Anda di halaman 1dari 40

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN

HIPERTENSI RAWAT JALAN DI PUSKESMAS


KECAMATAN DARUL MAKMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA

PROPOSAL

Oleh:

TIAR FAHROZI
1901011368

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Evaluasi Penggunaan
Obat Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Puskesmas Kecamatan Darul
Makmur Kabupaten Nagan Raya” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program S1 Farmasi di Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
Selama proses penyusunan proposal ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku Pembina Yayasan
Helvetia.
2. Iman Muhammad, S.E., S.Kom., M.M.,M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Helveti.
3. Drs. Dr. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
4. apt. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Pembimbing I Kesehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
5. apt. Adek Chan, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. apt. Pricella Ginting, S.Farm., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang
telah memberikan masukan yang bermanfaat untuk perbaikan proposal ini.
7. dr. Jefri Naldi, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan yang bermanfaat untuk perbaikan proposal ini.
8. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
pendidikan.
Penulis menyadari baik dari segi penggunaan bahasa, cara menyusun
proposal ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2023

Tiar Fahrozi
1901011368

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... v
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ 4
1.3 Hipotesis Penelitian......................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian............................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian........................................................... 6
1.6 Kerangka Konsep............................................................. 7
BAB II TINJAUAN PENELITIAN........................................................... 8
2.1 Tekanan Darah................................................................. 8
2.2 Hipertensi......................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Hipertensi........................................... 9
2.2.2 Penyebab Hipertensi............................................ 10
2.2.3 Faktor Pemicu Hipertensi.................................... 11
2.2.4 Gejala Hipertensi................................................. 15
2.2.5 Manifestasi Klinik................................................ 15
2.2.6 Patofisiologi......................................................... 17
2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi................................. 18
2.2.8 Terapi Farmakologi.............................................. 20
2.2.9 Komplikasi........................................................... 21
2.2.10 Klasifikasi............................................................ 23
2.3 Penggunaan Obat Rasionalitas........................................ 25
2.3.1 Pemberian Obat Rasional..................................... 25
2.3.2 Kriteria Pengunaan Obat Secara Rasional........... 25
2.3.3 Pemberian Obat Tidak Rasional.......................... 26
2.3.4 Kategori Pemberian Obat Tidak Rasional........... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................. 28
3.1 Jenis Penelitian................................................................ 28
3.2 Tempat dan Waktu........................................................... 28
3.2.1 Tempat Penelitian................................................ 28
3.2.2 Waktu Penelitian.................................................. 28
3.3 Populasi dan Sampel........................................................ 28
3.3.1 Populasi Penelitian............................................... 28

ii
3.3.2 Sampel Penelitian................................................ 28
3.4 Defenisi Operasional....................................................... 30
3.5 Pengumpulan Data........................................................... 30
3.6 Pengolahan Dan Analisis Data........................................ 31
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 32

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Kerangka Konsep.................................................................. 7

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kategori Tekanan Darah........................................................... 23

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan publik utama diseluruh dunia

dan merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskular tersering, serta belum

terkontrol optimal di seluruh dunia. Namun, hipertensi dapat dicegah dan

penanganan dengan efektif dapat menurunkan risiko stroke dan serangan jantung

(1). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut

jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan

peningkatan volume aliran darah. Hal tersebut terjadi karena kerja jantung yang

yang berlebih saat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan

nutrisi oleh tubuh. Hipertensi yang tidak tertangani dengan baik dapat berujung

pada kematian. Hampir 1 miliar orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah

tinggi. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan

hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 milyar orang setiap tahunnya di dunia

dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan asia timur-selatan. Sekitar

sepertiga dari orang dewasa di asia timur-selatan menderita hipertensi (2).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat atau tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka

waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),

jantung penyakit jantung koroner dan otak menyebabkan stroke bila tidak

1
2

dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien

hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.

Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang

peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar

hipertensi dapat dikendalikan (3)

Menurut WHO batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg

tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan

mengidap hipertensi bila tekanan darahnya > 140/90 mmHg. Salah satu cara untuk

mengobati dan mengatasi penyakit hipertensi yaitu dengan menggunakan obat

antihipertensi. Penggunaan obat antihipertensi merupakan faktor yang sangat

penting untuk meningkatkan keberhasilan terapi. Penderita hipertensi yang tidak

diberikan terapi dengan tepat kan menyebabkan terjadinya komplikasi yang dapat

memperburuk kondisi hipertensi (4). Namun, semakin tingginya angka pravelensi

penderita hipertensi maka penggunaan obat antihipertensi akn semakin meningkat.

Sehingga akan meningkatkan resiko terjainya ketidak rasionalan penggunaan obat

antihipertesi. Menurut WhO penggunaan obat yang rasional yaitu pasien yang

menirima terapi pngobatan yang sesuai dengan nebutuhan klinisnya, dalam dosis

yang tepata dan sesuai, dalam periode waktu yang sesuai, serta dengan biaya ang

terjangkau oleh pasien ataupun oleh kebanyakan masyarakat (4).

Penggunaan obat yang tidak tepat akan mengakibatkan terapi tidak efektif,

tekanan darah sulit terkontrol, memicu komplikasi serta memperburuk kondisi

pasien. Semakin tinggi kasus hipertensi dengan atau tanpa komorbid maka

semakin tinggi penggunaan obat antihipertensi sehingga potensi ketidak tepatan


3

penggunaan obat semakin tinggi. Dari penjelasan diatas, perlu dilakukan

penelitian evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien hipertensi

sehingga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas serta memberi manfaat bagi

Rumah Sakit Peningkatan tekanan darah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

resiko antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko

yang tidak dapat diubah atau dikontrol) dan gaya hidup seperti kebiasaan

merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,

kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik,

stres, dan penggunaan estrogen. (5).

Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang dapat

terjadi dan jika hipertensi tidak ditangani dengan tepat, maka evaluasi penggunaan

obat antihipertensi sangat penting dilakukan untuk meningkatkan keamanan

penggunaan obat agar tercapai tekanan darah yang optimal. Evaluasi penggunaan

obat merupakan suatu proses jaminan mutu yang terstruktur, dilaksanakan terus-

menerus dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat-obatan digunakan dengan

tepat, aman dan efektif (5). Evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan aspek-

aspek dalam penggunaan obat di lapangan dengan kriteria-kriteria penggunaan

yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Hasil dari evaluasi ini selanjutnya dijadikan

acuan untuk menjalankan perubahan dalam penggunaaan obat supaya mencapai

rasionalitas penggunaan obat, yaitu pasien menerima obat sesuai dengan

kebutuhan klinis dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu masing-masing

untuk jangka waktu yang cukup dan pada biaya terendah bagi pasien (5).
4

Hipertensi menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah karena

adanya tekanan darah yang melebihi batas normal. Endotel yang terkelupas akan

menyebabkan terjadinya agregasi trombosit, selain itu terdapat pelepasan

trombokinase sehingga mnyebabkan gumpalan darah yang stabil dan bila

pembuluh darah tidak kuat lagi menahan tekanan darah yang tinggi maka akan

mengakibatkan pecahnya pembuluh darah pada otak. Evaluasi penggunaan obat

antihipertensi bertujuan untuk memastikan penggunaan obat yang rasional kepada

penderita hipertensi, dimana penggunaan obat yang rasional sangat penting untuk

meningkatkan keberhasilan terapi. Apabila penderita hipertensi tidak diterapi,

dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan

penderita (6).

Penyakit hipertensi dipilih menjadi topik karena hipertensi merupakan

penyakit tidak menular (PTM) dengan jumlah tertinggi yng banyak di jumpai di

indonesia. Laporan dari sistem informasi Puskesmas Kecamatan Darul Makmur

Kabupaten Nagan Raya sudah di dominasi oleh penyakit tidak menular. Dengan

semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular seperti hipertensi yang

telah menyerang baik remaja maupun lansia. Dalam hasil survey awal yang telah

dilakukan pasein hipertensi dalam 6 bulan terdapat sejumlah 735, hal ini

mendorong bagi saya untuk melakukan penelitian mengenai “Evaluasi

Penggunaan Obat Pada Pasien Hipertensi Rawat Jalan Di Puskesmas Kecamatan

Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya”


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana penggunaan obat pada pasien hipertensi rawat jalan di

Puskesmas Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun

2023?

b. Bagaimana ketepatan penggunaan obat antihipertensi berdasarkan tepat

indikasi, tepat pasien,tepat obat,tepat dosis, dan waspada efek samping di

Puskesmas Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun

2023?

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

a. Penggunaan obat pada pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun 2023sudah

sesuai dengan standart pengobatan.

b. Penggunaan obat pada pasien hipertensi rawat jalan di Puskesmas

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun 2023 sudah tepat

indikasi, tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, dan waspada efek samping.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. untuk mengetahui pemberian obat pada pasien hipertensi di Puskesmas

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun 2023.


6

b. Untuk mengetahui ketepatan penggunaan obat hiprtensi berdasarkan tepat

indikasi, tepat pasien, tepat dosis, dan waspada efek samping di

Puskesmas Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun

2023.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Untuk penulis

Sebagai bahan kajian sebagai pengembangan ilmu pengetahuan yang telah

diperoleh selama mengikuti pendidikan serta sebagai media informasi

untuk menambah wawasan dalam bidang penelitian khususnya tentang

penggunaan obat antihipertensi.

b. Untuk institusi pendidikan

Bagi program studi kefarmasian dapat menjadi bahan kajian maupun

referensi dalam menambah bahan perpustakaan serta meningkatan

kemampuan peserta didik mengenai penggunaan obat pada pasien

hipertensi.
7

1.6 Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat Parameter

pasien hipertensi Profil dan evaluasi obat


Pasien yang berobat ke hipertensi
rumah sakit
 Tepat penggunaan
 Tepat pemakaian
 Tepat dosis
 Tepat jenis
 Waspada efek samping
Distribusi pasien

 Jenis kelamin
 Umur
 Tekanan darah
 Penggunaan obat

Gambar 1.1. Kerangka Konsep


BAB II

TINJAUAN PENELITIAN

2.1 Tekanan Darah

Saat darah mengalir melalui sistem kardiovaskuler menimbulkan tekanan

pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini paling besar pada arteri dekat jantung

dan paling rendah pada vena yang mengembalikan darah ke jantung. Tekanan

darah dalam arteri berubah-ubah secara berirama sejalan dengan denyut jantung

yang mencapai maksimum saat ventrikel kiri mengeluarkan darah ke dalam aorta

(sistole) dan turun kembali selama diastole, yang mencapai minimum tepat

sebelum denyut jantung berikutnya (7).

Tekanan darah arteri biasanya diukur dengan alat sfignomanometer. Alat

ini terdiri atas sebuah manset yang dipasangkan mengelilingi lengan dan

dikembangkan sampai arteri brakhialis disumbat (terdeteksi dengan

mendengarkan melalui stetoskop yang ditempatkan diatas arteri di bawah manset).

Tekanan dalam manset diukur dengan kolom air raksa dan sederajat dengan

tekanan darah maksimum, tekanan darah sistolik, bila arteri disumbat. Manset

secara bertahap dikempeskan, yang memungkinkan darah disemburkan melalui

arteri. Suara detak terdengar melalui stetoskop. Bisingnya akan melemah saat

aliran darah dalam arteri tidak mengalami bendungan sama sekali. Tekanan dalam

manset kemudian sesuai dengan tekanan terendah selama siklus jantung- tekanan

darah diastolik. Tekanan darah dinyatakan dengan dua angka, misalnya 120/80,

dimana 120 menyatakan tekanan darah sistolik dalam milimeter air raksa (mmHg)

dan 80 menyatakan tekanan darah diastolik dalam milimeter air raksa. Tekanan

8
9

darah normal beragam nilainya. Seorang dewasa muda yang sehat bisa

mempunyai tekanan darah dari kira-kira 100/60 sampai kira-kira 150/90. Ini

bervariasi dalam hubungannya dengan tidur, kerja fisik dan emosi, serta

cenderung meningkat dengan bertambahnya usia (7).

2.2 Hipertensi

2.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan

morbiditas di Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi

yang sangat perlu dilakukan diberbagai tingkat fasilitas kesehatan. Selain tingkat

kejadiannya yang tinggi, penyakit ini juga bersifat progresif, yakni secara

perlahan dalam jangka panjang akan merusak organ-organ target (jantung,

pembuluh darah, otak dan ginjal) (8).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat

melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia.

Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar

(90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab

tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,

peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan

volume aliran darah Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan

bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik yaitu

tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg

karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
10

nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

membutuhkannya.

2.2.2 Penyebab Hipertensi

1. Penyebab Hipertensi Essensial.

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat

diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab

hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan

hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong

hipertensi primer, sedangkan 10%-nya tergolong hipertensi sekunder.

a. Herediter atau faktor genetic.

b. Lingkungan, termasuk asupan garam, obesitas, pekerjaan, kurang olah

raga, asupan alkohol, stres psikososial, jenis kelamin, dan usia.

c. Sistem renin, angiotensin, dan aldosteron.

d. Defek membran sel dalam ekskresi Na, yaitu penurunan pengeluaran

Na dari dalam sel yang disebabakan Na+K+ATPase dan

Na+H+exchanger. oleh kelainan pada system

e. Resistensi insulin atau hiperinsulinemia mengakibatkan retensi natrium

ginjal, meningkatkan aktivitas saraf simpatis, meningkatkan tekanan

aerteri, dan hipertrofi otot polos.

2. Penyebab Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,

antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid

(hipertiroid). penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain


11

lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia

esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke

penderita hipertensi esensial.

a. Penggunaan estrogen.

b. Penyakit ginjal.

c. Hipertensi vaskuler renal,

d. Hiperaldosteronisme primer.

e. Sindrom chushing.

f. Feokromositoma.

g. Koarktasio aorta

h. Kehamilan (7).

2.2.3 Faktor Pemicu Hipertensi

Hipertensi dapat dipicu oleh berbagai faktor. Faktor- faktor yang memiliki

potensi menimbulkan masalah atau kerugian kesehatan biasa disebut dengan

faktor risiko. Pada kejadian hipertensi, faktor risiko dibagi menjadi dua kelompok

yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah.

Faktor risiko kejadian hipertensi yang tidak dapat diubah terdiri dari usia, jenis

kelamin, dan keturunan (genetik) (9).

1. Usia

Usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi yang tidak

dapat diubah. Pada umumnya, semakin bertambahnya usia maka semakin

besar pula risiko terjadinya hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh

perubahan struktur pembuluh darah seperti penyempitan lumen, serta


12

dinding pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang

sehingga meningkatkan tekanan darah. Menurut beberapa penelitian,

terdapat kecenderungan bahwa pria dengan usia lebih dari 45 tahun lebih

rentan mengalami peningkatan tekanan darah, sedangkan wanita

cenderung mengalami peningkatan tekanan darah pada usia di atas 55

tahun (9).

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko ter- jadinya hipertensi

yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini, pria cenderung lebih banyak

menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut terjadi

karena adanya dugaan bahwa pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat

jika dibandingkan dengan wanita. Akan tetapi, prevalensi hipertensi pada

wanita mengalami peningkatan setelah memasuki usia menopause. Hal

tersebut disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang dialami wanita

yang telah menopause (9).

3. Keturunan (Genetik)

Keturunan atau genetik juga merupakan salah satu fak- tor risiko

terjadinya hipertensi yang tidak dapat diubah. Risiko terkena hipertensi

akan lebih tinggi pada orang dengan keluarga dekat yang memiliki riwayat

hiperten- si. Selain itu, faktor keturunan juga dapat berkaitan de- ngan

metabolisme pengaturan garam (NaCl) dan renin membran sel. Sementara

itu, faktor risiko kejadian hipertensi yang dapat diubah terdiri dari obesitas,

kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan kafein berlebih, konsumsi

garam berlebih, stres, serta keseimbangan hormonal (9).


13

4. Obesitas

Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak berlebih dalam tubuh.

Obesitas dapat diketahui dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT).

IMT adalah perbandingan antara berat badan dalam kilogram dengan

tinggi badan dalam meter kuadrat. Pengukuran IMT biasanya dilakukan

pada orang dewasa usia 18 tahun ke atas. Obesitas dapat memicu

terjadinya hipertensi akibat terganggunya aliran darah. Dalam hal ini,

orang dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar lemak

dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi me- nimbulkan

penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis) (9).

5. Merokok

Merokok juga dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya

hipertensi. Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan kebutuhan

oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami peningkatan. Bagi

penderita yang memiliki aterosklerosis atau penumpukan lemak pada

pembuluh darah, merokok dapat memperparah kejadian hipertensi dan

berpotensi pada penyakit degeneratif lain seperti stroke dan penyakit

jantung. Pada umumnya, rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya

seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat tersebut akan terisap melalui

rokok sehingga masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan lapisan

endotel pembuluh darah arteri, serta mempercepat terjadinya aterosklerosis

(9).
14

6. Konsumsi Alkohol dan Kafein Berlebih

Alkohol juga diketahui menjadi salah satu faktor risiko terjadinya

hipertensi. Hal tersebut diduga akibat adanya peningkatan kadar kortisol,

peningkatan volume sel da- rah merah, dan kekentalan darah yang

mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Sementara itu, kafein diketahui

dapat membuat jan- tung berpacu lebih cepat sehingga mengalirkan darah

lebih banyak setiap detiknya. Akan tetapi, dalam hal ini, kafein memiliki

reaksi yang berbeda pada setiap orang (9).

7. Konsumsi Garam Berlebih

Sudah banyak diketahui bahwa konsumsi garam ber- lebihan dapat

menyebabkan hipertensi. Hal tersebut dikarenakan garam (NaCl)

mengandung natrium yang dapat menarik cairan di luar sel agar tidak

dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukan cairan dalam tu- buh.

Hal inilah yang membuat peningkatan volume dan tekanan darah (9).

8. Stres

Stres juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya hi- pertensi. Kejadian

hipertensi lebih besar terjadi pada individu yang memiliki kecenderungan

stres emosional. Keadaan seperti tertekan, murung, dendam, takut, dan

rasa bersalah dapat merangsang timbulnya hormon adrenalin dan memicu

jantung berdetak lebih kencang sehingga memicu peningkatan tekanan

darah (9).
15

2.2.4 Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala. Jika

menunjukkan gejala, gejala tersebut bukanlah gejala yang spesifik yang

mengindikasikan adanya hipertensi. Meskipun jika kebetulan beberapa gejala

munculbersamaan dan diyakini berhubungan dengan hipertensi, gejala-gejala

tersebut sering kali tidak terkait dengan hipertensi, jika hipertensinya berat atau

menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala, antara lain sakit kepala, kelelahan,

mual dan muntah, sesak napas, napas pendek (terengah-engah), gelisah,

pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga

berdengung, sulit tidur, rasa berat di tengkuk, nyeri di daerah kepala bagian

belakang, otot lemah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat

berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan, denyut jantung yang kuat, cepat,

atau tidak teratur, impotensi, darah di urine, mimisan (jarang dilaporkan) (10).

2.2.5 Manifestasi Klinik

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;

meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya

berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala

yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing. wajah

kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,

maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya

berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:

1. Sakit kepala

2. Kelelahan
16

3. Muntah

4. Sesak napas

5. Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,

mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini

disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

Manifestasi klinis hipertensi secara umum dibedakan menjadi:

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis. Manifestasi klinis hipertensi pada lansia secara umum adalah: sakit

kepala, perdarahan hidung, vertigo, mual muntah, perubahan penglihatan,

kesemutan pada kaki dan tangan, sesak napas, kejang atau koma, nyeri

dada

Penyakit tekanan darah tinggi merupakan kelainan "sepanjang umur",

tetapi penderitanya dapat hidup secara normal seperti layaknya orang sehat
17

asalkan mampu mengendalikan tekanan darahnya dengan baik. Di lain pihak,

orang masih muda dan sehat harus selalu memantau tekanan darahnya, minimal

setahun sekali. Apalagi bagi mereka yang menpunyai faktor-faktor pencetus

hipertensi seperti kelebihan berat badan, penderita kencing manis, penderita

penyakit jantung, riwayat keluarga ada yang menderita tekanan darah tinggi, ibu

hamil minum pil kontrasepsi, perokok dan orang yang pernah dinyatakan tekanan

darahnya sedikit tinggi. Hal ini dilakukan kerena bila hipertensi diketahui lebih

dini, pengendaliannya dapat segera dilakukan (11).

2.2.6 Patofisiologi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan total peripheral

resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak

terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. Tubuh memiliki

sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang

disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan stabilitas tekanan darah

dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah sangat kompleks.

Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti reflex kardiovaskuler

melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat

yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem

pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler

dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin.

Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang

dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan

berbagai organ Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya


18

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE).

ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah

mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon,

renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang

terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II

inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua

aksi utama (12).

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

a. Pengaturan diet Mengkonsumsi gizi yang seimbang dengan diet rendah

garam dan rendah lemak sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk

dapat mengendalikan tekanan darahnya dan secara tidak langsung

menurunkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi. Selain itu juga perlu

mengkonsumsi buah-buahan segar sepeti pisang, sari jeruk dan diet dan

terapi penunjang (13).

b. Sebagainya yang tinggi kalium dan menghindari konsumsi makanan

awetan dalam kaleng karena meningkatkan kadar natrium dalam makanan.

Modifikasi gaya hidup yang dapat menurunkan resiko penyakit

kardiovaskuler. Mengurangi asupan lemak jenuh dan mengantinya dangan

lemak polyunsaturated atau monounsaturated dapat menurunkan resiko

tersebut. Meningkatkan konsumsi ikan, terutama ikan yang masih segar

yang belum diawetkan dan tidak diberi kandungan garam yang berlebih.

Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat Gaya hidup dapat merugikan

kesehatan dan meningkatkan resiko komplikasi hipertensi seperti


19

merokok, mengkonsumsi alkohol, minum kopi, mengkonsumsi makanan

cepat saji (junk food), malas berolahraga makanan yang diawetkan

didalam kaleng memiliki kadar natrium yang tinggi didalamnya. Gaya

hidup itulah yang meningkatkan resiko terjadinya komplikasi hipertensi

karena jika pasien memiliki tekanan darah tinggi tetapi tidak mengontrol

dan merubah gaya hidup menjadi lebih baik maka akan banyak komplikasi

yang akan terjadi. Penurunan berat badan merupakan modifikasi gaya

hidup yang baik bagi penderita penyakit hipertensi. Menurunkan berat

badan hingga berat badan ideal dengan munggurangi asupan lemak

berlebih atau kalori total. Kurangi konsumsi garam dalam konsumsi harian

juga dapat mengontrol tekanan darah dalam batas normal. Perbanyak buah

dan sayuran yang masih segar dalam konsumsi harian (13).

c. Menejemen Stres Stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, rasa marah,

murung, dendam, rasa takut, rasa bersalah) merupakan faktor terjadinya

komplikasi hipertensi. Peran keluarga terhadap penderita hipertensi

diharapkan mampu mengendalikan stres, menyediakan waktu untuk

relaksasi, dan istrirahat. Olahraga teratur dapat mengurangi stres dimana

dengan olahraga teratur membuat badan lebih rileks dan sering melakukan

relaksasi. Ada 8 tehnik yang dapat digunakan dalam penanganan stres

untuk mencegah terjadinya kekambuhan yang bisa terjadi pada pasien

hipertensi yaitu dengan cara : scan tubuh, meditasi pernafasan, meditasi

kesadaran, hipnotis atau visualisasi kreatif, senam yoga, relaksasi otot

progresif, olahraga dan terapi musik (13).


20

d. Mengontrol kesehatan Penting bagi penderita hipertensi untuk selalu

memonitor tekanan darah. Kebanyakan penderita hipertensi tidak sadar

dan mereka baru menyadari saat pemeriksaan tekanan darah. Penderita

hipertensi dianjurkan untuk rutin memeriksakan diri sebelum timbul

komplikasi lebih lanjut. Obat antihipertensi juga diperlukan untuk

menunjang. keberhasilan pengendalian tekanan darah. Keteraturan berobat

sangat penting untuk menjaga tekanan darah pasien dalam batas normal

dan untuk menghindari komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit

hipertensi yang tidak terkontrol (13).

e. Olahraga teratur Olahraga secara teratur dapat menyerap atau

menghilangkan endapan kolestrol pada pembuluh darah nadi. Olahraga

yang dimaksut adalah latihan menggerakan semua nadi dan otot tubuh

seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda, aerobik. Oleh karena itu

olahraga secara teratur dapat menghindari terjadinya komplikasi hipertensi

Latihan fisik regular dirancang untuk meningkatkan kebugaran dan

kesehatan pasien dimana latihan ini dirancang sedinamis mungkin bukan

bersifat isometris (latihan berat) latihan yang dimaksud yaitu latihan

ringan seperti berjalan dengan cepat (13).

2.2.8 Terapi Farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien

hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6

bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
21

Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga

kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu:

1. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

2. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya

3. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada

usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid

4. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor

(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)

5. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi

farmakologi

6. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur (14).

2.2.9 Komplikasi

Hipertensi merupakan komplikasi yang terdiri dari stroke, infark miokard,

gagal ginjal, ensefalopati (kerusakan otak) dan pregnancyincluded hypertension

(PIH) (15).

1. Stroke

Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih

dari 24 jam yang berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan

disebabkan oleh gangguan peredaranbdarah. Stroke dengan deficit

neurologic yangterjadi tiba tiba dapat disebabkan oleh iskemia atau

perdarahan otak. Stroke iskemik disebabkan oleh oklusi 24 fokal

pembuluh darah yang menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa

ke bagian otak yang mengalami oklusi. Stroke dapat timbul akibat


22

pendarahan tekanan tinggi dibotak atau akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada

hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami

hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

diperdarahi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami artero sklerosis

dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

anurisma (15).

2. Infark Miokardium

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang artero sklerotik

tidak dapat mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila

terbentuk trombus yang menyumbat aliran darah melalui pembuluh

tersebut. Akibat hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka

kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat

terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga,

hipertrofi dapat menimbulkan perubahaanperubahan waktu hantaran listrik

melintasi ventrikel sehingga terjadi distritmia, hipoksia jantung dan

peningkatan risiko pembentukan bekuan (15).

3. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang

progresif dan irreversible dari berbaga penyebab, salah satunya pada

bagian 25 yang menuju ke kardiovaskular. Mekanisme terjadinya

hipertensi padagagal ginjal kronik oleh karena penimbunan garam dan air

ata system renin angiotensin aldosteron (RAA). Hipertensi berisiko 4 kali


23

lebi besar terhadap kejadian gagal ginjal bila dibandingkan denganborang

yangtidak mengalami hipertensi (15).

4. Ensefalopati ( Kerusakan Otak)

Ensefalopati (Kerusakan otak) dapat terjadi terutamab pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat).Tekanan yang sangat tinggi

pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

mendorong ke dalam ruang intersitium diseluruh susunan saraf pusat.

Neuron–neuron disekitarnya kolaps yang dapat menyebabkan ketulian,

kebutaan dan tak jarang juga koma serta kematian mendadak. Keterikatan

antara kerusakan otak dengan hipertensi, bahwa hipertensi berisiko 4 kali

dengan orang yang tidak menderita hipertensi (15).

2.2.10 Klasifikasi

Hipertensi klasifikasi tekanan darah menurut JNC 8 didasarkan pada rata-

rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah. Klasifikasi tersebut meliputi 5

kategori, (normal, pre hipertensi, hipertensi stage 1, hiprtensi stage 2 dan

hipertensi krisis) The Joint National Committee (JNC) VIII (16).

Tabel 2.1. Kategori Tekanan Darah

Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg)


Normal <120 <80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100
24

Obat pengobatan hipertensi sebagai berikut:

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh

(lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan

daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya

tekanan darah. Contoh obat-obatan ini adalah: Bendroflumethiazide,

chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan indapamide (17).

2. ACE-Inhibitor

Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat

yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering

timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat

yang tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan lisinopril (17).

3. Calsium channel blocker

Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa jantung

dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat

yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem dan nitrendipine

(17).

4. ARB

Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II

pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.

Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalah eprosartan, candesartan,

dan losartan (17).


25

5. Beta blocker

Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa

jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui

mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat yang

tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol, bisoprolol, dan beta

metoprolol (17).

2.3 Penggunaan Obat Rasionalitas

2.3.1 Pemberian Obat Rasional

Untuk itu kerasionalan penggunaan obat harus selalu diperhatikan dalam

upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian. Penggunaan obat secara

rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai kebutuhan klinisnya,

dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang sesuai dan

dengan biaya yang terjangkau oleh kebanyakan masyarakat (18)

Resistensi hipertensi merupakan hal penting dalam mengindikasikan

kegagalan dalam pengobatan (morbiditas, mortalitas) dan peningkatan

penggunaan hipertensi empiris dengan spektrum luas. Mempelajari pola

penggunaan antibiotika adalah hal dasar dalam desain intervensi langsung baik

secara regional maupun lokal dalam optimalisasi penggunaan obat yang rasional

(19).

2.3.2 Kriteria Pengunaan Obat Secara Rasional

1. Tepat Obat

Tepat obat adalah penggunaan antibiotik sesuai dengan tanda atau gejala

klinis serta diagnosis penyakit


26

2. Tepat Dosis

Ketepatan dosis didasarkan pada besaran dosis yang diberikan, durasi

pemberian antibiotik, dan frekuensi pemberian antibiotik

3. Tepat Indikasi

Penggunaan obat hipertensi dikatakan tepat indikasi apabila sesuai dengan

tanda atau gejala dan diagnosis yang ada

4. Tepat Pasien

Tepat pasien didasarkan pada ketepatan penggunaan obat yang disesuaikan

dengan kondisi patologi maupun fisiologi dari pasien dan tidak ada

kontraindikasi

5. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat antibiotik dikatakan tepat diagnosis apabila sesuai

dengan tanda atau gejala dan diagnosis yang ada (20).

2.3.3 Pemberian Obat Tidak Rasional

Penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam praktek

sehari-hari. Peresepan obat tanpa indikasi yang jelas; penentuan dosis, cara, dan

lama pemberian yang keliru, serta peresepan obat yang mahal merupakan

sebagian contoh dari ketidakrasionalan peresepan. Penggunaan suatu obat

dikatakan tidak rasional jika kemungkinan dampak negatif yang diterima oleh

pasien lebih besar dibanding manfaatnya (21).


27

2.3.4 Kategori Pemberian Obat Tidak Rasional

a. Peresepan berlebih (overprescribing)

Yaitu jika memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukanuntuk

penyakit yang bersangkutan.

b. Peresepan kurang (underprescribing)

Yaitu jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik

dalam hal dosis, jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkannya

obat yang diperlukan untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam

kategori ini.

c. Peresepan majemuk (multiple prescribing)

Yaitu jika memberikan beberapa obat untuk satu indikasi penyakit yang

sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu obat

untuk penyakit yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis obat.

d. Peresepan salah (incorrect prescribing)

Mencakup pemberian obat untuk indikasi yang keliru, untuk kondisi yang

sebenarnya merupakan kontraindikasi pemberian obat, memberikan

kemungkinan resiko efek samping yang lebih besar, pemberian informasi

yang keliru mengenai obat yang diberikan kepada pasien, dan sebagainya

(21).
28

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif melalui

pendekatan secara retrospektif. Dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

melakukan evaluasi penggunaan obat antihepertensi pada pasien hipertensi di

Puskesmas Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya (22).

3.2 Tempat dan Waktu

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan

Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya tahun 2023.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

2023

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi sampel sejumlah berdasarkan data rekam medik yang didiagnosa

penyakit hipertensi dan menggunakan obat antihepertensi di Puskesmas

Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mendapat pengobatan

hipertensi, pengambilan sampel secara purposive sampling (23).


29

Jumlah sampel atau responden sebagai sumber data penelitian dihitung

dengan menggunakan rumus Slovin. Sampel adalah bagian yang mewakili dari

keseluruhan bagian dari populasi. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini

dengan menggunakan rumus slovin, dapat dilihat sebagai berikut (24).

keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = Standar error (10%)

735
n= =88 orang untuk pasien umum
1+ 735(0,01)

Kriteria inklusi dan yang masuk kriteria eksklusi tidak dimasukkan dalam

sampel penelitian.

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien rawat jalan.

b. Pasien hipetertensi dan dengan dianogsa.

c. Pasien hipertensi dan penyakit penyerta

d. Pasien desawa diatas umur 30 tahun (25).

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien hipertensi dan mendapat diagnosa

b. Pasien Dewasa diatas 25 tahun.

c. Pasien hipertensi dan penyakit lain

d. Pasien rawat Inap (26)


30

3.4 Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyakit Hipertensi adalah suatu kondisi abnormal yang terjadi pada diri

seseorang yang memiliki tekanan darah melebihi batas normal yaitu

tekanan darah sistoliknya >140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya >90

mmHg.

2. Terapi Hipertensi adalah pengobatan jangka panjang pada pasien

hipertensi di Puskesmas Tapa yang menggunakan obat amlodipin dan

captopril.

3. Tepat indikasi adalah kesesuaian penggunaan obat berdasarkan diagnosa

yang manfaat terapinya telah terbukti.

4. Tepat obat adalah ketepatan pemberian obat berdasarkan indikasi yang

dialami pasien.

5. Tepat dosis adalah ketepatan jumlah dari obat yang diberikan pada pasien,

yang berada dalam range dosis terapi yang direkomendasikan berdasarkan

usia, berat badan ataupun kondisi pasien.

6. Rekam Medis adalah buku yang digunakan sebagai bahan data yang

didalamnya memuat nama pasien, tanggal kunjungan, tempat tanggal lahir,

alamat pasien, diagnosa dokter, pekerjaan, pendidikan, hasil pemeriksaan

tekanan darah pasien hipertensi (27).

3.5 Pengumpulan Data


31

Data yang didapat dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.

Peneliti mendapatkan data dari data rekam medik di Puskesmas Kecamatan Darul

Makmur Kabupaten Nagan Raya. (28)

3.6 Pengolahan Dan Analisis Data

Data yang akan dianalisis yaitu frekuensi penggunaan antihipertensi di

Puskesmas Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan Raya. Data pada

penelitian ini berupa data penggunaan obat antihipertensi, yang kemudian

dianalisis untuk menjelaskan persentase kesesuaian obat dan dosis antihipertensi

yang diterima oleh pasien hipertensi (29). Peneliti mendapatkan data dari rekam

medik. Pengolahan data menggunakan bantuan komputerisasi yaitu dengan

menggunakan Microsoft Excel dan SPPS disajikan dalam bentuk tabel dan grafik

(30)
DAFTAR PUSTAKA

1. Pikir BS. Hipertensi Manajemen Komprehensi. Cetakan I. Surabaya:


Airlangga University Press; 2015.
2. Khotimah MN. Terapi Masage Dan Terapi Nafas Dalam Pada Hipertensi.
Cetakan I. Malang: Ahlimedia Press; 2021. 1 p.
3. Destiani DP, Rina S, Eli H, Ellin F, Syahrul N. Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Fasilitas Kesehatan Rawat Jalan
Pada Tahun 2015 Dengan Metode Atc/Ddd. Farmaka. 2016;14(2):19–25.
4. Dagmar ZN, Lestari D, Rahayu AP. Evaluasi Profil Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di Salah Satu Klinik Kota Bandung.
2021;
5. A L, A, Darmayanti H. Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Kota
Padang Periode 2018. J Hum Care. 2020;5(2):570–6.
6. Khotimah SEYN, Musnelina L, Farmasi PS. Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Primer Usia 45 Tahun Di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Kota Depok. 2015;
7. Apriyanti Puji Hastuti. Hipertensi. Cekatan II. I Made Ratih, editor. Jawa
Tengah: Lakeisha; 2022. 4–5 p.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Pada Hipertensi. Jakarta; 2019. 1 p.
9. Medika TB. Berdamai Dengan Hipertensi. Yanita Nur. Jakarta: Tim Bumi
Medika; 2017. 12–20 p.
10. Hutagulang MS. Pengetahuan Sikap dan Tindakan Stroke dan Tentang
Hipertensi Sebagai Faktor Risiko Stroke: Panduan Lengkap Stroke.
Nusamedia; 2021. 28–29 p.
11. Manuntung A. Terapi Perilaku Kognitif PAda Pasien Hiptertensi. Malang:
Wnika Media; 2018.
12. Nuraini B. Risk Factors of Hypertension. Bianti Nuraini. 2015;4(5):10–9.
13. Teti Sutriyati Tuloli M. Penatalaksaan Hipertensi Yang Tepat Bagi
Masyarakat Desa Tunggulo Selatan Kecamatan Tilongkabila. Gorontalo;
2019. 15–17 p.
14. Perhimpunan Dokter. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskuler. Edisi I. Vol. 42. 2015. 2413 p.
15. Widiyanto A, Atmojo JT, Fajriah AS, Putri SI. Pendidikan Kesehatan
Pencegahan Hipertensi. 2020;
16. Fitri RD. Diagnose Enforcement And Treatment Of High Blood Pressure. J
Kedokt [Internet]. 2015;4(3):47–51. Available from:
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/549. Diakses
pada 29 Maret 2021.
17. Krisnanda MY. Hipertensi. 2017;2–10.
18. Alter Y. Runtu, R. Tampa R V. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan
Antibiotik Pada Pasien ISPA Anak Rawat Inap Di Rumah Sakit Siloam
Manado. Trop J Biopharm. 2020;2(2):158–69.
19. Sholih MG, Muhtadi A, Saidah S. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di

32
33

Salah Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010. Indones J Clin
Pharm. 2015;4(1):64–70.
20. Nurmiyati N, Tasman T, Lolok N. Analisis Rasionalitas Penggunaan Obat
Antibiotika Pada Pasien ISPA Di Rumah Sakit Langara Kabupaten
Konawe Kepulauan. J Pharm Mandala Waluya. 2022;1(3):109–16.
21. Kemenkes RI. Modul Penggunaan Obat Rasional 2011. Modul Pengguna
Obat Rasional. 2011;3–4.
22. Salsabilla F, Rizki F, Prabandari Sari. Pola Penggunaan Obat Anti
Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Klinik Perintis Tegal Tahun 2020. J
Ilm Farm [Internet]. 2021;x(November):1–5. Available from:
http://eprints.poltektegal.ac.id/126/
23. Ekaningtyas A, Wiyono W, Mpila D. Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Kabupaten
Minahasa Utara. Pharmacon– Progr Stud Farm Fmipa, Univ Sam Ratulangi
[Internet]. 2021;10(November):1215–21. Available from:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/37421
24. Lawuningtyas Hariadini A, Secsiandre Ade Pamungkas S, Sidharta B.
Pengaruh Pemberian Informasi Obat Antihipertensi Terhadap Tingkat
Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien Peserta Prolanis di Puskesmas
Gedangan Kabupaten Malang. Pharm J Indones. 2020;6(1):63–8.
25. Indarto MR. Profil Luaran Klinis pada Pasien Ulkus Kornea Bakteri di
RSUP Dr . Sardjito dan RSM “ Dr . YAP ” Yogyakarta Berdasarkan Profil
Terapi : Case Series. 2022;18(4):462–8.
26. Kurniapuri A, Supadmi W. Pengaruh pemberia informasi obat
antihipertensi terhadap kepatuhan pasien hipertensi di Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta perionde November 2014. Maj Farm.
2015;11(1):268–74.
27. Tutoli TS, Rasdiana N, Tahala F. Pola Penggunaan Obat Antihipertensi
Pada Pasien Hipertensi. Indones J Pharm Educ. 2021;1(3):127–35.
28. Diwati A, Sofyan O. Profil dan Rasionalitas Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama Periode Mei - Juli 2021. 2023;19(1):1–8.
29. Ahadiah N, Handayani N, Suhardiana E. Evaluasi Kesesuaian Obat Dan
Dosis Antihipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit “X” Kota
Tasikmalaya. Media Inf. 2020;15(2):129–37.
30. Gultom R, Harahap A, Medan UI, Info A. Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Lanjut Usia Dirumah Sakit Umum Imelda
Pekerja Indonesia Medan. 2021;5(1):5–10.
34

Anda mungkin juga menyukai