Anda di halaman 1dari 54

GAMBARAN EFEK SAMPING

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID
JANGKA PANJANG PADA PASIEN
SYSTEMIC LUPUS ERYTHEMATOSUS (SLE)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR
REBO PERIODE JULI 2017 – JULI 2019
DAN TINJAUANNYA MENURUT
PANDANGAN ISLAM

KRISNA ANWAR Pembimbing Ilmu: Prof dr. Hj. Rika Yuliwulandari, M.Hlt.Sc., Ph. D
Pembimbing Agama: Drs. Arsyad, M.A.
1102016099 Penguji: dr. Faizal Drissa Hasibuan, Sp.PD-KHOM
ABSTRAK
Latar Belakang : Insiden tahunan dari SLE ini bervariasi pada orang dewasa, yakni 1,9% sampai 5,6% tiap 100.000 orang
per tahun, dengan angka prevalensi 124 kasus tiap 100.000 orang (Dipiro et al.,2008). Hingga saat ini belum ditemukan terapi
yang dapat menyembuhkan SLE. Maka dari itu, digunakan terapi kortikosteroid sebagai immunosupresan pada pasien SLE untuk
dapat menekan aktifitas imun pada pasien SLE. Seperti yang telah diketahui, kortikosteroid memiliki banyak efek samping seperti
gastritis, hiperglikemia, dan pneumonia.

Metode : Studi ini merupakan studi cross sectional, dan penetapan sampel dengan metode total random sampling.

Hasil : Hasil disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Jumlah sampel sebanyak 23 pasien. Hasil menunjukkan
bahwa sebanyak 16 (70%) pasien mengalami efek samping berupa gastritis, 6 (26%) pasien mengalami efek samping berupa
pneumonia, 3 (13%) pasien mengalami efek samping hiperglikemia, dan sebanyak 4 (17%) pasien tidak mengalami efek samping
pengobatan kortikosteroid.

Kesimpulan : Pada pasien SLE didapatkan efek samping kortikosteroid berupa gastritis paling tinggi diantara efek
samping lainnya yaitu sebanyak 16 (70%) dari 23 pasien. Menggunakan kortikosteroid pada pasien SLE diperbolehkan sebagai
bentuk ikhtiar dalam mengontrol aktivitas dari SLE.

Kata Kunci : Systemic Lupus Erythematosus, Hiperglikemia, Pneumonia, Gastritis

1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI


2 Dosen, Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas YARSI

3 Dosen, Departemen Agama Islam, Universitas YARSI


OUTLINE

PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN AGAMA

KESIMPULAN DAN SARAN


BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG

 Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah salah satu dari banyak penyakit
autoimun. Dalam penyakit autoimun sistem imun kita menyerang sel sehat dari
tubuh kita sendiri yang mengakibatkan inflamasi dan kerusakan jaringan pada
tubuh.

 Sampai saat ini walaupun lupus masih bisa diatasi dengan medikasi tetapi belum
ada obat yang benar benar menyembuhkannya Obat yang paling sering digunakan
untuk pasien SLE adalah kortikosteroid.

 Meski dihubungkan dengan munculnya banyak laporan efek samping


kortikosteroid tetap merupakan obat yang banyak dipakai sebagai antiinflamasi dan
imunosupresi.
 Penelitian yang dilakukan oleh Zeng dkk (2010)
menyebutkan bahwa, dari 146 pasien SLE berjenis kelamin
wanita, 46 (31,5%) diantaranya dilaporkan mengalami
hiperglikemia.
 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Londhey (2017)
menyatakan bahwa pada 60% pasien SLE, dilaporkan
mengalami limfopenia. Hal ini dipercaya sebagai predisposisi
terjadinya infeksi sekunder.

 Noel (2001) menyebutkan bahwa dari hasil penelitian dengan metode kohort dari tahun
1960 hingga 1997 di Paris, didapatkan sebanyak 28% mengalami pneumonia.

 Narum (2014) menyebutkan bahwa kortikosteroid juga dapat meningkatkan risiko


terjadinya perforasi lambung sebesar 40%.
 Meskipun terdapat efek samping yang ditimbulkan oleh
penggunaan kortikosteroid, tetapi sesuai prinsip pengobatan
dalam Islam, harus tetap berusaha untuk mengobati penyakit.
Allah berfirman dalam Al Qur’an.

ِ ‫ت فَ ُه َى يَ ْش ِف‬
‫ين‬ ْ ‫َو ِإذَا َم ِر‬
ُ ‫ض‬

Artinya:

“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku” (Q.S. As-Syu’ara (26):
80)
1.2 PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran efek samping dari penggunaan obat kortikosteroid pada


pasien SLE.
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN
1. Apa saja jenis kortikosteroid yang digunakan oleh pasien SLE?
2. Bagaimana gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien SLE laki-laki berusia
produktif
3. Bagaimana gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien SLE wanita
premenopause?
4. Bagaimana gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien SLE wanita
postmenopause?
5. Bagaimana gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien SLE wanita yang
berusia produktif?
6. Bagaimana pandangan Islam terhadap penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien SLE?
1.4 TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid jangka
panjang berdasarkan lama penggunaannya pada pasien SLE.

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui apa saja jenis kortikosteroid yang digunakan oleh pasien SLE.
b) Mengetahui gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien SLE
laki-laki berusia produktif.
c) Mengetahui gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid berdasarkan jangka panjang
berdasarkan lama penggunaannya pada pasien SLE wanita premenopause.
d) Mengetahui gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien SLE
wanita postmenopause.
e) Mengetahui gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien SLE
wanita yang berusia produktif.
f) Mengetahui pandangan Islam terhadap penggunaan kortikosteroid jangka panjang pada pasien
SLE.
1.5 MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti
 Memberikan pengalaman menulis dan meneliti
 Mengetahui lebih lanjut tentang efek samping penggunaan
kortikosteroid jangka panjang pada pasien Systemic Lupus
Erythematosus (SLE).
2. Bagi Pasien SLE
 Mengetahui efek samping yang dapat muncul dari penggunaan
kortikosteroid jangka panjang pada pasien Systemic Lupus
Erythematosus (SLE).
3. Bagi Tenaga Medis
 Mengetahui perencaan pemberian medikasi yang dapat diberikan
pada pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE) untuk
meminimalisir efek samping dari penggunaan kortikosteroid jangka
panjang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Systemic Lupus Erythematosus

Systemic Lupus Erythematosus (SLE)


adalah penyakit kronis yang menyebabkan
peradangan pada jaringan ikat, seperti
tulang rawan dan lapisan pembuluh darah,
yang memberikan kekuatan dan
fleksibilitas pada struktur di seluruh tubuh.

Jumlah pasien meninggal akibat SLE pada


tahun 2015 (110 kematian) menurun jika
dibandingkan tahun 2014. Namun jumlah
ini meningkat drastis pada tahun 2016,
yaitu sebanyak 550 kematian. Kasus SLE ini
perlu mendapat perhatian khusus karena
sekitar 25% dari pasien rawat inap di
rumah sakit di Indonesia tahun 2016
berakhir pada kematian (Kemenkes, 2016).
Patofisiologi

Patofisiologi yang paling sering terjadi pada SLE adalah apoptosis atau
program kematian sel. Debris sel yang dihasilkan pada proses apoptosis
mungkin berperan sebagai pemicu produksi autoantibodi
Tatalaksana

Edukasi/Konseling

Program Rehabilitasi

Terapi Medikamentosa
Tatalaksana
Kerja Pendek
• Kortison
• Kortisol

Kerja Menegah
• Metilprednisolon
• Prednisolon
Kortikosteroid • Prednison

Kerja Panjang
• Deksametason
• Betametason
Efek Samping Kortikosteroid
Hiperglikemia

Infeksi Sekunder

Efek
EfekSamping
Samping Gastritis

Osteoporosis

Cushing Syndrome
Kerangka
Teori
Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yang dilakukan untuk mengetahui
gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid pada pasien SLE.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitan cross sectional yang dimaksudkan untuk
melihat gambaran penggunaan kortikosteroid pada pasien SLE selama 2 tahun terakhir (Juli
2018 – Juli 2019) berdasakan data dari rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo
di Provinsi DKI Jakarta. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan statistik deksriptif.
3.3 Populasi
Populasi penelitian ini adalah pasien yang didiagnosa menderita penyakit SLE di Rumah
Sakit Umum Daerah Pasar Rebo di Provinsi DKI Jakarta periode Juli 2017- Juli 2019.
3.4 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah semua pasien SLE yang menjalankan terapi kortikosteroid pada
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo di Provinsi DKI Jakarta periode Juli 2017 – Juli 2019
yang memiliki rekam medik dan memenuhi kriteria inklusi untuk sampel penelitian.
3.5 Cara Penetapan Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total random sampling
dengan kriteria inklusi, semua pasien yang didiagnosa SLE yang menjalankan terapi
kortikosteroid periode Juli 2017 – Juli 2019, serta kriteria eksklusi yaitu data rekam medis yang
tidak memiliki kelengkapan dalam catatan serta tulisan dalam rekam medis yang tidak
3.6 Penetapan Besar Sampel
Estimasi pengambilan teknik pengumpulan sampel penelitian ini adalah total sampling.
3.7 Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data


Dalam penelitian ini, seluruh data diperoleh langsung dari rekam medis yang meliputi sampel
dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.
3.9 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data
Dalam penelitian ini, seluruh data diperoleh langsung dari rekam medis yang meliputi sampel
dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi.
3.9 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat ukur yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen penelitian ini adalah rekam medis.
3.10 Analisis Data
Data yang sudah diolah dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan program Microsoft
Excel untuk mengetahui gambaran efek samping penggunaan kortikosteroid pada pasien SLE
di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo.
3.11 Alur Penelitian

Membuat
Penentuan Menentukan Menentukan Membuat
rumusan masalah tinjauan
topik skripsi latar belakang Hipotesa
pustaka

Pengolahan Menentukan
Kesimpulan, hasil Penyusunan dan analisa Pengumpulan kerangka
dan Laporan
penelitian skripsi data data konsep dan
kerangka teori
JADWAL PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul “Gambaran Efek Samping Penggunaan
Kortikosteroid Jangka Panjang Pada Pasien Systemic Lupus
Erythematosus (SLE) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Pasar Rebo Periode Juli 2017-Juli 2019 dan Tinjauannya
Menurut Pandangan Islam” dilakukan di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Rebo yang beralamat di Jalan TB Simatupang
No.30 RT.9/RW.2, Kelurahan Gedong, Kecamata Pasar Rebo,
Kota Jakarta Timur, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Profil Pasien SLE
Distribusi Efek Samping Kortikosteroid
Pada Pasien SLE
Distribusi Efek Samping Kortikosteroid
Pada Pasien SLE
Persentase Distribusi Penggunaan
Kortikosteroid
Pembahasan

18% 82%

Pasien SLE berjenis Pasien SLE berjenis


kelamin pria di RSUD kelamin wanita di RSUD
Pasar Rebo. Pasar Rebo.

Meskipun belum diketahui secara pasti terkait patofisiologi secara pasti terkait peran hormonal dalam
SLE, tetapi dalam penelitian yang dilakukan oleh Judha, dkk (2015) menyebutkan bahwa wanita yang
berusia produktif memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit SLE (Judha dkk (2015);
Kemenkes (2017)).
Efek Samping Kortikosteroid
01 Penelitian Efimov (2017)
Inhibisi dari produksi
prostaglandin adalah salah satu
mekanisme yang disebabkan oleh
kortikosteroid yang dapat
menyebabkan luka pada mukosa
02 gaster.

Penelitian Tatiana (2019)


Dengan pemeriksaan
endoskopi hanya didapatkan
03 Penelitian Narum (2014)

sebanyak 9,4% dari 85 pasien Penggunaan kortikosteroid juga


SLE yang memiliki mukosa dapat meningkatkan 40% risiko
gaster yang intak. Lainnya perforasi pada lambung
memiliki perubahan pada
mukosa gaster, seperti: antral
gastritis, erosi, hemorrhages,
dan pangastritis.
02 Penelitian Kinder, et al (2007)
Menyebutkan bahwa 15% dari pasien
SLE pernah mengalami pneumonia
setidaknya sekali episode.

01
Penelitian Noel (2001)
Disebutkan bahwa dari hasil
penelitian dengan metode
03 Penelitian Guevara, et al (2018)

kohort dari tahun 1960 hingga Kejadian pneumonia pada pasien SLE
1997 di Paris, didapatkan dapat terjadi karena penggunaan
sebanyak 28% pasien SLE immunosupresan
mengalami pneumonia.
02 Penelitian Parker, et al (2013)
Prevalensi pasien SLE dengan
sindroma metabolik lebih tinggi
daripada yang tidak mengalami
sindroma metabolik
01
Penelitian Wilcox (2005)
Hiperglikemia yang terjadi
pada pasien SLE dapat
disebabkan karena terjadinya
resistensi insulin yang
diakibatkan oleh penggunaan
terapi kortikosteroid.
Hiperglikemia

03 04
Menurut Kolb H & Martin S Menurut Chang (2012)

Kolb, H., & Martin, S (2017) menyebutkan Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chang
bahwa gaya hidup seperti memiliki porsi (2012) menyebutkan bahwa kebiasaan
makan yang tidak seimbang, kurangnya merokok lebih dari 25 batang per hari dapat
meningkatkan risiko kejadian hiperglikemia
aktivitas fisik, waktu tidur yang kurang,
sebesar 1,94 kali lebih besar.
minum alkohol, dan merokok dapat
meningkatkan risiko terjadinya
hiperglikemia. Kolb, H., & Martin, S (2017)
juga menyebutkan bahwa kebiasaan
meminum alkohol dapat meningkatkan
risiko hiperglikemia sebesar 20%
02 Penelitian Anonim, Delafuente, Yuliasih
Kortikosteroid oral utama yang
diberikan untuk mengendalikan
aktivitas penyakit SLE adalah
prednison.
01
Penelitian Nazario (2010)
Menyatakan bahwa
kortikosteroid adalah salah
satu pengobatan yang penting
dalam penatalaksaan SLE.
Jenis kortikosteroid yang
paling sering digunakan yaitu
prednison dan
metilprednisolon.
Tatalaksana

03 04
Zoorob (1998) Menurut Szefler (1986)

Prednisone memiliki dosis ekuivalen yang Menyatakan bahwa metilprednisolon memiliki


lebih tinggi, apabila dibandingkan dengan waktu paruh yang lebih lama dibandingkan
metilprednisolon, 4 mg prednisone dengan prednisone, dimana metilprednisolon
memiliki waktu paruh 2,71 jam sedangkan
sebanding dengan 5 mg metilprednisolon
prednisone 1,94 jam. Metilprednisolone juga
memiliki nilai MRT 4,16 jam, sedangkan
prednisone hanya memiliki nilai MRT 2,16 jam.
PENATALAKSANAAN EFEK SAMPING KORTIKOSTEROID

• Berdasarkan data gambaran efek samping kortikosteroid pasien SLE di RSUD Pasar Rebo,
didapatkan bahwa efek samping kortikosteroid terbanyak yaitu gastritis. Sebagai penatalaksanaan
gastritis, pasien SLE di RSUD Pasar Rebo diberikan ranitidin.

• Seperti yang diketahui, saat ini terdapat isu bahwa terdapat penarikan ranitidin yang diakibatkan
oleh kontaminasi NDMA. N-nitrosodimethylamine (NDMA) merupakan zat karsinogen yang sangat
kuat, biasanya terdeteksi dan sering digunakan sebagai senyawa indikator untuk nitrosamin (Selin,
2011).

• Sebagai imbas dari penarikan golongan ranitidine, peneliti menyarankan agar digunakan jenis obat
lainnya sebagai penatalaksaan gastritis tersebut. Jenis pengobatan lain yang dapat digunakan
sebagai tatalaksana gastritis yaitu golongan antasida (Magnesium Hidroksida, Alumunium
Hidroksida, dll.), antagonis-H2 (Famotidin, Nizatidin, Simetidin), analog prostaglandin E1
(Misoprostol, Alprostadil), dan golongan pelindung mukosa (Sucralfate) (Estuningtyas, 2008).
Gambaran Efek Samping
Penggunaan Kortikosteroid
Jangka Panjang Pada
Pasien SLE Di RSUD
Pasar Rebo Juli 2017-Juli
2019 Dan Tinjauannya
Menurut Islam
Manusia tidak selalu berada dalam keadaan sehat, ada suatu kondisi di mana manusia terkena
penyakit. Islam menganjurkan untuk melakukan ikhtiar untuk berobat, karena pada dasarnya semua
penyakit itu memiliki obatnya kecuali penyakit ketuaan (pikun). Hal ini sesuai dengan hadis yang
berbunyi

Artinya:
“Berobatlah, karena Allah tidak menjadikan penyakit kecuali menjadikan pula obatnya, kecuali satu
penyakit yaitu pikun (tua).” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)
Pengobatan dengan kortikosteroid juga bukan sesuatu yang diharamkan, karena hingga saat ini belum
ada penelitian yang membuktikan bahwa kortikosteroid mengandung unsur-unsur yang bersifat haram.
Maka dari itu, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

Artinya:
“Ia telah berkata kepada kami; telah menceritakan kepada kami Harun bin Abdullah telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr telah menceritakan kepada kami Yunus bin Abu
Ishaq dari Mujahid dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang
mengunakan obat yang telah diharamkan."” (H.R Abu Dawud No:3372)
Menurut Farkhati (2012) SLE merupakan penyakit autoimun yang bersifat sistemik. Pada populasi
umum kasus ini termasuk kasus yang jarang. Kejadiannya hanya sekitar 1,9% hingga 5,6% per
tahunnya. Walaupun prevalensinya tingkat kejadiannya tidak begitu tinggi, tetapi setiap orang dapat
saja terkena penyakit ini. Adanya keluhan yang beragam pada penderita SLE menyebabkan banyak
organ tubuh yang terkena dampaknya. Hal ini menurut Islam yaitu sebagai ujian (Al-Juisin, 2001).

Penyebab pasti dari SLE belum sepenuhnya dimengerti, namun beberapa ahli memiliki pendapat
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit SLE antara lain genetik,
lingkungan (sinar UV, obat-obatan, infeksi, trauma/kecelakaan), faktor internal (stres emosional, stres
fisik, demam, dan hormon estrogen) (Lupus Foundation of America 2012; Stichweh & Pascual 2005).
Pada hakikatnya, semua penyakit adalah ujian yang dapat mendatangkan ampunan dan pahala.
Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:
“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai
suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang
akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu
Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani).
 Ikhlas

Artinya:
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan
semesta alam.” (Q.S. Al-An’am (6):162)
 Bersyukur

Sakit mendorong seseorang untuk menjalani hidup lebih sehat, baik sehat secara jasmani maupun
rohani. Sakit dapat menyadari bahwa begitu besarnya manfaat sehat. Tidak jarang banyak yang
merasakan nikmat ketika sedang mengalami sakit. Begitu banyak nikmat Allah yang selama lalai
untuk syukuri. Bagi orang yang banyak bersyukur dalam sakit, maka akan memperoleh nikmat.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terkait hal tatalaksana pada
penyakit SLE, ilmu kedokteran memiliki pandangan yang sama untuk berikhtiar menyembuhkan
pasien dengan semaksmimal mungkin menggunakan obat-obatan yang halal, dan apabila dalam
keadaan darurat dan tidak ada obat-obatan yang halal maka diperbolehkan untuk menggunakan
obat-obatan yang haram sekalipun.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN 6.2 SARAN
1. Pasien SLE yang didapatkan sebanyak 23 pasien, 1. Disarankan kepada pihak yang bertanggung jawab
yang diantaranya 19 wanita dan 4 pria. dalam kelengkapan data rekam medis di RSUD Pasar
2. Seluruh pasien wanita dan pria termasuk yang Rebo untuk melengkapi data rekam medis. Hal ini
berusia produktif. tidak hanya membantu peneliti, tetapi juga untuk
3. Gambaran efek samping kortikosteroid pada pasien klinisi dan pasien.
wanita didapatkan 12 diantaranya didagnosis 2. Disarankan kepada pihak farmasi RSUD Pasar Rebo
gastritis, 5 pnemonia, 2 hiperglikemia, dan 3 lainnya untuk melakukan pengadaaan berbagai jenis obat
tidak mengalami efek samping kortikosteroid yang diperlukan untuk mengatasi efek samping
4. Gambaran efek samping kortikosteroid pada pasien kortikosteroid yang terjadi.
pria, dari 4 pasien, seluruhnya didiagnosis gastritis, 1 3. Disarankan hasil penelitian ini dapat menjadi
hiperglikemia, dan 1 pneumonia. pendoman untuk penelitian berikutnya.
5. Dari 23 pasien, 19 diantaranya menggunakan terapi
metilprednisolon dan 4 lainnya menggunakan
prednison sebagai terapi oral kortikosteroid.
6. Menurut pandangan Islam, penggunaan
kortikosteroid pada pasien SLE diperbolehkan
sebagai bentuk ikhtiar dalam mengontrol aktivitas
dari SLE.
DAFTAR PUSTAKA
• Al-Qur’an.
• A. L. Efimov, B. V. Sigua, and L. P. Filaretova, “Acute ulcer and erosion of gastrointestinal tract induced by nonsteroidal
anti-inflammatory drugs: etiology, pathogenesis, treatment tactics,” Vestnik Rossiiskoi Voenno-Medicinskoi Academii, vol.
1, pp. 198–204, 2017.
• Alexandra Kautzky-Willer, Jürgen Harreiter, and Giovanni Pacini. 2016. Sex and Gender Differences in Risk,
Pathophysiology and Complications of Type 2 Diabetes Mellitus. Endocrine Reviews 37(3): 278–316
• American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes — 2017. Diabetes Care. 2017;40(suppl):s1.
• Anonim, 1999, American College of Rheumatology; Guidelines for Referral And Management of SLE in Adults, http://
www.rheumatology.org/practice/clinical/ guidelines/Referral_Mgmt_SLE_Adults. pdf, diakses 22 Desember 2019.
• Ari Estuningtyas., Azalia Arif. 2008. Obat Lokal. In Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 517-41
• Azis A.L (2006). Penggunaan Kortikosteroid di Klinik. Surabaya: Lab. Divisi Gawat Darurat FK UNAIR. Indonesia
• Briliantono M. Soenarwo, Allah Sang Tabib (Cet. II; Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2009), h. 96.
• Cervera, Richard et al., 2009, Systemic Lupus Erythematosus: Pathogenesis, Clinical Manifestations and Diagnosis,
EULAR, Zurich.
• David GG, Dolores S (2007). Greenspan`s Basic and Clinical Endocrinology. Ed 8. McGraw-Hill Companies.
• De Barros, B.P., De Souza, C.B. & Kirsztajn, G.M., 2012. The structure of the “livedexperience”: analysis of reports from
women with systemic lupus erythematosus. Journal of Nursing Education and Practice, 2 (3), p.p 120. Available at:
http://www.sciedu.ca/journal/index.php/jnep/ article/view/594 [Accessed December 28, 2019].
• Delafuente, F.C., dan Cappuzzo, K.A, 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, seventh Edition, 1431-1443,
McGraw Hill, Medical Publishing Division, New York.
• DIH, 2009, Drug Information Handbook, 17th edition
• DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition., McGraw-
Hill Education Companies, Inggris.
• Dorland, W.A.N. 2011, Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28, EGC, Jakarta.
• Farkhati MY, Sunartini_Hapsara, Satria CD. 2012. Survival and prognostic factors of systemic lupus erythematosus.
Proceedings of Congress of Indonesian Pediatrics Society: 236-42.
• Fauci dkk, Severe Sepsis and Septic Shock. Harison’s: Principles of Internal Medicine 17th Ed, The McGraw Hill Companies,
New York.
• Ferenkeh-Koroma, A., 2012. Systemic lupus erythematosus: nurse and patient education. Nursing Standard, 26(39),
pp.49–57. Available at: http://rcnpublishing.com/doi/abs/10.7748/ ns2012.05.26.39.49.c9134 [Accessed October 28,
2016].
• G Garcı´a-Guevara, R Rı´os-Corzo, A Dı´az-Mora, M Lo´ pez-Lo´ pez, J Herna´ ndez-Flores, H Fragoso-Loyo, JA´ vila-Va´
zquez, AL Pulido-Ramı´rez, E Carrillo-Maravilla, J Jakez-Ocampo2, J Sifuentes-Osornio1, L Llorente2 and Y Atisha-Fregoso.
2018. Pneumonia in patients with systemic lupus erythematosus. Epidemiology, microbiology and outcomes. SageJournals
27(12):1953-1959.
• G. Ruiz-Irastorza, A. Danza, and M. Khamashta, “Glucocorticoid use and abuse in SLE,” Rheumatology, vol. 51, no. 7, pp.
1145–1153, 2012.
• Gallop, K. et al., 2012. Development of a conceptual model of health-related quality of life for systemic lupus
erythematosus from the patient’s perspective. Lupus, 21(9), pp.934–43. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/224 33917 [Accessed October 28, 2016].
• Garenne, M. (2015). Demographic Evidence of Sex Differences in Vulnerability to Infectious Disease. J Infect Dis 211(2): 331-
332
• Guidry JA, George JN, Vesely SK, Kennison SM, Terrell DR (2009). Corticosteroid Side-Effect and Risk for Bleeding in Immune
Thrombocytopenic Purpura: Patient and Hematologist Perspectives. European Juornal of Hematology 83: 176-82.
• Guyton A, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Singapore: Saunders Elsevier; 2011.
• Hannisa. 2017. Evaluasi interaksi obat potensial pada paisen gastritis dan dispepsia di rawat inap RSUD Dr. Moewardi tahun
2016. Publikasi UMS
• Hansen, et al. 2008. Risk of Adverse Gastrointestinal Events from Inhaled Corticosteroids. Pharmacoterapy 8(11): 1325-
1334
• Heffner L.J., Schust D.J., 2008, At a Glance, Sistem Reproduksi Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
• Hirlan. 2009. Gastritis dalam Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: InternaPublishing.
• Hoes et al., 2007, EULAR Evidence-Based Recommendations On The Management Of Systemic Glucocorticoid Therapy In
Rheumatic Diseases, https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17660219 diakses pada 11 November 2018 pukul 09.00 WIB.
• Isbagio, H., Zuljasri, A., Yoga, I.K. dan Bambang, S., dalam Lupus Eritematosus Sistemik, Sudoyo, A.W., Bambang, S., Idrus,
A., Marcellus, S.K. dan Siti, S., (Eds), 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, edisi IV, 1224-1231, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
• Jamal Ma’mur Asmani, Fiqh Sosial: Kiai Sahal Mahfudh (Surabaya: Khalista, 2007)
• Judha, M., & Setiawan, D. I. (2015). Apa dan Bagaimana Penyakit Lupus? (Sistemik Lupus Eritematosus). Yogyakarta: Gosyen
Publising.
• Kannangara, L. et al., 2008. A study on aggravating factors for exacerbations, complications and hospital prevalence of
systemic lupus erythematosus (SLE). Available at: http://pgimrepository.cmb.ac.lk:8180/han dle/123456789/2862
[Accessed Desember 20, 2019].
• Kaplan NM and Ronald G.V., 2012, Kaplan's clinical hypertension (10th Edition), Lippincot Williams & Wilkins,
Philadelphia.
• Kasjmir, Yoga dkk., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI Bab: Diagnosis dan Pengelolaan Lupus
Eritematosus Sitemik, Interna Publishing, Jakarta.
• Kassi, E., & Moutsatsou, P. (2010). Estrogen Receptor Signaling and Its Relationship to Cytokines in Systemic Lupus
Erythematosus. Journal of Biomedicine and Biotechnology, 2010, 1–14.
• Kasjmir, Yoga., 2011, Diagnosis dan Pengelolaan Lupus Eritematosus Sistemik, Perhimpunan Reumatologi Indonesia,
Jakarta.
• Katzung, Bertram G, 2012, Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10, EGC, Jakarta.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Osteoporosis,
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-Lupus-2017.pdf diakses pada 10
November 2018 pukul 22.00 WIB.
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI Lupus
Erythematosus Sistemik. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-Lupus-2017.pdf
diakses pada 10 November 2018 pukul 22.00 WIB.
• Kementerian Kesehatan RI., 2009, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan RI.,
Jakarta.
• M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudu atas Berbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 1998), h. 186.
• Mahir Hasan Mahmud, Terapi Air, Keampuhan Air dalam Mengatasi Aneka Penyakit Berdasarkan Wahyu dan Sains (Cet.
III; Jakarta: Qultum Media, 2008), h. 43.
• Neto, Davi dkk., 2012, Lupus: Symptoms, Treatment and Potential Complications, Nova Science Publishers, New York.
• NIAMS, N.I. of A. and M. and S.D., 2012. Handout on health: systemic lupus erythematosus. Available at:
www.niams.nih.gov
• Prasetyo, HD. 2014. Penurunan Kadar Pro-adrenomedullin Mencit Balb/C Model Sepsis dengan
Kortikosteroid Dosis Rendah. Majalah Kedokteran Bandung 46(2): 68-72
• Purnamasari, Dyah, 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI Bab: Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus,
Interna Publishing, Jakarta.
• Rahul Reddy Stephen Jae Kim. 2011. Critical appraisal of ophthalmic ketorolac in treatment of pain and inflammation
following cataract surgery. Dovepress 5: 751-758
• Romeo Popa, Loredana-Adriana Lautaru, Radu Lucretiu, Daniela Cana Ruiu, Daniel Caragea, Magdalena Olteanu,
Alexandru Radu Mihailovici, Cristina Ene, Vlad Padureanu, Rodica Padureanu, Valentin Cirlig. 2018. Therapy Side Effects
in Systemic Lupus Erythematosus. Curr Health Sci 44(3):316-321
• Sigid Narun, Tone Westergren, Marianne Klemp, 2013, Corticosteroids and risk of gastrointestinal bleeding: a systematic
review and meta-analysis, BMJ Open 4(5): 1-9.
• Stichweh, D. & Pascual, V., 2005. Systemic lupus erythematosus in children. An Pediatr (Barc), 63(4), pp.321–329.
Available at: www.analesdepediatria.org/en/pdf/13079 815/S300/.
• Suarjana I.N., 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI Bab: Imunopatogenesis Lupus Eritematosus Sistemik,
Interna Publishing, Jakarta.
• Suherman, SK, Ascobat P (2007). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru.
• Suntoko, Bantar, 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI Bab: Gambaran Klinik dan Diagnosis Lupus
Eritematosus Sistemik, Interna Publishing, Jakarta.
• T. T. Podvigina and L. P. Filaretova, “Dual effects of glucocorticoids on the gastric mucosa,” Uspekhi Fiziologicheskikh
Nauk, vol. 45, pp. 19–33, 2014.
• Wilcox, Gisela. 2005. Insulin and Insulin Resistance. Clin Biochem Rev 26(2): 19-39.
• Yogiantoro, Mohammad, 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi VI Bab: Pendekatan Klinis Hipertensi, Interna
Publishing, Jakarta.
• Yuliasih, J.S., dalam Sistemik Lupus Eritematosus (SLE), Tjokroprawiro, A., Poernomo, B.S., Djoko, S. dan Gatot, S., (Eds),
2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 235-245, Airlangga University Press, Surabaya.
• Zing Yj, Zeng FQ, Dai L, Yang C, Lin BZ, Zheng DH, Liu D, Yan L, Ren M, Cheng H. 2010. Characteristics and risk factors for
hyperglycemia in Chinese female patients with systemic lupus erythematosus. Epub 19(11): 1344-1350
Thank You

Anda mungkin juga menyukai