DISUSUN OLEH :
NIM : 2330122059
KELAS : B
Menurut Friedman et al, 2010 keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan
kesehatan seluruh anggotanya, keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien
untuk mengupayakan kesehatan. Tugas-tugas kesehatan keluarga menurut Friedman,
1998 yaitu keluarga mampu memahami masalah kesehatan dikeluarga, mengambil
keputusan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan(Yuliyanti
& Zakiyah, 2016). Ketidakpatuhan terhadap pengobatan antihipertensi menjadi salah
satu penyebab kurangnya pengendalian tekanan darah (Kawulusan et al., 2019).
Kepatuhan obat yang dianjurkan oleh dokter pada penderita hipertensi menjadi salah
satu faktor keberhasilan terapi.Kurangnya pelaksanaan tugas kesehatan keluarga sebagai
bentuk dukungan pada penderita hipertensi akan menimbulkan tekanan darah tetap tidak
terkontrol pada penderita hipertensi(Putri, 2016).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui DRP pasien
2. Untuk mengetahui penyelesaian DRP pasien
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia, pengobatan penyakit ini sudah
menjadi prosedur umum dilaksanakan di berbagai fasilitas kesehatan (Susilowati et al, 2017).
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik melebihi angka 140 mmHg dan tekanan darah
diastolic melebihi angka 90 mmHg, diukur dua kali istirahat dengan jarak waktu 5 menit.
Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung coroner, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal
kronik, kerusakan retina maupun penyakit vascular perifer (Yulanda & Lisiswanti, 2017).
Association (AHA) tahun 2017 untuk hipertensi dikatakan normal, meningkat (elevated),
hipertensi stadium 1 dan 2. Klasifikasi hipertensi 1 sebelumnya diganti berdasarkan data resiko
penyakit jantung dengan systole / diastole, perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan
darah, dan uji coba terkontrol secara acak tentang pengobatan antihipertensi. Resiko penyakit
dibandingkan dengan <120/80 mmHg. Saat ini Indonesia masih mengacu pada kriteria
Berdasarkan pedoman JNC VII Hypertension 2003, tingkat tekanan darah diklasifikan
Makan makanan yang terlalu berlemak atau asin, kurang makan buah dan sayur, lebih
banyak mengonsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik seperti olahraga, dan stres karena hidup di
tempat kerja dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Ada banyak faktor risiko kebiasaan dan
Berdasarkan etiologinya dapat dibagi menjadi hipertensi primer / essensial dengan angka
kejadian 80-95%, pada hipertensi ini tak diketahui penyebabnya. Terdapat juga hipertensi
sekunder akibat kelainan yang dasar, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
feokromositoma, hiperaldosteronism, dan lainnya (The Eight Joint National Committee, 2014).
Sebagian besar pasien hipertensi tidak menunjukkan gejala berdasarkan riwayat medis
mereka. Beberapa pasien mengalami sakit kepala, rotasi, atau penglihatan kabur. Alasan untuk
kortikosteroid, dekongestan atau NSAID, sakit kepala paroksismal, berkeringat atau takikardia,
dan riwayat penyakit ginjal. Riwayat medis juga dapat mencari faktor risiko kardiovaskular
mikroalbuminuria, penurunan tingkat GFR, dan riwayat keluarga (ESH and ESC, 2013;
Hipertensi terjadi jika tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90
mmHg dengan dua kali pengukuran dengan interval lima menit saat istirahat. Hipertensi dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, kerusakan
retina, dan penyakit pembuluh darah perifer (Yulanda & Lisiswanti, 2017).
2.5 Penatalaksanaan
Intervensi non farmakologis adalah salah satu cara yang efektif agar dapat
menurunkan tekanan darah. Studi klinis menunjukkan penurunan berat badan, diet DASH
peningkatan aktivitas fisik, dan penurunan mengonsumsi alkohol. (Tabel 2). Intervensi
lain seperti mengonsumsi probiotik, diet tinggi protein, serta, minyak ikan, suplemen
kalsium atau magnesium, terapi perilaku dan terapi kognitif masih belum banyak
didukung dengan data dan penelitian yang kuat (American Heart Association, 2017).
b. Terapi Farmakologis
antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan
gaya hidup. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan farmakologis.
Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa tubuh
dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2), kontrol diet berdasarkan
DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak
jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan
adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah target aktivitas fisik minimal
30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan konsumsi
alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah hingga mencapai
tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada
ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi
antihipertensi sudah dimulai, pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis
setiap bulan hingga target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan
Obat antihipertensi dibagi dalam enam golongan yaitu golongan Diuretik, ACEI
1. Diuretik
Diuretic meningkatkan eksresi natrium, air, dan klorida hingga terjadi penurunan
volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya, curah jantung dan tekanan darah
menurun. Selain mekanisme ini, beberapa diuretik juga mengurangi resistensi perifer
sehingga meningkatkan efek antihipertensi (Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).
a. Thiazide
dan kotransporter klorida dalam ginjal distal yang membelit pipa kecil dan lebih
efektif dalam kontrol daripada diuretik loop. Contoh obat golongan ini yang sering
Indapamide.
b. Loop Diuretik
Ethacrynic acid
c. Diuretik Hemat Kalium
menghambat epitel saluran natrium di ginjal tubulus distal. Contoh obat golongan
Spironolactone.
dan penurunan hipertrofi vaskular. ARB memiliki efek yang sama dengan ACE Inhibitor.
Bedanya ARB tidak mempengaruhi metabolism bradikinin dan tidak dilaporkan memiliki
efek batuk kering dan angioedema seperti pada ACE Inhibitor (Basic Pharmacology &
Contoh obat pada golongan ini adalah candesartan, eprosartan, irbesartan, losartan,
valsartan.
langsung menurunkan tekanan darah dan penurunan aldosterone menyebabkan eksresi air
dan natrium, dan retensi kalium (Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).
CCB adalah sekumpulan obat yang berbeda dalam struktur kimia, sifat farmakologi,
dan efek terapeutik, namun memiliki efek yang sama yaitu meblokade kanal kalsium pada
mebran shingga menghambat kalsium masuk ke sel (Basic Pharmacology & Drug Notes,
menurunkan tekanan darah karena cara kerja CCB adalah menghambat kalsium masuk ke
bensotiazepine).
5. Penghambat Adrenergik
a. Simpatolitik Sentral
Kerja anti adrenergik sentral mengurangi aktivitas saraf simpatis. Golongan obat ini
adalah pilihan utama bagi penderita hipertensi dengan aktivitas simpatis tingkat tinggi
seperti takikardia, gelisah, hiperdosis, dan sebagainya. Jenis simpatolitik sentral yang
banyak beredar yaitu Reserpine, Clonidine, dan Methyldopa (Basic Pharmacology &
b. α1-Blocker
Efek lainnya yaitu menghambat prostat membesar, perbaikan profil lemak. α1-Blocker
yang sering digunakan untuk hipertensi yaitu Prazosin, Doxazosin, dan Terazosin (Basic
c. β-Blocker
jenis yaitu β1-selektif (kardioselektif) (afinitas lebih tinggi terhadap reseptor β1 daripada
β2) β-Blocker jenis ini bekerja dengan menghambat reseptor beta 1 dan 2, β-Blocker non
selektif (memiliki afinitas yang sama terhadap reseptor β1 dan β2) β-Blocker jenis ini
bekerja dengan menghambat reseptor beta 1, dan β-Blocker dengan aktivitas α-Blocker β-
Blocker jenis ini bekerja dengan menghambat reseptor beta 1 dan 2 serta alfa blocker
Contoh obat β-Blocker yang sering digunakan adalah atenolol, esmolol, betaxolol,
6. Vasodilator
Hydralazine dan minoxidil sudah jarang digunakan sebagai obat antihpertensi karena pada
penggunaan lama ada terlapor efektivitasnya kurang dam memiliki efek samping yang
TINJAUAN KASUS
Data Umum
No. MR 2449xx
Agama Islam
Umur 60 tahun
tipe II
- DM (+)
3.2.4 Riwayat pengobatan
- Tidak ada
Spo 2 95 – 100% 98
3.3.2 Data pemeriksaan penunjang
A. Hematologi
Tanggal
07/07/23
Pemeriksaan Nilai normal
Nilai- nilai MC
Basofil 0-1 1
Eosinophil 1-3 1
Neutrophil 50-70 80
Limfosit 20-40 15
Monosit 2-8 3
Elektrolit Serum
mEq/L
mEq/L
Keterangan :
Diagnosa Sekunder -
3.5.1 IGD
- EKG
- Cek Labor
- O2 3/pm
- ro thorax
- IVFD RL 12 Jam/Kolf
- Inj omeprazole 1 amp 40 mg
- Inj ondansentron 1 amp
- Amlodipin 1 x 10 mg
- Candesartan 1 x 16 mg
- Furosemide 1 x 40 mg
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg
- Gliquidone 1 x 30 mg
3.5.4 Lembar Follow Up Dokter dan Apoteker
Dokter Apoteker
S O A P A P
Tanggal
- Spo 2 : 98 %
-Badan letih - KU : Sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % -Interaksi Obat - Monitoring
08/07/23
-Mual - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf Nicardipin + tekanan darah
- Inj Ceftriaxone 1 x Amlodipin dan elektrolit.
-Muntah CM Emergency
2 gram
-Nafsu Dapat
- TD : 175/73 + DM tipe 2
- Inj Omeprazole 1 x meningkatkan efek
mm/Hg
makan menurun 1 antihipertensi
- nadi : 72x /
menit pada
channel blocking
- nafas : 20 - Inj furosemide 2 x 1
x/menit ampul
- TD ( 05.00) : - Candesartan 1 x
16 mg
192/76 mmHg
mmHg meningkatkan
efek
antihipertensi
menit
- Inj furosemide 2 x 1
- Nafas : 20 ampul
x/menit - Amlodipin 1 x 10
mg
TD dan N
perwaktu - Bicnat 3 x 500 mg
- TD ( 05.00) : - Candesartan 1 x
16 mg
197/80 mmHg
72 kali/menit
10/07/23 - Badan letih - KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % Interaksi Obat Monitoring
- Glikuidon 1 x 30
mg
- Drip Nicardipin
- Bisoprolol 1 x 2,5
mg
11/07/23 - Tampak letih - KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % Interaksi Obat Monitoring
- Nafsu - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf - Clonidine +
makan berkurang Compos mentis Emergency + Bisoprolol tekanan darah dan
- Inj Ceftriaxone 1 x
DM tipe 2 elektrolit.
- TD : 176/ 86 2 gram Dapat meningkatkan
- Suhu : 36 °C 1 - Nicardipin +
- Amlodipin 1 x 10 meningkatkan
- Nafas : 20 x /
mg efek antihipertensi
menit
pada channel
GDP : 293 - Bicnat 3 x 500 mg
blocking
mg/dL - Candesartan 1 x
16 mg - Bisoprolol +
GD2PP : 302
Amlodipin
mg/dL - Domperidone 3 x 1
tab Dapat meningkatkan
TD dan N
efek antihipertensi
perwaktu
- TD ( 05.00) : - NAc 3 x 200 mg dengan sinergi
183/90 mmHg - Paracetamol 3 x farmakodinamik
- Bisoprolol 1 x 2,5
mg
- Clonidine 2 x 0,15
mg
- Chlorpromazine 1 x
25 mg
12/07/23 - Nafsu - KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % Interaksi Obat Monitoring
makan berkurang - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf - Clonidine +
Compos mentis Emergency + Bisoprolol tekanan darah dan
- Badan letih - Inj Ceftriaxone 1 x
- TD : 175/ 86 2 gram Dapat meningkatkan elektrolit.
- Mual berkurang DM tipe 2
mmHg resiko bradycaradia
- Inj Omeprazole 1 x
- Suhu : 36,6 °C 1 - Bisoprolol +
- Nadi : 90 kali/ Amlodipin
- Inj furosemide 2 x 1
menit ampul Dapat meningkatkan
- Clonidine 2 x 0,15
mg
- Levemir 1 x 12 u
- Novorapid 3 x 8 u
13/07/23 - Badan letih - KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % Interaksi Obat Monitoring
Pasien - Nafsu - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf - Clonidine +
boleh makan berkurang CM Emergency + - Inj Ceftriaxone 1 x Bisoprolol tekanan darah dan
pulang DM tipe 2 elektrolit.
- TD : 186/ 95 2 gram Dapat meningkatkan
- Suhu : 36 °C 1 - Nicardipin +
23 23 23
Ceftriaxone 1 x 2 gram IV - - - -
Omeprazole 1 x 40 mg IV - - - - - - -
Furosemide 2 x 20 mg IV
Natrium 2 x 500 mg PO
Bicarbonat
Candesartan 1 x 16 mg PO
Amlodipin 1 x 5 mg PO - - - - - - -
Domperidon 3 x 10 mg PO - - - - -
Acetylsistein 3 x 200 mg PO
Paracetamol 3 x 500 mg PO
Asam Folat 1 x 5 mg PO
Gliquidone 1 x 30 mg PO - - -
Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO - - - - - - -
Clonidin 2 x 0,15 PO - - - - - - -
Drip 1 x 10 mg IV - - - - - - -
Nicardipin
Levemir 1 x 12 u SC - - - - - - -
Novorapid 3x8u SC - - - - - - -
Chlorpromazi 1 x 25 mg PO - - - - - - -
ne
Terdapat terapi tanpa indikasi medis - Tidak ada terapi tanpa indikasi yang
diberikan
2. Kesalahan obat
Terdapat obat lain yang lebih efektif - Tidak terdapat obat lain yang lebih
efektif
Dosis terlalu rendah - Tidak ada obat dengan dosis yang terlalu
rendah
Muncul efek yang tidak diinginkan - Tidak ada muncul efek samping obat.
Pasien tidak patuh atau memilih untuk - Pasien patuh dalam penggunaan obat
tidak menggunakan obat
6. Pasien membutuhkan terapi tambahan
Pasien membutuhkan obat lain yang sinergis - Pasien tidak membutuhkan oabat
lain yang sinergis
Carey RM, Whelton PK, for the 2017ACC/AHA Hypertension guideline writing committee. Prevention, detection, evaluation, and
management of high blood pressure in adults: Synopsis of the 2017 American College of Cardiology/American Heart Association
Green LA. JNC 7 Express: New thinking in hypertension treatment. Am Fam Physician. 2003;68(2):228
Riskesdas Indonesia. 2018. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun menurut Provinsi,
Riskesdas Sumatera Barat, 2018, Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Hasil Pengukuran Pada Penduduk Umur ≥18 Tahun Ke Atas
Sleman Yogyakarta Bulan Januari 2017. Jurnal Kefarmasian Akfarindo, 2(1), 25. http://jofar.afi.ac.id/index.php/jofar/article/view/18
Yulanda, G., & Lisiswanti, R. (2017). PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PRIMER. MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG