Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA JENIS TERAPI HIPERTENSI PADA ANGKA

KEJADIAN GAGAL GINJAL DI RSUD DR. R. SOEDJONO SELONG

Muhammad Nauval*, Uswatun Hasanah**


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar
Jl. Unizar No.20 Turida Mataram

ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya end-stage renal disease (ERDS) bersama
dengan diabetes mellitus. Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-
perubahan struktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditandai dengan fibrosis dan sklerosis dinding
pembuluh darah. Organ sasaran utama keadaan ini adalah salah satunya ginjal. Beratnya pengaruh
hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi.
Semakin tinggi tekanan darah dalam waktu lama maka semakin berat komplikasi yang dapat
ditimbulkan. Pemberian terapi hipertensi yang adekuat akan dapat mencegah komplikasi yang di
timbulkan oleh penyakit hipertensi. Terapi kombinasi diberikan untuk meningkatkan kontrol
tekanan darah dalam batas normal pada penderita hipertensi.
Subjek penelitian merupakan pasien hipertensi kronis dengan lama hipertensi > 3 tahun.
Jumlah sample dalam penelitian ini adalah 79 orang. Pengambilan data dilakukan dengan
penelusuran rekam medis pasien hipertensi kronis yang berobat di RSUD DR. R Soedjono selong.
Subjek pria sebanyak 35 orang (44,3%) dan wanita 44 orang (55,7%). Sebanyak 34 (43,03%)
orang mendapatkan monoterapi, dan 45 (56,96%) orang lainnya menerima terapi kombinasi.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan rancangan Cross
sectional. Tempat penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017.
Hasil Uji Chi Kuadrat (X2) diperoleh nilai signifikan 0,001 (p<0,05) dan CI 95% 1.106-
1.303, berarti terdapat hubungan bermakna antara jenis terapi hipertensi dengan kejadian gagal
ginjal pada RSUD DR. R. Soedjono Selong. Odds Ratio (OR) di dapatkan sebesar 5.147. (CI 95%
: 1.960-13.513) menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis terapi hipertensi
dengan kejadian gagal ginjal.

Kata Kunci : Hipertensi, terapi kombinasi, gagal ginjal

PENDAHULUAN Hipertensi yang berlangsung lama dapat


Gagal ginjal kronis merupakan mengakibatkan perubahan-perubahan
gangguan fungsi renal kronik progresif struktur pada arteriol di seluruh tubuh,
ireversibel dimana kemampuan tubuh ditandai dengan fibrosis dan sklerosis
tidak mampu untuk mempertahankan dinding pembuluh darah. Organ sasaran
keseimbangan cairan, metabolisme, dan utama keadaan ini adalah salah satunya
elektrolit (Mansjoer dkk, 2004). ginjal (Price & Wilson, 2013).
Berdasarkan data di United States Renal Pada tahun 2001, WHO
Data System, gagal ginjal kronis melaporkan penelitian di Bangladesh dan
meningkat sebesar 20-25% setiap India dengan hasil prevalensi terjadinya
tahunnya (USRD, 2006). Ginjal dan hipertensi 65% dari jumlah penduduknya,
hipertensi berkaitan dengan erat, dengan prevalensi tertinggi pada
hipertensi dapat menimbulkan kerusakan penduduk di daerah perkotaan. Menurut
ginjal dan kerusakan ginjal dapat laporan pertemuan WHO di Jenewa tahun
menyebabkan hipertensi (Roesma, 2008). 2002 didapatkan prevalensi penyakit

679
hipertensi 15-37% dari populasi dengan ganggaun sekresi hormon dan
penduduk dewasa di dunia. Di Asia, fungsi ginjal. (Sudoyo dkk, 2009).
tercatat 38,4 juta penderita hipertensi Beratnya pengaruh hipertensi pada
pada tahun 2000 dan diprediksi akan ginjal tergantung dari tingginya tekanan
meningkat menjadi 67,4 juta orang pada darah dan lamanya menderita hipertensi.
tahun 2025 (Kementerian Kesehatan Semakin tinggi tekanan darah dalam
Republik Indonesia, 2013). waktu lama maka semakin berat
Prevalensi hipertensi di Indonesia komplikasi yang dapat ditimbulkan
yang didapat melalui pengukuran tekanan (Sudoyo dkk, 2009).
darah pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 Hipertensi merupakan pemicu
persen, tertinggi di Bangka Belitug terjadinya penyakit ginjal dan juga faktor
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan pengembang. Pasien dengan penyakit
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), dan ginjal tahap akhir biasanya memiliki
Jawa Barat (29,4%). Di NTB, prevalensi komplikasi hipertensi, sebanyak 50-60%
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pasien mengalami hipertensi dengan
tekanan darah adalah 37,8% (nasional tekanan darah predialisis >150/90 mmHg.
25,8%), sementara berdasarkan diagnosis Target kontrol tekanan darah pada pasien
dan atau riwayat minum obat hipertensi penyakit ginjal tahap akhir yang
prevalensinya adalah 6,7% (Riskesdas, menjalani dialisis menurut NKF-KDOQI
2013). guidelines (2005) pada predialisis harus
Berdasarkan penyebabnya <140/90 mmHg dan untuk postdialisisnya
hipertensi dibedakan menjadi dua adalah <130/80 mmHg.
golongan yaitu hipertensi primer dan Pemberian terapi hipertensi yang
hipertensi sekunder. Hipertensi primer adekuat akan dapat mencegah komplikasi
atau hipertensi esensial terjadi karena yang di timbulkan oleh penyakit
peningkatan persisten tekanan arteri hipertensi. Terapi kombinasi diberikan
akibat ketidakteraturan mekanisme untuk meningkatkan kontrol tekanan
kontrol homeostatik normal, dapat juga darah dalam batas normal pada penderita
disebut hipertensi idiopatik. Hipertensi ini hipertensi. Penderita hipertensi kronis > 5
mencakup sekitar 95% kasus. tahun beresiko menderita gagal ginjal
Hipertensi sekunder atau hipertensi hingga 4x lipat (hidayati, 2008)
renal merupakan hipertensi yang Berdasarkan data di atas peneliti
penyebabnya diketahui dan terjadi sekitar tertarik melakukan penelitian mengenai
10% dari kasus-kasus hipertensi. Hampir hubungan a ntara jenis terapi hipertensi
semua hipertensi sekunder berhubungan dengan kejadian gagal ginjal di RSUD

680
R. Soedjono Selong. sebagai berikut :
Tabel 1.1. Karakteristik usia pasien
METODE Usia Jumlah Persentase Total
Jenis penelitian ini adalah 25-44 16 20.3%
observasional analitik dengan pendekatan Tahun
45-65 53 67.0% 79
rancangan Cross sectional. Tempat
Tahun
penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit
> 65 10 12.7%
Umum Daerah Dr. R. Soedjono Selong. Tahun
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
Sebanyak 34 (43,03%) orang
April-Mei 2017.
mendapatkan monoterapi, dan 45
Subjek penelitian merupakan
(56,96%) orang lainnya menerima terapi
pasien hipertensi kronis dengan lama
kombinasi. Berikut jenis obat yang
hipertensi > 3 tahun. Jumlah sample
digunakan untuk mengontrol tekanan
dalam penelitian ini adalah 79 orang.
darah pasien :
Pengambilan data dilakukan dengan
Tabel 2.1. Karakteristik terapi yang
penelusuran rekam medis pasien digunakan pasien
hipertensi kronis yang berobat di RSUD Monoterapi Kombinasi
DR. R Soedjono selong. Data yang di terapi
Amlodipine 22 Amlodipine 33
kumpulkan adalah jenis terapi yang di
+ valsartan
berikan (monoterapi atau kombinasi Valsartan 9 Captopril + 2
terapi) dan diagnosis gagal ginjal pasien. valsartan
Captopril 3 Amlodipine 8
Analisis deskriptif dilakukan
+ captopril
untuk menilai karakteristik umum pasien Nicardipine 2
hipertensi kronis. Sedangkan analisa + valsrtan+
statistik menggunakan metode chi square Total 34 45

untuk menilai hubungan dan Prevalence


Hasil analsis statistik menggunakan
risk antara jenis terapi dan gagal ginjal
chi square didapatkan bahwa sebanyak 36
kronis.
orang subjek yang tidak mengalami gagal
ginjal kronis yang terdiri dari 23 (29.1%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
pasien yang mendapatkan mono terapi
Subjek pada penelitrian ini
dan 13 (16.5%) pasien dengan terapi
sebanyak 79 orang dengan hipertensi
kombinasi. Sedangkan di dapatkan 43
kronis. Subjek pria sebanyak 35 orang
pasien dengan gagal ginjal.
(44,3%) dan wanita 44 orang (55,7%).
Berdasarkan hasil uji statistik
Dengan karakteristik sesuai usia
bivariat yang dilakukan dengan metode

681
chisquare di temukan Relative Risk (RR)/ terdapat hubungan yang bermakna antara
rasio prevalensi sebesar 2,9x terjadinya jumlah pemberian obat hipertensi dengan
hipertensi pada pasien yang mendapatkan kendali tekanan darah pada pasien
terapi kombinasi dengan nilai p 0,001 hipertendi di polklinik ginjal dan
(p<0,005) yang berarti bahwa variabel hipertensi IPD-FKUI. Secara global,
independen adalah faktor resiko yang berdasarkan hal terapi hipertensi hanya
mempengaruhi variabel dependen, yang 70.9% penderita hipertensi yang
dalam hal ini bahwa jenis terapi menjalani terapi dan dari jumlah tersebut
hipertensi kemungkinan merupakan kurang dari 50% pasien yang tekanan
faktor risiko untuk timbulnya penyakit darahnya tidak dapat di kontrol dengan
gagal ginjal kronis. baik. Berdasrkan penelitian Ratnasari dkk
Tabel 3.1. Crosstab jenis terapi dengan (2013) didapatkan bahwa 24% pasien
gagal ginjal pada pasien.
dengan terapi kombinasi pada pasien
Mono- Kom- total
hipertensi tidak terkendali dapat terjadi
terapi binasi
Tidak 23 13 36 penuunan tekanan darah yang bermakna.

Gagal (29,1%) (16,5%) (35,6%) Referensi lain yang mendukung

Ginjal penelitian kami adalah dari Untari dkk

Gagal 11 32 43 (2014) yang menyebutkan bahwa

ginjal (13,9%) (40,5%) (54,4%) terdapat pengaruh yang bermakna dalam


penurunan tekanan darah pada pasien
Total 45 34 79(100%)
(57%) (43%) hemodialisa. Sebanyak 33.33%
mengalami penurunan tekanan darah
2
Hasil Uji Chi Kuadrat (X ) dengan kombinasi 2 regimen
diperoleh nilai signifikan 0,001 (p<0,05) antihipertensi. Setelah di berikan
dan CI 95% 1.106-1.303, berarti terdapat ko0mbinasi 3 obat hipertensi di dapatkan
hubungan bermakna antara jenis terapi 87,5% pasien mengalami penurunan
hipertensi dengan kejadian gagal ginjal tekanan darah yang bermakna.
pada RSUD DR. R. Soedjono Selong. Berdasarkan referensi tersebut
Odds Ratio (OR) di dapatkan sebesar penting di ingat bahwa kontrol tekanan
5.147. (CI 95% : 1.960-13.513) darah yang adekuat menggunakan
menunjukkan terdapat hubungan yang kombinasi terapi obat hipertensi akan
bermakna antara jenis terapi hipertensi mampu mencegah terjadinya gagal ginjal
dengan kejadian gagal ginjal. kronis ataupun end-stage renal disease.
Hal ini sesuai dengan pemaparan Pada suatu penelitian oleh SHEP
dari penelitian Ratnasari, dkk (2013) yaitu (Systolic Hypertension in Elderly

682
Program) dan Systolic hypertension in terpenting dalam usaha mengendalikan
euro menunjukkan meskipun kepatuhan tekanan darah agar mtetap berada dalam
pasien usia lanjut alam meminum obat kisaran normalnya.
meningkat, namun hanya 30% yang
mampu menjaga tekanan darahnya dalam DAFTAR PUSTAKA
keadaan normal dengan menggunakan David DS. Compliance with hypertensive
therapy. Hypertension 2006.
obat monoterapi. Sedangkan jika
Dorland, Newman W., 2012, Kamus Saku
dilakukan pemberian obat hipertensi
Kedokteran Dorland Edisi 28,
dengan terapi kombinasi didapatkan 80% EGC: Jakarta.
responden berhasil menjaga tekanan Hidayati T., Kushadiwijaya H & Suhardi.,
2008, Hubungan Antara
darahnya dalam rentang normal. hipertensi,Merokok Dan Minuman
(McPhee, et al 2017). Suplemen Energi Dan Penyakit
Ginjal Kronis,
Kementerian Kesehatan Republik
KESIMPULAN Indonesia, 2013, Riset Kesehatan
Pada penelitian ini melibatkan 79 Dasar, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
subjek pria sebanyak 35 orang (44,3%) Kementerian Kesehatan RI:
dan wanita 44 orang (55,7%). Dari ke 79 Jakarta.
subjek tersebut diketahui Sebanyak 34 Mansjoer, Arief., Triyanti, Kuspuji.,
Savitri Rakhimi., Wardhani,
(43,03%) orang mendapatkan monoterapi, Wahyu Ika & Setiowulan, Wiwiek.,
dan 45 (56,96%) orang lainnya menerima 2004. Kapita Selekta Kedokteran.
EGC: Jakarta.
terapi kombinasi.
Morgado, Elsa & Neves, Pedro Leao.,
Berdasarkan penelitian yang telah 2012, Hypertension and Chronic
kami lakukan untuk menentukan Kidney Disease: Cause and
Consequence-Therapeutic
hubungan antara jenis terapi hipertensi Consideration. Nephrology
dan angka kejadian gagal ginjal di RSUD Departement, Hospital Of Faro:
Portugal.
DR. R. Soedjono selong di dapatkan
National Kidney Foundation, 2013, The
bahwa terdapat hubungan bermakna National Kidney Foundation:
dengan Relative risk 2,9x pada monterapi Kidney Disease About Chronic
Kidney Disease.
untuk terjadinya gagal ginjal (p 0,001).
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M.,
Terapi hipertensi yang adekuat di 2013, Patofisiologi Konsep Klinis
perlukan untuk mencegah terjadinya Proses-Proses Penyakit, Vol 2
Edisi 4, EGC: Jakarta.
komplikasi pada pasien. Namun tidak
Ratnasari F. Et al. 2013. Hubungan
dapat di pungkiri selain pemberian obat Jumlah Kombinasi Obat Anti-
anti-hipertensi yang adekuat, kepatuhan Hipertensi Terhadap Kendali
Tekanan Darah Pada Pasien
(compliance) pasien merupakan hal yang Poliklinik Ginjal Dan Hipertensi

683
IPD-UI. Fkultas kedokteran UI.
Jakarta.
Sastroasmoro, Sudigdo., 2011, Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian Klinis
Edisi Ke-4, Jakarta : Sagung Seto.
Sudoyo, Aru W., Setiyohadi,
Bambang., Alwi, Idrus., K,
Marcellus Simadibrata & Setiati,
Siti., 2009, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi Ke-5 Jilid
Ke-2, Interna Publishing: Jakarta.
Untari M. K. Et al 2014. Perbandingan
efek terpi kombinasi 2 obat dengan
3 obat antihipertensi pada pasien
hemodialisa. Jurnal manajeman dan
pelayanan farmasi. Jakarta.
USRD (United States Renal Data
System), 2013, USRDS Annual
Data Report.

684

Anda mungkin juga menyukai