Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN TINGKAT PEMAHAMAN DENGAN KEPATUHAN

MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RS “X”


TAHUN 2018
Decki Mei Muliyana¹, Ismu Dwi Supangkat²
Akademi Farmasi Mitra Sehat Mandiri Sidoarjo
Jalan Ki Hajar Dewantara No.200, Katerungan, Krian, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61262
Email:benjamindecky@gmail.com
ABSTRACT
Hypertension is a disease that requires long-term therapy, so it takes patient compliance in
treatment to control blood pressure and reduce the risk of complications. Someone is said to
have hypertension if systolic blood pressure ≥140 mmHg and diastolic blood pressure ≥90
mmHg. From the data in hospital "X" there are still many people who suffer from hypertension.
The patient's knowledge of his illness is very influential on his decision to undergo treatment.
Patient compliance in treatment is also influenced by several factors. The purpose of this study
was conducted in order to see the description of the level of understanding of hypertension with
patient compliance in undergoing hypertension treatment at Hospital "X". The type of research
was observational analytic with cross sectional design. The number of samples in this study
were 50 respondents who were hypertensive patients in Hospital "X" taken in May-June 2018
using questionnaires. The sample technique used is simple random sampling technique. The
results of this study are high knowledge respondents with high adherence of 62%, while low
knowledge level with low compliance of 38%. To increase the success rate of hypertension
treatment needs to be counseling related hypertensive patients so that adherence to medication
hypertension patients can increase.

Keyword : level of understanding, Complience, Drug Consumption, Hypertension

PENDAHULUAN mual muntah, penglihatan menjadi kabur


yang akan berdampak pada cara berjalan
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah
yang tidak tegap/sempoyongan serta
tinggi yang abnormal dan diukur paling
edem/bengkak pada bagian tubuh tertentu
tidak pada tiga kali pengukuran yang
seperti tangan, kaki bahkan seluruh tubuh
berbeda. Pada umumnya tekanan darah
(Bachtiar, 2016). Di seluruh dunia, sekitar
normal adalah kurang dari 120 mmHg
972 juta orang atau 26,4 % penghuni bumi
untuk sistolik dan 80 mmHg untuk
mengidap hipertensi dengan perbandingan
diastolik, serta tekanan darah tinggi adalah
26,6 % pria dan 26,1 % wanita. Angka ini
lebih dari 140 mmHg untuk sistolik dan
kemungkinan akan terus meningkat menjadi
tekanan diastolik diatas 90 mmHg dan
29,2 % di tahun 2025. Dari 972 juta orang
penyebab yang sering terjadi karena
pengidap hipertensi, 333 juta orang berada
cepatnya jantung untuk berdenyut dan
di negara maju dan 639 juta orang sisanya
disertai konsumsi garam yang berlebih.
berada di negara sedang berkembang
Akibat bila tekanan darah terus meningkat
termasuk Indonesia (Khotimah, 2016).
adalah seperti sakit kepala yang menjalar ke
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
tengkuk/leher belakang terkadang disertai
2013, prevalensi hipertensi di Indonesia
1
yang didapat melalui pengukuran pada ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi
umur ≥18 tahun sebesar 25,8 %, tetinggi yang maksimal dalam penggunaan obat
berada di daerah Bangka Belitung dengan yang tepat (Ariningtyas, 2015). Hipertensi
prosentase (30,9%), lalu di ikuti merupakan suatu penyakit dengan kondisi
Kalimantan Selatan dengan (30,8%), medis yang beragam. Pada kebanyakan
Kalimantan Timur (29,6%), kemudian di pasien etiologi patofisiologi-nya tidak
Jawa Barat (29,4%), dan di Jawa Timur diketahui (hipertensi primer). Hipertensi
mencapai (26,2%). Prevalensi jumlah primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi
hipertensi di Indonesia yang di dapat dapat di kontrol. Kelompok lain dari
melalui kuesioner/pertanyaan terdiagnosis populasi dengan persentase rendah
tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang mempunyai penyebab yang khusus, dikenal
didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang sebagai hipertensi sekunder. Banyak
minum obat sebesar 9,5%, jadi ada sekitar penyebab hipertensi sekunder, endogen
0,1% yang minum obat penurun hipertensi maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi
secara mandiri, responden/masyarakat yang sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi
mempunyai tekanan darah normal tetapi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan
sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7 secara potensial (Sukandar dkk, 2008).
%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia HIPERTENSI
sebesar 26,5 %. Prevalensi hipertensi yang a. Hipertensi primer
terbatas pada usia 15-17 tahun, berdasar Lebih dari 90% pasien dengan
prevalensi nasional sebesar 5,3 % (laki-laki hipertensi merupakan hipertensi
6,0% dan perempuan 4,7%), perdesaan essensial (hipertensi primer).
(5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%) Merupakan hipertensi tanpa kelainan
(Kemenkes RI, 2013). Peningkatan tekanan patologi yang jelas. Penyebabnya
darah dipengaruhi beberapa faktor antara multifaktorial meliputi faktor genetik
lain jenis kelamin, umur, riwayat keluarga, dan faktor lingkungan. Faktor genetik
kadar garam tinggi, obesitas, kebiasaan mempengaruhi kepekaan terhadap
merokok dan banyak mengkonsumsi natrium, reaktivitas pembuluh darah
minuman yang mengandung alkohol. Bagi terhadap vasokontriktor, dan lain-lain.
yang memiliki kebiasaan ini seharusnya Faktor lingkungan antara lain diet,
lebih waspada sejak dini dalam melakukan kebiasaan merokok, stress dan lain-
upaya preventif, seperti halnya yang paling lain.
sederhana adalah rutin kontrol tekanan b. Hipertensi sekunder
darah lebih dari satu kali, dan berusaha dan Hipertensi sekunder merupakan jenis
menghindari faktor-faktor yang yang penyebab spesifiknya dapat
menyebabkan hipertensi (Novian, 2014). diketahui. Meliputi 5-10% kasus
Berbagai upaya diperlukan untuk hipertensi, antara lain hipertensi akibat
meningkatkan pemahaman dengan penyakit ginjal (hipertensi renal),
kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi hipertensi endokrin, kelainan saraf
mencapai target tekanan darah yang pusat dan obat-obatan.
diinginkan. Konseling dapat meningkatkan Klasifikasi hipertensi berdasarkan JNC 7
pemahaman dengan kepatuhan pasien adalah klasifikasi untuk orang dewasa umur
terhadap penggunaan obat karena pasien ≥ 18 tahun. Menurut JNC 7, definisi
diberikan informasi tentang obat mencakup hipertensi adalah jika didapatkan TDS ≥
nama obat, dosis, waktu dan jadwal minum 140 mmHg atau TDD ≥ 90 mmHg.
obat, dengan adanya konseling itu sendiri Penentuan klasifikasi ini berdasarkan rata-
2
rata 2 kali pengukuran tekanan darah pada 7. Perubahan dalam eksresi sistem
posisi duduk (Anonim, 2008). kallikrein-kinin yang mempengaruhi
tonus vaskular dan penanganan garam
oleh ginjal.
Klasifikasi TDS TDD
8. Abnormalitis tahanan pembuluh darah,
Tekanan (mmHg) (mmHg)
termasuk gangguan pada pembuluh
Darah
darah kecil di ginjal.
Normal < 120 Dan < 80 9. Diabetes mellitus.
10. Resisten insulin.
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89 11. Obesitas.
12. Meningkatnya aktivitas Vascular
Hipertensi 140-159 Atau 90-99 growth factors.
tingkat 1 13. Perubahan reseptor adrenergik yang
Hipertensi ≥ 160 Atau ≥ 100 mempengaruhi denyut jantung,
tingkat 2 karakteristik inotropik dari jantung,
Tabel Klasifikasi Hipertensi (JNC 7) dan tonus vascular.
14. Berubahnya transpor ion dalam sel.
Patofisiologi adalah tekanan darah arteri Pemahaman pasien dapat diartikan
adalah tekanan yang diukur pada dinding sebagai suatu kemampuan untuk
arteri dalam milimeter merkuri. Dua menjelaskan secara benar tentang objek
tekanan darah arteri yang biasanya diukur, yang diketahui dan dapat
tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan menginterprestasikan materi tersebut secara
darah diastolik (TDD). TDS diperoleh benar. Seseorang yang telah paham
selama kontraksi jantung dan TDD terhadap objek atau materi tersebut harus
diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik dapat menyimpulkan dan menyebutkan
jantung diisi. Banyak faktor yang contoh, menjelaskan, meramalkan, dan
mengontrol tekanan darah berkontribusi sebagainya terhadap objek yang dipelajari
secara potensial dalam terbentuknya (Risqi, 2016).
hipertensi (Sukandar dkk, 2008). Kategori Pemahaman
Faktor-faktor tersebut adalah: 1.Tingkat pertama
1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf Adalah tingkat pemahaman terjemahan,
simpatik (tonus simpatis dan variasi yaitu kemampuan memahami secara tepat
diurnal), mungkin berhubungan dengan dan cepat serta dapat memberikan contoh,
meningkatnya respons terhadap stress sehingga dalam mengemukakan kembali
psikososial dll. hal-hal yang dipelajari tidak mengalami
2. Produksi berlebihan hormon yang arti.
menahan natrium dan vasokonstriktor. 2.Tingkat kedua
3. Asupan natrium (garam) berlebihan. Adalah pemahaman penafsiran, yaitu
4. Tidak cukupnya kalium dan kalsium. menjelaskan atau merangkum sesuatu yang
5. Meningtkatnya sekresi renin sehingga dikomunikasikan. Menafsirkan selain
mengakibatkan meningkatnnya produksi mengurutkan kembali juga menambah
angiotensin II dan aldosteron. wawasan baru terhadap hal-hal yang
6. Definisi vasodilator seperti prostasiklin, dikomunikasikan sehingga menjadi lebih
nitrik oxida (NO), dan peptide jelas.
natriuretik. 3.Tingkat ketiga

3
Adalah pemahaman ekstrapolasi, yaitu serta dapat menjelaskan faktor-faktor yang
kemampuan dalam memperkirakan arah berhubungan dengan kepatuhan penderita
atau kecenderungan diluar data yang hipertensi dalam menjalani pengobatan
tersedia. Ekstrapolasi diharapkan seseorang karena peneliti cross sectional merupakan
mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat penelitian yang mempelajari hubungan
membuat ramalan tentang konsekuens atau antara faktor risiko (independent) dengan
dapat memperluas persepsi dalam arti faktor efek (dependent) (Puspita, 2016).
waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya Populasi adalah sekumpulan
(Mirawati, 2013) individu dengan ciri-ciri yang sama
Kepatuhan adalah tingkat (spesies). Populasi pada penelitian ini
seseorang dalam melaksanakan suatu aturan adalah semua pasien yang terdiagnosis
dalam dan perilaku yang disarankan. hipertensi dan penyakit penyerta. Sampel
Pengertian dari kepatuhan adalah menuruti yang digunakan dalam penelitian ini adalah
suatu perintah atau suatu aturan. Kepatuhan sebagian pasien yang terdiagnosa hipertensi
adalah tingkat seseorang dalam tunggal. Penetapan sampel yang digunakan
melaksanakan perawatan, pengobatan dan dalam penelitian ini menggunakan jenis
perilaku yang disarankan oleh perawat, metode simple random sampling yaitu suatu
dokter atau tenaga kesehatan lainnya. sampel yang terdiri atas sejumlah elemen
Kepatuhan menggambarkan sejauh mana yang dipilih secara acak, dimana setiap
pasien berperilaku untuk melaksanakan elemen atau anggota populasi memiliki
aturan dalam pengobatan dan perilaku yang kesempatan yang sama untuk menjadi
disarankan oleh tenaga kesehatan (Sutanto, sampel. Variabel bebas dalam penelitian ini
2010). adalah tingkat pemahaman pasien
Kepatuhan minum obat sangat hipertensi. Variabel terikat dalam penelitian
penting terutama bagi pasien kronis. ini adalah kepatuhan pada pasien hipertesi.
Kepatuhan minum obat dapat dipengaruhi Instrumen dalam penelitian ini
oleh faktor demografi, faktor pasien, faktor berupa lembar kuisioner untuk mengetahui
terapi dan hubungan pasien dengan tenaga hubungan tingkat pemahaman dengan
kesehatan. Salah satu indikator dari ketaatan pasien hipertensi yaitu berupa
kepatuhan pasien minum obat antihipertensi kuisioner tertutup yang diisi oleh
adalah pengendalian tekanan darah (Niven, responden. Kuisioner adalah sejumlah
2012). pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dalam arti laporan tentang hal-hal yang
dijelaskan secara rinci, maka peneliti ingin diketahui dan disediakan jawabannya
mengetahui apakah ada hubungan tingkat (Arikunto, 2010). Jenis kuisioner dalam
pemahaman dengan kepatuhan minum obat penelitan ini adalah kuisioner tertutup
pasien hipertensi rawat jalan di RS X?. dimana responden tinggal memilih jawaban
METODE PENELITIAN yang sudah disediakan oleh peneliti yaitu
Penelitian ini merupakan penelitian untuk pengetahuan benar dan salah.
observasional analitik dengan rancangan Kuisioner adalah sejumlah
penelitian cross sectional. Penelitian pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
menggunakan rancangan cross sectional memperoleh informasi dari responden
karena dalam penelitian ini observasi atau dalam arti laporan tentang pribadinya atau
pengukuran variabel dilakukan dalam satu hal-hal yang diketahui. Kuisioner bertujuan
waktu yang sudah ditentukan oleh peneliti untuk mengetahui informasi mengenai
4
faktor-faktor yang berhubungan dengan orang terdapat 10 orang perempuan atau
kepatuhan berobat penderita hipertensi. 20% dinyatakan tidak patuh dalam
Analisa data yang dilakukan menjalani pengobatan dan sebanyak 7
menggunakan program Microsoft excel dan orang atau 14% laki-laki dinyakatan
program SPSS (Statistical Package for the tidak patuh dalam menjalani
Sosial Sciences) dengan metode Chi pengobatan. Hasil analisis uji chi square
Square. yang telah dilakukan diperoleh nilai p value
Interprestasi hasil uji hipotesis = 0,118 (p value > 0,05) artinya tidak ada
korelasi didasarkan pada nilai p value, hubungan antara jenis kelamin dengan
kekuatan korelasi dan juga arah kepatuhan minum obat hipertensi.
korelasinya. Jika hasil penghitungan dalam
Berdasarkan analisis hasil
analisis bivariat menunjukan nilai p < 0,05
hubungan umur dengan pemahaman dalam
maka terdapat korelasi yang bermakna
menjalani pengobatan hipertensi, diperoleh
antara kedua variabel yang dihubungkan.
bahwa 35 responden yang paham tentang
Namun jika hasil penghitungan dalam
hipertensi dan 15 orang tidak paham dalam
analisis bivariat menunjukan nilai p > 0,05
menjalani pengobatan hipertensi.
maka tidak terdapat korelasi yang bermakna
Dalam kategori umur 30-40 tahun diperoleh
antara kedua variabel yang dihubungkan.
8 responden atau 16%, yang paham dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
menjalani pengobatan hipertensi sebanyak 3
Berdasarkan hasil analisis
orang atau 6% dan 5 orang responden atau
hubungan jenis kelamin dengan
10% tidak paham dalam menjalani
pemahaman dalam menjalani pengobatan
pengobatan hipertensi. Dalam kategori
hipertensi, diperoleh bahwa dari 35
umur 41-50 tahun diperoleh 15 responden
responden yang paham tentang hipertensi
atau 30%, responden yang paham dalam
sebesar 24 orang perempuan atau
menjalani pengobatan hipertensi sebanyak
48% dan terdapat 11 responden laki-laki
10 orang atau 20% dan 5 orang responden
atau 22%. Sedangkan dari 15 responden
atau 10% tidak paham dalam menjalani
yang tidak paham terdapat berjenis kelamin
pengobatan hipertensi. Dalam kategori
perempuan sebesar 11 orang atau 22%
umur 51-60 tahun diperoleh 20 orang
dinyatakan tidak paham dalam menjalani
responden atau 40%, responden yang
pengobatan dan sebanyak 4 orang atau 8%
paham dalam menjalani pengobatan
laki-laki tidak paham dalam menjalani
hipertensi sebanyak 17 orang responden
pengobatan. Hasil analisis uji chi square
atau 34% dan 3 orang responden atau 6%
yang telah dilakukan diperoleh nilai p value
tidak paham dalam menjalani pengobatan
= 1,000 (p value > 0,05) artinya tidak ada
hipertensi. Dalam kategori umur 61-70
hubungan antara jenis kelamin dengan
tahun diperoleh 7 orang responden atau
pemahaman dalam menjalani pengobatan.
14%, responden yang paham dalam
Berdasarkan hasil analisis
menjalani pengobatan hipertensi sebanyak 5
hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan
orang responden atau 10% dan 2 orang
dalam menjalani pengobatan hipertensi,
responden atau 4% tidak paham dalam
diperoleh bahwa 33 responden yang patuh
menjalani pengobatan hipertensi. .
dalam menjalani pengobatan terdapat 25
Hasil analisis uji chi square yang telah
orang perempuan atau 50% yang patuh
dilakukan diperoleh nilai p value = 0,464 (p
dalam menjalani pengobatan dan 8 orang
value > 0,05) artinya tidak ada hubungan
laki-laki atau 16% yang patuh dalam
menjalani pengobatan. Sedangkan dari 17
5
antara umur dengan pemahaman dalam tidak tamat SD diperoleh 3 orang responden
menjalani pengobatan hipertensi. atau 6%, yang paham dalam menjalani
pengobatan hipertensi sebanyak 1 orang
Berdasarkan analisis hasil
atau 2% dan 2 orang responden atau 4%
hubungan umur dengan kepatuhan dalam
tidak paham dalam menjalani pengobatan
menjalani pengobatan hipertensi, diperoleh
hipertensi. Dalam kategori tamat SD
bahwa 33 responden yang patuh dalam
diperoleh 8 orang responden atau
menjalani pengobatan hipertensi dan 17
16%, responden yang paham dalam
responden tidak patuh dalam menjalani
menjalani pengobatan hipertensi sebanyak 4
pengobatan. Dalam kategori umur 30-40
orang atau 8% dan 4 orang responden atau
tahun diperoleh 8 responden atau 16%,
8% tidak paham dalam menjalani
yang patuh dalam menjalani pengobatan
pengobatan hipertensi. Dalam kategori
hipertensi sebanyak 4 orang atau 8% dan 4
tamat SLTP diperoleh 10 orang responden
orang responden atau 8% tidak patuh dalam
atau 20%, responden yang paham dalam
menjalani pengobatan hipertensi. Dalam
menjalani pengobatan hipertensi sebanyak 7
kategori umur 41-50 tahun diperoleh 15
orang responden atau 14% dan 3 orang
responden atau 30%, responden yang patuh
responden atau 6% tidak paham dalam
dalam menjalani pengobatan hipertensi
menjalani pengobatan hipertensi. Dalam
sebanyak 12 orang atau 24% dan 3 orang
kategori tamat SLTA diperoleh 12 orang
responden atau 6% tidak patuh dalam
responden atau 24%, responden yang
menjalani pengobatan hipertensi.
paham dalam menjalani pengobatan
Dalam kategori umur 51-60 tahun
hipertensi sebanyak 10 orang responden
diperoleh 20 orang responden atau 40%,
atau 20% dan 2 orang responden atau 4%
responden yang patuh dalam menjalani
tidak paham dalam menjalani pengobatan
pengobatan hipertensi sebanyak 12 orang
hipertensi. Dalam kategori tamat Perguruan
responden atau 24% dan 8 orang responden
Tinggi diperoleh 17 orang responden atau
atau 16% tidak patuh dalam menjalani
34%, responden yang paham dalam
pengobatan hipertensi. Dalam kategori
menjalani pengobatan hipertensi
umur 61-70 tahun diperoleh 7 orang
sebanyak 13 orang responden atau 26% dan
responden atau 14%, responden yang patuh
4 orang responden atau 8% tidak paham
dalam menjalani pengobatan hipertensi
dalam menjalani pengobatan hipertensi.
sebanyak 5 orang responden atau 10% dan
Hasil analisis uji chi square yang telah
2 orang responden atau 4% tidak patuh
dilakukan diperoleh nilai p value = 0,309 (p
dalam menjalani pengobatan hipertensi.
value > 0,05) artinya tidak ada hubungan
Hasil analisis uji chi square yang telah
pendidikan terakhir dengan pemahaman
dilakukan diperoleh nilai p value = 0,451 (p
dalam menjalani pengobatan hipertensi.
value > 0,05) artinya tidak ada hubungan
antara umur dengan kepatuhan minum obat Berdasarkan analisis hasil hubungan
dalam menjalani pengobatan hipertensi. pendidikan terakhir dengan kepatuhan
dalam menjalani pengobatan hipertensi,
Berdasarkan analisis hasil
diperoleh bahwa 33 responden yang patuh
hubungan pendidikan terakhir dengan
dalam menjalani pengobatan hipertensi dan
pemahaman dalam menjalani pengobatan
17 responden tidak patuh dalam menjalani
hipertensi, diperoleh bahwa 35 responden
pengobatan hipertensi. Dalam kategori
yang paham tentang hipertensi dan 15
tidak tamat SD diperoleh 3 orang responden
responden tidak paham dalam menjalani
atau 6%, yang patuh dalam menjalani
pengobatan hipertensi. Dalam kategori
6
pengobatan hipertensi sebanyak 2 orang Chi Square diperoleh bahwa nilai p Value =
atau 4% dan 1 orang responden atau 2% 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa ada
tidak patuh dalam menjalani pengobatan hubungan antara pemahaman dengan
hipertensi. Dalam kategori tamat SD kepatuhan dalam menjalani pengobatan
diperoleh 8 orang responden atau 16%, hipertensi.
responden yang patuh dalam
Kesimpulan
menjalani pengobatan hipertensi sebanyak 3
orang atau 6% dan 5 orang responden Berdasarkan penelitian tentang
atau 10% tidak patuh dalam menjalani hubungan tingkat pemahaman dengan
pengobatan hipertensi. Dalam kategori kepatuhan pasien penderita hipertensi
tamat SLTP diperoleh 10 orang dalam menjalani pengobatan di RS ”X”
responden atau 20%, responden yang patuh sebagai berikut:
dalam menjalani pengobatan hipertensi
sebanyak 6 orang responden atau 12% dan 1) Tidak adanya hubungan antara jenis
4 orang responden atau 8% tidak patuh kelamin dengan pemahaman dan
dalam menjalani pengobatan hipertensi. kepatuhan dalam menjalani
Dalam kategori tamat SLTA diperoleh 12 pengobatan pada pasien hipertensi.
orang responden atau 24%, responden yang 2) Tidak adanya hubungan antara umur
patuh dalam menjalani pengobatan dengan pemahaman dan kepatuhan
hipertensi sebanyak 9 orang responden atau dalam menjalani pengobatan pada
18% dan 3 orang responden atau 6% tidak pasien hipertensi.
patuh dalam menjalani pengobatan
hipertensi. Dalam kategori tamat Perguruan 3) Tidak adanya hubungan antara tingkat
Tinggi diperoleh 17 orang responden atau pendidikan terakhir dengan
34%, responden yang patuh dalam pemahaman dan kepatuhan dalam
menjalani pengobatan hipertensi sebanyak menjalani pengobatan pada pasien
13 orang responden atau 26% dan 4 orang hipertensi.
responden atau 8% tidak patuh dalam 4) Adanya hubungan antara tingkat
menjalani pengobatan hipertensi. Hasil pemahaman dengan kepatuhan dalam
analisis uji chi square yang telah dilakukan menjalani pengobatan pada pasien
diperoleh nilai p value = 0,364 (p value > hipertensi.
0,05) artinya tidak ada hubungan
pendidikan terakhir dengan kepatuhan DAFTAR PUSTAKA
minum obat dalam menjalani pengobatan
hipertensi.
Anonim. 2008. Iso farmakoterapi. Jakarta:
Berdasarkan distribusi dari 50 PT. ISFI Penerbitan.
responden menurut tingkat
Anonim. 2008. Pedoman diagnosis dan
pemahaman dengan kepatuhan tinggi
terapi bag/SMF ilmu penyakit
harus memenuhi skor ≥ 30 dan skor untuk
dalam. surabaya: fakultas
pemahaman dengan kepatuhan rendah < 30.
kedokteran universitas Airlangga
Dari hasil data tersebut terdapat
Surabaya.
pemahaman dengan kepatuhan tinggi
sebanyak 30 orang responden 60% dan Arikunto, 2010, Prosedur penelitian:suatu
pemahaman dengan kepatuhan rendah pendekatan praktik, Jakarta, Rineka Cipta
sebanyak 20 orang atau 40%. Hasil Uji

7
Ariningtyas, A.A. 2015. Peningkatan kabupaten Moojokerto. Karya Tulis
pemahaman pasien terhadap Ilmiah, Hal 1-9.
penggunaan obat
Lailatushifah, S. 2012. Kepatuhan pasien
antihipertensi tunggal maupun
yang menderita penyakit kronis
kombinasi yang diresepkan di
dalam mengkonsumsi obat harian.
apotek marvita puspa. Skripsi, hal
Dipetik 31 November 2017:
7-28.
fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-
Bachtiar, Y. 2016. Asuhan keperawatan content/.../NoorKepatuhan...pdf.
pemenuhan kebutuhan rasa aman Mirawati, H.D. 2013. Gambaran tingkat
dan kenyamanan pada pemahaman pasien tbc paru
keluarga Tn. K dengan hipertensi. kategori 1 terhadap tingkat
Karya Tulis Ilmiah. Kebumen, hal kepatuhan konsumsi obat di
1-5. puskesmas Dr. Soetomo Surabaya.
Karya Tulis Ilmiah, Hal 24-34.
Damayanti, D. 2013. Pintar meracik sendiri
ramuan herbal untuk penyakit Niven, N. 2012. Psikologi kesehatan:
tekanan darah tinggi . Yogyakarta: pengantar untuk perawat dan
Araska. profesional kesehatan lain (ed.2).
Jakarta: EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2004.
Keputusan Menteri Kesehatan Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
No.1027/MENKES/SK/IX/2004 penelitian kesehatan (ed-rev).
tentang standar pelayanan Jakarta: Rineka cipta.
kefarmasian. Jakarta: Pemerintah
Novian, A. 2014. faktor yang berhubungan
Republik Indonesi.
dengan kepatuhan diit pasien
Departemen Kesehatan RI. 2006. hipertensi (studi pasien rawat jalan
Pharmaceutical care untuk dirumah sakit islam sultan agung
penyakit hipertensi, Jakarta: semarang. Unnes Journal of Public
Direktur Bina Farmasi Komunitas Health, ISSN 2252-6528.
dan Klinik.
Puspita, E. 2016. Faktor-faktor yang
Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman berhubungan dengan kepatuhan penderita
Teknis Penemuan dan Tatalaksana hipertensi dalam menjalani
Penyakit Hipertensi. Jakarta: pengobatan. Skripsi Hal 57-98.
Direktorat Pengendalian Penyakit
Risqi, N.E. 2016. Tingkat pengetahuan
Tidak menular.
masyarakat tentang pengunaan
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset antibiotik amoxicillin di apotek
Kesehatan Dasar Riskesdas 2013. mojopuro 1 balongpanggang
Jakarta: Badan Penelitian Dan Gresik. Karya Tulis Ilmiah Hal 15-
Pengembangan Kesehatan 21.
Khotimah, K. 2016. Asuhan keperawatan
Sutanto, 2010. Cekal (cegah dan tangkal)
keluarga pada lansia hipertensi
penyakit modern. Yogyakarta: Cv.
dengan nyeri kepala akut di
Andi Offset
desa pacing kecamatan bangsal

8
Tanu, Ian. 2010. Antihipertensi. In:
Farmakologi dan Terapi Edisi 5.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Thoifah, N. 2017. Hubungan tingkat
kepatuhan penggunaan obat
terhadap efektifitas terapi
antihipertensi pada pasien bpjs
rawat jalan di poli penyakit dalam
di rumah sakit “x” Sidoarjo. Karya
Tulis Ilmiah Hal 17-32.

Anda mungkin juga menyukai