Pekanbaru
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
2.7.1 Definisi Rumah Sakit .............................................. 38
2.7.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit............................... 38
2.7.3 Rekam Medis.......................................................... 39
2.7.3.1 Definisi Rekam Medis ................................... 39
2.7.3.2 Kegunaan Rekam Medis .............................. 39
2.8 RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau ................................... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................... 42
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .............................................. 42
3.2 Metode Penelitian ................................................................. 42
3.2.1 Jenis Penelitian ......................................................... 42
3.2.2 Penetapan Populasi Penelitian .................................. 42
3.2.3 Penetapan Sampel Penelitian.................................... 42
3.2.4 Perhitungan Sampel Penelitian................................. 43
3.3 Alur Penelitian...................................................................... 43
3.3.1 Pengurusan Izin ........................................................ 43
3.3.2 Pengambilan dan Pengumpulan Data ....................... 44
3.4 Analisis Data ........................................................................ 44
3.5 Kerangka Konsep ................................................................. 47
3.6 Etika Penelitian .................................................................... 47
3.7 Instrumen Penelitian............................................................. 48
3.8 Definisi Operasional............................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 51
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh berbagai bakteri yang
Gilman, 2012 ). Antibiotik adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah dan
akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang luar biasa. The Center for Disease
antibiotik yang tidak diperlukan dari 150 juta peresepan setiap tahun. Berbagai
antara lain untuk penyakit yang tidak perlu membutuhkan antibiotik (Hadi, et al.,
2013).
resisten terhadap antibiotik (Burke, 2014). Efek dari resistensi antibiotik dapat
menyebabkan waktu tinggal di rumah sakit yang lebih lama, biaya medis yang
lebih tinggi dan angka kematian yang meningkat (Anonim, 2016). Resisten
2 juta orang terinfeksi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik , dan 23.000
orang meninggal setiap tahun sebagai akibat langsung dari infeksi (Frieden,
2013). Salah satu antibiotik yang paling sering digunakan sebagai terapi lini
1
seperti streptomisin, gentamisin, tobramisin dan amikasin, efektif terhadap
dalam daftar penggunaan harian obat (DPHO) askes penggunaan amikasin hanya
untuk kasus yang sudah resisten dengan gentamisin. Amikasin secara klinis lebih
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rahman dkk., 2015) mengatakan bahwa
infeksi di ICU RSUD Arifin Ahcmad Provinsi Riau. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh (Aliska et al., 2017) mengukur kadar optimal amikasin terhadap
pasien sepsis di Intensive Care Unit Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dimana
kadar optimal amikasin dari 23 pasien hanya 4 yang mencapai kadar optimal
pasien yang beravariasi meskipun dengan penyakit yang sama harus mengalami
penyesuaian dosis tiap individu. Kadar optimal amikasin dinyatakan tercapai bila
Cmax/MIC >8, rentang konsentrasi puncak (Css max) 20-30 mg/L dan konsentrasi
min
lembah (Css ) < 10 mg/L. Amikasin merupakan obat dengan indeks terapi
sempit yang sangat rentan terhadap toksisitas. Obat yang memiliki indeks terapi
sempit adalah sekelompok obat yang memiliki batasan antara KTM (Kadar
Toksik Minimum) dan KEM (Kadar Efek Minimum) yang sempit. Obat-obat ini
2
perlu mendapatkan perhatian dan pengaturan dosis agar memberikan efek terapi
puncak (Cmax) dalam plasma dimana konsentrasi inhibisi minimum amikasin >8
yang efektif secara klinis. Sifat toksik ayang sama dengan golongan
darah (Miladiyah, 2010). Memantau kadar obat dalam darah sangat membantu
membatasi sifat toksik obat dalam manajemen terapi. Amikasin memiliki daya
parenteral. Obat ini bersifat sangat polar karena sukar menembus sel tanpa
paralimfe dan endolimfe telingan bagian tengah, dan akumulasi ini terjadi apabila
merupakan rumah sakit kelas B pemerintah provinsi Riau yang mempunyai tugas
dan fungsi mencakup upaya pelayanan kesehatan perorangan, pusat rujukan dan
3
dari data rekam medis jumlah pasien dewasa di instalasi rawat inap pada tahun
2018 sebanyak 21.767 jiwa. Pemakain antibiotik amikasin di instalasi rawat inap
pada tahun 2018 sebanyak 347 dan tahun 2019 dari januari sampai september
sebanyak 875.
di Instalasi Rawat Inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) rumah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antibiotik
jalan mencoba-coba. Orang Hindu sudah beribu-ribu tahun lalu mengobati lepra
tertentu sebagai pelopor antibiotika (Tjay dan Rahardja, 2010). Setelah Penisilin,
(1949), Rifampisin (1960) dan Gentamisin (1963) (Tjay dan Rahardja, 2010).
Namun seiring berjalannya waktu, satu demi satu bakteri mulai resisten terhadap
Antibiotik dalam bahasa latin memiliki arti (anti= lawan, bios= hidup)
adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh bakteri, yang memiliki khasiat
manusia relatif kecil (Tjay dan Rahardja, 2010). Antibiotik adalah obat atau zat
Antibiotik adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu
5
2.1.3 Klasifikasi Antibiotik
antara lain:
6
menghambat pertumbuhan dan perbanyakan bakteri, contohnya tetrasiklin,
Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika
dan eritromisin.
Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika
kadarnya relatif tinggi atau dalam dosis besar, tapi tidak perlu
7
sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding
daptomysin.
sehingga sel menjadi lisis. Obat yang memiliki aktivitas ini antara lain
8
2.1.4 Golongan Antibiotik
memiliki spektrum kerja yang luas dan meliputi banyak kuman gram positif
9
hemolitikum, dan S aureus. Cukup aktif terhadap kokus negatif
atau P aeruginosa.
Memiliki spektrum yang luas terhadap bakteri gram negatif dan dapat
organisme gram negatif yang memiliki pola resisten pada banyak obat.
10
1. Monobactam, merupakan obat-obat dengan cincin beta laktam
luas dengan aktivitas yang luas terhadap banyak batang gram negatif
d. Golongan Aminoglikosida
Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan sejumlah kuman gram-positif.
Obat ini mempunyai indeks terapi sempit dengan efek samping toksisitas
e. Golongan Tetrasiklin
positif dan gram negatif serta kebanyakan basil. Tidak efektif terhadap
11
beberapa protozoa (amuba) lainnya. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan
monosiklin.
f. Golongan Makrolida
basa.
g. Golongan Kloramfenikol
hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman gram negatif.
Contohnya kloramfenikol.
tidak terbentuknya basa purin dan DNA pada bakteri. Kombinasi dari
tuberkulosis.
12
i. Golongan Fluorokuinolon
oleh pseudomonas.
j. Golongan Linkomisin
k. Golongan Kuinolon
infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi (Tjay dan Rahardja, 2010).
l. Golongan Rifampisin
Rifampisin aktif secara in vitro terhadap bakteri gram positif dan negatif,
Rahardja, 2010).
13
m. Golongan Polipeptida
Obat golngan ini hanya digunakan secara topikal, karena jika diberikan
sehingga permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus (Tjay dan
Rahardja, 2010).
daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu:
sangat diperlukan untuk menetapkan jenis dan dosis antibiotik secara tepat.
14
Agar dapat menunjukkan aktivitasnya sebagai bakterisida ataupun
bakteri.
3. Antibiotik harus tetap berada pada tempat ikatannya untuk waktu yang
atau makanan dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan. Efek dari
interaksi yang dapat terjadi cukup beragam mulai dari yang ringan seperti
sempit, pada indikasi yang ketat dengan dosis yang adekuat, interval dan lama
15
pedoman penggunaan antibiotik, penerapan penggunaan antibiotik secara terbatas
Antibiotik tidak diberikan pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau
infeksi.
e. Cost effective: obat dipilih atas dasar yang paling cost effective dan
aman.
pada kasus infeksi yang belum diketahui jenis bakteri penyebabnya. Tujuan
16
pemberian antibiotik untuk terapi empiris adalah eradikasi atau
sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu yang paling
pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat
evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis pasien serta data
penunjang lainnya.
pada kasus infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebab dan pola
pilihan pertama untuk terapi infeksi. Pada infeksi sedang sampai berat dapat
antibiotik per oral. Lama pemberian berdasarkan pada efikasi klinis untuk
17
harus dilakukan evaluasi berdasarkan data mikrobiologis dan kondisi klinis
pasien.
Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi pada
kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan tujuan
untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat operasi
yang sesuai dengan kebutuhan, untuk periode waktu yang dekat dan dengan harga
obat paling murah untuk pasien dan juga masyarakat (Anonimb, 2011). Penerapan
18
e. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik secara lebih
dan masyarakat.
1. Tepat Diagnosis
3. Tepat Dosis
7. Tepat Informasi
infeksi menjadi sulit untuk diobati dan dapat membahayakan nyawa serta
pasien yang terinfeksi memerlukan terapi yang lebih lama dan mahal
(Anonimb, 2011).
19
b. Faktor Penyebab Resistensi Antibiotik
3. Peresepan dalam jumlah besar dan ketika diagnosis awal belum pasti.
resistensi.
daya kerja antibiotik. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu
(Anonimb, 2011):
20
3. Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri.
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Terdapat empat hal yang penting
1. Absorpsi
zat aktif melalui sistem peredaran darah. Penyerapan obat terjadi secara
struktur utama dalam sel, mengelilingi keseluruhan sel dan bertindak sebagai
pembatas antara sel dan cairan interstisial. Secara fungsional, membran sel
dan struktur membran plasma. Membran sel terutama tersusun dari fosfolipid
dalam bentuk dua lapis yang terpisahkan dengan gugus karbohidrat dan
protein. Bentuk sediaan yang sesuai dapat menembus membran, obat larut
polar. Faktor penentu lain adalah kelarutan obat. Kelarutan merupakan faktor
21
yang dapat mengubah pH ditempat penyerapan serta konsentrasi zat aktif juga
kadar obat di dalam darah. Kadar obat di dalam darah tentu akan berbeda jika
mungkin kurang dari 100% berdasarkan dua alasan utama: banyaknya obat
2. Distribusi
Volume distribusi adalah suatu volume yang mengandung sejumlah obat pada
daripada obat-obat yang berada dalam bagian vaskular yang terpisah, yakni
22
3. Metabolisme
yang paling umum. Metabolisme obat dalam liver bergantung aliran. Jumlah
enzim yang terlibat dalam metabolisme obat tidak merata pada seluruh liver.
berdasarkan letaknya di dalam sel, yaitu enzim mikrosom yang tedapat dalam
dan enzim non mikrosom. Kedua enzim metabolisme ini terutama terdapat
dalam sel hati, tetapi juga terdapat dalam sel jaringan lain, misalnya: ginjal,
paru-paru, epitel saluran cerna dan plasma. Di lumen saluran cerna juga
terdapat enzim non mikrosom yang dihasilkan oleh flora usus. Enzim
obat, serta reksi reduksi dan hidrolisis. Sedangkan enzim non mikrosom
23
1. Ekskresi
hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui
alat ekskresi. Sistem ekskresi merupakan salah satu hal yang penting dalam
obat.
2.3 Amikasin
gentamisin dan tobramisin, dan karena itu dapat digunakan untuk beberapa
pseudomonas ,enterobacter, dan serratia dihambat dengan dosis 1-20 mcg/ ml.
24
1. Indikasi Amikasin
bakterial, infeksi berat pada saluran napas, tulang dan sendi, SSP dan jaringan
lunak, infeksi intra-abdominal, infeksi pada luka bakar, infeksi pasca bedah,
ISK (Infeksi saluran kemih) berat dan rekuren oleh bakteri gram negatif yang
Infeksi oleh bakteri gram negatif yang resisten terhadap gentamycin dan atau
Amikasin memiliki kontra indikasi pada pasien yang sedang hamil dan
protein bakteri dengan mengikat kedinding sel bakteri dan terjadi proses
transportasi aktif ke dalam sitosol sel. Masuk nya amikasin kedalam sel
yang diduga disebabkan oleh pengenalan kode genetik yang salah yang
25
4. Interaksi Obat Amikasin (Herdwiani et al., 2015)
dari 10%. Efek samping lain yang lebih jarang (< 1%) yaitu agranulositosis,
26
reaksi alergi, dispnea, granulositopenia, fotosensitif, pseudomotor serebral dan
6. Spektrum Aktivitas
kelompok ini, dan karena resistensinya yang unik terhadap enzim pengaktivasi
waktu paruh yang mirip, oleh karena itu, model farmakokinetika yang dapat
1. Absorbsi
2015). Pada pemberian oral maupun rektal, banyaknya obat yang diabsorpsi
absorpsi cepat dan toksisitas yang tidak diduga (Goodman dan Gilman, 2012).
Absorpsi amikasin melalui pencernaan kurang baik dan lebih baik jika
27
diabsorpsi cepat setelah injeksi intramuskular. Pada pasien sakit kritis,
terutama dalam keadaan syok, absorpsi obat dari tempat injeksi intramuskular
2. Distribusi
Amikasin bersifat sangat polar, obat polar ini tidak berpenetrasi ke dalam
sebagian besar sel, sistem saraf pusat (SSP) dan mata (Herdwiani et al., 2015).
yang tinggi hanya ditemukan pada bagian korteks ginjal serta bagian endolimfe
dan perilimfe telinga bagian dalam. Konsentrasi dalam empedu mendekati 30%
keadaan tidak ada peradangan ), angka ini mencapai 25% pada kondisi
3. Metabolisme
4. Ekskresi
glomerulus dan mencapai kadar dalam urine sebesar 50-200 µg/ml. Sebagian
28
besar obat yang diberikan secara paerenteral tidak berubah selama 24 jam pertama
dan sebagian besar dari jumlah tersebut muncul pada 12 jam pertama. Bersihan
ginjal aminoglikosida kurang lebih dua pertiga dari bersihan kreatinin secara
hialngnya obat dari plasma melebihi eksresi obat dari ginjal sebesar 10-20%.
Namun setelah terapi 1-2 hari, hampir 100% dosisnya dapat ditemukan kembali di
ikatan (binding site) pada jaringan. Kecepatan eliminasi obat dari tempat tempat
ini jauh lebih lama daripada eliminasinya dari plasma. Waktu paruh
hingga 20 hari setelah pemberian obat dihentikan (Goodman dan Gilman, 2012).
20-30 mg/L dan konsentrasi palung tidak lebih dari 10 mg/L. Amikasin
merupakan obat indeks terapi sempit dengan toksisitas berupa ototoksisitas dan
amikasin dalam plasma melebihi 35-40 mg/L. Nefrotoksistas akan terjadi jika
29
6. Bioavailabilitas (F)
dan sukar larut dalam lipid. Akibatnya, obat-obat ini sukar diabsorpsi bila
diberikan secara oral dan harus diberikan secara parenteral untuk mengobati
7. Volume Distribusi
Volume ini setara dengan cairan ekstraseluler sehingga akan mudah tercapai
konsentrasi distribusi pada paru dan otak. Pasien dengan cystic fibrosis volume
et al., 2015).
Kadar tinggi hanya di temukan dalam korteks ginjal dan telinga bagian dalam,
30
8. Klirens
Karena klirens aminoglikosida dan klirens kreatinin memiliki nilai yang mirip
adalah klirens non-renal, yaitu 0,0021 L/kg/jam (atau 2,5 ml/menit/70 kg)
(Winter, 2012).
(140-Usia)(Berat Badan)
Clcr untuk pria ( ml/menit) = (72) (Srcr)
(140-Usia)(Berat Badan)
Clcr untuk wanita ( ml/menit) = (0,85) x
(72) (Srcr)
9. Waktu Paruh
Waktu paruh aminoglikosida dalam plasma bervariasi antara 2-3 jam pada
pasien dengan fungsi ginjal yang normal (Katzung, 2012). Waktu paruh
hewan percobaan terhadap infeksi bakteri di ginjal, bahkan pada saat obat
31
tersebut tidak lagi terdeteksi dalam serum. Walaupun eksresi aminoglikosida
pada orang dewasa dan anak-anak berumur di atas 6 bulan sama, waktu paruh
obat ini mungkin diperpanjang secara signifikan pada bayi baru lahir. Bayi
baru lahir dengan bobot badan kurang dari 2 kg memiliki waktu paruh
dengan bobot di atas 2 kg mengeliminasi obat ini dengan waktu paruh kira-kira
5 jam. Pada pasien anefrik, waktu paruh aminoglikosida bervariasi dari 20-40
Amikasin memiliki peringatan pada pasien gangguan fungsi ginjal, bayi dan
lansia (sesuaikan dosis, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan
2.5 Dosis
menghasilkan efek terapi pada fungsi tubuh yang mengalami gangguan. Dosis
Obat harus diberikan pada pasien untuk menghasilkan efek yang di harapkan
tergantung dari banyak faktor seperti, usia, bobot badan, jenis kelamin, luas
permukaan tubuh, keparahan penyakit dan keadaan daya tahan tubuh (Syamsuni,
2006).
32
2.5.2 Macam-Macam Dosis
c) Dosis terapi: dosis obat yang digunakan untuk terapi jika pasien sudah
terkena penyakit.
f) Dosis letal: dosis yang melebihi dosis terapi dan mengakibatkan efek
faktor meliputi: faktor obat, cara pemberian obat dan penderita. Terutama
berdasarkan keadaan individual pasien yang ditinjau dari sisi umur, berat badan,
33
kondisi penyakit, penyakit lain dan kombinasi obat yang diberikan. Dosis
(Vd) (Css)
1. Loading Dose =
(S)(F)
obat yang diinginkan didalam darah kemudian untuk selanjutnya dengan dosis
(Cl)(Css) τ
2. Maintenance Dose =
(S)(F)
untuk mempertahankan efek klinik atau konsentrasi terapeutik obat yang sesuai
S.F. D
3. Cssave =
Cl .τ
jumlah konsentrasi obat di dalam tubuh dengan bertambahnya waktu, hal ini
dapat tercapai setelah 2 kali terjadinya konsentrasi obat minimum pada kondisi
tunak dan 2 kali terjadinya konsentrasi obat maksimal pada kondisi tunak
(Winter, 2012).
4. Cssmin=
VD
S .F .D k
e
1 e k .
34
5. Cssmax=
S .F .D kt
VD
e
1 e k .
Konsentrasi obat maksimal pada kondisi tunak yang terjadi beberapa saat
Dimana :
35
2.6 Dewasa
istilah adult atau adolescene yang berarti “ telah tumbuh menjadi kekuatan dan
ukuran yang sempurna ” atau “telah menjadi dewasa (matured) ” (Hurlock, 2010).
Dewasa dalam bahasa Belanda adalah “Volwassen” yang artinya Vol berarti
penuh dan Wassen berarti tumbuh, sehingga “volwassen” berarti sudah tumbuh
dengan penuh atau selesai tumbuh (Wojowasito, 1992). Dari pengertian tersebut
dapat diartikan bahwa orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
orang dewasa lainnya. Peningkatan yang terjadi pada masa dewasa akan
penelitian karir, semangat hidup yang tinggi, perencanaan yang jauh kedepan dan
berbagai keputusan penting yang berkaitan dengan kesehatan, karir dan hubungan
dalam penampilan, minat, sikap dan prilaku tertentu yang karena tuntutan
tak mau harus dihadapi di usia dewasanya. Klasifikasi dewasa dibagi menjadi tiga
36
Pada masa ini perubahan fisik dan psikologis telah mencapai
dianggap telah dewasa menurut hukum yang berlaku di Amerika sejak tahun
1970.
Rentang usia ini ditandai dengan terjadinya penurunan kemampuan fisik dan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Sedangkan menurut WHO (World
Health Organization) rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
37
2.7.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
pelayanan medik; pelayanan penunjang medik dan non medik; pelayanan dan
pengembangan serta administrasi umum dan keuangan. Jadi, empat fungsi dasar
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan adalah
tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi tentang segala tindakan yang
adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertentu, laporan
38
semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan (imaging) dan
penderita.
4) Digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan
merupakan rumah sakit kelas B pemerintah provinsi Riau yang mempunyai tugas
dan fungsi mencakup upaya pelayanan kesehatan perorangan, pusat rujukan dan
39
Pendidikan Kesehatan lainnya. Rumah sakit ini juga memiliki angka kunjungan
yang banyak dibanding rumah sakit lainnya di kota Pekanbaru (Anonimb, 2018).
Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Riau No. 8 Tahun 2008 tentang
RSUD Arifin Achmad adalah perangkat daerah yang diserahi wewenang, tugas
dan tanggung jawab untuk melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna
undangan yang berlaku, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor: 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
1) Pelayanan medis.
40
3) Pelayanan asuhan keperawatan.
4) Pelayanan rujukan.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
di Instalasi Farmasi & Instalasi Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah Arifin
tahun) yang mendapat terapi amikasin di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Populasi dalam penelitian ini adalah semua rekam medis pasien dewasa (≥
18 tahun) yang mendapat terapi amikasin di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Sampel dalam penelitian ini adalah semua rekam medis pasien dewasa
yang mendapat terapi amikasin di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau tahun 2018. Sampel diambil dengan teknik
42
3.2.4 Perhitungan Sampel Penelitian
N
n=
1+N (d2 )
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi
Rekam Medik dan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
Provinsi Riau. Surat tersebut kemudian diajukan kepada Kepala Instalasi Rekam
Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Kemudian dilakukan
43
pengurusan kode etik penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Riau yang
Data dalam penelitian ini yaitu data sekunder yang merupakan data rekam
medis dan catatan perkembangan pasien oleh dokter dan perawat. Data rekam
medis pasien yang dibutuhkan yaitu, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, diagnosis, dosis, lama pemberian dan pemeriksaan labor (SrCr). Semua
data.
frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Adapun variabel yang akan dilihat
1. Jumlah dan persentase (%) pasien dewasa di instalasi rawat inap yang
2. Jumlah dan persentase (%) pasien dewasa di instalasi rawat inap yang
1. Jumlah dan persentase (%) pasien dewasa di instalasi rawat inap yang
44
2. Jumlah dan persentase (%) pasien dewasa di instalasi rawat inap yang
1. Jumlah dan persentase (%) pasien dewasa di instalasi rawat inap yang
rumus berikut :
S.F. D
Cssave =
Cl .τ
2. Jumlah dan persentase (%) pasien dewasa di instalasi rawat inap yang
Cssmax=
S.F .D kt
VD
e
1 e k .
3. Jumlah dan persentase (%) pasien dewasa di instalasi rawat inap yang
rumus berikut :
Cssmin=
S .F .D k
VD
e
1 e k .
4. Jumlah dan persentase (%) pasien dewasa di instalasi rawat inap yang
Keterangan :
45
Cssmin : Kadar minimal obat dalam darah
S : Bentuk kimia
F : Fraksi
D : Dosis infus
Vd : Volume distribusi
K : Konstanta
t : Waktu
40
3.5 Kerangka Konsep
individual pada pasien dewasa di Instalasi Rawat Inap RSUD Arifin Achmad
berdasarkan perhitungan dosis individual terhadap dosis yang telah diberikan oleh
Etika dalam penelitian ini adalah meminta persetujuan dari RSUD Arifin
47
3.7 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah rekam medis pasien
Achmad.
1. Sampel adalah seluruh rekam medis pasien dewasa yang mendapat amikasin
berdasarkan keadaan individual pasien yang ditinjau dari sisi umur, berat
badan, kondisi penyakit, penyakit lain dan kombinasi obat yang diberikan.
4. Rentang usia adalah semua pasien rawat inap dengan usia ≥ 18 tahun yang
5. Jenis Pendosisan
48
b) Tunggal : Pemberian amikasin dengan interval diperpanjang menjadi
sekali sehari
6. Jenis Terapi
infeksi sebelumnya.
7. Ketepatan dosis adalah dosis yang diberikan kepada pasien, berada dalam
8. Ketepatan dosis adalah dosis yang diberikan kepada pasien, berada dalam
berada antara < 20 mg/L untuk pendosisan konvensional dan <60 mg/L
untuk tunggal.
tunggal.
49
c. Konsetrasi Berlebih : Apabila konsentrasi amikasin berada antara >30
tunggal.
50
DAFTAR PUSTAKA
Aliska, G., Setiabudy, R., Purwantyastuti, Dewi, T., U., Kurniawati, Sedono, R.,
and Azwar, M., K., 2017, Optimal Amikacin Levels For Patients with
Sepsis in Intensive Care Unit of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta,
Acta Med Indones - Indones J Intern Med, 49 (3) : 227-235.
Anonimd, 2011, Profil Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru:
http://www.rsudpekanbaru.com/?page_id=4 (Akses 15 Maret 2019).
51
Anonimb, 2018, RSUD Arifin Achmad, http://rsudarifinachmad.riau.go.id/profil-
rsudaa.html (Akses 20 Agustus 2019).
Borong, M., 2012, Kerasionalan Penggunaan Antibiotik pada Pasien Rawat Inap
Anak Rumah Sakit M.M Dunda Limboto Tahun 2011, Fakultas Farmasi,
Gorontalo.
Burke, C.A., 2014, Essensial Antibiotik Ed. 7, Fakultas Kedokteran EGC, Jakarta.
Frieden, T., 2013, The Threat of Antibiotic Resistance Thereats in The United
States. US Departement of Health and Human Services, United States
Gibson, G. and Skett, P., 1991, Introduction to Drug Metabolism, Chapman and
Hall, London
Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi, dan Elysabeth, 2012, Farmakologi dan
Terapi, Edisi 5, Badab Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Hadi, U., Kuntaman., Qiptiyah, M., dan Paraton, H., 2013, Problem of Antibiotic
Use and Antimicrobial Resistance in Indonesia: Are We Really Making
Progress?, Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease, 4(4): 5–
8.
Herdwiani, W., Jason, M.P. dan Lucia, V.I., 2015, Buku Ajar Farmakokinetik
Klinik, Trans Info Media, Jakarta.
Jonoes, N., 2004, Ars Prescribendi Resep yang Rasional, Airlangga University
Press, Surabaya.
Katzung, B.G, 2012, Farmakologi Dasar dan Klinik Ed.10, Fakultas Kedokteran
EGC, Jakarta.
Magiorakos, A.-P., Srinivasan, A., Carey, R.B., Carmeli, Y., Falagas, M.E.,
Giske, C.G., 2012, Multidrug-resistant, extensively drug-resistant and
pandrugresistant bacteria: an international expert proposal for interim
standard definitions for acquired resistance. Clinical Microbiology and
Infection, 18: 268–281.
52
Miladiyah, I., 2010, Toksodinamik Antibiotika Golongan Aminoglikosida,
Departeman Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Islma
Indonesia, JKKI, 2(5): 41-47.
Rahman, V., Anggraini, D., dan Fauziah, D., 2015, Pola Resistensi Acinobacter
Baumannii yang Diisolasi di Intesive Care unit (ICU) RSUD Achmad
Provinsi Riau Periode 1 Januari sampai 31 Desember 2014, Jom Fakultas
Kedokteran Universitas Riau, 2(2) : 1-8.
Siregar, C.J.P., dan Lia, A., 2003, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan,
Fakultas Kedokteran EGC, Jakarta.
Shargel, L., Andrew, Y., dan Susana, W.P., 2012, Applied Biopharmaceutics Sixth
Edition, Mcgraw Hill Profesionals, New York.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2010, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta
53
Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian
Analisis Data
54
Lampiran 2. Skema Kerja, Pengambilan, Pengumpulan dan Analisa Data
Pemberian Kode
Analisis Data
Kuantitatif Kualitatif
55
Lampiran 3. Parameter Farmakokinetika Amikasin
Tabel 2. Parameter Farmakokinetika Amikasin
Konsentrasi Pendosisan Pendosisan“sekali sehari’
terapeutik Konvensional
Puncak 20-30 mg/L 60 mg/L
Palung < 10 mg/L Tidak terdeteksi
Vd 0,25 L/Kg Usia 1-5 tahun :
0,5L / kg ( 5 x0,25) BB
usia
Cl
Fungsi ginjal normal Sama dengan Clcr
Anefrik fungsionala 0,0043 L/kg/jam
Anefrik operasib 0,0021 L/kg/jam
Hemodialisisc 1,8 L/jam
56
Lampiran 4 . Lembar pengumpul data
Tabel 3. Lembar Pengumpul Data
Pemerik- Ketepatan
Hasil Lama Parameter
kode J saan Fisik Diag- J.P Jenis Pendosisan
No Usia Labor Obat Dosis Peng-
Pasien K nosa Terapi Css Css Css Css Css Css
BB TB (Srcr) gunaan
Ave min max ave min max
Keterangan :
JK : Jenis Kelamin
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
Srcr : Serum Kreatinin
Css ave : Kadar rata-rata obat dalam darah
Cssmax: Kadar maksimum obat dalam darah
Cssmin: Kadar minimum obat dalam darah
57
Lampiran 5. Surat Izin Pra Riset
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75