Anda di halaman 1dari 41

PENGANTAR PKPA RUMAH SAKIT

TUGAS ANALISA DRP HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

NAMA: Lailatul Badri

NIM : 2330122059

KELAS : B

DOSEN PENGAMPU : Dr. apt. Eka Fitrianda, M.Farm

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
PADANG
2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang banyak dijumpai dan dialami oleh
masyarakat umum di Indonesia bahkan di dunia. Tidak sedikit yang menderita penyakit
ini dengan atau tanpa gejala menimbulkan komplikasibahkan sampai terjadi kematian,
hipertensi juga menjadi faktor risiko utama yang mengakibatkan kematian di seluruh
dunia (Lalu Muhammad Sadam Husen et al., 2022). Hipertensi adalah kondisi dimana
seseorang mempunyai tekanan darah sistole (Systolic Blood Pressure) lebih atau sama
dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastole (Diastolic Blood Pressure) lebih atau sama
dengan 90 mmHg sesuai kriteria WHO atau memiliki riwayat penyakit hipertensi
sebelumnya (Bhadoria, Kasar, dan Toppo, 2014).Hipertensi biasa ditandai dengan sakit
kepala dan jantung berdebar, apabila hipertensi tidak diperiksakan dengan segera maka
akan timbul komplikasi yang lain

Banyak faktor yang mempengaruhipenyakithipertensiini salah satunya dengan


perubahan gaya hidup, seperti merokok, stres, obesitas dan gaya hidup buruk lainnya.
Beberapa faktor risiko lain yang mempengaruhi hipertensi yaitu proporsi masyarakat yang
kurang makan sayur dan buah, proporsi kurang aktivitas fisik (Dinas Kesehatan
Sumedang, 2020). Pola konsumsi makanan seperti makanan dengan tinggi natrium dan
status gizi menyebabkan tingginya tekanan darah (Mantuges et al., 2021). Selain itu,
faktor umur juga menjadi penyebab hipertensi karena pada usia ini terjadi kemunduran
pada organ tubuh. Apabila sudah terjadi hipertensi akan sulit teratasi apabila gaya hidup
tidak sehat tidak dihilangkan(Sarwadhamana et al., 2021). Upaya mengatasi hipertensi
juga tergantung pada tugas kesehatan keluarga sebagai pendukung kepada anggota
keluarga yang sakit dan juga kepatuhan minum obat antihipertensi.Keluarga memiliki
peranan penting dalam upaya pencegahan hipertensi.

Menurut Friedman et al, 2010 keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan
kesehatan seluruh anggotanya, keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien
untuk mengupayakan kesehatan. Tugas-tugas kesehatan keluarga menurut Friedman,
1998 yaitu keluarga mampu memahami masalah kesehatan dikeluarga, mengambil
keputusan tindakan yang tepat, merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan(Yuliyanti
& Zakiyah, 2016). Ketidakpatuhan terhadap pengobatan antihipertensi menjadi salah
satu penyebab kurangnya pengendalian tekanan darah (Kawulusan et al., 2019).
Kepatuhan obat yang dianjurkan oleh dokter pada penderita hipertensi menjadi salah
satu faktor keberhasilan terapi.Kurangnya pelaksanaan tugas kesehatan keluarga sebagai
bentuk dukungan pada penderita hipertensi akan menimbulkan tekanan darah tetap tidak
terkontrol pada penderita hipertensi(Putri, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa DRP dari pasien?
2. Apa penyelesaiain DRP dari pasien?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui DRP pasien
2. Untuk mengetahui penyelesaian DRP pasien
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Hipertensi merupakan penyakit degenerasi kronis yang semakin mengalami peningkatan

menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas di Indonesia, pengobatan penyakit ini sudah

menjadi prosedur umum dilaksanakan di berbagai fasilitas kesehatan (Susilowati et al, 2017).

Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik melebihi angka 140 mmHg dan tekanan darah

diastolic melebihi angka 90 mmHg, diukur dua kali istirahat dengan jarak waktu 5 menit.

Hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung coroner, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal

kronik, kerusakan retina maupun penyakit vascular perifer (Yulanda & Lisiswanti, 2017).

2.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan pedoman American College of Cardiology (ACC) / American Heart

Association (AHA) tahun 2017 untuk hipertensi dikatakan normal, meningkat (elevated),

hipertensi stadium 1 dan 2. Klasifikasi hipertensi 1 sebelumnya diganti berdasarkan data resiko

penyakit jantung dengan systole / diastole, perubahan gaya hidup untuk menurunkan tekanan

darah, dan uji coba terkontrol secara acak tentang pengobatan antihipertensi. Resiko penyakit

jantung mengalami penaikan progresifnya pada tekanan darah 130-139/85-89 mmHg

dibandingkan dengan <120/80 mmHg. Saat ini Indonesia masih mengacu pada kriteria

hipertensi VII Nasional bersama (JNC).

Berdasarkan pedoman JNC VII Hypertension 2003, tingkat tekanan darah diklasifikan

sebagai normal, prehipertensi dan hipertensi stadium 1 dan 2.

Tabel 1. Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah

Kategori Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah

Darah Sistolik Diastolik

Normal <120 mmHg <80 mmHg


Meningkat 120-129 mmHg <80 mmHg

Hipertensi stadium 1 130-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stadium 2 >140 mmHg >90 mmHg

2.3 Etiologi Hipetensi

Makan makanan yang terlalu berlemak atau asin, kurang makan buah dan sayur, lebih

banyak mengonsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik seperti olahraga, dan stres karena hidup di

tempat kerja dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Ada banyak faktor risiko kebiasaan dan

kondisi masyarakat ( WHO, 2013).

Berdasarkan etiologinya dapat dibagi menjadi hipertensi primer / essensial dengan angka

kejadian 80-95%, pada hipertensi ini tak diketahui penyebabnya. Terdapat juga hipertensi

sekunder akibat kelainan yang dasar, seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,

feokromositoma, hiperaldosteronism, dan lainnya (The Eight Joint National Committee, 2014).

2.4 Diagnosis Hipertensi

Sebagian besar pasien hipertensi tidak menunjukkan gejala berdasarkan riwayat medis

mereka. Beberapa pasien mengalami sakit kepala, rotasi, atau penglihatan kabur. Alasan untuk

mencurigai hipertensi sekunder termasuk minum obat seperti kontrasepsi hormonal,

kortikosteroid, dekongestan atau NSAID, sakit kepala paroksismal, berkeringat atau takikardia,

dan riwayat penyakit ginjal. Riwayat medis juga dapat mencari faktor risiko kardiovaskular

seperti merokok, obesitas, gaya hidup menetap, dislipidemia, diabetes mellitus,

mikroalbuminuria, penurunan tingkat GFR, dan riwayat keluarga (ESH and ESC, 2013;

Harrison’s Principles of Internal Medicine, 2005).

Hipertensi terjadi jika tekanan sistolik >140 mmHg dan tekanan darah diastolik >90

mmHg dengan dua kali pengukuran dengan interval lima menit saat istirahat. Hipertensi dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner, gagal jantung, stroke, penyakit ginjal kronis, kerusakan

retina, dan penyakit pembuluh darah perifer (Yulanda & Lisiswanti, 2017).

2.5 Penatalaksanaan

a. Terapi Non Farmakologis

Intervensi non farmakologis adalah salah satu cara yang efektif agar dapat

menurunkan tekanan darah. Studi klinis menunjukkan penurunan berat badan, diet DASH

(Dietary Approaches to Stop Hypertension), diet rendah garam, suplemen kalsium,

peningkatan aktivitas fisik, dan penurunan mengonsumsi alkohol. (Tabel 2). Intervensi

lain seperti mengonsumsi probiotik, diet tinggi protein, serta, minyak ikan, suplemen

kalsium atau magnesium, terapi perilaku dan terapi kognitif masih belum banyak

didukung dengan data dan penelitian yang kuat (American Heart Association, 2017).

b. Terapi Farmakologis

Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun terapi

antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan

hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai dengan modifikasi

gaya hidup. Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfakmakologis dan farmakologis.

Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa tubuh

dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2), kontrol diet berdasarkan

DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk susu rendah lemak

jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi NaCl yang disarankan

adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah target aktivitas fisik minimal

30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu serta pembatasan konsumsi

alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk mengontrol tekanan darah hingga mencapai

tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada

ada atau tidaknya usia, ras, serta ada atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi
antihipertensi sudah dimulai, pasien harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis

setiap bulan hingga target tekanan darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan

darah, LFG dan elektrolit (Mohammad Yoogiantoro, 2009).

Obat antihipertensi dibagi dalam enam golongan yaitu golongan Diuretik, ACEI

(Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor), golongan ARB (Angiotensin Receptor

Blocker), CCB (Calcium Channel Blocker), penghambat adrenergik, dan vasodilator

(Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).

1. Diuretik

Diuretic meningkatkan eksresi natrium, air, dan klorida hingga terjadi penurunan

volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya, curah jantung dan tekanan darah

menurun. Selain mekanisme ini, beberapa diuretik juga mengurangi resistensi perifer

sehingga meningkatkan efek antihipertensi (Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).

Diuretik terbagi dalam tiga golongan yaitu Thiazide (hydrochlorothiazide / HCT),

Loop Diuretik (furosemide), dan diuretik hemat kalium (spironolactone).

a. Thiazide

Mekanisme kerja diuretik golongan thiazide adalah dengan menghambat natrium

dan kotransporter klorida dalam ginjal distal yang membelit pipa kecil dan lebih

efektif dalam kontrol daripada diuretik loop. Contoh obat golongan ini yang sering

digunakan adalah Hydrochlorothiazid, Chlorothiazide, Chlorthalidone, Metolazone,

Indapamide.

b. Loop Diuretik

Mekanisme kerja diuretik golongan loop diuretik adalah dengan menghambat

natrium, kalium, dan klorida cotransporter di lingkaran Henle. Contoh obat

golongan ini yang sering digunakan adalah Furosemid, Torsemide, Bumetanide,

Ethacrynic acid
c. Diuretik Hemat Kalium

Mekanisme kerja diuretik golongan Diuretik Hemat Kalium adalah dengan

menghambat epitel saluran natrium di ginjal tubulus distal. Contoh obat golongan

ini yang sering digunakan adalah Amiloride, Triamterene, Eplerenone,

Spironolactone.

2. ARB (Angiotensin Reseptor Blocker)

Mekanisme kerja ARB yaitu memblokade reseptor AT1 yang menyebabkan

vasodilatasi, peningkatan ekskresi dan peningkatan cairan (pengurangan volume plasma)

dan penurunan hipertrofi vaskular. ARB memiliki efek yang sama dengan ACE Inhibitor.

Bedanya ARB tidak mempengaruhi metabolism bradikinin dan tidak dilaporkan memiliki

efek batuk kering dan angioedema seperti pada ACE Inhibitor (Basic Pharmacology &

Drug Notes, 2019).

Contoh obat pada golongan ini adalah candesartan, eprosartan, irbesartan, losartan,

valsartan.

3. ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor)

Vasodilatasi dan menurunnya sekresi aldosterone terjadi karena ACE Inhibitor

menghambat perubahan angiotensin 1 menjadi angiotensin 2. Vasodilatasi dapat secara

langsung menurunkan tekanan darah dan penurunan aldosterone menyebabkan eksresi air

dan natrium, dan retensi kalium (Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).

Contoh obat golongan ini yaitu captropil, enalapril, lisinopril.

4. CCB (Calcium Channel Blocker)

CCB adalah sekumpulan obat yang berbeda dalam struktur kimia, sifat farmakologi,

dan efek terapeutik, namun memiliki efek yang sama yaitu meblokade kanal kalsium pada

mebran shingga menghambat kalsium masuk ke sel (Basic Pharmacology & Drug Notes,

2019). Salah satu efeknya pemberian CCB yaitu menyebabkan vasodilatasi,


memperlambat laju jantung, dan menurunkan kontraktilitas miokard sehingga

menurunkan tekanan darah karena cara kerja CCB adalah menghambat kalsium masuk ke

dalam sel (Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).

Contoh obat yang termasuk golongan CCB yaitu nifedipine (golongan

dihidropiridin), verapamil (golongan fenilalkalamin), dan diltiazem (golongan

bensotiazepine).

5. Penghambat Adrenergik

a. Simpatolitik Sentral

Kerja anti adrenergik sentral mengurangi aktivitas saraf simpatis. Golongan obat ini

adalah pilihan utama bagi penderita hipertensi dengan aktivitas simpatis tingkat tinggi

seperti takikardia, gelisah, hiperdosis, dan sebagainya. Jenis simpatolitik sentral yang

banyak beredar yaitu Reserpine, Clonidine, dan Methyldopa (Basic Pharmacology &

Drug Notes, 2019).

b. α1-Blocker

α1-Blocker bekerja memblokade reseptor α1 pada otot polos pembuluh darah,

menyebabkan vasodilatasi, penurunan resistensi perifer, dan penurunan tekanan darah.

Efek lainnya yaitu menghambat prostat membesar, perbaikan profil lemak. α1-Blocker

yang sering digunakan untuk hipertensi yaitu Prazosin, Doxazosin, dan Terazosin (Basic

Pharmacology & Drug Notes, 2019).

c. β-Blocker

β-Blocker bekerja dengan menghambat adrenergik reseptor. β-Blocker terbagi tiga

jenis yaitu β1-selektif (kardioselektif) (afinitas lebih tinggi terhadap reseptor β1 daripada

β2) β-Blocker jenis ini bekerja dengan menghambat reseptor beta 1 dan 2, β-Blocker non

selektif (memiliki afinitas yang sama terhadap reseptor β1 dan β2) β-Blocker jenis ini

bekerja dengan menghambat reseptor beta 1, dan β-Blocker dengan aktivitas α-Blocker β-
Blocker jenis ini bekerja dengan menghambat reseptor beta 1 dan 2 serta alfa blocker

(Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).

Contoh obat β-Blocker yang sering digunakan adalah atenolol, esmolol, betaxolol,

bisoprolol, metoprolol, dan nebivolol

6. Vasodilator

Vasodilator yang tersedia adalah Hydralazine, Minoxidil, dan Sodium Nitropusside.

Hydralazine dan minoxidil sudah jarang digunakan sebagai obat antihpertensi karena pada

penggunaan lama ada terlapor efektivitasnya kurang dam memiliki efek samping yang

banyak (Basic Pharmacology & Drug Notes, 2019).


BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Data Umum

No. MR 2449xx

Nama pasien Tn. D

Agama Islam

Jenis Kelamin Laki-laki

Umur 60 tahun

Ruangan Interne Pria

Diagnosa CKD, Hipertensi Emergency, DM

tipe II

Mulai Perawatan 7 Juli 2023

Dokter Yang Merawat dr. D

3.2 Riwayat Penyakit

3.2.1 Keluhan utama

Sesak sejak 2 hari SMRS


3.2.2 Riwayat penyakit sekarang
- Kepala nyeri
- Tengkuk berat
- Lemas
- Muntah
- Nafsu makan menurun
- Nyeri perut
- Batuk

3.2.3 Riwayat penyakit terdahulu


- Hipertensi (+)

- DM (+)
3.2.4 Riwayat pengobatan
- Tidak ada

3.2.5 Riwayat alergi


- Tidak ada

3.2.6 Riwayat penyakit keluarga


- Tidak ada

3.3 Data penunjang

3.3.1 Data pemeriksaan fisik

Data klinik Normal IGD ( 7/7/23)

Kesadaran Compos mentis Compos mentis

TD (mmHg) 140/100 217/111 mmHg

Suhu (°C) 36.5 – 37.5 36,7 °C

Nadi (x/menit) 60 – 100 77 kali/ menit

Nafas (x/menit) 12 – 16 28 kali/ menit

Spo 2 95 – 100% 98
3.3.2 Data pemeriksaan penunjang
A. Hematologi

Tanggal
07/07/23
Pemeriksaan Nilai normal

Hemoglobin (g/dL) 14.0 – 17.4 11.6


Eritrosit (106/mm3) 4.5– 5.5 4.00

Hematrokrit (%) 42 – 52 31.7

Nilai- nilai MC

MCV (fL) 84-96 79.3


MCH (pg/cell) 28-34 29.0
MCHC (g/dL) 32-36 36.6
RDW-CV (%) 11,5-14,5 14.7

Leukosit (103/mm2) 5-10 8.9

Trombosit 140-400 205

Hitung Jenis (Diff)

Basofil 0-1 1
Eosinophil 1-3 1
Neutrophil 50-70 80
Limfosit 20-40 15
Monosit 2-8 3

ALC (Absolute 1335


Lymphocyte
1500-4000
Count)
NLR (Neutrophil
<3.13 5.33
Lymphocyte Ratio)
B. Kimia Klinik
Tanggal
07/07/23
Pemeriksaan Nilai normal

Glukosa darah (mg/dL) <200 260


Ureum (mg/dL) 20-50 157
Kreatinin (mg/dL) 0,5-1,5 8.12

Elektrolit Serum

Natrium (Na) 135-145 143.7


mEq/L
Kalium (K) 3.5-5.5 4.5

mEq/L

Clorida (Cl) 98-108 114.6

mEq/L

Keterangan :

Hasil diatas nilai normal

Hasil dibawah nilai normal

3.3.3 Hasil USG


3.4 Diagnosis
Diagnosa Utama CKD

Diagnosa Sekunder -

Diagnosa Komplikasi CKD + Hipertensi Emergensi + DM tipe II

3.5 Terapi yang Diberikan

3.5.1 IGD
- EKG
- Cek Labor
- O2 3/pm
- ro thorax
- IVFD RL 12 Jam/Kolf
- Inj omeprazole 1 amp 40 mg
- Inj ondansentron 1 amp

3.5.2 Perawatan Bangsal


- IVFD NaCl 0,9 % 12 Jam/Kolf
- Inj Ceftriaxone 1 x 2 gram
- Inj Omeprazole 1 x 40 mg
- Inj furosemide 2 x 20 mg
- Amlodipin 1 x 5 mg
- Natrium Bicarbonat 2 x 500 mg
- Candesartan 1 x 16 mg
- Domperidone 3 x 10 mg
- Acetylsistein 3 x 200 mg
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Asam Folat 1 x 5 mg
- Glikuidon 1 x 30 mg
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg
- Clonidin 2 x 0,15 mg
- Drip Nicardipin 10 mg
- Chlorpromazine 1 x 25 mg
- Levemir 1 x 12 u
- Novorapid 3x8u
3.5.3 Terapi Pulang

- Amlodipin 1 x 10 mg
- Candesartan 1 x 16 mg
- Furosemide 1 x 40 mg
- Bisoprolol 1 x 2,5 mg
- Gliquidone 1 x 30 mg
3.5.4 Lembar Follow Up Dokter dan Apoteker
Dokter Apoteker

S O A P A P

Tanggal

- Sesak nafas - KU : sedang CKD + - EKG - Keluhan nyeri - Beri


IGD
- Nyeri kepala - Kesadaran : Hipertensi - Cek Labor kepala pasien tidak terapi analgesik
07/07/2
CM Emergency diberikan terapi untuk nyeri
3 - Mual - O2 3/pm
kepala pasien
- Muntah - TD : 217/111 + DM tipe 2 - ro thorax - Tekanan darah
pasien tinggi tetapi - Beri
- Badan letih mmHg - IVFD RL 12
tidak diberikan terapi
- Suhu : 36,7 °C Jam/Kolf
terapi antihipertensi
- Nadi : 77 kali/ - Inj omeprazole untuk
menit 1 amp menurunkan

- Inj ondansentron tekanan


- Nafas : 28 x /
1 amp darah pasien
menit

- Spo 2 : 98 %

-Badan letih - KU : Sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % -Interaksi Obat - Monitoring
08/07/23
-Mual - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf Nicardipin + tekanan darah
- Inj Ceftriaxone 1 x Amlodipin dan elektrolit.
-Muntah CM Emergency
2 gram
-Nafsu Dapat
- TD : 175/73 + DM tipe 2
- Inj Omeprazole 1 x meningkatkan efek
mm/Hg
makan menurun 1 antihipertensi
- nadi : 72x /
menit pada

channel blocking
- nafas : 20 - Inj furosemide 2 x 1
x/menit ampul

- Suhu : 36,9 °C - Amlodipin 1 x 10


mg
TD dan N
perwaktu - Bicnat 3 x 500 mg

- TD ( 05.00) : - Candesartan 1 x
16 mg
192/76 mmHg

- Nadi (05.00) : - Domperidone 3 x 1


tab
78 kali/menit

- TD (10.00) : - NAc 3 x 200 mg

172/82 mmHg - Paracetamol 3 x


500 mg
- Nadi (10.00) :
- Asam Folat 1 x 5
76 kali/menit
mg
- TD (17.00) :
- Glikuidon 1 x 30
175/73 mmHg
mg
- Nadi (17.00) :
- Drip Nicardipin
72 kali/menit
- KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % -Interaksi Obat Monitoring
09/07/23 - Badan letih
- Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf Nicardipin +
- Mual
CM Emergency Amlodipin tekanan darah dan
- Inj Ceftriaxone 1 x
- Muntah elektrolit.
- TD : 164/ 71 + DM tipe 2 2 gram Dapat

mmHg meningkatkan

efek

antihipertensi

- Suhu : 36,8 °C - Inj Omeprazole 1 x pada channel


blocking
- Nadi : 76 kali/ 1

menit
- Inj furosemide 2 x 1

- Nafas : 20 ampul

x/menit - Amlodipin 1 x 10
mg
TD dan N
perwaktu - Bicnat 3 x 500 mg

- TD ( 05.00) : - Candesartan 1 x
16 mg
197/80 mmHg

- Nadi (05.00) : - Domperidone 3 x 1


tab
- NAc 3 x 200 mg
78 kali/menit
- Paracetamol 3 x
- TD (10.00) :
500 mg
164/71 mmHg
- Asam Folat 1 x 5
- Nadi (10.00) :
mg
76 kali/menit
- Glikuidon 1 x 30
- TD (17.00) :
mg
183/74 mmHg
- Drip Nicardipin
- Nadi (17.00) :

72 kali/menit

10/07/23 - Badan letih - KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % Interaksi Obat Monitoring

- Mual - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf - Nicardipin +


CM Emergency + Amlodipin tekanan darah dan
- Nafsu
makan elektrolit.

menurun - TD : 160/ 80 DM tipe 2 - Inj Ceftriaxone 1 x Dapat


mmHg 2 gram meningkatkan
efek antihipertensi
- Suhu : 36,6 °C - Inj Omeprazole 1 x
pada channel
- Nadi : 74 kali/ 1
blocking
menit - Inj furosemide 2 x 1
- Nafas : 20 x / ampul - Bisoprolol +
menit Amlodipin
- Amlodipin 1 x 10
TD dan N mg Dapat meningkatkan

perwaktu efek antihipertensi


- Bicnat 3 x 500 mg
dengan sinergi
- TD ( 05.00) : - Candesartan 1 x
farmakodinamik
175/62 mmHg 16 mg
- Bisoprolol +
- Nadi (05.00) : - Domperidone 3 x 1
Nicardipin
74 kali/menit tab
Dapat menurunkan
- TD (10.00) : - NAc 3 x 200 mg
efek antihipertensi
166/74 mmHg - Paracetamol 3 x dengan sinergi
- Nadi (05.00) : 500 mg
farmakodinamik.

73 kali/menit - Asam Folat 1 x 5


mg

- Glikuidon 1 x 30
mg

- Drip Nicardipin
- Bisoprolol 1 x 2,5
mg

11/07/23 - Tampak letih - KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % Interaksi Obat Monitoring
- Nafsu - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf - Clonidine +
makan berkurang Compos mentis Emergency + Bisoprolol tekanan darah dan
- Inj Ceftriaxone 1 x
DM tipe 2 elektrolit.
- TD : 176/ 86 2 gram Dapat meningkatkan

mmHg resiko bradycaradia


- Inj Omeprazole 1 x

- Suhu : 36 °C 1 - Nicardipin +

- Nadi : 67 kali/ - Inj furosemide 2 x 1 Amlodipin

menit ampul Dapat

- Amlodipin 1 x 10 meningkatkan
- Nafas : 20 x /
mg efek antihipertensi
menit
pada channel
GDP : 293 - Bicnat 3 x 500 mg
blocking
mg/dL - Candesartan 1 x
16 mg - Bisoprolol +
GD2PP : 302
Amlodipin
mg/dL - Domperidone 3 x 1
tab Dapat meningkatkan
TD dan N
efek antihipertensi
perwaktu
- TD ( 05.00) : - NAc 3 x 200 mg dengan sinergi
183/90 mmHg - Paracetamol 3 x farmakodinamik

- Nadi (05.00) : 500 mg


- Bisoprolol +
Nicardipin

70 kali/menit - Asam Folat 1 x 5 Dapat menurunkan


- TD (17.00) : mg efek antihipertensi
dengan sinergi
157/64 mmHg - Glikuidon 1 x 30
farmakodinamik.
- Nadi (17.00) : mg

61 kali/menit - Drip Nicardipin

- Bisoprolol 1 x 2,5
mg

- Clonidine 2 x 0,15
mg

- Chlorpromazine 1 x
25 mg

12/07/23 - Nafsu - KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % Interaksi Obat Monitoring
makan berkurang - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf - Clonidine +
Compos mentis Emergency + Bisoprolol tekanan darah dan
- Badan letih - Inj Ceftriaxone 1 x
- TD : 175/ 86 2 gram Dapat meningkatkan elektrolit.
- Mual berkurang DM tipe 2
mmHg resiko bradycaradia
- Inj Omeprazole 1 x
- Suhu : 36,6 °C 1 - Bisoprolol +
- Nadi : 90 kali/ Amlodipin
- Inj furosemide 2 x 1
menit ampul Dapat meningkatkan

- Nafas : 20 x / - Amlodipin 1 x 10 efek antihipertensi

menit mg dengan sinergi


farmakodinamik
TD dan N - Bicnat 3 x 500 mg

perwaktu - Candesartan 1 x - Bisoprolol +


- TD ( 05.00) : 16 mg Nicardipin

193/84 mmHg - Domperidone 3 x 1 Dapat menurunkan

- Nadi (05.00) : tab efek antihipertensi


dengan sinergi
64 kali/menit - NAc 3 x 200 mg
farmakodinamik.
- TD (17.00) : - Paracetamol 3 x
500 mg
170/76 mmHg

- Nadi (17.00) : - Asam Folat 1 x 5


mg
56 kali/menit
- Bisoprolol 1 x 2,5
mg

- Clonidine 2 x 0,15
mg

- Levemir 1 x 12 u

- Novorapid 3 x 8 u

13/07/23 - Badan letih - KU : sedang CKD + - IVFD NaCl 0,9 % Interaksi Obat Monitoring
Pasien - Nafsu - Kesadaran : Hipertensi 12 Jam/Kolf - Clonidine +
boleh makan berkurang CM Emergency + - Inj Ceftriaxone 1 x Bisoprolol tekanan darah dan
pulang DM tipe 2 elektrolit.
- TD : 186/ 95 2 gram Dapat meningkatkan

mmHg - Inj Omeprazole 1 x resiko bradycaradia

- Suhu : 36 °C 1 - Nicardipin +

- Nadi : 81 kali/ Amlodipin

menit - Inj furosemide 2 x 1 Dapat


- Nafas : 20 x / ampul meningkatkan
menit efek antihipertensi
- Amlodipin 1 x 10
pada channel
TD dan N mg
blocking
perwaktu - Bicnat 3 x 500 mg
- Bisoprolol +
- TD ( 05.00) : - Candesartan 1 x
Amlodipin
186/95 mmHg 16 mg

- Nadi (05.00) : Dapat meningkatkan


- Domperidone 3 x 1
tab efek antihipertensi
61 kali/menit
dengan sinergi
- TD (17.00) : - NAc 3 x 200 mg
farmakodinamik
164/98 mmHg - Paracetamol 3 x
- Bisoprolol +
- Nadi (17.00) : 500 mg
Nicardipin
58 kali/menit - Asam Folat 1 x 5
Dapat menurunkan
mg
efek antihipertensi
- Bisoprolol 1 x 2,5 dengan sinergi
mg
farmakodinamik.
- Clonidine 2 x
0,15mg
3.6 Analisa Farmakologi

3.6.1 Lembar Terapi Farmakologi


Tanggal
07 08/ 09 10/ 11 12/ 13/
Nama Dosis Rute / / /
07/ 07/ 07/ 07/
Obat 07 07 07
/ 23 / 23 / 23 23

23 23 23

IVFD NaCl 12 jam/kofl IV       


0,9 %

Ceftriaxone 1 x 2 gram IV    - - - -

Omeprazole 1 x 40 mg IV - - - - - - -

Furosemide 2 x 20 mg IV       

Natrium 2 x 500 mg PO       

Bicarbonat

Candesartan 1 x 16 mg PO       

Amlodipin 1 x 5 mg PO - - - - - - -

Domperidon 3 x 10 mg PO - - - - -  

Acetylsistein 3 x 200 mg PO       
Paracetamol 3 x 500 mg PO       

Asam Folat 1 x 5 mg PO       

Gliquidone 1 x 30 mg PO -     - -

Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO - - - - - - -

Clonidin 2 x 0,15 PO - - - - - - -

Drip 1 x 10 mg IV - - - - - - -
Nicardipin

Levemir 1 x 12 u SC - - - - - - -

Novorapid 3x8u SC - - - - - - -

Chlorpromazi 1 x 25 mg PO - - - - - - -
ne

3.7 Lembaran DRP (Drug Related Problem)


Nama : Tn. D No.MR : 2449xx Diagnosa: CKD Dokter :
dengan
dr. D
Hipertensi emergency dan DM
tipe II

Tanggal lahir : Ruangan :

16/07/1963 Interne Pria

DRUG RELATED PROBLEM

No. Drug related problem Check list Keterangan dan Saran

1. Terapi obat yang diperlukan

Terdapat terapi tanpa indikasi medis - Tidak ada terapi tanpa indikasi yang
diberikan

Pasien mendapatkan terapi tambahan yang  Paracetamol dan Chlorpromazine


tidak di perlukan

Pasien masih memungkinkan menjalani terapi 


Menjaga pola hidup sehat dengan
non farmakologi mengurangi konsumsi garam dan
makanan yang berlemak

Terdapat duplikasi terapi - Tidak terdapat duplikasi terapi


Pasien tidak mendapatkan penangan - Pasien tidak mengalami efek samping
terhadap efek samping terapi yang signifikan

2. Kesalahan obat

Bentuk sediaan tidak tepat ada Levemir dan Novorapid

Terdapat kontraindikasi Ada Bisoprolol Kontraindikasi pada pasien


CKD dan DM
Kondisi pasien tidak disembuhkan oleh obat - Kondisi pasien dapat disembuhkan
dengan pengobatan
Obat tidak di indikasikan untuk pasien ada Paracetamol dan Chlorpromazine

Terdapat obat lain yang lebih efektif - Tidak terdapat obat lain yang lebih
efektif

3. Dosis tidak tepat

Dosis terlalu rendah - Tidak ada obat dengan dosis yang terlalu
rendah

Dosis terlalu tinggi - Tidak ada obat dengan dosis yang


terlalu tinggi
Frekuensi penggunaan tidak tepat - Pasien mendapatkan obat dengan
frekuensi penggunaan yang tepat
Durasi penggunaan tidak tepat - Durasi penggunaan sudah tepat

Penyimpanan tidak tepat - Penyimpanan tepat

4. Reaksi yang tidak diinginkan

Obat tidak aman untuk pasien ada Chlorpromazine

Terjadi reaksi alergi - Tidak ada reaksi alergi

Tejadi interaksi obat ada - Amlodipin - Bisoprolol (moderat)

Meskipun kombinasi ini mungkin berguna


dan efektif dalam beberapa situasi, efek
samping kardiovaskular yang serius
seperti gagal jantung kongestif, hipotensi
berat, dan/atau eksaserbasi angina dapat
terjadi.

-amlodipin- chlorpromazine (moderat)

Metabolisme Amlodipine dapat


ditingkatkan bila dikombinasikan dengan
Klorpromazin.

- bisoprolol - furosemid (moderat)

Furosemid dapat meningkatkan laju


ekskresi Bisoprolol yang dapat
menurunkan kadar serum dan berpotensi
menurunkan kemanjuran.
Dosis obat di naikkan dan diturunkan - Pasien sudah mendapatkan pengobatan
yang sesuai
terlalu cepat administrasi obat yang tidak
tepat

Muncul efek yang tidak diinginkan - Tidak ada muncul efek samping obat.

5. Ketidaksesuaian kepatuhan pasien

Obat tidak sesuai - Tidak ada masalah untuk penyediaan


obat pasien, semua obat
yangdibutuhkan pasien telah tersedia
di apotek rumah sakit

Pasien tidak mampu menyediakan obat - Pasien mampu menyediakan obat


karena ditanggung oleh BPJS
Pasien tidak mengerti intruksi penggunaan obat - Pasien mampu mengkonsumsi obat
dengan baik, karena pasien masih dalam
kesadaran yang normal.

Pasien tidak patuh atau memilih untuk - Pasien patuh dalam penggunaan obat
tidak menggunakan obat
6. Pasien membutuhkan terapi tambahan

Terdapat kondisi yang tidak di terapi ada Chlorpromazine

Pasien membutuhkan obat lain yang sinergis - Pasien tidak membutuhkan oabat
lain yang sinergis

Pasien membutuhkan terapi profilaksis - Pasien tidak membutuhkan terapi


profilaksis
DAFTAR PUSTAKA

Carey RM, Whelton PK, for the 2017ACC/AHA Hypertension guideline writing committee. Prevention, detection, evaluation, and

management of high blood pressure in adults: Synopsis of the 2017 American College of Cardiology/American Heart Association

hypertension guideline. Ann Intern Med. 2018;168(5):351

Green LA. JNC 7 Express: New thinking in hypertension treatment. Am Fam Physician. 2003;68(2):228

Riskesdas Indonesia. 2018. Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun menurut Provinsi,

2007-2013. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI

Riskesdas Sumatera Barat, 2018, Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Hasil Pengukuran Pada Penduduk Umur ≥18 Tahun Ke Atas

menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat, Riskesdas 2018, Sumatera Barat :


Susilowati, A., Risnawati, C., Zaenurrohmah, & Rachmayanti. (2017). Gambaran Pola Pengobatan Hipertensi di Puskesmas Berbah

Sleman Yogyakarta Bulan Januari 2017. Jurnal Kefarmasian Akfarindo, 2(1), 25. http://jofar.afi.ac.id/index.php/jofar/article/view/18

Yulanda, G., & Lisiswanti, R. (2017). PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PRIMER. MEDICAL JOURNAL OF LAMPUNG

UNIVERSITY, 6(1), 25–33. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1526

Anda mungkin juga menyukai