Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID ORAL


DI APOTEK KELUARGA-1 KOTA PEKANBARU
Risky Anugerah, Fina Aryani, Wardatul Jannah, Weni Nofrianty, Wezzy Utami Khairul

ABSTRAK
Pengetahuan merupakan faktor internal yang mempengaruhi sikap dan prilaku seseorang dalam
menentukan suatu keputusan, begitu halnya dalam penggunaan obat. Dalam pengobatan, hal-hal
yang berhubungan dengan aturan pakai, indikasi, kontra indikasi dan masalah lain yang tentang
obat harus selalu diperhatikan, begitu pula masalah efek samping. Penggunaan yang luas dan
manfaat yang banyak, membuat kortikosteroid menjadi obat yang banyak digunakan. Selain
memiliki manfaat yang banyak, kortikoseteroid memiliki banyak efek samping. Oleh sebab itu
penting untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang obat kortikosteroid oral. Jenis
penelitian ini adalah penelitiaan deskriptif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau
menggambarkan tingkat pengetahuan masyaratak tentang obat kortikosteroid oral di apotek
keluarga 1 Pekanbaru. Sampel dalam penelitian ini adalah 60 orang masyarakat yang datang ke
apotek keluarga 1 pada saat penelitian berlangsung. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini yaitu dengan accidental sampling Pengumpulan_data dilakukan menggunakan alat
obervasi berupa questioner. Hasil dari penelitian ini diperoleh responden dengan jenis kelamin
perempuan 66,67%, jenis kelamin laki-laki 33,33%. Usia produktif yaitu 63,33% dan usia muda
36,67%. Pendidikan perguruan tinggi 55% dan pendidikan lulusan SMA 45%. karyawan dan
wiraswasta 80%, pelajar/mahasiswa 15% dan PNS 5%. Analisis gambaran tingkat pengetahuan
masyarakat tentang obat kortikosteroid oral di apotek keluarga 1 Pekanbaru yaitu, dari 60
responden diketahui bahwa terdapat 26 responden (43,33%) berperilaku baik, 23 responden
(38,33%) berperilaku cukup, dan 11 responden (18,33%) berperilaku kurang.
Kata kunci: Kortikosteroid oral, Pengetahuan, Apotek
ABSTRACT
Knowledge is an internal factor that influences a person's attitudes and behavior in determining a
decision, as well as in the use of drugs. In treatment, matters relating to the rules of use,
indications, contraindications and other problems concerning drugs must always be considered,
as well as the problem of side effects. Wide use and many benefits, make corticosteroids a drug
that is widely used. In addition to having many benefits, corticosteroids have many side effects.
Therefore, it is important to know the level of public knowledge about oral corticosteroid drugs.
This type of research is descriptive research which aims to describe or describe the level of
knowledge of the community about oral corticosteroid drugs at the Pekanbaru 1 family
pharmacy. The sample in this study was 60 people who came to the family 1 pharmacy at the
time of the study. The sampling technique in this study is accidental sampling. Data collection is
carried out using an observation tool in the form of a questionnaire. The results of this study
obtained respondents with a female gender that is 66.67%, male sex that is 33.33%. Productive
age is 63.33% and young age is 36.67%. Higher education is 55% and high school graduate
education is 45%. employees and entrepreneurs are 80%, students are 15% and civil servants are
5%. Analysis of the description of the level of public knowledge about oral corticosteroid drugs
at the Pekanbaru 1 family pharmacy, namely, from 60 respondents it was known that there were
26 respondents (43.33%) well behaved, 23 respondents (38.33%) moderated behavior, and 11
respondents (18, 33%) behave less.
Keyword : Oral corticosteroids, Knowledge, Pharmacy
PENDAHULUAN penggunaan obat, durasi pengobatan, efek
samping, dan profil pasien yang tepat.
Pengetahuan merupakan faktor
internal yang mempengaruhi sikap dan Kortikosteroid merupakan obat yang
prilaku seseorang dalam menentukan suatu sangat banyak dan luas dipakai dalam dunia
keputusan, begitu halnya dalam penggunaan kedokteran.Begitu luasnya penggunaan
obat. Dalam pengobatan, hal-hal yang kortikosteroid ini bahkan banyak yang
berhubungan dengan aturan pakai, indikasi, digunakan tidak sesuai denganindikasi
kontra indikasi dan masalah lain yang maupun dosis dan lama pemberian, seperti
tentang obat harus selalu diperhatikan, pada penggunaan kortikosteroid sebagai
begitu pula masalah efek samping. Hal obat untuk menambah nafsu makan dalam
tersebut sering diabaikan oleh masyarakat waktu yang lama dan berulang sehingga bisa
karena mereka cenderung melakukan memberikan efek yang tidak diinginkan.
pengobatan sendiri (swamedikasi) dan Untuk menghindari hal tersebut diperlukan
menganggap bahwa efek yang mereka pemahaman yang mendalam dan benar
rasakan adalah efek terapi dari obat yang tentang kortikosteroid baik farmakokinetik,
mereka konsumsi (Saputro , 2011). fisiologi didalam tubuh maupun akibat-
akibat yang bisa terjadibila menggunakan
Kortikosteroid merupakan anti
obat tersebut.
inflamasi yang identik dengan kortisol,
hormon steroid alami pada manusia yang Berdasarkan hasil penelitian
disintesin dan disekresi oleh korteks adrenal Srimurniati (2013) di Makassar
(levinson, 2007). Berdasarkan cara menunjukkan bahwa tingginya penggunaan
penggunaannya, kortikosteroid dapat dibagi obat golongan kostikosteroid di Puskesmas
dua, yaitu kortikosteroid sistemik dan di dalam resep rata-rata 47 % dari
kortikosteroid topical (Jones, 2004). Untuk keseluruhan resep setiap bulannya. Hal itu
keberhasilan pengobatan dengan karena banyaknya dan beragamnya efek
kortikosteroid, beberapa faktor kunci yang terapi atau indikasi dari preparat
harus dipertimbangkan adalah diagnosis kortikosteroid. Berdasarkan observasi
yang akurat, memilih obat yang benar, langsung yang dilakukan di Apotek Berkat
mengingat potensi, jenis sediaan, frekuensi Farma Makassar membuktikan bahwa setiap
bulan tingkat penjualan obat golongan
kortikosteroid secara bebas tanpa resep bahwa terdapat hubungan yang signifikan
(swamedikasi) sangat tinggi. antara durasi pemakaian kortikostroid
dengan mean severity score efek samping
Penggunaan yang luas dan manfaat
kortikosteroid. Salah satu efek samping dari
yang banyak, membuat kortikosteroid
kortikosteroid adalah menurunkan jumlah
menjadi obat yang banyak dibeli. Selain
limfosit dan monosit di perifer dalam 4 jam.
memiliki manfaat yang banyak,
Hal ini terjadi karena adanya redistribusi
kortikoseteroid memiliki banyak efek
temporer limfosit dari intravaskuler ke
samping, yaitu sekitar sembilan puluh lima
dalam limpa, kelenjar limfe, duktus
efek samping pengobatan. Kortikosteroid
torasikus dan sumsum tulang (Alimul,
sering disebut life saving drug karena dalam
2006).
penggunaanya sebagai antiinflamasi,
kortikosteroid berfungsi sebagai terapi Berdasarkan keterangan diatas
paliatif, yaitu menghambat gejala saja terjadinya efek samping yang serius akibat
sedangkan penyebab penyakit masih tetap penggunaan kortikosteroid yang terus
ada. Hal ini akhirnya menyebabkan menerus salah satu faktornya penyebabnya
kortikosteroid banyak digunakan tidak adalah tingkat pengetahuan masyarakat yang
sesuai indikasi, dosis, dan lama pemberian. masih kurang tentang kortikosteroid
Efek dari terapi kortikosteroid ini baik sehingga peneliti ingin mengetahui
kortikosteroid topikal maupun sistemik gambaran pengetahuan masyarakat tentang
dapat timbul akibat pemberian yang terus penggunaan kortikosteroid di Apotek
menerus terutama dalam dosis yang besar Keluarga-1 Pekanbaru.
(syarif et al, 2009)
METODOLOGI
Penggunaan yang terus menerus
Jenis penelitian ini adalah
menyebabkan efek samping yang serius dan
penelitiaan deskriptif yang bertujuan
bersifat merugikan. Efek samping yang
untuk mendiskripsikan atau
ditimbulkan oleh kortikosteroid akan
menggambarkan tingkat pengetahuan
menjadi semakin buruk apabila digunakan
masyaratak tentang obat kortikosteroid
tidak sesuai dengan aturan pakainya, baik itu
oral di apotek keluarga 1 Pekanbaru.
dosis maupun lama pemakaian (Gilman,
Sampel dalam penelitian ini adalah 60
2012). Guidry et al. (2009) menyebutkan
orang masyarakat yang datang ke apotek
keluarga 1 pada saat penelitian Cukup jika nilainya 60–75%. Tingkat
berlangsung. Teknik pengambilan sampel pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤
dalam penelitian ini yaitu dengan 59%.
accidental sampling. teknik accidental HASIL DAN PEMBAHASAN
sampling merupakan pengambilan sampel Berdasarkan penelitian yang telah
secara aksidental (accidental) dengan dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
mengambil kasus atau responden yang
Karateristik Responden
kebetulan ada atau tersedia di suatu
Jumlah Persentase
tempat sesuai dengan konteks penelitian No Kategori Keterangan
(n=30) (%)

Jenis Laki- laki 33,33


(Notoatmodjo, 2012). 1
kelamin Perempuan 40 66,67
Muda 22 36,67
2 Usia
Pengumpulan_data dilakukan Produktif 38 63,33
SMA (sekolah
menggunakan alat obervasi berupa menengah atas)
27 45
3 Pendidikan
quetioner. Pertanyaan yang dituangkan Perguruan Tinngi 33 55

dalam quetioner merupakan close ended Pelajar/mahasiswa 9 15

quetion, dimana untuk jawaban yang Karyawan dan


48 80
4 Pekerjaan wiraswasta
benar diberi skor 1 dan jawaban yang
PNS 3 5
salah skor 0. Persentase pengetahuan
Berdasarkan data tabel diatas
dihitung berdasarkan kriteria sebagai
responden dengan jenis kelamin perempuan
berikut:
yaitu 66,67% dan responden dengan jenis
n kelamin laki-laki yaitu 33,33%. Hal ini
DP= Y ×100%
kemungkinan terjadi karena wanita terlibat
Keterangan : secara langsung dalam pengobatan keluarga,
DP : Deskriptive persentage (%) dan perempuan lebih selektif dalam
n : Total skor (skor yang diperoleh) pemilihan obat baik dari segi khasiat atau
Y : Skor ideal untuk setiap item harga (Hermawati, 2012).
pernyataan
Berdasarkan usia, mayoritas
Selanjutnya data diklasifikasi
responden adalah dengan kategori usia
menurut Arikunto, 2010 Tingkat
produktif (25 tahun -54 tahun) yaitu 63,33%
pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥
dan usia muda (15 tahun – 24 tahun)
76-100%. Tingkat pengetahuan kategori
36,67%. Hasil ini serupa dengan penelitian
yang diakukan oleh Artini, 2020 bahwa 2020 Tingkat penghasilan mempengaruhi
responden yang paling banyak melakukan usaha untuk mengatasi masalah kesehatan
swamedikasi obat nyeri berusia 21- 30 dan juga mempengaruhi upaya menjaga
tahun, hal ini disebabkan karena pada usia kesehatan, salah satunya dengan
ini, banyak responden yang aktif bekerja swamedikasi. Swamedikasi menjadi salah
sehingga pemilihan obat bebas untuk satu altenatif pengobatan penyakit ringan
mengatasi keluhan yang dialami agar tetap pada masyarakat dengan penghasilan
bisa beraktivitas . rendah. Biaya swamedikasi yang murah dan
Pada kelompok pendidikan terakhir, pelaksanaanya yang mudah menjadi salah
pendidikan perguruan tinggi menjadi satu alasan responden melakukan
kelompok yang terbanyak yaitu 55% diikuti swamedikasi dengan tidak perlu
dengan kelompok pendidikan lulusan SMA mempertimbangkan jasa dokter yang mahal.
yaitu sebanyak 45%. Hal ini kemungkinan
terjadi karena tingkat pendidikan tinggi Tabel 2. Jumlah dan persentase tingkat
pengetahuan masyarakat
memungkinkan pasien untuk mendapatkan
tentang obat kortikosteroid oral
pengetahuan yang lebih baik mengenai
kesehatan dimana pengetahuan ini akan Persentase
No Kategori Jumlah (%)
mempengaruhi pemilihan pasien dalam
1 Baik 26 43,33
tindakan pengobatan (Artini, 2020). 2 Cukup 23 38,33
Berdasarkan jenis pekerjaan, 3 Kurang 11 18,33

karyawan dan wiraswasta adalah kelompok Berdasarkan data penelitian dari 60


paling banyak yang mengunjungi apotek responden diketahui bahwa terdapat 26
keluarga 1 Pekanbaru yaitu sebesar 80%, responden (43,33%) berperilaku baik, 23
diikuti oleh kelompok pelajar/mahasiswa responden (38,33%) berperilaku cukup, dan
sebesar 15% dan PNS 5%. Hal ini serupa 11 responden (18,33%) berperilaku kurang.
dengan hasil yang didapatkan oleh (Ilmi et Subvariabel dalam gambaran pengetahuan
al., 2021) bahwa responden yang melakukan masyarakat tentang obat kortikosteroid oral
swamedikasi terbanyak adalah karyawan meliputi indikasi obat kortikosteroid oral,
swasta/wiraswasta sebanyak 49,1%, bekerja cara penggunaan, lama penggunaan, efek
di bidang lain 28,3% dan yang tidak bekerja samping, dosis, dan cara penyimpanan obat
sebanyak 23,6%. Selain itu, menurur Artini, kortikosteroid oral.
Dari data tersebut dapat dilihat makrofag serta mengurangi aktivitas limfosit
bahwa kategori pengetahuan paling tinggi T (Siagian et al., 2019).
yang diperoleh oleh responden yaitu baik
Pentingnya mengetahui tentang
dengan persentase 43,33% dan persentase
indikasi obat kortikosteroid oral, cara
terendah yaitu dengan kategori pengeahuan
penggunaan, lama penggunaan, efek
kurang sebesar 18,33%, hal ini menunjukkan
samping, dosis, dan cara penyimpanan bagi
bahwa, masyarakat yang membeli obat di
masyarakat adalah agar terhindar dari efek
apotek keluarga 1 Pekanbaru sudah cukup
yang tidak diinginkan dari penggunaan obat
banyak yang memiliki pengetahuan baik
kortikosteroid yang tidak tepat.
tentang obat kortikosteroid oral.
Kortikosteroid sudah banyak
ngatur keseimbangan air dan
digunakan sejak tahun 1940an sebagai
elektrolit dengan aldosteron sebagai
antiinflamasi dan gangguan autoimun.
prototipenya, serta glukokortikoid yang
Selain itu kortikosteroid juga digunakan
mengatur metabolisme dalam
untuk terapi alergi dan gangguan pada
mempertahankan homeostasis, dengan
pernafasan terutama untuk terapi asma atau
kortisol (hidrokortison) sebagai prototipenya
penyakit obstruksi pulmonar kronik
(Siagian et al., 2019).
(COPD), gangguan pada kulit, saluran
Selain terlibat dalam metabolisme, pencernaan, sebagai anti proliveratif.
glukokortikoid menunjukkan efek Pemakaian yang digunakan secara luas ini,
antiinflamasi, imunosupresi, antiproliferasi, diikuti pula dengan efek samping yang
dan vasokonstriksi. Efek antiinflamasi banyak (Aditya, 2016).
dihasilkan melalui aktivasi transkripsi gen
Pemakaian yang digunakan secara
antiinflamasi/ represi transkripsi gen
luas ini, diikuti pula dengan efek samping
proinflamasi. Glukokortikoid menghambat
yang banyak. Beberapa contoh efek samping
sintesis prostaglandin dan leukotrien melalui
yang dihubungkan karena pemakaian
hambatan fosfolipase A2 dalam melepaskan
kortikosteroid misalnya dapat menyebabkan
asam arakhidonat (supresi perubahan
gangguan tulang seperti osteoporosis dan
vaskular). Efek imunosupresif didapat
fraktur, supresi adrenal, hiperglikemia,
dengan menekan hipersensitivitas tipe
penyakit kardiovaskular, dislipidemia,
lambat, yakni menghambat fagositosis oleh
hipertensi, gangguan neuropsikiatri dan pelayanan dan mengidentifikasi, mencegah,
imunosupresi (Liu et al., 2013). serta mengatasi masalah terkait obat,
masalah farmakoekonomi, dan farmasi
Namun, meski masyarakat dengan
sosial (Permenkes, 2016).
pengetahuan baik paling banyak diperoleh
dalam penelitian ini, masyarakat dengan KESIMPULAN
pengetahuan cukup dan kurang juga
Berdasarkan penelitian yang telah
diperoleh dalam penelitian ini. Oleh sebab
dilakukan, diperoleh bahwa responden
itu, perlu adanya peran penting dari
dengan jenis kelamin perempuan yaitu
Apoteker dalam mengedukasi pasien tentang
66,67% dan responden dengan jenis kelamin
obat kortikosteroid oral.
laki-laki yaitu 33,33%. Berdasarkan usia,
Pada saat pengambilan data kategori usia produktif (25 tahun -54 tahun)
berlangsung, setiap masyarakat yang yaitu 63,33% dan usia muda 15 tahun – 24
bersedia diminta kesediaanya untuk tahun) 36,67%. Pada kelompok pendidikan
mendengarkan pemaparan peneliti mengenai terakhir, pendidikan perguruan tinggi yaitu
obat kortikosteroid oral mengaku sangat 55% dan pendidikan lulusan SMA yaitu
senang karna mereka mendapatkan sebanyak 45%. Berdasarkan jenis pekerjaan,
pengetahuan lebih tentang obat karyawan dan wiraswasta yaitu 80%, dan
kortikosteroid oral yang umumnya banyak kelompok pelajar/mahasiswa sebesar 15%
dikonsumsi oleh responden sendiri ataupun dan PNS 5%.
keluarga responden.
Analisis gambaran tingkat
Menurut Peraturan Menteri pengetahuan masyarakat tentang obat
Kesehatan RI No.73 tahun 2016 tentang kortikosteroid oral di apotek keluarga 1
pelayanan kesehatan di apotek, bahwa Pekanbaru yaitu, dari 60 responden
apoteker dituntut untuk meningkatkan diketahui bahwa terdapat 26 responden
pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar (43,33%) berperilaku baik, 23 responden
dapat melaksanakan interaksi langsung (38,33%) berperilaku cukup, dan 11
dengan pasien (Permenkes, 2016). responden (18,33%) berperilaku kurang

Apoteker harus memahami dan DAFTAR PUSTAKA


menyadari kemungkinan terjadinya
Aditya, M. 2016. Review Kortikosteroid
kesalahan pengobatan dalam proses
Induksi Sindrom Psikotik. Jurnal Ilmi, T., Suprihatin, Y. & Probosiwi, N.
Wiyata, Vol. 3 No.: 31–37. 2021. Hubungan Karakteristik Pasien
dengan Perilaku Swamedikasi
Alimul, A, (2006), Pengantar Ilmu
Analgesik di Apotek Kabupaten
Keperawatan Anak, Salemba Medika,
Kediri , Indonesia. urnal Kedokteran
Jakarta
dan Kesehatan, Vol. 17(1): 21–34.
Arikunto 2010. Prosedur Penelitian Suatu Tersedia di
Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK.
Jakarta.: Rineka Cipta.
Jones JB. Topical therapy. In: Burns T,
Artini, K.S. 2020. Hubungan Tingkat Breathnach S, Cox N, Griffiths C, eds.
Pengetahuan Pasien Terhadap Perilaku Rook’s textbook of dermatology. 7thed.
Swamedikasi Nyeri Yang Rasional Di Australia: Blackwell Publ. 2004. p.
Apotek Harish Farma Kabupaten 516-23.
Sukoharjo. INPHARNMED Journal
Liu, D., Ahmet, A., Ward, L.,
(Indonesian Pharmacy and Natural
Krishnamoorthy, P., Mandelcorn, E.D.,
Medicine Journal), 4(2): 34.
Leigh, R., Brown, J.P., Cohen, A. &
Goodman & Gilman, 2012, Dasar Kim, H. 2013. A practical guide to the
Farmakologi Terapi, Edisi 10, Editor monitoring and management of the
Joel. G. Hardman & Lee E. Limbird, complications of systemic
Konsultan Editor Alfred Goodman corticosteroid therapy. Allergy, Asthma
Gilman, Diterjemahkan oleh Tim Alih and Clinical Immunology, 9(1): 1–25.
Bahasa Sekolah Farmasi ITB, Penerbit
Levinson RD. 2007. Imunogenetics Of
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
ocular inflamatory disease Tissue
Hermawati, D. 2012. Pengaruh Edukasi Antigents 2007:69:105-12
Terhadap Tingkat Pengetahuan dan
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Rasionalitas Penggunaan Obat
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Swamedikasi Pengunjung di Dua
Cipta.
Apotek Kecamatan Cimanggis Depok.
Skripsi. Jakarta: Fakultas MIPA Permenkes 2016. Peraturan Menteri
Universitas Indonesia. Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tahun 2016 Tentang Standar A, Bahroelim B. 2008. Farmakologi
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dan Terapi. Edisi lima. Jakarta: Balai
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Penerbit FKUI
Indonesia.

Siagian, J.N., Ascobat, P. & Menaldi, S.L.


2019. Kortikosteroid Sistemik: Aspek
Farmakologi Dan Penggunaan Klinis
Di Bidang Dermatologi. Media
Dermato Venereologica Indonesiana,
45(3).

Saputro P., 2011. Definisi dan Faktor


Penyebab Perilaku Konsumen.
http://pandji99.wordpress.com. Diakses
tanggal 05 Juli 2021

Syarif A, Ari E, Arini S, Armen M, Azalia

Anda mungkin juga menyukai