Anda di halaman 1dari 46

STUDI LITERATUR EFEK FARMAKOLOGI EKSTRAK DAUN

JAMBU AIR (Syzygium samarangense)

SKRIPSI

Oleh:

ARDINA PAKPAHAN
1801012057

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi

STUDI LITERATUR EFEK FARMAKOLOGI EKSTRAK DAUN JAMBU


AIR (Syzygium samarangense)
Oleh :

ARDINA PAKPAHAN

1801012057

Telah Diperiksa Dan Disetujui Oleh

Menyetujui

Medan, 20 Juli 2023

Pembimbing I Pembimbing II

(Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt) (Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si., Apt)

Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Farmasi Dan Kesehatan

(Adek Chan,S.Si.,M.Si.,Apt)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
anugerah-Nya yang berlimpah shingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “STUDI LITERATUR EFEK FARMAKOLOGI EKSTRAK DAUN
JAMBU AIR (SYZYGIUM SAMARANGENSE)”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Program Studi S1 Fakultas
Farmasi Dan Kesehatan Institut Kesehatan Umum Helvetia. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai
pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu :
1. Dr. dr. Hj. Razia /Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, SE, S.Kom, MM, M.Kes, selaku Ketua Yayasan Helvetia
3. Dr. H. Ismail Effendy, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia.
4. Darwin Syamsul, S.Si, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Dan
Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia dan sebagai Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan mencurahkan waktu, perhatian, ide dan motivasi
selama penyusunan Skripsi ini.
5. Adek Chan, S.Si, M.Si, Apt selaku Ketua Program Studi S1 Fakultas Farmasi
Dan Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia
6. Ihsanul Hafiz, S.Farm., M.Si, Apt selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis
selama penyusunan Skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Program Studi S1 Farmasi yang telah mendidik dan
mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua penulisyang selalu memberikan
pandangan, mendukung baik moril maupun materil, mendoakan dan selalu
memotivasi penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.

i
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan Skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas
segala kebaikan yang telah diberikan.

Medan, Juli 2023


Penulis,

ARDINA PAKPAHAN

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian............................................................. 2
1.4. ManfaatPenelitian............................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 4
2.1. Uraian Tumbuhan............................................................ 4
2.1.1. SistematikaTumbuhan.......................................... 4
2.1.2. Morfologi Tumbuhan............................................ 5
2.1.3. Kandungan Kimia................................................. 6
2.1.4. Efek Farmakologi................................................. 11

BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 14


3.1. Desain Penelitian............................................................. 14
3.2. Waktu............................................................................... 14
3.3. Populasi dan Sampel........................................................ 14
3.3.1 Populasi.................................................................. 14
3.3.2 Sampel................................................................... 14
3.4. Instrumen Penelitian........................................................ 15
3.5. Definisi Operasional........................................................ 15
3.6. Metode Pengumpulan Data.............................................. 15
3.7. Alur Literatur Review...................................................... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 17


4.1 Gambaran Umum............................................................. 17
4.1.1 Definisi Studi Literatur.......................................... 17
4.1.2 Tujuan.................................................................... 17
4.1.3 Daun Jambu Air..................................................... 17
4.2 Hasil dan Pembahasan..................................................... 18
4.2.1 Daun Jambu Air Meningkatkan Proses
Penyembuhan Luka Bakar..................................... 18
4.2.2 Efek Anti-obesitas................................................. 20
4.2.3 Efek Analgetik, Antiinflamasi dan SPP................. 24
4.2.4 Efek Aktivitas Antibakteri..................................... 28
4.2.5 Efek Antioksidan................................................... 30
BAB V PENUTUP................................................................................ 35

iii
5.1 Kesimpulan...................................................................... 35
5.2 Saran................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 36

DAFTAR TABEL

iv
Halaman

Tabel 3.1. Penyajian Hasil Temuan............................................................ 16


Tabel 4.1. Presentase Tingkat Kesembuhan Luka..................................... 20
Tabel 4.2. Pertambahan berat badan tikus setelah perlakuan.................... 23
Tabel 4.3. Indeks Jaringan Lemak Organ Hati Dan Perut Tikus Setelah
Perlakuan................................................................................. 24
Tabel 4.4. Pengaruh Ekstrak Metanol Dari Daun Jambu Air Dibiarkan
Menggeliat Akibat Asam Asetat Pada Mencit....................... 26
Tabel 4.5. Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Jambu Air Pada Inflamasi
yang Diinduksikan Karagenan............................................... 26
Tabel 4.6 Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Jambu Air pada Uji Silang
Lubang Pada Mencit............................................................... 27
Tabel 4.7. Pengaruh Ekstrak Metanol Daun Jambu Air pada Lapangan
Terbuka....................................................................................... 28
Tabel 4.8 Konsentrasi Hambat Minimum Daun Jambu Air................... 29
Tabel 4.9 Absorbansi Air Seduhan......................................................... 32
Tabel 4.10 Hasil Analisis Absorben Ekstrak Air Daun Jambu Air......... 34

DAFTAR GAMBAR

v
Halaman

Gambar 2.1. Jambu Air (Syzygium samarangense).......................................... 6


Gambar 3.1. Alur Studi Literatur...................................................................... 16
Gambar 4.1 Hasil skoring kepadatan kolagen hari ke-7.................................... 20
Gambar 4.2 Grafik Diagram Rata-rata Absorbansi Sampel............................... 33

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu untuk

dilestarikan dan dikembangkan guna menunjang kesehatan. Obat tradisional

sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia,

maka dari itu obat tradisional berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia memiliki

banyak tanaman obat-obatan karena Indonesia memiliki keanekaragaman hayati

terbesar kedua setelah Negara Brazil. Meskipun banyak tanaman yang dapat

digunakan sebagai bahan obat tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal oleh

masyarakat Indonesia (1).

Pemakaian obat tradisional secara umum dianggap lebih aman dibandingkan

pemakaian obat-obatan modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional

memiliki efek samping relatif lebih sedikit dari pada obat modern (2), atau alasan

harga obat sintetis yang semakin meningkat seiring dengan efek sampingnya bagi

kesehatan mengakibatkan adanya peningkatan penggunaan obat tradisional oleh

masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar (3).

Penggunaan bahan alami seperti konsumsi buah, sayur dan bahan alami lainnya

dapat menjadi alternatif, dengan memanfaatkan bahan alam tidak hanya

menyembuhkan penyakit, tetapi juga memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (4).

Salah satu tanaman yang memiliki efek farmakologi adalah tanaman jambu

air (Syzygium samarangense). Secara tradisional, daun tanaman ini digunakan

sebagai astringen, mengobati demam dan menghentikan diare. Sebagai tanaman

1
potensial, banyak publikasi yang melaporkan bahwa ekstrak daun tanaman ini

memiliki aktivitas farmakologi seperti antibakteri, antidiabetik dan

imunomodulator (5).

Hasil skrinning fitokimia ekstrak daun jambu air (Syzygium samarangense)

mengandung senyawa metabolit sekunder golongan tannin, flavonoid, alkaloid

dan steroid/triterpenoid (5). Beberapa penelitian menunjukkan ekstrak daun jambu

air dapat meningkatkan proses penyembuhan luka bakar (6), memiliki efek

antiobesitas (7), aktivitas analgetik dan antiinflamasi dan SPP (8), efek antibakteri

(5), dan antioksidan (9).

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mereview efek farmakologi

ekstrak dari daun jambu air (Syzygium samarangense) mempunyai berbagai

macam khasiat sebagai obat tradisional, serta banyaknya penelitian yang telah

dilakukan oleh peneliti lain inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan studi

literatur efek farmakologi ekstrak daun jambu air (Syzygium samarangense).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat

dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : “Apa saja efek farmakologi dari daun

jambu air (Syzygium samarangense) ? ”.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa efek farmakologi dari

daun jambu air (Syzygium samarangense).

2
1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

a. Memberi kemudahan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang manfaat dan khasiat dari tanaman daun jambu air,

bermanfaat menjadi bahan kajian ilmiah, menjadi landasan teori bagi

peneliti peneliti berikutnya dan menjadi bahan rujukan dan referensi bagi

masyarakat ilmiah yang berminat pada masalah yang sama.

b. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang efek farmakologi daun

jambu air serta manfaat dan khasiat dari daun jambu air (Syzygium

samarangense).

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Tumbuhan

Jambu air (Syzygium samarangense) termasuk dalam famili

Myrtaceae yang merupakan tanaman asli Indonesia dan sejak masa

penjajahan Belanda dikenal sebagai buah segar dimusim kemarau.

Tumbuhan ini dapat tumbuh hampir semua wilayah Indonesia karena

dapat menyesuaikan jenis tanahnya asalkan tanahnya sumbur, gembur, dan

banyak air. Tumbuhan ini menyukai curah hujan rendah dengan musim

hujan yang tidak lebih dari delapan bulan, ketinggian ideal adalah 500m

diatas permukaan laut (10).

Menurut para ahli taksonomi, ada 2 subkelompok jambu air, yaitu

jambu air berbuah kecil yang rata-rata asam dan jambu air yang berbuah

besar dan manis. Yang pertama disebut memiliki nama latin Syzygium

aqueum sedangkan yang kedua Syzygium samarangense. Syzygium berasal

dari bahasa Yunani kuno syzgios yang artinya menyatu, merujuk pada

letak daun tunggal yang berhadapan. aqueum berasal dari bahasa latin

aqueus yang berarti seperti air, sedangkan samarangense ada yang

menduga berasal dari Semarang, tempat penemuan jambu (11).

2.1.1. Sistematika Tumbuhan

Klasifikasi jambu air (Syzygium samarangense) adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae

4
Sub Divisi : Spermatophyta

Kelas : Mangnoliopsida

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium samarangense (12).

2.1.2. Morfologi Tumbuhan

Pohon jambu air (Syzygium samarangense) memiliki tinggi antara

5-15 m. Batangnya berbengkok-bengkok dan bercabang rendah. Daun

tunggal terletak berhadapan, bertangkai pendek dan menebal, panjangnya

3-5 mm. Helaian daun berbentuk jorong atau jorong lonjong dengan

ukuran 10-25 x 5-12 cm, bertepi tipis, berbintik tembus cahaya, dan

berbau aromatis apabila diremas. Bunga berada di ujung ranting (terminal)

atau muncul di ketiak daun yang telah gugur (aksial), berisi 3-30 kuntum.

Bunga jambu air berwarna kuning keputihan, dengan banyak benang sari

yang mudah berguguran. Buahnya bertipe buah buni, seperti lonceng atau

buah pir yang melebar, dengan lekuk atau alur-alur dangkal membujur di

sisinya, bermahkota kelopak yang melengkung berdaging, besarnya sekitar

3,5-4,5 x 3,5-5,5 cm, kulitnya mengkilap berwarna; merah, kehijauan atau

merah hijau kecoklatan. Daging buah putih, memiliki banyak air, dengan

bagian dalam seperti spons, aromatik, manis atau asam manis (12).

5
Gambar 2.1 Jambu air (Syzygium samarangense)

2.1.3. Kandungan Kimia

Jambu air (Syzygium samarangense) terdapat 6 senyawa bioaktif,

yaitu alkaloid, tannin, saponin, flavonoid, fenol dan glikosida. Senyawa

tanin berperan dalam mengatasi gangguan pencernaan seperti penyakit

diare dan disentri. Aktivitas antioksidan flavonoid dan tannin memperbaiki

fungsi imun, mencegah penyakit jantung dan beberapa jenis kanker.

Sementara senyawa alkaloid memiliki efek analgesik. Aktivitas gabungan

dari senyawa-senyawa itu memberikan efek perlindungan dari hipertensi,

penyakit kardiovaskular, dan kanker (11).

Hasil skrinning fitokimia ekstrak daun jambu air (Syzygium

samarangense) mengandung senyawa metabolit sekunder golongan

tannin, flavonoid, alkaloid dan steroid/triterpenoid (5).

a. Tanin

Tanin adalah senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa polifenol

kompleks, dibangun dari elemen C, H, dan O serta sering membentuk molekul

6
besar dengan berat molekul lebih dari 2000. Senyawa ini merupakan turunan

polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lain.

Umumnya senyawa tanin larut dalam air karena bersifat polar. Secara kimia

terdapat dua jenis tanin, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin

terkondensasi tersebar luas pada tumbuhan paku-pakuan dan tumbuhan berkayu.

Sedangkan tanin terhidrolisis penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping

dua (13).

Sifat utama tanin tergantung pada gugus fenolik yang terkandung dalam

tanin, dan sifat tersebut secara garis besar yaitu sifat kimia dan sifat fisik. Sifat

kimia tanin memiliki sifat umum, yaitu memiliki gugus fenol dan bersifat koloid,

karena itu di dalam air bersifat koloid dan asam lemah. Semua jenis tanin dapat

larut dalam air. Kelarutannya besar, dan akan bertambah besar apabila dilarutkan

dalam air panas. Begitu juga tanin akan larut dalam pelarut organik seperti

metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya (14).

Sifat fisik tanin umumnya tanin mempunyai berat molekul tinggi dan

cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu polimer, sebagian besar tanin

bentuknya amorf dan tidak mempunyai titik leleh. Tanin berwarna putih

kekuning-kuningan sampai coklat terang, tergantung dari sumber tanin tersebut.

Tanin berbentuk serbuk dan berlapis lapis seperti kulit kerang, berbau khas dan

mempunyai rasa sepat. Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya

langsung atau dibiarkan di udara terbuka. Tanin mempunyai sifat atau daya

bakteriostatik dan fungistatik (14).

7
Tanin berfungsi sebagai astringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-

pori kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan, sehingga mampu

menutupi luka dan mencegah pendarahan yang biasa timbul pada luka (15). Zat

aktif tanin juga berperan sebagai antioksidan dan anti mikroba,meningkatkan

kontraksi luka dan meningkatkan kecepatan epitelisasi (16).

b. Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang

ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan

biru sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6 yang

artinya kerangka karbonnya terdiri atas gugus C6 disambungkan oleh dua rantai

alifatik tiga-karbon (17).

Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kulit,

bunga, buah dan biji. Flavonoid terdiri dari beberapa golongan utama antara lain

antosianin, flavanol dan flavon yang tersebar luas dalam tumbuhan. Sedangkan

khalkon, auron, flavonol, dihidrokhalkon, dan isoflavon. Penyebarannya hanya

terbatas pada golongan tertentu saja (17). Flavonoid merupakan senyawa polar

yang umumnya mudah larut dalam pelarut polar seperti etanol, mentanol, butanol,

aseton, dan air (18).

Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang berperan aktif untuk tubuh.

Flavonoid dapat melancarkan peredaran darah seluruh tubuh dan mencegah

terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah, mengandung antiinflamasi

(antiradang), berfungsi sebagai antioksidan dan membantu mengurangi rasa sakit

8
analgesik. Zat tersebut diketahui memiliki efek meningkatkan proses

penyembuhan luka, efek astrigent, antimikroba, dan peningkatan kecepatan dari

epitelisasi (19).

c. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki atom

nitrogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Alkaloid berperan dalam

metabolisme dan mengendalikan perkembangan dalam sistem kehidupan

tumbuhan. Sebagian besar senyawa alkaloid bersumber dari tumbuh-tumbuhan,

terutama angiospermae. Lebih dari 20% angiospermae mengandung alkaloid (20).

Alkaloid dapat ditemukan pada berbagai bagian tanaman, seperti bunga, biji,

daun, ranting, akar dan kulit batang. Ciri ciri alkaloid umumnya berbentuk padat

(kristal), meskipun dalam suhu kamar ada yang cair (misalkan nikotin), memutar

bidang polarisasi, terasa pahit, bentuk garam larut dalam air dan larut dalam

pelarut organik dalam bentuk bebas atau basanya (20).

Hampir semua alkaloida yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan

biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi adapula yang sangat berguna

dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan strikhnin, adalah alkaloid yang

terkenal dan mempunyai efek fisiologis dan psikologis. Alkaloid umumnya

ditemukan didalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa

yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan (21). Manfaat alkaloid dalam

bidang kesehatan antara lain adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau

menurunkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobia (22).

9
Alkaloid dari tumbuhan dapat diisolasi menggunakan cara ekstraksi. Alkaloid

sukar larut dalam air namun dapat larut dalam pelarut organik yang umum, seperti

kloroform, alkohol, benzene, dan eter. Tanaman yang mengandung alkaloid

memiliki rasa pahit, bau yang kuat, dan efek toksik (21).

d. Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa metabolit sekunder turunan terpenoid yang

kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena (2-metilbuta-1,3-diene)

yaitu kerangka karbon yang dibangun oleh enam satuan C5 dan diturunkan dari

hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berbentuk siklik atau asiklik

dan sering memiliki gugus alkohol, aldehida, atau asam karboksilat (23).

Triterpenoid banyak terdapat pada tumbuhan dikotil. Triterpenoid berupa

senyawa tak berwarna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis

aktif yang umumnya sukar dirincikan karena memiliki kereaktifan kimia.

Triterpenoid merupakan famili terbesar ketiga dari triterpena (24).

Senyawa golongan triterpenoid menunjukkan aktivitas farmakologi yang

signifikan, seperti antiviral, antibakteri, antiinflamasi, sebagai inhibisi terhadap

sintesis kolesterol dan sebagai antikanker, sedang bagi tumbuhan yang

mengandung senyawa triterpenoid terdapat nilai ekologi karena senyawa ini

bekerja sebagai antifungus, insektisida, antipemangsa, antibakteri dan antivirus

(23).

10
2.1.4. Efek Farmakologi

a. Meningkatkan proses penyembuhan luka bakar

Daun jambu semarang (Syzygium samarangense) mengandung flavonoid dan

saponin yang dapat memacu aktivasi makrofag dan TGF-B yang dapat

mempercepat pembentukan kolagen yang berperan dalam proses penyembuhan

luka. Selain itu zat tersebut mempunyai aktivitas sebagai antiseptik dan antibakteri

(6).

Terdapat zat flavonoid, tanin, dan saponin yang mempunyai peranan penting

dalam proses penyembuhan luka yang terkandung di dalam daun jambu air.

Flavonoid merupakan zat anti inflamasi, sedangkan tanin saponin merupakan zat

antibakteri. Kedua zat ini berperan dalam meningkatkan proses kesembuhan luka

bakar dengan cara meningkatkan aktivasi makrofag untuk menghasilkan growth

factor dan sitokin seperti EGF, TGF-B, IL-1, IL-4, IL-8, yang berfungsi untuk

induksi proliferasi dan migrasi fibroblas. Fibroblas ini akan menghasilkan kolagen

sehingga luka akan cepat menutup (6).

b. Antiobesitas

Daun jambu air (Syzygium samarangense) merupakan inhibitor lipase yang

mampu menghambat penyerapan lipid, sehingga diduga berpotensi sebagai agen

antiobesitas. Salah satu mekanisme pemberian obat anti obesitas adalah dengan

menghambat aktivitas enzim lipase pankreas. Penghambatan enzim ini dapat

menurunkan pencernaan lemak. Dengan demikian, itu memberikan efek pada

asimilasi dan penyerapan mereka. Hal ini dapat mengurangi asupan kalori pada

pasien obesitas dan membantu mencegah penambahan berat badan (7).

11
Ekstrak etanol, fraksi n-heksana, dan fraksi etil asetat daun jambu air

(Syzygium samarangense) memiliki aktivitas antiobesitas dengan menghambat

kenaikan berat badan secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol positif

(p<0,05) tanpa efek anoreksan atau laksatif, dan tidak dapat menurunkan

timbunan lemak pada jaringan lemak hati dan perut. Aktivitas tertinggi

ditunjukkan oleh fraksi n-heksana dengan daya hambat kenaikan berat badan

sebesar 85,96% (7).

c. Efek Analgetik, Antiinflamasi dan SPP

Daun jambu air (Syzygium samarangense) mengandung senyawa flavonoid

dan triterpenoid, dimana senyawa ini telah terbukti memiliki aktivitas

antiinflamasi dan analgesik. Flavonoid terkenal karena kemampuannya untuk

menghambat persepsi nyeri serta sifat anti-inflamasi karena efek

penghambatannya pada enzim yang terlibat dalam produksi mediator kimia

peradangan (8).

Daun jambu air (Syzygium samarangense) dapat digunakan sebagai obat

herbal alternatif atau suplemen untuk pengobatan penyakit analgesik, inflamasi

dan depresan. Karena efek analgesik, antiinflamasi dan antidepresannya, ekstrak

metanol daun jambu air (Syzygium samarangense) memiliki efek menguntungkan

bersama dengan obat-obatan yang dikenal dengan efek analgesik, antiinflamasi

sedang dan antidepresan (8).

d. Efek Aktivitas Antibakteri

Ekstrak etanol daun jambu air (Syzygium samarangense) mengandung

senyawa tanin, alkaloid, flavonoid dan terpenoid. Flavonoid merupakan salah satu

12
senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri terbesar dan terluas. Menurut

Chusnie dan Lamb, mekanisme antibakteri flavonoid adalah penghambatan

sintesis asam nukleat, penghambatan fungsi membran sitoplasma dan

penghambatan metabolisme energi pada bakteri. Terpenoid dikenal sebagai

antimikroba, dimana khasiatnya 60% terpenoid menghambat jamur sedangkan

30% menghambat bakteri (9).

e. Efek Antioksidan

Salah satu tanaman lokal yang berpotensi sebagai antioksidan adalah daun

jambu air (Syzygium samarangense). Aktivitas antioksidan ekstrak daun jambu air

(Syzygium samarangense) menunjukkan nilai IC50 41,01 ppm. Nilai IC50 pada

sampel menandakan bahwa senyawa metabolit sekunder (flavonoid) yang

terkandung termasuk banyak dan memiliki potensi yang bagus terhadap

penangkal radikal bebas (10).

13
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Studi Literatur. Dimana studi

literatur merupakan bentuk penelitian yang dilakukan melalui penelusuran dengan

membaca jurnal yang diambil dari Google Scholar, Portal Garuda.

3.2 Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian hanya dapat dilakukan bagi

populasi jurnal dan subjeknya tidak terlalu banyak (25). Populasi dalam

penelitian ini adalah daun jambu air (Syzygium samarangense) dan farmakologi

ekstrak daun jambu air (Syzygium samarangense).

3.3.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik yang

dimiliki oleh sebuah populasi (26). Sampel pada penelitian ini adalah jurnal

penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Kriteria inklusi :

a. Jurnal terbitan 2013-2023 (10 tahun terakhir)

b. Jurnal penelitian yang full text

c. Jurnal Nasional atau Internasional

14
Kriteria ekslusi:

a. Jurnal terbitan kurang dari 10 tahun terakhir

b. Jurnal penelitian yang tidak full text

c. Jurnal penelitian yang hanya terdiri dari abstrak

3.4 Instrumen penelitian

Pada Studi Literatur ini instrumen yang digunakan adalah berupa jurnal

penelitian 10 tahun terakhir yang memenuhi kriteria inklusi dam ekslusi, laptop

untuk menyusun data, Google scholar dan Portal Garuda sebagai mesin pencarian

online dalam mencari jurnal penelitian, dan jaringan internet sebagai pendukung

dalam mencari jurnal penelitian yang digunakan pada studi literatur ini..

3.5 Definisi Operasional

Efek farmakologi yang dimaksud dari daun jambu air (Syzygium

samarangense) pada studi literatur review ini meliputi: Efek Penyembuhan Luka

Bakar, Antiobesitas, Efek Analgetik, Antiinflamasi dan SPP, Efek Antibakteri,

dan Efek Antioksidan.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Sumber pencarian literatur dengan menggunakan elektronik yang

terakreditasi/terindeks seperti Google Scholar, Portal Garuda. Proses pencarian

yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata kunci, yakni : daun jambu air

(Syzygium samarangense), ekstrak daun jambu air (Syzygium samarangense), efek

farmakologi. Penelusuran dilakukan sejak tanggal 1 Februari- 30 Juni 2023. Data

yang diperoleh kemudian diolah dan disimpulkan. Metode yang digunakan untuk

15
pengumpulan data yaitu dengan mengambil data di pustaka, membaca, mencatat

dan mengolah bahan penelitian.

Tabel 3.1 Penyajian Hasil Temuan


No Nama Database Jumlah yang ditemukan Jumlah terpilih
1 Google Scholar 10 3
2 Portal Garuda 6 2

jumlah 16 5

3.7 Alur Literatur Review

Mencari jurnal penelitian pada Menyeleksi jurnal penelitian


mesin pencarian online seperti berdasarkan kriteria inklusi dan
Google Scholar Dan Portal Garuda eksklusi , hasil penelitian tahun
publikasi 10 tahun terakhir

Membaca dan memahami Didapatkan 5 jurnal penelitian


hasil dari 5 jurnal efek farmakologi daun jambu air

Mereview hasil dari 5


jurnal penelitian

Gambar 3.1 Alur Studi Literatur

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Definisi Studi Literatur

Studi literatur adalah studi literatur yang dilakukan oleh penulis dengan

melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku,

arsip, majalah, artikel, dan jurnal, atau dokumen-dokumen yang relevan dengan

permasalahan yang dikaji, sehingga informasi yang didapat dari studi kepustakaan

ini dijadikan rujukan untuk memperkuat argumentasi-argumentasi yang ada. Studi

literatur ini dilakukan oleh peneliti setelah menentukan topik penelitian dan

ditetapkannya rumusan permasalahan sebelum terjun ke lapangan untuk

mengumpulkan data yang diperlukan (27).

4.1.2 Tujuan

Studi literatur ini bertujuan untuk mereview efek farmakologi dari daun

jambu air dengan menggunakan metode studi literatur dengan mereview 5 jurnal.

Dimana jurnal yang dimaksud yaitu jurnal yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

4.1.3 Daun Jambu Air (Syzygium samarangense)

Daun jambu air memiliki daun tunggal terletak berhadapan, bertangkai

pendek dan menebal, panjangnya 3-5 mm. Helaian daun berbentuk jorong atau

jorong lonjong dengan ukuran 10-25 x 5-12 cm, bertepi tipis, berbintik tembus

cahaya, dan berbau aromatis apabila diremas. Kandungan senyawa yang terdapat

pada daun jambu air adalah, Air, nitrogen, protein, lemak, mineral anorganik,

17
fruktosa, glukosa, kalsium besi (fe), magnesium, potasium, seng (zn), thiamin,

riboflavin, niacin, vitamin c, asam sitrat dan asam malik (28).

4.2 Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan dari beberapa jurnal yang telah direview ditemukan hasil efek

farmakologi daun jambu air (Syzygium samarangense) sebagai berikut :

4.2.1 Daun Jambu Air Meningkatkan Proses Penyembuhan Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh kontak dengan sumber panas seperti air, api,

bahan kimia, listrik dan radiasi yang mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit

tetapi pada pasien dengan luka bakar yang luas (mayor), tubuh tidak mampu lagi

untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi yang

memerlukan pengananan khusus. Proses penyembuhan luka bakar pada umumnya

membutuhkan waktu kurang lebih 25 hari. Proses tersebut dapat dipercepat

dengan pemberian obat.

Daun jambu air mengandung flavonoid dan saponin yang dapat memacu

aktivitas makrofag dan TGF-B yang dapat mempercepat pembentukan kolagen

yang berperan dalam proses penyembuhan luka. Selain itu zat tersebut

mempunyai aktivitas sebagai antiseptik dan antibakteri. Terdapat zat flavonoid,

tannin dan saponin yang mempunyai peranan penting dalam proses penyembuhan

luka yang terkandung di dalam daun jambu air. Flavonoid merupakan zat anti

inflamasi, sedangkan tanin saponin merupakan zat antibakteri. Kedua zat ini

berperan dalam meningkatkan proses kesembuhan luka bakar dengan cara

meningkatkan aktivasi makrofag untuk menghasilkan growth factor dan sitokin

seperti EGF, TGF-B, IL-1, IL-4, IL-8, yang berfungsi untuk proliferasi dan

18
migrasi fibroblas. Fibroblas ini akan menghasilkan kolagen sehingga luka akan

cepat menutup.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ain Yuanita Insani Dkk dengan

judul salep Daun Syzygium Samarangense meningkatkan proses penyembuhan

luka bakar berdasarkan kolagen menggunakan true experimental design secara in

vivo. Luka bakar dibuat dengan cara menempelkan koin selama 10 detik yang

sebelumnya dioven selama 5 menit dalam suhu 70°C. Rattus Wistar sebagai

hewan coba yang dibagi menjadi 6 kelompok, dengan rincian kelompok A

(normal), B (positif) C (negatif), kelompok D, E dan F adalah kelompok yang

diberi salep ektrak masing-masing setiap hari secara topikal dalam dosis 15%,

30%, dan 45%. Terminasi dilakukan pada hari ke 7. Uji statistika dengan

menggunakan Anova dan Kruskal Wallis.

Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa ekstrak daun jambu air (Syzygium

samarangense) dapat memperkecil luas luka dan meningkatkan jumlah kolagen.

Berdasarkan hasil pengukuran luas tingkat kesembuhan luka (Tabel 4.1), dengan

metode Munim didapatkan kecenderungan yang terlihat pada tabel bahwa terdapat

peningkatan persentase penyembuhan luka pada kelompok yang diberikan salep.

Presentase terbesar ada pada kelompok F (salep 45%), disusul kelompok E (salep

30%) dan kelompok D (salep 15%). Hasil ini diperkuat melalui analisis statistik,

dimana didapatkan nilai p<0,05 (p=0,00 terhadap luas penyembuhan).

19
Tabel 4.1 Presentase tingkat kesembuhan luka
Kelompok Persentase tingkat kesembuhan luka
(Mean±Deviasi)
B 12,5±18,5,
C 7,8±11,7
D 10,2±0,8
E 18,7±1,5
F 21,4±2,5

Gambar 4.1 Hasil skoring kepadatan kolagen hari ke-7

Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan kolagen dengan Metode

Novriansyah didapatkan kecenderungan yang terlihat pada grafik skoring jumlah

kolagen (Gambar 4.1) bahwa terdapat peningkatan pembentukan kolagen pada

kelompok yang diberi salep. Tingkat kepadatan kolagen terbesar pada kelompok F

(salep 45%). Dari uji anova didapatkan nilai p<0,05 (p=0,025) pada kelompok F

dibanding dengan kelompok C (negatif) yang berarti terdapat perbedaan yang

signifikan dari pemberian salep ekstrak daun jambu air konsentrasi 45% terhadap

peningkatan kolagen dibanding kelompok negatif.

4.2.2 Efek anti-obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai keadaan dengan akumulasi lemak yang

tidak normal atau berlebih di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu

kesehatan. Peningkatan jumlah lemak tersebut disebabkan oleh peningkatan

jumlah sel lemak, penambahan isi lemak pada masing-masing sel lemak, atau

20
gabungan keduanya. Kelebihan bobot badan atau Overweight didefinisikan

sebagai Indeks Masa Tubuh (IMT) yang lebih besar daripada 25 kg/m 2, dimana

BMI>30 kg/m3 disebut sebagai obesitas (29)

Genus Syzygium menunjukkan aplikasi obat yang kaya dan beberapa

penelitian telah menunjukkan sebagai agen obat yang berguna. Salah satunya

adalah Syzygium samarangense yang memiliki sifat obat seperti

antihiperglikemik, spasmolitik, imunomodulator, dan aktivitas antimikroba.

Spesies Myrtaceae lain ( Myrciaria jaboticaba (Vell.) Berg) dapat mencegah

resistensi insulin terkait obesitas dengan meningkatkan konsumsi air dan asupan

energi pada tikus diabetes streptozotocin, mengurangi kadar kolesterol total

plasma dan triasilgliserol yang terkait dengan penghambatan lipase pankreas in

vitro yang kuat. Berdasarkan prinsip kemotaksonomi dimana kesamaan taksonomi

menyebabkan kesamaan kandungan kimia (serta aktivitas farmakologis)

diasumsikan bahwa Syzygium samarangense juga memiliki aktivitas anti-

diabetes.

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Atun Qowiyyah Dkk dengan

judul aktivitas anti-obesitas dari ekstrak berbagai fraksi daun jambu air (Syzygium

samarangense) pada wistar betina, ekstrak daun jambu air memiliki aktivitas

antidiabetes dengan menghambat kenaikan berat badan wistar. Proses ekstraksi

penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan etanol 96% selama 3 hari

pada suhu kamar kemudian ekstrak cair diuapkan pada suhu 40°C dengan

menggunakan vacuum rotary evaporator. Proses fraksinasi dilakukan dengan

menggunakan ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksana, etil asetat dan air.

21
Penelitian ini dilakukan pada tikus betina wistar yang diinduksi makanan

tinggi karbohidrat selama 45 hari dan injeksi subkutan Monosodium Glutamat

(MSG) 2g/kg berat badan tikus selama 5 hari berturut-turut diikuti dengan

perlakuan selama 14 hari. Induksi dengan makanan berkarbohidrat tinggi

dilanjutkan selama waktu perawatan. Hewan coba dibagi menjadi tujuh kelompok,

dimana setiap kelompok terdiri dari 3 ekor tikus :

Kelompok 1 : normal tanpa perlakuan (kontrol negatif)

Kelompok 2 : tikus obesitas yang diberi suspensi tragacath 1% ( kontrol positif)

Kelompok 3 : tikus obesitas diberi orlistat 32,4mg/kg bb (obat pembanding)

Kelompok 4 : tikus obesitas diberi ekstrak 50 mg/kg bb ekstrak daun jambu air

Kelompok 5 : tikus obesitas diberi perlakuan fraksi n-heksana 0,13 mg/kg bb tikus

Kelompok 6 : tikus obesitas diberi perlakuan fraksi etil asetat 1,98 mg/kg bb tikus

Kelompok 7 : tikus obesitas diberi perlakuan fraksi air 4,83 mg/kg bb tikus.

Pada penelitian ini, induksi (yang menggabungkan MSG dan makanan

berkarbohidrat tinggi) dapat meningkatkan berat badan tikus dengan kisaran

122,3-188,6 % secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif

(p<0,05) yang menunjukkan kondisi obesitas tercapai. Orlistat sebagai

pembanding menunjukkan aktivitas antiobesitas dengan menghambat kenaikan

berat badan secara signifikan pada kelompok kontrol positif (p<0,05) yang berarti

metode yang digunakan dalam penelitian ini valid. Ekstrak etanol daun jambu air,

fraksi n-heksana, dan fraksi etil asetat juga menunjukkan aktivitas antiobesitas.

Persentase penghambatan pertambahan berat badan tertinggi ditunjukkan oleh

22
fraksi n-heksana daun jambu air dengan daya hambat 85,96% (ditunjukkan pada

Tabel 4.2).

Tabel 4.2 Pertambahan berat badan tikus setelah perlakuan


Grup Pertambahan berat Penghambatan
badan (H14-H1) (g) pertambahan berat badan
(%)
Kontrol positif 38.00 ± 10.15 -
Orlistat 9.00 ± 2.65* 76.32
Ekstrak etanol 50 10.00 ± 17.06* 73.68
mg/kg bb tikus
Fraksi n-heksana 5.33 ±11.85* 85.96
Fraksi etil asetat 10.00 ± 14.18* 73.68
Fraksi air 24.00 ± 21.38 36.84
Catatan: *)=berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif (p<0,05), H= hari

Beberapa produk alami mengklaim memiliki efek antiobesitas, sayangnya

dengan efek pencahar, maka penting untuk mengetahui ekstrak yang diberikan 14

hari perlakuan mempengaruhi konsistensi feses dan indeks feses yang

mencerminkan efek laksatif atau efek penghambat lipase pankreas. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada

konsistensi feses tikus diantara semua kelompok selama perlakuan, begitu pula

indeks feses tikus. Tidak ada efek pencahar dari orlistat, ekstrak etanol dan semua

fraksi daun jambu air.

Setelah perlakuan selama 14 hari, mencit dikorbankan kemudian diisolasi

jaringan lemak hati dan perutnya dilanjutkan dengan ekstraksi jaringan lemak

metode soxhlet dengan pelarut n-heksana untuk mendapatkan kadar lemak bersih.

Peningkatan indeks hati yang signifikan dapat mencerminkan kondisi hati

berlemak karena obesitas. Hati merupakan organ yang dapat menumpuk timbunan

lemak.

23
Tabel 4.3 Indeks jaringan lemak organ hati dan perut tikus setelah perlakuan
Kelompok Indeks hati(%) Indeks lemak perut (%)
Kontrol positf 3.69±0.31 0.11 ± 0.02
Orlistat 3.78±0.55 0.20 ± 0.07
Ekstrak etanol 50 mg/kg 4.27±0.76 0.34 ±0.83
bb tikus
Fraksi n-heksana 4.21±0.32 1.56 ±1.62
Fraksi etil asetat 4.45±0.61 0.98 ± 0.58
Fraksi air 3.84±0.29 0.84 ± 0.86

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna

indeks hati pada semua kelompok dibandingkan dengan kelompok kontrol positif

setelah perlakuan (p>0,05) seperti terlihat pada tabel 4.3. Ekstrak Etanol dan

fraksi daun tidak dapat menurunkan timbunan lemak pada hati. Juga, tidak ada

perbedaan yang signifikan pada indeks jaringan lemak perut diantara semua

kelompok dibandingkan dengan kelompok kontrol positif setelah perlakuan

(p>0,05). Ekstrak Etanol dan fraksi daun jambu air tidak dapat mengurangi

pengendalian jaringan lemak perut.

4.2.3 Efek Analgetik, Antiinflamasi dan SPP

Nyeri merupakan sensasi emosional tidak menyenangkan yang

ditunjukkan pada saat terjadi kerusakan jaringan. Rangsangan nyeri dibedakan

menjadi empat jenis, berupa ransangan kimia, mekanik, panas dan dingin.

Mekanisme terjadinya nyeri dimulai pada saat saraf perifer menerima stimulus

hingga ambang batas tertentu dari luar tubuh. Stimulus tersebut memicu sintesis

prostaglandin (PG) serta beberapa senyawa lain oleh membran fosfolipid sel

perifer, kemudian stimulus ditransduksikan ke traktus spinotalamikus dan

ditransmisikan ke sistem saraf pusat agar dapat diproyeksikan menjadi rasa nyeri

(30).

24
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran (31). Inflamasi adalah respon yang diberikan tubuh saat

cedera atau terjadinya kerusakan jaringan sebagai upaya perlindungan terhadap

tubuh, bertujuan untuk menghancurkan atau mengurangi agen/jaringan yang

cidera. Proses inflamasi melibatkan proses yang kompleks dan melibatkan banyak

aktivitas tipe sel dan mediator inflamasi. Aktivitas sel dan mediator inflamasi

menyebabkan timbulnya tanda inflamasi seperti eritema (kemerahan), edema

(pembengkakan), panas, nyeri dan hilangnya fungsi (32).

Menurut penelitian yang dilakukan Mollika Dkk, yaitu evaluasi aktivitas

analgesik, anti-inflamasi dan SSP ekstrak metanol daun jambu air menunjukkan

bahwa ekstrak metanol dari daun jambu air memiliki efek analgesik, anti-

inflamasi dan efek SPP yang signifikan. Uji aktivitas analgesik dilakukan dengan

uji geliat yang diinduksikan asam asetat.

Hewan dibagi menjadi 6 kelompok dengan 5 tikus disetiap kelompok.

Kelompok I diberi air, kelompok II diberi natrium Diklofenak 10mg/kg bb,

sedangkan kelompok III dan IV diberi ekstrak daun jambu air 100mg/kg dan

200mg/kg bb. Sampel uji dan pembawa diberikan secara oral 30 menit sebelum

pemberian intraperitoneal asam asetat 1.0% v/v tetapi natrium diklofenak

diberikan secara intraperitoneal 15 menit sebelum injeksi asam asetat. Setelah

selang waktu 5 menit mencit diamati kontraksi tubuh yang disebut menggeliat

selama 10 menit berikutnya. Tabel 4.4 menunjukkan pengaruh kedua ekstrak

terhadap geliatan yang diinduksikan asam asetat pada tikus. Pemberian ekstrak

25
metanol daun jambu air secara signifikan (p<0.05) menghambat respon

menggeliat yang diinduksikan asam asetat dengan cara yang tergantung dosis.

Tabel 4.4 Pengaruh ekstrak metanol dari daun jambu air (Syzygium
samarangens) dibiarkan menggeliat akibat asam asetat pada mencit
Kelompok Dosis (mg/kg) Jumlah % penghambatan
menggeliat
I pembawa 35.60 -
II 10 10.10 71.62*
III 100 19.40 45.50*
IV 200 12.14 65.89*

Uji aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan tes edema kaki yang

diinduksikan karagenan pada tikus. Tikus dibagi menjadi enam kelompok yang

masing-masing terdiri dari 5 hewan. Kelompok uji diberi ekstrak 100mg/kg dan

200 mg/kg bb, kelompok pembanding diberi Ibuprofen (10mg/kg bb), sedangkan

kelompok kontrol menerima 1 ml/kg bb larutan NaCl. Setelah 1 jam, 0,1 ml

suspensi karagenan 1% dalam NaCl disuntikkan ke jaringan subplanatar kaki

belakang kanan. Volume kaki diukur pada 1,2,3 dan 4 jam setelah injeksi

karagenan menggunakan mikrometer sekrup pengukur. Tabel 6 menunjukkan efek

antiinflamasi ekstrak daun jambu air pada dosis 200mg/kg (65,20%

penghambatan), sedangkan kelompok II yang diberikan Ibuprofen menunjukkan

84,18% penghambatan edema kaki.

Tabel 4.5. Pengaruh ekstrak metanol daun jambu air pada inflamasi yang
diinduksikan karagenan
Diameter edema(mm) Penghambatan (%)
Dosis(mg/
KEL 2
kg) 1jam 2jam 3 jam 4 jam 1jam 3 jam 4 jam
jam
I pembawa 5.4±0.20 6.35±0.49 6.06±0.58 6.3±0.84
II 10 70.7
2.4±0.47* 1.86±0.46* 1.44±0.3* 1.0±0.32* 55.33 76.25 84.18
2
III 100 41.4
4.06±0.30* 3.72±0.29* 3.36±0.34* 3.16±0.49* 25.06 44.57 50.02
4

26
IV 200 43.9
3.66±0.34* 3.56±0.30* 3.02±0.29* 2.2±0.29* 32.45 50.18 65.20
5

Uji aktivitas depresan SSP dilakukan dengan uji silang lubang (Hole Cross

Test) dan uji lapangan terbuka (Open Field Test). Uji silang lubang dilakukan

dengan mengelompokkan hewan uji yang terdiri dari kelompok kontrol zat

pembawa (air), kelompok uji yang diberi ekstrak daun jambu air dosis 100mg/kg

dan 200 mg/kg bb), kelompok standar diberi diazepam dengan dosis 1mg/kg bb

secara oral. Setiap hewan kemudian ditempatkan pada salah satu sisi bilik dan

jumlah lintasan setiap hewan melalui lubang dari satu bilik ke bilik yang lain

dicatat selama 30 menit pada 0,30, 60 dan 90 menit.

Uji lapangan terbuka (Open Field Test) dilakukan dengan menempatkan

hewan uji di lantai lapangan terbuka ( 100cm x 100cm x 40cmh) dibagi menjadi

beberapa kotak. Jumlah kotak yang dikunjungi oleh masing-masing hewan

dihitung selama 3 menit pada 0, 30, 60 dan 90 menit selama periode penelitian.

Hasil dari uji ini menunjukkan penurunan pergerakan hewan uji pada semua

tingkat dosis yang diuji dan mengikuti respon yang bergantung pada dosis. Efek

depresi paling intens selama periode pengamatan keempat (90menit).

Tabel 4.6 Pengaruh ekstrak metanol daun jambu air pada uji silang lubang
pada mencit
Jumlah gerakan

Kel Dosis
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit

I 10ml/kg, 118.4 ± 1.20 118 ± 1.30 115.4 ± 0.50 117.4 ± 1.16 -

II 1mg/kg, 117.2 ± 1.15* 64.6± 0.43* 38.8± 0.58* 15.8±. 86* -

III 100 mg/kg 1.80 ± 0.67* 1.60 ± 0.95* 3.8±1.89 1.4± 0.74* -

V 200 mg/kg 2.40 ± 0.95* 3.8 ± 1.43* 3.4± 1.72 2±1.19* -

27
Tabel 4.7. Pengaruh ekstrak metanol daun jambu air pada lapangan terbuka
Jumlah gerakan

Kel Dosis
0 menit 30 menit 60 menit 90 menit 120 menit

I 10ml/kg, 12.8 ± 1.15 13 ± 1.41 13.6 ± 0.92 14.2 ± 0.86 -

II 1mg/kg, 11.2 ± 0.58 6 ± 0.70* 4.0 ± 0.83* 2.4±0.81* -

III 100 mg/kg 169.8± 0.63* 168± 1.76* 63.8±1.97* 61.4±1.48* -

V 200 mg/kg 274 ± 2.05 148.4±0.35* 52.4±0.35* 44.6±1.70* -

Hasil uji ini menunjukkan bahwa ekstrak daun jambu air dapat digunakan

sebagai obat herbal alternatif atau pelengkap untuk pengobatan analgesik,

inflamasi dan penyakit depresan. Ekstrak daun jambu air memiliki aktivitas

antiinflamasi karena adanya kandungan flavonoid, dimana senyawa flavonoid

terkenal karena kemampuannya untuk menghambat persepsi nyeri serta sifat anti-

inflamasi karena efek penghambatannya pada enzim yang terlibat dalam produksi

mediator kimia peradangan.

4.2.4 Efek Aktivitas Antibakteri

Antibakteri adalah suatu senyawa yang digunakan untuk menghambat

bakteri. Antibakteri biasanya terdapat dalam suatu organisme sebagai metabolit

sekunder. Mekanisme senyawa antibakteri secara umum dilakukan dengan cara

merusak dinding sel, mengubah permeabilitas membran, mengganggu sintesis

protein, dan menghambat kerja enzim. Senyawa yang berperan dalam merusak

dinding sel antara lain fenol, flavonoid, dan alkaloid. Senyawa fitokimia tersebut

berpotensi sebagai antibakteri alami pada bakteri patogen (33).

28
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Choironi Dkk, yang berjudul

skrining fitokimia dan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu air, daun

jambu air memiliki aktivitas antibakteri, dimana ekstrak etanol daun jambu air

diperiksa antibakterinya secara in vitro menggunakan metode broth

microdillution. Ekstrak dihasilkan dengan cara maserasi menggunakan etanol

96% (dengan perbandingan 1:10) selama 24 jam, selanjutnya disaring. Residu

diekstrak kembali dua kali dengan metode dan pelarut yang sama. Ekstrak etanol

dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 60°C dan

dilanjutkan dengan menggunakan waterbath. Hasil skrinning fitokimia ekstrak

diamati adanya senyawa tanin, alkaloid, flavonoid dan terpenoid.

Aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode mikrodilusi untuk

mendapatkan nilai konsentrai hambat minimal (MIC). Sampel diuji terhadap

E.coli ATCC 25922, B. Cereus ATCC 11778, Enterobacter aerogenes ATCC

13048, Salmonella enterica ATCC 14028, Kocuria rhizophila ATCC 533.

Kloramfenikol digunakan sebagai kontrol positif. Sampel dilarutkan dalam

dimetilsulfosida (DMSO) hingga mencapai 10.000 µg/mL pada sumuran pertama.

Pengenceran serial dua kali lipat dari sampel dilakukan dalam lempeng mikro 96

sumuran. Konsentrasi ekstrak terendah yang menghambat pertumbuhan tampak

dicatat sebagai nilai MIC.

Tabel 4.8 Konsentrasi hambat minimum daun jambu air (Syzygium


samarangens)
MIC (µg/mL)
Bakteri S.samarangense Chloramphenicol

E. coli 2500 15.6


B. cereus 78 3.9
E. aerogenes 2500 3.9
S. enteric 78 3.9

29
K. rhizophila 156 3.9

Hasil penelitian (Tabel 4.8) menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun

jambu air memiliki aktivitas antibakteri yang bervariasi dari aktivitas kuat hingga

aktivitas lemah terhadap kelima bakteri uji dengan nilai MIC antara 78-2500

µg/mL. Nilai MIC ditentukan sebagai konsentrasi ekstrak terendah yang mampu

menghambat pertumbuhan mikrooorganisme. Menurut Abreu, produk fitokimia

yang menghasilkan konsentrasi hambat minimum (KHM) pada kisaran 100-

1000µg/mL pada uji kepekaan in vitro dapat diklasifikasikan sebagai antibakteri.

Ekstrak yang memiliki aktivitas antibakteri dengan konsentrasi dibawah 100

µg/mL berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak

daun jambu air efektif melawan B. cereus dan S. enterica dibandingkan strain lain

yang diuji dengan nilai MIC 78 µg/mL.

Skrinning fitokimia ekstrak diamati adanya tanin, alkaloid, flavonoid dan

terpenoid. Flavonoid merupakan salah satu senyawa yang memiliki aktivitas

antibakteri terbesar dan terluas. Menurut Chusnie dan Lamb, mekanisme

antibakteri flavonoid adalah penghambatan sintesis asam nukleat, penghambatan

fungsi membran sitoplasma dan penghambatan metabolisme energi pada bakteri.

Terpenoid dikenal sebagai antimikroba, dimana khasiatnya 60% terpenoid

menghambat jamur sedangkan 30% menghambat bakteri.

4.2.5 Efek Antioksidan

Radikal bebas (free radical) adalah suatu senyawa atau molekul yang

mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital luarnya.

Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat

30
reaktif mencari pasangan dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul

yang berada disekitarnya. Akibatnya yaitu gangguan fungsi sel, kerusakan

struktur sel, molekul termodifikasi yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun,

dan bahkan mutasi. Semua bentuk gangguan tersebut dapat memicu munculnya

berbagai penyakit seperti penyakit degeneratif hingga kanker. Oleh sebab itu,

tubuh kita memerlukan suatu substansi penting, yakni antioksidan yang dapat

melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredam dampak negatifnya

(34).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi,

dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya,

kerusakan sel dapat dihambat. Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat

digolongkan menjadi 2 jenis yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintesis.

Namun adanya kekhawatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik

menjadikan antioksidan alami sebagai alternatif yang terpilih (34).

Ekstrak daun jambu air memiliki aktivitas aktivitas antioksidan yang

sangat kuat dari pada ekstrak n-heksana, sehingga berpotensi dibuat produk

minuman untuk dikonsumsi sehari hari. Akan tetapi, penelitian tentang aktivitas

antioksidan pada ekstrak air daun jambu air belum pernah dilakukan serta waktu

dan suhu penyeduhan yang optimum sebagai pemanfaatan minuman dari daun

jambu air, karena itu Ulil Albab dkk melakukan penelitian yang berjudul aktivitas

antioksidan daun jambu air (Syzygium samarangense) serta optimasi suhu dan

lama penyeduhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dan waktu yang

31
optimum dalam mengekstrak daun jambu air dan mengetahui nilai aktivitas

antioksidan berupa Inhibisi Consentration (IC50).

Pengujian optimasi suhu dan waktu penyeduhan dilakukan dengan

memanaskan aquades 50 ml dengan variasi suhu yaitu 70, 80, 90 dan 100°C dan

dijaga suhunya. Kemudian dimasukkan daun jambu kering sebanyak 1 g dan

direndam selama variasi waktu 5,20, dan 15 menit. Selama perendaman dilakukan

pengadukan. Penyeduhan ini dilakukan 3 kali pengulangan. Disaring dan diambil

filtratnya. Tahap ini menghasilkan sampel penyeduhan sebanyak 36 sampel.

Untuk uji antioksidan dilakukan dengan tahapan pembuatan larutan DPPH,

optimasi panjang gelombang dan pengujian air seduhan daun jambu air

menggunakan perbandingan 2 ml air seduhan ditambahkan dengan 4 ml larutan

DPPH 20 ppm. Dihomogenkan dan diinkubasikan pada penangas air dengan suhu

37°C selama 30 menit. Serta diikuti perubahan warna dari ungu menjadi kuning.

Kemudian diukur absorbansinya. Absorbansi terendah terdapat pada waktu 5

menit dengan suhu 70°C sedangkan absorbansi tertinggi terdapat pada waktu 15

menit dengan suhu 100°C. Hasil absorbansi ditunjukkan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Absorbansi air seduhan


Waktu/ 70°C 80°C 90°C 100°C

1 0.16 0.31 0.374 0.462


5
2 0.263 0.311 0.426 0.468
menit
3 0.325 0.376 0.482 0.634
Rata-rata
absorbansi 0.249 0.323 0.427 0.521

1 0.247 0.355 0.434 0.543


10
2 0.295 0.413 0.498 0.73
menit
3 0.343 0.445 0.605 0.986
Rata-rata
absorbansi 0.295 0.404 0.512 0.753

1 0.264 0.384 0.464 0.656

32
2 0.31 0.458 0.543 0.996
15
3 0.355 0.492 0.643 1.039
menit
Rata-rata
absorbansi 0.309 0.445 0.550 0.897

Gambar 4.2 Grafik Diagram Rata-rata Absorbansi Sampel

Pada penentuan IC50, daun jambu air diekstraksi dengan metode maserasi.

Daun kering yang dimaserasi sebanyak 300 gram dengan masing-masing pelarut

n-heksana, etil asetat, metanol dan air sebanyak 3000ml selama 24 jam dan diaduk

beberapa kali. Maserasi dilakukan sebanyak 2 kali dalam tiap pelarut dan filtrat

yang diperoleh ditampung dan residu diuapkan dengan cara diangin-anginkan

hingga pelarutnya menguap seluruhnya selama 24 jam. Hasil filtrat dari pelarut air

diuapkan dengan menggunakan freeze dryer hingga air menguap seluruhnya.

Untuk mengetahui aktivitas antioksidannya berupa IC50 digunakan metode

penangkal radikal bebas DPPH. Uji ini menggunakan perbandingan 0,1 ml larutan

ekstrak daun jambu air dengan konsentrai 25, 50, 75 dan 100 ppm ditambahkan

dengan 3,9 ml larutan DPPH 20 ppm. Dihomogenkan dan diinkubasi pada

33
penangas air dengan suhu 37°C selama 30 menit. Serta diikuti perubahan warna

dari ungu menjadi kuning, diukur absorbansinya. Hasil absorbansinya ditunjukkan

pada tabel dibawah.

Tabel 4.10 Hasil analisis absorben ekstrak air daun jambu air
Konsentrasi Absorbansi 1 Absorbansi 2 % Inhibisi 1 % Inhibisi 2 Rata-rata %
(ppm) inhibisi
0 0,224 0,203
25 0,176 0,089 21,428 56,157 38,793
50 0,128 0,056 42,857 72,413 57,635
75 0,099 0,029 55,803 85,714 70,758
100 0,055 0,016 75,446 92,118 83,782

Berdasarkan pada tabel diatas dilakukan analisis regresi linier hubungan

antara konsentrasi ekstrak air dengan persen perendaman absorban DPPH

diperoleh persamaan regresi y= 0,592x +25,72. Berdasarkan hasil yang diperoleh

dari persamaan linier kemudian dapat menentukan harga EC 50. Dari hasil

perhitungan diperoleh harga IC50 sebesar 41,01 ppm.

Nilai IC50 pada pada sampel ekstrak daun jambu air menandakan bahwa

senyawa metabolit sekunder (flavonoid) yang terkandung termasuk banyak.

Berdasarkan penelitian didapatkan persen (%) inhibisi paling tinggi pada suhu

penyeduhan 70°C dengan waktu penyeduhan 5 menit yaitu 77,46%, serta

memiliki nilai aktivitas antioksidan (IC 50) yaitu 41,01 ppm. Dengan demikian

ekstrak daun jambu air ini memiliki potensi yang bagus terhadap penangkal

radikal bebas.

34
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian dari beberapa jurnal

yang telah di review dapat ditarik kesimpulan bahwa daun jambu air (Syzygium

samarangense) memiliki efek meningkatkan proses penyembuhan luka bakar,

memiliki efek antiobesitas, aktivitas analgetik dan antiinflamasi dan SPP, efek

antibakteri, dan antioksidan.

5.2 Saran

Diharapkan kepada masyarakat agar bisa memanfaatkan khasiat daun jambu

air (Syzygium samarangense) sebagai obat herbal dapat menyembuhkan demam,

nyeri, peradangan, gatal-gatal, obesitas, luka bakar dan sebagai antioksidan.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewantara, R., Lintang, M., Nurmiyati. Jenis Tumbuhan yang Digunakan


Sebagai Obat Tradisional di Daerah Eks-Karesidenan Surakarta. Jurnal
Pendidikan Biologi. 11(2): 118-123: 2018.
2. Kumala Sari, L. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3(1): 1-7: 2006.
3. Ningtias, A., Asyiah, I., Pujiastuti. Manfaat Daun sirih (Piper betle L.)
Sebagai Obat Tradisional Penyakit Dalam di Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep Madura. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa
Tahun 2014.
4. Roslizawaty., Rusli., Rani, S., Zuraidawati., Armansyah, T., Zuhrawaty.,
Sayuti, A. Pengaruh Ekstrak Etanol Sarang semut (Myrmecodia sp.) Lokal
Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan
Hiperkolesterolemia. Jurnal Medika Veterinaria. 9(1): 37-39: 2015.
5. Choironi, N., Fareza, M. Phytochemical Screening and Antibacterial Activity
of Ethanolic Extract of Syzygium samarangense Leaves. Jurnal Kartika
Kimia. 1(1): 1-4: 2018.
6. Insani, A., Prameswari, M., Muharrom, N., Hidayati, T., Nugrahani, A.,
Sakinah, E. Salep Daun Syzygium samarangense Meningkatkan Proses
Penyembuhan Luka Bakar Berdasarkan Luka Bakar. Journal of Agromedicine
and Medical Sciences. 3(3): 30-33: 2017.
7. Qowiyyah A., Ihsan S., Hamdani, S., Syifa, L. Anti-Obesity Activity of
Extract Under Various Fractions of Jambu Air Samarang (Syzygium
samarangense) Leaves on Wistar Female Rats. Journal of Engineering
Science and Technology. Special Issue: 89-97: 2020.
8. Mollika, S., Islam, N., Parvin, N., Kabir, A., Sayem, M., Luthfunnesa., Saha,
R. Evaluation of Analgesic, Anti-Inflammatory and CNS Activities of the
Methanolic Extract of Syzygium samarangense Leave. Global Journal of
Pharmacology. 8(1): 39-46: 2014.
9. Albab, U., Nirwani, R., Firmansyah, R. Aktivitas Antioksidan Daun Jambu
Air (Syzygium samarangense (Bl.) Merr et. Perry) Serta Optimasi Suhu dan
Lama Penyeduhan. Walisongo Journal of Chemistry. 1(1): 18-30: 2018.

36
10. Anastasia, R. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Pembelian Konsumen Terhadap Buah Jambu Air (Syzygium Samarangense)
Di Pasar Modern Kawasan Semarang Tengah (Skripsi). Semarang:
Universitas Diponegoro; 2017.
11. Pujiastuti, E. Jambu Air Eksklusif. Depok: PT. Trubus Swadaya; 2015.
12. Kusuma, A. Identifikasi Jenis Lalat Buah (Diptera : Tephritidae) Pada Jambu
Air Dalhari (Syzygium Samarangense)Di Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta;
2012.
13. Irianty, R., Yenti, S. Pengaruh Perbandingan Pelarut Etanol-Air Terhadap
Kadar Tanin pada Sokletasi Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb). SAGU.
13(1): 1-7: 2014.
14. Nofita, D., Dewangga, R. Optimasi Perbandingan Pelarut Etanol Air
Terhadap Kadar Tanin pada Daun Matoa (Pometia pinnata J.R & G.Forst)
Secara Spektofotometri. Chimica et Natura Acta. 9(3): 102-106: 2021.
15. Zakiah, N., Dinna, C., Aulianshah, V., Vonna, A., Yanuarman., Rasidah.
Efek Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.)
Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat II pada Mencit (Mus musculus).
Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research. 02: 90-101: 2017.
16. Palumpun, E., Wiraguna, A., Pangkahila, W. Pemberian Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle) Secara Topikal Meningkatkan Ketebalan Epidermis, Jumlah
Fibroblas, dan Jumlah Kolagen Dalam Proses Penyembuhan Luka pada Tikus
Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus). Jurnal e-Biomedik (eBm). 5(1): 1-7:
2017.
17. Wahyulianingsih., Handayani, S., Malik, A. Penetapan Kadar Flavonoid
Total Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum (L) Merr & Perry).
Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 3(2): 188-193.
18. Sariyem., Sadimin., Sunarjo, L., Haniyati, M. Efektivitas Ekstrak Daun
Sukun Hasil Perebusan Terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri Streptococus
mutans. Jurnal Kesehatan Gigi. 2(2): 104-109: 2015.
19. Yaacob, M., Megantara, S. Artikel Review : Uji Aktivitas dan Efek
Farmakologi Daun Salam (Eugenia polyantha). Farmaka. 16(3): 44-54.
20. Maisarah, M., Chatri, M., Advinda, L., Violita. Karakteristik dan Fungsi
Senyawa Alkaloid Sebagai Antifungi pada Tumbuhan. Serambi Biologi. 8(2):
231-236: 2023.
21. Heliawati, L. Kimia Organik Bahan Alam. Bogor: Pascasarjana UNPAK:
2018.
22. Widi, R., Indriati, T. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam
Batang Kayu Kuning (Arcangelisia flava Merr). Jurnal Ilmu Dasar. 8(1): 24-
29: 2007.
23. Balafif, R., Andayani, Y., Gunawan, E. Analisis Senyawa Triterpenoid dari
Hasil Fraksinasi Air Buah Buncis (Phaseolus Vulgaris Linn). Chem. Prog.
6(2): 56-61: 2013.
24. Liniawari, S., Saleh, C., Erwin. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Triterpenoid
dari Ekstrak n-Heksana Fraksi 8 Noda ke-2 dari Daun Merah Pucuk Merah

37
(Syzygium myrtifolium Walp). Jurnal Kimia Mulawarman. 16(2). 73-77:
2019.
25. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. 2006.
26. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta. 2008.
27. Nur fatin
28. Handaya, A. Daya Antimikroba Infusum Jambu Air Semarang Syzygium
samarangenses (BL) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans, in vitro
(Skripsi). Jakarta: Universitas Indonesia; 2013.
29. Patonah., Susilawati, E., Riduan, A. Aktivitas Antiobesitas Ekstrak Daun
Katuk (Sauropus androgynus L.Merr) pada Model Mencit Obesitas.
Pharmacy. 14(2): 137-152: 2017.
30. Bajuber, Q., Indiastuti, D., Kusuma, E. Efek Analgesik Ekstrak Etanol
Zingiber cassumunar Roxb pada Mencit dengan Metode Writhing Test. Jurnal
Medik Veteriner. 3(1): 45-50: 2020.
31. Turama, D., Bodhi, W., Jayanto, I. Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol Daun
Kucai (Allium tuberosum) pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus).
Pharmacon. 9(3): 412-418: 2020.
32. Latief, M., Fisesa, A., Sari, P., Tarigan, I. Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak
Etanol Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) pada Mencit terinduksi
Karagenan. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis. 7(2): 144-153: 2021.
33. Septiani., Dewi, E., Wijayanti, I. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Lamun
(Cymodocea rotundata) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Journal of Fisheries Science and Technology. 13(1): 1-6:
2017.
34. Amin, A., Wunas, J., Anin, Y. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Klika Faloak (Sterculia quadrifida R.Br) dengan Metode DPPH. Jurnal
Fitofarmaka Indonesia. 2(2): 111-114.

38

Anda mungkin juga menyukai