memperoleh konsentrasi larutan uji akhir untuk
masing-masing ekstrak (36).
4. pembuatan larutan pembanding kuersetin
Larutan pembanding kuersetin dibuat dengan konsentrasi 100 ppm
dengan cara ditimbang 1 mg kuersetin dimasukkan ke dalam labu ukur 10
ml yang dilarutkan dengan etanol p.a sebanyak 5 ml lalu dikocok hingga
homogen, dicukupkan dengan etanol hingga tanda batas. Kemudian dibuat
larutan seri dengan cara pengenceran larutan uji pembanding kuersetin
dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm dengan cara
dipipet sebanyak 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml, dan 0,25 ml dari larutan
29

induk dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml dilarutkan dengan etanol p.a


hingga tanda batas (36).
5. optimasi waktu inkubasi kuersetin
Optimasi waktu inkubasi dilakukan untuk menentukan waktu yang
dibutuhkan sampel bereaksi secara maksimal. Optimasi waktu inkubasi
dilakukan dengan cara memipet sebanyak 1 ml dari masing-masing larutan
kuersetin dengan konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm,
kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan DPPH. Selanjutnya dilakukan
pengukuran absorbansi dimulai dari menit ke-0 hingga menit ke-60
dengan selang waktu 10 menit pada panjang gelombang 515 nm. Waktu
inkubasi yang terjadi pada setiap sampel bisa berbeda karena karakteristik
dalam sampel berbeda terutama pada aktivitas antioksidan (36).
6. Pengukuran aktivitas antioksidan larutan kuersetin dan larutan uji
ekstrak etanol jantung pisang kepok
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan cara 1 ml
dipipet dari masing-masing larutan uji ekstrak dengan konsentrasi 50 ppm,
100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm dan larutan kuersetin dengan
konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, kemudian
ditambahkan 0,5 ml larutan DPPH. Larutan uji dicampur hingga homogen
dan diinkubasi pada suhu ruang sesuai selama 50 menit. Serapan diukur
dengan DR-200Bc – ELISA Microplate Reader pada panjang gelombang
maksimum DPPH 515 nm dengan pengulangan 3 kali pembacaan pada
setiap konsentrasi (36).
7. Perhitungan nilai IC 50
Nilai IC50 (Inhibition Concentration) adalah suatu konsentrasi senyawa uji
yang mampu menghambat radikal bebas sebesar 50%. Analisis aktivitas
antioksidan dilakukan dengan perhitungan nilai IC50 berdasarkan
persentase peredaman (% peredaman).
Perhitungan besarnya persentase peredaman radikal bebas suatu sampel
terhadap DPPH dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
30

|blanko|−|sampel|
% peredaman= x 100 %
|blanko|
Keterangan:
Abs blanko = absorbansi serapan radikal DPPH (blanko) pada panjang
gelombang maksimum
Abs sampel = absorbansi serapan sampel dalam radikal DPPH pada
panjang gelombang maksimum
Daya peredaman radikal bebas DPPH (% peredaman) ekstrak
etanol 70% jantung pisang kepok serta kuersetin, dianalisis dan dihitung
nilai IC50 menggunakan analisis regresi linier dengan persamaan y = bx +
a, dimana y = 50 dan x menunjukkan nilai IC 50. Jika nila IC50 suatu
senyawa uji semakin rendah maka semakin efektif senyawa tersebut
sebagai penangkal radikal bebas (36).
31
32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi sampel tumbuhan dilakukan diherbarium Medanense,

Departemen Biologi FMIPA, Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa

sampel adalah jantung pisang kepok (Mussa paradisiaca L.). Hasil dapat dilihat

pada lampiran.

4.2 Hasil Ekstraksi Jantung Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.)

Hasil serbuk simplisia jantung pisang kepok (Musa paradisiaca L.) yang

diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Maserasi

dilakukan selama 7 hari dengan 2 kali pengulangan. Pada fase 1 maserasi

dilakukan selama 5 hari kemudian disaring, selanjutnya dilakukan maserasi

kembali selama 2 hari kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator pada

suhu 40°C sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang dihasilkan berupa

ekstrak kental berwarna coklat kehitaman dan berbau khas jantung pisang kepok .

Berat serbuk simplisia yang diekstrak sebesar 500 gram menghasilkan ekstrak

kental sebanyak 98,92 gram sehingga rendemen ekstrak yang dihasilkan sebesar

19,784%.

Rendemen merupakan perbandingan antara hasil banyaknya metabolit

yang didapatkan setelah proses ekstraksi dengan berat sampel yang digunakan.

Rendemen dikatakan baik jika nilainya lebih dari 10%. Oleh karena itu rendemen
33

ekstrak kental jantung pisang kepok yang didapatkan dinyatakan baik karena hasil

rendemen >10%.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Uji skrining fitokimia digunakan untuk mengetahui golongan senyawa


kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol jantung pisang kepok. Hasil skrining
fitokimia ekstrak jantung pisang kepok tersebut dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol jantung pisang kepok (Musa
paradisiaca L.)

No Golongan Pereaksi Hasil


senyawa

1. Alkaloid Mayer +
Dragendorff +
Bouchardat +

2. Flavonoid HCL p + Serbuk mg +

3. Saponin HCL 2N _

4. Tanin FeCl3 _

5. Steroid Asam asetat + H2SO4 +

Keterangan : (+) = Mengandung Golongan Senyawa


(-) = Tidak Mengandung Golongan Senyawa
Berdasarkan hasil skrining fitokimia dapat disimpulkan, bahwa golongan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada ekstrak etanol jantung pisang
kepok adalah alkaloid, flavonoid, dan steroid.

4.4 Penetapan Kadar Total Antosianin Pada Ekstrak Etanol Jantung Pisang
Kepok (Musa paradisiaca L.)

4.4.1 Penentuan Larutan pH 1,0 dan Ph 4,5


34

penentuan larutan pH 1,0 dan Ph 4,5 dibuat dengan mengukur larutan

sampel pada panjang gelombang 510 dan 700 nm.

Gambar 4.1 Kurva Standar Ph 1,0

Gambar 4.2 kurva standar Ph 4,5


35

4.2 Hasil Penetapan Kadar Antosianin Total Dengan Metode pH Differensial

Hasil penetapan kadar antosianin total pH 1,0 dan pH 4,5 dibuat dengan

mengukur 3 konsesntrasi larutan sampel menggunakan panjang gelombang 510

dan 700 nm.

Tabel 4.2 Nilai Pengukuran Absorbansi Kadar Antosianin Total Jantung Pisang
Kepok menggunakan metode pH Diferensial Spektrofotometri UV-
Vis

Sampel

A λ (nm) pH Cons 1 Cons 2 Cons 3

510 1 1.229 1.418 1.748

4,5 1.251 1.454 1.572

700 1 0.490 0.540 0.722

4,5 0.484 0.587 0.603

Berdasarkan metode pH diferensial maka kadar total antosianin pada

ekstrak etanol jantung pisang kepok dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4. Hasil Dan kadar Antosianin Total ekstrak etanol jantung pisang kepok

Sampel ekstrak etanol jantung Kadar antosianin (mg/L)


pisang kepok

Cons 1 (5 ppm)

Cons 2 (10 ppm)

Cons 3 (15 ppm)


36

Antosianin termaksuk golongan senyawa flavonoid, merupakan kelompok


terbesar pigmen alami pada tumbuhan yang larut dalam air yang bertanggung
jawab untuk memberikan warna pada bunga, buah, dan sayuran. Metode yang
digunakan untuk penentuan kadar antosianin yaitu metode pH diferensial. Metode
ini dapat digunakan untuk penentuan kadar total antosianin monomer. Penetapan
antosianin dilakukan dengan metode perbedaan pH yaitu pH 1,0 dan pH 4,5.

Penetapan kadar antosianin total buah jantung pisang kepok dilakukan


menggunakan metode pH differensial (Ph 1,0 dan Ph 4,5) dengan bantuan alat
spektrofotometer Uv-Vis pada panjang gelombang 510 dan 700 nm. Panjang
gelombang 510 nm merupakan panjang gelombang maksimum dari sianidin-3-
glukosida, sedangkan panjang gelombang 700 nm untuk mengoreksi sampel. Jika
sampel benar-benar jernih maka absorbansi pada panjang gelombang 700 nm
adalah 0. Penggunaan panjang gelombang sianidin-3-glukosida sebagai acuan
karena sianidin-3-glukosida merupakan jenis antosianin yang jumlahnya paling
melimpah di alam.

Kandungan antosianin total jantung pisang kapok diukur pada pada λ 510
nm dan 700 nm. Dari hasil penelitian ini adalah 8,34 mg antosianin/100 gram bb.
Sedangkan menurut penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kandungan
antosianin total jantung pisang kepok sebesar 32 mg antosianin/100 gram bb, dan
meneliti kandungan antosianin total jantung pisang kepok sebesar 4,67 mg
antosianin/100 gram bb.

Berdasarkan data Tabel 4.4 kadar antosianin pH 1,0 lebih tinggi dari pada
pH 4,5 hal tersebut menunjukan bahwa jumah pelarut yang semakin banyak tidak
memberikan hasil kadar antosianin yang lebih tinggi.

4.4 Pengujian antioksidan jantung pisang kepok metode KLT dan ELISA

4.4.1 pengujian KLT aktivitas antioksidan ekstrak etanol jantung pisang kepok
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri M, Herryani H, Perhotelan P, Jakarta A. Edisi ke-2, Volume I Nomor


2, Periode Maret-Agustus. 2019.
2. Pujirahayu D, Sabtu B, Ermiani G, Malelak M. Kualitas Kimia dan Sifat
Organoleptik Abon Daging Burung Puyuh Afkir (Coturnix coturnix
japonica) yang disubstitusi jantung pisang kepok (musa paradisiaca l.)
Chemical Quality and Organoleptic Properties Of Floss Culled Quail Meat
(Coturnix coturnix japonica) Substituted Kepok Banana Flower (Musa
paradisiaca l.). J Peternak Lahan Kering. 2021;3(2):1401–9.
3. Priska M, Peni N, Carvallo L, Dala Ngapa Y. REVIEW: ANTOSIANIN
DAN PEMANFAATANNYA. Vol. 6, Cakra Kimia (Indonesian E-Journal
of Applied Chemistry. 2018.
4. Aritonang D. Uji aktivitas Antioksidan pada Minuman Kemasan dengan
Metode DPPH. Skripsi. 2019;15:53–62.
5. Febrianti dan Zulfikar. Aktivitas antioksidan buah alpukat (Persea
americana Mill.) dan buah stroberi (Fragaria vesca L.). Pros Symbion
(Symposium Biol Educ. 2016;613–20.
6. Ninan Lestario L, Catur Yoga MKW, Ignatius Kristijanto A. STABILITAS
ANTOSIANIN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca L)
TERHADAP CAHAYA SEBAGAI PEWARNA AGAR-AGAR. J
Agritech. 2015;34(04):374.
7. FORMULASI DAN PENENTUAN NILAI SUN PROTECTIVE FACTOR
(SPF) KRIM TABIR SURYA EKSTRAK ETANOL JANTUNG PISANG
KEPOK (Musa paradisiaca Linn.) FORMULATION AND
DETERMINATION OF THE VALUE OF THE SUN PROTECTIVE
FACTOR (SPF) SUNSCREEN CREAM OF ETHANOL EXTRACT OF
KEPOK BANANA FLOWER (Musa paradisiaca Linn.).
8. Afriyeni H, Utari NW. Identifikasi zat warna rhodamin b pada lipstik
berwarna merah yang beredar di pasar raya padang. J Farm Higea.
2016;8(1):59–64.
9. Santosa B. Teknik Elisa: Metode Elisa Untuk Pengukuran Protein
Metallothionein Pada Daun Padi Ir Bagendit. Unimus Press, Semarang.
2020. Hlm. 35.
10. Rampe MJ, Tombuku JL. Pengujian fitokimia dan toksisitas ekstrak etanol
jantung pisang kepok ( Musa paradisiaca LINN .) dengan metode Brine
Shrimp Lethality Test ( BSLT ). J Sainsmat. 2015;4(2):136–47.
11. https://images.app.goo.gl/ixpMyRzXuyrTNE669.
12. Los UMDECDE. los, unidad metodologia D E conocimiento D E.
pembuatan krim dan uji antoksidan jantung pisang kepok (musa paradisiaca
l). universitas wahid hasyim. semarang. 2018. :1–23.
13. Zunaidi M, Pane UFSS, Nasyuha AH. Analisis Teorema Bayes Dalam
Mendiagnosa Penyakit Tanaman Pisang. J MEDIA Inform BUDIDARMA.
2021 Oct 26;5(4):1302.
14. Kurniawan, Maharani. Tanaman pisang secara morfologi. IPGRI Banan.

37
38

2016;4–14.
15. Ferdinan A, Prasetya AB, Farmasi A, Pontianak Y. UJI AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK JANTUNG PISANG KEPOK (MUSA
PARADISIACA L.) PONTIANAK. Vol. 3, Jurnal Ilmiah Ibnu Sina.
16. Anonim, 1997, farmakope indonesia, edisi III, departemen kesehatan
republik indonesia, jakarta.
17. Kesehatan D. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.
18. Afdianti Rizka. 2019. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Ketapang
(Terminalia Catappa L) Terhadap Kadar Kolesterol Pada Tikus (Rattus
Norvegicus) Hiperlipidemia. Skripsi. Program Studi Sarjana Farmasi.
Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara.
19. Emelda. Farmakognosi. Yogyakarta: pustakabarupress; 2019.
20. Departeman Kesehatan RI. Parameter Standar Umum EKstrak Tumbuhan
Obat. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat Tradisional; 2000. 3-11
p.
21. Nadia N, Jalil Z, Studi P, Fisika M, Matematika F, Kuala US, et al.
Karakterisasi optik ekstrak ubi jalar ungu ( Ipomoea batatas ) dan wortel
( Daucus carota L .) untuk aplikasi Dye Sensitized Solar Cell ( DSSC )
Optical characterization of purple sweet potato ( Ipomoea batatas ) and
carrot ( Daucus carota L .) extracts f. 2022;11(3):80–4. Available from:
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JAcPS/article/download/26438/16270
22. Anggraeni VJ, Ramdanawati L, Ayuantika W. Penetapan Kadar Antosianin
Total Beras Merah (Oryza nivara). J Kartika Kim. 2018;1(1):11–6.
23. Zahroh F, Agustini R. PENENTUAN KANDUNGAN TOTAL
ANTOSIANIN YEAST BERAS HITAM (Oryza sativa L. Indica)
MENGGUNAKAN METODE pH DIFFERENSIAL. Unesa J Chem.
2021;10(2):200–8.
24. Winarsi H. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius;
2007. 12-13, 19, 122, 137, 147 p.
25. Yuni S. PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI TEPUNG
KULIT BUAH PISANG KEPOK (Musa balbisiana Colla) DENGAN
METODE DPPH. 2021;1–80. Available from:
http://repo.upertis.ac.id/1439/
26. Shofa SA. Skrining Fitokimia dan Identifikasi Metabolit Sekunder Secara
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada Nanopartikel Kitosan Ekstrak
Bawang Putih (Allium sativun Liin.), Jeringau (Acorus calanus L.), Temu
Mangga (Curcuma mangga Val.) dan Kombinasinya. SkripsiMalang UIN
Maulana Malik Ibrahim. 2020;1(1):1–116.
27. materi medika indonesia jilid V-VI ; Book.ind.Depkes RI, 1989 & 1995.
28. Sundari RS, Marcellia S. ( Musa paradisiaca L .) DALAM SEDIAAN
SPRAY TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti.
29. Lohita Sari B, Rurianti W, Simanjuntak P. TOKSISITAS, AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI EKSTRAK AIR KULIT KAYU
MASSOI (Cryptocarpa massoy (Lauraceae)). FITOFARMAKA J Ilm
Farm. 2015;4(1):18–26.
39

30. Rosydiati. Karakterisasi puncak kromatogram dalam High Performance


Liquid Chromatography (HPLC) terhadap perbedaan fase gerak, laju alir,
dan penambahan asam dalam analisis Indole Acetic Acid (IAA). Kandaga.
2019;1(2):65–73.
31. Warono D, Syamsudin. Unjuk Kerja Spektrofotometer Analisa Zat Aktif
Ketoprofein. Konversi. 2013;2:60.
32. Prasonto D, Riyanti E, Gartika M. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum). ODONTO Dent J.
2017;4(2):122.
33. Permata AN, Kurniawati A, Lukiati B. Screening Fitokimia, Aktivitas
Antioksidan dan Antimikroba Pada Buah Jeruk Lemon (Citrus limon) dan
Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia). J Ilm Ibnu Sina. 2018;3(1):64–76.
34. Putri & Hidajati. Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik Ekstrak
Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus moluccensis).
Unesa J Chem [Internet]. 2015;4(1):1–6. Available from:
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/unesa-journal-of-chemistry/
article/viewFile/10820/10386
35. Mega Rizky Novitasari, Risna Agustina, Agung Rahmadani RR. PROFIL
KROMATOGRAFI SENYAWA AKTIF ANTIOKSIDAN DAN
ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN LIBO (Ficus variegata
Blume.). 2015;1. N0.3.
36. Studi P, Farmasi S, Kesehatan FI. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK ETANOL 70 % KULIT BUAH BIT ( Beta vulgaris L .)
DENGAN METODE DPPH UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK ETANOL 70 % KULIT BUAH BIT ( Beta vulgaris L .)
DENGAN. 2022;
40

Lampiran 1. Flowchart Pembuatan Simplisia

Pengumpulan sampel
jantung pisang kepok
(Musa paradisiaca L.)

Sortasi Basah
Dicuci
Ditiriskan
Ditimbang

Jantung pisang kepok (Musa


paradisiaca L.)

Diris tipis-tipis ketebalan 3-5 mm


Dikeringkan
Ditimbang

Simplisia kering

Disortasi kering
Ditimbang
Dihaluskan
Diayak

Serbuk simplisia jantung


pisang kepok (Musa
paradisiaca L.)
Lampiran 2. Flowchart Proses Ekstraksi Jantung Pisang Kepok (Musa
paradisiaca L.)

500 gram serbuk simplisia kelopak jantung pisang


kepok (Musa paradisiaca L.)

Dimasukan kedalam wadah kaca


berisi 500 gram
Ditambahkan pelarut etanol 70%
sebanyak 3750 ml ditutup dengan
aluminium foil
Kemudian diamkan selama 5 hari
terlindungi dari cahaya dan diaduk
sesekali
Disaring

Filtrat 1 Residu

Ditambahkan etanol 70%


sebanyak 1250 ml
Direndam kembali selama 2 hari
sesekali diaduk
Disaring

Filtrat 2 Residu

Filtrat 1 dan 2 digabung

Dirotary evaporator

Ekstrak kental jantung pisang kepok

41
42

Lampiran 3. Flowchart pengujian skrining fitokimia

a. Uji Alkaloid

Ekstrak Kelopak Jantung Pisang Kepok 0,5


gram

Dimasukan kedalam cawan penguap,


tambahkan 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml

Panaskan diatas penangas air selama 2


menit, dinginkan dan saring

Masukan 3 tetes filtrat pada tabung


reaksi dan tambahkan 2 tetes
bouchardat

Hasil

b. Uji Flavonoid

Ekstrak Kelopak Jantung Pisang Kepok 1 ml

Masukkan kedalam tabung reaksi

tambahkan etanol 95% 2 ml

Tambahkan 0,1 gram serbuk magnesium dan


10 tetes HCl pekat

Hasil
43

c. Uji Saponin

Ekstrak kelopak jantung pisang


kepok 0,5 gram

Masukkan kedalam tabung reaksi

Tambahkan10 ml air panas,


dinginkan.

Kocok selama 10 menit

Hasil positif terbentuk


buih yang stabil
44

d. Uji Steroid/triterpenoid

1 g sampel

Masukkan kedalam tabung


reaksi

Ad 20 ml n-heksan

Saring dan Filtratnya diuapkan

Tambahkan as.asetat anhidrat +


liberman=bouchardat

Hasil ungu/merah (+steroid)


Ungu/biru (+triterpenoid)
Lampiran 4. Flowchat Penentuan Kadar Antosianin Total

1 g Sampel Kelopak Jantung Pisang Kepok

Pembuatan larutan pH 1,0 dan pH 4,5

1,49 g KCl dilarutkan denan aquadest dalam tabung


volumetrik 250 ml sampai batas
Tambahkan HCl sampai pH mencapai 1,0
1,64 g natrium asetat dilarutkan dengan aquadest
dalam tabung volumetrik 250 ml sampai batas
Tambah Hcl sampai pH mencapai 4,5

Penentuan λ Maksimum Ekstrak

1 ml masing-masing ekstrak dilarutkan dengan etanol


Hitung absorbansi menggunakan spektrofotometri UV-
VIS pada panjang gelombang 400-800 nm

Penetapan Kadar Antosianin Total Dengan


Metode pH Differensial

Pengukuran Dan Perhitungan Konsentrasi


Total Antosianin

45
46

Lampiran 5. Flowchart Uji Aktivitas Antioksidan Dengan Metode KLT Dan

HPLC

a. Tahap Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan Kelopak Jantung Pisang Kepok

Ektrak etanol kelopak jantung pisang kepok

Dilarutkan dalam etanol p.a

Ditotolkan pada plat KLT

Dibiarkan sampai mengering

Kemudian semprotkan larutan DPPH 0,004 %


pada plat

Dibiarkan selama 30 menit


47

Lampiran 5. Lanjutan

b. Tahap Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kelopak Jantung Pisang

Kepok

Pembuatan Larutan Induk

0,1 g ekstrak tambahkan etanol p.a sampai 100 ml

Membuat larutan uji dari larutan induk pada


variasi konsentrasi 10, 25, 50, 75, dan 100
ppm

Ambil sebanyak 300 µl dari masing-masing


konsentrasi

Masukan dalam vial berwarna gelap

Tambahkan 3ml DPPH 0,004%

Kocok kuat dan biarkan selama 30 menit


dalam ruang gelap

Ukur absobansi λ maks 517 nm

Tentukan harga %P
48

Lampiran 6. Perhitungan Rendamen Ekstrak Etanol Jantung Pisang Kepok


(Musa paradisiaca L.)
Dik :

Simplisia Ekstrak Kental %Rendamen

500 gram 98,92 gram 19,784%

Bobot ekstrak
Rendamen × 100%
Bobot simplisia

98 , 92 gram
%Rendamen × 100% = 19,784%
500 grsm
49

Lampiran 7. Perhitungan kadar antosianin total


Perhitungan absorbansi larutan sampel (A) dengan perhitungan sebagai berikut:

A = (A510 – A700)PH1 – (A510 – A700)PH4,5

Nilai A = (0.045 - 0.016) – (0.038 – 00.014)

= 0.005

Perhitungan kadar total antosianin jantung pisang kepok :

( A x BM x FP x 1000)
Kadar Antosianin (mg/L) =
εxL

(0.005 x 449 , 2 x 10 x 1000)


= 26900 x 1

224.600
=
26.900

= 8,34 mg/L
50

Lampiran 8. Perhitungan Kadar Antioksidan


51

Lampiran 9. Proses pembuatan simplisia jantung pisang kepok


52
53

Lampiran 9. Proses pembuatan ekstrak etanol jantung pisang kepok


54
55

Lampiran 10. Hasil uji skrining fitokimia


56

Lampiran 11. Analisa kadar antosianin total


Alat dan bahan
57

Lampiran 12. Pengujian Kromatography Lapis Tipis (KLT)


58

Lampiran 4. Permohonan Pengajuan Judul Skripsi


59

Lampiran 5. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing I


60

Lampiran 6. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing II

Anda mungkin juga menyukai